Proposal KPA ADITYA-1
Proposal KPA ADITYA-1
Oleh:
ADITYA
NIT. 21.7.05.272
Oleh:
ADITYA
NIT. 21.7.05.272
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Aditya
NIT : 21.7.05.272
Di Setujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh:
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, akhirnya
Proposal Kerja Praktek Akhir (KPA) yang berjudul “Kerapatan dan Tutupan
Lamun di Pesisir Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah” ini dapat
di selesaikan sesuai dengan target mutu dan waktu yang di rencanakan.
Proses persiapan, pelaksanaan dan penyusunan proposal ini telah
melibatkan konstribusi pemikiran dan saran banyak pihak, atas dedikasi tersebut
pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Muhammad Hery Riyadi Alauddin S.Pi., M.Si selaku Direktur Politeknik
Kelautan dan Perikanan Bone;
2. Bapak Khairul Jamil, S.P, M.Si selaku pembimbing I;
3. Bapak Awaluddin, A.Pi, M.S.T.Pi selaku pembimbing II;
4. Kepada orang tua yang telah memberikan dorongan, doa, semangat dan
motivasi sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik;
5. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan penyusunan laporan ini.
Atas segala kekurangan dan kekhilafan, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun sebagai penyempurna tulisan selanjutnya.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
l. PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Definisi Lamun............................................................................................................3
2.2 Morfologi Lamun.........................................................................................................3
2.3 Fungsi Dan Manfaat Lamun.........................................................................................6
2.4 Jenis-jenis Lamun Di perairan Indonesia.....................................................................7
2.5 Kondisi Komunitas Lamun........................................................................................19
2.6 Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Lamun.....................20
1. Suhu.............................................................................................................................21
3. pH (Derajat Keasaman)................................................................................................21
4. Kecerahan....................................................................................................................22
llI. METODE PRAKTIK......................................................................................24
3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................................24
Tabel 2. Alat dan bahan........................................................................................25
Tabel 3. Kategori penutupan lamun......................................................................26
Tabel 4. Status padang lamun...............................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Baku Mutu..........................................................................................................21
2. Alat dan bahan...................................................................................................24
3. Kategori Penutupan Lamun............................................................................................26
vii
l. PENDAHULUAN
1
dan hal ini merupakan penyebab secara umum di jumpai di berbagai pesisir
lainnya yang mana memberikan penurunan terhadap kerapatan maupun
penutupannya (Walker et al., 2001).
Sehubungan dengan peran ekologis dan potensi lamun yang luas seperti
yang telah dijelaskan di atas, serta adanya berbagai permasalahan akibat dari
berbagai aktivitas manusia yang menyebabkan kerusakan ekosistem ini maka
tujuan di laksanakannya KERJA PRAKTIK AKHIR (KPA) ini adalah
memberikan informasi mengenai tingkat kerapatan dan tutupan lamun di pesisir
pantai Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya Kegiatan Praktik Akhir (KPA) adalah
sebagai berikut;
1. Identifikasi lamun pada ekosistem lamun di pesisir pantai Kabupaten Parigi
Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Menghitung kerapatan dan tutupan lamun pada ekosistem lamun di pesisir
Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.
3.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
tanah, umumnya terdiri atas akar untuk penjangkaran, dari rhizoma sebagai
struktur penyangga. Bagian atas tanah biasanya merupakan tunas yang
berkembang menjadi beberapa daun. Selembar daun biasanya memiliki
pelepah/seludang daun yang berfungsi untuk melindungi apical meristem dan
perkembangan daun (Tangke, 2010)
Gambar 1. Morfologi
Lamun
Sumber : (Tangke, 2010)
4
2.2.1 Akar
Akar tumbuhan lamun memiliki fungsi yaitu sebagai penyerap nutrien dan
sebagai tempat penyimpanan oksigen (O2) hasil proses fotosintesis dan
karbondioksida (CO2) yang digunakan dalam proses fotosintesis. Akar
tumbuhan lamun memiliki pusat stele yang mengandung pholoem (jaringan
transport nutrien) dan xylem (jaringan yang menyalurkan air) serta dikelilingi
oleh endodermis. Tumbuhan lamun memiliki akar dengan morfologi yang
berbeda antar spesies, salah satunya yaitu spesies lamun Halophila dan
Halodule memiliki karakteristik akar yang tipis (fragile) seperti rambut,
sedangkan spesies lamun Thalassodendron memiliki karakteristik akar yang
kuat dan berkayu dengan sel epidermal (Yogi, Y. 2016.).
