KNID Surakarta
KNID Surakarta
id
SKRIPSI
Disusun oleh:
Aditya Wahyu Prabowo
C0506004
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun oleh:
Aditya Wahyu Prabowo
C0506004
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Aditya Wahyu Prabowo
C0506004
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tiada doa yg lebih indah selain doa agar skripsi ini cepat selesai.
(Penulis)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kakak-kakakku tersayang
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan ke-Hadirat Allah SWT,
yang telah memberikan berbagai kemudahan dan limpahan karunia-Nya
kepada penulis, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul Peran Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID)
Surakarta dalam Pergerakan Politik di Surakarta Tahun 1945-1946.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung, baik moral,
material maupun spiritual, hingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat berjalan
dengan baik dan selesai sesuai yang penulis harapkan, yaitu kepada:
1. Drs. Sudarno, MA, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, juga
sebagai Ketua Tim Penguji yang berkenan memberikan waktunya untuk
menguji.
3. Dra. Sawitri P.P, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Tundjung W.Sutirto, M.Si, selaku Pembimbing skripsi, yang
memberikan banyak dorongan, masukan, dan kritik yang membangun
dalam proses penulisan skripsi ini.
5. Ibu Tiwuk Kusuma Hastuti, SS., M.Hum. selaku Penguji II yang telah
berkenan memberikan waktunya untuk menguji.
6. Bapak Bagus Sekar Alam, SS., M.Si. selaku Sekretaris Penguji yang telah
berkenan memberikan waktunya untuk menguji.
7. Bapak Waskito Widi, SS. selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Segenap dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
commit to user
bekal ilmu dan wacana pengetahuan.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis berharap akan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar skripsi ini menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... …. i
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................…… ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................... iv
HALAMAN MOTTO................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ vi
KATA PENGANTAR................................................................................ vii
DAFTAR ISI............................................................................................... ix
DAFTAR ISTILAH..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................…………….…. xiv
ABSTRAK.................................................................................................. xv
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Istilah
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Singkatan
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Undang-undang No.1 tahun 1945 Tentang Peraturan Mengenai
Kedudukan Komite Nasional Daerah …………………………………. 100
2. Arsip Penyerahan pemerintahan Kooti Jimu Kyoku Tyokan kepada
KNIDS. 1945 ............................................................................................. 107
3. Piagam penetapan Presiden RI kepada Pakubuwono XII pada
kedudukan sebagai kepala Daerah Istimewa. 1945..................................... 108
4. Maklumat Presiden kepada Mangkunegoro VIII pada kedudukan
sebagai kepala Daerah Istimewa. 1945....................................................... 109
5. Penyerahan Kekuasaan Kooti Jimu Kyoku Tyokan kepada
Mangkunegaran ........................................................................................... 110
6. Peta Wilayah Surakarta tahun 1945-1946.................................................... 111
7. Selebaran dari Komite Nasional Indonesia Daerah Surakarta, 1945........... 114
8. Penetapan Pemerintah tentang keamanan di Daerah Istimewa, 1946......... 116
9. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat, 1946........................................... 117
10. Surat dari Wakil Presiden kepada Presiden dan Menteri Pertahanan
tentang kedudukan keistimewaan daerah Surakarta
dan Mangkunegaran.................................................................................... 118
11. Penetapan Pemerintah RI Jogjakarta no. 16/S.D tanggal 15 Juli 1946
tentang perubahan sementara bentuk dan susunan Pemerintah di Daerah
Istimewa Surakarta ................................................................................... 119
12. Susunan Panitia Anti Swapraja………………………………………...... 120
13. Maklumat Menteri Dalam Negeri tentang penunjukan Gubernur Jawa Tengah
R. Soerjo, sebagai wakil Pemerintahan Pusat di daerah Surakarta……..... 121
14. Maklumat Mangkunegoro VIII, 1 September 1945……………………… 122
15. Maklumat Menteri Dalam Negeri tentang Daerah Istimewa Surakarta … 123
16. Maklumat Sri Paduka Pakubuwono XII tentang Daerah Istimewa
Surakarta .................................................................................................... 124
17. Pernyataan Bersama KNID Kab. Klaten dalam gerakan Anti Swapraja .... 125
18. Pernyataan KNID Kab. Kota Mangkunegaran tentang Status Pemerintahan
commit to user
di Surakarta ................................................................................................. 126
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan klimaks dari proses panjang suatu perjuangan dari rangkaian
pergerakan nasional hingga runtuhnya Hindia Belanda. Oleh karena itu tidak aneh
sendiri. Proses awal yang lazim adalah melembagakan Negara sehari setelah
menawar dengan Jepang ini diupayakan oleh PPKI yang oleh pemuda, dianggap
menetapkan UUD 1945, memilih Soekarno sebagai Presiden dan Hatta sebagai
1 commit
Julianto Ibrahim , 2008, Keraton Surakarta: to user
Gerakan Anti Swapraja, Yogyakarta: Malioboro
Press, hal. 68.
