HASIL KEPUTUSAN BMK XV PP Fadllul Wahid

HASIL KEPTUSAN
BMK KE XV
Se jawa-Madura
Dalam Rangka Haul

KH. Abdul ahid Zuhdi Ke XVI
Dan
Nyai HJ. Badrotun Muniroh Ke XVIII
Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 1

2 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid
Daftar isi
Daftar isi .......................................................................................................................... 3
MUQODDIMAH.............................................................................................................. 4
JALSAH 1 .......................................................................................................................... 6
1. PRO-KONTRA PENGGUNAAN PRODUK BER-KARMIN | MA’ARIF
PP. FADLLUL WAHID ..........................................................................7
2. POLEMIK KONSTELASI POLITIK NASIONAL | PP. LIRBOYO..... 19
3. ROYALTI 3 LAGU | KIFAYATUL AKHYAR ..................................... 23
JALSAH 2 ....................................................................................................................... 25
1. ATURAN BARU PENGAMBILAN AIR TANAH | MA’HAD ALY
FAIDHU DZIL JALAL ......................................................................... 26
2. SEGELAS KOPI BERACUN | PP. MUS ............................................. 31
3. AMBIL SEPUASNYA, BAYAR SEIKHLASNYA | PP. DARUL FALAH
KUDUS ............................................................................................... 37
JALSAH 3 ....................................................................................................................... 42
1. KEDUBES ISRAEL | PP. MIFTAHUL ULUM JOGOLOYO ................. 43
2. KAMPANYE DI DUNIA PENDIDIKAN | PP. FADLLUL WAHID ..... 48
3. VIRALNYA TEORI BUMI DATAR | LBI ................................................... 50
Daftar Mushohih, Perumus, Notulen & Moderator ............................... 56

MUQODDIMAH
ْ َ ّ ٌَ ْ ّ َ ُّ ََ َ ََ
‫ﵟ ﻓﻠ ْﻮﻻ ﻔ َﺮ ِﻣﻦ ﻓِ ْﺮﻗ ٍﺔ ﻣﻨ ُﻬ ْﻢ َﻃﺎﺋِﻔﺔ َﺘَﻔﻘ ُﻬﻮا ِ ا ﻳْ ِﻦ‬
‫ﻢ ور*ﺔ اﷲ و'ﺮ&ﺗﻪ‬,‫ﺴﻼم ﻋﻠﻴ‬2‫ا‬
ََ َ ُ َ
‫ﺮ ُﺳ ْﻮ ِل‬2‫ ا‬3 ‫ﺴﻼ ُم‬2‫ﺼﻼة َوا‬2‫ َوا‬،7
ْ َ ْ ُْ َ َ َ َ
=‫ َوﻫﺪى ِإ‬،‫ع ِﻣ َﻦ ا ّ ِ ﻳْ ِﻦ‬C
َ َ َ َ ََ ُ ْ ْ
ِ ‫ ِﺒ‬9‫ﻤﺴ‬2‫اط ا‬ ِ <2‫ا‬ ‫ ﻣﺎ‬3 ‫ﷲ‬ ِ ‫َﻤﺪ‬D‫ا‬
ْ َ َْ َْ َ ْ َ َ َ ْ َُ َ َ ْ َْ
:‫ﻌ ُﺪ‬Sَ ‫ أﻣﺎ‬.7 ‫ ِﻌ‬V‫ وﺻﺤ ِﺒ ِﻪ أ‬،‫ﻦ‬P‫ اﻟﻄﺎ ِﻫ ِﺮ‬I‫آ‬ ِ ِ ‫ َو‬،‫ﻤ ٍﺪ‬K ‫ ﺳﻴ ِﺪﻧﺎ‬7
ِ ‫اﻷ ِﻣ‬
Al-hamdulillah Robbil 'Alamin, puji syukur kami haturkan ke

hadirat Allah atas segala nikmat yang dikaruniakan kepada kami
sehingga kami keluarga besar Pondok Pesantren Fadllul Wahid
dapat menyelenggarakan agenda tahunan “Bahtsul Masa'il Kubro
Ke XV dalam rangka Haul KH. ABDUL WAHID ZUHDI ke XVI dan
Ibu Nyai Hj. Badrotun Muniroh ke XVIII".
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Sholla Allahu 'Alaihi Wa sallam.
Selanjutnya, kami mengucapkan beribu-ribu terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan turut
mensukseskan acara bahtsul masa'il kubro ini, terlebih kepada
masyayikh PP. Fadllul Wahid, Mushahhih, Notulen, dan semua
peserta dan panitia, sehingga dalam kesempatan ini bisa
menyajikan hasil-hasil keputusan pada acara tersebut. Semoga
buku kecil ini dapat berguna dan bermanfaat pada para santri dan
kaum muslimin dalam menghadapi problem dan permasalahan
yang sering bermunculan pada masa-masa modern ini.

Namun kami tidak menutup kemungkinan, bahwa dalam
buku ini masih ada kekurangan dan bahkan kesalahan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan.
Akhirnya, hanya kepada Allah kita semua bertawakkal dan
memohon pertolongan.
‫ﻢ ور*ﺔ اﷲ و'ﺮ&ﺗﻪ‬,‫ﺴﻼم ﻋﻠﻴ‬2‫وا‬
Ngangkruk, 28 Jumada Al Ula 1445 H

13 Desember 2023 M

JALSAH 1
MUSHOHIH
KH. A’wani Sya’roni
KH. Habibul Huda Bin Najid
K. Zubair Abdul Wahid Zuhdi
KH. Fadlolan Musyafa Mu’thi
KH. Shofiyullah Mukhlas
PERUMUS
K. Ismail Abdul Wahid Zuhdi
KH. Busyro Musthofa
K. Ulil Azmi
NOTULEN
Bpk. Abdussalam
Bpk. Muhayadi
Bpk. Syarif Hidayatullah
Bpk. Khoirul Albab
MODERATOR
Ust. A. ROZIKAN

1. PRO-KONTRA PENGGUNAAN PRODUK BER-KARMIN |
MA’ARIF PP. FADLLUL WAHID
Deskripsi Masalah:
Dewasa ini masyarakat dibingungkan dengan legalitas
mengkonsumsi dan menggunakan produk berbahan karmin.
Kebingungan tersebut muncul pasca Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul
Ulama (LBM NU) Jawa Timur menyatakan bahwa karmin merupakan
bahan yang najis dan haram dikonsumsi.
Sebelumnya pada tahun 2011, MUI telah mengeluarkan fatwa
bernomor 33 Tahun 2011 yang berisikan bahwa pewarna makanan dan
minuman yang berasal dari serangga cochineal hukumnya halal,
sepanjang bermanfaat dan tidak membahayakan.
Fatwa MUI tersebut didasarkan pada, salah satunya, hadis yang
menyebut bahwa ikan serta serangga merupakan dua bangkai yang
dihalalkan oleh umat muslim. MUI menganggap serangga cochineal
mirip dengan belalang karang darahnya tidak mengalir. Oleh karenanya,
selagi digunakan untuk hal yang bermanfaat dan tidak membahayakan
orang lain, MUI memperbolehkan penggunaan karmin sebagai pewarna.
Sementara Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU)
Jawa Timur baru-baru ini mengeluarkan fatwa bahwa penggunaan
pewarna dengan bahan karmin tidak boleh digunakan. Pengumuman
tersebut disampaikan oleh Khatib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama
(PWNU) Jatim KH Romadlon Chotib. Selama ini pihaknya telah
menyoroti penggunaan karmin yang tersebar di pasaran, biasanya
karmin untuk make up dan makanan berkode E-120.
“Karena hal itu, kita sudah memutuskan (dalam bahtsul masail)
bahwa (karmin) itu merupakan bagian yang diharamkan menurut Imam
Syafi'i. Dan kita adalah orang-orang dari kalangan Syafi’iyah,” tegas KH
Romadlon Chotib saat Konferensi Pers Hasil Bahtsul Masail LBM NU
Jatim di Kantor PWNU Jatim, Selasa (12/9/2023), mengutip laman NU
Jatim. Keputusan tersebut didasari atas sejumlah keterangan dalam
beberapa kitab, seperti Al-Bayan Watahsil, Al-Taj Wa al-Iklil Juz 3, Al-

Muntaqo Syarh Muwatto' Juz 3, dan Al-Fiqh ala Madzahib Al-Arba'ah Juz
1.
Dalam keterangannya, PWNU Jatim juga mengungkapkan
alasannya mengharamkan karmin lantaran bangkai serangga (hasyarat)
tidak boleh dikonsumsi karena najis dan menjijikkan, kecuali menurut
sebagian pendapat dalam mazhab Maliki.
Dalam Islam, penggunaan serangga sebagai bahan makanan memang
menjadi perdebatan para ulama. Para ulama seperti Imam Qoffal, Imam
Malik, dan Imam Abu Hanifah menjelaskan bahwa serangga boleh
dimanfaatkan sebagai bahan makanan karena tidak mempunyai darah
yang menyebabkan bangkainya bisa membusuk.
Catatan: Dua keputusan terkait legalitas penggunaan karmin lahir
sebab perbedaan menstatuskan serangga cochineal: antara hasyarot
(serangga) ataupun jarod (belalang).
Pertanyaan:
A. Bolehkah masyarakat memilih salah-satu keputusan terkait
penggunaan produk berbahan karmin?
Jawaban:
Yang harus dilakukan oleh masyarakat ialah dengan memilih
keputusan dari PWNU Jawa Timur, karena penetapan hukum
penggunaan produk berbahan karmin tersebut ditetapkan melalui
proses yang sesuai standar syariat. Yakni dengan menstatuskan
serangga cochineal sebagai serangga bukan belalang.
Sedangkan, keputusan yang ditetapkan oleh MUI terkait hukum
penggunaan produk berbahan karmin; merupakan keputusan yang
tidak tepat. Karena:
1) Tidak sesuai dengan proses penetapan hukum berdasarkan
wajah istidlal dari Madzhab SyaIi’iyyah maupun Madzhab
Malikiyyah.
2) Penyerupaan serangga cochineal dengan belalang tidak
dibenarkan, sebab serangga ini dikategorikan sebagai dud.

‫‪3) Kebolehan mengkonsumsi perkara yang tercampur dengan‬‬
‫‪hewan yang tidak memiliki darah mengalir, selama tidak sengaja‬‬
‫‪dicampurkan dan tidak mempengaruhi perubahannya.‬‬
‫‪ ،‬ﺑ ﻗﻴﻢ ا ﺸﺎ ﻠﺔ آ ﺎ(‬ ‫‪ ‬ﺣﻴﺎة ا ﻴﻮان ا ﻜ ى ) ‪/‬‬

‫أﺳﺒﻮﻋ‪ ،7‬ﻓﺘﻘﻮل ‪2‬ﺸﺠﺮة‬ ‫ﺛﻼﺛ‪ 7‬ﺳﻨﺔ [ﺮة‪ ،‬وﺷﺠﺮة ا ﺑﺎ ﺗﺼﻌﺪ ‪W‬‬ ‫ﺗﺘﻤﺔ‪ :‬ﺷﺠﺮة ا‪2‬ﺼﻨﻮ'ﺮ ﺗﺜﻤﺮ ‪W‬‬
‫ا‪2‬ﺼﻨﻮ'ﺮ‪ :‬إن اﻟﻄﺮ‪P‬ﻖ اﻟ‪ a‬ﻗﺪ ﻗﻄﻌﺘﻬﺎ ‪ W‬ﺛﻼﺛ‪ 7‬ﺳﻨﺔ ﻗﻄﻌﺘﻬﺎ ‪ W‬أﺳﺒﻮﻋ‪ .7‬و‪P‬ﻘﺎل‪2 :‬ﻚ ﺷﺠﺮة و_ ﺷﺠﺮة‪،‬‬
‫ً‬
‫ﻓﺘﻘﻮل ﺷﺠﺮة ا‪2‬ﺼﻨﻮ'ﺮ ‪p‬ﺎ‪ :‬ﻣﻬﻼ إ= أن ﺗﻬﺐ ر‪P‬ﺎح ا‪l‬ﺮ‪P‬ﻒ‪ ،‬ﻓﺤﻴ‪j‬ﺌﺬ ﻳ‪9‬ﺒ‪2 7‬ﻚ اﻏ‪f‬ارك ﺑﺎﻹﺳﻢ‪ .‬وﻗﺎل‬
‫ا‪u‬ﺴﻌﻮدي ‪ W‬ﺗﺮ‪V‬ﺔ ا‪2‬ﺮا‪ s‬إن دودة ﺑﻄ‪q‬ﺳﺘﺎن‪ ،‬ﺗ‪,‬ﻮن ﻣﻦ ا‪u‬ﺜﻘﺎل إ= ﺛﻼﺛﺔ ﻣﺜﺎﻗﻴﻞ‪ ،‬ﺗ‪y‬ء ‪ W‬ا‪2‬ﻠﻴﻞ ﻛﻤﺎ‬
‫ﻳ‪y‬ء ا‪2‬ﺸﻤﻊ‪ ،‬وﺗﻄ• ﺑﺎ‪€‬ﻬﺎر ﻓ‪f‬ى ‪p‬ﺎ أﺟﻨﺤﺔ‪ ،‬و• ﺧ}اء [ﻠﺴﺎء ﻻ ﺟﻨﺎﺣ‪p 7‬ﺎ ‪ W‬ا‪D‬ﻘﻴﻘﺔ‪ ،‬ﻏﺬاؤﻫﺎ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ا‪f2‬اب‪2 ،‬ﻢ ‪‰‬ﺸﺒﻊ ﻗﻂ ﻣﻨﻪ ﺧﻮﻓﺎ أن ﺗﻔ‡ ﺗﺮاب اﻷرض ﻓﺘﻬﻠﻚ ﺟﻮ„‪ .‬ﻗﺎل‪ :‬وﻓﻴﻬﺎ ﻣﻨﺎﻓﻊ ﻛﺜ•ة وﺧﻮاص واﺳﻌﺔ‬
‫اﻧﺘ‪ .Ž‬وﺳﻴﺄ‪ Œ‬ﻋﻦ ا‹ﺎﺣﻆ ﻗﺮ‪P‬ﺐ ﻣﻦ ﻫﺬا‪.‬ا ‪7‬ﻢ‪5 :‬ﺮم أ‪2‬ﻠﻪ ‪1‬ﻤﻴﻊ أﻧﻮاﻋﻪ‪ ،‬ﻷﺗﻪ ﺴﺘﺨﺒﺚ إﻻ ﻣﺎ ﺗﻮ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ﻣﻨﺎ ﻣﺄ‪2‬ﻮل ﻓﻌﻨﺪﻧﺎ ﻓﻴﻪ ﺛﻼﺛﺔ أوﺟﻪ‪ :‬أﺻﺤﻬﺎ ﺟﻮاز أ–ﻠﻪ ﻣﻌﻪ ﻻ ﻣﻨﻔﺮدا‪ ،‬وا•ﺎ” “ﺐ ﺗﻤﻴ’ه وﻻ ﻳﺆ• أﺻﻼ‪،‬‬
‫ً‬
‫وا•ﺎﻟﺚ ﻳﺆ• ﻣﻌﻪ وﻣﻨﻔﺮدا‪ .‬و‪ 3‬اﻷﺻﺢ ﻇﺎﻫﺮ اﻃﻼﻗﻬﻢ أﻧﻪ ﻻ ﻓﺮق ﺑ‪ 7‬أن ˜ﺴﻬﻞ ﺗﻤﻴ’ه أو ˜ﺸﻖ‪ .‬وﻻ =ﻮز‬
‫ﺑﻴﻊ ا ود إﻻ اﻟﻘﺮ ﺰ ا‪L‬ي ﻳﺼﺒﻎ ﺑﻪ وﻫﻮ دود أ‪F‬ﺮ ﻳﻮﺟﺪ ‪ B‬ﺷﺠﺮ ا?ﻠﻮط ‪ B‬ﺑﻌﺾ ا?ﻼد ﺻﺪ‪P B‬ﺸﺒﻪ‬
‫ا ﻠﺰون‪[ .‬ﻤﻌﻪ ‪Z‬ﺴﺎء ﺗﻠﻚ ا?ﻼد ﺑﺄﻓﻮاﻫﻬﻦ‪ .‬وأﻣﺎ دود اﻟﻘﺰ ﻓﻴﺠﻮز ﺑﻴﻌﻪ‪ ،‬و“ﺐ إﻃﻌﺎﻣﻪ ورق اﻟﻔﺮﺻﺎد‪ ،‬وﻫﻮ‬
‫ا‪ž‬ﻮت اﻷﺑﻴﺾ‪ ،‬و“ﻮز ‪‰‬ﺸﻤ ﺴﻪ‪ ،‬و‪Ÿ‬ن ﻫﻠﻚ ‪ž‬ﺤﺼﻴﻞ ﻓﺎﺋﺪﺗﻪ‪ .‬و“ﻮز ﺑﻴﻊ اﻟﻔﻴﻠﺞ و‪ ¤‬ﺑﺎﻃﻨﻪ ا ود ا‪u‬ﻴﺖ ﻷن‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ﺑﻘﺎءه ﻓﻴﻪ ﻣﻦ [ﺼﻠﺤﺘﻪ‪ ،‬ﻓﻴﺠﻮز ﺑﻴﻌﻪ وزﻧﺎ وﺟﺰﻓﺎ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ¦ح ﺑﻪ اﻟﻘﺎ‪ s‬ﺣﺴ‪ 7‬وﻗﺎل اﻹﻣﺎم‪ :‬إن ﺑﺎﻋﻪ ﺟﺰاﻓﺎ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ﻛﻤﺎ ¦ح ﺑﻪ اﻟﻘﺎ‪ s‬ﺣﺴ‪ 7‬وﻗﺎل اﻹﻣﺎم إن ﺑﺎﻋﻪ ﺟﺰاﻓﺎ ﺟﺎز‪ ،‬و‪Ÿ‬ن ﺑﺎﻋﻪ وزﻧﺎ ‪2‬ﻢ “ﺰ‪ .‬ﻗﻠﺖ‪ :‬وﻫﺬا ﻫﻮ‬
‫ا‪2‬ﺼﺤﻴﺢ ا‪u‬ﻌﺘﻤﺪ‪ ،‬ﻷن ا ود ا§ي ﻓﻴﻪ‪ ،‬ﻳﻤﻨﻊ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﻣﻘﺪار ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ا‪u‬ﻘﺼﻮد‪ .‬وﻫﻮ اﻟﻘﺰ وﻗﺪ ﺟﺰم ﺑﻪ‬
‫ا‪2‬ﺸﻴﺨﺎن‪ W ،‬آﺧﺮ ﻛﺘﺎب ا‪2‬ﺴﻠﻢ وﺟﺰم ﺑﻪ اﺑﻦ ا‪2‬ﺮﻓﻌﺔ وﻏ•ه‪ .‬و‪ ¤‬روﺛﻪ ا‪l‬ﻼف ‪ W‬روث ﻣﺎ ﻻ ﻧﻔﺲ ‪ I‬ﺳﺎﺋﻠﺔ‪.‬‬
‫و‪ ¤‬ﺑﺰره ا‪2‬ﻮﺟﻬﺎن ‪ W‬ﺑﻴﺾ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺆ• واﻷﺻﺢ اﻟﻄﻬﺎرة‪ .‬وﻗﺎل اﻟﻔﻮرا” وا‪u‬ﺘﻮ_‪ :‬إن ﻗﻠﻨﺎ دود اﻟﻘﺰ ﻃﺎﻫﺮ‪ ،‬ﺑﻌﺪ‬
‫ا‪u‬ﻮت ﻓ®ره ﻃﺎﻫﺮ‪ ،‬و‪Ÿ‬ن ﻗﻠﻨﺎ إﻧﻪ ¯ﺲ ﻓﺎ‪®2‬ر ‪¬-‬ﻴﺾ ﻷن ‪ I‬ﻧﻤﺎء ﻣﺜﻠﻪ‪ .‬و‪ ¤‬ﻓﺘﺎوى اﻟﻘﻔﺎل‪ :‬إن ﺑﺰر اﻟﻘﺰ ﻻ‬
‫ﻣﺜﻞ ‪ ،I‬وﻻ “ﻮز ا‪2‬ﺴﻠﻢ ﻓﻴﻪ‪ ،‬ﻷن أﻫﻞ ا‪2‬ﺼﻨﻌﺔ ﻻ ﻳﻌﺮﻓﻮن أﻧﻪ ﻫﺬا ا‪®2‬ر ﻳ‪,‬ﻮن ‪°‬ﺴﺠﻪ أ*ﺮ أو أﺑﻴﺾ‪ ،‬ﻓﻬﻮ‬
‫‪2-‬ﺴﻠﻢ ‪ W‬ا‹ﻮاﻫﺮ‪.‬‬
‫(‬ ‫‪ ‬ا_ﺠﻤﻮع ‪a‬ح ا_ﻬﺬب ‪) -‬ج ‪ /‬ص‬
‫‪Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 9‬‬

‫أﻣﺎ ا ود ا‪u‬ﺘﻮ ‪ W‬اﻻﻃﻌﻤﺔ وا‪u‬ﺎء ﻛﺪود ا‪ 7ž‬وا‪ž‬ﻔﺎح وا¬ﺎﻗﻼء وا‹‪ ±‬وا‪l‬ﻞ وﻏ•ﻫﺎ ﻓﻼ ﻳﻨﺠﺲ ﻣﺎ ﻣﺎت‬
‫اﻟﻄﺮق ﻗﺎل ا‪2‬ﺮاﻓ‪ ³‬وﻏ•ه و‪P‬ﻨﺠﺲ ﻫﺬا ا‪D‬ﻴﻮان ﻋ‪²‬‬ ‫ﻓﻴﻪ ﺑﻼ ﺧﻼف ﻫﻜﺬا ¦ح ﺑﻪ اﻻﺻﺤﺎب ‪W‬‬
‫ا‪u‬ﺬﻫﺐ وﻻ ﻳﻨﺠﺲ ﻋ‪ ²‬ﻗﻮل )¶( ﻋﻨﺪ اﻟﻘﻔﺎل‪ :‬وأﻣﺎ ﻣﺎ ﺷﺬ ﺑﻪ ا ار · ‪ W‬اﻻﺳﺘﺬ‪-‬ر ﻓﻘﺎل ﻗﺎل ﺑﻌﺾ‬
‫اﻻﺻﺤﺎب ‪¯ W‬ﺎﺳﺔ ا‪u‬ﺎﺋﻊ ﺑﻬﺬا ا‪D‬ﻴﻮان ﺧﻼف ﻓﻐﻠﻂ ﻻ ﻳﻌﺪ ﻣﻦ ا‪u‬ﺬﻫﺐ واﻧﻤﺎ ﻧﺒﻬﺖ ﻋﻠﻴﻪ ‪º‬ﻼ ﻳﻐ‪ f‬ﺑﻪ‬
‫ﻓﺎ‪2‬ﺼﻮاب ﻣﺎ اﺗﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ اﻻﺻﺤﺎب وﻫﻮ ا‹ﺰم ﺑﻄﻬﺎرﺗﻪ ﻗﺎل اﻣﺎم ا‪D‬ﺮﻣ‪ 7‬ﻓﺎن اﻧﻌ< ﻫﺬا ا‪D‬ﻴﻮان ﻓﻴﻤﺎ‬
‫“ﺮي ﻣﻦ ﺗ<ف وﻋ< أو اﺧﺘﻠﻂ ﻣﻦ ﻏ• ﻗﺼﺪ ﻓﻼ ﻣﺒﺎﻻة ﺑﻬﻮان ‪V‬ﻊ ﺟﺎﻣﻊ ﻣﻨﻪ ﺷ ﺌﺎ وﺗﻌﻤﺪ أ–ﻠﻪ‬
‫ﻣﻨﻔﺮدا ﻓﻮﺟﻬﺎن أﺻﺤﻬﻤﺎ ¼ﺮ‪P‬ﻤﻪ ﻻﻧﻪ ﻣﻴﺘﺔ وا•ﺎ” »ﻞ ﻻن دود ا‪l‬ﻞ وا‹‪ ±‬ﻛﺠﺰء ﻣﻨﻪ ﻃﺒﻌﺎ وﻃﻌﻤﺎ‪ :‬ﻗﺎل‬
‫اﻻﻣﺎم ﻓﺎن ﺣﺮﻣﻨﺎه „د ا‪l‬ﻼف ‪¯ W‬ﺎﺳﺘﻪ ﻳﻌ¾ ﺧﻼف اﻟﻘﻔﺎل وا‹ﻤﻬﻮر‪ :‬وذﻛﺮ ﻏ• اﻻﻣﺎم ‪ W‬ﺟﻮاز أ–ﻞ‬
‫ﻫﺬا ا‪D‬ﻴﻮان ﻣﻊ ﻣﺎ ﻣﺎت ﻓﻴﻪ وﺟﻬ‪ 7‬ﻗﺎل اﻟﻐﺰا¿ ‪ W‬ا‪2‬ﻮﺟ’ ﻻ »ﺮم أ–ﻠﻪ ﻣﻊ اﻟﻄﻌﺎم ‪ 3‬اﻻﺻﺢ و‪V‬ﻊ‬
‫ا‪2‬ﺮاﻓ‪ À‬ﻫﺬا ا‪l‬ﻼف ﻓﻘﺎل ‪ W‬ﺟﻮاز أ–ﻠﻪ ﺛﻼﺛﺔ أوﺟﻪ أﺻﺤﻬﺎ “ﻮز أ–ﻠﻪ ﻣﻊ ﻣﺎ ﺗﻮ ﻣﻨﻪ ﻻ ﻣﻨﻔﺮدا وا•ﺎ”‬
‫“ﻮز ﻣﻄﻠﻘﺎ وا•ﺎﻟﺚ »ﺮم ﻣﻄﻠﻘﺎ‬
‫‪ ‬ا‪f‬ﻼﺻﺔ اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ‪ i‬ﻣﺬﻫﺐ ا ﺴﺎدة ا_ﺎ ﻜﻴﺔ ـ ﻠﻘﺮوى ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪(klm‬‬
‫ا‪2‬ﺮاﺑﻊ ﺧﺸﺎش اﻷرض ‪-‬ﻟﻌﻘﺮب وا‪l‬ﻨﻔﺴﺎء وا‹ﻨﺪب ﺑﻀﻢ ا‹ﻴﻢ و'ﻨﺎت وردان ﻗﺮ‪P‬ﺒﺔ ﻣﻦ ا‹ﻨﺪب ‪W‬‬
‫ا‪l‬ﻠﻘﺔ وا‪€‬ﻤﻞ وا ود وا‪2‬ﺴﻮس ﻓﺎ§‪-‬ة ﺗﻌﻤﻞ ‪ W‬ﻫﺬا ا‪€‬ﻮع ﺑﻤﺎ ﻳﻤﻮت ﺑﻪ ﻗﻴﺎﺳﺎ ‪ 3‬ا‹ﺮاد ﻷﻧﻪ ﻟ ﺲ ‪ I‬ﻧﻔﺲ‬
‫و‪Ÿ‬ﻻ ﻓﻼ “ﻮز ﺣﻴﺚ ﺗﺮﺗﺐ ﻋﻠﻴﻪ ‪Å‬ر ﻷﻧﻪ ﻗﺪ ﻳﻌﺮض‬ ‫ﺳﺎﺋﻠﺔ ﻓﻴﻜﻮن ﻣﺒﺎح اﻷ–ﻞ إن ﻗﺒﻠﺘﻪ ﻃﺒﻴﻌﺔ اﻵ‬
‫‪2‬ﻠﻤﺒﺎح اﻟﻄﺎﻫﺮ ﻣﺎ ﻳﻤﻨﻊ أ–ﻠﻪ ‪u-‬ﺮ‪P‬ﺾ إذا ‪-‬ن ﻳ} ﺑﻪ ﻧﻮع ﻣﻦ اﻟﻄﻌﺎم ﻓﻼ “ﻮز أ–ﻠﻪ‬
‫‪ ‬ا ﺎوى ا ﻜﺒ‪ o‬ـ ا_ﺎوردى ) ‪(pk /‬‬

‫وا‪}2‬ب ا•ﺎ” ‪ :‬ﻣﺎ ﻻ ﻧﻔﺲ ‪ I‬ﺳﺎﺋﻠﺔ ﻃﻬﺎرة ﻣﻴﺘﺔ ‪ ،‬وﻫﻮ ‪'Å‬ﺎن ﻣﺄ–ﻮل وﻏ• ﻣﺄ–ﻮل ‪ ،‬ﻓﺄﻣﺎ ا‪u‬ﺄ–ﻮل ‪D-‬ﻮت‬
‫وا‹ﺮاد ﻓﺴﻨﺬﻛﺮﻫﻤﺎ وﻧﺬﻛﺮ ﻣﺎ ﻣﺎﺗﺎ ﻓﻴﻪ ‪ ،‬وأﻣﺎ ﻏ• ا‪u‬ﺄ–ﻮل ﻓ‪§Æ‬ﺑﺎب وا‪l‬ﻨﺎﻓﺲ وا‪2‬ﺰﻧﺎﺑ• وا ﻳﺪان‬
‫واﻟﻌﻘﺎرب وا‪D‬ﻴﺎت وﻣﺎ ﺷﺎ‪É‬ﻪ ‪È‬ﺎ ﻻ ‪‰‬ﺴﻴﻞ ﻧﻔﺴﻪ ‪ ،‬وﻻ “ﺮي دﻣﻪ ﻓ‪Ç‬ﻪ إذا ﻣﺎت ¯ﺲ ‪ ،‬وأ–ﻠﻪ ﺣﺮام ﺳﻮاء‬
‫ذ‪2‬ﻚ ﻃﺎﻫﺮ‬ ‫ﺗﻮ ‪ W‬ﻃﻌﺎم أو ‪C‬اب ﻛﺪود ا‪€‬ﺤﻞ واﻟﻔﺎﻛﻬﺔ أم ﻻ ‪2- ،‬ﺰﻧﺎﺑ• واﻟﻌﻘﺎرب ‪ .‬وﻗﺎل ﻣﺎ‪2‬ﻚ وداود‬
‫وأ–ﻠﻪ ﺣﻼل ‪ ،‬وﻗﺎل أﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ‪É :‬ﻪ ﻃﺎﻫﺮ وأ–ﻠﻪ ﺣﺮام ‪ ،‬وﻗﺎل ﺑﻌﺾ أﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻣﻦ ﻓﻘﻬﺎء ﺧﺮاﺳﺎن ﻣﺎ ﺗﻮ‬
‫ﻣﻦ ﻃﻌﺎم أو ‪C‬اب ﻓﻬﻮ ﻃﺎﻫﺮ ‪ ،‬وأ–ﻠﻪ ﺣﻼل ‪ ،‬وﻣﺎ ‪2‬ﻢ ﻳﺘﻮ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ¯ﺲ وأ–ﻠﻪ ﺣﺮام ‪ ،‬واﺳﺘﺪل ﻣﻦ ﻗﺎل‬
‫ﺑﻄﻬﺎرﺗﻪ ﺑﺄن ﻣﺎ ﻻ ﻧﻔﺲ ‪ I‬ﺳﺎﺋﻠﺔ ˜ﺴﺘﻮي ﺣ‪,‬ﻢ [ﻮﺗﻪ وﺣﻴﺎﺗﻪ ‪D-‬ﻮت وا‹ﺮاد ‪ ،‬ﻗﻴﺎﺳﺎ ﻣﻄﺮدا ‪ ،‬وا واب‬
‫‪10 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid‬‬

‫وا¬ﻬﺎﺋﻢ ‪ .‬ﻗﻠﻨﺎ ‪ :‬ﻣﻨﻌﻜﺴﺎ ‪- ،‬إ= أن ﻗﺎل‪ -‬وا•ﺎ” ‪ :‬أن ا‪Í2‬ع ﺑﺘﺨﺼﻴﺺ ا‪D‬ﻮت وا‹ﺮاد ﺑﻌﺪ ا‪D‬ﻈﺮ ﻣﺎﻧﻊ‬
‫ﻣﻦ أن ﻳﻘﺎس ﻋﻠﻴﻪ ﻣﺎ ﻻ ﻧﻔﺲ ‪ I‬ﺳﺎﺋﻠﺔ ﻛﻤﺎ ﺻﺢ أن ﺗﻘﺎس ﻋﻠﻴﻪ ﻣﺎ ‪ I‬ﻧﻔﺲ ﺳﺎﺋﻠﺔ ‪.‬‬
‫‪r ‬ﻔﺔ ا_ﺤﺘﺎج ‪a B‬ح ا_ﻨﻬﺎج)‪(41/ 255‬‬

‫‪ْ ,‬ﻦ َ ُ‪ I‬ا ْﺳ ٌﻢ ﻋﻨْ َﺪ ُﻫﻢْ‬ ‫‪ُ َ َْ ْ َ ًَْ ُ َ Î‬‬ ‫ْ‬ ‫َُْ َ ُ َ َ‬ ‫َُ‬ ‫َ ْ ُ َ ْ ُ َََ‬
‫ِ‬ ‫ان َﺳﺄ‪2‬ﻮا ( ‪Ï‬ﻨﻪ ) وﻋ ِﻤﻞ ِﺑ‪9‬ﺴ ِﻤﻴ ِﺘ ِﻬﻢ ( ِﺣﻼ وﺣﺮﻣﺔ ) و‪ِŸ‬ن ‪2‬ﻢ ﻳ‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫) و‪ِŸ‬ن ﺟ ِﻬﻞ اﺳﻢ ﺣﻴﻮ ٍ‬
‫ْ ُ‬ ‫ﺤﻢ َو‪ْ َP‬ﻈ َﻬ ُﺮ َﻗ ِﺪ ُ‬ ‫َْ َ ًْ ْ‬ ‫ُ ًَ َْ َ ًْ ْ َ ْ َْ‬ ‫ْ ََْ َ‬ ‫ُ ُْ َ َْْ َ‬
‫ﻳﻢ اﻟﻄﺒ ِﻊ ِﻟﻘﻮةِ‬ ‫ﺎت ﺻﻮرة أو ﻃﺒﻌﺎ ِﻣﻦ ﻋﺪ ٍو أو ِﺿﺪهِ أو ﻃﻌﻤﺎ ‪ِ2‬ﻠ ِ‬ ‫ا‪Ï‬ﺘ ِ‪ِ q‬ﺑﺎﻷﺷﺒ ِﻪ ِﺑ ِﻪ ( ِﻣﻦ ا‪َD‬ﻴﻮاﻧ ِ‬
‫ﺣﻞ‬ ‫اﺳﺘَ َﻮى ا‪2‬ﺸﺒَ َﻬﺎن أَ ْو ‪ْ َ 2‬ﻢ َ¯ ْﺪ َ ُ‪َ I‬ﺷﺒَ ًﻬﺎ َ‬ ‫ْ َ ُْ َ ‪ْ ْ َ َُ Ò‬‬ ‫َْ َ‬
‫دﻻﻟ ِﺔ اﻷﺧﻼ ِق ‪ 3‬ا‪َ 2‬ﻤ َﻌ ِﺎ” اﻟ‪ِ Æ‬ﻣﻨ ِﺔ ِ‪ W‬ا‪€‬ﻔ ِﺲ ﻓﺎﻟﻄﻌﻢ ﻓﺎ‪2‬ﺼﻮرة ﻓﺈِن‬
‫ََ ْ‬ ‫ََ َ َْ ْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬
‫ا‪ْ ُ D‬ﺮ َﻣ َﺔ × َ‬ ‫ﻴﺢ ا‪2‬ﺰ ْر َﻛ ِ ّ‬ ‫إ¿ ُ‪َK‬ﺮ ًﻣﺎ { ْاﻵﻳَ َﺔ َو َﻫ َﺬا َﻗ ْﺪ ُ‪Ô‬ﻨَﺎ‪ W‬ﺗَ ْﺮﺟ َ‬ ‫َْ ََ َ ُْ َ َ ُ َ ُ َ َ‬
‫ﻴﻤﺎ َ[ﺮ إﻻ‬ ‫ِ‬ ‫‪Ó‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫و‪Ö‬‬‫ِﻟﻘﻮ ِ ِ‪Ù I‬ﻌﺎ= } ﻗﻞ ﻻ أ ِﺟﺪ ِ×ﻴﻤﺎ أ ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َ ُ َ‬ ‫َ ْ َُ َ َ‬
‫ﺎر ‪Ú‬ﻢ أﻗ َﻮى ِﻣﻨﻪ ﻫﻨﺎ ‪ ) .‬ﺗ‪ِ j‬ﺒﻴﻪ ( ﻗ ْﻮ‪ُ 2‬ﻬ ْﻢ أ ْو َﻃﻌ ًﻤﺎ ُﻣﺘَ َﻌﺬ ٌر ِﻣ ْﻦ ِﺟ َﻬ ِﺔ ا‪ž‬ﺠ ِﺮ'َ ِﺔ‬ ‫ِ‬
‫ﺧﺒَ‬ ‫اﻷ‬ ‫‪W‬‬‫ِ‬ ‫ض‬ ‫ﺎر‬ ‫ﻌ‬ ‫ا‪ž‬‬ ‫ن‬ ‫أن ‪Ô‬ﻔﺮق ِﺑﺄ‬
‫َُْ ُ َ َ ْ َ َ َْْ ََ ََ َ‬ ‫ْ َََ َ َ ‪َ َََ َ Ò‬‬ ‫ََ ‪َ ْ ُ ْ َْ ْ َ َْ َْ ََ َ Ò‬‬
‫‪Ý‬ﺪ اﻷﺷﺒﻪ ِﺑ ِﻪ وذ‪ِ2‬ﻚ‬ ‫ﺎت ¼ﺮم إ= أن ِ‬ ‫¼ﻞ وﺣﻴﻮاﻧ ٍ‬ ‫ﺎت ِ‬ ‫• ِﻣﻦ ﺣﻴﻮاﻧ ٍ‬ ‫ِ‪ž‬ﻮﻗ ِﻔﻬﺎ ‪ 3‬ذﺑ ٍﺢ أو ‪َ Ü‬ﻄ ِﻊ ِﻓ‪Û‬ةٍ ِﻣﻦ ﻋﻀ ٍﻮ َﻛ ِﺒ ٍ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪َْ 7‬‬ ‫ﺠ ُﻪ َ‪َ Ù‬ﻌ ‪ُ Ò‬‬‫ﻚ ﻓﺎ§ي ُ‪Ô‬ﺘ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٌ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ َ ََ َ ََ ُ َ ْ ُْ ْ ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َْ ُْ‬ ‫َ ُ ْ‬
‫* ِﻞ ‪ِ [ِ ß‬ﻬ ْﻢ‬ ‫ِ‬ ‫‪ُ ,‬ﻦ اﻟﻘﻮل ِﺑ ِﻪ ِﻷﻧﻪ ﻻ ‪Þ‬ﻳﺔ ُ‪ 3 I‬أﻧﻪ ﻗﺪ ﻻ ﻳ‪ِ j‬ﺘ ُﺞ ‪2‬ﻮ ﻓ ِﻌﻞ ﻛ ِﺜ• ِﻣﻦ ذ‪ِ 2‬‬ ‫ﻻ ‪Ô‬ﻤ ِ‬
‫ََ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ً ََْ َ ْ َ َ َ ُْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ ََ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ََ َ ‪ُ ْ َ َْ َ Ò‬‬
‫»ﻞ أ ْو » ُﺮ ُم ×ﻴُﻌ َﻤﻞ‬ ‫ان ِ‬ ‫‪ 3‬ﻣﺎ إذا وﺟﺪﻧﺎ ﻋﺪﻻ و‪2‬ﻮ ﻋﺪل ِرواﻳ ٍﺔ ‪ qِ à‬ﺑِﻤﻌ ِﺮﻓ ِﺔ ﻃﻌ ِﻢ ﻫﺬا وأﻧﻪ ˜ﺸ ِﺒﻪ ﻃﻌﻢ ﺣﻴﻮ ٍ‬
‫َ‬ ‫ََ ُْ َ‬ ‫ُ َ َ َ َْ ُ َ ْ َ َ ََ ُ ُ‬ ‫َ ََ َْْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ﻮﺟﺪ ﻫﺬا ﻓﻼ ‪َ Ô‬ﻌﻮل إﻻ ‪ 3‬ا‪2‬ﻤﺸﺎ‪S‬ﻬ ِﺔ اﻟﻄ ِﺒﻴ ِﻌﻴ ِﺔ‬
‫َ‬ ‫‪q‬هِ َو‪ُP‬ﻘﺪ ُم ِﺣﻴ‪ِ j‬ﺌ ٍﺬ ‪ 3‬اﻷﺷﺒَ ِﻪ ِﺑ ِﻪ ﺻﻮرة أﻣﺎ إذا ‪2‬ﻢ ﻳ‬ ‫ِ‬
‫‪َá‬‬
‫ِ‬
‫َََ ُْ‬ ‫‪Ò‬‬ ‫َ‬
‫ﻮر‪ِ P‬ﺔ ×ﺘﺄ[ﻠﻪ‬ ‫ﻓﺎ‪2‬ﺼ ِ‬
‫‪ ‬ﻧﻬﺎﻳﺔ ا_ﺤﺘﺎج ‪) -‬ج ‪ / k‬ص ‪(kps‬‬