2.2.2 Rhizoma
Rhizoma merupakan batang tumbuhan lamun yang terbenam dalam
substrat sedimen dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku. Buku-buku
pada tumbuhan lamun tersebut akan tumbuh batang lamun yang pendek dan
tegak ke atas. Struktur rhizoma dan batang tumbuhan lamun memiliki variasi
yang sangat tinggi tergantung susunan di dalam stele pada masing-masing
spesies lamunnya. Rhizoma tumbuhan lamun dapat menyebar luas (ekstensif)
dalam substrat dan memiliki peran utama dalam proses reproduksi secara
vegetatif serta mampu menahan hempasan arus perairan laut. (Nurzahraeni,
2014) berpendapat bahwa 60-80% volume rhizoma berasal dari biomassa
lamun.
2.2.3 Daun
Daun tumbuhan lamun dapat tumbuh dan berkembang dari meristem basal
yang terletak pada rhizoma dan percabangannya. Secara umum, bentuk daun
tumbuhan lamun memiliki karakteristik bentuk daun yang hampir sama antara
satu spesies dengan spesies lainnya (Sjafrie et al. 2018). Kesamaan tersebut
dapat dilihat dari bentuk daunnya, dimana sebagian besar tumbuhan lamun
memiliki bentuk daun yang memanjang, kecuali jenis lamun Halophila yang
memiliki bentuk daun oval/lonjong (Nurzahraeni, 2014). Daun tumbuhan
lamun mudah dikenali dari bentuk daun, ujung daun dan ada tidaknya ligula
5
(lidah daun). Daun lamun memiliki dua bagian yang berbeda yaitu pelepah
dan daun. Secara anatomi, daun lamun memiliki ciri khas dengan tidak
memiliki stomata dan memiliki kutikel yang tipis (Yogi, Y. 2016.).
6
air mengenai padang lamun, energinya menjadi turun, sehingga sedimen yang
terlarut di air bisa mengendap ke dasar laut. Ketika sedimen terendapkan di
dasar, sistem perakaran padang lamun menjebak dan menstabilkan sedimen
tersebut.
1. Enhalus Acoroides
Enhalus acoroides merupakan tanaman yang kuat Memiliki ciri khusus yaitu
berukuran paling besar (daun bisa mencapai 1 meter) dan Rambut pada
rhizoma (Sjafrie et al., 2018). Memiliki akar yang tebal berwarna putih
tetapi tidak bercabang dan tidak memiliki batang, melainkan daunnya
tumbuh langsung dari rimpangnya, daun berbentuk pita dengan panjang 30
sampai 150 cm dan lebarnya 1,25 sampai 1,75 cm (Pranata et al., 2018).
Enhalus acoroides berperan mengurangi gerakan air atau menenangkan
perairan dan sangat efektif dalam menyerap dan menstabilkan sedimen
(Studi et al., 2019).
7
Gambar 2. Enhalus Acoroides
Sumber : (Sjafrie et al., 2018)
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo: Hydrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
2. Thalassia Hemprichii
Thalassia hemprichii memiliki ciri khusus yaitu Mirip Cymodocea
rotundata, tapi rhizoma beruas-ruas dan tebal dan Garis/bercak coklat pada
helaian daun (Sjafrie et al., 2018). Daun berwarna hijau, panjang daun 8,5 cm,
lebar daun 1 cm, ujung daun membukit dan kasar. Tepi daun halus, tulang daun
sejajar, tulang daun pada selembar daun 11 buah, jarak antar nodus 4 cm, tiap
nodus hanya ada satu tegakan, tiap tegakan terdiri dari 3-4 helai daun, panjang
tegakan 1 cm, akar berwarna kuning kecoklatan, akar tertutup serat serat kasar,
akar tunggal pada tipa nodus dan rimpang berbuku-buku(Jesajas et al., 2016).