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
politik pemerintahan. Berkaitan dengan hal ini, maka daerah Surakarta setelah
Proklamasi langsung mendapat keputusan dari pusat. Presiden RI pada waktu itu
tanggal 19 Agustus 1945 tersebut ditujukan kepada Susuhunan Paku Buwono XII
dan Mangkunegara VIII yang mendapat kepercayaan dari pemerintah pusat untuk
mencurahkan segala tenaga, pikiran, dan jiwa raga bagi keselamatan daerahnya
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dibentuk. Komite ini berfungsi sebagai
Adanya Komite Nasional ini tidak hanya terbatas di lingkungan pemerintah pusat,
sesudah KNIP. Komite di daerah juga dilengkapi dengan Badan Pekerja yang
republik. Akan tetapi permasalahan utama dari pebentukan komite ini ialah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
keberadaan tentara Jepang yang memang diserahi urusan penjagaan keamanan dan
status quo oleh sekutu. Tentara Jepang tersebut merupakan kekuatan tempur yang
berkuasanya para birokrasi pribumi yang sebagian besar merupakan abdi setia
selama kekuasaan dan jabatan mereka dapat dipertahankan. Selain itu kaum
birokrasi pribumi yang terbiasa dengan kesadaran politik yang tinggi menyadari
bahwa proklamasi kemerdekaan tidak memiliki landasan hukum apapun juga dari
memposisikan diri kepada para pemenang Perang Dunia II. Hal ini menjadi salah
terbuka dan oportunisme kekuasaan dari para politisi tersebut. Namun, pihak
di Surakarta dengan sah masih berada di tangan para raja yang bekerjasama
2
George Mc Turnan Kahin, 1995, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Surakarta: UNS Press
hal. 178
3 commit
Ben Anderson, 1988, Revoloesi Pemoeda. to userJepang dan Perlawanan di Jawa, 1944-
Pendudukan
1946, Terjemahan: Jiman Rumbo, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. 369.
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
pihak kerajaan telah diberi pengakuan kedaulatan kekuasaan raja oleh pemerintah
Surakarta.
Soemodiningrat yang merupakan ipar Susuhunan dan bekas opsir PETA ini
dibantu oleh 9 orang dari elite agama, elite tradisional berpendidikan Barat dan
Hizbullah dan Gerakan Rakyat Indonesia (GRI). KNID sebagai pimpinan gerakan
Kooti Jimmu Kyoku (kekuatan sipil), Butai yang bersenjatakan lengkap, dan
Kenpetai.
4 commit
Anthony Reid, 1987, Perjuangan Rakyat, to user
Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera.
Penerjemah: Tim PSH, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. 245.
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
karena itu, pada tanggal 1 Oktober 1945 dibentuk Kantor Pusat Pemerintahan
Pemerintah Republik Indonesia (KDPRI) sebagai nama baru dari Koti Jimmu
waktu itu di Surakarta terdapat dua pemerintahan double bestuur yaitu dari pihak
masa revolusi merupakan bagian yang tidak bisa dielakkan dari kekacauan di
dari konflik politik yang mewarnai hampir setiap waktu dalam perjalanan revolusi
pertentangan di antara idiologi kiri kemudian bergeser antara kekuatan kiri dengan
perbedaan pendapat antara golongan muda yang radikal dengan golongan tua
merupakan sebuah bentuk tekanan dari golongan muda terhadap golongan tua
Syahrir merupakan isu utama pada waktu itu. Syahrir menginginkan perubahan
ditentukan dengan cara diplomasi yang luwes dan pintar untuk menghindarkan
Inggris dan Amerika memberikan dukungan penuh kepada Belanda. Visi Syahrir
minggu saja, kabinet Syahrir kehilangan dukungan pemuda. Arah serta gaya
dari para pemuda dan sebagian besar badan perjuangan kemudian dimanfaatkan
oleh seorang tokoh, yaitu Tan Malaka. Sejak awal revolusi, Tan Malaka sudah
6
Julianto Ibrahim, 2004, Bandit dan Pejuang di Simpang Bengawan, Wonogiri: Bina Citra
Pustaka, hal. 154.
7 commit
Sidik Kertapati, 1961, Sekitar Proklamasi to user
17 Agustus 1945, Jakarta: Pembaharuan, ha. 83.
8
Julianto Ibrahim, op. cit., hal. 155.
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
kemerdekaan yang dekat dengan hati pemuda, yaitu revolusi total dengan
yang pertama di Solo, 14-15 Januari 1946, organisasi ini menetapkan kota
revolusi sosial berupa gerakan anti swapraja yang radikal di Surakarta sebagai
sangat lemah dan sulit, sehingga status swapraja Surakarta dapat dengan mudah
diruntuhkan.
Surakarta menjadi hal yang menarik. Pada periode tahun 1945-1946 banyak terjadi
peristiwa penting antara lain adanya revolusi sosial di beberapa daerah termasuk di
Surakarta memasuki masa baru dimana mulai muncul pergerakan politik yang
pemerintah Indonesia melalui Komite ini. Program yang juga menjadi tujuan
commit to user
9
Ben Anderson, op. cit., hal. 298.
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
lembaga ini dibentuk tidaklah mudah untuk dijalankan mengingat situasi sosial dan
politik di Surakarta pada masa revolusi fisik cukup menegangkan, maka bentuk-
bentuk eksistensi dan peran dari lembaga ini dalam pergerakan politik di Surakarta
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Surakarta.
E. Kajian Pustaka
Dalam buku karya Julianto Ibrahim yang berjudul Bandit & Pejuang di
menjadi wilayah anarki tidak terlepas dari peran serta badan-badan perjuangan
Sejarah Revolusi Indonesia sering kali ditulis dan hanya berisikan kisah
gejolak yang terjadi di kalangan para pejuang atau di antara laskar dalam masa
yang penuh heroik itu tak banyak diceritakan dalam buku-buku sejarah. Salah satu
soal dalam revolusi Indonesia dan berlanjut pada masa berikutnya adalah
keberadaan dan aktivitas para bandit, yang sebagian di antaranya pejuang dan
tergabung dalam beberapa kesatuan laskar. Dalam zaman yang terkadang disebut
zaman gegeran, serobotan, gedoran ataupun pendaulatan itu, para bandit justru
harus berhadap-hadapan dengan bangsa sendiri atau dengan para pejuang yang
(grassroots history), kian bermakna terutama jika kita melihat revolusi Indonesia
dari sisi yang lain. Bandit yang menjadi pejuang atau pejuang yang menjadi bandit
adalah bagian dari dinamika revolusi itu sendiri dan seharusnya tidak diabaikan
begitu saja dalam sejarah Indonesia. Buku ini menunjukkan bahwa para bandit,
hanya ikut menentukan arah dan jalannya revolusi Indonesia, mereka juga
sekaligus memberi watak pada revolusi itu sendiri. Penulisan ini lebih
sehingga mengabaikan peran bangsawan dan kerajaan yang pada masa sebelum
dan memeriksa periode di masyarakat itu sebelum konflik. Tidak seperti biasanya,
yang lain, yang akan mengalami perubahan wewenang lewat revolusi atau
Surakarta terjadi karena adanya perpaduan antara konflik politik nasional dan
konflik politik lokal yang ditandai dengan peningkatan kegiatan sosialis, komunis
hingga sindikalisme di Surakarta yang berujung pada perang antar kelas. Selain
itu Ben Anderson menggambarkan dengan baik situasi revolusioner yang melanda
kaum pemuda.