‫ََ َ َُ‪َْْ َ َ َ َ ََ Ò‬‬ ‫َْ َْ‬ ‫‪ْ َ â َ َ â‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََ ُ‬ ‫ْ َ‬ ‫ََ َ َ‬
‫‪P‬ﻢ وﻻ ِﺑﻤﺎ ﻳﺪل ‪ 3‬أﺣ ِﺪ ِﻫﻤﺎ ‪-‬ﻷ[ ِﺮ‬ ‫ﻴﻞ أو ¼ ِﺮ ٍ‬ ‫ﺎب وﻻ َﺳﻨ ٍﺔ ﺧﺎص وﻻ „م ِﺑﺘﺤ ِﻠ ٍ‬ ‫) وﻣﺎ ﻻ ﻧﺺ ِ×ﻴ ِﻪ ( ِﻣﻦ ِﻛﺘ ٍ‬
‫َ‬ ‫ُْ‬ ‫ْ َ‬ ‫اﺳﺘَ َﻄﺎﺑَ ُﻪ أ ْﻫ ُﻞ ˜ َ َﺴﺎر َو ِﻃﺒَ ٍ َ َ ْ ْ َ َ‬ ‫َْ َْ ْ َُْ ْ‬
‫ا¬ﻼ ِد َواﻟﻘ َﺮى ُدون‬ ‫َ‬
‫ﺎع ﺳ ِﻠﻴﻤ ٍﺔ ِﻣﻦ اﻟﻌﺮ ِب ( ا‪2‬ﺴﺎ ِﻛ ِﻨ‪ِ Wِ 7‬‬ ‫ٍ‬
‫إن ْ‬ ‫‪Ï ã‬ﻨﻪ )‬ ‫ﺑَِﻘﺘ ِﻠ ِﻪ أو ا‪ِ €‬‬
‫ﻴﻤﺎ َ‪ْ Ô‬ﻈ َﻬﺮُ‬ ‫ﺠﻢ × َ‬ ‫اء َﻣﺎ ﺑﺒ َﻼد اﻟْ َﻌ َﺮب َواﻟْ َﻌ َ‬ ‫ﺣﻞ ( ﺳﻮَ‬
‫َ‬ ‫ﺣﺎل َر َﻓﺎﻫﻴَﺔ َ‬ ‫ﻮن َﻣﺎ َدب َو َد َر َج ) ‪َ W‬‬ ‫َ َْ ُ ُ َ‬ ‫أ ْﻫﻞ ْ َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ٌ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ا§ﻳﻦ ﻳﺄ–ﻠ‬ ‫ا¬ َﻮا ِدي ِ‬ ‫ِ‬
‫َ َُ ٌ َ ًَ ْ َ ُ َْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُْ ْ َ َ ْ‬ ‫َ ‪ْ َ ََ َ َ َ ُ َ Ò‬‬ ‫َ ْ ْ َ ْ َُ ُ ََ‬
‫ﻴﺚ ‪ ،‬و‪K‬ﺎل „دة اﺟ ِﺘﻤﺎع اﻟﻌﺎ‪ِ 2‬ﻢ‬ ‫ﺐ وا‪D‬ﺮﻣﺔ ِﺑﺎ‪ِ l‬ﺒ ِ‬ ‫»ﻞ ِﻷﻧﻪ ‪Ù‬ﻌﺎ= أﻧﺎط ا‪ِD‬ﻞ ِﺑﺎﻟﻄﻴ ِ‬ ‫) و‪ِŸ‬ن اﺳﺘﺨﺒﺜﻮه ﻓﻼ ( ِ‬
‫ْ َََ َ َ ُْ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َْ َ ُ ََْ َ ُ ْ َْْ َ ُ َْ ْ َ ُ َ ً َ َْ ْ َُ‬ ‫ََ َ َ ْ َ‬
‫‪ 3‬ذ‪ِ2‬ﻚ ِﻻﺧ ِﺘﻼ ِف َﻃﺒَﺎﺋِ ِﻌ ِﻬﻢ ×ﺘﻌ‪ 7‬أن ا‪2‬ﻤﺮاد ‪S‬ﻌﻀﻬﻢ ‪ ،‬واﻟﻌﺮب أو‪ِ å‬ﻷ ﻬﻢ اﻷﻓﻀﻞ اﻷﻋﺪل ِﻃﺒﺎ„ واﻷ–ﻤﻞ‬
‫َ‬ ‫ُْ ْ َ َ ُْ ْ ُ َُ ْ ََ َ ْ ْ َ َ َ‬ ‫ﻮﻻ ‪َ ،‬وﻣ ْﻦ َ‪Ú‬ﻢ أُ ْرﺳ َﻞ َﺻ‪َ ْ َ َ ُ ç‬‬ ‫ُُ ً‬
‫ﻳﺚ‬ ‫اﷲ ﻋﻠﻴ ِﻪ َوﺳﻠ َﻢ ِﻣﻨﻬﻢ َوﻧ َﺰل اﻟﻘﺮآن ِﺑﻠﻐ ِﺘ ِﻬﻢ َو‪æ‬مِ أﻫ ِﻞ ا‹َﻨ ِﺔ ِﺑﻬﺎ ﻛﻤﺎ ِ‪ W‬ﺣ ِﺪ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪Ï‬ﻘ‬
‫ُ َ ْ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫‪َ ،‬و‪ ¤‬آﺧ َﺮ } ﻣ ْﻦ أﺣﺒﻬ ْﻢ ﻓﺒﺤ‪ è‬أﺣﺒﻬ ْﻢ ‪َ ،‬وﻣ ْﻦ أ‪S‬ﻐﻀﻬ ْﻢ ﻓﺒﺒﻐ‪ y‬أ‪S‬ﻐﻀﻬ ْﻢ { ﻟ ْ ُ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫< إ=‬ ‫‪,‬ﻦ ﻳﺮﺟﻊ ِ‪ W‬ﻋ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﻚ ‪ W‬أَ ْ[ﺮ َ‪ُ ْé‬ﻬﻮل ‪.‬أﻣﺎ َﻣﺎ َﺳﺒَﻖَ‬
‫َ‬ ‫‪َ َ Òََ َ Ò‬‬
‫‪2‬‬ ‫ذ‬ ‫ﻞ‬ ‫‪K‬‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫‪³‬‬ ‫ﻓ‬ ‫ا‬ ‫ا‪2‬ﺮ‬ ‫ُ‬
‫ﻪ‬
‫َ ُ ْ َ ْ ََُ َ ُ َ َ َ َََ‬
‫ﺜ‬‫‪ê‬‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻛ‬ ‫ﺮ‬‫ﻛ‬ ‫ذ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮا‬ ‫ﻌ‬ ‫‪V‬‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫و‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫×‬ ‫َ‬
‫ﻳﻦ‬ ‫د‬ ‫ﻮ‬ ‫أَ ْ– َﻤﻞ ا‪َ ْ 2‬ﻤ ْﻮ ُ‬
‫ﺟ‬
‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫‪Ò‬‬ ‫َ َ َََُ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ ُْ ْ َ َ ُ ْ َ َ ُ َ َ‬
‫ﻴﻬ‪ë‬م اﻟﻌﺮ ِب ‪Ü‬ﺒﻠﻬﻢ ×ﻘﺪ ﺻﺎر ﻣﻌﻠﻮم ا‪ِ ,D‬ﻢ ﻓﻼ ﻳﻠﺘﻔﺖ ِﻟ‪ِ [ِ ë‬ﻬﻢ ِ×ﻴ ِﻪ ‪ ،‬وﻣﺎ ‪ê‬ﺜﻪ ا‪2‬ﺰرﻛ ِ‪ِ Ó‬ﻣﻦ ِاﻻﻛ ِﺘﻔﺎ ِء‬ ‫ِ× ِ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َ َْ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ْ ُ ٌ‬
‫ﻮﺻ ِﻪ ‪،‬‬ ‫‪P‬ﺮ ِ‪á‬ﺼ ِ‬ ‫ان أ ِﺧﺬ ﺑِﺎ‪D‬ﻈﺮ ِﻷﻧﻪ اﻷﺣﻮط ﻣﻔﺮوض ِ‪ W‬ﻫﺬا ا‪ž‬ﺼﻮ‬ ‫‪ِ 7‬ﻣﻨﻬﻢ وأﻧﻪ ‪2‬ﻮ ﺧﺎﻟﻔﻬﻤﺎ آﺧﺮ ِ‬ ‫‪ q‬ﻋﺪﻟ ِ‬ ‫ِ‪ِ á‬‬
‫ﻷ ُﻬﻢْ‬ ‫ْ َ ْ َ َ ُ ْ ِ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُ َِ ِ ُ ْ ٌ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ َ ْ َ ُ َ ُ َْ ْ َ َ َ ُ َْ ْ‬
‫َ‬
‫‪ ، ì‬ﻓﺈِن اﺳﺘﻮوا رﺟﺢ ﻗﺮ˜ﺶ ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫و‪ِŸ‬ﻻ ×ﻘﺪ ¦ﺣﻮا ِﺑﺄﻧﻪ ‪2‬ﻮ اﺳﺘﻄﺎﺑﻪ ا¬ﻌﺾ واﺳﺘﺨﺒﺜﻪ ا¬ﻌﺾ أ ِﺧﺬ ِﺑﺎﻷ– ِ‬

‫َ‬
‫ﻮﺟ ُﺪوا ُﻫ ْﻢ َوﻻ‬ ‫َ ْ َُ ََْ َ َ ً َ ُُ ً َ ْ َََْ ُْ َ ‪ُ َْ َْ َُ َ َْ Ò َ َْ َ َ ُ ََ َ Ò‬‬
‫أ–ﻤﻞ اﻟﻌﺮ ِب ‪Ï‬ﻤﻼ و×ﺘﻮة ‪ ،‬ﻓﺈِن اﺧﺘﻠﻒ اﻟﻘﺮ ِﺷﻴﻮن وﻻ [ﺮﺟﺢ أو ﺷﻜﻮا أو ﺳﻜﺘﻮا أو ‪2‬ﻢ ﻳ ِ‬
‫َ‬ ‫ْ َ‬ ‫ُ َ ُْ‬ ‫اﺧﺘَﻞ َ ْ‬‫َ ًَ َ ْ ْ‬ ‫َ ْ ُ ُ ْ ْ ْ َ َ ُ ْ َ َْ َ َ ْ َ ْ َ‬
‫‪ٌ C‬ط ِ[ﻤﺎ ذ ِﻛ َﺮ ‪ْ 2‬ﻢ ‪Ô‬ﻌﺘَﺪ ِﺑ ِﻬ ْﻢ ِﻻﻧ ِﺘﻔﺎ ِء ا•ﻘ ِﺔ‬ ‫‪ِ ì‬ﺑ ِﻪ ﺷﺒﻬﺎ ‪ ،‬ﻓﺈِن‬ ‫ان اﻷ– ِ‬ ‫ﻏ•ﻫﻢ ِﻣﻦ اﻟﻌﺮ ِب أ‪ِD‬ﻖ ِﺑﺎ‪D‬ﻴﻮ ِ‬
‫‪ْ ,‬ﻦ َ‪ُI‬‬ ‫ﺣ ْﺮ َﻣ ًﺔ ) َو‪ْ Ÿ‬ن ‪ْ َ 2‬ﻢ ﻳَ ُ‬ ‫‪ُ َ x‬‬ ‫ْ‬ ‫َُْ َ ُ َ َ ْ َ‬ ‫َ ْ ُ َ ْ ُ َََ ُ ُ‬ ‫َْ ْ َ‬
‫ِ‬ ‫ان ﺳﺌِﻠﻮا ( |ﻨﻪ ) وﻋ ِﻤﻞ ﺑِ‪z‬ﺴ ِﻤﻴﺘِ ِﻬﻢ ( ﺣِﻼ و‬ ‫ِﺑﻘﻮ‪ِ ِ 2‬ﻬﻢ ِﺣﻴ‪ِ j‬ﺌ ٍﺬ ) و‪ِ€‬ن ﺟ ِﻬﻞ اﺳﻢ ﺣﻴﻮ ٍ‬
‫ﺠ ُﻪ َ‪ْ Ù‬ﻘ ِﺪ ُ‬
‫ﻳﻢ‬ ‫ﻮر ًة أَ ْو َﻃﺒْ ًﻌﺎ ﻣ ْﻦ َﻋ ُﺪ ‪â‬و أَ ْو ﺿﺪه أَ ْو َﻃ ْﻌ ًﻤﺎ ‪َ ،‬وا‪ُ ْ 2‬ﻤﺘ َ‬
‫ا‪َD‬ﻴَ َﻮان ُﺻ َ‬ ‫ْ ْ‬ ‫ْ ٌ َْ ُ ْ ُ ُْ َ َْْ‬
‫‪ِ q‬ﺑﺎﻷﺷﺒَ ِﻪ ِﺑ ِﻪ ( ِﻣﻦ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اﺳﻢ ِﻋﻨﺪﻫﻢ ا‪Ï‬ﺘ ِ‬
‫ََ َْ َْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫‪Ò‬‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ُ ََ َ‬
‫¯ﺪ‬ ‫ﺎن أو ‪2‬ﻢ ِ‬ ‫اﻟﻄﺒ ِﻊ ِﻟﻘﻮةِ دﻻﻟ ِﺔ اﻷﺧﻼ ِق ‪ 3‬ا‪2‬ﻤﻌ ِﺎ” اﻟ‪ِ Æ‬ﻣﻨ ِﺔ ِ‪ W‬ا‪€‬ﻔ ِﺲ ﻓﺎﻟﻄﻌﻢ ﻓﺎ‪2‬ﺼﻮرة ‪ ،‬ﻓﺈِن اﺳﺘﻮى ا‪2‬ﺸﺒﻬ ِ‬
‫‪Ó‬‬ ‫ﻚ َﻣﺎ َ[ﺮ َ‪ْ Ï‬ﻦ ا‪2‬ﺰ ْر َﻛ ِ ّ‬ ‫ْ ََ ََ َُ َ َ‬ ‫ﻴﻤﺎ أُ َ َ ُ َ ً‬ ‫ﺎ= } ُﻗ ْﻞ َﻻ أَﺟ ُﺪ × َ‬ ‫َُ َ َ ً َ َ ْ َ َ َ‬
‫و‪ Ö‬إ¿ ‪K‬ﺮﻣﺎ { اﻵﻳﺔ ‪ ،‬وﻻ ‪Ô‬ﻨ ِﺎ‪ W‬ذ‪ِ 2‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫‪ I‬ﺷﺒﻬﺎ ﺣﻞ ِﻟﻘﻮ ِ ِ‪Ù I‬ﻌ‬
‫ُْ َُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ُ َ‬ ‫ْ ْ َْ َ‬
‫ﺎر ‪Ú‬ﻢ أﻗ َﻮى ِﻣﻨﻪ ﻫﻨﺎ‬ ‫ِﻣﻦ ا‪D‬ﺮﻣ ِﺔ ِﻷن ا‪ž‬ﻌﺎرض ِ‪ W‬اﻷﺧﺒ ِ‬
‫ُ‬
‫‪ ‬ﺣﺎﺷﻴﺔ ا?ﺠ‪ i •o‬ا_ﻨﻬﺎج ) ‪( /‬‬

‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َُ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َْ ْ َ َ َ‬ ‫َُْ َْ ُْ ْ‬
‫ﺣ َﻬﺎ‬ ‫اد أن ﻻ ‪ْ Ô‬ﻄ َﺮ َ‬ ‫‪P‬ﺢ ‪ ،‬وا‪2‬ﻤﺮ‬ ‫‪á‬ﻼ ِف ا‪2‬ﺮ ِ‬ ‫ﺎرا ِ‪ W‬ا‹ُﻤﻠ ِﺔ ِ ِ‬ ‫ﺤﻴَ َﻮان اﺧﺘﻴَ ً‬
‫ِ ِ‬
‫ﻷن ‪2‬ﻠ َ‬
‫) ﻗﻮ ُ‪َ I‬و‪2‬ﻢ ‪Ù‬ﻄ َﺮح ( َو‪2‬ﻮ ِﻣﻦ ﺑ ِﻬﻴﻤ ٍﺔ ِ ِ‬
‫َ َ‬ ‫َ ًَ ََ ُ َ ًَ َ َ َ َ َ َ َ ً َْ ُ ْ َ ْ ََْ ُ ُ َ ََ َ ُ ‪َ Ò‬‬
‫} ﻛ َﻤﺎ ِ‪ W‬ع ش ﻗﺎل ا‪2‬ﺸ ْﻤ ُﺲ ا‪2‬ﺸ ْﻮ'َ ِﺮ ‪Ò‬ي‬ ‫ﻣﻴﺘﺔ ‪ ،‬وﺗ ِﺼﻞ ﻣﻴﺘﺔ أﻣﺎ إذا ﻃﺮﺣﻬﺎ ﺣﻴﺔ أو أﺣ ِﻴﻴﺖ ‪Ü‬ﺒﻞ وﺻﻮ‪ِ2‬ﻬﺎ ﻓﻼ ﻳ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ًَ َْ َ َ َ َ ٌ ََ‬ ‫َ َ ُْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٌَ‬ ‫ََْ َ َ َ َ َْ َ‬
‫§ي أﺟﺎب ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻴﻞ َوﺷﻚ ِ‪ W‬أ ﻬﺎ أﻟ ِﻘﻴﺖ ِ×ﻴ ِﻪ ﻣﻴﺘﺔ أو ﻻ ﻓ ِﻔﻴ ِﻪ ﻈﺮ ‪ ،‬وا ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ﺟﺪ َﻣﺎ ﻻ ﻔ َﺲ ُ‪َ I‬ﺳﺎﺋِﻠﺔ ِ‪َ W‬ﻣﺎ ٍء ﻗ ِﻠ‬ ‫ﻓﻠﻮ و‬
‫ََْ ُ ُ ْ َ َ َ َْْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ُ َ ُ َْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫ُ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ ُ‬
‫‪ ، 7‬و'ﻌﻀﻬﻢ أﺟﺎب ِﺑﺎﻟﻌﻔ ِﻮ‬ ‫ﺷﻴﺨﻨﺎ م ر ‪2‬ﻤﺎ ﺳﺌِﻞ ‪Ï‬ﻦ ذ‪ِ2‬ﻚ ﻋﺪم اﻟﻌﻔ ِﻮ ِﻷﻧﻪ رﺧﺼﺔ ﻓﻼ ﻳﺼﺎر إ ﻬﺎ إﻻ ‪ِS‬ﻴ ِﻘ ٍ‬
‫ﻮﻗﺎ َو َﻣ ْﻔ ُﻬ ً‬ ‫َ َْ ْ ََ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ََ ُ َْ ْ َ َ ْ ُ ً‬ ‫َ َ ُ َْ‬ ‫َ ًَ َْ ْ‬
‫ﻮﻣﺎ‬ ‫‪P‬ﺮ ﻫ ِﺬهِ ا‪2‬ﻤﺴﺄﻟ ِﺔ ِﺑﺄﻃﺮا ِﻓ ِﻬﻤﺎ أن ‪Ô‬ﻘﺎل ﻛﻤﺎ ا‪Ü‬ﺘﻀﺎه ‪ß‬م ا¬ﻬﺠ ِﺔ ﻣﻨﻄ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎﺻﻞ ¼ ِﺮ‬ ‫‪Ï‬ﻤﻼ ِﺑﺎﻷﺻ ِﻞ ‪ .‬وﺣ ِ‬
‫ْ َ َ َ َ ْ َ‬ ‫اء َ‪َ -‬ن ‪ْ َ °‬ﺸ ُﺆ َﻫﺎ ِﻣﻨْ ُﻪ أَ ْم َﻻ ‪َ ،‬و َﺳ َﻮ ٌ‬
‫اء َﻣﺎﺗَ ْ‬ ‫ﺣﻴ ًﺔ ‪ْ َ 2‬ﻢ ﻳَ ُ} أَ ْي ‪َ :‬ﺳ َﻮ ٌ‬ ‫َ َ َ‬
‫ﺖ ِ×ﻴ ِﻪ َ‪S‬ﻌ َﺪ ذ‪ِ 2‬ﻚ أ ْم ﻻ إن ‪ْ 2‬ﻢ‬ ‫ﺖ َ‬ ‫ﺣ ْ‬ ‫إذا ُﻃﺮ َ‬
‫ِ‬ ‫‪ :‬أ ﻬﺎ‬
‫ُ َ ُْ َ ْ ُ َ ْ َ َ ً َ َ َ ٌ َ َ َ ْ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ ُ ‪َ ْ ُ َ ًَ ْ ُ Ò‬‬
‫‪Ù‬ﻐ•ه ‪ ،‬و‪ِŸ‬ن ﻃ ِﺮﺣﺖ ﻣﻴﺘﺔ ‪ Å‬ﺳﻮاء ‪-‬ن ‪°‬ﺸﺆﻫﺎ ِﻣﻨﻪ أم ﻻ ‪ ،‬و‪ِŸ‬ن ‪-‬ن وﻗﻮ‪Ï‬ﻬﺎ ﺑِﻨﻔ ِﺴﻬﺎ ﻻ ﻳ} ﻣﻄﻠﻘﺎ ×ﻴﻌ‪î‬‬
‫ْ َ َ ْ َ ًَ َْ َ ُ ْ َْ َُ ُْ ْ َْ َُ ْ َ‬
‫‪è‬‬ ‫• أﻳْ ًﻀﺎ ‪َ ،‬وﻟَ ْ َﺲ ا‪2‬ﺼ ‪Ò‬‬ ‫‪P‬ﺢ ‪َ ،‬و‪ِŸ‬ن ‪-‬ﻧﺖ ﻣﻴﺘﺔ َو‪2‬ﻢ ﻳ‪,‬ﻦ ‪°‬ﺸﺆﻫﺎ ِﻣﻨﻪ إن ‪2‬ﻢ ‪Ù‬ﻐ‬ ‫َُْ َ َ َُْ َ ََ ُ‬
‫‪Ï‬ﻨﻪ ﻛﻤﺎ ‪Ô‬ﻌ‪Ï î‬ﻤﺎ ‪Ô‬ﻘﻊ ِﺑﺎ‪2‬ﺮ ِ‬
‫ِ‬ ‫َْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ََ ْ َ َ َ َ َ ََ َْ‬
‫ُ َ َ ََ ُْ َْ‬ ‫َ َْ َ َ ُ َ ٌ َ َْ َ ُ َ‬
‫•‬ ‫ِ ِ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻣ‬
‫ِ‬ ‫ﻂ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﻓ‬ ‫د‬
‫ٍ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫س‬ ‫ِ‬ ‫‪P‬ﺢ ‪َ ،‬و‪2‬ﻮ ‪Ù‬ﻌﺪد ا‪َ 2‬ﻮا ِﻗﻊ ِﻣﻦ ذ‪ِ2‬ﻚ ﻓﺄﺧ َﺮج أﺣﺪﻫﺎ ‪ 3‬رأ‬ ‫ا¬ ِﻬﻴﻤﺔ ‪2-‬ﺮ ِ‬ ‫و‪2‬ﻮ ﻏ• [ﻤ’ و‬
‫َْ ْ ُ‬ ‫َ‬ ‫ُْ ُ ٌْ ْ ْ‬ ‫ْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ََ َْ‬ ‫ْ َ َ ْ ُ َ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َْ‬
‫ﺎرهِ ‪2‬ﻢ ‪Ô‬ﻨﺠﺴﻪ وﻫﻞ ‪ I‬إﺧﺮاج ا¬ ِﺎ‪ ð‬ﺑِ ِﻪ ؟ اﻷوﺟﻪ ﻌﻢ ِﻷن ﻣﺎ ‪ 3‬رأ ِس اﻟﻌﻮ ِد ﺟﺰء ِﻣﻦ ا‪2‬ﻤﺎﺋِ ِﻊ ا‪2‬ﻤﺤﻜﻮمِ‬ ‫ْ‬
‫اﺧ ِﺘﻴ ِ‬
‫َ َ َ ََ ْ‬
‫ِﺑﻄﻬﺎر ِﺗ ِﻪ ﺗﺄ[ﻞ ا ‪.ñ‬‬
‫‪r ‬ﻔﺔ ا_ﺤﺘﺎج ‪a B‬ح ا_ﻨﻬﺎج ‪) -‬ج ‪ / k‬ص ‪( s‬‬

‫‪â‬‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫ﻮز َ‪Ù‬ﻘﻠ ُ‬ ‫َ‬
‫ﻚ أﻧ ُﻪ “ُ ُ‬‫َ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ ََْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬ ‫ُ ْ َ ‪َ ْ َْ َ َ َ ََْ Ò‬‬ ‫ْ‬ ‫ُ ٌ‬
‫ِﻣ ْﻦ‬ ‫ﻴﺪ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎﺻﻞ ا‪2‬ﻤﻌﺘﻤ ِﺪ ِﻣﻦ ذ‪ِ 2‬‬ ‫ﻴﺪ ﻳﻀﻄﺮ إ ﻬﺎ ﻣﻊ ﻛ‪ì‬ةِ ا‪ِl‬ﻼ ِف ِ×ﻴﻬﺎ َوﺣ ِ‬ ‫) ﻓ ُﺮوع ( ِ‪ W‬ا‪ž‬ﻘ ِﻠ ِ‬
‫وﻃ ُﻪ َو َﺳﺎﺋِ ُﺮ‬ ‫‪ُ C‬‬ ‫ﺖ ُ ُ‬ ‫ﺣ‪ُ ò‬ﻋﺮ َﻓ ْ‬ ‫ﻚ ا‪َ ْ 2‬ﻤ ْﺴﺄَﻟَﺔ َو ُدو َن َ‬ ‫ْ َ‬
‫ﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫‪W‬‬ ‫ﻪ‬‫ﺣﻔ َﻆ َﻣ ْﺬ َﻫﺒُ ُ‬ ‫اﻫ ْﻢ [ﻤ ْﻦ ُ‬ ‫َْ‬
‫اﻷ ْر'َ َﻌﺔ ‪َ ،‬و َ‪َ ó‬ﺬا َﻣ ْﻦ َﻋ َﺪ ُ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺋ‬
‫َْ‬
‫اﻷ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ َ‬ ‫‪َ 3‬ﻣﺎ ُﻓﻘ َﺪ ×ﻴﻪ َ ْ‬ ‫َ َ َُُْ ََ‬ ‫ََ َْ َْ‬ ‫ا§ي َ َﻘﻠَ ُﻪ َﻏ ْ ُ‬ ‫ُ َََْ َ ْ َْ ُ‬
‫‪ٌ C‬ط ِﻣ ْﻦ ذ‪ِ2‬ﻚ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ﻴﺪ ا‪2‬ﺼﺤﺎﺑ ِﺔ »ﻤﻞ‬ ‫اﺣ ٍﺪ ‪ 3‬ﻣﻨ ِﻊ ‪Ù‬ﻘ ِﻠ ِ‬ ‫• َو ِ‬ ‫ﺎﻹ‪V‬ﺎع ِ‬ ‫ﻣﻌﺘ‪q‬ا ِﺗ ِﻪ ﻓ ِ‬
‫َ‬ ‫ْ َ ََ َْ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ ُ َْ‬ ‫َْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ ً ْ َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َو˜ ُ ْﺸ َ َ‬
‫ﺎ‪ s‬ﻫﺬا ِﺑﺎﻟ‪j‬ﺴﺒ ِﺔ ِﻟﻌﻤ ِﻞ ﻔ ِﺴ ِﻪ ﻻ‬ ‫‪,‬ﻮن ِ[ﻤﺎ ‪Ô‬ﻨﻘ ُﺾ ِ×ﻴ ِﻪ ﻗﻀﺎء اﻟﻘ ِ‬ ‫ﻴﺪ أﻳﻀﺎ أن ﻻ ﻳ‬ ‫‪ُ f‬ط ‪ِ ِ 2‬ﺼﺤ ِﺔ ا‪ž‬ﻘ ِﻠ ِ‬
‫َ ُ َْ ُ ََ ‪ْ ََ Ò‬‬ ‫َْ‬ ‫َْ َْ َ َ َََْ ُ َْ ُ َْ َْ‬
‫‪P‬ﺮ ‪َ ،‬و ِﻣ ْﻦ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫‪Ù‬‬‫و‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﺸ‬ ‫‪‰‬‬ ‫ﺾ‬ ‫‪K‬‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻷ‬ ‫؛‬ ‫‪Œ‬‬ ‫ﺄ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫[‬ ‫ﺎ„ َﻛ َﻤﺎ ُ‪ْ Ô‬ﻌﻠَ ُ‬
‫ﻢ‬ ‫إ‪ً V‬‬ ‫اﻷ ْر'َ َﻌﺔ ×ﻴﻪ ْ َ‬ ‫•‬
‫ِ ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﻹ×ﺘﺎ ٍء ‪ ،‬أو ﻗﻀﺎ ٍء ×ﻴﻤﺘ ِﻨﻊ ‪Ù‬ﻘ ِﻠﻴﺪ ﻏ ِ‬ ‫ِِ‬

‫ََ‬ ‫ْ َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬ ‫ً َ َ َ‬ ‫ُْ ْ َ ْ َ َ ً‬ ‫َ َ َ ‪َ َ Ò ْ Ò‬‬
‫ﺎز أ ْي ‪َ :‬ﻣ َﻊ ﺗ‪ِ õ‬ﻴ ِﻨ ِﻪ ‪ِ2‬ﻠ ُﻤ ْﺴﺘَﻔ ِ‪ a‬ﻗﺎﺋِﻞ ذ‪ِ2‬ﻚ ‪َ .‬و‪َ 3‬ﻣﺎ‬ ‫ﺤﺔ ِدﻳ ِ‪j‬ﻴﺔ ﺟ‬ ‫‪ : ö‬إذا ﻗ َﺼ َﺪ ِﺑ ِﻪ ا‪2‬ﻤﻔ ِ‪[ a‬ﺼﻠ‬ ‫‪Ú‬ﻢ ﻗﺎل ا‪2‬ﺴﺒ ِ‬
‫اﻋﺘ َﻘﺎدُ‬ ‫ْ َْ ِ َ ُ ْ ََ ُ َْ ً ْ‬ ‫ُ َ َُُْ َُْ ‪َ ُ َ ََََْْ ََ َ َ ّ ْ Ò‬‬ ‫َ ٌْ‬ ‫َْ‬
‫اﻹ‪V‬ﺎع ‪ .‬و˜ﺸ‪f‬ط أﻳﻀﺎ ِ‬ ‫اﺧﺘﻞ ِ×ﻴ ِﻪ ‪C‬ط ِ[ﻤﺎ ذ ِﻛﺮ »ﻤﻞ ﻗﻮل ا‪2‬ﺴﺒ ِ‪ : ö‬ﻣﺎ ﺧﺎﻟﻒ اﻷر'ﻌﺔ ﻛﻤﺨﺎ ِﻟ ِﻒ ِ‬
‫َ َ ُ َْ‬ ‫از َ‪ْ Ù‬ﻘﻠ ْ َ ْ ُ‬ ‫َْ ْ ُ‬ ‫َْ َ‬ ‫َ‬ ‫أَ ْر َ‬
‫ﺎﺿ ِﻞ ‪،‬‬ ‫ﻮل ﻣﻊ ُوﺟﻮ ِد اﻟﻔ ِ‬
‫ﺟ َﻮ ُ‬ ‫ﺤ ُﺎه َ‬ ‫ﻮر ا§ي َرﺟ َ‬
‫‪ْ ,‬ﻦ ا‪2‬ﻤﺸﻬ ُ ِ‬ ‫ﺟ ِﺤﻴ ِﺔ ُﻣ َﻘ ِ ْ ُ َ َ‬
‫ﻴﺪ ا‪2‬ﻤﻔﻀ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫•هِ ﻟ ِ‬ ‫÷هِ ‪ ،‬أو [ﺴﺎوا ِﺗ ِﻪ ِﻟﻐ ِ‬
‫َْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ َ َ َ ََ ُ ََ‬ ‫َ‬ ‫َ َُ َ َ َ َُ َ ‪َْ ً َ Î‬‬
‫ﻮ‪ِ I‬ﺑﺎﻟ‪َ 9‬ﺴﺎﻣ ِﺢ َو‪ِ ø‬ﻮهِ‬ ‫َوﻻ ‪Ô‬ﻨ ِﺎ‪ W‬ذ‪ِ2‬ﻚ ﻛ ْﻮﻧﻪ „ﻣﻴﺎ ﺟﺎ ِﻫﻼ ِﺑﺎﻷ ِدﻟ ِﺔ ؛ ِﻷن ِاﻻﻋ ِﺘﻘﺎد ﻻ ‪Ô‬ﺘ َﻮ‪Ü‬ﻒ ‪ 3‬ا ِ ِﻞ ِ‪ُ D‬ﺼ ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ َ َْ َ ‪َ َ ْ ُ َ َ َْ َ ُ َ َْ ُ ُ َ ْ َ ٌ َ ُ ْ َ َُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ Ò‬‬
‫ﺣﻴْﺚ اﺧﺘَﻠﻒ َﻋﻠﻴْ ِﻪ‬ ‫ﻗﺎل ا‪2‬ﻬﺮ ِوي ‪ :‬ﻣﺬﻫﺐ أﺻﺤﺎﺑِﻨﺎ أن اﻟﻌﺎ‪ ù‬ﻻ ﻣﺬﻫﺐ ‪ I‬أي ‪ :‬ﻣﻌ‪ 7‬ﻳﻠﺰﻣﻪ ا¬ﻘﺎء ﻋﻠﻴ ِﻪ و‬
‫ْ ْ‬ ‫َ َ ْ َ‬
‫إﻣﺎ ِﻣ ِﻪ ﻓ‪Æ‬ﺧ ِﺘﻼ ِف ا‪ُ 2‬ﻤﺠﺘَ ِﻬ َﺪﻳْ ِﻦ ‪ .‬ا ‪.ñ‬‬ ‫ُﻣﺘَﺒَﺤ َﺮان أَ ْي ‪َ W :‬ﻣ ْﺬ َﻫﺐ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ َ َْ َ ُْ‬ ‫ْ‬ ‫َْْ ُ َ َ ُ ُ َْ َ َ ُْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫ُ‬ ‫َْ ْ‬ ‫ََ ُُ َ َ ُ َْ‬
‫ﺖ‬ ‫‪,‬ﻦ ِ‪ W‬ا‪2‬ﺮوﺿ ِﺔ ﻟ ﺲ ‪ِ2‬ﻤﻔ ٍ‬ ‫ﺎب اﻷوﺟ ِﻪ ﻣﻊ وﺟﻮ ِد أﻓﻀﻞ ِﻣﻨﻪ ‪ ،‬ﻟ ِ‬ ‫ﻮل ِﻣﻦ أﺻﺤ ِ‬ ‫ﻴﺪ ا‪2‬ﻤﻔﻀ ِ‬ ‫وﻗ ِﻀﻴﺘﻪ ﺟﻮاز ‪Ù‬ﻘ ِﻠ ِ‬
‫َْ َْ َ ُ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ْ ََ َ َ َْْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َْ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ‬ ‫ََ َ ْ َ َ‬ ‫َ‬
‫‪ 7‬أن ‪Ô‬ﻌﺘ ِﻤﺪ أﺣﺪﻫﻤﺎ ﺑِﻼ ﻈ ٍﺮ ِ×ﻴ ِﻪ ﺑِﻼ ِﺧﻼ ٍف ﺑﻞ ‪Ô‬ﺒﺤﺚ‬ ‫‪ ، 7‬أو وﺟﻬ ِ‬ ‫ات ﻗﻮﻟ ِ‬ ‫َو„ ِ[ ٍﻞ ‪ 3‬ﻣﺬﻫ ِﺒﻨﺎ ِ‪[ W‬ﺴﺄﻟ ٍﺔ ذ ِ‬
‫َْ َْْ َ‬ ‫‪ُ َْ ُ َ ََ ّ ْ Ò‬‬ ‫َ ََ َ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ََ ‪Ò‬‬
‫‪ 7‬أ ْي‬ ‫‪Ô ö‬ﺘﺨ• اﻟﻌﺎ ِ[ﻞ ِ‪ W‬اﻟﻘﻮﻟ ِ‬ ‫اﺣ ٍﺪ ‪ .‬ا ‪ ................ñ‬و ِ‪× ¤‬ﺘﺎوى ا‪2‬ﺴﺒ ِ‬ ‫‪Ï‬ﻦ أرﺟ ِﺤ ِﻬﻤﺎ ِﺑﻨﺤ ِﻮ ﺗﺄﺧ ِﺮهِ إن ‪-‬ﻧﺎ ‪َ ِ 2‬ﻮ ِ‬
‫ا‪ْ ُ l‬ﻄﺒَﺔ َ‪Ï‬ﻨْ ُﻪ َو َ‪ْ Ï‬ﻦ َﻏ ْ‬ ‫ْ‬ ‫‪ُ q‬ه ﺑﻪ ‪ ،‬ﻟَ‪ْ ,‬ﻦ َ[ﺮ ‪ْ َ W‬‬ ‫‪ُ à‬‬ ‫َ َْ َََ ْ ْ ْ َْ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ ْ ُْ‬
‫•هِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ح‬
‫ِ‬ ‫‪C‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪ :‬إذا ‪2‬ﻢ ‪Ô‬ﺘﺄﻫﻞ ‪ِ2‬ﻠ ِﻌﻠ ِﻢ ِﺑﺄرﺟ ِﺤ ِﻬﻤﺎ ﻛﻤﺎ [ﺮ ‪ ،‬وﻻ وﺟﺪ ﻣﻦ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ََْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َُ ُ َُ ْ ْ ُ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َُ ُ َ ْ َ َ َ ََ ْ ُ َ‬
‫ﺎ‪ِ ú‬ﻢ ﻻ “ﻮز ‪ I‬ا‪,ُD‬ﻢ ﺑِﺄﺣ ِﺪ ِﻫﻤﺎ إﻻ ‪S‬ﻌﺪ ِﻋﻠ ِﻢ أرﺟ ِﺤﻴ ِﺘ ِﻪ ‪،‬‬ ‫‪á‬ﻼ ِف ا‪ِ َ D‬‬ ‫اﺟﻌﻪ ِ ِ‬ ‫ﻣﺎ ‪à‬ﺎ ِﻟﻒ ‪S‬ﻌﺾ ذ‪ِ2‬ﻚ ﻓﺮ ِ‬
‫ﺧ َﺬ ِﻣﻦْ‬ ‫َ ُ ْ ََ ُ َْ ً َ ْ َ َََ َ ‪ُ َْ ْ َ َ َ Ò‬‬ ‫َ َْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ َْ َ َ َ َُ ْ َ َ َ ْ‬
‫ﻮح ِ‪ W‬ﺣﻖ ﻔ ِﺴ ِﻪ ‪ ،‬و˜ﺸ‪f‬ط أﻳﻀﺎ أن ﻻ ﻳ‪9‬ﺘﺒﻊ ا‪2‬ﺮﺧﺺ ِﺑﺄن ﻳﺄ‬ ‫و¦ح ‪Ü‬ﺒﻞ ذ‪ِ2‬ﻚ ِﺑﺄن ‪ I‬اﻟﻌﻤﻞ ِﺑﺎ‪2‬ﻤﺮﺟ ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ﺎﻷ ْﺳ َﻬﻞ ﻣﻨْ ُﻪ ؛ ﻻ ْ‪َ ø‬ﻼل ر ْ' َﻘﺔ ا‪Çž‬ﻴﻒ ﻣ ْﻦ ‪Ï‬ﻨﻘﻪ ﺣﻴ‪j‬ﺌﺬ ‪َ ،‬وﻣ ْﻦ ‪Ú‬ﻢ ‪-‬ن اﻷ ْو َ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬ ‫ُ َ ْ َ‬
‫ﺟﻪ أﻧﻪ ‪Ô‬ﻔﺴ ُﻖ ِﺑ ِﻪ ‪.‬‬ ‫ِِ ِ ٍِ ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ﺐ ِﺑ‬
‫ﻣﺬ ﻫ ٍ‬
‫‪ ‬ﺑﻐﻴﺔ ا_ﺴ ﺷﺪﻳﻦ )ص‪( p :‬‬

‫ً‬
‫)[ﺴﺄﻟﺔ ‪ :‬ش( ‪ :‬ا‪u‬ﺬﻫﺐ اﻟﻘﺪﻳﻢ ﻟ ﺲ ﻣﺬﻫﺒﺎ ‪2‬ﻠﺸﺎﻓ‪ ، ³‬ﻷن ا‪u‬ﻘ÷ ﻣﻊ ا‪u‬ﺠﺘﻬﺪ ‪u-‬ﺠﺘﻬﺪ ﻣﻊ ا‪2‬ﺮﺳﻮل ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ً‬
‫ا‪2‬ﺴﻼم ‪ ،‬ﻓﻜﻤﺎ أن ا‪D‬ﺎدث ﻣﻦ أدﻟﺔ ا‪Í2‬ع ﻧﺎﺳﺦ ‪2‬ﻠﻤﺘﻘﺪم ﻣﻨﻬﺎ إ‪V‬ﺎ„ ﺣ‪“ ò‬ﺐ ‪ 3‬ا‪u‬ﺠﺘﻬﺪ اﻷﺧﺬ ﺑﻪ ‪،‬‬
‫ﻛﺬ‪2‬ﻚ ا‪u‬ﻘ÷ ﻣﻊ ا‪u‬ﺠﺘﻬﺪ ‪ ،‬وأﻣﺎ ا‪u‬ﺴﺎﺋﻞ اﻟ‪ a‬ﻋﺪوﻫﺎ وﺟﻌﻠﻮﻫﺎ ‪È‬ﺎ ﻳﻔ‪ ò‬ﺑﻪ ‪ 3‬اﻟﻘﺪﻳﻢ ‪ ،‬ﻓﺴ‪õ‬ﺒﻬﺎ أن ‪V‬ﺎﻋﺔ‬
‫ً‬
‫ﻣﻦ ا‪u‬ﺠﺘﻬﺪﻳﻦ ‪ W‬ﻣﺬﻫﺒﻪ ﻻح ‪p‬ﻢ ‪ W‬ﺑﻌﺾ ا‪u‬ﺴﺎﺋﻞ أن اﻟﻘﺪﻳﻢ أﻇﻬﺮ د ﻼ ﻓﺄﻓﺘﻮا ﺑﻪ ‪ ،‬ﻏ• ﻧﺎﺳ‪ è‬ذ‪2‬ﻚ إ=‬
‫َّ‬
‫ا‪u‬ﺨﺮج ‪ ،‬ﻓﻤﻦ ﺑﻠﻎ رﺗﺒﺔ ا‪f2‬ﺟﻴﺢ وﻻح ‪ I‬ا ﻞ أﻓ‪ ò‬ﺑﻬﺎ ‪ ،‬و‪Ÿ‬ﻻ ﻓﻼ وﺟﻪ ﻟﻌﻠﻤﻪ ‪ ،‬وﻓﺘﻮاه‬ ‫ا‪2‬ﺸﺎﻓ‪- ³‬ﻟﻘﻮل‬
‫‪ 3‬أن ا‪u‬ﺴﺎﺋﻞ اﻟ‪ُّ a‬‬
‫ﻋﺪوﻫﺎ أ–‪ì‬ﻫﺎ ﻓﻴﻪ ﻗﻮل ﺟﺪﻳﺪ ‪ ،‬ﻓﺘﻜﻮن اﻟﻔﺘﻮى ﺑﻪ و• ﺛﻤﺎﻧﻴﺔ ﻋ‪[ Í‬ﺴﺄﻟﺔ ‪ :‬ﻋﺪم‬
‫وﺟﻮب ا‪ž‬ﺒﺎﻋﺪ ﻋﻦ ا‪€‬ﺠﺎﺳﺔ ‪ W‬ا‪u‬ﺎء ا‪2‬ﻜﺜ• ﺑﻘﺪر ﻗﻠﺘ‪ ، 7‬وﻋﺪم ﺗﻨﺠﺲ ا‪u‬ﺎء ا‹ﺎري إﻻ ﺑﺎ‪ž‬ﻐ• ‪ ،‬وﻋﺪم‬
‫ا‪€‬ﻘﺾ ﺑﻠﻤﺲ ا‪u‬ﺤﺮم ‪ ،‬و¼ﺮ‪P‬ﻢ أ–ﻞ ا‹÷ ا‪u‬ﺪﺑﻮغ ‪ ،‬وا‪ž‬ﺜﻮ‪P‬ﺐ ‪ W‬أذان ا‪2‬ﺼﺒﺢ ‪ ،‬واﻣﺘﺪاد وﻗﺖ ا‪u‬ﻐﺮب إ=‬
‫ﻣﻐﻴﺐ ا‪2‬ﺸﻔﻖ ‪ ،‬واﺳﺘﺤﺒﺎب ﺗﻌﺠﻴﻞ اﻟﻌﺸﺎء ‪ ،‬وﻋﺪم ﻧﺪب ﻗﺮاءة ا‪2‬ﺴﻮرة ‪ W‬اﻷﺧ•ﺗ‪ ، 7‬وا‹ﻬﺮ ﺑﺎ‪ž‬ﺄﻣ‪7‬‬
‫‪2‬ﻠﻤﺄ[ﻮم ‪ W‬ا‹ﻬﺮ‪P‬ﺔ ‪ ،‬وﻧﺪب ا‪l‬ﻂ ﻋﻨﺪ ﻋﺪم ا‪2‬ﺸﺎﺧﺺ ‪ ،‬وﺟﻮاز اﻗﺘﺪاء ا‪u‬ﻨﻔﺮد ‪ W‬أﺛﻨﺎء ﺻﻼﺗﻪ ‪ ،‬و‪ó‬ﺮاﻫﺔ‬
‫ﺗﻘﻠﻴﻢ أﻇﺎﻓﺮ ا‪u‬ﻴﺖ ‪ ،‬وﻋﺪم اﻋﺘﺒﺎر ا‪D‬ﻮل ‪ W‬ا‪2‬ﺮ&ز ‪ ،‬وﺻﻴﺎم ا‪2‬ﻮ_ ﻋﻦ ا‪u‬ﻴﺖ ا§ي ﻋﻠﻴﻪ ﺻﻮم ‪ ،‬وﺟﻮاز اﺷ‪f‬اط‬
‫ً‬
‫ا‪ž‬ﺤﻠﻞ ﺑﺎ‪u‬ﺮض ‪ ،‬و‪Ÿ‬ﺟﺒﺎر ا‪PÍ2‬ﻚ ‪ 3‬اﻟﻌﻤﺎرة ‪ ،‬وﺟﻌﻞ ا‪2‬ﺼﺪاق ‪ W‬ﻳﺪ ا‪2‬ﺰوج [ﻀﻤﻮﻧﺎ ‪ ،‬ووﺟﻮب ا‪D‬ﺪ ﺑﻮطء‬