8
Gambar 3. Thalassia
Hemprichii Sumber : (Sjafrie et
al., 2018).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo: Alismatales
Family:
Hydrocharitaceae
Genus: Thalassia .
Spesies :Thalassia hemprichii
3. Cymodocea Serrulata
Memiliki rhizoma yang halus, tiap-tiap tunas terdiri dari dua sampai lima
helaian daun, daunnya membentuk segitiga yang lebar, dan menyempit pada
bagian pangkalnya, daunnya berwarna ungu pada tumbuhan yang masih
hidup, tepi daunnya tampak jelas (Sjafrie et al., 2018). Hal ini juga
dikemukakan oleh (Auliyah, 2018) yang menyatakan bahwa cymodocea
serrulata memilikii berbentuk selempang yang melengkung dengan bagian
pangkal menyempit dan ke arah ujung agak melebar ujung daun yang
bergerigi dan tidak terlalu panjang. Habitus perairan dangkal dengan tipe
substrat pasir berkarang, daun berwarna hijau, panjang daun 7 cm, lebar daun
0,5 cm. Tepi daun bergerigi, tulang daun sejajar, tulang daun pada selembar
daun 11-16 buah, jarak antar nodus 1 cm, tiap nodus hanya ada satu tegakan,
9
tiap tegakan terdiri dari 2-3 helai daun, akar berwarna kuning kecoklatan, akar
pada tiap nodus banyak dan bercabang (Jesajas et al., 2016).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo: Alismatales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Cymodocea
Spesies : Cymodocea serrulata
4. Cymodocea Rotundata
Cymodocea rotundata memiliki ciri khusus yaitu tepi daun tidak bergerigii
dan seludang daun menutup sempurna (Sjafrie et al., 2018) jumlah tulang daun
pada selembar daun adalah ± 9 – 15 buah, dan panjang daun ± 10 cm, tiap
tegakkan terdiri dari 3-4 helai daun (Adim et al., 2016) akarnya bercabang tidak
beraturan pada masing-masing ruas jenis ini memiliki batang lateral tegak
pendek di setiap simpul.Ujung daun kadang tampak agak berbentuk hati, dan
bila ujung daun diraba terasa halus karena bagian pinggirnya rata. Terdapat di
daerah pasang surut dengan substrat pasir berlumpur sampai dengan pasir kasar
disertai pecahan bebatuan yang berasal dari karang mati (Pranata et al., 2018)
10
Gambar 5. Cymodocea
rotundata Sumber : (Sjafrie et
al., 2018).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Ordo: Alismatales
Family: Cymodoceaceae
Genus: Cymodocea
Spesies : Cymodocea rotundata
5. Syringodium isoetifolium
Syringodium isoetifolium Memiliki ciri khusus yaitu daun berbentuk silindris
dan terdapat rongga udara di dalamnya (Sjafrie et al., 2018). Penampang
melintang ujung daun mengecil pada satu titik, panjang daun 7–30 cm (Adim et
al., 2016). Lamun ini mempunyai daun yang panjang dan kecil seperti lidi
dengan ujung daun yang runcing dan memiliki bentuk daun yang silinder dan
terdapat rongga udara di dalamnya, daun dapat mengapung di permukaan
dengan mudah (Auliyah, 2018).
11
Gambar 6. Syringodium
isoetifolium Sumber : (Sjafrie et
al., 2018).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo: Alismatales
Family: Cymodoceaceae
Genus: Syringodium
Spesies : Syringodium isoetifolium
6. Halodule Uninervis
Halodule uninervis memiliki ciri khusus yaitu daun pipih panjang, tapii
berukuran kecil, satu urat tengah daun jelas, rhizome halus dengan bekas daun
jelas menghitam dan ujung daun seperti trisula (Sjafrie et al., 2018). Dengan
rimpang yang halus, panjang ruas rimpangnya berkisar 0,5 sampai 4 cm,
setiap ruasnya terdapat 1 sampai 6 akar, dan terdiri atas 2 sampai 3 daun.