banyak menjadi referensi dalam penulisan penelitian ini. Dalam karyanya, di Bab
suatu kesadaran politik yang kuat berkembang dalam masyarakat, dan terutama di
antara pemuda dan pelajar yang sebelumnya banyak yang bersifat apolitis. Sebelas
bab berikutnya secara rinci membahas revolusi Indonesia sampai dengan saat
kedaulatan Indonesia diakui pada bulan Desember 1949 dan terbentuknya Negara
KNIP memberi mandat kepada salah seorang anggota dari masing-masing daerah
secara spontan di tingkat distrik maupu kotapraja. Selama suatu periode yang
diatur menurut kehendak pemimpin setempat yang diakui, tetapi kemudian sejak
akhir bulan November diatur menurut suatu pola peraturan yang seragam.
F. Metode Penelitian
1. Metode
melakukan sintesa dari data-data masa lampau menandai kajian yang dapat
a. Heuristik
dokumen arsip baik itu arsip lokal atau surat kabar yang sejaman. Selain itu
juga data-data yang diperoleh berasal dari arsip koleksi Perpustakaan Rekso
Pustaka Mangkunegaran.
Kritik Intern merupakan kritik yang meliputi tulisan, kata-kata, bahasa dan
analisa verbal serta tentang kalimat yang berguna sebagai validitas sumber
10 commit
Sartono Kartodirdjo, 1993, Pendekatan to user
Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: P.T
Gramedia Pustaka Utama, hal. 60-62.
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
sumber itu sebagian berbahasa Indonesia lama. Kondisi dari data yang
mudah rusak karena bahan kertasnya sudah berusia sangat tua sehingga
mudah rapuh dan sobek. Terkadang tulisan yang berupa tulisan tangan
sebagian ada tinta yang luntur sehingga susah untuk dibaca. Memilih dan
memilah sumber-sumber yang akan dijadikan data, karena tidak semua arsip
c. Interpretasi/ penafsiran
fakta-fakta yang diperoleh. Setelah melakukan kritik baik itu kritik intern
maupun ekstern, maka usaha yang dilakukan adalah menjelaskan apa yang
telah diperoleh dari data dokumen itu dengan pemikiran dan analisa.
d. Historiografi
dan gaya bahasa yang baik bertujuan supaya pembaca mudah memahami
a. Studi Dokumen
berupa sumber tertulis dan sejaman. Dari dokumen terdapat fakta-fakta sejarah
serta bahan yang akan ditulis. Dokumen mempunyai nilai otentik dan dapat
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data
berupa Arsip dan Koran, antara lain Arsip Penyerahan pemerintahan Kooti
berkas masalah Jepang tahun 1945; Piagam Penetapan Presiden RI, Solo,
Rekso Pustaka).
b. Studi Pustaka
Monumen Pers, dan Perpustakaan Daerah. Dalam studi pustaka ini berhasil
11 commit
Louis Gotschalk, 1983, Mengerti Sejarah, to user
Jakarta: Universitas Indonesia Press, hal. 18
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial & politik sehingga dapat
memisahkan proses-proses politik yang terjadi dan berkaitan dengan situasi sosial
di Surakarta. Studi ini bukan hanya menggambarkan apa dan kapan peristiwa
Sejarah itu terjadi, tapi juga mengidentifikasi masalah bagaimana dan faktor-
faktor apa yang menyebabkan peristiwa itu terjadi. Penggunaan pendekatan sosial
ada, sebab peristiwa yang satu mempunyai keterkaitan dengan peristiwa yang lain.
Setelah itu dari sumber bahan dokumen dan studi kepustakaan, tahap selanjutnya
telah diseleksi dan diuji kebenarannya itu adalah fakta-fakta yang akan diuraikan
dan dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang harmonis, berupa kisah sejarah
Selain itu teknik yang digunakan untuk menganalisa data penelitian ini
adalah analisa historis. Analisa untuk mencari hubungan sebab akibat dari suatu
fenomena historis pada ruang dan waktu tertentu. Tujuan dari teknik ini adalah
agar penelitian ini tidak hanya menjawab apa, kapan, dan di mana peristiwa ini
12
Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, Jakarta: Yayasan Indayu,
Hal. 36 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
terjadi namun juga menjelaskan gejala sejarah sebagai kausalitas. Analisa ini
G. Sistematika Skripsi
Skripsi ini disusun bab demi bab untuk memberikan gambaran yang
terperinci. Penyusunan ini dilandasi keinginan agar skripsi ini dapat menyajikan
berurutan.
pustaka, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan
sistematika skripsi.