‫ً‬
‫ا‪u‬ﻤﻠﻮ‪ó‬ﺔ ا‪u‬ﺤﺮم ‪ ،‬ذﻛﺮه ا‪u‬ﺠﻤﻮع‪ .‬و“ﺐ اﺗﻔﺎﻗﺎ ﻧﻘﺾ ﻗﻀﺎء اﻟﻘﺎ‪ s‬و‪Ÿ‬ﻓﺘﺎء ا‪u‬ﻔ‪ a‬ﺑﻐ• ا‪2‬ﺮاﺟﺢ ﻣﻦ ﻣﺬﻫﺒﻪ ‪،‬‬
‫إذ ﻣﻦ ﻳﻌﻤﻞ ‪ W‬ﻓﺘﻮاه أو ﻋﻤﻠﻪ ﺑ‪,‬ﻞ ﻗﻮل أو وﺟﻪ ‪ W‬ا‪u‬ﺴﺄﻟﺔ ‪ ،‬و‪P‬ﻌﻤﻞ ﺑﻤﺎ ﺷﺎء ﻣﻦ ﻏ• ﻧﻈﺮ إ= ﺗﺮﺟﻴﺢ ‪ ،‬وﻻ‬
‫ﻳﺘﻘﻴﺪ ﺑﻪ ‪ ،‬ﺟﺎﻫﻞ ﺧﺎرق ‪2‬ﻺ‪V‬ﺎع ‪ ،‬وﻻ “ﻮز ‪2‬ﻠﻤﻔ‪ a‬أن ﻳﻔ‪ a‬ا‹ﺎﻫﻞ ا‪u‬ﺘﻤﺴﻚ ﺑﻤﺬﻫﺐ ا‪2‬ﺸﺎﻓ‪ ³‬ﺻﻮرة ﺑﻐ•‬
‫ا‪2‬ﺮاﺟﺢ ﻣﻨﻪ‪.‬‬
‫‪Jika harus memilih salah satu, lantas bagaimana hukum‬‬

‫‪membiarkan keputusan yang salah tersebut tetap beredar di‬‬
‫?‪masyarakat‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Bagi yang mengetahui kesalahan fatwa MUI wajib meluruskan‬‬
‫‪wajah istidlal yang ditempuh dalam penetapan fatwa MUI.1‬‬
‫‪ ‬ﺗﺮﺷﻴﺦ ا_ﺴﺘﻔﻴﺪﻳﻦ ص‬
‫ﺑﺎب اﻟﻘﻀﺎء ﺛﻢ إن ﻏ• ا‪u‬ﺠﺘﻬﺪ ﺑﺎﻟ‪j‬ﺴﺒﺔ ‪2‬ﻠﻔﺮوع‬ ‫و‪2‬ﻠﺘﻘﻠﻴﺪ ‪C‬وﻃﺎ و[ﺰ‪P‬ﺪ ﺑﻴﺎن ﺗﺄ‪ Œ‬ان ﺷﺎء اﷲ‬
‫ّ‬
‫ﻣﺘﻘﻴﺪ ﺑﻤﺬﻫﺐ اﺣﺎط ﺑﻐﺎ[ﻀﻪ وﺟﻠﻴﻠﻪ وﻓﺮوﻋﻪ واﺻﻮ‪ I‬وﺗﻤ‪,‬ﻦ ﻣﻦ ا‪ž‬ﺨﺮ‪P‬ﺞ ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫اﻻﺟﺘﻬﺎدﻳﺔ ﻗﺴﻤﺎن‬
‫ﻞ اﻷﺻﻠﺢ او‬ ‫ﺣﻖ ﻧﻔﺴﻪ ﺑﻤﺎ إﺧﺘﺎره ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ا‬ ‫وا‪f2‬ﺟﻴﺢ ﻷﺣﺪ أﻗﻮا‪ I‬وﻏ•ه ﻓﺎ‪u‬ﺘﺼﻒ ﺑﺬ‪2‬ﻚ ﻳﻌﻤﻞ‬
‫ﻣﺬﻫﺒﻪ ﻋﺮف ا‪2‬ﺮاﺟﺢ وﺿﺪه ﺑﻤﺤﺾ‬ ‫اﻟﻘﻴﺎس ‪ ....‬ا= ان ﻗﺎل ‪ ....‬وﻏ• ا‪u‬ﺘﺼﻒ ﺑﻤﺎ [ﺮ ﻗﺴﻤﺎن ﻓﻘﻴﻪ‬
‫وﻻ ﻳﻔ‪ a‬اﻻ ﺑﺎ‪2‬ﺮاﺟﺢ واﻻ ‪2‬ﻢ ﻳﻨﻔﺬ ﻗﻀﺎﺋﻪ وﻓﺘﻮاه ﻧﻌﻢ ‪ I‬اﻟﻘﻀﺎء‬ ‫ا‪ž‬ﻘﻠﻴﺪ وﻏ•ه ﻓﺎ‪u‬ﺘﺼﻒ ﺑﺬ‪2‬ﻚ ﻻ ﻳﻘ‬
‫واﻹﻓﺘﺎء ﺑﺎ‪u‬ﺮﺟﻮح ‪D‬ﺎﺟﺔ او [ﺼﻠﺤﺔ „ﻣﺔ ‪ ...‬ا= ان ﻗﺎل ‪ ...‬وﻏ• ا‪u‬ﺘﺼﻒ ﺑﻤﺎ [ﺮ ﻗﺴﻤﺎن ﻣﺘﻔﻘﻴﻪ وﻏ•ه‬
‫راﺟﺢ وﻻ [ﺮﺟﻮح و‪2‬ﻠﻌﺎ‪ù‬‬ ‫ﺣﻖ ﻧﻔﺴﻪ و‪Ÿ‬رﺷﺎدا ﻟﻐ•ه وﻻﻧﻈﺮ ‪I‬‬ ‫ﻓﺎ‪u‬ﺘﻔﻘﻪ ﻻ “ﺎوز ﻣﺎ ﻋﻠﻤﻪ ﻋﻤﻼ‬
‫اﻹﻋﺘﻤﺎد ‪ 3‬ﻗﻮ‪ I‬إن ﻏﻠﺐ ‪ 3‬ﻇﻨﻪ أﻧﻪ ﻗﺪ أدرك ذ‪2‬ﻚ ا‪,D‬ﻢ ا§ى ﻗﺎ‪ .I‬وﻏ• ا‪u‬ﺘﻔﻘﻴﻪ ﻗﺴﻤﺎن „‪[ ù‬ﻠ م‬
‫ﻣﺬﻫﺒﺎ ﻓﻬﺬا ﻻﻳﻌﻤﻞ إﻻ ﺑﺮاﺟﺢ ﻣﺬﻫﺒﻪ ﺳﺎﺋﻼ ﻋﻦ ذ‪2‬ﻚ ﻣﻦ ﺗﺄﻫﻞ ‪ I‬و»ﺮم إﻓﺘﺎﺋﻪ ﺑﺎ‪u‬ﺮﺟﻮح وﻋﻤﻠﻪ ﻫﻮ ﺑﻪ‬
‫ان ‪2‬ﻢ ﺗﻘﺾ ﺑﺬا‪2‬ﻚ ﺣﺎﺟﺔ او [ﺼﻠﺤﺔ‪ .‬و„‪2 ù‬ﻢ ﻳﻠ م ﻣﺬﻫﺒﺎ اﺻﻼ ﻛﻘﺮ‪P‬ﺐ ﻋﻬﺪ ﺑﺎﻹﺳﻼم ‪2‬ﻢ ﻳﻌﺮف‬
‫ّ‬
‫ا‪u‬ﺬاﻫﺐ و‪2‬ﻢ ﻳ‪f‬ﺟﺢ ﻋﻨﺬه ﻣﻨﻬﺎ ﺷﺊ ﺑﻨﺤﻮ اﻟ‪9‬ﺴﺎﻣﻊ ﻓﻬﺬا ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﻤﺎ أﻓﺘﺎه ﺑﻪ „‪2‬ﻢ ان ا¼ﺪ ﻓﺈن ﺧﺘﻠﻒ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ „‪u‬ﺎن ﺘﺎﻟﻔﺎ ا‪u‬ﺬﻫﺐ ّ‬
‫ﺧ• اﻟﻌﻤﻞ ﺑﻤﺎ ﺷﺎء ﻣﻨﻬﻤﺎ ‪ .....‬ا= ان ﻗﺎل ‪ ....‬وﻟ ﺲ ‪2‬ﻠﺠﺎﻫﻞ ﺗﻘﻠﻴﺪ اﻟﻌﺎ‪2‬ﻢ‬
‫‪1‬‬‫‪Catatan:‬‬
‫‪Bagi masyarakat yang tidak bisa terlepas dari penggunaan produk yang‬‬
‫‪berbahan karmin, maka dianjurkan untuk mengikuti pendapat yang‬‬
‫‪memperbolehkan; baik dari sebagian kalangan Madzhab SyaIi’iiyah‬‬
‫‪ataupun Madzhab Maliki.‬‬

‫ّ‬
‫ﺑﻤﺠﺮد ﻛﻮﻧﻪ ﻓﺎﻋﻼ ‪.I‬‬ ‫ﻓﻌﻠﻪ ﺷﻴﺄ‬
‫‪ ‬أﺻﻮل اﻟﻔﻘﻪ ا‪L‬ي ﻻ ‪P‬ﺴﻊ اﻟﻔﻘﻴﻪ ﺟﻬﻠﻪ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( kk‬‬

‫َ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ﻓﺈن ﺧﺎﻟﻒ ّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫‪Ò‬‬
‫ﻛﺘﺎب أو ﺳﻨ ٍﺔ ﻻ ﻣﻌﺎرض‬
‫ٍ‬ ‫ﻧﺼﺎ ﺻﺤﻴﺤﺎ ﻣﻦ‬ ‫ﻳ‪,‬ﻦ ﺧﺎﻟﻒ ﻧﺼﺎ ﻻ ﻣﻌﺎرض ‪،I‬‬ ‫وﻫﺬا ‪É‬ﻪ إذا ‪2‬ﻢ‬
‫ُ َ‬ ‫ُ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫إﺧﺒﺎر ﻣﻦ أﻓﺘﺎه ﺑﺎﻟﻔﺘﻮى ا‪l‬ﻄﺄ؛ ﻟﻘﻮ‪ I‬ﺻ‪ ç‬اﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﻓﻴﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫‪ ،I‬أو ﺧﺎﻟﻒ إ‪V‬ﺎ„ ¦»ﺎ ﺻﺤﻴﺤﺎ‬
‫ُ‬
‫إﺛﻤﻪ ‪َ 3‬ﻣﻦ أﻓﺘﺎه « )أﺧﺮﺟﻪ أ*ﺪ وأﺑﻮ داود واﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ وا ار‪ù‬‬
‫ﻓﺘﻮى ﻣﻦ ﻏ• ﺛﺒﺖ ﻓﺈﻧﻤﺎ ُ‬
‫ٍ‬
‫ً‬ ‫وﺳﻠﻢ ‪َ » :‬ﻣﻦ أﻓ‪a‬‬
‫ﻋﻦ أ ﻫﺮ‪P‬ﺮة( ﻓﺈذا ‪-‬ن اﻹﺛﻢ ﺳﻴﻠﺤﻖ ا‪u‬ﻔ‪ a‬وﺟﺐ إﺑﻼغ ا‪u‬ﺴﺘﻔ‪ a‬ﺑﺎ‪l‬ﻄﺄ ﺣ‪ ò‬ﻻ ﻳﺰ‪P‬ﺪ اﻹﺛﻢ‪.‬‬
‫‪ ‬ﺑﻐﻴﺔ ا_ﺴ ﺷﺪﻳﻦ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪(k‬‬

‫ً‬
‫)[ﺴﺄﻟﺔ ‪ :‬ك( ‪“ :‬ﻮز ا‪ž‬ﻘﻠﻴﺪ ﺑﻌﺪ اﻟﻌﻤﻞ ‪Í‬ﻃ‪ : 7‬أن ﻻ ﻳ‪,‬ﻮن ﺣﺎل اﻟﻌﻤﻞ „‪u‬ﺎ ﺑﻔﺴﺎد ﻣﺎ ّ‬
‫ﻋﻦ ‪ I‬ﺑﻌﺪ‬
‫اﻟﻌﻤﻞ ﺗﻘﻠﻴﺪه ‪ ،‬ﺑﻞ ﻋﻤﻞ ‪°‬ﺴﻴﺎن ‪2‬ﻠﻤﻔﺴﺪ أو ﺟﻬﻞ ﺑﻔﺴﺎده وﻋﺬر ﺑﻪ ‪ ،‬وأن ﻳﺮى اﻹﻣﺎم ا§ي ﻳﺮ‪P‬ﺪ ﺗﻘﻠﻴﺪه‬
‫ﺟﻮاز ا‪ž‬ﻘﻠﻴﺪ ﺑﻌﺪ اﻟﻌﻤﻞ ‪ ،‬ﻓﻤﻦ أراد ﺗﻘﻠﻴﺪ أ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﺑﻌﺪ اﻟﻌﻤﻞ ﺳﺄل ا‪D‬ﻨﻔﻴﺔ ﻋﻦ ﺟﻮاز ذ‪2‬ﻚ ‪ ،‬وﻻ ﻳﻔﻴﺪه‬
‫‪ ،‬وﻣﻌﻠﻮم أﻧﻪ ﻻ ﺑﺪ ﻣﻦ ‪C‬وط ا‪ž‬ﻘﻠﻴﺪ‬ ‫ﺳﺆال ا‪2‬ﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﺣﻴ‪j‬ﺌﺬ ‪ ،‬إذ ﻫﻮ ﻳﺮ‪P‬ﺪ ا ﺧﻮل ‪ W‬ﻣﺬﻫﺐ ا‪D‬ﻨ‬
‫ا‪u‬ﻌﻠﻮﻣﺔ ز‪P‬ﺎدة ‪ 3‬ﻫﺬﻳﻦ اﻫ‪ .‬و‪ ¤‬ي ‪ø‬ﻮه ‪ ،‬وزاد ‪ :‬وﻣﻦ ﻗ÷ ﻣﻦ ﻳﺼﺢ ﺗﻘﻠﻴﺪه ‪[ W‬ﺴﺄﻟﺔ ﺻﺤﺖ ﺻﻼﺗﻪ ‪W‬‬
‫ّ‬
‫اﻋﺘﻘﺎده ﺑﻞ و‪ ¤‬اﻋﺘﻘﺎدﻧﺎ ‪ ،‬ﻷﻧﺎ ﻻ ﻧﻔﺴﻘﻪ وﻻ ﻧﻌﺪه ﻣﻦ ﺗﺎر ا‪2‬ﺼﻼة ‪ ،‬ﻓﺈن ‪2‬ﻢ ﻳﻘ÷ه وﻋﻠﻤﻨﺎ أن ﻋﻤﻠﻪ واﻓﻖ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ﻣﺬﻫﺒﺎ ﻣﻌﺘ‪q‬ا ‪ ،‬ﻓﻜﺬ‪2‬ﻚ ‪ 3‬اﻟﻘﻮل ﺑﺄن اﻟﻌﺎ‪ ù‬ﻻ ﻣﺬﻫﺐ ‪ ، I‬و‪Ÿ‬ن ﺟﻬﻠﻨﺎ ﻫﻞ واﻓﻘﻪ أم ﻻ ‪2‬ﻢ “ﺰ اﻹﻧ‪,‬ﺎر‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‪.‬‬
‫(‬ ‫‪ ‬ا ﺎوي ﻠﻔﺘﺎوي ـ ﻠﺴﻴﻮ„ )‪/k‬‬

‫ﻓﺼﻞ ‪ :‬اﻋﻠﻢ أن اﻛ‪ ì‬ﻣﻔ‪ a‬ﻋ<ﻧﺎ أﻓﺘﻮا ﻮاز ﻓﺘﺢ ا¬ﺎب وا‪2‬ﻜﻮة وا‪2‬ﺸﺒﺎك ﻣﻦ دار ﺑ‪j‬ﻴﺖ [ﻼﺻﻘﺔ ‪2‬ﻠﻤﺴﺠﺪ‬
‫ً‬
‫ا‪PÍ2‬ﻒ و&ن ذ‪2‬ﻚ ﻣﻨﻬﻢ اﺳ‪f‬واﺣﺎ وﻋﺪم وﻗﻮف ‪é 3‬ﻤﻮع اﻷﺣﺎدﻳﺚ ا‪2‬ﻮاردة ‪ W‬ذ‪2‬ﻚ ‪ ،‬ﺛﻢ روﺟﻊ ﻣﻨﻬﻢ‬
‫ّ‬ ‫ً‬
‫‪[ W‬ﺴ‪9‬ﻨﺪه ﻓﻴﻤﺎ أﻓ‪ ò‬ﺑﻪ ﻓﺄﺑﺪوا ﺷﺒﻬﺎ ‪É‬ﻬﺎ [ﺮدودة ‪ ،‬و‪2‬ﻮﻻ ﺟﻨﺎب ا‪ è€‬ﺻ‪ ç‬اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﻋﻈﻤﺘﻪ‬
‫ا‪2‬ﺮاﺳﺨﺔ ‪ W‬اﻟﻘﻠﺐ ‪2‬ﻢ أﺗ‪,‬ﻠﻢ ‪ W‬ء ﻣﻦ ذ‪2‬ﻚ و‪ó‬ﻨﺖ إ= ا‪2‬ﺴﻜﻮت أﻣﻴﻞ ﻟ‪,‬ﻦ ﻻ أرى ا‪2‬ﺴﻜﻮت ˜ﺴﻌ¾‬
‫ّ‬
‫‪ W‬ذ‪2‬ﻚ ﻓﺈن ﻫﺬا ﻋﻬﺪ ﻋﻬﺪه ا‪ è€‬ﺻ‪ ç‬اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻋﻨﺪ وﻓﺎﺗﻪ ﻓﻮﺟﺐ ‪ 3‬ﻣﻦ ﻋﻠﻤﻪ أن ﻳ‪õ‬ﻴﻨﻪ وﻻ‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ﻳﺮا ﻓﻴﻪ ﺻﺪﻳﻘﺎ وﻻ ﺣﺒ ﺒﺎ وﻻ ﺑﻌﻴﺪا وﻻ ﻗﺮ‪P‬ﺒﺎ ‪ ،‬وأﻧﺎ أذﻛﺮ ﺷﺒﻪ ا‪u‬ﻔﺘ‪ 7‬وأردﻫﺎ واﺣﺪة واﺣﺪة ‪ ،‬ﻓﻤﻨﻬﻢ ﻣﻦ‬
‫ً‬
‫ﻗﺎل ‪ :‬ﻻ ﻧﻘﻞ ‪ W‬ﻫﺬه ا‪u‬ﺴﺄﻟﺔ ﻷﻫﻞ ﻣﺬﻫﺒﻨﺎ وﻧﻘﻮل ﺑﺎ‹ﻮاز اﺳﺘﺤﺴﺎﻧﺎ ﺣﻴﺚ ﻻ ‪Å‬ر وﺟﻮاب ﻫﺬا أﻧﻪ ﻻ‬
‫اﺳﺘﺤﺴﺎن ﻣﻊ ا‪€‬ﺼﻮص ا‪€‬ﺒﻮ‪P‬ﺔ ‪ ،‬وﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻗﺎل ‪ :‬ﺑﺎﻟﻘﻴﺎس ‪ 3‬ﺳﺎﺋﺮ ا‪u‬ﺴﺎﺟﺪ ﺣﻴﺚ رأى ا‪€‬ﺎﻇﺮ ذ‪2‬ﻚ‬

‫وﺟﻮاب ﻫﺬا أن ا‪€‬ﺺ ﻣﻨﻊ اﻟﻘﻴﺎس ودﻟﺖ اﻷﺣﺎدﻳﺚ ‪ 3‬أن ا‪u‬ﺴﺠﺪ ا‪€‬ﺒﻮي اﻧﻔﺮد ﺑﻬﺬه ا‪l‬ﺼﻮﺻﻴﺔ ‪3‬‬
‫ﺳﺎﺋﺮ ا‪u‬ﺴﺎﺟﺪ ‪ ،‬وﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻗﺎل ‪ :‬اﻷ[ﺮ ‪ W‬ذ‪2‬ﻚ ﻣﻨﻮط ﺑﺮأي اﻹﻣﺎم وﺟﻮاب ﻫﺬا أﻧﻪ ﻻ رأي ﻷﺣﺪ ﻣﻊ ﻗﻮل‬
‫ّ‬
‫رﺳﻮل اﷲ ﺻ‪ ç‬اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ‪ ،‬وﻫﻞ ﻷﺣﺪ ﻣﻦ اﻷﺋﻤﺔ أن ﻳﻐ• ﻣﻦ اﻷ[ﻮر ا‪u‬ﻨﺼﻮﺻﺔ ‪ W‬ا‪PÍ2‬ﻌﺔ‬
‫‪r ‬ﻔﺔ ا_ﺤﺘﺎج ‪a B‬ح ا_ﻨﻬﺎج ‪) -‬ج ‪ / k‬ص ‪( s‬‬

‫‪â‬‬ ‫ُ‬ ‫ﻮز َ‪Ù‬ﻘﻠ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ﺣﺎﺻﻞ ا‪ُ 2‬ﻤ ْﻌﺘَ َﻤﺪ ِﻣ ْﻦ ذ‪2‬ﻚ أﻧ ُﻪ “ُ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬ ‫ُ ْ َ ‪َ ْ َْ َ َ َ ََْ Ò‬‬ ‫ْ‬ ‫ُ ٌ‬
‫ِﻣ ْﻦ‬ ‫ﻴﺪ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﻴﺪ ﻳﻀﻄﺮ إ ﻬﺎ ﻣﻊ ﻛ‪ì‬ةِ ا‪ِl‬ﻼ ِف ِ×ﻴﻬﺎ َو ِ‬ ‫) ﻓ ُﺮوع ( ِ‪ W‬ا‪ž‬ﻘ ِﻠ ِ‬
‫وﻃ ُﻪ َو َﺳﺎﺋِ ُﺮ‬ ‫‪ُ C‬‬ ‫ﺖ ُ ُ‬ ‫ﺣ‪ُ ò‬ﻋﺮ َﻓ ْ‬ ‫ﻚ ا‪َ ْ 2‬ﻤ ْﺴﺄَﻟَﺔ َو ُدو َن َ‬ ‫ْ َ‬ ‫َََْْ ََ َ َ ْ َ َ ُ ْ ْ ُ َ ْ َ‬
‫ﺣ ِﻔﻆ َﻣﺬﻫﺒُ ُﻪ ِ‪ِ W‬ﺗﻠ‬ ‫اﻷﺋِﻤ ِﺔ اﻷر'ﻌ ِﺔ ‪ ،‬و‪ó‬ﺬا ﻣﻦ ﻋﺪاﻫﻢ ِ[ﻤﻦ‬
‫َْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ َ‬ ‫‪َ 3‬ﻣﺎ ُﻓﻘ َﺪ ×ﻴﻪ َ ْ‬ ‫َ َ َُُْ ََ‬ ‫ََ َْ َْ‬ ‫ا§ي َ َﻘﻠَ ُﻪ َﻏ ْ ُ‬ ‫ُ َََْ َ ْ َْ ُ‬
‫‪ٌ C‬ط ِﻣ ْﻦ ذ‪ِ2‬ﻚ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ﻴﺪ ا‪2‬ﺼﺤﺎﺑ ِﺔ »ﻤﻞ‬ ‫اﺣ ٍﺪ ‪ 3‬ﻣﻨ ِﻊ ‪Ù‬ﻘ ِﻠ ِ‬ ‫• َو ِ‬ ‫ﺎﻹ‪V‬ﺎع ِ‬ ‫ﻣﻌﺘ‪q‬ا ِﺗ ِﻪ ﻓ ِ‬
‫َ‬ ‫ْ َ ََ َْ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ ُ َْ‬ ‫ُ‬ ‫َُْ‬ ‫َْ ً َ ْ َ َ ُ َ‬ ‫ْ‬ ‫َو˜ ُ ْﺸ َ َ‬
‫ﺎ‪ s‬ﻫﺬا ِﺑﺎﻟ‪j‬ﺴﺒ ِﺔ ِﻟﻌﻤ ِﻞ ﻔ ِﺴ ِﻪ ﻻ‬ ‫ﻴﺪ أﻳﻀﺎ أن ﻻ ﻳ‪,‬ﻮن ِ[ﻤﺎ ‪Ô‬ﻨﻘﺾ ِ×ﻴ ِﻪ ﻗﻀﺎء اﻟﻘ ِ‬ ‫‪ُ f‬ط ‪ِ ِ 2‬ﺼﺤ ِﺔ ا‪ž‬ﻘ ِﻠ ِ‬
‫َ ُ َْ ُ ََ ‪ْ ََ Ò‬‬ ‫َْ‬ ‫ﻴﺪ َﻏ ْ ْ َ ْ َ َ‬ ‫ﻹ ْ×ﺘَﺎء ‪ ،‬أَ ْو َﻗ َﻀﺎء َ×ﻴَ ْﻤﺘَﻨ ُﻊ َ‪ْ Ù‬ﻘﻠ ُ‬
‫‪P‬ﺮ ‪َ ،‬و ِﻣ ْﻦ‬ ‫َْ ً َ َ َُُْ‬
‫• اﻷر'ﻌ ِﺔ ِ×ﻴ ِﻪ إ‪V‬ﺎ„ ﻛﻤ َﺎ ‪Ô‬ﻌﻠﻢ ِ[ﻤﺎ ﻳﺄ ِ‪ Œ‬؛ ِﻷﻧﻪ ‪K‬ﺾ ‪‰‬ﺸﺒ ٍﻪ و‪Ù‬ﻐ ِﺮ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِِ ٍ‬
‫‪ 3‬ﻣﺎَ‬ ‫ُْ ْ َْ َ َ َ َ َََ‬ ‫ً َ َ ْ َ َ َْ‬ ‫ُْ ْ َ ْ َ َ ً‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ ‪َ َ Ò ْ Ò‬‬
‫‪Ú‬ﻢ ﻗﺎل ا‪2‬ﺴﺒ ِ‪ : ö‬إذا ﻗﺼﺪ ِﺑ ِﻪ ا‪2‬ﻤﻔ ِ‪[ a‬ﺼﻠﺤﺔ ِدﻳ‪ِj‬ﻴﺔ ﺟﺎز أي ‪ :‬ﻣﻊ ﺗ‪ِ õ‬ﻴ ِﻨ ِﻪ ‪ِ2‬ﻠﻤﺴﺘﻔ ِ‪ a‬ﻗﺎﺋِﻞ ذ‪ِ2‬ﻚ ‪ .‬و‬
‫ْ َْ ِ َ ُ ْ ََ ُ َْ ً ْ َ ُ‬ ‫ُ َ َُُْ َُْ ‪َ ُ َ ََََْْ ََ َ َ ّ ْ Ò‬‬ ‫َ ٌْ‬ ‫َْ‬
‫اﻹ‪V‬ﺎع ‪ .‬و˜ﺸ‪f‬ط أﻳﻀﺎ اﻋ ِﺘﻘﺎد‬ ‫‪ : ö‬ﻣﺎ ﺧﺎﻟﻒ اﻷر'ﻌﺔ ﻛﻤﺨﺎ ِﻟ ِﻒ ِ‬ ‫اﺧﺘﻞ ِ×ﻴ ِﻪ ‪C‬ط ِ[ﻤﺎ ذ ِﻛﺮ »ﻤﻞ ﻗﻮل ا‪2‬ﺴﺒ ِ‬
‫ﺎﺿ ِﻞ ‪،‬‬
‫َ َ ُ َْ‬
‫ﻮل ﻣﻊ ُوﺟﻮ ِد اﻟﻔ ِ‬
‫از َ‪ْ Ù‬ﻘﻠ ْ َ ْ ُ‬ ‫ﺟ َﻮ ُ‬ ‫ﺤ ُﺎه َ‬ ‫ﻮر ا§ي َرﺟ َ‬ ‫َْ ْ ُ‬
‫‪ْ ,‬ﻦ ا‪2‬ﻤﺸﻬ ُ ِ‬
‫َْ َ‬ ‫÷هِ ‪ ،‬أَ ْو ُ[ َﺴ َ‬ ‫َُ‬ ‫َْ َ‬
‫ﻴﺪ ا‪2‬ﻤﻔﻀ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫•هِ ﻟ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎوا ِﺗ ِﻪ ِﻟﻐ‬ ‫أرﺟ ِﺤﻴ ِﺔ ﻣﻘ ِ‬
‫َْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ َ َ َ ََ ُ ََ‬ ‫َ‬ ‫َ َُ َ َ َ َُ َ ‪َْ ً َ Î‬‬
‫ﻮ‪ِ I‬ﺑﺎﻟ‪َ 9‬ﺴﺎﻣ ِﺢ َو‪ِ ø‬ﻮهِ‬ ‫َوﻻ ‪Ô‬ﻨ ِﺎ‪ W‬ذ‪ِ2‬ﻚ ﻛ ْﻮﻧﻪ „ﻣﻴﺎ ﺟﺎ ِﻫﻼ ِﺑﺎﻷ ِدﻟ ِﺔ ؛ ِﻷن ِاﻻﻋ ِﺘﻘﺎد ﻻ ‪Ô‬ﺘ َﻮ‪Ü‬ﻒ ‪ 3‬ا ِ ِﻞ ِ‪ُ D‬ﺼ ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ َ َْ َ ‪َ َ ْ ُ َ َ َْ َ ُ َ َْ ُ ُ َ ْ َ ٌ َ ُ ْ َ َُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ Ò‬‬
‫ﺣﻴْﺚ اﺧﺘَﻠﻒ َﻋﻠﻴْ ِﻪ‬ ‫ﻗﺎل ا‪2‬ﻬﺮ ِوي ‪ :‬ﻣﺬﻫﺐ أﺻﺤﺎﺑِﻨﺎ أن اﻟﻌﺎ‪ ù‬ﻻ ﻣﺬﻫﺐ ‪ I‬أي ‪ :‬ﻣﻌ‪ 7‬ﻳﻠﺰﻣﻪ ا¬ﻘﺎء ﻋﻠﻴ ِﻪ و‬
‫ْ ْ َ‬
‫إﻣﺎ ِﻣ ِﻪ ﻓ‪Æ‬ﺧ ِﺘﻼ ِف ا‪ُ 2‬ﻤﺠﺘَ ِﻬﺪﻳْ ِﻦ ‪ .‬ا ‪.ñ‬‬
‫َ َ ْ َ‬ ‫ُﻣﺘَﺒَﺤ َﺮان أَ ْي ‪َ W :‬ﻣ ْﺬ َﻫﺐ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ َ َْ َ ُْ‬ ‫ْ‬ ‫َْْ ُ َ َ ُ ُ َْ َ َ ُْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫ُ‬ ‫َْ ْ‬ ‫ََ ُُ َ َ ُ َْ‬
‫ﺖ‬ ‫‪,‬ﻦ ِ‪ W‬ا‪2‬ﺮوﺿ ِﺔ ﻟ ﺲ ‪ِ2‬ﻤﻔ ٍ‬ ‫ﺎب اﻷوﺟ ِﻪ ﻣﻊ وﺟﻮ ِد أﻓﻀﻞ ِﻣﻨﻪ ‪ ،‬ﻟ ِ‬ ‫ﻮل ِﻣﻦ أﺻﺤ ِ‬ ‫ﻴﺪ ا‪2‬ﻤﻔﻀ ِ‬ ‫وﻗ ِﻀﻴﺘﻪ ﺟﻮاز ‪Ù‬ﻘ ِﻠ ِ‬
‫َْ َْ َ ُ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ْ ََ َ َ َْْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َْ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ‬ ‫ََ َ ْ َ َ‬ ‫َ‬
‫‪ 7‬أن ‪Ô‬ﻌﺘ ِﻤﺪ أﺣﺪﻫﻤﺎ ﺑِﻼ ﻈ ٍﺮ ِ×ﻴ ِﻪ ﺑِﻼ ِﺧﻼ ٍف ﺑﻞ ‪Ô‬ﺒﺤﺚ‬ ‫‪ ، 7‬أو وﺟﻬ ِ‬ ‫ات ﻗﻮﻟ ِ‬ ‫َو„ ِ[ ٍﻞ ‪ 3‬ﻣﺬﻫ ِﺒﻨﺎ ِ‪[ W‬ﺴﺄﻟ ٍﺔ ذ ِ‬
‫َْ َْْ َ‬ ‫‪ُ َْ ُ َ ََ ّ ْ Ò‬‬ ‫َ ََ َ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ََ ‪Ò‬‬
‫‪ 7‬أ ْي‬ ‫‪Ô ö‬ﺘﺨ• اﻟﻌﺎ ِ[ﻞ ِ‪ W‬اﻟﻘﻮﻟ ِ‬ ‫اﺣ ٍﺪ ‪ .‬ا ‪ ................ñ‬و ِ‪× ¤‬ﺘﺎوى ا‪2‬ﺴﺒ ِ‬ ‫‪Ï‬ﻦ أرﺟ ِﺤ ِﻬﻤﺎ ِﺑﻨﺤ ِﻮ ﺗﺄﺧ ِﺮهِ إن ‪-‬ﻧﺎ ‪َ ِ 2‬ﻮ ِ‬
‫ا‪ْ ُ l‬ﻄﺒَﺔ َ‪Ï‬ﻨْ ُﻪ َو َ‪ْ Ï‬ﻦ َﻏ ْ‬ ‫ْ‬ ‫‪ُ q‬ه ﺑﻪ ‪ ،‬ﻟَ‪ْ ,‬ﻦ َ[ﺮ ‪ْ َ W‬‬ ‫‪ُ à‬‬ ‫َ َْ َََ ْ ْ ْ َْ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ ْ ُْ‬
‫•هِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ح‬ ‫ِ‬ ‫‪C‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪ :‬إذا ‪2‬ﻢ ‪Ô‬ﺘﺄﻫﻞ ‪ِ2‬ﻠ ِﻌﻠ ِﻢ ِﺑﺄرﺟ ِﺤ ِﻬﻤﺎ ﻛﻤﺎ [ﺮ ‪ ،‬وﻻ وﺟﺪ ﻣﻦ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ََْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َُ ُ َُ ْ ْ ُ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َُ ُ َ ْ َ َ َ ََ ْ ُ َ‬
‫ﺎ‪ِ ú‬ﻢ ﻻ “ﻮز ‪ I‬ا‪,ُD‬ﻢ ِﺑﺄﺣ ِﺪ ِﻫﻤﺎ إﻻ ‪S‬ﻌﺪ ِﻋﻠ ِﻢ أرﺟ ِﺤﻴ ِﺘ ِﻪ ‪،‬‬ ‫‪á‬ﻼ ِف ا‪ِ َ D‬‬ ‫اﺟﻌﻪ ِ ِ‬ ‫ﻣﺎ ‪à‬ﺎ ِﻟﻒ ‪S‬ﻌﺾ ذ‪ِ2‬ﻚ ﻓﺮ ِ‬
‫َ‬ ‫ْ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َُ ََُ ْ ً ْ َََ َ ‪َ Ò‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ‬ ‫ﻚ ﺑﺄَن َ ُ‪ I‬اﻟْ َﻌ َﻤﻞ ﺑﺎ‪َ 2‬ﻤ ْﺮ ُ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ ََْ َ َ‬
‫ا‪2‬ﺮﺧ َﺺ ِﺑﺄن ﻳَﺄﺧﺬ ِﻣ ْﻦ‬ ‫ﺣﻖ ﻔ ِﺴ ِﻪ ‪ ،‬و˜ﺸ‪f‬ط أﻳﻀﺎ أن ﻻ ﻳ‪9‬ﺘﺒﻊ‬ ‫ﻮح ِ‪W‬‬ ‫ﺟ ِ‬ ‫ِ‬ ‫و¦ح ‪Ü‬ﺒﻞ ذ‪ِ ِ 2‬‬
‫َ ْ َ َ َ َْْ َ َ َُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬ ‫ْ َ‬ ‫َْْ َ ُْ‬ ‫ُ َ ْ َ‬
‫ﺟ ُﻪ أﻧ ُﻪ ‪Ô‬ﻔﺴ ُﻖ ﺑِ ِﻪ ‪.‬‬ ‫ﻴﻒ ِﻣ ْﻦ ‪Ï‬ﻨُ ِﻘ ِﻪ ِﺣﻴ‪j‬ﺌِ ٍﺬ ‪ ،‬و ِﻣﻦ ‪Ú‬ﻢ ‪-‬ن اﻷو‬
‫ُ‬
‫‪ِ Ç‬‬ ‫‪ø‬ﻼ ِل ِر'ﻘ ِﺔ ا‪ِ ž‬‬ ‫ﺐ ﺑِﺎﻷﺳﻬ ِﻞ ِﻣﻨﻪ ؛ ِﻻ ِ‬ ‫ﻣﺬ ﻫ ٍ‬
‫‪ ‬ﺑﻐﻴﺔ ا_ﺴ ﺷﺪﻳﻦ )ص‪( p :‬‬

‫ً‬
‫)[ﺴﺄﻟﺔ ‪ :‬ش( ‪ :‬ا‪u‬ﺬﻫﺐ اﻟﻘﺪﻳﻢ ﻟ ﺲ ﻣﺬﻫﺒﺎ ‪2‬ﻠﺸﺎﻓ‪ ، ³‬ﻷن ا‪u‬ﻘ÷ ﻣﻊ ا‪u‬ﺠﺘﻬﺪ ‪u-‬ﺠﺘﻬﺪ ﻣﻊ ا‪2‬ﺮﺳﻮل ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ً‬
‫ا‪2‬ﺴﻼم ‪ ،‬ﻓﻜﻤﺎ أن ا‪D‬ﺎدث ﻣﻦ أدﻟﺔ ا‪Í2‬ع ﻧﺎﺳﺦ ‪2‬ﻠﻤﺘﻘﺪم ﻣﻨﻬﺎ إ‪V‬ﺎ„ ﺣ‪“ ò‬ﺐ ‪ 3‬ا‪u‬ﺠﺘﻬﺪ اﻷﺧﺬ ﺑﻪ ‪،‬‬
‫ﻛﺬ‪2‬ﻚ ا‪u‬ﻘ÷ ﻣﻊ ا‪u‬ﺠﺘﻬﺪ ‪ ،‬وأﻣﺎ ا‪u‬ﺴﺎﺋﻞ اﻟ‪ a‬ﻋﺪوﻫﺎ وﺟﻌﻠﻮﻫﺎ ‪È‬ﺎ ﻳﻔ‪ ò‬ﺑﻪ ‪ 3‬اﻟﻘﺪﻳﻢ ‪ ،‬ﻓﺴ‪õ‬ﺒﻬﺎ أن ‪V‬ﺎﻋﺔ‬

‫ً‬
‫ﻣﻦ ا‪u‬ﺠﺘﻬﺪﻳﻦ ‪ W‬ﻣﺬﻫﺒﻪ ﻻح ‪p‬ﻢ ‪ W‬ﺑﻌﺾ ا‪u‬ﺴﺎﺋﻞ أن اﻟﻘﺪﻳﻢ أﻇﻬﺮ د ﻼ ﻓﺄﻓﺘﻮا ﺑﻪ ‪ ،‬ﻏ• ﻧﺎﺳ‪ è‬ذ‪2‬ﻚ إ=‬
‫َّ‬
‫ا‪u‬ﺨﺮج ‪ ،‬ﻓﻤﻦ ﺑﻠﻎ رﺗﺒﺔ ا‪f2‬ﺟﻴﺢ وﻻح ‪ I‬ا ﻞ أﻓ‪ ò‬ﺑﻬﺎ ‪ ،‬و‪Ÿ‬ﻻ ﻓﻼ وﺟﻪ ﻟﻌﻠﻤﻪ ‪ ،‬وﻓﺘﻮاه‬ ‫ا‪2‬ﺸﺎﻓ‪- ³‬ﻟﻘﻮل‬
‫‪ 3‬أن ا‪u‬ﺴﺎﺋﻞ اﻟ‪ُّ a‬‬
‫ﻋﺪوﻫﺎ أ–‪ì‬ﻫﺎ ﻓﻴﻪ ﻗﻮل ﺟﺪﻳﺪ ‪ ،‬ﻓﺘﻜﻮن اﻟﻔﺘﻮى ﺑﻪ و• ﺛﻤﺎﻧﻴﺔ ﻋ‪[ Í‬ﺴﺄﻟﺔ ‪ :‬ﻋﺪم‬
‫وﺟﻮب ا‪ž‬ﺒﺎﻋﺪ ﻋﻦ ا‪€‬ﺠﺎﺳﺔ ‪ W‬ا‪u‬ﺎء ا‪2‬ﻜﺜ• ﺑﻘﺪر ﻗﻠﺘ‪ ، 7‬وﻋﺪم ﺗﻨﺠﺲ ا‪u‬ﺎء ا‹ﺎري إﻻ ﺑﺎ‪ž‬ﻐ• ‪ ،‬وﻋﺪم‬
‫ا‪€‬ﻘﺾ ﺑﻠﻤﺲ ا‪u‬ﺤﺮم ‪ ،‬و¼ﺮ‪P‬ﻢ أ–ﻞ ا‹÷ ا‪u‬ﺪﺑﻮغ ‪ ،‬وا‪ž‬ﺜﻮ‪P‬ﺐ ‪ W‬أذان ا‪2‬ﺼﺒﺢ ‪ ،‬واﻣﺘﺪاد وﻗﺖ ا‪u‬ﻐﺮب إ=‬
‫ﻣﻐﻴﺐ ا‪2‬ﺸﻔﻖ ‪ ،‬واﺳﺘﺤﺒﺎب ﺗﻌﺠﻴﻞ اﻟﻌﺸﺎء ‪ ،‬وﻋﺪم ﻧﺪب ﻗﺮاءة ا‪2‬ﺴﻮرة ‪ W‬اﻷﺧ•ﺗ‪ ، 7‬وا‹ﻬﺮ ﺑﺎ‪ž‬ﺄﻣ‪7‬‬
‫‪2‬ﻠﻤﺄ[ﻮم ‪ W‬ا‹ﻬﺮ‪P‬ﺔ ‪ ،‬وﻧﺪب ا‪l‬ﻂ ﻋﻨﺪ ﻋﺪم ا‪2‬ﺸﺎﺧﺺ ‪ ،‬وﺟﻮاز اﻗﺘﺪاء ا‪u‬ﻨﻔﺮد ‪ W‬أﺛﻨﺎء ﺻﻼﺗﻪ ‪ ،‬و‪ó‬ﺮاﻫﺔ‬
‫ﺗﻘﻠﻴﻢ أﻇﺎﻓﺮ ا‪u‬ﻴﺖ ‪ ،‬وﻋﺪم اﻋﺘﺒﺎر ا‪D‬ﻮل ‪ W‬ا‪2‬ﺮ&ز ‪ ،‬وﺻﻴﺎم ا‪2‬ﻮ_ ﻋﻦ ا‪u‬ﻴﺖ ا§ي ﻋﻠﻴﻪ ﺻﻮم ‪ ،‬وﺟﻮاز اﺷ‪f‬اط‬
‫ً‬
‫ا‪ž‬ﺤﻠﻞ ﺑﺎ‪u‬ﺮض ‪ ،‬و‪Ÿ‬ﺟﺒﺎر ا‪PÍ2‬ﻚ ‪ 3‬اﻟﻌﻤﺎرة ‪ ،‬وﺟﻌﻞ ا‪2‬ﺼﺪاق ‪ W‬ﻳﺪ ا‪2‬ﺰوج [ﻀﻤﻮﻧﺎ ‪ ،‬ووﺟﻮب ا‪D‬ﺪ ﺑﻮطء‬
‫ً‬
‫ا‪u‬ﻤﻠﻮ‪ó‬ﺔ ا‪u‬ﺤﺮم ‪ ،‬ذﻛﺮه ا‪u‬ﺠﻤﻮع‪ .‬و“ﺐ اﺗﻔﺎﻗﺎ ﻧﻘﺾ ﻗﻀﺎء اﻟﻘﺎ‪ s‬و‪Ÿ‬ﻓﺘﺎء ا‪u‬ﻔ‪ a‬ﺑﻐ• ا‪2‬ﺮاﺟﺢ ﻣﻦ ﻣﺬﻫﺒﻪ ‪،‬‬
‫إذ ﻣﻦ ﻳﻌﻤﻞ ‪ W‬ﻓﺘﻮاه أو ﻋﻤﻠﻪ ﺑ‪,‬ﻞ ﻗﻮل أو وﺟﻪ ‪ W‬ا‪u‬ﺴﺄﻟﺔ ‪ ،‬و‪P‬ﻌﻤﻞ ﺑﻤﺎ ﺷﺎء ﻣﻦ ﻏ• ﻧﻈﺮ إ= ﺗﺮﺟﻴﺢ ‪ ،‬وﻻ‬
‫ﻳﺘﻘﻴﺪ ﺑﻪ ‪ ،‬ﺟﺎﻫﻞ ﺧﺎرق ‪2‬ﻺ‪V‬ﺎع ‪ ،‬وﻻ “ﻮز ‪2‬ﻠﻤﻔ‪ a‬أن ﻳﻔ‪ a‬ا‹ﺎﻫﻞ ا‪u‬ﺘﻤﺴﻚ ﺑﻤﺬﻫﺐ ا‪2‬ﺸﺎﻓ‪ ³‬ﺻﻮرة ﺑﻐ•‬
‫ا‪2‬ﺮاﺟﺢ ﻣﻨﻪ‪.‬‬
‫‪ ‬ﺣﺎﺷﻴﺔ إ‡ﻧﺔ اﻟﻄﺎ?… ) ‪( ˆl /‬‬

