Anda di halaman 1dari 2

Pers Rilis dan Sikap DPC PERMAHI BABEL Terhadap Ibukota Negara

Baru

Pembangunan Ibukota Baru, Urgensi nya apa?

Yudha Kurniawan- Ketua LKPPH DPC PERMAHI BABEL

Oleh : Lembaga Kajian Dan Pengawasan Penegakan Hukum

(LKPPH) DPC PERMAHI BABEL

Pembangunan Ibukota Negara Baru yang digagas oleh pemerintah nampaknya bukan hanya
waccana belaka yang kemudian tentunya membutuhkan biaya yang amat fantastis, sebagaimana yang
dikutip pada Kompas.com bahwa anggaran yang dibutuhkan adalah kurang lebih sebanyak 501 Triliun,
sedangkan Indonesia sendiri tidak dalam posisi ekonomi dan dan keuangan yang stabil, hal ini mengingat
bahwa masih memiliki utang luar negeri yang besar, defistit APBN besar diatas 3 Persen, dan pendapatan
negara yang turun. Akan sangat bijak bila Pemerintah tidak memaksakan keuangan negara untuk
membiayai proyek tersebut.

DPC Permahi Babel menilai langkah yang dilakukan oleh pemerintah terlalu terburu-buru tanpa
melihat kegentingan nyata yang ada di depan mata, yang mana tentu mashlahat masyarakat umum yang
harus memperhatikan segala aspek, yang pertama jelas adalah aspek ekonomi, nampaknya pemerintah
Indonesia sibuk berbicara dan konsepkan langit-langit daripada merapikan dan mengokohkan pondasi
perekonomian Indonesia, mengingat hutang Indonesia yang mencapai angka sekitar 6 ribu Triliun
rupiah.Berikutnya dari aspek penguatan manusia yakni kesehatan yang sebagaimana kita tau bahwa
Covid-19 masih ada dan bahkan muncul varian baru, yang mana sebagian anggaran negara hendaknya
dialihkan untuk mengatasi pandemic yang masih dirasa agresif tersebut.

Berikutnya adalah pembangunan Ibukota negara tentu tidak hanya terkait dengan pembangunan
infrastruktur fisik bnamun juga membangun kehidupan, membangun sistem,.” Memindahkan ibu kota
berarti memindahkan ruang hidup banyak orang. Karena itu harus benar-benar cermat dan disiapkan
dengan matang dari berbagai aspek segala sesuatunya.

Disamping itu Undang-Undang IKN dalam proses pengujian hukum masih berlangsung di
mahkamah konstitusi secara uji formil, yaitu pembentukan Undang-undang nya.Secara etika hukumnya
pemerintah hendaknya sabar terlebih dahulu menunggu hasil putusan pengujian di MK, bukan malah
melakukan langkah-langkah sepihak yang dijadwalkan oleh pemerintah sendiri dengan tidak
mengindahkan proses hukum uji formil berjalan yang hanya selama 60 hari. Dengan segala pettimbangan
yang ada patut dipertanyakan pembangunan IKN itu urgensinya apa? Dan untuk kepentingan siapa?, bila
ternyata banyak mashlahat masyarakat yang tidak terpenuhi akibat dari pembangunan IKN ini.

Anda mungkin juga menyukai