Revolusi 1945. Terbagi dalam tiga masa yaitu masa pergerakan dengan
munculnya Boedi Oetomo dan Sarekat Islam. Masa aksi dimulai banyaknya
Bab III membahas kondisi sosial politik Surakarta pada masa Revolusi
yang dianggap tepat untuk basis oposisi adalah kota “saingan” Yogyakarta, yaitu
Surakarta. Kota Surakarta juga menjadi basis kelompok oposisi seperti Persatuan
Perjuangan dan Barisan Banteng. Setelah adanya Maklumat dari Pakubuwono XII
istimewa dari pemerintah pusat RI. Status sebagai daerah istimewa tersebut
Awal tahun 1946, muncul gerakan revolusioner menentang adanya status daerah
kekuatan pergerakan politik dengan KNID Surakarta juga dibahas dalam bab ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
REVOLUSI 1945
Periode akhir abad XIX dan awal abad XX merupakan periode awal
diartikan sebagai hasrat untuk mencapai kemajuan dengan menuntut pelajaran dan
putera mulai saat itu telah tumbuh kesadaran diri akan ketertinggalan kebudayaan
jika dibandingkan dengan bangsa Belanda yang ketika itu sebagai penjajah.
Buktinya adalah semakin banyak anak yang mengunjungi sekolah untuk menuntut
ilmu pengetahuan dan teknik, makin banyak penduduk pribumi yang mencari
didirikan atas dasar tuntutan kemajuan itu. Tuntutan kemajuan yang direfleksikan
1 commit toKebangsaan
Cahyo Budi Utomo, 1995, Dinamika Pergerakan user Indonesia dari Kebangkitan
hingga Kemerdekaan, Semarang: IKIP Semarang Press, hal. 49.
18
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
dalam bentuk suatu organisasi itu sebenarnya sebagai suatu jawaban terhadap
tidak hanya timbul sebagai reaksi terhadap isolasi ekonomis dan sosio-kultural
yang diciptakan oleh politik kolonial Barat, tetapi juga karena dorongan kuat
Jawa ini mendapat persetujuan dan pengikut dari kalangan pelajar sekolah-sekolah
dan yang diterima hanya mereka yang mempunyai keinsyafan dan antusiasme
mencapai 650 orang, diantaranya yang paling banyak kaum terpelajar, pamong
Tetapi munculnya organisasi ini telah menarik khalayak ramai, karena itu dalam
waktu singkat antara bulan Mei sampai Oktober 1908 cabang-cabang Boedi
commit to user
2
Ibid, hal. 52.
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
sebagai pejabat ketua selama beberapa bulan sampai kongres tanggal 8-9 Juli
Woerjaningrat adalah Bupati Nayaka atau Bupati Pertama di Surakarta dan anak
kepemimpinan pengurus pusat Boedi Oetomo dari Yogyakarta, yang telah dimulai
sejak pengunduran diri Notodirodjo pada tahun 1914, menjadi mantap. Sekitar
tahun 1918 Surakarta juga berada di garis depan pada tingkat cabang. Secara
nasional jumlah cabang telah meningkat dari 40 pada akhir 1909 menjadi 51 pada
tahun 1918, sedangkan jumlah anggotanya telah menurun dari sekitar 10.000
menjadi 3.914. Hal ini mencerminkan kenyataan bahwa Boedi Oetomo adalah
partai elite yang kecil dan berpengaruh, dan bukan partai massa.
Surakarta. Organisasi ini berhasil menarik simpati para priyayi dan berusaha
kehidupan masyarakat ialah Sarekat Dagang Islam atau Sarekat Islam (1911). SDI
Cina yang menjadi anak emasnya Belanda, oleh para pengusaha muslim yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
daya kekuatan Pan Islamisme yang mendasari ideologi organisasi itu. SI tidak
hanya diikuti kalangan intelektual saja, tetapi oleh rakyat secara luas. SI
Penghapusan pada masa awalnya kata “dagang” dari nama sarekat ini
dan nasionalisme Jawa yang memainan peranan yang lebih besar. Perhimpunan
baru ini segera meluas dalam jenis kegiatannya yang beraneka ragam. Di samping
sebuah surat kabar harian yang murni berbahasa Jawa. Nasionalisme Jawa ini
muncul karena berbagai macam faktor, termasuk pula faktor komersial dan
sebagai suatu perkumpulan rahasia yang berfungsi sebagai perhimpunan amal dan
protektif.4
3
WF. Wertheim, 1956, Masyarakat Indonesia dalam Transisi: Studi Perubahan Sosial, Bandung:
Van Hoeve, hal. 184..
4 commit
George D. Larson, 1990, Masa Menjelang to user
Revolusi: Kraton dan Kehidupan Politik di Surakarta
1912-1942, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 61.
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
dominasi orang asing dan campur tangan yang semakin banyak dalam adat istiadat
Jawa, adalah wajar apabila Sarekat Islam Surakarta cenderung mencari dukungan
kedudukan Sultan sebagai panatagama atau Kepala Agama Islam, Sunan sangat
berhubungan erat dengan Sarekat Islam yang berhaluan Islam. Akan tetapi
kerjasama Sarekat Islam dengan elite istana berakhir karena faktor eksternal yang
berupa tekanan dan campur tangan pemerintah kolonial, sedangkan faktor internal
pusat Sarekat Islam. Hal ini berarti hilangnya rasa hormat terhadap elite istana.
Sejak inilah gerakan Sarekat Islam makin radikal karena anggotanya banyak yang
perkembangan Sarekat Islam mengalami dualisme, di satu sisi ada Sarekat Islam
Putih, dan di sisi lain ada Sarekat Islam Merah. Sarekat Islam Putih bersifat Islami
yang memang telah merasuki tanah air melalui organisasi ISDV dipimpin Hendrik
politik dan sosial di daerah Klaten sekitar tahun 1920, misalnya pemogokan buruh
merupakan hasil agitasi politik Sarekat Islam secara nyata di pedesaan dalam
yang sudah lama mengalami ekstraksi sosial-ekonomi oleh kolonial bersikap anti-
pandangan Haji Misbach tentang apa yang diistilahkan sebagai ”Islam Abangan”,
merah”. Oleh sebab itu ”Islam Abangan” menandakan ”prajurit yang berani”,
seperti yang dikatakannya saat pidato di desa Kateguhan (subdistrik Sawit) 2 Mei
1920.5
organisasi berhaluan kiri. Dalam sejarah Surakarta suatu tonggak penting adalah
tahun 1918 ketika munculnya suatu gerakan radikal yang menentang kedua istana,
commit to user
5
Ibid., hal. 176.