‫) و‪ó‬ﻤﻴﺘﺔ ( و‪2‬ﻮ ‪ø‬ﻮ ذﺑﺎب ‪È‬ﺎ ﻻ ﻧﻔﺲ ‪ I‬ﺳﺎﺋﻠﺔ ﺧﻼﻓﺎ ‪2‬ﻠﻘﻔﺎل وﻣﻦ ﺗﺒﻌﻪ ‪ W‬ﻗﻮ‪ I‬ﺑﻄﻬﺎرﺗﻪ ﻟﻌﺪم ا م ا‪u‬ﺘﻌﻔﻦ‬
‫___________________‬
‫وﻗﻮ‪ : I‬ﻻ ﻧﻔﺲ ‪ I‬ﺳﺎﺋﻠﺔ أي ﻻ دم ‪ I‬ﺳﺎﺋﻞ ﻋﻨﺪ ﺷﻖ ﻋﻀﻮ ﻣﻨﻪ‪ ،‬وذ‪2‬ﻚ ﻛﻨﻤﻞ وﻋﻘﺮب وزﻧﺒﻮر ‪ -‬وﻫﻮ ا ﺑﻮر‬
‫‪ -‬ووزغ وﻗﻤﻞ و'ﺮﻏﻮث‪) .‬ﻗﻮ‪ :I‬ﺑﻄﻬﺎرﺗﻪ( أي ﻣﺎ ﻻ ﻧﻔﺲ ‪ I‬ﺳﺎﺋﻠﺔ‪) .‬ﻗﻮ‪ :I‬ﻟﻌﺪم ا م ا‪u‬ﺘﻌﻔﻦ( أي و‪Ÿ‬ﻧﻤﺎ‬
‫ﺣ‪,‬ﻢ ﺑﻄﻬﺎرﺗﻪ ﻟﻌﺪم وﺟﻮد ا‪u‬ﺘﻌﻔﻦ ﻓﻴﻬﺎ‪) .‬ﻗﻮ‪ :I‬ﻛﻤﺎ‪2‬ﻚ وأ ﺣﻨﻴﻔﺔ( أي ﻓﺈﻧﻬﻤﺎ ﻗﺎﺋﻼن ﺑﻄﻬﺎرة ﻣﺎ ﻻ ﻧﻔﺲ‬
‫‪ I‬ﺳﺎﺋﻠﺔ‪ ،‬ﻓﺎﻟﻘﻔﺎل [ﻮاﻓﻖ ‪p‬ﻤﺎ‪.‬‬
‫‪ ‬ا_ﻨﺘ‪a Š‬ح ا_ﻮﻃﺎ )‪( ˆ /۳‬‬

‫وأﻣﺎ ﻣﺎ ﻟ ﺴﺖ ‪ I‬ﻧﻔﺲ ﺳﺎﺋﻠﺔ ‪‹-‬ﺮاد وا‪D‬ﻠﺰون واﻟﻌﻘﺮب وا‪l‬ﻨﻔﺴﺎء و'ﻨﺎت وردان واﻟﻘﺮﻧﺒﺎ وا‪2‬ﺰﻧﺒﻮر‬
‫وا ﻌﺴﻮب وا§ر وا‪€‬ﻤﻞ وا‪2‬ﺴﻮس وا‪D‬ﻠﻢ وا ود وا¬ﻌﻮض وا§ﺑﺎب ﻓﻼ “ﻮز أ–ﻠﻪ وا‪ž‬ﺪاوي ﺑﻪ ‪u‬ﻦ اﺣﺘﺎج‬
‫إ= ذ‪2‬ﻚ إﻻ ﺑﺬ‪-‬ة وا§ي “ﺰي ﻣﻦ ا§‪-‬ة ‪ W‬ا‹ﺮاد أن ﻳﻔﻌﻞ ﺑﻬﺎ ﻣﺎ ﻻ ﺗﻌ ﺶ ﻣﻌﻪ و‪P‬ﺘﻌﺠﻞ [ﻮﺗﻬﺎ«‪.‬‬

‫‪ ‬ا”ﺎج واﻹ’ﻴﻞ ا_ﺆﻟﻒ‪• :‬ﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ ﺑﻦ أ• اﻟﻘﺎﺳﻢ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ اﻟﻌﺒﺪري اﻟﻐﺮﻧﺎ‪ ،Ž‬ﻷ• ﻋﺒﺪ اﷲ‬
‫ا_ﻮاق ا_ﺎ – )ا_ﺘﻮ•‪lm :‬ﻫ( ) ‪(kkl /‬‬
‫) واﻓﺘﻘﺮ ‪ø‬ﻮ ا‹ﺮاد ‪p‬ﺎ ﺑﻤﺎ ﻳﻤﻮت ﺑﻪ ) ﻣﻦ ا‪u‬ﺪوﻧﺔ أرأﻳﺖ ذواب اﻷرض ‪É‬ﻬﺎ ﺧﺸﺎﺷﻬﺎ وﻋﻘﺎر'ﻬﺎ ودودﻫﺎ‬
‫وﺣﻴﺎﺗﻬﺎ وﺷﺒﻬﻪ ﻗﺎل ﻗﺎل ﻣﺎ‪2‬ﻚ ﻻ ﺑﺄس ﺑﺄ–ﻞ ا‪D‬ﻴﺎت إذا ذﻛﻴﺖ ‪[ W‬ﻮﺿﻊ ذ‪-‬ﺗﻬﺎ إن اﺣﺘﺎج إ ﻬﺎ و‪2‬ﻢ أﺳﻤﻊ‬
‫ﻣﻨﻪ ‪ W‬ﻫﻮام اﻷرض ﺷ ﺌﺎ إﻻ أﻧﻪ ﻗﺎل ‪ W‬ﺣﺸﺎﺷﻬﺎ إن ﻣﺎت ‪ W‬ﻣﺎء أو ﻃﻌﺎم و‪2‬ﻢ ﻳﻔﺴﺪه وﻣﺎ ﻻ ﻳﻔﺴﺪﻫﻤﺎ ﻓﻼ‬
‫ﺑﺄس ﺑﺄ–ﻠﻪ إذا ذ ‪‹-‬ﺮاد ﻗﺎل ﻣﺎ‪2‬ﻚ وﻻ ﻳﺆ• ﻣﻴﺘﺔ ا‹ﺮاد وﻻ ﻣﺎ ﻣﺎت ﻣﻨﻪ ‪ W‬اﻟﻐﺮاﺋﺮ ﺑﻌﺪ أ أﺧﺬه ﺣﻴﺎ وﻻ‬
‫ﻳﺆ• ﻣﻨﻪ إﻻ ﻣﺎ ﻗﻄﻒ رأﺳﻪ أو ﻗ‪ ²‬أو ﺷﻮي ﺣﻴﺎ و‪Ÿ‬ن ‪2‬ﻢ ﻳﻘﻄﻊ رأﺳﻪ ﻓﻬﻮ ﺣﻼل ﻗﻴﻞ أﻓﺘﻄﺮح ‪ W‬ا‪€‬ﺎر و•‬
‫ﺣﻴﺔ ﻗﺎل ﻻ ﺑﺄس ﺑﺬ‪2‬ﻚ وﻫﻮ ذ‪-‬ﺗﻪ ﻗﺎل اﺑﻦ اﻟﻘﺎﺳﻢ ‪2‬ﻮ ﻗﻄﻌﺖ أرﺟﻠﻪ أو أﺟﻨﺤﺘﻪ ﻓﻤﺎت §‪2‬ﻚ ﻷ–ﻞ اﺑﻦ ﻋﺒﺪ‬
‫ا‪,D‬ﻢ وﻻ ﺑﺪ ﻣﻦ اﻟ‪9‬ﺴﻤﻴﺔ ﻋﻠﻴﻪ ﻋﻨﺪ ﻣﺎ ﻳ‪,‬ﻮن ﻋﻨﻪ [ﻮﺗﻪ ﻣﻦ ﻗﻄﻊ رأس أو ﻏ•ه ﻷﻧﻪ ذ‪-‬ﺗﻪ وﻣﻦ ا‪u‬ﺪوﻧﺔ‬
‫وا‪D‬ﻠﺰون ‪‹-‬ﺮاد إن ﺳﻠﻖ أو ﺷﻮي أ–ﻞ وﻻ ﺗﺆ• ﻣﻴ‪9‬ﺘﻪ ﻋﻴﺎض ﻫﻮ ﺑﻔﺘﺢ ا‪D‬ﺎء وا‪2‬ﻼم واﻧﻈﺮ ﻗﻮل ا‪u‬ﺪوﻧﺔ‬
‫‪2‬ﻢ أﺳﻤﻊ ‪ W‬ا‪p‬ﻮام ﺷ ﺌﺎ إﻻ ﻗﻮ‪ W I‬ا‪l‬ﺸﺎش ﻗﻴﻞ ا‪l‬ﺸﺎش ﻣﺎ ‪ I‬ﻗ‪ Í‬ﻳﺎ ﺲ وا‪p‬ﻮام ﻣﺎ ﻟ ﺲ ﻛﺬ‪2‬ﻚ ) و‪2‬ﻮ ‪2‬ﻢ‬
‫وﻫﺬا‬ ‫ﻳﻌﺠﻞ ( روى ‪K‬ﻤﺪ إﻟﻘﺎء ا‹ﺮاد ‪ W‬ﻣﺎء ﺑﺎرد ذ‪-‬ﺗﻪ وﻗﺎل ﺳﺤﻨﻮن ﻻ “ﻮز ذ‪2‬ﻚ إﻻ ‪ W‬ﻣﺎء ﺣﺎر ا¬ﺎ‬
‫ﺑﻨﺎء ‪ 3‬أن ا‪u‬ﻌﺘ‪ q‬ﻣﺎ ﺗﻤﻮت ﺑﻪ ﻣﻄﻠﻘﺎ أو „ﺟﻼ ) ﻛﻘﻄﻊ ﺟﻨﺎح ( ﺗﻘﺪم ﻧﺺ ا‪u‬ﺪوﻧﺔ ‪2‬ﻮ ﻗﻄﻌﺖ أرﺟﻠﻪ أو‬
‫أﺟﻨﺤﺘﻪ ﻓﻤﺎت §‪2‬ﻚ ﻷ–ﻞ اﺑﻦ ﻋﺮﻓﺔ ﻗﻮل ا‪ž‬ﻠﻘ‪ 7‬ﺣ‪,‬ﻢ ا‪l‬ﺸﺎش ﻛﺪواب ا¬ﺤﺮ ﻻ ﻳﻨﺠﺲ وﻻ ﻳﻨﺠﺲ‬
‫ﻣﺎ ﻣﺎت ﻓﻴﻪ ﻻ ﻳﺪل ‪ 3‬أ–ﻠﻪ دون ذ‪-‬ة وﻻ ˜ﺴﺘﻠﺰﻣﻪ وﺗﻘﺪم ﻗﻮل اﺑﻦ اﻟﻘﺎﺳﻢ إن ﻣﺎت ا‪l‬ﺸﺎش ‪ W‬ا‪u‬ﺎء ‪2‬ﻢ‬
‫ﻳﻔﺴﺪه وﻻ ﺑﺄس ﺑﺄ–ﻠﻪ إذا ذ وﻣﻦ ا‪u‬ﺪوﻧﺔ ﻻ ﺑﺄس ﺑﺄ–ﻞ ا‪D‬ﻴﺎت إذا ذﻛﻴﺖ وروى اﺑﻦ ﺣﺒﻴﺐ ذ‪-‬ة اﻟﻌﻘﺮب‬
‫ﻻ ﺗﺆ• ﺣﻴﺔ وﻻ ﻋﻘﺮب اﻷﺑﻬﺮي ‪2‬ﻠﺨﻮف ﻣﻦ ﺳﻤﻬﺎ و‪2‬ﻢ ﻳﻘﻢ ‪ 3‬ﺣﺮﻣﺘﻬﺎ د ﻞ وﻻ‬ ‫ﻗﻄﻊ رأﺳﻬﺎ وﻗﺎل ا¬ﺎ‬
‫ء ﻣﻦ ا‪l‬ﺸﺎش ذ‪-‬ه ‪‹-‬ﺮاد‬ ‫ﺑﺄس ﺑﻬﺎ ﺗﺪاو‪P‬ﺎ و§ا أﺑﻴﺢ ا‪Pf2‬ﺎق وروى اﺑﻦ ﺣﺒﻴﺐ ﻣﻦ اﺣﺘﺎج ﻷ–ﻞ‬
‫واﻟﻌﻘﺮب وا‪l‬ﻨﻔﺴﺎء وا‹ﻨﺪب وا‪2‬ﺰﻧﺒﻮر وا ﻌﺴﻮب وا§ر وا‪€‬ﻤﻞ وا‪2‬ﺴﻮس وا‪D‬ﻠﻢ وا ود وا¬ﻌﻮض‬
‫وا§ﺑﺎب اﺑﻦ ﻋﺮﻓﺔ ودود اﻟﻄﻌﺎم ﻇﺎﻫﺮ ا‪2‬ﺮواﻳﺔ ﻛﻐ•ه ﻓﻘﻮل أ ﻋﻤﺮ رﺧﺺ ﻗﻮم ‪ W‬أ–ﻞ دود ا‪ 7ž‬وﺳﻮس‬
‫اﻟﻔﻮل واﻟﻄﻌﺎم ﻻ ﻳﻮﺟﺪ ‪ W‬ا‪u‬ﺬﻫﺐ اﻧﻈﺮ ﻫﺬا ﻋﻨﺪ ﻗﻮ‪ I‬اﻟﻄﺎﻫﺮ ﻣﻴﺖ ﻣﺎ ﻻ دم ‪ I‬اﺑﻦ ﺷﺎس‪.‬‬
‫‪B. Apakah status dari dua keputusan tersebut dalam pandangan‬‬

‫?‪syariat‬‬
‫‪Tidak terbahas‬‬

2. POLEMIK KONSTELASI POLITIK NASIONAL | PP.
LIRBOYO
Deskripsi Masalah:
Pemilu merupakan salah satu instrumen penting dalam
menegakkan demokrasi di suatu negara. Partai politik mempunyai
posisi dan peranan yang sangat strategis dalam setiap sistem
demokrasi. Peran Parpol juga diterapkan dalam Pemilihan Legislatif
(Pileg), tentulah dimaksudkan agar Pileg tersebut nantinya melahirkan
wakil-wakil rakyat yang berkualitas, berintegritas, dan berkomitmen
pada rakyat. Ditegaskan dalam UU Nomor 7 Tahun 2017 bahwa sistem
pemilu di Indonesia dilaksanakan secara serentak. Artinya, Pemilu
Legislatif dan Eksekutif dilaksanakan secara bersamaan. Selain sistem
pemilunya yang serentak, UU Nomor 7 Tahun 2017 juga mengatur
adanya konsep Parliamentary Threshold. Parliamentary Threshold
adalah ambang batas perolehan suara minimal 4% partai politik dalam
pemilihan umum untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi di
Dewan Perwakilan Rakyat. Partai politik yang memenuhi ambang batas
parlemen (parliamentary threshold) tersebut bisa menjadi kontestan
lagi pada pemilu yang akan datang.2
Pada Pemilihan Umum 2024 yang akan segera diadakan,
terjadi fenomena menarik di dunia politik Indonesia. Bukan hanya
politisi yang turut ambil bagian, banyak politisi dari bintang Iilm,
bintang sinetron, penyanyi yang ramai-ramai bergabung atau ditarik
menjadi Bakal Calon Legislatif (bacaleg). Sebut saja Ahmad Dhani dari
Gerindra, Nafa Urbach dan Ali Syakieb dari Nasdem, Tommy
Kurniawan, Iyeth Bustami, Arzeti Bilbina, Camelia Lubis, Zora Vidyanata,
dan Norman Kamaru dari PKB3 dan sebagainya. Ada juga tokoh-tokoh
Iigur publik, tokoh kontroversial, nama-nama beken yang ikut serta
nyaleg. Lebih tepatnya, total taburan bintang ada 54 bintang Iilm,
2 Hukum Responsif. Implikasi Ambang Batas Parliamentary Threshold Terhadap
Kursi Parlemen Vol. 11, No. 1, Februari 2020

3 https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230516114009-33-43 7721 /10-
artis-yang-ikut-nyaleg-dalam-pemilu-2024-ada-idola-kamu

bintang sinetron, penyanyi, bintang iklan dan sejenisnya. Terbanyak ada
di Nasdem sebanyak 27 orang; disusul PDI-P 13 orang; kemudian PKB 7
orang; Berkarya 5 orang; PAN, Demokrat, Golkar masing-masing 4
orang; Perindo dan Gerindra masing-masing 3 orang; dan PSI 1 orang.
Mereka diusung langsung oleh masing-masing partai politik
disebabkan oleh Presidential Threshold 20 persen kursi DPR atau 25
persen suara nasional dan Parliamentary Threshold 4 persen (naik dari
sebelumnya 3,5 persen). Tidak heran parpol berlomba menangguk
perolehan suara. Popularitas yang dimiliki oleh artis diyakini akan
berkontribusi pada kesuksesan partai politik untuk meraih bangku di
kursi dewan.4 Pada pelaksanaan pemilu, variabel popularitas membantu
kandidat selebritis pada saat memasuki masa kampanye. Dengan modal
ketenaran ini, para politisi selebritis mengawali kampanye dengan baik
dan mengungguli calon-calon lainnya yang tidak terlalu dikenal
masyarakat atau bahkan sama sekali tidak dikenal.
Parpol juga mengkader para bacaleg artis yang diusung secara
berjenjang (mulai dari tingkat desa sampai provinsi). Saat menjadi
kader, mereka pun dibekali pendidikan lewat sekolah politik dengan
cara workshop dan seminar, serta mengikuti aktivitas kepartaian
dengan tujuan agar punya kompetensi sebagai anggota dewan. Contoh
penyanyi dangdut Annisa Bahar yang sebelumnya pernah mau
dicalonkan sebagai calon bupati di Jawa Timur. Annisa Bahar itu sudah
enam tahun jadi kader. Selain itu, parpol juga mempertimbangkan
bahwa banyaknya kursi di dewan sangat membantu partai dalam
membuat atau mengesahkan kebijakan RUU.5
Namun, fenomena ini juga memicu kritik dari beberapa pihak,
diantaranya adalah
1. Potensi "kultus personalitas" yang dapat muncul di sekitar artis
yang terpilih sebagai legislator;
2. Pemilih dapat lebih tertarik pada popularitas dan citra artis
daripada keahlian dan kompetensi mereka dalam mengelola
4 https://nasional.kompas.com/read/2018/07/24/11434361/feno mena -caleg-

artis-dan-transfer-politisi
5 https://www.bbc.com/indonesia/articles/c51lqn7ndllo

masalah-masalah politik yang kompleks;
3. Penggemar artis mungkin mendukung partai hanya karena aIiliasi
artis tersebut tanpa mempertimbangkan platform dan visi partai.
Hal ini dapat mengaburkan pemahaman dan kesadaran politik pemilih,
yang pada gilirannya dapat merugikan proses demokrasi yang sehat.
Selain itu, jika partai terlalu mengandalkan artis dalam kampanye
mereka, risiko terjadi kualitas debat politik yang rendah dan kurangnya
pemahaman yang komprehensif tentang isu-isu penting dalam
pemerintahan. Hal ini dikarenakan mereka sering kali berbicara
berdasarkan opini pribadi atau pandangan yang dangkal, tanpa
pemahaman yang cukup tentang masalah yang kompleks..
Dalam menghadapi pengaruh artis dalam elektabilitas partai,
penting bagi partai politik untuk menjaga keseimbangan yang tepat.
Mereka harus mempertimbangkan kualitas dan keberlanjutan
dukungan artis, serta memastikan bahwa pesan politik partai tidak
hanya bergantung pada popularitas artis.
Pengamat politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen
(Formappi), Lucius Karus, berkata pencalonan para selebritas menjadi
anggota legislatif adalah cara mudah partai politik untuk mendongkrak
suara atau kursi di parlemen. Menurut penilaian Lucius, anggota
legislatif dari kalangan selebritas yang duduk di DPR selama ini tidak
cukup menonjol dalam mengemukakan gagasannya di parlemen.
Bahkan, ia menyebutkan bahwa pemantauan secara menyeluruh
terhadap kinerja DPR sepanjang 2019 – 2023 sangat memprihatinkan.
Pada 2022 misalnya, DPR cuma mengesahkan tiga Undang-Undang dari
target 40 RUU yang masuk prolegnas prioritas DPR Tahun 2022. Lalu
pada Masa Sidang IV tahun 2022 – 2023 DPR hanya menuntaskan satu
UU prioritas yakni RUU Landas Kontinen.
Publik sebetulnya dirugikan dengan kehadiran caleg artis.
Karena nyatanya kemampuan mereka sebagai politisi atau yang
berkaitan dengan kerja legislasi disebut "kurang memadai"6. Sebab
lembaga legislatif sendiri juga memiliki tugas dan tujuan yang sangat
6 https://www.bbc.com/indonesia/articles/c51lqn7ndllo

krusial yang kembali pada kemaslahatan bangsa dan rakyat. Beberapa
tugas lembaga legislatif meliputi:
1) Menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan oleh
pemerintah dalam rangka pembangunan nasional;
2) Menetapkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
pemerintahan dan hukum;
3) Menjaga hubungan antara Indonesia dengan negara lain
melalui hubungan parlemen;
4) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-
undang dan kebijakan pemerintah.
Oleh karena itu seseorang yang menjadi anggota legislatif harus
berkompeten dalam bidang tersebut.7
Sebagai masyarakat pemilih, kita perlu melibatkan diri secara
aktif dalam mempelajari proIil dan visi para calon, termasuk artis-artis
yang nyaleg. Penting bagi kita untuk tidak hanya terpesona oleh
popularitas mereka, tetapi juga melihat komitmen mereka terhadap isu-
isu yang kita anggap penting dan relevan. Menghadapi pemilu, kita harus
berpikir secara rasional dan memilih pemimpin berdasarkan keahlian,
integritas, dan kapasitas mereka dalam mewakili kepentingan publik.
Pertimbangan:
1) Tujuan utama menyalonkan Iigur publik adalah mendapatkan
suara terbanyak di kursi Dewan;
2) Parpol yang mendapatkan suara minimal 4% partai politik
dalam pemilihan umum bisa bersaing kembali pada pemilu yang
akan datang;
3) Banyaknya kursi di dewan sangat membantu partai dalam
membuat atau mengesahkan kebijakan RUU;
4) Sebagian partai mengeklaim bahwa para Iigur publik telah
dikader secara berjenjang;
5) Popularitas mereka akan mempengaruhi masyarakat tanpa
mempertimbangkan platform dan visi partai ;
7 https://fahum.umsu.ac.id/pengertian-tujuan-dan-tugas-lembaga-legislatif

6) Secara historis kinerja mereka kurang memadai dalam bidang
politisi dan legislasi.
Pertanyaan:
A. Bagaimana hukum parpol mencalonkan figur publik yang
berpotensi mendongkrak suara partai sebagaimana deskripsi di
atas?
Jawaban :
(Tidak Terbahas)
B. Bagaimana hukum kita memilih calon sebagaimana deskripsi?
Jawaban :
(Tidak Terbahas)
3. ROYALTI 3 LAGU | KIFAYATUL AKHYAR

Deskripsi masalah:
Liputan6.com, Jakarta Pengadilan Agama Jakarta Barat

memutuskan nasib rumah tangga Inara Rusli dan Virgoun. Keduanya
dinyatakan resmi bercerai dan hak asuh anak kini berada di bawah
pengasuhan Inara Rusli.
Tak hanya itu, majelis hakim juga mengabulkan tuntutan Inara
Rusli berupa nafkah muttah dan iddah. Termasuk royalti atas 3
lagu Virgoun yang tercipta semasa mereka berumah tangga.
"Tiga lagu, 'Surat Cinta untuk Starla', 'Bukti', dan 'Selamat
(Selamat Tinggal)'. Sebenarnya ada satu lagi, 'Orang yang Sama',"
ungkap Inara Rusli di Pengadilan Agama Jakarta Barat, Jumat
(10/11/2023).

"Kenapa aku memilih lagu itu? Karena dia mengambil sumber
inspirasi dari diri aku dan anak-anak," sambung Inara Rusli
Menurut Mulkan Let-let, kuasa hukum Inara, ini pertama kali
dalam sejarah royalti ditetapkan sebagai objek harta bersama dalam
sengketa perceraian harta gana-gini. Ia berharap, hal ini dapat menjadi
rujukan bagi mereka yang menghadapi situasi serupa.
"Semoga kedepannya yang memiliki hak itu bisa mengajukan
karena ini adalah percontohan. Yurisprudensi, lah. Karena sudah
ditetapkan oleh Pengadilan Agama Jakarta Barat," kata Mulkan.
Mulkan mengatakan, tidak ada batasan waktu membayarkan
royalti terkait lagu-lagu tersebut. Selama kedua pihak masih hidup,
Inara berhak atas 50 persen dari royalti yang diterima Virgoun dari lagu
itu.
"Jadi, selama pencipta masih hidup dan ciptaan itu berlaku
selama 99 tahun berdasarkan UU hak cipta. Jadi selama berdua masih
hidup, itu tetap berlaku. Setengah bagian harus diberikan kepada ibu
Inara. Kalaupun terjadi kematian, itu menjadi harta waris anak-anak,"
jelas Mulkan
Pertanyaan:
A. Apakah keputusan pengadilan dapat dibenarkan?

Jawaban :
(Tidak Terbahas)

JALSAH 2
MUSHOHIH
PERUMUS
K. Abdul Khafidh
K. Sokhi Asyhadi
K. Ulil Azmi
NOTULEN
Bpk. Abdussalam
Bpk. Muhayadi
Bpk. Khoirul Albab
MODERATOR
Sdr. M. Minanur Rohman

1. ATURAN BARU PENGAMBILAN AIR TANAH | MA’HAD
ALY FAIDHU DZIL JALAL
Deskripsi Masalah
Rembesan air laut di pantai utara (pantura) mencapai 15--20
kilometer. Bagi para pengguna air tanah, pembuatan sumur kini wajib
meminta izin ke Kementerian ESDM.
Awalnya, masyarakat memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan
sehari-hari. Namun, karena air sungai mulai tercemar, masyarakat
beralih pada air tanah untuk berbagai kebutuhan. Selain kualitasnya
cukup baik, juga bisa cepat dan langsung dimanfaatkan.
Penduduk yang kian banyak, ditambah aktivitas industri yang
meningkat, berbuntut pengambilan air tanah melonjak. Merujuk data
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),
penggunaan air tanah di DKI Jakarta, telah mengalami peningkatan dari
31 juta m3 menjadi 33,8 juta m3. Begitu pula di Cekungan Bandung dari
46,8 juta m3 meningkat menjadi 61 juta m3.
Eksploitasi air tanah secara berlebihan pun berdampak buruk.
Selain menyebabkan turunnya muka tanah saat air pasang, juga
berakibat meningkatnya rembesan air laut (abrasi) di kawasan sekitar
pantai, seperti di Kota Jakarta.
Mengutip situs resmi, pu.go.id, rembesan air laut di Pantura pada
2023 ini telah mencapai 15--20 kilometer. Dampak lainnya, mengutip
buku Manajemen Bencana (2020) karya Rusnadi Rahmat, lingkungan
menjadi kritis. Hal itu ditandai dengan berubahnya air tanah menjadi
air payau, karena airnya tercampur oleh zat-zat air laut.
Peduli dampak negatif dan sekaligus menjaga keberlanjutan air
tanah, pemerintah pun turun tangan. Langkah yang diambil adalah
dengan membuat aturan, mewajibkan masyarakat yang
memanfaatkan air tanah wajib hukumnya mendapatkan izin
pemerintah.
Ketentuan baru itu tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) nomor 291.K/GL.01/MEM.G/2023
tentang Standar Penyelenggaraan Persetujuan Penggunaan Air Tanah.

Kriteria Penggunaan Air yang Harus Kantongi Izin
Izin penggunaan air tanah diperlukan untuk berbagai kegiatan, antara
lain:
1. Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari apabila penggunaan
air tanah paling sedikit 100 meter kubik per bulan per kepala
keluarga atau penggunaan berkelompok dengan ketentuan lebih
dari 100 meter kubik per bulan per kelompok.
2. Pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada.
3. Kegiatan wisata atau olahraga air yang dikelola untuk
kepentingan umum atau bukan kegiatan usaha.
4. Pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan penelitian.
5. Taman kota yang tidak dipungut biaya.
6. Rumah ibadah.
7. Fasilitas umum.
8. Bantuan sumur bor yang berasal dari pemerintah, swasta, atau
perseorangan.
9. Penggunaan air tanah untuk instansi pemerintah.
Masa Berlaku Izin

Selanjutnya, setelah Kepala Badan Geologi melalui Kepala Pusat
Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) melaksanakan
verifikasi dan evaluasi terhadap permohonan yang telah disampaikan.
Nantinya, setelah dilakukan verifikasi dan evaluasi maka akan
diterbitkan surat persetujuan pengeboran/penggalian eksplorasi air
tanah, atau sebaliknya permohonan ditolak dengan disertai alasannya.
Jika disetujui, maka pemegang persetujuan harus memasang
meter air pada pipa keluar (outlet) sumur bor/gali, membangun sumur
resapan sesuai dengan pedoman Badan Geologi, serta memberikan
akses kepada PATGTL dan instansi terkait untuk melakukan
pengecekan.
Apabila air tanah digunakan untuk kegiatan pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari, maka masa berlaku persetujuan
diberikan selama masih menggunakan air tanah untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari.

Begitu pula untuk air tanah yang digunakan untuk kegiatan
pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada, juga
persetujuannya berlaku sepanjang masih diperlukan.
Sedangkan bagi penggunaan air tanah untuk kebutuhan selain
kegiatan di atas, masa berlakunya diberikan untuk jangka waktu paling
lama tujuh tahun. Namun, dapat dilakukan permohonan perpanjangan.
Pertanyaan:
A. Apakah aturan pemerintah yang mewajibkan pemanfaatan air
tanah untuk mendapatkan izin pemerintah dapat dibenarkan?
Jawaban:
Dibenarkan, sebab pemerintah mempunyai hak intervensi atau
membatasi hak kepemilikan pribadi rakyat dengan dasar kemaslahatan
umum (mencegah adanya bahaya yang akan timbul sebab eksploitasi
sumur resapan secara berlebihan)
( l /p) ‫ اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ• وأد”ﻪ‬

‫ ﻓﻴﺼﺒﺢ‬،‫ﺼﻠﺤﺔ ﺗﻘﺘﻀﻴﻪ‬u ‫ﻈﺮ ﻳﺼﺪر ﻣﻨﻪ‬ê ‫ﻠﻜﻴﺔ‬u‫ إﺑﺎﺣﺔ ا‬ã‫ﻮ_ اﻷ[ﺮ أن ﻳﻨ‬2 ‫ﻘﺮر ﻋﻨﺪ اﻟﻔﻘﻬﺎء أن‬u‫وﻣﻦ ا‬
ً ً
‫ }ﻳﺎ أﻳﻬﺎ ا§ﻳﻦ آﻣﻨﻮا أﻃﻴﻌﻮا اﷲ وأﻃﻴﻌﻮا‬:=‫ ﺗﻌﺎ‬I‫ ﻓﺈن ﻃﺎﻋﺔ و_ اﻷ[ﺮ واﺟﺒﺔ ﺑﻘﻮ‬،‫ﻈﻮرا‬K ‫ﺎوزه أ[ﺮا‬Ý ‫ﻣﺎ‬
‫ﻮﻻة ﻛﻤﺎ روى‬2‫ اﻷ[ﺮاء وا‬:‫ﻢ‬,D‫ﺴﻴﺎﺳﺔ وا‬2‫ ا‬W ‫ﻮ اﻷ[ﺮ‬2‫ [ وأو‬/ :‫ﺴﺎء‬j‫ﻢ{ ]اﻟ‬,‫ﺮﺳﻮل وأو_ اﻷ[ﺮ ﻣﻨ‬2‫ا‬
:‫ﻠﻜﻴﺔ‬u‫ ا‬W ‫وﻣﻦ أﻣﺜﻠﺔ ﺗﺪﺧﻞ و_ اﻷ[ﺮ‬.‫ﺼﻮاب‬2‫ اﻷﻗﻮال ﺑﺎ‬å‫ إﻧﻪ أو‬:‫ي‬q‫ وﻗﺎل اﻟﻄ‬،‫ﺮة‬P‫اﺑﻦ ﻋﺒﺎس وأﺑﻮ ﻫﺮ‬
(‫ ﺣﺎﺋﻂ )أي ﺴﺘﺎن‬W ‫ﺴﻤﺮة ﺑﻦ ﺟﻨﺪب ﻞ‬2 ‫ن‬-» :‫ﻦ اﻟﻌﺎﺑﺪﻳﻦ أﻧﻪ ﻗﺎل‬P‫ ز‬²‫ﻤﺪ ا¬ﺎﻗﺮ ﻋﻦ أﺑﻴﻪ ﻋ‬K ‫ﻣﺎ روي‬
ّ
،‫ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ç‫ﻚ إ= رﺳﻮل اﷲ ﺻ‬2‫ اﻷﻧﺼﺎري ذ‬Æ‫ ﻓﺸ‬،‫ و&ن ﻳﺪﺧﻞ ﻫﻮ وأﻫﻠﻪ ﻓﻴﺆذﻳﻪ‬،‫رﺟﻞ ﻣﻦ اﻷﻧﺼﺎر‬
،‫ ا‹ﻨﺔ‬W ‫ﻚ ﻣﺜﻠﻪ‬2‫ ﻓﻬﺒﻪ و‬:‫ ﻓﻘﺎل‬، ‫ ﻓﺄ‬،‫ ﻓﺎﻗﻄﻌﻪ‬:‫ﺮﺳﻮل‬2‫ ﻓﻘﺎل ا‬، ‫ ﻓﺄ‬،‫ ﺑﻌﻪ‬:‫ﺨﻞ‬€‫ﺼﺎﺣﺐ ا‬2 ‫ﻓﻘﺎل رﺳﻮل اﷲ‬
‫ اذﻫﺐ ﻓﺎﻗﻠﻊ ﻠﻪ« ﻓ ﻫﺬه‬:‫ وﻗﺎل‬،‫ﻔﺖ إ= اﻷﻧﺼﺎري‬ž‫ ﺛﻢ ا‬،‫ أﻧﺖ [ﻀﺎر‬:‫ﺮﺳﻮل إ ﻪ وﻗﺎل‬2‫ﻔﺖ ا‬ž‫ ﻓﺎ‬، ‫ﻓﺄ‬
ّ
W ‫ اﻟﻘﻀﺎء‬W ‫ وﻫﻮ اﻟﻘﺎﺋﻞ‬،‫ﻌﺘﺪﻳﺔ‬u‫ﻠﻜﻴﺔ ا‬u‫م ا‬f» ‫ﻢ‬2 ‫ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ç‫ ﺻ‬è€‫ أن ا‬3 ‫ﺎدﺛﺔ ﻣﺎ ﻳﺪل‬D‫ا‬
ّ
‫ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ç‫ اﷲ ﻋﻨﻬﻢ أن رﺳﻮل اﷲ ﺻ‬s‫ﺮة ر‬P‫ وروى أﺑﻮ ﻫﺮ‬،«‫ار‬Å ‫ر وﻻ‬Å ‫ »ﻻ‬:‫ﺣﻘﻮق اﻻرﺗﻔﺎق‬
ً
‫ﻠ}ر‬2 ‫ دﻓﻌﺎ‬،‫ﻠﻜﻴﺔ‬u‫ ا‬3 ‫ﺸﻔﻌﺔ‬2‫ع اﻹﺳﻼم ﺣﻖ ا‬C‫ و‬.«‫ ﺟﺪاره‬W ‫ »ﻻ ﻳﻤﻨﻊ ﺟﺎر ﺟﺎره أن ﻳﻐﺮز ﺧﺸﺒﺔ‬:‫ﻗﺎل‬
ً
.‫ﺼﻠﺤﺔ‬u‫ﻗﺮارا ﻟﻘﺎﻋﺪة ا‬Ÿ‫و‬

‫‪ ‬ا_ﻮﺳﻮﻋﺔ اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ا ﻜﻮ˜‪z‬ﻴﺔ – )ج ‪ / s‬ص ‪( sl‬‬
‫َْ‬ ‫َ َ َ َ ‪َْ َ Ò‬‬ ‫ْ َ َ ُ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َْ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ َ‬ ‫ْ‬
‫ٍء ‪ ،‬ﻓﻼ ﺗﺄﺛِ• ‪ِ2‬ﻠ ِﻮﻻﻳ ِﺔ اﻟﻌﺎﻣ ِﺔ ِ×ﻴ ِﻪ ‪ ،‬وأن ﺗ<ف ا‪2‬ﻮ ِ_ اﻟﻌﺎم‬ ‫ت ا‪ِ 2‬ﻮﻻﻳﺔ ا‪l‬ﺎﺻﺔ ِ‪W‬‬ ‫ﺎﺻﻞ ‪ :‬أﻧﻪ إِذا ُو ِﺟﺪ ِ‬ ‫َوا‪ِ َ D‬‬
‫َ‬ ‫ْ‬
‫ون ا‪ُ 2‬ﻤﺘَ َﻌﻠﻘ ِﺔ‬ ‫‪ُ Ò‬‬ ‫َ ‪Ò‬‬ ‫• أَن ‪2‬ﻠْ َﻮ_ اﻟْ َﻌﺎم ﻋﻨْ َﺪ ا ْ َ َ‬ ‫• ﻧَﺎ ِﻓ ٍﺬ ‪َ (¶) .‬ﻏ ْ َ‬ ‫ا‪َl‬ﺎص َﻏ ْ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َْ ُ ُ ْ‬
‫ﺟﻮ ِد ا‪َ 2‬ﻮ ِ_‬
‫ﻻﻗ ِﺘﻀﺎ ِء ﺣﻖ ا‪ž‬ﺪﺧﻞ ِ‪ W‬ا‪2‬ﺸﺆ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ َِ‬ ‫ِﻋﻨﺪ و‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ً ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ْ ََ َ ™‬
‫ﺎم ﺑ َﻤ َﺼﺎﻟﺢ ا‪ُ 2‬ﻤ ْﺴﻠﻤ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫ُ َُ ٌ‬ ‫َ‬
‫‪،7‬‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ﺑِﺎ ِﻮﻻﻳ ِﺔ ا‪f‬ﺎﺻ ِﺔ ‪ ،‬ﻛﻤﺎ إِذا ﻆ ﺧِﻴﺎﻧﺔ أو ›ﻘ ِﺼ‪o‬ا أو ﺗﻀﻴِﻴﻌﺎ ‪َ ،‬ﻷَِﻧﻪ ﻣﻨﻮط ِﺑ ِﻪ ْ اﻟ ِﻘﻴ ِ‬
‫…‪،‬‬ ‫ﺎر َوا ْ ُﻤ َﺘ َﻮﻟ َ‬‫ﺎء َوا‪™ ¢£‬ﻈ َ‬ ‫اﻷ َْوﺻِ َﻴ َ‬ ‫ِﺐ ‪¤‬‬ ‫‪َ i‬ذ َِﻚ ﻓَﺈ ™ن َ ُ‪ ¥‬أ ْن ُ‪َ5‬ﺎﺳ َ‬ ‫َ ََ‬
‫ﺎت ‪ .‬و‬ ‫ْ ََ‬ ‫َْ ََ َ‬ ‫ﺣﻖ اﻹْ ْ َ‬ ‫َو َ ُ‪َ I‬‬
‫ِ‬ ‫اف اﻟﻌﺎم ‪ 3‬ﺳﺎﺋِ ِﺮ ا‪ِ 2‬ﻮﻻﻳ ِ‬ ‫ِ‪ِ C‬‬
‫َْ‬ ‫ْ ُ‬ ‫َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ‬ ‫َْ َ ْ ُ ْ َ ™ َْ َ َ َ ْ‬ ‫َْ‬
‫ﻮ§ أ ِو ا َﻮاﻗ ِﻒ ﻋﺪم ُﻣﺪاﺧﻠﺘِ ِﻪ ‪ .‬و‬ ‫‪a‬ط ا ُﻤ ِ‬
‫َ ْ َْ‬
‫اﺳ‪9‬ﺜ َ‡ ا‪َD‬ﻨَ ِﻔﻴﺔ ِﻣ َﻦ اﻟﻘﺎ ِﻋ َﺪةِ َﻣﺎ‬ ‫َو˜ﻌ ِﺰل ا‪f‬ﺎﺋ ِﻦ ﻣِﻨﻬﻢ ‪ ،‬ﺣ¨ ﻮ‬
‫ْ ُ َ َ َ‬ ‫َْ َْ َ‬ ‫ُ‬ ‫ﺐ ﻷ َْر'َﺎب ْ َ‬ ‫ﻚ اﻟْ َﻌ ْﺰل َوا‪ْ €‬ﺼ َ‬ ‫ْ َ ََُْ َ َ َ ْ ُ‬ ‫َ َ‬
‫‪َ f‬ط ا‪َ 2‬ﻮا ِﻗﻒ ُ‪ I‬ذ‪ِ2‬ﻚ ‪،‬‬ ‫ون أن ْ ˜ﺸ ِ‬ ‫ﺎت ِﺑﺪ ِ‬ ‫ا‹ﻬ ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ذﻛ ُﺮوا ‪ِ :‬ﻣﻦ أن ا‪2‬ﻤﺘﻮ_ ﻻ ‪Ô‬ﻤ ِﻠ‬
‫ْ َْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ َ‬ ‫اض َ‬ ‫ََ َْ َ َ ْ ُ َْ َ‬ ‫ﺎ‪ s‬ﺑ ُﺪون َ ْ‬ ‫ََْ ُ ُ َْ‬
‫• دون اﻷ َِب َوا‪َ 2‬ﻮ ِ ‪َ ( ) .‬واﺳ‪9‬ﺜ َ‡‬ ‫ِ‬ ‫ﻐ‬
‫ِ‬ ‫ا‪2‬ﺼ‬ ‫ﺎل‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‪Ô s‬ﻤ ِﻠﻚ إِﻗﺮ‬ ‫‪ٍ C‬ط ‪ .‬وأن اﻟﻘ ِ‬ ‫و‪P‬ﻤ ِﻠﻜﻪ اﻟﻘ ِ ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ا¬ﺎﻟ َﻐ َﺔ َﻣ َﻊ ُو ُ‬ ‫َ َ َ َ ‪ْ ُ َْ Ò‬‬ ‫َْ‬ ‫ْ َْ‬
‫ﺟﻮ ِد َو ِ َﻬﺎ ‪َ ،‬وﻗﺎل ِﺑﻨَﻔﺎ ِذ ا‪ِ Æ€‬ح َو َﻋ َﺪمِ َردهِ ‪.‬‬ ‫ﻜﻴ ِﺔ ﻣﺎ إِذا زوج ا‪2‬ﺴﻠﻄﺎن َ ِ‬ ‫ﺎﺳ ِﻢ ِﻣ َﻦ ا‪2‬ﻤﺎ ِﻟ ِ‬ ‫ا‪ُ S‬ﻦ اﻟﻘ ِ‬
‫‪a ‬ح اﻟﻘﻮاﻋﺪ اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ــ ﻠﺰرﻗﺎ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( l‬‬

