Peran Perawat 2
Peran Perawat 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Perawat adalah salah satu tenaga profesional dibidang kesehatan, yang telah
lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
tujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat
maupun yang sakit yang mencakup seluruh siklus hidup manusia (Lokakarya
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem masyarakat. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil
Peran Perawat adalah Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi
Tentang Keperawatan) :
4. Peneliti Keperawatan
2.2.1 Pengertian
perkembangannya.
3
pada masyarakat.
6. Melakukan rujukan
kompetensi
resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
Spiritual
unit kajian yaitu hanya aspek spiritual pasien. Sebagai sebuah proses
4
1. Pengkajian
data objektif dan data subyektif kondisi spiritual pasien. Yang termasuk Data
Obyektif (DO) misalnya: (1) afek dan sikap seperti kondisi depressi, marah,
cemas, acuh, kesepian, kosong dan lain-lain, (2) perilaku (kegamaan) seperti
Tuhan, takut mati, dan berbagai perilaku ekspressi kecemasan yang terkait
pembicaraan yang keluar dari mulut pasien menyangkut aspek agama dan
ibadah, amal baik, amal buruk dan lain-lain, (4) hubungan interpersonal,
pengunjung, pemuka agama, dan berbagai hal yang terkait dengan bentuk
apakah pasien memiliki atau membawa peralatan ibadah, kitab suci, buku-buku
do'a, buku buku yang terkait dengan keagamaan atau spiritual. Data Subyektif
( DS ) adalah data-data yang bersifat abstrak seperti (1) konsep tentang tuhan,
(2) sumber harapan dan kekuatan pasien, (3) praktik agama dan ritual
5
pandangan pasien mengenai makna sakit dan penyakit, (6) sikap dan keyakinan
2. Diagnosis
Yaitu tahap lanjutan jika dari tahap pengkajian terdapat masalah spiritual
dua sisi: pertama intervensi terhadap fisik pasien hal ini dapat dilakukan dengan
atau kejiwaan pasien, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan
spiritual pasien yang memerlukan diintervensi yaitu: (1) Distress Spiritual, (2)
kesejahteraan spiritual.
3. Perencanaan
pasien, area beresiko distress spiritual, data-data obyektif dan subyektif yang
4. Implementasi
5. Evaluasi
Adalah tahapan untuk mengukur apakah pasien telah mencapai hasil yang
2.3.1 Pengertian
2.3.1.1 Spiritual
dengan hati, jiwa, semangat, kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain,
dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan
dengan orang lain, dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik,
mengenal dan mengakui Tuhan (Bown & Williams, 1993; Hamid, 1999;
8
bagian dari kekuatan yang ada pada diri seseorang dalam memaknai kehidupan.
all, 2017 ).
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan
Dalam hal ini kehidupan spiritual mempunyai peranan penting, seseorang yang
hubungan antara manusia yang positif (Graha Cendikia, 2009). Manusia adalah
manusia ciptaan TuhanYang Maha Esa sebagai pribadi yang utuh dan unik
positif dan dinamis, membina integritas personal dan merasa diri berharga,
manusia menurut Sister Calista Roy yaitu kebutuhan akan Biologis, Psikologis,
tahun 1983, Kode etik keperawatan internasional tahun 2000, Kode etik
sosio- spiritual ).
2. Dasar teologis : Tinjauan agama islam dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah tentang
orang sakit yaitu ada hak dan kewajiban. Hak untuk mendapat perawatan dan
10
pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga
optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas (Kozier,
Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika
harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit
(Grimm, 2005)
penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh
orang tua dan orang yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian.
Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan
maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial (Carm &
Carm, 2000).
Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support). Keinginan
melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat
sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan
menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih.
yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik, olah
kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat
keagamaan, serta bersatu dengan alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 2005).
selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual,
motorik halus maupun kasar terus meningkat. Oleh karena itu stimulasi
kualitas kognitif pada anak. Anak mulai berfikir secara konkret, tetapi mereka
4. Remaja ( 12 - 18 tahun)
Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup.
seluruh potensi intelektual, bakat, minat dan ketrampilan yang telah dirancang
memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saat kanak kanak, remaja
Dapat disebut pada masa ini sebagai masa klimaksterium. Menyadari bukan lagi
muda, masa depan bukan lagi masa percobaan. Hasilnya dapat membawa
Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan
Menurut Taylor (1997) dan Craven & Hirnle (1996) dalam Hamid (2000), faktor
1. Tahap perkembangan
spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini
Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama, tapi
individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku
dunia yang diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya (Taylor, Lillis &
LeMone, 1997).