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
ini juga menyusupi kalangan pegawai pribumi, polisi dan militer. Gerakan ini
puncaknya, pada tahun 1920 gerakan ini mempunyai 50.000 pengikut dan boleh
Alasan dasar yang dikemukakan oleh para pemimpin radikal adalah bahwa
gerakan mereka timbul karena suatu reaksi terhadap kesulitan yang sangat besar di
1915. Wabah ini dianggap sebagai bencana alam yang secara tradisional dianggap
penyakit ini dengan mengambil beberapa tindakan, namun ironisnya, upaya dari
multipunctie (mengambil sampel dari limpa yang diteliti), suatu praktek yang
dengan keresahan akan program perbaikan rumah pada saat masyarakat tidak
6
Ibid, hal 131. commit to user
7
Julianto Ibrahim, op.cit.,hal 49.
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
bahwa pada masa-masa tahun 1918 dan 1920 merupakan masa yang sulit.
membumbung tinggi disaat gaji tetap. Hasil pertanian tidak mampu mencukupi isi
adanya sifat mudah memberontak di daerah ini yang dimulai sejak zaman
penjajahan. Sebelum perang di Surakarta sudah ada tradisi melakukan protes yang
dan Haji Misbach, dan di daerah pedesaan oleh PKS (Pakempalan Kawula
Misbach dengan sukses telah memberikan pimpinan dalam gerakan protes yang
dilakukan oleh kaum tani kebun tebu dari pabrik gula Klaten terhadap penguasa
kekuasaan menurut adat, melainkan sebagai agen dari kaum penjajah yang
mengeksploitasi rakyat, sebagian karena mereka (tidak seperti Sultan dan Paku
Haji Muhammad Misbach dan Dr. Tjipto Mangunkusumo. Menurut Shiraisi, Haji
8
George D. Larson, op.,cit, hal. 134.
9
Ibid, hal. 158.
10
R.T. Muhammad Husodo Pringgokusumo, 1982, Ringkasan Disertasi Dr. Soejatno Kartodirjo:
Revolusi di Surakarta tahun 1945-1950, commit
Surakarta:toRekso
userPustoko, hal. 2.
11
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Solo pada tahun 1876. Misbach menegaskan, "tanah bukan milik Susuhunan atau
Gubernemen tetapi berasal dari nenek moyang kita dan kita harus mencari jalan
oleh Tjipto. Kritik-kritik Tjipto terhadap Kraton sangat pedas terutama ditujukan
Di Surakarta ciri khas dari gerakan komunis adalah usahanya yang tekun
ini adalah H. Misbach yang sebelumnya telah menggunakan agama dengan mahir
dianut Misbach adalah suatu percampuran antara Muhammad, Marx dan wawasan
abangan tradisional. Argumen dasar dari Misbach adalah bahwa semua penyakit
sosial, ekonomi dan spiritual yang diderita oleh masyarakat Hindia Belanda
disebabkan oleh sistem kapitalis di seluruh dunia yang secara tidak manusiawi
merupakan bagian dari sistem penindasan dan ketidakadilan yang berlaku dimana-
mana. Oleh karena itu, kelompok yang menikmati kekayaan dengan ketidakadilan
commit to user
12
Ibid., hal. 195-197.
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
sabotase jalan kereta api, pelemparan bom terhadap mobil pejabat maupun keraton
dengan permulaan dari gerakan komunis lebih jelas. George D. Larson dalam
sesudah Haji Misbach dikeluarkan dari penjara Pekalongan pada bulan Agustus
Pengaruh yang kuat dari agitasi yang dilakukan oleh Misbach di daerah
tebu.15
kekuatan radikal yang tergabung dalam PKI, Sarekat Rakyat, Moe'alimin dan
13
Van der Marel, Memorie van Overgrave 1924, hal. 106-107
14
George D. Larson, 1979, Prelude to Revolution: Palace and Politics in Surakarta 1912-1942,
commit
Tesis dari Northern Illinois University, hal. 230. to user
15
R.T. Muhammad Husodo Pringgokusumo, op.,cit, hal. 2.
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
puncaknya pada tahun 1926 dan 1927 yang merupakan aksi pemberontakan kaum
Surakarta tetapi terjadi juga di Jawa Barat dan Sitiung Sumatra Barat.
petani itu memicu bangkitnya radikalisasi petani yang ternyata di luar kendali
langsung dari gerakan radikal ini dan mengadakan perlawanan terhadap kraton,
16 commit
Takashi Shiraishi, 1997, Zaman Bergerak: to user Rakyat di Jawa 1912-1926, Jakarta:
Radikalisme
Pustaka Utama Grafiti, hal. 186
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
pergerakan mulai terasa saat itu. Oleh karena itu ia ditunjuk oleh Gubernur
sentral Insulinde, ia mulai hadir dalam pertemuan bestuur afdeling secara teratur
dan mulai menerbitkan organ Insulinde berbahasa Jawa, Panggoegah, tiga kali
sebulan.17
dan Insulinde pada masa itu bukan sesuatu yang aneh. Meskipun Insulinde adalah
perkumpulan yang bekerja demi ”Hindia untuk orang Hindia” tanpa pandang ras
karena Insulinde dianggap sebagai perkumpulan orang Indo. Hal ini tidak berlaku
commit to user
17
Ibid., hal. 188.