‫ا‪<ž‬ف ‪ 3‬ا‪2‬ﺮﻋﻴﺔ ﻣﻨﻮط ﺑﺎ‪u‬ﺼﻠﺤﺔ أي إن ﻧﻔﺎذ ﺗ<ف ا‪2‬ﺮا ‪ 3‬ا‪2‬ﺮﻋﻴﺔ و‪2‬ﺰوﻣﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺷﺎؤوا أو أﺑﻮا‬
‫ً‬
‫ﻣﻌﻠﻖ وﻣﺘﻮﻗﻒ ‪ 3‬وﺟﻮد ا•ﻤﺮة وا‪u‬ﻨﻔﻌﺔ ‪ W‬ﺿﻤﻦ ﺗ<ﻓﻪ دﻳ‪j‬ﻴﺔ ‪-‬ﻧﺖ أو دﻧﻴﻮ‪P‬ﺔ ﻓﺈن ﺗﻀﻤﻦ ﻣﻨﻔﻌﺔ ﻣﺎ‬
‫ﺣﻴ‪j‬ﺌﺬ [‪f‬دد ﺑ‪ 7‬ا‪}2‬ر واﻟﻌﺒﺚ و‪æ‬ﻫﻤﺎ ﻟ ﺲ ﻣﻦ‬
‫ٍ‬ ‫وﺟﺐ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺗﻨﻔﻴﺬه و‪Ÿ‬ﻻ رد ﻷن ا‪2‬ﺮا ﻧﺎﻇﺮ وﺗ<ﻓﻪ‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ﻣﻦ و_ أ[ﺮا ﻣﻦ أ[ﻮر اﻟﻌﺎﻣﺔ „ﻣﺎ ‪-‬ن ‪2-‬ﺴﻠﻄﺎن اﻷﻋﻈﻢ أو ﺧﺎﺻﺎ ﻛﻤﻦ‬ ‫ا‪€‬ﻈﺮ ‪ W‬ء وا‪u‬ﺮاد ﺑﺎ‪2‬ﺮا‬
‫ﻣﻨﻬﻢ ‪ 3‬اﻟﻌﺎﻣﺔ [‪f‬ﺗﺐ ‪ 3‬وﺟﻮد ا‪u‬ﻨﻔﻌﺔ ‪ W‬ﺿﻤﻨﻬﺎ ﻷﻧﻪ ﻣﺄ[ﻮر‬ ‫دوﻧﻪ ﻣﻦ اﻟﻌﻤﺎل ﻓﺈن ﻧﻔﺎذ ﺗ<ﻓﺎت‬
‫ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ا‪2‬ﺸﺎرع ‪ -‬ﺻ‪ ç‬اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ – أن »ﻮﻃﻬﻢ ﺑﺎ‪€‬ﺼﺢ وﻣﺘﻮﻋﺪ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻪ ‪ 3‬ﺗﺮك ذ‪2‬ﻚ ﺑﺄﻋﻈﻢ‬
‫ً‬
‫وﻋﻴﺪ وﻟﻔﻆ ا‪D‬ﺪﻳﺚ أو ﻣﻌﻨﺎه ﻣﻦ و_ ﻣﻦ أ[ﻮر ﻫﺬه اﻷﻣﺔ ﻋﻤﻼ ﻓﻠﻢ »ﻄﻬﺎ ﺑﻨﺼﺢ ‪2‬ﻢ ﻳﺮح را ﺔ ا‹ﻨﺔ‬
‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ• وأد”ﻪ ‪) -‬ج ‪ / p‬ص ˆ‪( l‬‬

‫وا‪}2‬ر أر'ﻌﺔ أﻗﺴﺎم ﻋﻨﺪ اﻟﻌﻠﻤﺎء ) ( ا «ر ا_ﺆ‪ª‬ﺪ ا ﻮﻗﻮع‪ :‬وﻫﻮ أن ﻳ‪f‬ﺗﺐ ‪ 3‬ﺗ<ف ا‪u‬ﺎ‪2‬ﻚ ‪[ W‬ﻠﻜﻪ‬
‫‪Å‬ر [ﺆ‪ó‬ﺪ ﺑﻐ•ه ﻋﻨﺪ اﺳﺘﻌﻤﺎل ﺣﻘﻪ ا‪u‬ﺄذون ﻓﻴﻪ‪ .‬وﺣﻜﻤﻪ أﻧﻪ إذا ﺗﻤ‪,‬ﻦ ﺻﺎﺣﺐ ا‪D‬ﻖ ﻣﻦ اﺳﺘﻌﻤﺎل [ﻠﻜﻪ‬
‫دون إ‪Å‬ار ﺑﻐ•ه‪ ،‬ﻓﻴﻤﻨﻊ ﻣﻦ ا‪}2‬ر؛ ﻷﻧﻪ ﻳﺘﺤﻤﻞ ا‪}2‬ر ا‪l‬ﺎص ‪ W‬ﺳ‪õ‬ﻴﻞ دﻓﻊ ا‪}2‬ر اﻟﻌﺎم‪ .‬و‪Ÿ‬ذا ‪-‬ن ا‪}2‬ر‬
‫ً‬
‫ﺧﺎﺻﺎ ﺑﺎﻵﺣﺎد‪ ،‬ﻓﻴﻜﻮن ﺣﻖ ﺻﺎﺣﺐ ا‪D‬ﻖ أو‪ å‬ﺑﺎﻻﻋﺘﺒﺎر‪ (k) .‬ا «ر اﻟﻐﺎﻟﺐ وﻗﻮﻋﻪ‪ :‬وﻫﻮ أن ﻳ‪,‬ﻮن ا‪}2‬ر‬
‫ﻛﺜ• ا‪2‬ﻮﻗﻮع ﻋﻨﺪ اﻟﻘﻴﺎم ﺑﺎﻟﻔﻌﻞ‪ ،‬وﻫﺬه ا‪D‬ﺎل ﺗﻠﺤﻖ ﺴﺎﺑﻘﺘﻬﺎ‪ :‬و• ا‪u‬ﻘﻄﻮع ﻓﻴﻬﺎ ﺑﻮﻗﻮع ا‪}2‬ر؛ ﻷن ﻏﻠﺒﺔ‬
‫اﻟﻈﻦ ﺗﻘﻮم ﻣﻘﺎم ا ﻘ‪ W 7‬اﻷﺣ‪Æ‬م اﻟﻌﻤﻠﻴﺔ‪ ( ) .‬ا «ر ا ﻜﺜ‪ o‬ﻏ‪ o‬اﻟﻐﺎﻟﺐ‪ :‬وﻫﻮ أن ﻳ‪,‬ﻮن ﺗﺮﺗﺐ ا‪u‬ﻔﺴﺪة‬
‫ً‬
‫‪ 3‬اﻟﻔﻌﻞ ﻛﺜ•ا ‪ W‬ذاﺗﻪ إذا وﻗﻊ‪ ،‬وﻟ‪,‬ﻦ ﻻ ﻳﻐﻠﺐ ‪ 3‬اﻟﻈﻦ وﻗﻮﻋﻪ ‪.‬وﻓﻴﻪ اﺧﺘﻠﻒ اﻟﻔﻘﻬﺎء‪ ،‬ﻓﺎ‪u‬ﺎ‪2‬ﻜﻴﺔ‬

‫وا‪D‬ﻨﺎﺑﻠﺔ ﻳﺮون اﻟﻌﻤﻞ ﺑﻘﺎﻋﺪة »دﻓﻊ ا‪u‬ﻀﺎر ﻣﻘﺪم ‪ 3‬ﺟﻠﺐ ا‪u‬ﺼﺎﻟﺢ« واﺣﺘﻤﺎل وﻗﻮع ا‪}2‬ر ‪-‬ف ‪u‬ﻨﻊ‬
‫ً‬
‫اﻟﻔﻌﻞ‪ .‬وا‪D‬ﻨﻔﻴﺔ وا‪2‬ﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻳﺮون أن اﻟﻔﻌﻞ [‪Í‬وع ‪ W‬أﺻﻠﻪ‪ ،‬واﺣﺘﻤﺎل ا‪}2‬ر ﻻ ﻳﺼﻠﺢ د ﻼ ‪ 3‬ا‪}2‬ر‬
‫ا‪u‬ﺘﻮﻗﻊ‪ ،‬ﻓﻼ ﻳﻤﻨﻊ ﺣﻖ ‪u‬ﺠﺮد اﺣﺘﻤﺎل ا‪}2‬ر‪ ( ) .‬ا «ر اﻟﻘﻠﻴﻞ‪ :‬وﻫﻮ أن ﻳ‪,‬ﻮن ا‪}2‬ر ا‪fu‬ﺗﺐ ‪3‬‬
‫ً‬
‫اﺳﺘﻌﻤﺎل ا‪D‬ﻖ ا‪u‬ﺄذون ﻓﻴﻪ ﻧﺎدر ا‪2‬ﻮﻗﻮع‪ ،‬أو ‪-‬ن ‪ W‬ذاﺗﻪ ﻗﻠﻴﻼ‪ ،‬وﻫﻮ ﻻ ﻳﻠﺘﻔﺖ إ ﻪ ﻟﻘﻠﺘﻪ‪ ،‬إذ اﻟﻌ‪q‬ة ﺑﺄﺻﻞ‬
‫ا‪D‬ﻖ ا•ﺎﺑﺖ‪ ،‬ﻓﻼ ﻳﻌﺪل ﻋﻨﻪ إﻻ ﻟﻌﺎرض ا‪}2‬ر ا‪2‬ﻜﺜ• ﺑﺎﻟﻐ•‪.‬‬
‫‪ ‬ﻗﻮاﻋﺪ اﻷﺣ¯م ‪ B‬ﺼﺎﻟﺢ اﻷﻧﺎم )‪( /k‬‬

‫ﻓﺼـﻞ‪ W :‬اﻻﺣﺘﻴﺎط ‪ W‬ﺟﻠﺐ ا‪u‬ﺼﺎﻟﺢ ودرء ا‪u‬ﻔﺎﺳﺪ‪ .‬ا‪u‬ﺼﺎﻟﺢ اﻟ‪ a‬أ[ﺮ ا‪Í2‬ع ﺑﺘﺤﺼﻴﻠﻬﺎ ‪'Å‬ﺎن‪ :‬أﺣﺪﻫﻤﺎ‬
‫[ﺼـﺎﻟﺢ اﻹ“ﺎب‪ .‬وا•ﺎ”‪[ :‬ﺼـﺎﻟﺢ ا‪€‬ﺪب‪ .‬وا‪u‬ﻔﺎﺳـﺪ اﻟ‪ a‬أ[ﺮ ا‪Í2‬ـع ﺑﺪرﺋﻬﺎ ‪'Å‬ﺎن‪ :‬أﺣﺪﻫﻤﺎ‪ :‬ﻣﻔﺎﺳـﺪ‬
‫ا‪2‬ﻜﺮاﻫﺔ‪ .‬ا•ﺎ”‪ :‬ﻣﻔﺎﺳــﺪ ا‪ž‬ﺤﺮ‪P‬ﻢ‪ .‬وا‪Í2‬ــع »ﺘﺎط رء ﻣﻔﺎﺳــﺪ ا‪2‬ﻜﺮاﻫﺔ وا‪ž‬ﺤﺮ‪P‬ﻢ‪ ،‬ﻛﻤﺎ »ﺘﺎط ‹ﻠﺐ‬
‫[ﺼـﺎﻟﺢ ا‪€‬ﺪب واﻹ“ﺎب‪ ،‬واﻻﺣﺘﻴﺎط ‪'Å‬ﺎن‪:‬أﺣﺪﻫﻤﺎ‪ :‬ﻣﺎ ﻳﻨﺪب إ ﻪ‪ ،‬و‪P‬ﻌ‪ q‬ﻋﻨﻪ ﺑﺎ‪2‬ﻮرع‪ ،‬ﻛﻐﺴـﻞ ا ﺪﻳﻦ‬
‫ﺛﻼﺛﺎ إذا ﻗﺎم ﻣﻦ ا‪€‬ﻮم ﻗﺒﻞ إدﺧﺎ‪p‬ﻤﺎ اﻹﻧﺎء‪ ،‬و&‪l‬ﺮوج ﻣﻦ ﺧﻼف اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻋﻨﺪ ﺗﻘﺎرب ا‪u‬ﺄﺧﺬ‪ ،‬و‪ó‬ﺈﺻـﻼح‬
‫ا‪ÆD‬م ﺑ‪ 7‬ا‪l‬ﺼـﻮم ‪[ W‬ﺴـﺎﺋﻞ ا‪l‬ﻼف‪ ،‬و‪±‬ﺟﺘﻨﺎب ‪ °‬ﻣﻔﺴـﺪة ﻮﻫﻤﺔ‪ ،‬وﻓﻌﻞ ‪ °‬ﺼـﻠﺤﺔ ﻮﻫﻤﺔ؛ ﻓﻤﻦ‬
‫ﺷـﻚ ‪ W‬ﻋﻘﺪ ﻣﻦ اﻟﻌﻘﻮد‪ ،‬أو ‪C W‬ط ﻣﻦ ‪C‬وﻃﻪ‪ ،‬أو ‪ W‬ر‪ó‬ﻦ ﻣﻦ أر&ﻧﻪ‪ ،‬ﻓﻠﻴﻌﺪه ‪Í‬ـوﻃﻪ وأر&ﻧﻪ‪ ،‬و‪ó‬ﺬ‪2‬ﻚ‬
‫ء ﻣﻦ أر&ﻧﻬـﺎ‪ ،‬أو ‪C‬اﺋﻄﻬـﺎ ﺑﻌـﺪ زﻣﻦ ﻃﻮ‪P‬ـﻞ‪ ،‬ﻓـﺎ‪2‬ﻮرع أن ﻳﻌﻴـﺪﻫـﺎ‪ ،‬ﻓﻠﻮ‬ ‫ﻣﻦ ﻓﺮغ ﻣﻦ ﻋﺒـﺎدة‪ ،‬ﺛﻢ ﺷــﻚ ‪W‬‬
‫ﺷـﻚ ‪ W‬إﺑﺮاء ﻣﻦ دﻳﻦ‪ ،‬أو ﺗﻌﺰ‪P‬ﺮ‪ ،‬أو ﺣﺪ‪ ،‬أو ﻗﺼـﺎص؛ ﻓﻠﻴ‪q‬ئ ﻣﻦ ذ‪2‬ﻚ ﺤﺼﻞ ‪ 3‬ﺟﺰاء ا‪u‬ﺤﺴﻨ‪ ،7‬و‪qP‬أ‬
‫ﺧﺼـﻤﻪ ﺑﻴﻘ‪ ،7‬و‪Ÿ‬ن ﺷـﻚ ‪ W‬إﻋﺘﺎق‪ ،‬أو ﻧ‪,‬ﺎح ﻗﺒﻞ ا ﺧﻮل‪ ،‬ﻓﻠﻴﺠﺪد ا‪Æ€‬ح واﻹﻋﺘﺎق ا «ـب ا‪³‬ﺎ‪ :²‬ﻣﺎ‬
‫“ﺐ ﻣﻦ اﻻﺣﺘﻴﺎط ‪2‬ﻜﻮﻧﻪ وﺳـﻴﻠﺔ إ= ¼ﺼـﻴﻞ ﻣﺎ ¼ﻘﻖ ¼ﺮ‪P‬ﻤﻪ‪ ،‬ﻓﺈذا دارت ا‪u‬ﺼـﻠﺤﺔ ﺑ‪ 7‬اﻹ“ﺎب وا‪€‬ﺪب‪،‬‬
‫واﻻﺣﺘﻴﺎط‪* ،‬ﻠﻬﺎ ‪ 3‬اﻹ“ﺎب؛ ‪u‬ﺎ ‪ W‬ذ‪2‬ﻚ ﻣﻦ ¼ﻘﻖ ﺑﺮاءة ا§ﻣﺔ‪ ،‬ﻓﺈن ‪-‬ﻧﺖ ﻋﻨﺪ اﷲ واﺟﺒﺔ ﻓﻘﺪ ﺣﺼــﻞ‬
‫[ﺼـﻠﺤﺘﻬﺎ‪ ،‬و‪Ÿ‬ن ‪-‬ﻧﺖ ﻣﻨﺪو'ﺔ ﻓﻘﺪ ﺣﺼـﻞ ‪[ 3‬ﺼـﻠﺤﺔ ا‪€‬ﺪب و‪ 3‬ﺛﻮاب ﻧﻴﺔ ا‹ﻮاب‪ ،‬ﻓﺈن ﻣﻦ ﻫﻢ ‪ê‬ﺴـﻨﺔ‬
‫و‪2‬ﻢ ﻳﻌﻤﻠﻬﺎ ﻛﺘﺒﺖ ‪ I‬ﺣﺴــﻨﺔ‪ ،‬و‪Ÿ‬ذا دارت ا‪u‬ﻔﺴــﺪة ﺑ‪ 7‬ا‪2‬ﻜﺮاﻫﺔ وا‪ž‬ﺤﺮ‪P‬ﻢ ﻓﺎﻻﺣﺘﻴﺎط *ﻠﻬﺎ ‪ 3‬ا‪ž‬ﺤﺮ‪P‬ﻢ‪،‬‬
‫ﻓﺈن ‪-‬ﻧﺖ ﻣﻔﺴـﺪة ا‪ž‬ﺤﺮ‪P‬ﻢ ‪K‬ﻘﻘﺔ‪ ،‬ﻓﻘﺪ ﻓﺎز ﺑﺎﺟﺘﻨﺎﺑﻬﺎ‪ ،‬و‪Ÿ‬ن ‪-‬ﻧﺖ ﻣﻨﻔﻴﺔ ﻓﻘﺪ اﻧﺪﻓﻌﺖ ﻣﻔﺴـﺪة ا‪u‬ﻜﺮوﻫﺔ‪،‬‬
‫وأﺛﻴﺐ ‪ 3‬ﻗﺼـﺪ اﺟﺘﻨﺎب ا‪u‬ﺤﺮم‪ ،‬ﻓﺈن اﺟﺘﻨﺎب ا‪u‬ﺤﺮم أﻓﻀـﻞ ﻣﻦ اﺟﺘﻨﺎب ا‪u‬ﻜﺮوه‪ ،‬ﻛﻤﺎ أن ﻓﻌﻞ ا‪2‬ﻮاﺟﺐ‬
‫أﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﻓﻌﻞ ا‪u‬ﻨﺪوب‪،‬‬
‫‪B. Apakah pemberlakuan izin dalam jangka tujuh tahun bagi‬‬

‫‪penggunaan air tanah untuk kebutuhan selain: (a) kegiatan‬‬
‫‪pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari; dan (b) kegiatan‬‬

pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada, dari
pemerintah sudah dianggap tepat?
Jawaban:
Idem
2. SEGELAS KOPI BERACUN | PP. MUS
Deskripsi masalah:
Jessica Kumala Wongso adalah terdakwa dalam kasus
pembunuhan I Wayan Mirna Salihin dengan racun sianida yang
terkandung dalam segelas es kopi Vietnam yang dipesan oleh Jessica di
Kafe Olivier pada 6 Januari 2016[1][2]. Berikut adalah ringkasan
kronologi, penyidikan, persidangan, dan keputusan kasus Jessica
Kumala Wongso:
1. Kronologi Kasus
• 6 Januari 2016: Mirna meninggal setelah meminum es kopi
Vietnam yang dipesan Jessica di Kafe Olivier[1][2].
• 30 Januari 2016: Jessica ditangkap oleh Subdirektorat
Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro Jaya[1].
• 1 Februari 2016: Jessica ditahan selama 20 hari oleh kepolisian
karena khawatir akan melarikan diri, mengulang
perbuatannya atau menghilangkan alat bukti[1].
• 5 Oktober 2016: Jaksa menuntut Jessica dengan 20 tahun
hukuman penjara[3].
• 27 Oktober 2016: Hakim menyatakan Jessica Wongso terbukti
bersalah melakukan pembunuhan berencana dalam perkara
tewasnya Wayan Mirna Salihin[5].
• 21 Juli 2017: Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 498
K/PID/2017 menolak kasasi Jessica[4].

• 5 Oktober 2016: Hakim menjatuhkan vonis hukuman 20 tahun
penjara karena tindakan Jessica membuat Mirna meninggal
dunia dan menjadi perbuatan keji dan sadis[5].
2. Penyidikan
• Penyidik memeriksa Jessica kurang lebih selama 12 jam[1].
• Penyidik melakukan gelar perkara, menetapkan Jessica
sebagai tersangka pembunuhan, dan menangkapnya di sebuah
hotel Jakarta Utara[5].
• Persidangan perdana dimulai pada 15 Juni 2016[6].
3. Persidangan
• Jessica menjalani persidangan sejak bulan Januari 2016[2].
• Jaksa menuntut Jessica dengan 20 tahun hukuman penjara[3].
• Jessica dan tim kuasa hukumnya membuat pleidoi atau nota
pembelaan[2].
• Hakim menyatakan Jessica Wongso terbukti bersalah
melakukan pembunuhan berencana dalam perkara tewasnya
Wayan Mirna Salihin[5].
• Jessica Kumala Wongso dituntut hukuman penjara 20
tahun[7].
4. Keputusan
• Hakim menjatuhkan vonis hukuman 20 tahun penjara karena
tindakan Jessica membuat Mirna meninggal dunia dan menjadi
perbuatan keji dan sadis[5].
Pertanyaan:
A. Apakah keputusan hakim dibenarkan menurut pandangan fikih?
bagaimana metode yang tepat untuk menangani dan memutuskan
hukum pada kasus tersebut menurut syara'?
Jawaban:
Karena peradilan di Indonesia merupakan peradilan yang
menerapkan sistem hukum Indonesia. Sementara, sistem hukum yang
berlaku di Indonesia adalah sistem campuran. Sebagai negara bekas
jajahan Belanda, sistem hukum Indonesia cenderung mengikuti sistem

hukum civil law atau hukum Eropa Kontinental.8
Begitu pun bukti-bukti yang digunakan untuk menjatuhkan vonis
tersangka pembunuhan berencana terhadap Jessica masih hanya
sekedar qorinah yang tidak sampai derajat lauts.
Maka, keputusan hakim dalam menjatuhkan vonis tersangka
pembunuhan berencana terhadap Jessica sudah sesuai dengan
keputusan peradilan di Indonesia, bukan tersangka pembunuhan yang
dimaksud oleh syariat.
Adapun metode yang tepat untuk menangani dan memutuskan
hukum pada kasus tersebut ialah dengan menggunakan metode yang
sesuai dengan syariat secara utuh. Sementara, acuan yang dapat
digunakan untuk memvonis tersangka dalam kasus tersebut ialah salah-
satu dari: bayyinah, iqror, ataupun qarinah qathi’ah menurut Madzhab
Maliki.
‫ ﻗﺮة اﻟﻌ… ﺑﻔﺘﺎوى ﻋﻠﻤﺎء ا ﺮﻣ… ﺻـ‬

3 ‫ﻚ‬2‫ﻢ ﻳ ﺒﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﺷﻴﺊ ﻣﻦ ذ‬2‫ب و‬Å ‫ﻗﺔ او‬ ‫ﻢ ﻓﻴﻤﻦ اﺗﻬﻢ ﺑﺘﻬﻤﺔ ﻗﺘﻞ او‬,‫ﻢ( دام ﻓﻀﻠ‬,‫)ﻣﺎ ﻗﻮﻟ‬
Í2‫ﻢ ا‬ú‫ﻠﺤﺎ‬2 ‫ﺎل ﻣﺎ ذﻛﺮ‬D‫ﺸﺒﻬﺔ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻬﻞ وا‬2‫ﺑﻞ وﺟﺪ ﻗﺮاﺋﻦ وأﺣﻮال ﻇﻨﻴﺔ ﺗﻮﺟﺐ ا‬ Í2‫ﻨﻬﺞ ا‬u‫ا‬
=‫ﺎ ا‬P‫ﻚ ﻣﻌﺰ‬2‫ﻦ ﺣﺎل ﻛﻮن ذ‬P‫ ام ﻻ أﻓﺘﻮﻧﺎ ﻣﺄﺟﻮر‬I ‫ﺴﻮط زاﺟﺮا‬2‫ب ﺑﺎ‬Å ‫ﺲ أو‬õ‫ﺮه ﺑﻤﺎ ﻳﺮاه ﻣﻦ ﺣ‬P‫ﺗﻌﺰ‬
‫ اﻟﻘﺮاﺋﻦ‬3 ‫ﻚ اﻋﺘﻤﺎدا‬2‫ ذ‬I ‫ﻮﻫﺎب )ا‹ﻮاب( ﻧﻌﻢ‬2‫ﻠﻚ ا‬u‫ﻢ ا•ﻮاب ﻣﻦ ا‬,‫ﺬﻫﺐ وﻟ‬u‫ﻣﺄﺧﺬه ﻣﻦ ﻛﺘﺐ ا‬
‫ﻓﺼﻞ ﺑﻴﺎن ﻋﻤﻞ ﻓﻘﻬﺎء اﻟﻄﻮاﺋﻒ‬ ‫ﻠﻌﻼﻣﺔ اﺑﻦ ﻓﺮﺣﻮن‬2 ‫ﺒ<ة‬ž‫ ﻛﺘﺎب ا‬î‫ﻠﺘﻬﻤﺔ ﻓ‬2 ‫ﻮﺟﺒﺔ‬u‫واﻷﺣﻮال ا‬
‫ﺎﻇﺮ أن ﻳﻠﺤﻆ اﻷﻣﺎرات اذا ﺗﻌﺎرﺿﺖ ﻓﻤﺎ‬€‫ ا‬3 !‫ﻢ ﺑﺎﻟﻘﺮاﺋﻦ واﻻﻣﺎرات ﻗﺎل اﺑﻦ اﻟﻌﺮ‬,D‫واﻻر'ﻌﺔ ﺑﺎ‬
‫ﻢ ﺑﻬﺎ وﻗﺪ ﺟﺎء اﻟﻌﻤﻞ ﺑﻬﺎ [ﺴﺎﺋﻞ‬,D‫ا‬ ‫ﻬﻤﺔ وﻻ ﺧﻼف‬ž‫ﺟﻴﺢ وﻫﻮ ﻗﻮة ا‬f2‫ﺎﻧﺐ ا‬ ‫ﺗﺮﺟﺢ ﻣﻨﻬﺎ ﻗ‬
- ‫ﺴﺎﺋﻞ‬u‫ﻚ ﻣﻦ ا‬2‫ﻜﻴﺔ ﺧﺎﺻﺔ ﺛﻢ اﺧﺬ ﻳﻌﺪد ﺷﻮاﻫﺪ ذ‬2‫ﺎ‬u‫اﺗﻔﻘﺖ ﻋﻠﻴﻬﺎ اﻟﻄﻮﺋﻒ اﻻر'ﻌﺔ و'ﻌﻀﻬﺎ ﻗﺎل ﺑﻬﺎ ا‬
‫ اﻟﻘﺴﺎﻣﺔ واﻷﺧﺬ ﺑﺎﻟﻘﻮد وﻗﺎل‬3 ‫ﻠﻮث واﻻﻋﺘﻤﺎد ﻋﻠﻴﻪ اﻻﻗﺪام‬2‫ون اﻋﺘﺒﺎر ا‬Í‫ﺴﺎﺑﻌﺔ واﻟﻌ‬2‫ ا‬-‫ا= ان ﻗﺎل‬
‫ﻢ‬2 ‫ﻚ اﻷﻣﺔ اذا‬2‫ﺬ‬ó‫ﺎ زوج و‬p ‫ﻦ‬,‫ﻢ ﻳ‬2‫ﺮأة اذا ﻇﻬﺮ ﺑﻬﺎ *ﻞ و‬u‫ ا‬3 ‫ﺪ‬D‫ﺎ[ﺲ وا•ﻼﺛﻮن وﺟﻮب اﻗﺎﻣﺔ ا‬l‫وا‬
‫ ﻣﻦ وﺟﺪت ﻣﻨﻪ را ﺔ‬3 ‫ﺪ‬D‫ﺴﺎدﺳﺔ وا•ﻼﺛﻮن وﺟﻮب ا‬2‫ف أﻧﻪ وﻃﺌﻬﺎ وا‬f‫ﺎ زوج وﻻ ﺳﻴﺪ ﻣﻌ‬p ‫ﻦ‬,‫ﻳ‬
.‫ﻤﺮ او ﻗﺎءﻫﺎ‬l‫ا‬
8
h ps://news.de k.com/berita/d-5998916/sistem-hukum-adalah-apa-penge
r an-komponen-hingga-yang-berlaku-di-indonesia

‫‪ ‬اﻻﺣ¯م ا ﺴﻠﻄﺎﻧﻴﺔ ﺻـ‪ kkˆ::‬دار اﻟﻔﻜﺮ‬
‫وا‪2‬ﺮاﺑﻊ أن “ﻮز ‪2‬ﻼ[• ﻣﻊ ﻗﻮة ا‪ž‬ﻬﻤﺔ ان ﻳ}ب ا‪u‬ﺘﻬﻢ ‪Å‬ب ا‪ž‬ﻌﺰ‪P‬ﺮ ﻻ‪Å‬ب ا‪D‬ﺪ ﺄﺧﺬه ﺑﺎ‪2‬ﺼﺪق ﻋﻦ‬
‫ﺣﺎ‪ I‬ﻓﻴﻤﺎ ﻗﺮف ﺑﻪ واﺗﻬﻢ‬
‫‪ ‬ا_ﻮﺳﻮﻋﺔ اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ا‪µ‬ﺰء ا ﺮاﺑﻊ ﻋ´ ﺻـ‪ms :‬‬

‫ا‪ž‬ﻌﺰ‪P‬ﺮ ﺑﺎ‪ž‬ﻬﻤﺔ‪ :‬ﻻ ﺧﻼف ﺑ‪ 7‬اﻟﻔﻘﻬﺎء ‪ W‬أن ا‪D‬ﺪود ﻻ ﺗﻘﺎم ﺑﺎ‪ž‬ﻬﻤﺔ أﻣﺎ ا‪ž‬ﻌﺰ‪P‬ﺮ ﺑﺎ‪ž‬ﻬﻤﺔ ﻓﻘﺪ ذﻫﺐ ا‪D‬ﻨﻔﻴﺔ‬
‫وا‪u‬ﺎ‪2‬ﻜﻴﺔ إ= أن ‪2‬ﻠﻘﺎ‪ s‬أو ا‪2‬ﻮا¿ ﺗﻌﺰ‪P‬ﺮ ا‪u‬ﺘﻬﻢ إذا ﻗﺎﻣﺖ ﻗﺮ‪P‬ﻨﺔ ‪ 3‬أﻧﻪ ارﺗ‪,‬ﺐ ‪K‬ﻈﻮرا و‪2‬ﻢ ﻳ‪,‬ﺘﻤﻞ‬
‫ﻧﺼﺎب ا‪D‬ﺠﺔ أو اﺳﺘﻔﺎض ﻋﻨﻪ أﻧﻪ ﻳﻌﻴﺚ ‪ W‬اﻷرض ﻓﺴﺎدا‬
‫‪ ‬ا_ﻮﺳﻮﻋﺔ اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ا ﻜﻮ˜‪z‬ﻴﺔ ‪) -‬ج ‪ / k‬ص ‪(kpl‬‬

‫ْ‬ ‫ُُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُﻣ ™ﺪةُ ا ْ َ ْ·ﺲ ‪ B‬ا”™ ْﻌﺰ˜ﺮ ‪ :‬اﻷْ ْﺻﻞ أَن َ‪ْ Ù‬ﻘﺪ َ ُ‬
‫وف ا‪2‬ﺸﺨ ِﺺ ‪،‬‬ ‫ﺎ‪ِ ú‬ﻢ ‪ ،‬ﻣﻊ [ َﺮا„ةِ ﻇﺮ ِ‬ ‫ﻳﺮ ﻣﺪةِ ا‪ِ õَD‬ﺲ ﻳﺮ ِﺟﻊ إِِ= ا‪ِ َ D‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ﺎو ْردي‪Ò‬‬ ‫َ‬ ‫‪¤ º‬إ َِ‪َ ¹‬ذ َِﻚ ﺑ َﻘ ْﻮ ِ‪َ : ِ¥‬ﻟ ْ¸ َﺲ ِْﻠ َﺤ ْ·ﺲ ُﻣ ™ﺪ ٌة ُﻣ َﻘ ™ﺪ َر ٌة ‪َ .‬و َﻗﺎل ا‪ْ2‬ﻤَ‬ ‫ََْ َ َ َ ™َْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َْ َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎن وا‪2‬ﻤ‪ِ Æ‬ن ‪ .‬وﻗﺪ أﺷﺎر ا ﺰ˜ﻠ ِ ‪ِ ¢‬‬ ‫وا‹ ِﺮ‪P‬ﻤ ِﺔ وا‪2‬ﺰﻣ ِ‬
‫ْ‬ ‫ُْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫ْ َ ُْ ْ‬ ‫َْ ْ َ َ ْ ً َ ْ َ ُ‬
‫‪َ 7‬ﻣ ْﻦ »‪ُ َõ‬ﺲ ﻳَ ْﻮ ًﻣﺎ ‪َ ،‬و ِﻣﻨ ُﻬ ْﻢ‬ ‫ا‹َﺎﻧ َ‬
‫‪P‬ﺮا ‪à‬ﺘ ِﻠﻒ ِﺑﺎﺧ ِﺘﻼ ِف ا‪2‬ﻤﺠ ِﺮمِ ‪َ ،‬و'ِﺎﺧ ِﺘﻼ ِف ا‹ َ ِﺮ‪P‬ﻤ ِﺔ ‪ ،‬ﻓ ِﻤ َﻦ ِ‬ ‫‪ :‬إِن ا‪õD‬ﺲ ‪Ù‬ﻌ ِﺰ‬
‫ا‪ْõَD‬ﺲ ‪ :‬ا‪ْ €‬ﻘ ُﺺ َ‪Ï‬ﻦْ‬ ‫َ ََ َ َ َْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ َُْ ُ َ َُْ َ َ َ َْ ُ َ َ َ‬
‫ِ‬ ‫ﻴ¾ ِﻣﻦ ا‪2‬ﺸﺎ ِﻓ ِﻌﻴ ِﺔ ‪ ،‬ذﻛﺮ أن ‪C‬ط‬ ‫‪,‬ﻦ ا‪ِ ِ'Í2‬‬ ‫• ﻣﻘﺪرةٍ ‪ .‬ﻟ ِ‬ ‫ﻣﻦ »‪õ‬ﺲ أ–‪ ، ì‬إِِ= ‪Þ‬ﻳ ٍﺔ ﻏ ِ‬
‫ُْ ™‬ ‫ََ ْ َ َ َْ َ َ ُ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ُ‬ ‫ْ َ َ َ ُ َْ‬ ‫‪Ò‬‬ ‫َ َْ‬ ‫َ َ َ َ َ‬
‫ِﻳﺮ ا ﻤﺪة ِ‪.‬‬ ‫ﺎب ‪ .‬وأﻃﻠﻖ ا ﻨﺎﺑِﻠﺔ ِ‪› B‬ﻘﺪ ِ‬ ‫ﺳﻨ ٍﺔ ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ﻧﺺ ﻋﻠﻴ ِﻪ ا‪2‬ﺸﺎ ِﻓ ِ‪ Wِ ³‬اﻷُم ‪ ،‬و¦ح ِﺑ ِﻪ ﻣﻌﻈﻢ اﻷَﺻﺤ ِ‬
‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ ا_ﻨﻬ½ ‪ i‬ﻣﺬﻫﺐ اﻹﻣﺎم ا ﺸﺎﻓ‪( m / l) - º‬‬

‫ﻛﻴﻔﻴﺔ اﻟﻘﺴﺎﻣﺔ ‪ :‬ﻳ ﺒﺖ ﺣ‪,‬ﻢ اﻟﻘﺴﺎﻣﺔ ‪ W‬ﻇﻞ اﻷ[ﻮر ا‪ž‬ﺎ ﺔ‪:‬‬
‫أوﻻ‪ :‬أن ﻳﻮﺟﺪ ﻗﺘﻴﻞ ‪Æ[ W‬ن‪ ،‬و‪2‬ﻢ ﻳﺘ " ﻣﻌﺮﻓﺔ ﻗﺎﺗﻠﻪ ﺑﻴﻘ‪.7‬‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ﺛﺎﻧﻴﺎ‪ :‬أن ﻳﺪ أو ﺎؤه أن رﺟﻼ ﻣﻌﻴﻨﺎ أو ‪V‬ﺎﻋﺔ ﻣﻌﻴﻨﺔ ﻗﺘﻠﻮه‪ ،‬وﻟ ﺲ ﻣﻊ أو ﺎﺋﻪ ﺑ ﻨﺔ ﺗ ﺒﺖ ﺻﺤﺔ‬
‫دﻋﻮاﻫﻢ‪.‬‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ﺛﺎ•ﺎ‪ :‬أن ﻳ‪,‬ﻮن ﻫﻨﺎك ‪2‬ﻮث )أي ﻗﺮ‪P‬ﻨﺔ( ﻳﻘﺮب اﺣﺘﻤﺎل ا‪2‬ﺼﺪق ‪ W‬دﻋﻮى أو ﺎء ا‪u‬ﻘﺘﻮل‪ ،‬ﻛﺄن وﺟﺪ ﻗﺘﻴﻼ‬
‫ﺑ‪ 7‬أﻋﺪاﺋﻪ وﻟ ﺲ ﻓﻴﻬﻢ ﻏ•ﻫﻢ‪ ،‬أو وﺟﺪ ‪ 3‬ﺛﻮب ا‪u‬ﺘﻬﻢ رﺷﺎش دم‪ ،‬أو ﻋ‪ W ì‬ﻳﺪه ‪ 3‬ﺳﻜ‪[ 7‬ﻠﻮﺛﺔ ﺑﺎ م‪،‬‬
‫ً‬
‫أو اﺟﺘﻤﻊ ﻗﻮم ‪ W‬ﺑﻴﺖ أو ﺻﺤﺮاء وﺗﻔﺮﻗﻮا ﻋﻦ ﻗﺘﻴﻞ‪ ،‬أو ﺷﻬﺪ ﻋﺪل واﺣﺪ أن ﻓﻼﻧﺎ ﻗﺘﻠﻪ‪ ،‬أو ﻗﺎ‪V I‬ﺎﻋﺔ ﻣﻦ‬
‫اﻟﻌﺒﻴﺪ واﻟ‪j‬ﺴﻮان ﺟﺎؤوا ﻣﺘﻔﺮﻗ‪ê 7‬ﻴﺚ ﻳﺆﻣﻦ ﺗﻮاﻃﺆﻫﻢ ‪ 3‬ا‪2‬ﻜﺬب أو ‪ø‬ﻮ ذ‪2‬ﻚ ﻣﻦ أﻣﺎرات وﻋﻼﻣﺎت‬
‫ﻳﻐﻠﺐ ‪ 3‬اﻟﻘﻠﺐ ﺻﺪق ا‪u‬ﺪ ﺑﻤﺎ اد„ه‪ .‬ﻓﻌﻨﺪﺋﺬ ˜ﺴﺘﻐ¾ ﻋﻦ ا¬ ﻨﺔ اﻟ‪ a‬ﻳﻄﺎﻟﺐ ﺑﻬﺎ ا‪u‬ﺪ ‪ ،‬ﺑﺄن »ﻠﻒ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫‪#‬ﺴ‪ 7‬ﻳﻤﻴﻨﺎ أن ﻫﺬا ﻫﻮ اﻟﻘﺎﺗﻞ‪ ،‬أو ﻫﺆﻻء ﻫﻢ اﻟﻘﺘﻠﺔ ﻟﻔﻼن‪˜ ،‬ﺴ‪ ß $‬ﺑﺎﺳﻤﻪ أو ˜ﺸ• إ ﻪ ﺑﺎﺳﻢ اﻹﺷﺎرة‪.‬‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‪ ،‬و&ﻧﺖ ﻫﺬه اﻷﻳﻤﺎن‬ ‫ـ وﻫﻮ و_ ا‪u‬ﻘﺘﻮل ـ ﻫﺬه اﻷﻳﻤﺎن اﺳﺘﺤﻖ ا ﻳﺔ ﻣﻦ ا‪u‬ﺪ‬ ‫ﻓﺈذا ﺣﻠﻒ ا‪u‬ﺪ‬