Memiliki batang yang pendek. Panjang daunnya 6 sampai 15 cm dan lebar
daunnya berkisar 0,05 sampai 0,5 cm, pada ujung daun terdapat dua gigi yang
terletak pada samping daun. Dapat di jumpai pada substrat berpasir dan
mampu tumbuh pada daerah pasang surut (Pranata et al., 2018).
12
Gambar 7. Halodule
uninervis Sumber : (Sjafrie et al., 2018).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo : Alismatales
Family: Cymodoceaceae
Genus: Halodule
Spesies : Halodule uninervis
7. Halodule Pinifolia
Halodule pinifolia Memiliki ciri khusus yaitu daun pipih panjang, tapi
berukuran kecil, Satu urat tengah daun jelas, rhizome halus dengan bekas
daun jelas menghitam dan ujung daun agak membulat (Sjafrie et al., 2018).
Dengan rimpang yang tipis dan sering ditutupi bekas luka daun, ruas-ruas
rimpangnya mempunyai panjang sekitar 1 sampai 3 cm. Batang spesies ini
pendek dan tegak, batangnya sering ditutupi oleh selebaran padat dan terlihat
seperti daun yang tumbuh langsung dari rimpangnya. Panjang daun 5 sampai
20 cm dan lebarnya 0,6 sampai 1,2 cm, ujung daun Halodule pinifolia
membulat disertai gerigi halus dan ujung tulang daun terbelah membentuk
huruf „‟V‟‟. Hidup di substrat pasir berlumpur.(Pranata et al., 2018).
13
Gambar 8. Halodule pinifolia
Sumber : (Sjafrie et al., 2018).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo : Alismatales
Family: Cymodoceaceae
Genus: Halodule
Spesies : Halodule pinifolia
8. Halophila Ovalis
Halophila ovalis Memiliki ciri khusus yaitu daun oval, berpasangan dengan
tangkai pada tiap ruas dari rimpang , tulang daun 8 atau lebih dan permukaan
daun tidak berambut (Sjafrie et al., 2018). Mempunyai daun yang tidak
panjang, tetapi bentuk daunnya bulat panjang seperti telur. dalam setiap ruas
rhizoma terdapat beberapa pasangan daun dengan satu daun pada setiap
tegakan pada daunnya terdapat beberapa tulang daun yang menyirip (Auliyah,
2018). Tulang daun menyirip dan berjumlah ± 10 – 25 pasang, tiap nodus
terdiri dari 2 tegakan, jarak antar nodus ± 1,5 cm, panjang tangkai daun ± 3
cm, panjang helai daun ± 10 – 40 mm, mempunyai akar tunggal di tiap nodus
(Adim et al., 2016). Memilikii rhizoma yang mudah patah tumbuh di substrat
lumpur, pasir-lumpuran sampai pecahan karang mulai dari atas pasang tinggi
sampai di bawah surut rendah, kadang-kadang bercampur dengan jenis lamun
lain (Yogi, Y. 2016.).
14
Gambar 9. Halophila ovalis
Sumber : (Sjafrie et al.,
2018).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo : Alismatales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Spesies : Halophila ovalis
9. Halophila Spinulosa
Halophila spinulosa memiliki ciri khusus yaitu satu tangkai daun
yang keluar dari rhizome terdiri dari beberapa pasang daun yang tersusun
berseri (Sjafrie et al., 2018). Rimpangnya halus dan memiliki 1 sampai 3
akar bercabang kecil, rimpangnya mempunyai ruas-ruas yang berjarak
1,5 sampai 3,5 cm. Bilah daunnya panjang sampai 30 cm dan lebarnya 0,1
sampai 0,2 cm, daunnya halus dan ujung daunnya miring. Hidup pada
substrat berlumpur dan tidak tahan terhadap kekeringan yang lama
(Pranata et al., 2018).