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
kekurangan pangan akibat tertundanya impor beras dari Hindia Inggris (Birma),
dan pembentukan dewan kota praja dan dewan desa. Semua ini membuat Tjipto
radikal, dan di mata mereka Insulinde Surakarta lekat dengan sosok Tjipto.18
ini terbentuk secara cepat dan berasal dari berbagai unsur sosial. Kelompok-
yang berseragam hijau di bawah pimpinan Dr. Muwardi, para anggotanya ada
yang berasal dari Gerakan Suisintai dan kelompok pemuda lainnya misalnya
PESINDO terbentuk dengan para anggotanya yang banyak berasal dari golongan
pemuda yang berhaluan ideologi kiri radikal di bawah pimpinan Sukarno. Badan
commit to user
18
Ibid., hal. 194.
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
antaranya Pasukan Satria, Barisan Polisi Istimewa Sekolah Menengah Tinggi, dan
BPRI. Selain itu ada Laskar Kere di bawah pimpinan Achmadi, Laskar Barisan
Pemuda Jelata di bawah pimpinan Prakosa, dan Laskar Garuda di bawah Masuri.
Kedua laskar yang terakhir ini kemudian berhimpun dan di bawah komando
Surakarta. Di kota Surakarta dibentuk komando Militer Kota oleh para elite
militer dan TP untuk menjaga stabilitas dan keamanan kota. Disini tokoh-tokoh
19 commit
Mawardi, 1995, Dinamika Revolusi Sosial to user Sukoharjo: Universitas Veteran
di Surakarta,
Bangun Nusantara, hal. 48.
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
(revolusi desa). Para anggota kelaskaran di desa-desa terdiri dari pemuda, tokoh
politik, pemimpin agama, dan lainnya. Organisasi kelaskaran ini misalnya Laskar
Rakyat Surakarta, Pemuda Laskar Rakyat, Pemuda Penjaga Desa, Pelopor Laskar
para pemimpinnya sendiri. Untuk menghadapi musuh para anggota laskar di desa-
desa itu menggunakan strategi perang “gerilya”. Secara umum mereka banyak
tombak, bandil, dsb. Hal ini berbeda dengan apa yang dimiliki oleh laskar-laskar
di kota yang terutama berasal dari kesatuan-kesatuan eksponen militer yang telah
mempertebal kekuatan diri secara magis. Kekuatan magis ini dicari dan diperoleh
dari cara berguru kepada para ahli magis atau dukun dan kyai. Beberapa macam
jimat yang dipakai sebagai sarana kekuatan magis itu diantaranya bernama
tradisi Jawa yang masih berlanjut dalam masa Revolusi. Tradisi ini telah lama ada
misalnya bersamaan dengan munculnya gerakan protes atau sosial yang sering
Di Surakarta terdapat beberapa sumber ngelmu dari para kyai atau dukun,
dan yang terkenal waktu itu antara lain Kyai Juru Mertani, Kyai Mangun Hartono,
Kyai Parakan, dan mbah Balak. Tampaknya bagi para pemuda dan pejuang secara
commit to user
20
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
kemerdekaan 1945-1950 itu dan memang secara psikologis hal ini cukup
berpengaruh bagi timbulnya semangat percaya diri yang kuat untuk menghadapi
musuh.
Selama revolusi juga terlihat peranan para pejuang yang bersifat heroik
tokoh-tokoh pejuang yang dinamakan “jago” yang secara umum mereka memiliki
sifat arogan atau “bandit”. Mereka pandai pencak silat dan memiliki kekuatan
magis lainnya. Di beberapa daerah istilah “jago” ini sering berlainan, misalnya di
bawah tanah atau ilegal. Gerakan ini menentang fasisme Jepang misalnya yang
yang menamakan diri IPTAS (Ikatan Prajurit Sejati). Gerakan ini di bawah
pimpinan Sutarto, seorang anggota PETA, dan di masa revolusi sebagai pendiri
sosial tidak lepas dari pengaruh orang-orang kharismatik yang berasal dari
21
Anton E. Lucas, 1989, Peristiwa Tigacommit
Daerah: to user dalam Revolusi, Jakarta: Grafiti Pers,
Revolusi
hal. 143.
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
kasekten dan daya magis lainnya. Unsur-unsur itu berpengaruh tidak saja bagi
para pengikut gerakan sosial pada masa kolonial, namun juga dapat ditemukan
Dengan demikian tradisi gerakan protes atau sosial yang telah ada sejak
masa kolonial dan sering berakibat timbulnya pergolakan yang besar dalam
masyarakat itu turut menjadi faktor penting dan berpengaruh bagi revolusi sosial
di Surakarta. Meskipun pada masa revolusi terjadi proses transisi politik yang
jelas, akan tetapi dasar-dasar kekuatan tradisional yang telah hidup pada masa
lampau secara mapan dalam pola pemikiran masyarakat Surakarta tidak lenyap
begitu saja. Justru pada masa terjadinya ”krisis” itu peranan daya religio-magis
struktur gerakan tradisional yang telah ada sebelumnya. Pada masa revolusi sosial
dll.
untuk pemanfaatan sumber daya manusia adalah memobilisasi massa pemuda dan
rakyat secara besar-besaran dalam program semi militer maupun militer. Tujuan
rakyat. Organisasi militer dan semi militer itu dijadikan sebagai wadah para
pendudukan Jepang.22
kuat dalam masyarakat. Hal ini dilakukan karena sebagian besar rakyat Indonesia
beragama Islam dan mempunyai sikap kepatuhan yang besar terhadap pimpinan.
A’laa Indonesia) yang sebelumnya telah ada. MIAI kemudian dirubah menjadi
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) untuk mendapat simpati para tokoh
Islam.23
peranannya agar meningkatkan posisi agama Islam. Hal ini dilakukan agar para
pengaruh ini menyebabkan banyak pemuda Islam turut serta dalam barisan-
22
Cahyo Budi Utomo, 1995, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan
hingga Kemerdekaan, Semarang: IKIP Semarang Press, hal. 185-186.
23 commit
Hasyim Latief, 1995, Laskar Hizbullah to Menegakkan
Berjuang user Negara Republik Indonesia,
Surabaya: P.T Jawa Pos, hal. 11.