‫ً‬
‫ﺑﻤﺜﺎﺑﺔ ا¬ ﻨﺔ‪ .‬و‪Ÿ‬ذا ‪-‬ن ‪2‬ﻠﻘﺘﻴﻞ أو ﺎء ﻣﺘﻌﺪدون ﻳﺮﺛﻮن ﻣﻨﻪ‪ ،‬واﺗﻬﻤﻮا ﺷﺨﺼﺎ أو ‪V‬ﺎﻋﺔ ﺑﺎﻟﻘﺘﻞ ووﺟﺪ ‪2‬ﻮث‬
‫ً‬
‫ﻳﺆ‪P‬ﺪﻫﻢ ‪ W‬اﺗﻬﺎﻣﻬﻢ؛ اﺷ‪óf‬ﻮا ‪V‬ﻴﻌﺎ ‪ W‬ا‪D‬ﻠﻒ ووزﻋﺖ اﻷﻳﻤﺎن ﺑ ﻨﻬﻢ ‪ 3‬ﺣﺴﺐ [•اﺛﻬﻢ ﻣﻦ ا‪u‬ﻘﺘﻮل‪ ،‬ﻷن‬
‫ﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ اﻷﻳﻤﺎن ﺑﻘﺪر ‪°‬ﺴﺒﺔ ﻣﺎ ﻳﺮﺛﻪ ﻣﻦ ا‪u‬ﻘﺘﻮل‪.‬‬ ‫ﻣﺎ ﻳ ﺒﺖ ﺑﺄﻳﻤﺎﻧﻬﻢ ﻣﻦ ا ﻳﺔ ﻳﻮزع ﻋﻠﻴﻬﻢ‪ ،‬ﻓﻮﺟﺐ ‪3‬‬
‫ً‬
‫ﻓﺄﻣﺎ إن اﺗﻬﻢ و_ ا‪u‬ﻘﺘﻮل ﺷﺨﺼﺎ أو ‪V‬ﺎﻋﺔ‪ ،‬و‪2‬ﻢ ﻳ‪,‬ﻦ ﻫﻨﺎك ‪2‬ﻮث ﻳﺮﺟﺢ ﺻﺪق ا‪u‬ﺪ ‪ W‬اﺗﻬﺎﻣﻪ؛ ﻓﺎ ﻤ‪7‬‬
‫ً‬
‫¼ﻮل إ= ا‪u‬ﺪ ﻋﻠﻴﻪ ـ أي ا‪u‬ﺘﻬﻢ ـ ﻋﻤﻼ ﺑﺎﻟﻔﻘﺮة ا•ﺎﻧﻴﺔ ﻣﻦ ﻗﺎﻋﺪة "ا¬ ﻨﺔ ‪ 3‬ا‪u‬ﺪ وا ﻤ‪ 3 7‬ﻣﻦ‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫أﻧ‪,‬ﺮ"‪ .‬ﻓﻴﺤﻠﻒ ا‪u‬ﺪ ﻋﻠﻴﻪ ‪#‬ﺴ‪ 7‬ﻳﻤﻴﻨﺎ أﻧﻪ ‪2‬ﻢ ﻳﻘﺘﻞ ﻓﻼﻧﺎ‪ ،‬و˜ﺴﻤﻴﻪ ﺑﺎﺳﻤﻪ أو ˜ﺸ• إ ﻪ ﻣﻌ‪q‬ا ﻋﻨﻪ ﺑﺎﺳﻢ‬
‫ً‬
‫اﻹﺷﺎرة‪ .‬ﻓﺈن ﺣﻠﻒ اﻷﻳﻤﺎن ﺑﺮﺋﺖ ﺳﺎﺣﺘﻪ‪ ،‬و‪Ÿ‬ن ‪2‬ﻢ »ﻠﻒ أﻋﻴﺪت اﻷﻳﻤﺎن إ= ا‪u‬ﺪ ﻓﺤﻠﻔﻬﺎ ﺑﺪﻻ ﻋﻨﻪ‪،‬‬
‫ً‬
‫واﺳﺘﺤﻖ ﺑﺬ‪2‬ﻚ ا ﻳﺔ‪ .‬و‪ 3‬ا‪u‬ﺪ وﻫﻮ »ﻠﻒ أن ﻳﺒ‪ 7‬ﻧﻮع اﻟﻘﺘﻞ ﻫﻞ ‪-‬ن ﺧﻄﺄ أو ﻋﻤﺪا أو ﺷﺒﻪ ﻋﻤﺪ‪ ،‬ﻓﺈن‬
‫‪2‬ﻢ ﻳﺒ‪ 7‬ذ‪2‬ﻚ ‪2‬ﻢ ﻳﻌﺘﺪ ﺑﺄﻳﻤﺎﻧﻪ‪ .‬وﻻ ﻳ ﺒﺖ ﺑﺎﻟﻘﺴﺎﻣﺔ اﻟﻘﺼﺎص‪ ،‬ﻟﻘﻴﺎم ﻧﻮع ﻣﻦ ا‪2‬ﺸﺒﻬﺔ ﻓﻴﻬﺎ‪ ،‬ﺑﻞ ﺗ ﺒﺖ ﺑﻬﺎ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ا ﻳﺔ‪ ،‬ﻓﺈن ‪-‬ن اﻟﻘﺘﻞ ﻋﻤﺪا اﺳﺘﺤﻘﻬﺎ ا‪u‬ﺪ ‪ W‬ﻣﺎل ا‪u‬ﺪ ﻋﻠﻴﻪ‪ ،‬و‪Ÿ‬ن ‪-‬ن اﻟﻘﺘﻞ ﺧﻄﺎ أو ﺷﺒﻪ ﻋﻤﺪ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‪ .‬وﻗﺎ‪2‬ﻮا‪ :‬إن ا‪u‬ﺘﻬﻢ ﺑﺬ‪2‬ﻚ إن ‪-‬ن ﻣﻌﺮوﻓﺎ ﺑﺎ‪ q2‬وا‪ž‬ﻘﻮى ﻓﻼ “ﻮز‬ ‫‪„ 3‬ﻗﻠﺔ ا‪u‬ﺪ‬ ‫اﺳﺘﺤﻘﻬﺎ ا‪u‬ﺪ‬
‫ﺗﻌﺰ‪P‬ﺮه ﺑﻞ ﻳﻌﺰر ﻣﺘﻬﻤﻪ و‪Ÿ‬ن ‪-‬ن ‪é‬ﻬﻮل ا‪D‬ﺎل ﻓﻴﺤ‪õ‬ﺲ ﺣ‪ ò‬ﻳﻨﻜﺸﻒ أ[ﺮه إن ‪-‬ن ﻣﻌﺮوﻓﺎ ﺑﺎﻟﻔﺠﻮر ﻓﻴﻌﺰر‬
‫ﺑﺎ‪}2‬ب ﺣ‪ ò‬ﻳﻘﺮ أو ﺑﺎ‪õD‬ﺲ وﻗﺎ‪2‬ﻮا‪ :‬وﻫﻮ ا§ي ˜ﺴﻊ ا‪€‬ﺎس وﻋﻠﻴﻪ اﻟﻌﻤﻞ‬
‫‪a ‬ح ا ﺎﻗﻮت ا‪£‬ﻔ¸ﺲ )ج ‪ /‬ص ‪( l‬‬

‫ﻓﻠﻮ ﻧﻘﺺ ‪C‬ط ﻣﻦ ﻫﺬه ا‪Í2‬وط ﻻ ﻳﻘﺎل ‪p‬ﺎ ﻗﺴﺎﻣﺔ‪ .‬واﻧﻤﺎ • دﻋﻮى ﻛﻐ•ﻫﺎ ﻣﻦ ا „وي‪ .‬وﻣﺎ ذا ﻳ‪f‬ﺗﺐ‬
‫ﻋﻠﻴﻬﺎ اذا ‪-‬ﻧﺖ ﻗﺴﺎﻣﺔ او ﻏ• ﻗﺴﺎﻣﺔ؟ اﻟﻘﺴﺎﻣﺔ اذا ﺛ‪õ‬ﺘﺖ ‪2‬ﺰﻣﺖ ا ﻳﺔ‪ ،‬واذا اﻧﺘﻔﺖ ﺻﺎرت ﻛﻐ•ﻫﺎ ﻣﻦ‬
‫ء‬ ‫ا „وي‪ ،‬ﻓﻼ ﻳ ﺒﺖ ﺑﻬﺎ‬
‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ• وأد”ﻪ ‪) -‬ج ‪ / l‬ص ‪(ks‬‬

‫ا‪u‬ﺒﺤﺚ ا‪2‬ﺮاﺑﻊ ـ اﻟﻘﻀﺎء ﺑﺎﻟﻘﺮاﺋﻦ ‪ :‬أﻫﻤﻴﺔ اﻟﻘﺮاﺋﻦ‪ :‬اﻟﻘﻀﺎء ﺑﺎﻟﻘﺮاﺋﻦ أﺻﻞ ﻣﻦ أﺻﻮل ا‪Í2‬ع‪ ،‬وذ‪2‬ﻚ ﺳﻮاء‬
‫‪ W‬ﺣﺎل وﺟﻮد ا¬ ﻨﺔ أو اﻹﻗﺮار‪ ،‬أم ‪ W‬ﺣﺎل ﻓﻘﺪ أي د ﻞ ﻣﻦ دﻻﺋﻞ اﻹﺛﺒﺎت‪ .‬ﻓﻘﺪ ﺗﻤﻨﻊ اﻟﻘﺮ‪P‬ﻨﺔ ﺳﻤﺎع‬
‫ا ﻋﻮى ‪-‬د„ء ﻓﻘ• ﻣﻌ" إﻗﺮاض ﻏ¾ [ﻮ ‪ ،‬وﻗﺪ ﺗﺮد ا¬ ﻨﺔ أو اﻹﻗﺮار ﺣﺎل وﺟﻮد ا‪ž‬ﻬﻤﺔ‪ ،‬ﻣﺜﻞ ﻗﺮاﺑﺔ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ا‪2‬ﺸﺎﻫﺪ ‪2‬ﻠﻤﺸﻬﻮد ‪ ،I‬أو ﻛﻮن اﻹﻗﺮار ‪[ W‬ﺮض ا‪u‬ﻮت‪ ،‬وﻗﺪ ‪‰‬ﺴﺘﺨﺪم اﻟﻘﺮ‪P‬ﻨﺔ د ﻼ [ﺮﺟﺤﺎ أﺛﻨﺎء ﺗﻌﺎرض‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ا¬ ﻨﺎت ﻣﺜﻞ وﺿﻊ ا ﺪ و‪ø‬ﻮه ﻛﻤﺎ ﻋﺮﻓﻨﺎ‪ ،‬وﻗﺪ ﺗﻌﺘ‪ q‬اﻟﻘﺮ‪P‬ﻨﺔ د ﻼ وﺣﻴﺪا [ﺴﺘﻘﻼ إذا ‪2‬ﻢ ﻳﻮﺟﺪ د ﻞ ﺳﻮاﻫﺎ‪،‬‬
‫ﻣﺜﻞ رد دﻋﻮى ا‪2‬ﺰوﺟﺔ اﻟﻘﺎﻃﻨﺔ ﻣﻊ زوﺟﻬﺎ ﺑﻌﺪم اﻹﻧﻔﺎق ﻋﻠﻴﻬﺎ‪ W ،‬رأي ا‪u‬ﺎ‪2‬ﻜﻴﺔ وا‪D‬ﻨﺎﺑﻠﺔ‪ .‬ﻗﺎل اﺑﻦ اﻟﻘﻴﻢ‪:‬‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫وﻣﻦ أﻫﺪر اﻷﻣﺎرات واﻟﻌﻼﻣﺎت ‪ W‬ا‪Í2‬ع ﺑﺎ‪Ç2‬ﻴﺔ‪ ،‬ﻓﻘﺪ ﻋﻄﻞ ﻛﺜ•ا ﻣﻦ اﻷﺣ‪Æ‬م‪ ،‬ووﺿﻊ ﻛﺜ•ا ﻣﻦ ا‪D‬ﻘﻮق‬
‫ً‬
‫‪ .‬ﺗﻌﺮ˜ﻒ اﻟﻘﺮ˜ﻨﺔ‪ :‬اﻟﻘﺮ˜ﻨﺔ ﻟﻐﺔ‪ À :‬اﻟﻌﻼﻣﺔ ا اﻟﺔ ‪¿ i‬ء ﻣﻄﻠﻮب‪ .‬واﺻﻄﻼﺣﺎ‪ ° À :‬أﻣﺎرة ﻇﺎﻫﺮة‬

‫ً‬ ‫ً‬
‫ﺗﻘﺎرن ﺷ¸ﺌﺎ ﺧﻔﻴﺎ ﻓﺘﺪل ﻋﻠﻴﻪ‪ .‬ﻳﻔﻬﻢ ﻣﻦ ﻫﺬا ا‪ž‬ﻌﺮ‪P‬ﻒ أﻧﻪ ﻻ ﺑﺪ ‪ W‬اﻟﻘﺮ‪P‬ﻨﺔ ﻣﻦ أ[ﺮ‪P‬ﻦ‪ - ¶ :‬أن ﻳﻮﺟﺪ أ[ﺮ‬
‫ً‬
‫ﻇﺎﻫﺮ ﻣﻌﺮوف ﻳﺼﻠﺢ أﺳﺎﺳﺎ ‪2‬ﻼﻋﺘﻤﺎد ﻋﻠﻴﻪ‪ - .‬أن ﺗﻮﺟﺪ ﺻﻠﺔ [ﺆ‪C‬ة ﺑ‪ 7‬اﻷ[ﺮ اﻟﻈﺎﻫﺮ واﻷ[ﺮ ا‪. l‬‬
‫و‪Ä‬ﻤﻘﺪار ﻗﻮة ﻫﺬه ا ﺼﻠﺔ ﺗﻨﻘﺴﻢ اﻟﻘﺮاﺋﻦ ﻗﺴﻤ…‪ :‬ﻗﺮاﺋﻦ ﻗﻮ˜ﺔ‪ ،‬وﻗﺮاﺋﻦ ﺿﻌﻴﻔﺔ‪ .‬و‪2‬ﻠﻔﻘﻬﺎء واﻟﻘﻀﺎة دور‬
‫[ﻠﺤﻮظ ‪ W‬اﺳ‪9‬ﻨﺒﺎط ﻧﺘﺎﺋﺞ ﻣﻌﻴﻨﺔ ﻣﻦ اﻟﻘﺮاﺋﻦ‪ .‬وﻣﻦ اﻟﻘﺮاﺋﻦ اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ‪ :‬اﻋﺘﺒﺎر ﻣﺎ ﻳﺼﻠﺢ ‪2‬ﻠﺮﺟﺎل ﻣﻦ ﻣﺘﺎع‬
‫ا¬ﻴﺖ ﻋﻨﺪ اﺧﺘﻼف ا‪2‬ﺰوﺟ‪[ W 7‬ﻠﻜﻴﺘﻪ ﻫﻮ ‪2‬ﻠﺮﺟﻞ‪- ،‬ﻟﻌﻤﺎﻣﺔ وا‪2‬ﺴﻴﻒ‪ ،‬وﻣﺎ ﻳﺼﻠﺢ ‪2‬ﻠ‪j‬ﺴﺎء ﻓﻘﻂ ‪²D-‬‬
‫‪2‬ﻠﻤﺮأة ﺸﻬﺎدة اﻟﻈﺎﻫﺮ‪ ،‬و[ﻼﺣﻈﺔ اﻟﻌﺮف واﻟﻌﺎدة‪ .‬وﻣﻦ اﻟﻘﺮاﺋﻦ اﻟﻘﻀﺎﺋﻴﺔ‪ :‬ا‪,D‬ﻢ ﺑﺎ‪Ó2‬ء ‪u‬ﻦ ‪-‬ن ‪ W‬ﻳﺪه‪،‬‬
‫ﺑﺎﻋﺘﺒﺎر أن وﺿﻊ ا ﺪ ﻗﺮ‪P‬ﻨﺔ ‪ 3‬ا‪u‬ﻠﻚ ‪ê‬ﺴﺐ اﻟﻈﺎﻫﺮ‪.‬‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫و‪€‬ذا ‪Ç‬ﻧﺖ اﻟﻘﺮ˜ﻨﺔ ﻗﻄﻌﻴﺔ ﺗﺒﻠﻎ درﺟﺔ ا ﻘ…‪ ،‬ﻣﺜﻞ ا ‪7‬ﻢ ‪ i‬ا ﺸﺨﺺ ﺑﺄﻧﻪ ﻗﺎﺗﻞ إذا ر‪ È‬ﻣﺪﻫﻮﺷﺎ ﻠﻄﺨﺎ‬
‫ﺑﺎ م‪ ،‬وﻣﻌﻪ ﺳﻜ… ‪1‬ﻮار «ج ﺑﺪﻣﺎﺋﻪ ‪¯ B‬ن‪ ،‬ﻓﺈﻧﻬﺎ ﺗﻌﺪ وﺣﺪﻫﺎ ﺑ¸ﻨﺔ ﻧﻬﺎﺋﻴﺔ ‪Ç‬ﻓﻴﺔ ﻠﻘﻀﺎء‪.‬‬
‫أﻣﺎ إذا ‪-‬ﻧﺖ اﻟﻘﺮ‪P‬ﻨﺔ ﻏ• ﻗﻄﻌﻴﺔ‪ ،‬و‪2‬ﻜﻨﻬﺎ ﻇﻨﻴﺔ أﻏﻠﺒﻴﺔ‪- ،‬ﻟﻘﺮاﺋﻦ اﻟﻌﺮﻓﻴﺔ‪ ،‬أو ا‪u‬ﺴ‪9‬ﻨﺒﻄﺔ ﻣﻦ وﻗﺎﺋﻊ ا ﻋﻮى‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫وﺗ<ﻓﺎت اﻷﻃﺮاف ا‪u‬ﺘﺨﺎﺻﻤ‪ ،7‬ﻓﺈﻧﻬﺎ ﺗﻌﺪ د ﻼ [ﺮﺟﺤﺎ ‹ﺎﻧﺐ أﺣﺪ ا‪l‬ﺼﻮم‪ ،‬ﻣ‪ ò‬اﻗﺘﻨﻊ ﺑﻬﺎ اﻟﻘﺎ‪،s‬‬
‫و‪2‬ﻢ ﻳﻮﺟﺪ د ﻞ ﺳﻮاﻫﺎ‪ ،‬أو ‪2‬ﻢ ﻳ ﺒﺖ ﺧﻼﻓﻬﺎ ﺑﻄﺮ‪P‬ﻖ أﻗﻮى‪ .‬وﻻ ‪75‬ﻢ ﻋﻨﺪ ‪É‬ﻬﻮر اﻟﻔﻘﻬﺎء ﺑﻬﺬه اﻟﻘﺮاﺋﻦ ‪B‬‬
‫ا ﺪود؛ ﻷﻧﻬﺎ ﺗﺪرأ ﺑﺎ ﺸﺒﻬﺎت وﻻ ‪ B‬اﻟﻘﺼﺎص إﻻ ‪ B‬اﻟﻘﺴﺎﻣﺔ‪ ،‬ﻼﺣﺘﻴﺎط ‪ B‬ﻮﺿﻮع ا ﻣﺎء و‪€‬زﻫﺎق‬
‫ا‪£‬ﻔﻮس‪ .‬و»‪,‬ﻢ ﺑﻬﺎ ‪ W‬ﻧﻄﺎق ا‪u‬ﻌﺎ[ﻼت ا‪u‬ﺎ ﺔ واﻷﺣﻮال ا‪2‬ﺸﺨﺼﻴﺔ ﻋﻨﺪ ﻋﺪم وﺟﻮد ﺑ ﻨﺔ ‪ W‬إﺛﺒﺎت ا‪D‬ﻘﻮق‬
‫ا‪€‬ﺎﺷﺌﺔ ﻋﻨﻬﺎ‪.‬‬
‫‪ ‬ا_ﻌﺘﻤﺪ )ج‪ /s‬ص ‪ (s s‬ﺗﺄ ﻒ‪ :‬د‪ .‬ﺼﻄ‪ Í‬ا ﺰﺣﻴ‪Ì‬‬

‫)ﺛﺎ‪³‬ﺎ ﺗﻘﺴﻴﻢ اﻟﻘﺮاﺋﻦ ﺑﺎﻋﺘﺒﺎر دﻻ”ﻬﺎ اﻣﺎم اﻟﻘﻀﺎء( ﺗﻨﻘﺴﻢ اﻟﻘﺮاﺋﻦ ﺑﺎﻋﺘﺒﺎرﻫﺎ ﺣﺠﺔ ود ﻼ ‪ W‬اﻟﻘﻀﺎء ا=‬
‫ﺛﻼﺛﺔ اﻧﻮاع‪ ،‬و• )¶( اﻟﻘﺮ˜ﻨﺔ ﻛﺪ ﻞ ﺴﺘﻘﻞ ‪ :‬و• اﻟ‪ a‬ﻻ ¼ﺘﺎج ا= د ﻞ اﺧﺮ‪ ،‬ﻓﺘﻜﻮن ﺑ ﻨﺔ ﻧﻬﺎﺋﻴﺔ‪،‬‬
‫و‪P‬ﻄﻠﻖ ﻋﻠﻴﻬﺎ اﻟﻘﺮ‪P‬ﻨﺔ اﻟﻘﺎﻃﻌﺔ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ‪2‬ﻮ ﺧﺮج ﻣﻦ دار وﻫﻮ [ﻀﻄﺮب وﺧﺎﺋﻒ و‪ ¤‬ﻳﺪه ﺳﻜ‪ 7‬ﻋﻠﻴﻬﺎ دم ﺛﻢ‬
‫وﺟﺪ ‪ W‬ا ار ﺣﺎﻻ ﻗﺘﻴﻞ ﻳﺘﺨﺒﻂ ‪ W‬دﻣﻪ واﻧﻪ ﺣﺪﻳﺚ اﻟﻘﺘﻞ ﻓﻬﺬه ا‪D‬ﺎﻟﺔ ﻗﺮ˜ﻨﺔ ﻗﺎﻃﻌﺔ ‪ i‬ا ﻠﻮث ”ﻮﺟﻴﻪ‬
‫اﻳﻤﺎن اﻟﻘﺴﻤﺔ وﻣﺜﻞ اﻟﻘﻴﺎﻓﺔ ‪ W‬اﻟ‪j‬ﺴﺐ واﻟﻔﺮاش •ﺒﻮت اﻟ‪j‬ﺴﺐ وﻋﻼﻣﺔ اﻹﺳﻼم او ﺷﺎرة اﻟ‪,‬ﻔﺮ '‬
‫ا‪2‬ﺮ&ز‪ ،‬وزﻓﺎف ا‪u‬ﺮاة ا= اﻟﻌﺮ˜ﺲ ﻠﺔ اﻟﻌﺮﺳﻨﻠﻴﻞ ‪ 3‬اﻧﻬﺎ زوﺟﺘﻪ اﻟ‪ a‬ﻋﻘﺪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ) ( اﻟﻘﺮ˜ﻨﺔ د ﻞ ﺮﺟﺢ‬
‫‪ :‬و• اﻟﻘﺮ‪P‬ﻨﺔ اﻟ‪ a‬ﺗ‪,‬ﻮن د ﻼ [ﺮﺟﺤﺎ ‪u‬ﺎ ﻣﻌﻬﺎ‪[ ،‬ﺆ‪ó‬ﺪة ‪ I‬وﻣﻘﻮ‪P‬ﺔ‪ ،‬ﻛﻮﺻﻒ ا‪2‬ﻠﻘﻄﺔ وا‪2‬ﻮﺻﻒ ا‪2‬ﺼﺤﻴﺢ‬
‫‪ W‬ﺗﻨﺎزع ا‪u‬ﺆﺟﺮ وا‪u‬ﺴﺘﺄﺟﺮ ‪ W‬ﻛ( وﺳﻂ ا ار و‪V‬ﻴﻊ ا‪D‬ﺎﻻت اﻟ‪ a‬اﻋﺘ‪ q‬ا‪2‬ﺸﺎرع ﻓﻴﻬﺎ ﻗﻮل ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻘﻮل‬
‫ﻓﻬﺬا ﻳﺮﺟﺢ ﺟﺎﻧﺒﻪ و‪P‬ﻘﺒﻞ ﻣﻨﻪ ا ﻤ‪ 7‬ﻓﻘﻂ ووﺿﻊ ا ﺪ ‪ 3‬أ[ﺮ ﻣﺘﻨﺎزع ﻋﻠﻴﻪ وﻻ ﺑ ﻨﺔ ﻻﺣﺪﻫﻤﺎ وا‪2‬ﺸﻔﻘﺔ‬

7‫ ))أن رﺟﻠ‬: ‫ اﷲ ﻋﻨﻪ‬s‫ﻚ ﻣﺎ رواه اﺑﻮ [ﻮ) اﻷﺷﻌﺎري ر‬2‫ ﻓﻤﻦ ذ‬.‫ﻮدﻳﻊ‬2‫ ا‬W ‫ﻮﺻﺎﻳﺔ واﻻﻣﺎﻧﺔ‬2‫ﻮﻻﻳﺔ وا‬2‫ ا‬W
‫ﻢ‬,‫(( ﻓﻘﺪ ﺣ‬7‫ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑ ﻨﻬﻤﺎ ﻧﺼﻔ‬ç‫رﺳﻮل اﷲ ﺻ‬ ‫ﻮاﺣﺪ ﺑ ﻨﺔ ﻓﻘ‬2 ‫ داﺑﺔ ﻟ ﺲ‬W ‫اﺧﺘﺼﻤﺎ‬
ç‫ ﺻ‬è€‫ﻠﻚ ﻓﺠﻌﻠﻬﺎ ا‬u‫ﻨﺔ وﻋﻼﻣﺔ ' ا‬P‫ﻮﺟﻮد ا ﺪ ﻣﻨﻬﻤﺎ وا ﺪ ﻗﺮ‬2 ‫ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑﺎ اﺑﺔ‬ç‫رﺳﻮل اﷲ ﺻ‬
•‫ﻮن ا¬ﻌ‬,‫ ))˜ﺸﺒﻪ ان ﻳ‬: =‫ﻄﺎ ر*ﻪ اﷲ ﺗﻌﺎ‬l‫ﻠﻚ وا ﺪ ﻗﺎل ا‬u‫ ا‬W ‫اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑ ﻨﻬﻤﺎ ﻻﺳﺘﻮاﺋﻬﻤﺎ‬
‫ﺮد اﺣﺘﻤﺎل‬é •‫ و‬،‫ اﺳﺪﻻل ﺑﻬﺎ‬3 ‫ ﻻ ﺗﻘﻮى‬a‫ و• اﻟ‬: ‫ اﻳﺪﻳﻬﻤﺎ(( ) ( اﻟﻘﺮ˜ﻨﺔ د ﻞ ﺮﺟﻮح‬W ‫او ا اﺑﺔ‬
‫ﺸﻬﺎدة وﻣﻦ‬2‫ﻜﻮل ﻣﻊ ا‬€‫ ﺪ ﻣﻊ ا¬ ﻨﺔ وا‬- ‫ﺎل اﻟﻘﺎﺿﺎء‬é W ‫ﺒﻌﺪ‬9‫ﺴ‬‰‫ اﻹﺛﺒﺎت و‬W ‫وﺷﻚ ﻓﻼ ﻳﻌﻮل ﻋﻠﻴﻬﺎ‬
.‫ﺮﺟﻮح واﻷﻣﺎرة ا¬ﻌﻴﺪة‬u‫ﻀﻌﻴﻒ واﻟﻈﻦ ا‬2‫ﺪس ا‬D‫ﻮع ا‬€‫ﻫﺬا ا‬
3. AMBIL SEPUASNYA, BAYAR SEIKHLASNYA | PP. DARUL

FALAH KUDUS
Deskripsi Masalah:
Blora, InfoPublik - Ada ungkapan bijak yang sering kita dengar,
di setiap musibah pasti ada hikmah dan di setiap kejadian pasti ada
pelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Demikian pula sejak pemerintah mengambil kebijaksanaan
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dampak yang dirasakan
langsung oleh masyarakat adalah kehidupan mereka yang semakin sulit.
Hal itu disampaikan tokoh masyarakat Blora Blora Bambang
Sulistya, Kamis (29/9/2022). "Karena semua kebutuhan hidup
harganya mulai naik," ucap Bambang Sulistya, mantan Sekda Blora.
Sehingga perlu ada langkah terobosan dan solusi tidak hanya
dari pemerintah yang saat ini sudah menggelontorkan Bantuan
Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat.
Tetapi juga sangat diharapkan kepada berbagai elemen
masyarakat yang memiliki kepekaan, kepedulian dan kemampuan dana
agar ikut memberi sumbangsih dan bantuan utamanya kepada anggota
masyarakat yang kurang beruntung.
Tetapi dibalik itu, ternyata di Kabupaten Blora Jateng telah
muncul adanya inovasi sosial dan spiritul yang barangkali dapat

memberikan salah satu solusi guna meringankan beban kehidupan
masyarakat.
Bambang Sulistya menyebut, hadirnya salah satu warung makan
baru dan bersejarah. Kuliner itu membebaskan para pengunjung untuk
membayar seikhlasnya.
Warung makan itu diberi nama "Monosuko" dan berdomisili di
Jln Nusantara No 50 Kota Blora dengan menu makanan yang tersaji
berupa:nasi rawon, soto dan ayam geprek.
Warung Monosuko, memiliki sesanti, makan sepuasnya bayar
seikhlasnya. Dari sisi rasa dijamin memenuhi selera makanan para
konsumen.
Apalagi dari sisi kualitas dapat dipastikan tidak mau kalah
dengan makanan soto, rawon dan ayam geprek bertarif. Mengingat
dalam penyajian menu makanannya juga ditangani secara profesional.
Martono pengusaha milenial yang punya gagasan dan pemilik
warung Monosuko mengungkapkan untuk penangananya ia
menghadirkan seorang Chef bernama Dibdyo yang bekerja di sebuah
hotel berbintang di Surabaya.
Langkah dan kiprah Martono untuk membuka warung
Monosuko patut diapresiasi dan mendapat acungan jempol.
Karena di tengah masyarakat yang sedang mengalami kesulitan
hidup. Ia mewujudkan Idea cerdas yang melangit untuk berbagi dengan
memberi subsidi berupa makanan kepada anggota masyarakat yang
membutuhkan dengan membayar seikhlasnya.
Seandainya di Kabupaten Blora di setiap Kecamatan ada sebuah
model warung Monosuko, maka bisa dipastikan akan memberikan
kontribusi positif bagi peningkatan gizi untuk mendukung kualitas
sumber daya manusia sekaligus ikut andil dalam menangkal dan
mengatasi stunting.
"Karena pada saat saya di warung Monosuko sudah ada anak-
anak yang memakai seragam Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama menikmati menu makanan," tambah Bambang Sulistya yang
sekarang dipercaya sebagai Ketua PWRI Blora.

‫‪Pertanyaan:‬‬
‫‪A. Akad apa yang berlangsung dalam transaksi seperti deskripsi di‬‬
‫?‪atas‬‬
‫‪Praktek yang terdapat dalam deskripsi tidak terjadi akad apapun.‬‬
‫‪Namun, yang terjadi ialah: pelanggan menyantap makanan dll atas‬‬
‫‪kerelaan pemilik warung, yang di dalam kajian fikih disebut dengan:‬‬
‫‪akhdzu bir ridha ma’al badal atau itlafus syai’ bir ridha ma’ad dhoman.‬‬
‫‪ ‬ا‡ﻧﺔ اﻟﻄﺎ?… ج ص ‪l‬‬

‫)وا‪D‬ﺎﺻﻞ ( ا‪u‬ﻌﺎﻃﺎة ‪ + :‬أن ﻳﺘﻔﻖ ا¬ﺎﺋﻊ وا‪u‬ﺸ‪f‬ى ‪ 3‬ا•ﻤﻦ وا‪u‬ﺜﻤﻦ‪ ,‬ﺛﻢ ﻳﺪﻓﻊ ا¬ﺎﺋﻊ ا‪u‬ﺜﻤﻦ ‪2‬ﻠﻤﺸ‪f‬ى‪,‬‬
‫وﻫﻮ ﻳﺪﻓﻊ ا•ﻤﻦ ‪ ,I‬ﺳﻮاء ‪-‬ن ﻣﻊ ﺳﻜﻮﺗﻬﻤﺎ‪ ,‬او ﻣﻊ وﺟﻮد ﻟﻔﻆ ا“ﺎب او ﻗﺒﻮل ﻣﻦ اﺣﺪﻫﻤﺎ‪ ,‬او ﻣﻊ وﺟﻮد‬
‫ﻟﻔﻆ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻟ‪,‬ﻦ ﻻ ﻣﻦ اﻷﻟﻔﺎظ ا‪u‬ﺘﻘﺪﻣﺔ ‪ -‬ﻛﻤﺎ ع ش ‪ -‬وﻋﺒﺎرﺗﻪ ‪ :‬وﻻ ﺗﺘﻘﻴﺪ ا‪u‬ﻌﺎﻃﺎة ﺑﺎ‪2‬ﺴﻜﻮت ‪ ,‬ﺑﻞ‬
‫‪ß‬ﻣﻬﻢ‪2 ,‬ﻠ<‪P‬ﺢ وا‪2‬ﻜﻨﺎﻳﺔ‪ .‬اﻫ‪.‬‬ ‫ﻛﻤﺎ‪‰‬ﺸﻤﻠﻪ ‪‰‬ﺸﻤﻞ ﻏ•ه ﻣﻦ اﻻﻟﻔﺎظ ﻏ• ا‪u‬ﺬﻛﻮرة‬
‫‪ ‬اﺳﻌﺎد ا ﺮﻓﻴﻖ )ج ‪ /‬ص ‪( kp‬‬

‫ﻗﺎل ‪ W‬اﻟﻔﺘﺢ وﻻ ﻳﻨﻌﻘﺪ ﺑﺎ‪u‬ﻌﺎﻃﺎة ﻟ‪,‬ﻦ اﺧﺘ• اﻹﻧﻌﻘﺎد ﺑ‪,‬ﻞ ﻣﺎ ﻳﺘﻌﺎرف ا¬ﻴﻊ ﺑﻬﺎ ﻓﻴﻪ ‪ ®l-‬دون ‪ø‬ﻮ‬
‫ا واب واﻷرا‪ s‬ﻓﻌ‪ ç‬اﻻول ا‪u‬ﻘﺒﻮض ﺑﻬﺎ ‪u-‬ﻘﺒﻮض ﺑﺎ¬ﻴﻊ اﻟﻔﺎﺳﺪ اي ‪ W‬اﺣ‪Æ‬م ا ﻧﻴﺎ اﻣﺎ ‪ W‬اﻷﺧﺮة ﻓﻼ‬
‫ﻣﻄﺎ¬ﺔ ﺑﻬﺎ‪ ،‬و“ﺮي ﺧﻼﻓﻪ ‪ W‬ﺳﺎﺋﺮ اﻟﻌﻘﻮد وﺻﻮرﺗﻬﺎ ان ﻳﺘﻔﻘﺎ ‪ 3‬ﺛﻤﻦ وﻣﺜﻤﻦ وان ‪2‬ﻢ ﻳﻮﺟﺪ ﻟﻔﻆ ﻣﻦ‬
‫ّ‬
‫اﺣﺪﻫﻤﺎ‪ ،‬و‪P‬ﻈﻬﺮ ان ﻣﺎ ﺛﻤﻨﻪ ﻗﻄ‪ ³‬اﻹﺳﺘﻘﺮار ‪2-‬ﺮﻏﻴﻒ ﺑﺪرﻫﻢ ﺑﻤﺤﻞ ﻻ ‪à‬ﺘﻠﻒ اﻫﻠﻪ ‪ W‬ذ‪2‬ﻚ ﻻ »ﺘﺎج ﻓﻴﻪ‬
‫ﻻﺗﻔﺎ ﺑﻞ ﻳ‪ ,‬اﻻﺧﺬ و اﻹﻋﻄﺎء ﻣﻊ ﺳﻜﻮﺗﻬﺎ و‪ ¤‬اﻹﻳﻌﺎب ‪2‬ﻚ ان ﺗﻘﻮل ا‪ë2‬م ‪V‬ﻴﻌﻪ ﻣﻔﺮوض ‪ W‬ﻣﻦ ﻻ‬
‫ﻳﻌﻠﻢ او ﻳﻈﻦ رﺿﺎ ا‪u‬ﺄﺧﻮذ ﻣﻨﻪ و‪2‬ﻮ ﺑﻼ ﺑﺪل اﻣﺎ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﻪ او ﻇﻨﻪ ﻓﻼ ﻳﺘﺄ‪ Ñ‬ﻓﻴﻪ ﺧﻼف ا_ﻌﺎﻃﺎة اذا ﺟﻮزوا‬
‫ّ‬
‫‪ I‬اﻻﺧﺬ ‪ I‬ﻣﻦ ﻣﺎ‪é I‬ﺎﻧﺎ ﻣﻊ ﻋﻠﻢ ا‪2‬ﺮﺿﺎ او ﻇﻨﻪ ﻓﻼن “ﻮز ﻋﻨﺪ ﺑﺬل اﻟﻌﻮض او‪ å‬ﻷن ا‪u‬ﺪار ‪ 3‬ﻇﻦ ا‪2‬ﺮﺿﺎ‬
‫او ﻋﻠﻤﻪ ﻻ ‪ 3‬وﺟﻮد اﻟﻌﻮض او ﻋﺪﻣﻪ ﻓﺤﻴﺚ وﺟﺪ ﻋﻤﻞ ﺑﻪ وﺣﻴ‪Ò‬ﺌﺬ ﻻ ﻳ‪7‬ﻮن اﺧﺬه ﻣﻦ ﺑﺎب ا?ﻴﻊ ”ﻌﺬره‬
‫ﺑﻞ ﻣﻦ ﺑﺎب ّ‬
‫ﻇﻦ ا ﺮﺿﺎ ‪Ó‬ﻦ وﺻﻞ ا ﻪ ﻣﻨﻪ‪ ،‬وﻋﺠﻴﺐ ﻣﻦ اﻷﺋﻤﺔ ﻛﻴﻒ اﻏﻔﻠﻮا ا‪jž‬ﺒﻴﻪ ‪ 3‬ﻣﺎ ذﻛﺮﺗﻪ و‪ó‬ﺄﻧﻬﻢ‬
‫و‪,‬ﻮه ا= ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻌﻠﻮﻣﺎ اه [ﻠﺨﺼﺎ‬

‫‪ ‬ﻧﻬﺎﻳﺔ ا_ﺤﺘﺎج ج ‪ s‬ص‬
‫ﻋﺪم ‪2‬ﺰوم ﺷﻴﺊ ﻣﺎ‬ ‫)ﻗﻮ‪ : I‬ﻓﻼ أﺟﺮة ‪ (I‬ﻧﻘﻞ ﺑﺎ رس ﻋﻦ اﺑﻦ اﻟﻌﻤﺎد ﺑﺒﻌﺾ ا‪p‬ﻮا[ﺶ ان ﻣﺜﻞ ذ‪2‬ﻚ‬
‫‪2‬ﻮدﺧﻞ ‪ 3‬ﻃﺒﺎخ وﻗﺎل ‪ I‬أﻃﻌﻤ‡ رﻃﻼ ﻣﻦ ‪D‬ﻢ ﻓﺄﻃﻌﻤﻪ ﻻﻧﻪ ‪2‬ﻢ ﻳﺬﻛﺮ ﻓﻴﻪ ا•ﻤﻦ وا¬ﻴﻊ ﺻﺢ او ﻓﺴﺪ ﻳﻌﺘ‪q‬‬
‫ﻣﺎ‪2‬ﻮ ﻗﺼﺪ اﻟﻄﺒﺎح ﺑﺪﻓﻌﻪ اﺧﺪ اﻟﻌﻮض ﺳﻴﻤﺎ وﻗﺮ‪P‬ﻨﺔ ا‪D‬ﺎل ﺗﺪل ‪3‬‬ ‫ﻓﻴﻪ ذﻛﺮ ا•ﻤﻦ‪ .‬اﻗﻮل ‪ :‬وﻗﺪ ﻳﺘﻮﻗﻒ‬
‫ذ‪2‬ﻚ ﻓﺎﻻﻗﺮب اﻧﻪ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺑﺪ‪ I‬و‪P‬ﺼﺪق اﻟﻘﺪر ا‪u‬ﺘﻠﻒ ﻻﻧﻪ ‪Þ‬رم واﻟﻘﻮل ﻗﻮ‪) I‬ﻗﻮ‪ : I‬وﻻﻧﻪ ‪2‬ﻮ ﻗﺎل اﺳﻜ‡‬
‫ﺑﻴﺖ اﻫﻠﻬﺎ‬ ‫دارك اﻟﺦ( وﻣﺜﻞ ذاك ﻣﺎ ﺟﺮت ﺑﻪ اﻟﻌﺎدة ﻣﻦ اﻧﻪ ﻳﺘﻔﻖ ان ا‪°‬ﺴﺎﻧﺎ ﻳ وج ا[ﺮاة و˜ﺴ‪,‬ﻦ ﺑﻬﺎ‬
‫ﻣﺪة و‪2‬ﻢ ‪Ý‬ﺮ ﺑ ﻨﻬﻤﺎ ‪‰‬ﺴﻤﻴﺔ اﺟﺮة وﻻ ﻣﺎ ﻳﻘﻮم ﻣﻘﺎم اﻟ‪9‬ﺴﻤﻴﺔ ﻟ‪,‬ﻦ ﻗﻮل ا‪2‬ﺸﺎرح اﺳﻜ‡ دارك ﺷﻬﺮا اﻟﺦ‬
‫ﻫﺬه ا‪2‬ﺼﻮرة‪ ,‬وﻫﻮ ﻇﺎﻫﺮ ﻻن ا‪2‬ﺰوﺟﺔ اﺳﺘﻮ‪ .‬ا‪u‬ﻨﻔﻌﺔ ﺴﻜﻨﺎه ﻓﺎ ار ﻓﺎﺷﺒﻪ ﻣﺎ‪2‬ﻮدﺧﻞ‬ ‫ﻳﻔﻬﻢ وﺟﻮب اﻻﺟﺮة‬
‫ا‪€‬ﻔﻘﺎت ¦ح ﺑﻮﺟﻮب‬ ‫ا‪D‬ﻤﺎم ﺑﻐ• اذن‪ ,‬وﺳﻴﺄ‪ /‬أﻧﻪ ﺗﻠﺰﻣﻪ اﻻﺟﺮة ﻻﺳ‪9‬ﻴﻔﺎﺋﻪ ا‪u‬ﻨﻔﻌﺔ‪ ,‬ﺛﻢ راﻳﺖ ا‪2‬ﺸﺎرح‬
‫اﻻﺟﺮة وﻋﺒﺎرﺗﻪ )ﻗﻮ‪ : I‬ﻓﺘﺠﺐ اﺟﺮة ا‪u‬ﺜﻞ( ﺑ‪ 0‬ﻣﺎ ‪2‬ﻮاﻃﻌﻤﻪ ﻏ• اﻻﺧ•ة وﻗﺎل اﻃﻌﻤﺘﻪ ‪ 3‬ﻗﺼﺪ ﺣﺴﺒﺎﻧﻪ‬
‫ﻣﻦ اﻻﺟﺮة‪ .‬ا‪ñ‬ﺳﻢ ‪ 3‬ﺣﺞ‪ .‬اﻗﻮل ‪ :‬ﻗﻀﻴﺔ ﻛﻮن اﻟﻌ‪q‬ة اداء ا ﻳﻦ ﺑ‪j‬ﻴﺔ ا اﻓﻊ و‪2‬ﻮ ﻣﻦ ﻏ• ا‹‪j‬ﺲ ﺣﺴﺒﺎﻧﻪ‬
‫ﻗﺪر ﻣﺎ ا‪É‬ﻪ ﻻﻧﻪ ‪Þ‬رم ‪.‬‬ ‫‪ 3‬اﻻﺟ• )ﻗﻮ‪» : I‬ﺴﺐ ‪ 3‬اﻻﺟ• ﻣﺎ اﻃﻌﻤﻪ اﻳﺎه( اى و‪P‬ﺼﺪق اﻻ‬
‫‪ ‬إ‡ﻧﺔ اﻟﻄﺎ?… ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( pl‬‬