15
Gambar 10. Halophila spinulosa
Sumber : (Sjafrie et al., 2018).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo : Alismatales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Spesies : Halophila spinulosa
10. Halophila Minor
Halophila minor Memiliki ciri khusus yaitu Daun oval, ukuran kecil,
berpasangan dengan tangkai pada setiap ruas dari rimpang dan Tulang
daun kurang dari 8 (Sjafrie et al., 2018). Daun berwarna hijau, bulat
panjang, bentuk seperti telur, panjang daun 1-2 cm, lebar daun 0,9 cm.
Tepi daun halus, memiliki ibu tulang daun dengan 10-25 anak tulang daun
yang menyirip, panjang tangkai daun 2-2,5 cm. jarak antar nodus 1,6 cm,
tiap nodus ada dua tegakan, tiap tegakan terdiri dari 1 helai daun,
memiliki akar tunggal ditiap nodus, akar berwarna kuning kecoklatan
(Jesajas et al., 2016).
16
Gambar 11. Halophila minor
Sumber : (Sjafrie et al., 2018).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo : Alismatales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Spesies : Halophila minor
11. Halophila Decipiens
Halophila decipiens Memiliki ciri khusus yaitu daun lebih cenderung
ovallonjong, ukuran kecil, 6-8 tulang daun dan permukaan daun berambut
seperti pada Gambar 12 (Sjafrie et al., 2018). Bentuk daunnya bulat-panjang
dan menyerupai pisau wali. Sama halnya dengan Halophila spinulosa dan
Halophila minor. Pinggiran daun seperti gergaji, daun membujur seperti garis
dengan panjang 50 sampai 200 mm (Yogi, Y. 2016.).
17
Gambar 12. Halophila
decipiens Sumber : (Sjafrie et al., 2018).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Spesies : Halophila decipiens
12. Thalassodendron Cilliatum
Thalassodendron ciliatum memiliki ciri khusus yaitu daun pita, terkumpul
membentuk cluster, Satu cluster daun terbentuk dari tangkai daun yang
panjang dari rhizoma (Sjafrie et al., 2018). Rimpangnya mempunyai ruas-ruas
dengan panjang 1,5 sampai 3,0 cm, rimpang berkayu tebalnya 0,5 cm dan
ditutupi oleh bekas luka sepanjang rimpang. Akar dan rimpangnya sangat kuat
sehingga sangat cocok untuk hidup pada berbagai tipe sedimen termasuk di
sekitar bongkahan batu karang, banyak ditemukan pada dasar perairan yang
berdekatan dengan daerah tubir terumbu karang. Memiliki batang yang
panjang sampai 65 cm (tapi biasanya jauh lebih pendek). Daunnya bebentuk
seperti pita, panjang daunnya sampai 15 cm dan lebarnya 0,5 sampai 1,5 cm
(Pranata et al., 2018)
18
Gambar 13. Thalassodendron
cilliatum Sumber : (Sjafrie et al.,
2018).
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class: Liliopsida
Ordo : Alismatales
Family: Cymodoceaceae
Genus: Thalassodendron
Spesies : Thalassodendron ciliatum
19
pasir kepadatannya lebih tinggi dari pada lamun yang tumbuh pada substrat
karang mati (Rifai et al., 2013).
20
Berikut beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan lamun
diantaranya :
1. Suhu
Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan organisme di perairan
khususnya lautan. Karena pengaruhnya terhadap aktivitas metabolisme
ataupun perkembangan organisme tersebut. Suhu mempengaruhi proses
fisiologi yaitu fotosintesis, laju respirasi dan pertumbuhan. Lamun dapat
tumbuh pada kisaran 35⁰C , dan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-
30⁰C sedangkan pada suhu di atas 45⁰C lamun akan mengalami stres dan
dapat mengalami kematian (Marwanto, 2017).
2. Salinitas
21
Semua spesies lamun memiliki toleransi terhadap salinitas yang berbedabeda,
namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar terhadap Salinitas antara 10-
40‰. Nilai optimum toleransi terhadap salinitas di air laut adalah 35‰.
3. pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman adalah suatu ukuran tentang besarnya konsentrasi ion
hidrogen dan menunjukkan apakah suatu perairan itu bersifat asam atau basa,
dimana kemasaman merupakan suatu parameter yang dapat menentukan
produktivitas suatu perairan. Pada umumnya pH air laut tidak banyak
bervariasi karena adanya sistem karbondioksida dalam laut yang berfungsi
sebagai penyangga yang cukup kuat (Marwanto, 2017).
4. Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan
pengukuran cahaya sinar matahari di dalam air dapat dilakukan dengan
menggunakan lempengan/kepingan Secchidisk. Satuan untuk nilai kecerahan
dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter (Marwanto,
2017).
22
2.7 Parameter Kualitas Perairan
Parameter fisik suatu perairan memegang peranan penting bagi kehidupan
lamun dan mikroalga epifik, keadaan parameter fisik yang optimum sangat
dibutuhkan oleh lamun untuk menunjang kehidupan. Hasil parameter fisik
perairan selama penelitian menunjukkan kriteria-kriteria yang ideal untuk
pertumbuhan lamun di perairan dangkal. Parameter kualitas perairan
mempengaruhi pertumbuhan lamun, data kondisi perairan berdasarkan baku
mutu Kep. Men LH No. 51 Tahun 2004 dapat dilihat pada tabel berikut.
23
llI. METODE PRAKTIK
24
Tabel 2. Alat dan bahan
No Alat dan bahan Kegunaan
1 Frame Untuk melakukan pengamatan kerapatan, penutupan lamun,
kuadran serta biota yang berasosiasi.
50×50 cm
2 GPS (Global Untuk menentukan posisi (koordinat) lokasi pengambilan
Position data.
System)
3 Roll meter mengukur panjang transek.
4 Alat tulis Sebagai media pencatat data hasil pemantauan lamun
25
kuadran titik awal transek diletakkan pada jarak 5-10 m dari pertama kali lamun
ditemukan.
26
9. Menandai posisi titik terakhir dengan GPS dan catat koordinat
(Latitude dan Longitude). Seperti ditunjukkan gambar 15 berikut.
27
Kerapatan jenis merupakan perbandingan antara jumlah total individu
dengan unit area yang diukur. Kerapatan jenis lamun dapat dihitung dengan
persamaan (Tuwo, 2011) :
Keterangan :
Keterangan :
KR
Kerapatan relative (%) ni
Jumlah individu jenis ke-I (ind/m2)
= Jumlah individu seluruh jenis (ind/m2)
28
Keterangan :
FJi = Frekuensi jenis ke-i
Pi = Jumlah petak sampel tempat ditemukan jenis ke-i
= Jumlah total petak sampel yang diamati
Keterangan :
FR = Frekuensi relative (%)
Fi = Frekuensi jenis ke-i
= Jumlah frekuensi untuk seluruh jenis
Keterangan :
PJ = Penutupan jenis ke-I (%/m2)
Ai = Luas total Penutupan jenis ke-I (%)
A = jumlah total area yang ditutupi lamun (m2)
29
3.3.6 Penutupan relatif
Penutupan Relatif (PR) yaitu perbandingan antara penutupan
individu jenis ke-i dan total penutupan seluruh jenis. Penutupan relative
lamun dapat dihitung dengan pesamaan (Tuwo, 2011) :
Keterangan :
PR = Penutupan Relatif (%/m2)
Pi = Penutupan jenis ke-I (%/m2)
P = Penutupan untuk seluruh jenis lamun (%/m2)
Keterangan :
INP = Indeks nilai penting
FR = Frekuensi relative
RC = Penutupan
relative RD =
Kerapatan relative
30
Tabel 4. Status padang lamun
Kondisi Penutupan (%)
Baik Kaya ≥60
Rusak Kurang kaya/ Kurang sehat 30-59,9
Miskin ≤29,9
Sumber : (KEPMEN-LH, 2004)
31
DAFTAR PUSTAKA
Adim, M. F., Hasyimuddin, & Kaseng, E. (2016). Identifikasi Jenis Lamun dan
Kerapaatan Padan Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang
Tupabbiring Kabupaten Pangkep. Prosiding Seminar Nasional from
Basic Science to Comprehensive Education, 3(2), 180-187.