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
Islam yang diberi nama Hizbullah. Jepang mengijinkan Hizbullah yang terdiri dari
muslim dalam pergerakan nasional merupakan unsur yang secara politik dipercaya
oleh Jepang dan dapat membantu Jepang karena merupakan kelompok anti Barat
Moh. Munawar yang mendapat respon dari pemuda di Surakarta. Para pemuda
Hizbullah baik dari dalam kota Surakarta maupun dari wilayah sekitar.
Hizbullah di Surakarta.
Sabilillah muncul karena adanya semangat jihad fi sabilillah. Hal ini berarti
24
Tashadi, 1995, Hizbullah-Sabilillah Divisi Sunan Bonang dalam Revolusi Kemerdekaan, Lahir
commit
dan Pertumbuhannya (Sejarah Lokal), Jakarta: to user hal. 224-225.
Depdikbud,
25
Ibid., hal. 227.
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
gedung Sie Dian Hoo Purwosari, karena kurang strategis markas dipindahkan ke
masyarakatnya beragama Islam, sudah ada masjid dan lapangan yang memadai
Selain militer, para anggota juga mendapat pendidikan agama Islam untuk
26
Ibid., hal. 231.
27 commit
Moh.Munawar, 2004, Perjalanan Hizbullah to user
Divisi Sunan Bonang, Surakarta:Yayasan Bhakti
Utama, hal. 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
Jakarta ke Yogyakarta disebabkan oleh keadaan Jakarta yang tidak aman. Konflik
antara sekutu dan NICA melawan kekuatan republik di Jakarta semakin memanas.
Syahrir dan Amir terjebak dalam kevakuman. Keadaan ini harus dibayar mahal
ketidaksukaan atas sistem diplomasi yang diterapkan, tentu saja oposisi semakin
Syahrir, Amir dan Hatta terus berjuang lewat radio untuk menenangkan rakyat
tangannya” untuk menghancurkan musuh.2 Hal ini terlihat dari usaha-usaha dari
karena itu dibutuhkan usaha-usaha menghindarkan diri dari konflik yang semakin
1
Julianto Ibrahim, 2004, Bandit dan Pejuang di Simpang Bengawan: Kriminalitas dan
Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta, Wonogiri: Bina Citra Pustaka, hal. 101.
2
Ibid. commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
Sukarno beserta rombongan kabinet Syahrir kecuali Syahrir sendiri secara diam-
diam naik kereta api dari Stasiun Manggarai menuju Stasiun Tugu Yogyakarta.
Negara disebabkan oleh tawaran yang diberikan Sultan terhadap Sukarno. Sultan
telah mengundang Sukarno untuk menempatkan ibu kota yang berada di Jakarta
ke Yogyakarta. Undangan tersebut dibawa oleh seorang kurir yang berangkat dari
keunggulan yaitu 1) Yogyakarta terletak di Jawa Tengah bagian selatan yang jauh
yang dianggap tepat untuk basis oposisi adalah kota “saingan” Yogyakarta, yaitu
bukan saja imperialisme dan penjajah yang diusir tapi juga mengikis habis sisa-
berarti politik tetapi juga ekonomi, sosial dan lebih dari itu mental. Revolusi total
hanya bisa terjadi dan berhasil kalau; 1. Massa dapat digerakkan; 2. Ada
organisasi yang kuat untuk menjaga disiplin dan jalan revolusi dengan cara hukum
besi; dan 3. Ada pimpinan revolusi. Dari sinilah Tan Malaka menginginkan
a. Persatuan Perjuangan
pukul 10.00 dibuka Kongres Pendidikan Volksfront. Lima ratus orang pengunjung
hadir atas nama 141 organisasi. Jenderal Soedirman beserta stafnya juga turut
hadir, dengan diiringi tokoh tertinggi Angkatan Laut Atmadji. Soekarno, Hatta
3
Tan Malaka, 1951, Madilog: Materialisme, Dialektika, Logika, Jakarta: Wijaya, hal. 42
4
Anthony Reid, 1996, Revolusi Nasional Indonesia, ter. P.G Katoppo, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, hal.72. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
dan kabinet juga diundang hadir, tapi mereka tidak datang. Sultan Yogyakarta dan
regional dan lokal berdatangan dengan senang dan termasuk sebagai peserta.
didirikan di Jawa Barat, Tengah dan Timur sangat berpengaruh, tapi juga yang di
tingkat lebih rendah, regional dan setempat semuanya aktif dengan kompetensi
Seorang tokoh, Tan Malaka merangkum sidang petang hari itu. Dengan
terkumpulnya 141 organisasi massa atau partai politik pada tanggal 4 Januari 1946
perjuangan, perang sejati, yang harus berakhir dengan kekalahan musuh. Untuk
partai maka hanyalah Volksfront merupakan jalan keluar. Tan Malaka berpidato
5
Harry A. Poeze, 2008, Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, hal. 233. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
oposisi yang cukup kuat terhadap kabinet Sjahrir. Ben Anderson melihat ada dua
perlawanan bersenjata
Salah satu tokoh nasional yang mengisi peranan sebagai oposisi yang
cukup kuat adalah Tan Malaka. Tan Malaka sendiri diperkenalkan kepada
rumah dokter pribadinya, dr. Soeharto. Percakapan yang disaksikan oleh Sajuti
terkesan sehingga Soekarno menyatakan jika terjadi sesuatu dengan dirinya maka
6
Ibid, hal. 235. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
rumahnya, disitu rencana surat wasiat dibuat dan diajukan untuknya. Namun atas
desakan Hatta, pewarisnya diusulkan tidak hanya Tan Malaka seorang namun ada
dan membuka jalur perundingan dengan pihak sekutu dan Belanda. Pasukan
sekutu kemudian mendarat di Jakarta sekitar akhir September dan awal bulan
Oktober 1945, Tan Malaka mendekati Sjahrir dan mendesak suatu persekutuan
sekutu.
sebagai presiden, dengan Tan Malaka memegang jabatan baik sebagai Presiden
maupun sebagai menteri tertentu seperti Menteri Perburuhan atau Menteri Dalam
Negeri. Namun demikian Sjahrir menolak ide Tan Malaka dan menasehatinya
untuk pergi ke daerah-daerah dan melihat apakah ia atau Soekarno yang benar-
7
Ben Anderson, 1988, Revoloesi Pemoeda. Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa, 1944-
commit
1946, Terjemahan: Jiman Rumbo, Jakarta: PustakatoSinar
userHarapan, hal. 58.