‫) ﻗﻮ‪ I‬و“ﻮز ‪2‬ﻺ‪°‬ﺴﺎن أﺧﺬ ﻣﻦ ‪ø‬ﻮ ﺻﺪﻳﻘﻪ ( أي “ﻮز ‪ I‬أن ﻳﺄﺧﺬ ﻣﻦ ﻃﻌﺎم ﺻﺪﻳﻘﻪ و‪C‬اﺑﻪ و»ﻤﻠﻪ إ=‬
‫ﺑ ﺘﻪ ﻗﺎل ‪ W‬ا‪ž‬ﺤﻔﺔ و‪Ÿ‬ذا ﺟﻮزﻧﺎ ‪ I‬اﻷﺧﺬ ﻓﺎ§ي ﻳﻈﻬﺮ أﻧﻪ إن ﻇﻦ اﻷﺧﺬ ﺑﺎ¬ﺪل ‪-‬ن ﻗﺮﺿﺎ ﺿﻤﻨﻴﺎ أو ﺑﻼ‬
‫ﺑﺪل ﺗﻮﻗﻒ ا‪u‬ﺎ‪2‬ﻚ ‪ 3‬ﻣﺎ ﻇﻨﻪ اه‬
‫‪r ‬ﻔﺔ ا_ﺤﺘﺎج ‪a B‬ح ا_ﻨﻬﺎج ‪) -‬ج ‪ /‬ص (‬

‫َ َ ُ َ‬ ‫َ َ َ ْ َ َ ََْ ُ َ َ َْ‬ ‫ْ ُ‬ ‫ًَ َ ْ ُ‬ ‫َ َ‬
‫) َو ُ‪ ( I‬أ ْي ا‪2‬ﻀﻴْ ِﻒ َﻣﺜﻼ ) أﺧﺬ َﻣﺎ ( ˜َﺸ َﻤﻞ اﻟﻄﻌﺎم وا‪€‬ﻘﺪ وﻏ•ﻫﻤﺎ و‪ِ 1‬ﺼﻴﺼﻪ ِﺑﺎﻟﻄﻌﺎمِ رده ِ‪ِ C W‬ح [ﺴ ِﻠ ٍﻢ‬
‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ًَ َ‬ ‫َْ‬ ‫َ ُ َ َْ ُ‬ ‫ََُْ َْ َُ ‪َ َ َ ْ َ Ò‬‬ ‫َ ََ ْ َُ َ َ ْ َ َ ْ َ‬
‫‪ê‬ﻴْﺚ ﻻ ‪à‬ﺘَ ِﻠﻒ ا‪2‬ﺮ َﺿﺎ ‪Ï‬ﻨ َﻬﺎ َ„دة ﻛ َﻤﺎ‬ ‫×ﺘﻔﻄﻦ ‪َ I‬وﻻ ‪Ù‬ﻐ‪ِ f‬ﺑﻤﻦ َو ِﻫﻢ ِ×ﻴ ِﻪ ) ‪Ô‬ﻌﻠﻢ ( أو ‪Ô‬ﻈﻦ أي ِﺑﻘ ِﺮ‪P‬ﻨ ٍﺔ ﻗ ِﻮ‪ٍ P‬ﺔ ِ‬
‫َْ ُ‬ ‫ﺖ اﻟْ َﻘﺮ‪P‬ﻨَ ُﺔ اﻟْ َﻘﻮ‪ُ P‬ﺔ ﺑﻪ َ‬ ‫َ َ َ َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬ ‫َ َْ َ َ ََ‬ ‫َ ُ‬ ‫َُ َ ٌ‬
‫ﺣﻞ َو‪1‬ﺘَ ِﻠﻒ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ﻴﺐ ﻔ ِﺲ ا‪َ 2‬ﻤﺎ‪ِ ِ 2‬ﻚ ﻓﺈِذا ﻗﻀ‬ ‫ﻫﻮ ﻇﺎ ِﻫﺮ ) ِرﺿﺎه ِﺑ ِﻪ ( ؛ ِﻷن ا‪2‬ﻤﺪار ‪ِ 3‬ﻃ ِ‬
‫َْ َ ْ َ‬ ‫َ َ َْ َ َْ ْ َ ََ‬ ‫ﺣ َﻮال َو َﻣ َﻘﺎ ِد ْ َ ْ َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َ َ ْ َ‬ ‫ََ ُ‬
‫§ي ‪Ô‬ﻈ َﻬ ُﺮ أﻧ ُﻪ إن ﻇﻦ‬ ‫ال َو‪ِŸ‬ذا ﺟﻮزﻧﺎ ُ‪ I‬اﻷﺧﺬ ﻓﺎ ِ‬ ‫ﻳﺮ اﻷ[ﻮ ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ﻗﺮاﺋِﻦ ا‪2‬ﺮﺿﺎ ِ‪ W‬ذ‪ِ2‬ﻚ ِﺑﺎﺧ ِﺘﻼ ِف اﻷ ِ‬
‫ْ ْ‬ ‫َ ‪Ò‬‬ ‫‪َ 3‬ﻣﺎ َﻇﻨ ُﻪ َﻻ ُ‪َ Ô‬ﻘ ُﺎل ‪Ü‬ﻴَ ُ‬ ‫ْ َ ْ َ َْ َ َ َ َ ْ ً َ ً َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ََ‬
‫ﺎس َﻣﺎ َ[ﺮ ِ‪ W‬ﺗ َﻮﻗ ِﻒ ا‪ِ 2‬ﻤﻠ ِﻚ‬ ‫ِ‬ ‫اﻷﺧﺬ ﺑِﺎ¬ﺪ ِل ‪-‬ن ﻗﺮﺿﺎ ﺿ ِﻤﻴﻨﺎ أو ﺑِﻼ ﺑﺪ ٍل ﺗﻮ‪Ü‬ﻒ ا‪ِ 2‬ﻤﻠﻚ‬
‫َُ َ َ ُ ُ‬
‫ﻮل اﻟْ َﻔ ْﺮ ُق ﺑَ ْﻨَ ُﻬ َﻤﺎ َواﺿﺢٌ‬ ‫ْ‬ ‫ََ َ ْ ُ ُ ُ َ َ‬ ‫‪ 3‬ا‪Ò َ ž‬‬ ‫ْ َ َ ُ َُ َََ ُ ََ‬ ‫ََ‬
‫ِ‬ ‫< ِف ِ×ﻴ ِﻪ ﻓﻼ ‪Ô‬ﻤ ِﻠﻜﻪ ِﺑﻤﺠﺮ ِد ‪Ü‬ﺒ ِﻀ ِﻪ ‪ I‬؛ ِﻷﻧﺎ ﻘ‬ ‫‪ِ 3‬اﻻز ِدرا ِد أﻧﻪ ﻫﻨﺎ ‪Ô‬ﺘﻮ‪Ü‬ﻒ‬
‫ْ َ َ َُ َْ َ ُ ََ َ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ ََ َ َ‬ ‫َ َ ََ ْ‬
‫ار ‪ 3‬ﻇﻦ ا‪2‬ﺮ َﺿﺎ‬ ‫ﺣ ِﻘﻴﻘ ِﺘ ِﻪ َوﻻ ﻳَ ِﺘ ‪Ò‬ﻢ إﻻ ِﺑ ِﺎﻻز ِدرا ِد وﻫﻨﺎ ا‪2‬ﻤﺪ‬ ‫ﻳﻢ ‪ِ 2‬ﻸ– ِﻞ ‪Ú‬ﻢ ﻗ<ت ا‪ِ 2‬ﻤﻠﻚ ‪3‬‬ ‫؛ ِﻷن ﻗ ِﺮ‪P‬ﻨﺔ ا‪ž‬ﻘ ِﺪ ِ‬
‫َ ْ َ َ َ‬
‫• ِﻫ َﻤﺎ َﻋ ِﻤﻞ ﺑِ ُﻤﻘﺘَ ذ‪ِ2‬ﻚ‬ ‫َ ‪َْ َْ Ò‬‬ ‫َ ُ َ ُ َ ْ ُ ُ َْ ْ َْ‬ ‫َ ْ َ‬ ‫َُ َ َ َ َ َ‬
‫ﺐ ذ‪ِ2‬ﻚ اﻟﻈﻦ ﻓﺈِن ﻇﻦ ِرﺿﺎه ﺑِﺄﻧﻪ ‪Ô‬ﻤ ِﻠﻜﻪ ﺑِﺎﻷﺧ ِﺬ أو ﺑِﺎ‪ِ <ž‬ف أو ﺑِﻐ ِ‬ ‫ﻓﺄ ِﻴﻂ ِ‪ê‬ﺴ ِ‬

‫‪ ‬اﻷﺷﺒﺎه وا‪£‬ﻈﺎﺋﺮ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( pk‬‬
‫ﻗﺎﻋﺪة أﺳﺒﺎب ا‪2‬ﻀﻤﺎن أر'ﻌﺔ أﺣﺪﻫﺎ اﻟﻌﻘﺪ ‪u-‬ﺒﻴﻊ وا•ﻤﻦ ا‪u‬ﻌ‪ 7‬ﻗﺒﻞ اﻟﻘﺒﺾ وا‪2‬ﺴﻠﻢ واﻹﺟﺎرة ا•ﺎ” ا ﺪ‬
‫[ﺆﺗﻤﻨﺔ ‪-‬ﻧﺖ ‪2-‬ﻮدﻳﻌﺔ وا‪óÍ2‬ﺔ وا‪2‬ﻮ&ﻟﺔ وا‪u‬ﻘﺎرﺿﺔ إذا ﺣﺼﻞ ا‪ž‬ﻌﺪي أو ﻻ ‪-‬ﻟﻐﺼﺐ وا‪2‬ﺴﻮم واﻟﻌﺎر‪P‬ﺔ‬
‫وا‪Í2‬اء ﻓﺴﺎدا ا•ﺎﻟﺚ اﻹﺗﻼف ﻧﻔﺴﺎ أو ﻣﺎﻻ و‪P‬ﻔﺎرق ﺿﻤﺎن ا ﺪ ‪ W‬أﻧﻪ ﻳﺘﻌﻠﻖ ا‪,D‬ﻢ ﻓﻴﻪ ﺑﺎ‪u‬ﺒﺎ‪ C‬دون‬
‫ا‪2‬ﺴﺒﺐ وﺿﻤﺎن ا ﺪ ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﻬﻤﺎ ا‪2‬ﺮاﺑﻊ ا‪D‬ﻴﻠﻮﻟﺔ‬
‫‪a ‬ح اﻟﻘﻮاﻋﺪ اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ــ ﻠﺰرﻗﺎ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪(kl‬‬

‫) اﻟﻘﺎﻋﺪة ا‪l‬ﺎ[ﺴﺔ واﻟ‪9‬ﺴﻌﻮن ) ا‪u‬ﺎدة ‪ ) ( 3‬ﻻ “ﻮز ﻷﺣﺪ أن ﻳﺘ<ف ‪[ W‬ﻠﻚ اﻟﻐ• ﺑﻼ إذﻧﻪ ( ) ا‪Í2‬ح‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ﻣﻊ ا‪ž‬ﻄﺒﻴﻖ ( ﻻ “ﻮز ﻷﺣﺪ أي ﻻ »ﻞ ‪ I‬وﻻ ﻳﺼﺢ ﻣﻨﻪ أن ﻳﺘ<ف ﺗ<ﻓﺎ ﻓﻌﻠﻴﺎ ‪[ W‬ﻠﻚ اﻟﻐ• ﺳﻮاء ‪-‬ن‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ﺧﺎﺻﺎ أو [ﺸ‪ &f‬ﺑﻼ إذﻧﻪ ﺳﺎﺑﻘﺎ أو إﺟﺎزﺗﻪ ﻻﺣﻘﺎ‪ .‬وا‪<ž‬ف ﻧﻮ„ن ﻓﻌ‪ ²‬وﻗﻮ_‪ :‬أﻣﺎ ا”‪Õ‬ف اﻟﻔﻌ‪ Ì‬ﻓﺈن‬
‫ً‬
‫‪-‬ن ﺗﻘﺪﻣﻪ إذن ﺳﺎﺑﻖ »ﻞ و‪P‬ﺼﺢ ﻷن اﻹذن ا‪2‬ﺴﺎﺑﻖ ﺗﻮ‪ó‬ﻴﻞ و‪Ÿ‬ﻻ ﻓﻼ ‪à‬ﻠﻮ ﻋﻦ أن ﻳ‪,‬ﻮن ﻏﺼﺒﺎ ﺑﻮﺿﻊ ا ﺪ‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ﻓﻘﻂ أو ﺗ<ﻓﺎ ﺑﺈﺣﺪاث ﻓﻌﻞ ذي أﺛﺮ أو إﺗﻼﻓﺎ ﻓﺈن ‪-‬ن ﻏﺼﺒﺎ ﻓﻬﻮ ‪K‬ﻈﻮر [ﻮﺟﺒﻪ رد اﻟﻌ‪ 7‬و[ﻀﻤﻮن ﺑﺎ‪ž‬ﻠﻒ‬
‫ً‬
‫إﻻ إذا ‪D‬ﻘﺘﻪ إﺟﺎزة ا‪u‬ﺎ‪2‬ﻚ و&ﻧﺖ اﻟﻌ‪ 7‬ا‪u‬ﻐﺼﻮ'ﺔ ﻗﺎﺋﻤﺔ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﺑﺎﻹﺟﺎزة ﺗﻨﻘﻠﺐ أﻣﺎﻧﺔ و‪Ÿ‬ن ‪-‬ن ﺗ<ﻓﺎ‬
‫ﺑﺈﺣﺪاث ﻓﻌﻞ ذي أﺛﺮ ‪ W‬اﻟﻌ‪D- 7‬ﻔﺮ ‪[ W‬ﻠﻚ اﻟﻐ• ﺑﻼ إذﻧﻪ ﻓﻠ ﺲ ‪2‬ﻠﻤﺎ‪2‬ﻚ أن “‪ q‬ا‪D‬ﺎﻓﺮ ‪ 3‬اﻟﻄﻢ ﻋﻨﺪ‬
‫أ ﺣﻨﻴﻔﺔ وأ ﻳﻮﺳﻒ ﺑﻞ ﻳﻀﻤﻨﻪ ا‪€‬ﻘﺼﺎن ‪á‬ﻼف ا‪D‬ﻔﺮ ‪ W‬ﺳﻜﺔ ﻏ• ﻧﺎﻓﺬة أو ‪ W‬اﻟﻄﺮ‪P‬ﻖ اﻟﻌﺎم ﻓﺈن ا‪D‬ﺎﻓﺮ‬
‫ً‬
‫ﻓﻴﻪ “‪ 3 q‬اﻟﻄﻢ اﺗﻔﺎﻗﺎ ﺛﻢ إذا ‪°‬ﺸﺄ ﻋﻦ ﺣﻔﺮه ﻫﺬا ‪Å‬ر ﻛﻤﺎ إذا وﻗﻊ ﺣﻴﻮان ‪ W‬ا‪D‬ﻔﺮة ﻓﺘﻠﻒ ﻳﻀﻤﻨﻪ ا‪D‬ﺎﻓﺮ‬
‫ﻷﻧﻪ ﻣ‪9‬ﺴﺒﺐ ﻣﺘﻌﺪ إﻻ إذا ‪-‬ن ا‪D‬ﻔﺮ ‪[ W‬ﻠﻚ اﻟﻐ• ور‪ s‬ا‪u‬ﺎ‪2‬ﻚ ﺑﺎ‪D‬ﻔﺮ ﻗﺒﻞ وﻗﻮع ا‪D‬ﻴﻮان ﻓﺈﻧﻪ ˜ﺴﻘﻂ‬
‫ً‬
‫اﺑﺘﺪاء ﺣ‪ ò‬أﻧﻪ ‪2‬ﻮ أراد ا‪D‬ﺎﻓﺮ أن ﻳﻄﻢ ﻣﺎ ﺣﻔﺮ ﻓﻠ ﺲ ‪ I‬اﻟﻄﻢ‬ ‫ﺣﻴ‪j‬ﺌﺬ و‪P‬ﺼ• ﻛﺄﻧﻪ ﺣﻔﺮ ﺑﺈذن ا‪u‬ﺎ‪2‬ﻚ‬
‫ٍ‬ ‫ا‪2‬ﻀﻤﺎن‬
‫ً‬
‫و‪€‬ن ‪Ç‬ن إﺗﻼﻓﺎ ﻓﻬﻮ ﻀﻤﻮن ﺑ‪7‬ﻞ ﺣﺎل ﺳﻮاء أﺟﺎزه ا_ﺎ ﻚ أو ﻻ ﻷن اﻹﺟﺎزة ﻻ ﺗﻠﺤﻖ اﻹﺗﻼف‬

JALSAH 3
MUSHOHIH
PERUMUS
K. Agus Budi Mulyono
K. Nur Hidayat Muhammad
K. Ulil Azmi
NOTULEN
Bpk. Abdussalam
Bpk. Muhayadi
Bpk. Khoirul Albab
MODERATOR
Sdr. Hadi Nashiri Zainal Muttaqin

1. KEDUBES ISRAEL | PP. MIFTAHUL ULUM JOGOLOYO
Diskripsi Masalah:
TRIBUN-VIDEO.COM - Gedung Kedutaan Besar Israel di Bahrain
dibakar massa, pada Kamis (19/10/2023) malam.
Pasalnya aksi pembakaran Kedubes Israel itu merupakan bentuk
protes penduduk Bahrain terhadap serangan yang dilakukan Israel di
Jalur Gaza dalam beberapa waktu belakangan.
Detik-detik pembakaran gedung Kedutaan Besar Israel di
Bahrain itu terekam dalam sebuah video dan beredar di media sosial.
Dalam video yang beredar, tampak puluhan pendemo secara
serentak berlari mendekati gedung Kedubes Isarel.
Di mana setiap pendemo, juga terlihat menenteng obor di kedua
tangannya.
Hanya dalam hitungan detik, massa pun melemparkan obor
tersebut ke gedung Kedubes Israel hingga membuat gedung tersebut
membara.
Pertanyaan:
A. Apa hukum Negara Islam memberikan izin Kedubes Israel
mendirikan kantornya di negaranya?
Jawaban: Tidak diperbolehkan membuka hubungan diplomatis dengan

Israel, karena akan menimbulkan lebih banyak madlorot dan
akan dianggap mengakui Israel sebagai negara sah dan
berdaulat.
(l ‫ ص‬/ ‫ )ج‬- ‫ﻄﻴﺐ‬f‫ ا‬i •o‫ ﺣﺎﺷﻴﺔ ا?ﺠ‬

ْ َ َُ َ َ ٌَ ُْ ََ ُ ُ َ َ َ ُْ ََ ْ َْ ُْ َْ َ ُ َ َْ ْ َ َ ْ ُ َ َ ُ َُْ ُُْ َ
‫ ِح م‬C ‫ﺔ ×ﻤﻜﺮوﻫﺔ و ِﻋﺒﺎرة‬P‫ﻤﺨﺎﻟﻄﺔ اﻟﻈﺎ ِﻫ ِﺮ‬2‫ﺐ وأﻣﺎ ا‬ ِ ‫ﻤﻴﻞ ﺑِﺎﻟﻘﻠ‬2‫ﻤﺤﺒﺔ وا‬2‫ ِﻓ ِﺮ ( أي ا‬Æ‫ ) ¼ﺮم [ﻮدة اﻟ‬: I‫ﻗﻮ‬
َ ْ َ َ َ َ َ ٌ َ َ َ ً ْ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َْ َُْْ َ ُ َ ْ ُُ َ ُ ُ َُْ َ
‫ﺖ ِﻷ ْﺻ ٍﻞ‬ ‫ِﻚ أ–ﺎﻧ‬2‫ ذ‬Wِ ‫ﻔﺮا وﺳﻮاء‬ú ‫ﻧﺖ‬- ‫ِﻻ‬Ÿ‫ﻔﺮ و‬,‫ ﻻ ِﻣﻦ ﺣﻴﺚ اﻟ‬è Ò ‫ﻤﻴﻞ اﻟﻘﻠ‬2‫ﻬﻢ وﻫﻮ ا‬Ù‫ر و¼ﺮم [ﻮاد‬
ِ
َ َ َْ َ ُ َ ََْ ُُ َ ْ َ ُْ َْ َ َُ َْ َ َ َ ُ ََْ ً َ ُُ ََ َُ َُ ْ َُ َ َْ َْ ٍ َْ َْ
‫ن‬- ‫ﻮ‬2 ‫ﻠﺤﻖ ِﺑ ِﻪ ﻣﺎ‬P‫ﻢ ﻳﺮج إﺳﻼﻣﻪ و‬2 ‫ﻈﻬﺮ ﻣﺎ‬Ô ‫ﻮ ِﺑﻤﻬﺎداةٍ ِ×ﻴﻤﺎ‬2‫ﺮه ﺎﻟﻄﺘﻪ ﻇﺎ ِﻫﺮا و‬,‫• ِﻫﻤﺎ وﺗ‬ ِ ‫أو ﻓﺮع أم ﻏ‬
َ ‫• ُه ×ﻴﻪ َﻣ َﻘ‬ َ َ
ْ َ ُ ُ َ َ â َ ‫إﺳ َﻼ َﻣ ُﻪ أ ْو ﻳَ ْﺮ ُج ﻣﻨْ ُﻪ َ ْﻔ ًﻌﺎ أ ْو َد ْ× َﻊ‬ َ
َ ‫ْ ُﻮ َر ِﺣ ٍﻢ أ ْو ﺟ َﻮار ا‬øَ ‫ﺑَ ْﻨَ ُﻬ َﻤﺎ‬
ْ ‫ َ ْﻢ ﻳَ ْﺮ ُج‬2 ‫ َﻣﺎ‬: Iُ ُ ‫و َﻗ ْﻮ‬ñ
‫ﺎﻣ ُﻪ‬ ِ ِ ُ ‫ﻘﻮم ﻏ‬Ô ‫ ﻻ‬C ِ ٍ ِ
‫ﻴﻤﺎ َ[ﺮ‬
َ ْ ْ َ ُ ْ
َ × ‫ﻓﺮ‬Æ‫ َ َﻖ ﺑﺎﻟ‬D‫ َوأ‬. ‫ﻨﻪ‬Ï ‫ر‬Å َ ْ َ َ َ َ َ َ
َ َ ‫ِﻚ د× َﻊ‬2‫ﻠ ُﺺ أ ْو ﻗ َﺼﺪ ﺑﺬ‬à‫ﺤﻪ ِ×ﻴ ِﻪ َو‬ ُ ْ َ ُ ُ ‫ﻨ َﺼ‬Ô ‫ﻌﻠ ُﻢ أﻧﻪ‬Ôَ ‫ َﻤ ًﻼ‬Ïَ ‫َﻛﺄَ ْن َﻓﻮ َض إ َ ْﻪ‬
ْ َ ُ َ َ ْ
ِ ِِ ِ ٍ ِ ِ

‫َُ َ ْ ً ْ َ ْ ْ َُْ ُ ْ‬
‫ا‹ُﻠُ ُ‬ ‫َ ُ َُْ ْ َ ََ َْ َ َ َ‬ ‫ْ َ َ َْ‬ ‫ْ ْ َْ‬
‫ﻮس‬ ‫ﺎس ‪ I‬أﺧﺬا ِﻣﻦ ﻗﻮ‪ِ ِ 2‬ﻬﻢ ‪» :‬ﺮم‬‫ﺎﺳ َﻖ َو‪ُP‬ﺘﺠﻪ *ﻞ ا‪ْ ُ D‬ﺮﻣ ِﺔ ‪ 3‬ﻣﻴ ٍﻞ ﻣﻊ إﻳﻨ ٍ‬
‫ِﻣﻦ ا‪ُD‬ﺮﻣ ِﺔ َواﻟﻜ َﺮاﻫ ِﺔ اﻟﻔ ِ‬
‫ََ‬ ‫َ ً َُ ْ َ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ َْ ُ ُ ُْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ‬ ‫َ َ ُْ‬
‫ﺣ ْﺮ َﻣﺔ ِ×ﻴ ِﻪ ا ‪ñ‬ع ش ‪ 3‬م‬ ‫ﺐ ﻔ ٍﻊ ﻓﻼ‬
‫ﺎق إﻳﻨﺎﺳﺎ ‪2‬ﻬﻢ أﻣﺎ ﻣﻌﺎ‪ÙC‬ﻬﻢ ِ ﻓ ِﻊ ‪ٍ Å‬ر »ﺼﻞ ِﻣﻨﻬﻢ أو ﺟﻠ ِ‬ ‫ﻣﻊ اﻟﻔﺴ ِ‬
‫ر‪.‬‬
‫َْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ام َو‪ْ Ÿ‬ن َ‪َ -‬ن َﺳ‪َõ‬ﺒُ ُﻪ َﻣﺎ ﻳَﺼ ُﻞ إ ْﻪ ِﻣ ْﻦ ْ َ‬ ‫َ َ ٌ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ََْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ُُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫َْ ُ‬
‫ﺎن أو‬ ‫اﻹﺣﺴ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺐ ﺣﺮ ِ‬ ‫ﻗﻮ‪ ) : I‬ا‪2‬ﻤﻴ ِﻞ اﻟﻘﻠ ِ‪ ( è‬ﻇﺎ ِﻫﺮه أن ا‪2‬ﻤﻴﻞ إ ِﻪ ِﺑﺎﻟﻘﻠ ِ‬
‫َْ‬
‫ﺣ ُﺼﻮ‪َ ِ 2‬ﻬﺎ ﺑِﻘﻠ ِﺒ ِﻪ‬‫إ= ُ‬ ‫َْ َ َ‬
‫ﺎب ا‪2‬ﻤﺤﺒ ِﺔ‬ ‫َ َْ‬ ‫ْ َْ‬ ‫َ ْ َ َ َ َََْ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ َْ ْ‬
‫ﺎل ِ‪ W‬أﺳﺒ ِ‬ ‫د×ﻊ [}ةٍ و‪jP‬ﺒ ِ‪Ù 4‬ﻘ ِﻴﻴﺪ ذ‪ِ2‬ﻚ ﺑِﻤﺎ إذا ﻃﻠﺐ ﺣﺼﻮل ا‪2‬ﻤﻴ ِﻞ ﺑِ ِﺎﻻﺳ ِ‪f‬ﺳ ِ‬
‫َْ َ‬ ‫َْ‬ ‫ﺣﺪ ا‪Çْ ž‬ﻴﻒ َو'ﺘَ ْﻘﺪﻳﺮ ُ‬
‫ﺣ ُﺼﻮ‪َ ِ 2‬ﻬﺎ ‪ .‬ﻳَ‪ْj‬ﺒَ‪ 4‬ا‪2‬ﺴ ْ ُ‬ ‫ﺧ ُﻞ َ¼ْ َ‬ ‫ُ ُ َ َْ ُ‬ ‫َ َ ُْ‬
‫‪ Wِ ³‬دﻓ ِﻌ َﻬﺎ َﻣﺎ أﻣ‪َ ,‬ﻦ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﺖ َ‬ ‫ﺪ‬‫ﺗ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺔ‬‫‪P‬‬‫ور‬
‫ِ‬ ‫ا‪}2‬‬ ‫ﺎﻷ ُ[ ُ‬
‫ﻮر‬ ‫و‪ِŸ‬ﻻ ﻓ‬
‫ََ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َْ ُ ْ‬
‫‪ْ ,‬ﻦ د× ُﻌ َﻬﺎ ‪ْ 2‬ﻢ ﻳُ َﺆاﺧﺬ ِﺑ َﻬﺎ ع ش ‪ 3‬م ر ‪.‬‬ ‫ﻓﺈِن ‪2‬ﻢ ‪Ô‬ﻤ ِ‬
‫‪a ‬ح ا‪£‬ﻮوي ‪ i‬ﺴﻠﻢ ‪ | Ö‬ﺻـ ˆ‬

‫وﻗﺪ أ‪V‬ﻊ ا‪u‬ﺴﻠﻤﻮن ‪ 3‬ﺟﻮاز ﻣﻌﺎ[ﻠﺔ أﻫﻞ ا§ﻣﺔ وﻏ•ﻫﻢ ﻣﻦ ا‪2‬ﻜﻔﺎر إذا ‪2‬ﻢ ﻳﺘﺤﻘﻖ ¼ﺮ‪P‬ﻢ ﻣﺎ ﻣﻌﻪ ﻟ‪,‬ﻦ‬
‫ﻻ “ﻮز ‪2‬ﻠﻤﺴﻠﻢ أن ﻳ‪õ‬ﻴﻊ أﻫﻞ ا‪D‬ﺮب ﺳﻼﺣﺎ وآﻟﺔ ﺣﺮب وﻻ ˜ﺴﺘﻌﻴﻨﻮن ﺑﻪ ‪ W‬اﻗﺎﻣﺔ دﻳﻨﻬﻢ وﻻ ﺑﻴﻊ [ﺼﺤﻒ‬
‫وﻻ اﻟﻌﺒﺪ ا‪u‬ﺴﻠﻢ ‪Æ2‬ﻓﺮ ﻣﻄﻠﻘﺎ واﷲ أﻋﻠﻢ‬
‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ• وأد”ﻪ ‪) -‬ج ‪ / l‬ص ‪( ˆm‬‬

‫ً‬
‫ﺛﺎﻧﻴﺎ ـ ا‪ž‬ﻤﻴ’ ﺑ‪ 7‬ﻣﻔﻬﻮ‪ ù‬دار اﻹﺳﻼم وا وﻟﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ‪:‬‬
‫ً‬
‫‪ 5‬ـ ‪ 3‬ا‪2‬ﺮﻏﻢ ‪È‬ﺎ ‪-‬ن ﻗﺎﺋﻤﺎ ﻣﻦ وﺟﻮد ا‪ž‬ﻼزم ﺑ‪ 7‬ﻣﻔﻬﻮ‪ ù‬دار اﻹﺳﻼم وا وﻟﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ‪ ،‬ﻓﺈن دار اﻹﺳﻼم‬
‫ﺗﺘﻤ’ ﺑﺎرﺗ‪,‬ﺎزﻫﺎ ‪ 3‬أﺳﺎس اﻟﻌﻨ< ا‪u‬ﺎدي )أي اﻷرض أو اﻻﻗﻠﻴﻢ( ) ( وأﻣﺎ ا وﻟﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﻓﺘﺘﻤ’ ﺑﻤﺎ‬
‫‪p‬ﺎ ﻣﻦ ﺻﻔﺔ ا‪2‬ﺴﻴﺎدة )أو اﻻﺳﺘﻘﻼل( وا‪2‬ﺸﺨﺼﻴﺔ ا‪u‬ﻌﻨﻮ‪P‬ﺔ ذات اﻷﻫﻠﻴﺔ وا§ﻣﺔ ا‪u‬ﺎ ﺔ ا‪u‬ﺴﺘﻘﻠﺔ ﻋﻦ ذﻣﺔ‬
‫أﺷﺨﺎص ر„ﻳﺎﻫﺎ‪ ،‬ﻓﻠﻬﺎ ﻣﺎ ﺔ [ﺴﺘﻘﻠﺔ ﻋﻦ أ[ﻮا‪p‬ﻢ ﺗﺘﻤﺜﻞ ‪ W‬ﺑﻴﺖ ا‪u‬ﺎل )‪ . (5‬و&ﻧﺖ ا وﻟﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ‬
‫[ﺴﺘﻘﻠﺔ ﻻ ‪1‬ﻀﻊ ﻷي ﺳﻠﻄﺔ أﺧﺮى‪ ،‬ﻛﻤﺎ ‪-‬ﻧﺖ [ﺴﺘﻘﻠﺔ ﻋﻦ أﺷﺨﺎص ا‪ÆD‬م ﻓﻴﻬﺎ‪ ،‬و&ن ﻳﻌﺪ ا‪D‬ﺎ‪ú‬ﻢ‬
‫ً‬
‫ﺑﻤﺜﺎﺑﺔ أﻣ‪ 3 7‬ا‪2‬ﺴﻠﻄﺔ وﻧﺎﺋﺒﺎ ﻋﻦ اﻷﻣﺔ )¶( ‪ .‬وﻫﺬا ﻫﻮ ا‪u‬ﻌ‡ ا§ي ﻳﺮ[ﺰ إ ﻪ ﻓﻘﻬﺎء اﻟﻘﺎﻧﻮن ا‪2‬ﻮﺿ‪³‬‬
‫اﻟﻘﺎﺋﻠﻮن ﺑﺄن ا وﻟﺔ ﺗﻮﺟﺪ ﺣﻴﻨﻤﺎ ‪Ý‬ﺪ ا‪2‬ﺴﻠﻄﺔ ا‪2‬ﺴﻴﺎﺳﻴﺔ ﺳﻨﺪﻫﺎ ﻻ ‪ W‬إ‪°‬ﺴﺎن‪ ،‬وﻟ‪,‬ﻦ ‪ W‬ﺷﺨﺺ ﻣﻌﻨﻮي‬
‫‪é‬ﺮد ‪ I‬ﻃﺎﺑﻊ ا وام واﻻﺳﺘﻘﺮار واﻻﺳﺘﻘﻼل ﻋﻦ أﺷﺨﺎص ا‪ÆD‬م أﻧﻔﺴﻬﻢ ) ( ‪.‬‬

‫ً‬
‫ﺛﺎ•ﺎ ـ ا‪Ý‬ﺎه ﺗﻄﻮر ﻣﻔﻬﻮ‪ ù‬دار اﻹﺳﻼم وا وﻟﺔ ا‪D‬ﺪﻳﺜﺔ ‪:‬‬
‫‪ -‬ا‪u‬ﺒﺪأ أو اﻷﺻﻞ اﻟﻔﻘ‪ ã‬أن ﺗ‪,‬ﻮن دوﻟﺔ اﻹﺳﻼم أو دار اﻹﺳﻼم [ﻮﺣﺪة ا‪2‬ﺴﻴﺎﺳﺔ وﺷﺎ[ﻠﺔ ‹ﻤﻴﻊ‬
‫ً‬
‫اﻷﻗﺎ ﻢ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ‪ ،‬وذ‪2‬ﻚ ‪ž‬ﺤﻘﻴﻖ ‪Þ‬ﻳﺔ اﻹﺳﻼم اﻷﺳﺎﺳﻴﺔ‪ :‬و• ﻗﻮة اﻹﺳﻼم وا‪u‬ﺴﻠﻤ‪ 7‬ﺑﺄن ﻳ‪,‬ﻮﻧﻮا ‪V‬ﻴﻌﺎ‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ﻳﺪا واﺣﺪة‪ ،‬ﻓﻴﺘﺠﻬﻮن‪ ،‬ا‪Ý‬ﺎﻫﺎ واﺣﺪا‪ ،‬و‪‰‬ﺴﻮﺳﻬﻢ ﺳﻴﺎﺳﺔ واﺣﺪة ¼ﻘﻖ ا‪ •l‬وا‪u‬ﺼﻠﺤﺔ ‪2‬ﻠﺠﻤﻴﻊ‪ .‬وﻗﺪ ﻇﻠﺖ‬
‫ا‪l‬ﻼﻓﺔ أو ا وﻟﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺑﻨﺎء ‪ 3‬ذ‪2‬ﻚ [ﻮﺣﺪة ا‪2‬ﺼﻒ ﻃﻮال اﻟﻘﺮون ا•ﻼﺛﺔ اﻷو‪ å‬ا‪p‬ﺠﺮ‪P‬ﺔ‪ ،‬ﺛﻢ ‪Ý‬ﺰأت‬
‫ً‬
‫دار اﻹﺳﻼم ﺧﻼﻓﺎ ‪2‬ﻠﻤﺒﺪأ ا‪2‬ﺴﺎﺑﻖ‪ ،‬ﻓﻘﺎﻣﺖ دول إﻗﻠﻴﻤﻴﺔ ‪ W‬ﻋﻬﺪ ا وﻟﺔ اﻟﻌﺒﺎﺳﻴﺔ‪ ،‬واﻧﻘﺴﻤﺖ ا‪l‬ﻼﻓﺔ‬
‫اﻟﻌﺒﺎﺳﻴﺔ إ= دو‪P‬ﻼت‪ W :‬اﻟﻌﺮاق ﻧﻔﺴﻬﺎ‪،‬و‪Ÿ‬ﻳﺮان وا‪2‬ﺸﺎم و[< وﺷﻤﺎ¿ إﻓﺮ‪P‬ﻘﻴﺔ‪ ،‬ﺛﻢ ﻓﻴﻤﺎ ﺑﻌﺪ ‪ W‬اﻷﻧﺪ‪2‬ﺲ‪،‬‬
‫ﻓﻈﻬﺮت ‪ W‬أﺳﺒﺎﻧﻴﺎ ا وﻟﺔ اﻷ[ﻮ‪P‬ﺔ ا•ﺎﻧﻴﺔ ) ‪ ،(ñ 5-5¶6‬وﻗﺎﻣﺖ ا‪l‬ﻼﻓﺔ اﻟﻔﺎﻃﻤﻴﺔ )‪W ،(ñ 36- 6‬‬
‫ا‪u‬ﻐﺮب‪ ،‬ﺛﻢ اﻧﺘﻘﻠﺖ إ= [< ‪ W‬ﻋﻬﺪ ا‪u‬ﻌﺰ ﻳﻦ اﷲ ﺳﻨﺔ ) ‪ 53‬ﻫ(‪.‬‬
‫‪ ‬ا_ﻮﺳﻮﻋﺔ اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ا ﻜﻮ˜‪z‬ﻴﺔ ‪) -‬ج ˆ‪ / k‬ص ˆ‪(k‬‬

‫ْ ََْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َْ َْ َ‬ ‫ْْ َ‬ ‫َْ َ ْ َ ْ ُ ُ َ‬ ‫َْ ْ َ َ ْ ْ َ‬ ‫ُ ُ‬
‫ار اﻹﺳﻼمِ إِﻻ ﺑِﺈِذ ٍن ِﻣﻦ اﻹﻣﺎمِ أو ﻧﺎﺋِ ِﺒ ِﻪ ‪ ،‬ﻓﺈِ ِن اﺳﺘﺄذن‬ ‫دﺧﻮل ا‪D‬ﺮ ِ! دار اﻹﺳﻼمِ ‪ - 6 :‬ﻟ ﺲ ‪ِ2‬ﻠﺤﺮ ِ! دﺧﻮل د ِ‬
‫َ َ‬ ‫ﺎ= ‪ ،‬أَ ْو َ ْ‬‫ََ َ‬ ‫َ َ َْ َ َ َ َ‬ ‫ُ ُ َ ْ َ َ ٌ َ َ‬ ‫ُ ُ َ َ ْ َ َ‬
‫ﺎع‬ ‫•ةٍ أ ْو َﻣﺘَ ٍ‬ ‫*ﻞ ِ[‬ ‫اﷲ ‪Ù‬ﻌ‬
‫ﺎع ‪ß‬مِ ِ‬ ‫ﺤﺔ ‪ ،‬ﻛﺈِﺑْﻼ ِغ ِرﺳﺎﻟ ٍﺔ ‪ ،‬أو ﺳﻤ ِ‬ ‫ﻮ‪[ I‬ﺼﻠ‬
‫ِ‪ W‬دﺧﻮ‪ِ2‬ﻬﺎ ﻓﺈِن ‪-‬ن ِ‪ W‬دﺧ ِ ِ‬
‫َ ََ‬
‫‪ِ ì‬ﻣ ْﻦ ﺛﻼﺛ ِﺔ‬ ‫ﺠﺎز أَ ْ– َ َ‬ ‫ﻴﻢ ‪َ ْ W‬‬ ‫َ‬ ‫ْ َ‬
‫ار اﻹﺳﻼمِ إِﻻ ا‪َ َ D‬ﺮم ‪َ ،‬وﻻ ﻳُ ِﻘ ُ ِ ِ‬
‫ْْ َ‬ ‫ََْ ُ َْ َ ُْ ْ ُ َ َ َ ْْ ُ َُ ُ ُ َ‬
‫ا‪ِ D‬‬ ‫»ﺘﺎج إِ ِﻬﻤﺎ ا‪2‬ﻤﺴ ِﻠﻤﻮن ‪ ،‬ﺟﺎز اﻹذن ‪ِ I‬ﺑﺪﺧﻮل د ِ‬
‫َْ ْ َ ُ ُ َْ َ ْ َ َ‬ ‫• َ‬ ‫‪,‬ﻢ اﻹْ َﻗ َ‬
‫ﺎﻣ ِﺔ ‪َ ،‬و ُﻫ َﻮ َﻏ ْ ُ‬ ‫ُ ْ‬ ‫َ َ َ ََ َ ُْ‬ ‫َ‬
‫ﺎﺟ ِﺔ ‪ .‬أﻣﺎ‬ ‫ﺟﺎﺋِﺰ ‪َ .‬و‪ ¤‬ﻏ• ا‪ِD‬ﺠﺎز ﻳ ِﻘﻴﻢ ﻗﺪر ا‪َ D‬‬ ‫أﻳﺎمٍ ‪ ،‬ﻷِن ﻣﺎ زاد ‪ 3‬ﻫ ِﺬهِ ا‪2‬ﻤﺪةِ ِ‪ W‬ﺣ ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ ِ‬
‫َْ ُُْ ُْ َ‬ ‫َ ْ ْ‬ ‫َ ْ َ َ ‪َ Î‬‬ ‫َ‬ ‫ْ َ ُ َ َ َُ ُ ُ ُ‬
‫ﻮر اﻟﻔﻘ َﻬﺎ ِء ) (‬‫ِ‬ ‫ﻬ‬‫‪V‬‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ِ‬ ‫ال‬‫ﻮ‬‫ﺣَ‬ ‫ﺎل ِﻣﻦ اﻷ‬ ‫ا‪َD‬ﺮم ﻓﻼ “ﻮز دﺧﻮل ‪ِ -‬ﻓ ٍﺮ ِ×ﻴ ِﻪ و‪ِŸ‬ن ‪-‬ن ِذﻣﻴﺎ ِ‪ٍ ê‬‬
‫‪ ‬ﻗﺮة اﻟﻌ… ﺑﻔﺘﺎوى إﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ا ﺰ˜ﻦ ص‪kˆˆ - mm :‬‬