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial
budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk
kegiatan keagamaan.
yang bersifat fiskal dan emosional (Toth, 1992; dikutip dari Craven & Himle,
2003).
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu
sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat
perawat belum siap untuk menghadapi pasien pasien yang mengalami distress
secara adekuat. Seperti kompetensi koping, strategi koping, diet dan ritual
keagamaan, dilihat dari beberapa sudut padang agama. Selain itu perawat
yang utama adalah pembinaan rasa percaya pasien kepada perawat. Perawat
terutama pada pasien yang berbeda agama. Hal ini dapat diatasi dengan
tampak tenang, hubungan dengan tuhan menjadi lebih baik, perubahan gaya
rumah sakit sudah diberikan panduan untuk beribadah atau ada rohaniawan
tetapi yang paling efektif adalah dilakukan oleh perawat karena perawat
perawat yang lain, tentunya hal ini mengganggu privacy pasien. Hal ini
Menurut Dr. Howard Clinebel dikutip Dadang Hawari (2004) ada sepuluh
2. Makna hidup, tujuan hidup yang selaras dan seimbang secara vertikal dan
horizontal
Spiritual
6. Penerimaan diri dan harga diri (self acceptance and self esteem)
8. Dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi dan hidup sebagai
pribadi utuh
3. stabilitas emosi
5. memiliki harapan
6. kesejahteraan spiritual
7. sejahtera
9. dying care atau bimbingan kematian agar mencapai kematian husn al-
khatimah.
Adapun bentuk kebutuhan spiritual pasien yang beragama islam (Arifin, 2017),
meliputi :
merendah diri, atau menghambakan diri dalam konteks syar'i ibadah adalah
22
ibadah adalah melaksanakan segala perintah dan ketentuan Allah baik yang
Dilihat dari jenisnya dikenal ada dua jenis ibadah yaitu: (1) Ibadah
Mahdhah, yaitu ibadah pokok ibadah yang segala tata caranya telah
shalat lima waktu, puasa wajib, zakat dan haji bagi yang mampu. lnti dari
semuanya adalah shalat. Bagi pasien selagi kesadarannya masih ada, maka
tanpa kecuali shalat harus tetap dilaksanakan. (2) Ibadah Ghair Mahdhah,
Baqarah (2): 21, Surat an-Nisa (4) : 36, dan masih banyak lagi terdapat ayat-
Ibadah yang rutin memiliki manfaat positif bagi fisik dan kejiwaan
manusia sedangkan ibadah yang tidak rutin atau rendah memiliki dampak
negatif bagi fisik dan kejiwaan diantara mudah distress dan tidak memiliki
ketahanan mental spiritual yang kuat. Sebaliknya ibadah yang rutin dan kuat
proses penyembuhan.
23
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa komitmen ibadah dan agama
yang kuat terhadap orang sakit dapat mempengaruhi setidaknya empat aspek
yaitu: (1) membantu percepatan proses penyembuhan terhadap yang sakit, (2)
mampu mengetasi rasa nyeri, (3) mengurangi depresi dan penderitaan, (4)
Dalam ibadah mahdhah bagi orang sakit segala ketentuan ibadah pada
perintah ibadah, akan tetapi sangat tergantung dari seberapa besar ia sanggup
dan mampu melaksanakannya. Karena itu dalam konteks ini dikenal istilah
teknisnya.