Auliyah, N. (2018). Komposisi Jenis Lamun (Seagrass) Di Kawasan Pantai
Malagoso Desa Dumolodo Kecamatan Gentuma Raya Kabupaten
Gorontalo.
Bortone, S.A. 2000. Seagrasses: monitoring ecology, physiology and
management. Chemical Rubber Company Press. Boca raton. Florida.
Fachrul, M. F., 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT. Bumi Aksara : Jakarta
208 hal.
Heminga, M. and C.M. Duarte. 2000. Seagrass ecology. Cambridge University
Press. Cambridge. United Kingdom.
Hernawan, U. E., NDM, S., IH, S., Suyarno, MY, I., K, A., & Rahmat. (2017).
COREMAP-CTI Pusat Penelitian Oseanograf - LIPI. COREMAP-CTI
Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, 26.
Jesajas, D., Raunsay, E. K., Aisoi., L. E., & Dimara, L. (2016). Analisis Jenis-
jenis Lamun (Seagrass) Di Perairan Kampung Yendidori Kabupaten
Biak Numfor. N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g y, 8(2), 112-130.
Marwanto. (2017). Kondisi ekosistem padang lamun di perairan Desa Mantang
Baru Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulaauan
Riau.
Malikusworo Hutomo, Anugerah Nontji. (2014) – Jakarta : COREMAP CTI LIPI.
Menajang, F. S. I., Kaligis, G. J. F., & Wagey, B. T. (2017). Seagrass Community
of The Coastal In Southern of Bangka Island, North Minahasa Regancy,
North Sulawesi Province. Jurnal Ilmiah platax, 5(2), 121.
https://doi.org/10.35.800/jip.5.2.2017.15532
Newmaster, A.F., K.J. Berg, S. Ragupathy, M. Palanisamy, K. Sambandan. And
S.G. Newmaster. 2011. Local knowledge and conservation of seagrass in
the Tamil Nadu State of India. J. of Ethnobiology and ethnomedicine.
Nurzahraeni, 2014. Keragaman Jenis dan Kondisi Padang Lamun di Perairan
Pulau Panjang Kepulauan Derawan Kalimantan Timur. Skripsi. Jurusan
Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
32
Pranata, A., Suwastika, I.N., & Paserang, P. (2018). Jenis-jenis Lamun (Seagrass)
di Kecamatan Tinangkung, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.
Natural Science: Journal of Science and Technology, 7(3), 349- 357.
Rahmawati, Irawan A., Azkab, & Supriyadi, (2014). Panduan Monitoring
Padang Lamun. LIPI, COREMAP, CRITC. PT. Sarana Komunikasi
Utama. Bogor.
Rifai, H., Patty, I., Simon., 2013. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan
Pulau Mantehage Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax.1 (4) : 177 – 186.
Sjafrie, N. D. M., Hernawan, U.E., Prayudha, B., Supriyadi, I.H., Iswari, M.Y.,
Rahmat, Anggraini, K., Rahmawati, s., dan Suyarso. 2018. Status
Padang Lamun Indonesia 2018 Ver. 02. COREMAP – CTI. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Studi, P., Kelautan, I., Ilmu, F., Dan, K., & Hasanuddin, U. (2019). BERBAGAI
TINGKAT KERAPATAN LAMUN JENIS Enhalus SKRIPSI BERBAGAI
TINGKAT KERAPATAN LAMUN JENIS Enhalus Acroides Oleh :
Tangke, U. (2010). Ekosistem padang lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi).
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 3(1), 9.
https://doi.org/10.29239/j.agrikan.3.1.9-29
Walker, D.I., G. Pergent, and S. Fazi, 2001. Seagrass decomposition. In: Short et
al. (ed.s). Global seagrass research methods. Amsterdam. Netherlands.
Yogi, Y. 2016. (n.d). ekosistem padang lamun lamun ekosistem di taman wisata
perairan
33