‫‪-‬ﻓﺮ دﺧﻞ ﺑﻼدﻧﺎ إﻧﺪوﻧ ﺴﻴﺎ ﺑﻐ• أﻣﺎن [ﺴﻠﻢ واﺳﺘﻮﻃﻦ ﻓﻴﻬﺎ ﻫﻞ ﻫﻮ ﺣﺮ! ﻓﻴﺒﺎح ‪€‬ﺎ‬ ‫ﺳﺆال‪ :‬ﻣﺎ ﻗﻮﻟ‪,‬ﻢ‬
‫أﺧﺬ أ[ﻮا‪ I‬أوﻻ ﻓﻼ؟ وﻣﺎ ﺣ‪,‬ﻢ ا‪u‬ﺴﻠﻢ ا‪u‬ﺴﺎﻋﺪ ‪ I‬ﺑﺄﺟﺮة؟ ا‹ﻮاب‪ :‬اﻋﻠﻢ أن ا‪Æ2‬ﻓﺮ ا‪u‬ﺬﻛﻮر ا§ى دﺧﻞ‬
‫ﺑﻼد ا‪u‬ﺴﻠﻤ‪ 7‬ﺑﻐ• أﻣﺎن واﺳﺘﻮﻃﻦ ﻓﻴﻬﺎ ﻓﻬﻮ ﺣﺮ! ﻣﻬﺪر ا م و“ﻮز اﻹﺳﺘﻼء ‪ 3‬أ[ﻮا‪ I‬ﺑﺄي وﺳﻴﻠﺔ ‪-‬ﻧﺖ‬
‫وﺗﻌﺘ‪ q‬ﻏﻨﻴﻤﺔ وأﻣﺎ اﺳ‪9‬ﺌﺠﺎره ‪2‬ﻠﻤﺴﻠﻢ و[ﺴﺎﻋﺪة ا‪u‬ﺴﻠﻢ ‪ I‬ﺑﺄﺟﺮة ﻓﺬ‪2‬ﻚ ﺟﺎﺋﺰ ﻣﻊ ا‪2‬ﻜﺮاﻫﺔ دﺧﻮل ا‪2‬ﻜﻔﺎر‬
‫ﺑﻼد ا‪u‬ﺴﻠﻤ‪ 7‬ا‪2‬ﺴﺆال اﻷول ﺣﺎﺻﻠﻪ أن ﺑﻼد‪ú‬ﻢ اﺳﺘﻘﻠﺖ وا‪D‬ﻤﺪ ﷲ وﻟ‪,‬ﻦ ﻻ ﻳﺰال ﻓﻴﻬﺎ‬ ‫ا‪u‬ﻮﺟﻮدﻳﻦ‬
‫ا‪2‬ﻜﺜ• ﻣﻦ ا‪2‬ﻜﻔﺎر واﻛ‪ ì‬أﻫﻠﻬﺎ [ﺴﻠﻤﻮن وﻟ‪,‬ﻦ ا‪D‬ﻜﻮﻣﺔ اﻋﺘ‪q‬ت ‪V‬ﻴﻊ أﻫﻠﻬﺎ [ﺴﻠﻤﻬﻢ و&ﻓﺮﻫﻢ ‪3‬‬

‫ا‪2‬ﺴﻮاء وﻗﻠﺘﻢ أن ‪C‬وط ا§ﻣﺔ ا‪u‬ﻌﺘ‪q‬ة اﻛ‪ì‬ﻫﺎ ﻣﻔﻘﻮدة ﻣﻦ ا‪Æ2‬ﻓﺮ‪P‬ﻦ ﻓﻬﻞ ﻳﻌﺘ‪q‬ون ذﻣ‪ 7‬أو ﺣﺮ'ﻴ‪ 7‬وﻫﻞ ‪€‬ﺎ‬
‫أن ﻧﺘﻌﺮض ﻻﻳﺬاﺋﻬﻢ أذى ﻇﺎﻫﺮا إ= آﺧﺮ ا‪2‬ﺴﺆال أﻣﺎ ﺟﻮاب ا‪2‬ﺴﺆال اﻷول ﻓﺎﻋﻠﻢ أن ا‪2‬ﻜﻔﺎر ا‪u‬ﻮﺟﻮدﻳﻦ اﻵن‬
‫ﺑﻼد‪ú‬ﻢ و‪ .‬ﺑﻼد ﻏ•‪ó‬ﻢ ﻣﻦ أﻗﻄﺎر ا‪u‬ﺴﻠﻤ‪¬- 7‬ﺎﻛﺴﺘﺎن وا‪p‬ﻨﺪ وا‪2‬ﺸﺎم واﻟﻌﺮاق و[< وا‪2‬ﺴﻮدان‬
‫وا‪u‬ﻐﺮب وﻏ•ﻫﺎ ﻟ ﺴﻮا ذﻣﻴ‪ 7‬وﻻ ﻣﻌﺎﻫﺪﻳﻦ وﻻ [ﺴﺘﺄﻣﻨ‪ 7‬ﺑﻞ ﻫﻢ ﺣﺮ'ﻴﻮن ﺣﺮاﺑﺔ ‪K‬ﻀﺔ ﻛﻴﻒ وﻫﻢ‬
‫ﺑﻼدﻫﻢ وﻓﻮق أرﺿﻬﻢ ﻳ‪õ‬ﻨﻮن و‪P‬ﻌﻠﻮن و‪P‬ﺮﻓﻌﻮن و‪P‬ﺘﻤﻠﻜﻮن ﻓﻴﺘﻮﺳﻌﻮن و‪P‬ﺘﺎﺟﺎرون‬ ‫ﻳﻌﺘ‪q‬ون أﻧﻔﺴﻬﻢ‬
‫ا‪uq2‬ﺎﻧﺎت ا و ﺔ واﻷﺻﻮات‬ ‫ﻓﻴﺼﺪرون و‪P‬ﻮردون و‪P‬ﺰارﻋﻮن ﻓﻴﺒﺬرون و»ﺼﺪون ﺑﻞ و‪p‬ﻢ اﺷ‪f‬اك‬
‫اﻻﻧﺘﺨﺎﺑﻴﺔ و‪p‬ﻢ ﻟ ﺲ ﺷﺄن ا§ﻣﻴ‪ 7‬وﻻ ا‪u‬ﻌﺎﻫﺪﻳﻦ وﻻ ا‪u‬ﺴﺘﺄﻣﻨ‪ 7‬ﻟ‪,‬ﻦ ا‪ž‬ﺼﺪى ﻹﻳﺬاﺋﻬﻢ أذى ﻇﺎﻫﺮا‬
‫ا‪2‬ﺴﺆال ﻳﻨﻈﺮ ﻓﻴﻪ ا= ﻗﺎﻋﺪة‬ ‫ﻛﻤﺎ ذﻛﺮﺗﻢ‬
‫‪ ‬ﺑﻐﻴﺔ ا_ﺴ ﺷﺪﻳﻦ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪(s‬‬

‫‪K‬ﻞ ﻗﺪر [ﺴﻠﻢ ﺳﺎ‪ú‬ﻦ ﺑﻪ ‪ 3‬اﻻﻣﺘﻨﺎع ﻣﻦ ا‪D‬ﺮ'ﻴ‪ W 7‬زﻣﻦ ﻣﻦ اﻷزﻣﺎن ﻳﺼ• دار‬ ‫)[ﺴﺄﻟﺔ ‪ :‬ي( ‪:‬‬
‫إﺳﻼم ‪Ý ،‬ﺮي ﻋﻠﻴﻪ أﺣ‪Æ‬ﻣﻪ ‪ W‬ذ‪2‬ﻚ ا‪2‬ﺰﻣﺎن وﻣﺎ ﺑﻌﺪه ‪ ،‬و‪Ÿ‬ن اﻧﻘﻄﻊ اﻣﺘﻨﺎع ا‪u‬ﺴﻠﻤ‪ 7‬ﺑﺎﺳ‪9‬ﻴﻼء ا‪2‬ﻜﻔﺎر ﻋﻠﻴﻬﻢ‬
‫ً‬
‫وﻣﻨﻌﻬﻢ ﻣﻦ دﺧﻮ‪ I‬و‪Ÿ‬ﺧﺮاﺟﻬﻢ ﻣﻨﻪ ‪ ،‬وﺣﻴ‪j‬ﺌﺬ ﻓ‪9‬ﺴﻤﻴﺘﻪ دار ﺣﺮب ﺻﻮرة ﻻ ﺣﻜﻤﺎ ‪ ،‬ﻓﻌﻠﻢ أن أرض ﺑﺘﺎوي‬
‫ً‬
‫ﺑﻞ و‪Þ‬ﻟﺐ أرض ﺟﺎوة دار إﺳﻼم ﻻﺳ‪9‬ﻴﻼء ا‪u‬ﺴﻠﻤ‪ 7‬ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺳﺎﺑﻘﺎ ﻗﺒﻞ ا‪2‬ﻜﻔﺎر‪.‬‬
‫‪B. Apa hukum pembakaran kedubes Israel sebagaimana deskripsi‬‬

‫?‪di atas‬‬
‫‪Jawab :‬‬ ‫‪Membakar Kedutaan Israel di Bahrain tidak diperbolehkan,‬‬

‫‪karena tidak menghilangkan status amannya aset yang‬‬
‫‪berada di negara Islam‬‬
‫‪ ‬ا_ﻮﺳﻮﻋﺔ اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ا ﻜﻮ˜‪z‬ﻴﺔ ‪) -‬ج ˆ‪ / k‬ص ˆ‪(k‬‬

‫َُْ‬ ‫ْ ْ‬
‫َﻣﺎل ا‪ُ 2‬ﻤ ْﺴﺘَﺄ َﻣ ِﻦ َوأﻫﻠ ُﻪ ‪:‬‬
‫َ‬
‫ﺎن ‪ ،‬أﻣﺎ َﻣﺎ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ْ َ ََ ْ َ‬ ‫َ َْ َ َ َ َ َ ُ ْ َ‬ ‫ا‪ْ َ D‬ﺮ ‪َ َ َ ْ ْ َ َ Ò‬‬ ‫ْ‬ ‫َ َ َ‬
‫ﺎر ِ‪ W‬أﻣ ٍ‬ ‫ﺎل ‪ ،‬وزوﺟ ٍﺔ ‪ ،‬وأوﻻ ٍد ِﺻﻐ ٍ‬ ‫ﺎن ِﻣﻦ اﻹﻣﺎمِ ‪-‬ن ﻣﺎ ﻣﻌﻪ ِﻣﻦ ﻣ ٍ‬ ‫! دار اﻹﺳﻼمِ ﺑِﺄﻣ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫إِذا دﺧﻞ‬
‫ْ‬ ‫ﺧﻞ ‪ W‬اﻷْ َﻣﺎن ‪ ،‬إﻻ ﺑ ْ‬ ‫َْ ْ َ َ َ ْ ُ‬
‫ار‬ ‫ﺤ َﻖ ﺑ َ‬
‫ﺪ‬ ‫ﺎ‪ِ Í2‬ط ‪ْ Ïَ W‬ﻘ ِﺪ اﻷ َﻣﺎن ‪َ .‬و‪ْ Ÿ‬ن َ َﻘ َﺾ اﻟْ َﻌ ْﻬ َﺪ َو ْ َ‬
‫ا‪َ ž‬‬ ‫ار ا‪D‬ﺮ ِب ﻓﻼ ﻳﺪ‬
‫َ َُ َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺧﻠﻔﻪ ِ‪ W‬د ِ‬

‫ﺤﺼﻴﻞ َﻣﺎ ﺗَ َﺮ َ‪ُ ó‬ﻪ ﻣ ْﻦ َدﻳْﻦ َو َود َ‬‫ْ‬ ‫ْْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْْ َ ََُ َ ْ َ ْ ُ‬ ‫َْ ْ َ َ ْ َ ُ َ َ َ َ ُ َ‬
‫ﻳﻌ ٍﺔ‬ ‫ٍ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ار اﻹﺳﻼمِ ِ َ‪ِ ž‬‬ ‫ار اﻹﺳﻼمِ ‪ ،‬و‪ I‬أن ﻳﺪﺧﻞ ِ‪ W‬د ِ‬ ‫‪ 7‬اﻷﻣﺎن ‪ِ2‬ﻤﺎ ﺗﺮ‪ó‬ﻪ ِ‪ W‬د ِ‬‫ا‪D‬ﺮ ِب ﺑ ِ‬
‫َ‬
‫َ َ َ َ َْ ْ َ ْ َ‬ ‫ْْ َ َََ َ ْ َ َ‬ ‫َْ ََ َُُ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َْ َ َ َ ْ َ َ‬
‫‪َ f‬ط‬‫ار اﻹﺳﻼمِ ‪ِ2‬ﻮرﺛ ِﺘ ِﻪ ‪.‬و‪ِŸ‬ن دﺧﻞ ِ ِ‪ž‬ﺠﺎرةٍ ﺟﺎز ‪ِ2‬ﻺﻣﺎمِ أن ˜ﺸ ِ‬ ‫‪óf‬ﺘﻪ ِ‪ W‬د ِ‬‫ار ا‪D‬ﺮ ِب ﻓ ِ‬‫و‪ِ ø‬ﻮ ذ‪ِ2‬ﻚ ‪ ،‬و‪ِŸ‬ن ﻣﺎت ِ‪ W‬د ِ‬
‫َ َ ََُ َ ْ َْ َ َ َُ ْ َ ْ َ‬ ‫َ َْ ُ ْ َ َ َ َُ ْ َ‬
‫• ْ ءٍ‪.‬‬ ‫ﻋﻠﻴ ِﻪ ﻋ‪ Í‬ﻣﺎ ﻣﻌﻪ ِﻣﻦ ﻣﺎل ا‪ž‬ﺠﺎرةِ ‪ ،‬و‪ I‬أن ﻳﺄذن ‪2‬ﻬﻢ ِﺑﻐ ِ‬
‫‪ ‬ﺑﻐﻴﺔ ا_ﺴ ﺷﺪﻳﻦ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( k‬‬

‫)[ﺴﺄﻟﺔ( ‪ :‬ﺣ‪,‬ﻢ ﻣﺎل ا‪u‬ﺴﻠﻢ وا§‪ ù‬وا‪u‬ﺴﺘﺄﻣﻦ ‪ ،‬ﺳﻮاء ‪ W‬ﺣﺮﻣﺔ اﻻﺳ‪9‬ﻴﻼء ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻐ• ﺣﻖ ‪á‬ﻼف ﺣﺮ!‬
‫‪2‬ﻢ ﻳﺪﺧﻞ ﺑﺄﻣﺎن [ﺴﻠﻢ ‪ ،‬ﻓﺤﺎ‪ I‬وﻣﺎ‪ I‬ﻣﺒﺎح ‪u‬ﻦ ﻇﻔﺮ ﺑﻪ ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ‪2‬ﻮ دﺧﻞ [ﺴﻠﻢ ﺑﻼدﻫﻢ ﺑﻐ• أﻣﺎن ﻣﻨﻬﻢ ﻓﻠﻬﻢ‬
‫اﻏﺘﻴﺎ‪.I‬‬
‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ• وأد”ﻪ ‪) -‬ج ‪ / l‬ص ‪(km‬‬

‫اﻟﻔﺮق ﺑ‪ 7‬ا‪p‬ﺪﻧﺔ واﻷﻣﺎن اﻟﻌﺎم‪ :‬ﻫﻨﺎك ﻓﺮق ﺑ‪ 7‬ا‪p‬ﺪﻧﺔ واﻷﻣﺎن اﻟﻌﺎم ﻣﻊ ‪V‬ﺎﻋﺔ ﻣﻦ ا‪D‬ﺮ'ﻴ‪ 7‬ﻣﻦ ﻧﻮاح‬
‫أر'ﻊ‪:‬‬
‫اﻷو‪ å‬ـ أن ا‪p‬ﺪﻧﺔ ﻣﻌﺎﻫﺪة ﺑ‪ 7‬دو‪ 3 7ž‬إﻧﻬﺎء اﻟﻘﺘﺎل وﺗﻮﻓ• ا‪2‬ﺴﻼم ‪V W‬ﻴﻊ أ‪ø‬ﺎء ا وﻟﺔ‪ .‬أﻣﺎ اﻷﻣﺎن‬
‫اﻟﻌﺎم ﻓﻬﻮ اﺗﻔﺎق ا وﻟﺔ ﻣﻊ ‪V‬ﺎﻋﺔ ﻏ• ‪K‬ﺼﻮرة ‪ 3‬ا‪u‬ﺴﺎ‪u‬ﺔ وﻣﻨﺢ اﻷﻣﺎن ‪ W‬ﺑ÷ أو إﻗﻠﻴﻢ ﻣﻌ‪.7‬‬
‫ا•ﺎﻧﻴﺔ ـ أن ا‪p‬ﺪﻧﺔ ﻃﺮ‪P‬ﻖ ﻹﻧﻬﺎء ا‪D‬ﺮب ﺑ‪ 7‬ا‪u‬ﺴﻠﻤ‪ 7‬وﻏ•ﻫﻢ‪ ،‬وأﻣﺎ اﻷﻣﺎن اﻟﻌﺎم ﻓﻬﻮ ‪ž‬ﺄﻣ‪V 7‬ﺎﻋﺔ و‪2‬ﻮ ‪W‬‬
‫أﺛﻨﺎء ا‪D‬ﺮب‪.‬‬
‫ا•ﺎ•ﺔ ـ أن اﻹﺟﺎﺑﺔ ﻟﻄﻠﺐ اﻷﻣﺎن واﺟﺒﺔ‪ ،‬ﻟﻘﻮ‪ I‬ﺗﻌﺎ=‪} :‬و‪Ÿ‬ن أﺣﺪ ﻣﻦ ا‪ 7óÍu‬اﺳﺘﺠﺎرك ﻓﺄﺟﺮه ﺣ‪˜ ò‬ﺴﻤﻊ‬
‫‪ß‬م اﷲ { ]ا‪ž‬ﻮ'ﺔ‪ .[ /3:‬أﻣﺎ اﻹﺟﺎﺑﺔ ﻟﻄﻠﺐ ا‪p‬ﺪﻧﺔ ﻓﻤﺒﺎﺣﺔ ﺟﺎﺋﺰة ﻏ• واﺟﺒﺔ ‪Í‬ط [ﺮا„ة ا‪u‬ﺼﻠﺤﺔ‬
‫اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ‪.‬‬
‫ا‪2‬ﺮاﺑﻌﺔ ـ إذا ﺑﻄﻞ أﻣﺎن رﺟﺎل ‪2‬ﻢ ﻳﺒﻄﻞ أﻣﺎن ‪°‬ﺴﺎﺋﻬﻢ وا‪2‬ﺼﺒﻴﺎن‪ ،‬و‪Ÿ‬ذا اﻧﺘﻘﻀﺖ ا‪p‬ﺪﻧﺔ اﻧﺘﻘﺾ أﻣﺎن ‪V‬ﻴﻊ‬
‫ا‪u‬ﻬﺎدﻧ‪.7‬‬

2. KAMPANYE DI DUNIA PENDIDIKAN | PP. FADLLUL
WAHID
Deskripsi Masalah:
Kampanye di tempat pendidikan ialah perbincangan lama yang
selalu mewarnai pemilu. Pada Pemilu 1999, UU 3/1999 tidak mengatur
larangan kampanye di tempat pendidikan. Pasal 47 ayat (1) huruf 6 UU
3/1999 hanya melarang penggunaan fasilitas pemerintah dan sarana
ibadah.
Larangan kampanye di tempat pendidikan pertama kali
diadopsi dalam UU 12/2003 untuk Pemilu 2004. Dalam UU tersebut,
diatur larangan menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan
tempat pendidikan. Akan tetapi, dalam penjelasannya disebutkan
bahwa untuk tempat pendidikan dikecualikan apabila atas
prakarsa/mendapat izin dari pimpinan lembaga pendidikan
dengan memberikan kesempatan yang sama kepada peserta pemilu
serta tidak mengganggu proses belajar mengajar.
Selanjutnya, pada Pemilu 2009, melalui UU 10/2008,
penggunaan tempat pendidikan untuk kampanye menjadi sepenuhnya
dilarang. Dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan 'tempat
pendidikan' pada larangan itu ialah gedung dan halaman
sekolah/perguruan tinggi. Ketentuan itu kemudian kembali berubah
saat Pemilu 2014 melalui pengaturan Pasal 86 ayat (1) huruf h UU
8/2012 yang melarang pelaksana, peserta, dan petugas kampanye
pemilu menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan.
Penjelasan Pasal 86 ayat (1) huruf h UU 8/2012 mengatur
bahwa fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan dapat digunakan jika peserta pemilu hadir tanpa atribut
kampanye pemilu atas undangan dari pihak penanggung jawab fasilitas
pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan. Sementara itu, yang
dimaksud dengan 'tempat pendidikan' pada ketentuan itu ialah gedung
dan halaman sekolah/perguruan tinggi.
Selain itu, sambung Bagja, soal pembatasan tempat satuan
pendidikan yang bisa dilakukan kampanye terbatas. Pasalnya, untuk

satuan pendidikan mulai dari Paud, TK sampai SMP tidak boleh
dijadikan tempat kampanye, karena siswanya belum memiliki hak pilih.
"Di SMA, tidak semua sudah siswanya mempunyai hak pilih
terutama siswa kelas 1. Jika, kampanye dilakukan di SMA dan
melibatkan warga negara Indonesia yang belum mempunyai hak pilih,
maka ada pidananya. Sebab itu, hal itulah yang harus diatur secara detail
oleh teman-teman KPU ke depan," kata Bagja dalam Webinar dengan
tema Pelaksanaan kampanye Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
secara daring, Kamis (31/8/2023).
Adapun keputusan MK tersebut tertuang dalam Putusan MK
Nomor 65/PUU-XXI/2023 yang dibacakan pada Selasa, 15 Agustus
2023. Keputusan anyar ini mengubah ketentuan kampanye di tempat
ibadah dilarang secara mutlak tanpa terkecuali. Sementara kampanye di
tempat fasilitas pemerintah dan pendidikan dibolehkan. Syaratnya,
mendapatkan izin pihak terkait dan tidak menggunakan atribut
kampanye.
Tempat pendidikan dapat diposisikan sebagai ruang publik bagi
setiap warga negara mengembangkan dialektika keilmuannya secara
cerdas dan jernih. Untuk itu, di ruang pendidikan seharusnya disajikan
ragam wacana dan isu secara faktual dan aktual bagi penghuninya,
termasuk didalamnya wacana politik praktis.
“Kampanye di tempat pendidikan harus dilihat sebagai usaha
untuk memberikan informasi yang memadai tentang profil partai dan
aktor politik yang akan mereka pilih dalam Pemilu kelak,” lanjut kepala
LKBH Umsida ini.
Putusan MK ini menuai pro-kontra. Sebagian pihak yang kontra
berpandangan kampanye di tempat pendidikan tidak boleh dilakukan.
Sebab, institusi pendidikan harus steril dari berbagai bentuk politik
praktis. Ada kekhawatiran jika guru atau dosen, siswa atau mahasiswa,
dan warga sekolah lainnya rentan dimobilisasi menjadi tim atau
relawan kampanye politik. Selain itu, dikhawatirkan kampanye itu
dapat mengganggu kegiatan belajar-mengajar. Begitupun potensi
rusaknya atau hilangnya sarana-prasarana pendidikan pasca kampanye
di tempat pendidikan.
Pertanyaan:

A. Bagaimana tanggapan fikih mengenai keputusan MK di atas
dengan mempertimbangkan positif dan negatifnya?
Jawaban :
(Tidak Terbahas)
3. VIRALNYA TEORI BUMI DATAR | LBI
Deskripsi Masalah
Jakarta, CNN Indonesia -- Polemik tentang teori Bumi datar
kembali muncul di media sosial. Kali ini, sejumlah pengguna TikTok
dibuat berdebat dengan teori tersebut.
Salah satu akun yang aktif menggaungkan soal Bumi datar adalah
@honeyquu. Akun itu tampak mengunggah puluhan konten yang isinya
tentang berbagai penjelasan bahwa Bumi tidak bulat, melainkan datar.
Akun @honeyquu tercatat diikuti oleh 13.500 lebih pengguna
TikTok. Seluruh konten yang terkait dengan teori bahwa Bumi
berbentuk datar telah disukai lebih dari 186 ribu. Akun itu pun terlihat
mengikuti 302 pengguna TikTok yang lain.
Salah satu konten yang cukup menyita perhatian adalah tentang
video berisi percobaan sederhana mengapa objek di kejauhan tidak
terlihat jika Bumi datar. Tampak pada video itu, seseorang
menggunakan kaca pembesar mendorong sebuah objek di sebuah meja
yang datar menjauh dari pandangan kaca pembesar hingga tidak
terlihat. Tampak video itu telah disukai lebih dari 10 ribu pengguna dan
dikomentari hingga lebih dari 4.500 kali.
Datar vs Bulat
Perdebatan mengenai Bumi datar dan Bumi bulat yang masih
ramai diperbincangkan, merupakan perdebatan yang sudah sangat lama
sekali terjadi di kalangan para ilmuwan.
Sebelum teori Bumi Bulat yang dipopulerkan oleh Galileo pada
1600-an, masyarakat Eropa meyakini jika Bumi itu datar. Masyarakat
Eropa pada masa itu juga mempercayai jika Bumi merupakan pusat tata

surya, di mana matahari mengelilingi Bumi dan bukan bumi yang
mengelilingi matahari.
Phytagoras seorang matematikawan dan orang pertama yang
mengisyaratkan bahwa Bumi dan bintang berbentuk bulat. Ia berasumsi
bahwa Bumi ini diam di pusat alam. Untuk memperkuat teori Bumi
bulat, kemudian dijelaskan bukti-bukti empiris seperti bagaimana
terjadinya siang dan malam, bagaimana tiang kapal tampak lebih dulu
daripada badan kapal, dan lain-lain.9
Isyarat Pythagoras yang dipercaya sebagai sosok pertama kali
yang mencetuskan pemikiran bahwa Bumi bulat itu terjadi sekitar 500
tahun sebelum Masehi (SM), filsuf Yunani Pythagoras dipercaya sebagai
sosok yang pertama kali mencetuskan pemikiran bahwa Bumi bulat.
Berikutnya pada 430 SM, seorang filsuf lain bernama Anaxagoras
berusaha mengetahui bentuk Bumi dengan memperhatikan gerhana
Matahari dan dan gerhana Bulan. Ia mengamati bentuk bayangan Bumi
di Bulan selama gerhana Bulan, yang kemudian menjadi dasar kuat soal
bentuk Bumi. Selanjutnya pada 350 SM, Aristoteles menyatakan bentuk
Bumi bulat berdasarkan pengamatannya pada konstelasi langit saat
manusia bergerak semakin jauh dari ekuator.10
Selain para ilmuwan dan para filsuf, banyak dari kalangan ulama’
pun juga beranggapan demikian. Bahkan dalam Fashl Fil Milal: II/78
nya, Ibnu Hazm menegaskan:
‫ﺮ اﻷرض‬P‫ﻮ‬,‫ﻢ ﻳﻨﻜﺮوا ﺗ‬2 ‫ اﷲ ﻋﻨﻬﻢ‬s‫ ﻻﺳﻢ اﻹﻣﺎﻣﺔ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ر‬7‫ﺴﺘﺤﻘ‬u‫ ا‬7‫ﺴﻠﻤ‬u‫أن أﺣﺪا ﻣﻦ أﺋﻤﺔ ا‬
‫ﺮﻫﺎ‬P‫ﺴﻨﺔ ﻗﺪ ﺟﺎءت ﺑﺘﻜﻮ‬2‫ ﻣﻦ اﻟﻘﺮآن وا‬7‫اﻫ‬q2‫ﻤﺔ ﺑﻞ ا‬É ‫ دﻓﻌﻪ‬W ‫وﻻ »ﻔﻆ ﻷﺣﺪ ﻣﻨﻬﻢ‬
Klaim Ibnu Hazm tersebut, ternyata memancing komentar
Abdurrahman al-Mubarakfuri yang tertuang dalam kitabnya Tuhfah al-
Ahwazi bi Syarhi Jami’ at-Tirmidhi: I/424,
9 Stephen Toulmin & June GoogIield, The Fabric of The Heavens The Development of
Astronomy and Dynamics, (Chicago: The University of Chicago Press, 1999), h. 123
10 https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/07/28/100500082/ siapa-
Iilsuf-yang-pertama-kali-menyatakan-bumi-
bulat?page=all#:~:text=Berikutnya%20pada%
20430%20SM%2C%20seorang,Matahari%20dan%20dan%20gerhana%20Bulan.&tex
t=Ia%20mengamati%20bentuk%20bayangan%20Bumi,dasar%20kuat%20soal%20be
ntuk%20Bumi.

‫ﻗﻠﺖ إن أراد‬.....‫ا= ان ﻗﺎل‬...‫ﺔ اﺗﻔﺎﻗﺎ‬P‫ﺸﺬي ﻣﺎ ﻟﻔﻈﻪ أﻋﻠﻢ أن اﻷرض ﻛﺮو‬2‫ﺒﻴﻪ آﺧﺮ ﻗﺎل ﺻﺎﺣﺐ اﻟﻌﺮف ا‬j‫ﺗ‬
‫ﺔ اﻷرض وﻗﺎﺋﻠﻮن‬P‫ ﻛﺮو‬3 ‫ﻠﻒ ﻣﺘﻔﻘﻮن‬l‫ﺴﻠﻒ وا‬2‫ﻴﻊ أﺋﻤﺔ ا ﻳﻦ ﻣﻦ ا‬V ‫ﺔ اﺗﻔﺎﻗﺎ أن‬P‫ أن اﻷرض ﻛﺮو‬I‫ﺑﻘﻮ‬
‫ﺎ ﻻ ﻳﻠﺘﻔﺖ إ ﻪ ﺛﻢ ﻣﺎ ﻓﺮع‬È ‫ﻴﺌﺔ ﻓﻬﺬا‬p‫ن أراد ﺑﻪ اﺗﻔﺎق أﻫﻞ اﻟﻔﻠﺴﻔﺔ وأﻫﻞ ا‬Ÿ‫ﺔ و‬P‫ﺑﻬﺎ ﻓﻬﺬا ﺑﺎﻃﻞ ﺑﻼ [ﺮ‬
‫ﺔ اﻷرض ﻓﻔﻴﻪ أﻧﻈﺎر وﺧﺪﺷﺎت ﻓﺘﻔﻜﺮ‬P‫ ﻛﺮو‬3
Sementara, dari sisi yang berseberangan. Kepercayaan Bumi
datar merupakan ciri khas kosmologi kuno sampai sekitar abad
keempat SM, ketika para filsuf Yunani kuno mulai berpendapat bahwa
Bumi berbentuk bulat. Peradaban-peradaban kuno dunia percaya Bumi
itu datar dan merupakan pusat yang tidak bergerak dari alam semesta
di sekitarnya, sementara alam semesta itu sendiri berputar memenuhi
siklus harian dalam lingkaran sempurna.11 Bangsa Babilonia percaya
bahwa Bumi itu berongga. Orang-orang Mesir di masa lalu menganggap
bentuk Bumi itu persegi dengan setiap sudutnya dikelilingi gunung-
gunung yang menopang kubah langit. Sementara pada periode awal
Mesopotamia meyakini bahwa Bumi digambarkan seperti piringan
datar yang mengambang di laut.12
Hipotesis modern yang mendukung teori Bumi datar dicetuskan
oleh seorang penemu asal inggris, Samuel Rowbotham (1816–1884).
Berdasarkan penafsirannya mengenai ayat-ayat tertentu di Alkitab,
Rowbotham mempublikasikan sebuah pamflet 16 halaman, yang
kemudian ia kembangkan menjadi sebuah buku setebal 430 halaman
berjudul Earth Not a Globe, yang menguraikan pandangannya.
Berdasarkan sistem Rowbotham, yang dia sebut "Astronomi Zetetis",
bumi adalah sebuah cakram datar yang berpusat di Kutub utara dan
dikelilingi oleh dinding es Antartika, sementara matahari dan bulan
berjarak sekitar 4800 km (3000 mil) dan kosmos berjarak 5000 km
(3100 mil) di atas bumi.13
Tidak hanya para penganut bumi bulat yang dibackingi oleh para
ulama, para penganut bumi datar pun memiliki hal yang sama. Ayat
11Eric Dubay, The Flat Earth Conspirasi, (Cet. 1; Depok: Pt Bumi Media, 2016) h. 21
12J. Adrian, dkk, Benarkah Bumi Itu Datar: 100 Klaim Bukti Ilmiah Menurut Flat
Earth Society Dan Bantahannya, h. 4
13 https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Bumi_Datar

Alquran pun sering digunakan oleh para penganut bumi datar sebagai
dalil ideologinya, salah satunya tertuang dalam surat Al-Hijr ayat 19:
“Dan Kami telah menghamparkan Bumi dan menjadikan padanya
gunung-gunung, dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu, menurut
ukuran.”
Melalui ayat tersebut, mereka percaya bahwa bukti Bumi itu datar
sebagaimana dalam Alquran terdapat pada kata “menghamparkan”.
Menurut KBBI, kata hampar sendiri memiliki arti tampak papar dan rata
atau membentang. Bahkan, Al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi: X/13
nya, kala menafsirkan ayat tersebut, beliau menyatakan:
‫ﻜﺮة‬2- ‫ ﻣﻦ زﻋﻢ أﻧﻬﺎ‬3 ‫وﻫﻮ ﻳﺮد‬
Respon Penyebaran Teori Bumi Datar
Kembali membincangkan polemik tentang teori Bumi datar
kembali muncul di media sosial. Banyak dari netizen memberi respon
yang berbeda-beda terkait akun yang mengunggah teori bumi datar
tersebut. Sebagian dari para warganet, mereka ada yang percaya dan
sebagian lain ada yang menolak.
Termasuk salah satu akun yang mendukung terhadap unggahan
teori bumi datar adalah @zerii777 saat mengomentari unggahan akun
@honeyquu. Dia mengaku mendukung bahwa Bumi datar. Selama ini,
dia menilai pembuktian itu belum didukung oleh media dan fasilitas
yang memadai.
Sementara salah seorang pengamat media sosial Enda Nasution,
saat dihubungi, Jumat (28/7/2017). Dia menyebut keberadaan teori
konspirasi menjadi pemantik warga untuk mempertanyakan suatu
peristiwa atau kasus. Sama halnya dengan keberadaan teori Bumi Datar
ini. Enda tak sepakat jika sikap itu digunakan untuk membantah ilmu
pengetahuan alam yang jelas-jelas sudah ada eksperimennya.
Enda mengatakan salah satu yang menjadi penyebab munculnya
teori ini adalah kemudahan mendapat informasi dari internet tanpa
adanya filter. Sehingga ketika mendapat informasi yang tidak presisi
kemudian terus mengaitkan-ngaitkan dengan sumber lain.

Pertanyaan:
a. Bagaimana pandangan fikih mengenai hukum menyebarkan
teori bumi datar?
Jawaban :
(Tidak Terbahas)
b. Bolehkah menyitir ayat al-Qur’an atau pendapat ulama’ untuk
membantah ilmu pengetahuan alam yang ada eksperimennya?
Jawaban :
(Tidak Terbahas)

Daftar Mushohih, Perumus, Notulen & Moderator
Mushohhih
No Nama
1 KH. MUCHAMMAD ABDUL WAHID ZUHDI
2 KH. HABIBUL HUDA BIN NAJID
3 K. ZUBAIR ABDUL WAHID ZUHDI
4 KH. FADLOLAN MUSYAFA MU’THI
5 KH. SHOFIYULLAH MUKHLAS
6 KH. A’WANI SYA’RONI
7 KH. MUHAMMAD NASHIR
Perumus
No Nama
1 K. ISMA’IL ABDUL WAHID ZUHDI
2 K. NUR HIDAYAT MUHAMMAD
3 K. ULIL AZMI
4 K. ABDUL KHAFIDH
5 K. SOKHI ASYHADI
6 KH. BUSYRO MUSTHOFA
7 K. AGUS BUDI MULYONO

Notulen
No Nama
1 BPK. KHOIRUL ALBAB
2 BPK. MUHAYADI
3 BPK. ADIB KHOIRONI
4 BPK. ABDUSSALAM
5 BPK. SYARIF HIDAYATULLAH
6 BPK. KHOIRUL ALBAB
7 BPK. MUHAYADI
Moderator
1 Ust. A. ROZIKAN
2 Ust. MINANURROHMAN
3 Ust. HADI NASIRI ZAINAL MUTTAQIN

Daftar Peserta
No Nama Alamat
PP. SYAIKHONA Jl. Kh. Moh cholil 1/6 p.o. Box
1.
KHOLIL Bangkalan 69115 Madura
PP. ROUDLATUL Po. Box. 09 Besuk Kejayan Pasuruan
2.
ULUM 67172 Jatim
Po. Box. 22 Sidogiri Kraton Pasuruan
3. PP. SIDOGIRI
Jatim 67101
Jl. Raya Widang - Tuban No.150,
4. PP. LANGITAN Mandungan, Widang, Kec. Widang
Kabupaten Tuban Jawa Timur
Karangmangu Sarang Rembang
5. PP. AL ANWAR
59274 Jateng
6. PP. MIS
59274 Jateng
7. PP. MUS
59274 Jateng
Krasak Temu Roso Guntur Demak
8. PP. AL HIDAYAT
59565 Jateng
Jl. P. Diponegoro No. 17 Jogoloyo
9. PP. MIFTAHUL ULUM
Wonosalam Demak 59571 Jateng
10. PP. AL WAHID Bener Weding Bonang Demak 59552
Jl. Mandalika No. 68 RT 02/11 Permas

11. PP. AL HIDAYAH
Brati Grobogan Jateng
PP. AL Jl. Kh. Nor Badri Syahid, Nanggungan
12.
MAYMUNIYYAH Kidul, Langgardalem, Langgardalem

59315, Kota Kudus Kudus, Jawa
Tengah
Jl. Sewonegoro No 25-29 kauman
13. PP. DARUL FALAH
Jekulo Bareng Kudus 59382 Jateng
PP. DARUL Po. Bok. 158 Krincing Secang
14.
MUKHLASIN Payaman Magelang 56195 Jateng
PP. DARUT TAUHID JL. Letnan Sucipto No. 11 Sendang
15.
AL HASANIYYAH Senori Tuban 62365 jawa timur
Bandungsari Ngaringan Grobogan
16. PP. AL MA'RUF
58193 Jateng
Komplek Perguruan Islam Mathali'ul
PERGURUAN ISLAM
17. Falah, Kajen, Margoyoso, Kab. Pati
MATHALIUL FALAH
59154
Kauman Klambu Grobogan 58154
18. PP. AL MAIMUN
Jateng
Bandungsari Ngaringan Grobogan
19. PP. AL MUTTAQIN
58193 Jateng
20. PP. MANBA’UL ULUM Tanggungharjo Grobogan Grobogan
Ketileng Putatsari Grobogan 68512

21. PP. DARUL MU’IN
Jateng
Jl. Ngrobyong RT 04 RW I, Dukuh
PP. FADHLUL
22. Wonorejo, Pesantren, Mijen, Kota
FADHLAN
Semarang, Jawa Tengah , 50212
Ngangkruk, Bandungsari,
23. PP. FADLLUL WAHID
Ngaringan Grobogan
MA’ARIF PP. FADLLUL Ngangkruk, Bandungsari,
24.
WAHID Ngaringan Grobogan

LBI PP. FADLLUL Ngangkruk, Bandungsari,
25.
WAHID Ngaringan Grobogan
MA’HAD ‘ALY Ngangkruk, Bandungsari,
26.
FAIDHU DZIL JALAL Ngaringan Grobogan
27. Alumni

Catatan:________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________

HASIL KEPUTUSAN BMK XV PP Fadllul Wahid

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

HASIL KEPUTUSAN BMK XV PP Fadllul Wahid

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

HASIL KEPTUSAN

Dalam Rangka Haul

Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 1

Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 3

‫ﻢ ور*ﺔ اﷲ و'ﺮ&ﺗﻪ‬,‫ﺴﻼم ﻋﻠﻴ‬2‫ا‬

Al-hamdulillah Robbil 'Alamin, puji syukur kami haturkan ke

4 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid

‫ﻢ ور*ﺔ اﷲ و'ﺮ&ﺗﻪ‬,‫ﺴﻼم ﻋﻠﻴ‬2‫وا‬

Ngangkruk, 28 Jumada Al Ula 1445 H

Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 5

6 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid

Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 7

8 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid

‫‪ ،‬ﺑ ﻗﻴﻢ ا ﺸﺎ ﻠﺔ آ ﺎ(‬ ‫‪ ‬ﺣﻴﺎة ا ﻴﻮان ا ﻜ ى ) ‪/‬‬

‫(‬ ‫‪ ‬ا_ﺠﻤﻮع ‪a‬ح ا_ﻬﺬب ‪) -‬ج ‪ /‬ص‬

‫‪Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 9‬‬

‫‪ ‬ا ﺎوى ا ﻜﺒ‪ o‬ـ ا_ﺎوردى ) ‪(pk /‬‬

‫‪10 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid‬‬

‫‪r ‬ﻔﺔ ا_ﺤﺘﺎج ‪a B‬ح ا_ﻨﻬﺎج)‪(41/ 255‬‬

‫‪ ‬ﻧﻬﺎﻳﺔ ا_ﺤﺘﺎج ‪) -‬ج ‪ / k‬ص ‪(kps‬‬

‫‪Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 11‬‬

‫‪ ‬ﺣﺎﺷﻴﺔ ا?ﺠ‪ i •o‬ا_ﻨﻬﺎج ) ‪( /‬‬

‫‪r ‬ﻔﺔ ا_ﺤﺘﺎج ‪a B‬ح ا_ﻨﻬﺎج ‪) -‬ج ‪ / k‬ص ‪( s‬‬

‫‪12 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid‬‬

‫‪ ‬ﺑﻐﻴﺔ ا_ﺴ ﺷﺪﻳﻦ )ص‪( p :‬‬

‫‪Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 13‬‬

‫‪Jika harus memilih salah satu, lantas bagaimana hukum‬‬

‫‪14 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid‬‬

‫‪ ‬أﺻﻮل اﻟﻔﻘﻪ ا‪L‬ي ﻻ ‪P‬ﺴﻊ اﻟﻔﻘﻴﻪ ﺟﻬﻠﻪ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( kk‬‬

‫‪ ‬ﺑﻐﻴﺔ ا_ﺴ ﺷﺪﻳﻦ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪(k‬‬

‫(‬ ‫‪ ‬ا ﺎوي ﻠﻔﺘﺎوي ـ ﻠﺴﻴﻮ„ )‪/k‬‬

‫‪Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 15‬‬

‫‪r ‬ﻔﺔ ا_ﺤﺘﺎج ‪a B‬ح ا_ﻨﻬﺎج ‪) -‬ج ‪ / k‬ص ‪( s‬‬

‫‪ ‬ﺑﻐﻴﺔ ا_ﺴ ﺷﺪﻳﻦ )ص‪( p :‬‬

‫‪16 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid‬‬

‫‪ ‬ﺣﺎﺷﻴﺔ إ‡ﻧﺔ اﻟﻄﺎ?… ) ‪( ˆl /‬‬

‫‪ ‬ا_ﻨﺘ‪a Š‬ح ا_ﻮﻃﺎ )‪( ˆ /۳‬‬

‫‪Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 17‬‬

‫‪B. Apakah status dari dua keputusan tersebut dalam pandangan‬‬

‫‪18 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid‬‬

2 Hukum Responsif. Implikasi Ambang Batas Parliamentary Threshold Terhadap

Kursi Parlemen Vol. 11, No. 1, Februari 2020

Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 19

4 https://nasional.kompas.com/read/2018/07/24/11434361/feno mena -caleg-

20 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid

Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 21

22 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid

B. Bagaimana hukum kita memilih calon sebagaimana deskripsi?

3. ROYALTI 3 LAGU | KIFAYATUL AKHYAR

Liputan6.com, Jakarta Pengadilan Agama Jakarta Barat

Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 23

A. Apakah keputusan pengadilan dapat dibenarkan?

24 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid

Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 25

26 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid

Masa Berlaku Izin

Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 27

( l /p) ‫ اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ• وأد”ﻪ‬

28 | Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid

‫‪a ‬ح اﻟﻘﻮاﻋﺪ اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ــ ﻠﺰرﻗﺎ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( l‬‬

‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ• وأد”ﻪ ‪) -‬ج ‪ / p‬ص ˆ‪( l‬‬

‫‪Bahtsul Masil Kubro Ke-15 | PP. Fadllul Wahid | 29‬‬

‫‪ ‬ﻗﻮاﻋﺪ اﻷﺣ¯م ‪ B‬ﺼﺎﻟﺢ اﻷﻧﺎم )‪( /k‬‬

‫‪B. Apakah pemberlakuan izin dalam jangka tujuh tahun bagi‬‬