Yang termasuk ibadah pokok adalah shalat lima waktu. puasa wajib, zakat
dan haji bagi yang mampu. Inti dari semuanya adalah shalat. Karena itu
dalam buku ini hanya difokuskan kepada bimbingan ibadah shalat bagi
pasien. Bagi pasien selagi kesadarannya masih ada, maka tanpa kecuali shalat
harus tetap dilaksanakan. Tetapi shalat tidak bisa dikerjakan kecuali harus
bersuci terlebih dahulu. Bersuci sebelum shalat disebut thaharah. Karena itu
(Manshun2003: 12-45).
pasien yaitu harus dimulai dari bimbingan thaharah yang meliputi: (1)
bimbingan berwudhu, (3) bimbingan tayamum bagi pasien yang tidak dapat
shalat wajib.
ini meliputi: (1) shalatjama' taqdim, (2) shalat jama' qashar, (3) shalat jama'
dan qashar.
tambahan yang dapat dilakukan oleh pasien sesuai dengan kemampuan pasien
yaitu: (1) Doa dan dzikir, (2) Tilawah atau membaca al-Qur'an, (3) Shalat
dihadapi.
agama.
e. Butuh tempat 'curhat’ dan berbagi dari berbagai beban psikologis yang
dihadapi.
Karena penasehatan bersifat umum, maka jika terdapat pasien yang memiliki
konseling.
26
intensif. Jika problema itu masih dalam batas kewajaran maka ditangani oleh
Dalam hal ini terdapat tiga ranah penting yaitu: (a) ranah yang terkait
dengan berbagai problema psikologis dan kesehatan mental, (b) ranah yang
terkait dengan masalah spiritual dan keyakinan keagamaan. (c) ranah yang
operasi), Pasien fase terminal dan sakaratul maut, bimbingan talqin, dan
Pemulasaraan Jenazah.
orang terkait disekitarnya terutama oleh para perawat atau keluarga si sakit.
perilaku psikologis yang dapat terjadi pada orang yang sakit yaitu muncul
perasaan takut, cemas dan menarik diri, egosentris, sensitif dan cenderung
1. Faktor personal
keluarga atau tanggung jawab pemuka agama (Ustad, Pastur, Pendeta) bukan
tanggung jawab perawat. Perawat merasa malu, kurang percaya diri, dan tidak
2. Faktor pengetahuan
seperti tidak adanya SOP atau pedoman pelayanan spiritual. Kondisi lingkungan
Pasien
Faktor- faktor yang mempe ngaruhi kurang nya peran perawat:
Peran Perawat : Kebutuhan Faktor-
-Personal spiritual pasien faktor
1. Care Giver : muslim : yang
-Pengeta huan - Pengkajian
-Diagnosa mempeng
1. Ibadah Pokok :
Keperawatan ar uhi
- Lingku ngan / Institusi - Sholat wajib lima
- Perencanaan
/ Situasi waktu spiritual:
- Pelaksanaan 2. Ibadah
- Evaluasi Tambahan : 1.Faktor
- Dzikir Internal :
2. Penyuluh
& konselor - Do’a
- Tilawah -Tahap
- Sholat Sunnah perkemba
3. Pengelola n gan
Pelayanan - Puasa Sunnah -Peran
- Sedekah Keluar
4. Peneliti - Biblioterapi
ga
3. Tadzkirah :
5. Pelaksana
- Nasehat / 2.Faktor
tugas
berdasarkan ceramah / sharing Eksternal
pelimpahan 4. Bimbingan :
wewenang pasien
berkebutuhan -Etnik
6. Pelaksana khusus : &
tugas dalam - Pre & Pasca buday
keterbatasan tindakan / a
tertentu. operasi
- Fase terminal -Pengalaman
- Sakaratul maut hidup
/ Talqin
- Perawatan -Krisis
Jenazah dan
Gambar 2.1 Kerangka konseptual Hubungan peran perawat sebagai care giver
dengan pemenuhan kebutuhan spiritual.
30
Dari gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa Sebagai salah satu tenaga kesehatan
yang profesional, Perawat mempunyai peran sebagai : Pemberi asuhan (Care Giver),
menjalankan peran tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
care giver diarahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia, salah
oleh beberapa faktor yaitu Tahap perkembangan, Peran Keluarga, Etnik & budaya,
Pengalaman hidup, Krisis dan perubahan, Terpisah dari ikatan spiritual, dan isu
moral.
Hipotesis adalah asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih
Hipotesis pada penelitian ini adalah “ Ada hubungan peran perawat sebagai care
giver dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien muslim di Rumah sakit "