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
Surabaya yang begitu besar. Sjahrir dengan keyakinannya yang kuat menempuh
jalan diplomasi, sementara itu Tan Malaka dengan fanatisme yang sama
Maka itu pada tanggal 3 Desember 1945, Tan Malaka menerbitkan suatu
brosur yang diberi judul, “Moeslihat”. Salah satu tokoh dalam brosur yang
dan ekonomi.
dunia pergerakan pemuda waktu itu ditambah beberapa tokoh seperti Muhammad
yang diadakan di Purwokerto pada tanggal 3 Januari 1946 atas prakarsa Sukarni ia
tanggapan yang cukup baik dari Partai Sosialis dan elemen pergerakan lainnya,
namun bagi pemerintahan saat itu “Front Perjuangan” dianggap sebagai oposisi.
tanggal 15 dan 16 Januari 1946 dari pihak pemerintah yang juga seperti Presiden,
Wakil Presiden dan seluruh menteri kabinet hanya Panglima Besar Soedirman
“Lebih baik di (bom) atom sama sekali daripada tidak merdeka 100% !”9
nama “Persatuan Perjuangan” (PP) yang mengambil nama dari pidatonya Tan
Malaka di konggres tersebut. Panitia kecil yang ditunjuk untuk membuat usulan-
8
Kedaulatan Rakyat, 16 Januari 1946.
9
Ben Anderson, op. cit., hal. 62. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
dilakukan Tan Malaka mencapai puncak keberhasilan yang tinggi. Sejumlah besar
kemerdekaan 100% itu”. Dan pada bulan Maret 1946, Sjahrir merubah susunan
kabinetnya dengan memberikan jatah kursi kabinet kepada Masyumi dan Partai
Sosialis yang hampir sama besar serta ditambah beberapa tokoh yang berpengaruh
dari Parkindo (Leimena), PBI (Sjamsu Hardja), PNI (Herling Laoh) dan Wikana
b. Barisan Banteng
Barisan Banteng merupakan nama baru dari Barisan Pelopor yang telah
eksis sebelum perang. Dalam sebuah konferensi yang diadakan di Surakarta pada
10
Harry A. Poeze, op.cit., hal. 240. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
bawah pimpinan Dr. Muwardi dan mbah Sudiro. Sejak permulaan, kekuatan
serta teman-teman karib mereka. Dengan demikian barisan ini ditandai secara
kesehatan yang terlatih baik dan pengabdi, Dr. Muwardi sama sekali bukan dokter
Jawa berpendidikan barat yang biasa, seorang yang berkemauan keras, pemarah,
dan sangat berani meskipun tubuhnya kecil. Ia telah lama aktif dalam gerakan
yang dekat dengan berbagai “jago” dan taat kepada ilmu kebatinan. Nasionalisme
sangat berwatak Jawa, dalam berbagai segi sejajar dengan nasionalisme Sarmidi
pejuang dan bukan sebagai seorang politikus, maka ia tidak masuk PNI Sarmidi,
dekat dengan PETA Jawa Tengah, dan di sisi lain dekat dengan Presiden Sukarno.
Dengan adanya kepribadian Muwardi, Barisan Banteng sejak semula agak curiga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
kecurigaan itu. Barisan Banteng kemudian menjadi komponen yang menonjol dari
kelompok oposisi.11
atau daerah swapraja, yaitu daerah yang berhak memerintah daerahnya sendiri
tapi diatur tersendiri dengan perjanjian antara Gubernur Jenderal dengan Sri
Sunan dengan nama Politiek Contract (Kontrak Politik). Ada dua macam kontrak
antara kerajaan asli Indonesia dengan Belanda, dan Korte verklaring (pernyataan
Kontrak politik mempunyai dasar hukum yang kuat karena dibuat oleh
kedua belah pihak dan harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Kerajaan
Belanda. Sejak GJ Van Heutz (1851-1924) setiap pergantian raja akan diadakan
11
Ben Anderson, 1988, Revoloesi Pemoeda. Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa, 1944-
1946, Terjemahan: Jiman Rumbo, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. 103.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
dan Mangkunegaran berlaku tata cara, adat istiadat asli yang sejak dulu telah
berlaku tanpa harus mengadopsi tata cara yang diberlakukan di daerah-daerah lain
oleh Belanda.
Istimewa dengan sebutan Kochi (daerah istimewa). Rajanya diberi sebutan Koo
Indonesia
sama dalam memenangkan Perang Asia Timur Raya. Mengingat Jepang banyak
BPUPKI dan PPKI. Surakarta sebagai daerah Kochi diikutkan dalam keanggotaan
BPUPKI dalam merancang UUD 1945. Anggota BPUPKI dari Surakarta adalah
Pada rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 Soepomo memberi penjelasan tentang
b. Penghormatan pada daerah istimewa atau kooti dalam susunannya yang asli
negara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
dalam pasal 18 UUD 1945 yang dalam penjelasannya menyebutkan daerah yang
sebagai daerah istimewa. Amandemen UUD 1945 tahun 1999 dan 2000 mengatur
tradisional.
pemerintah pusat negara RI. Pada tanggal 6 September 1945 pemerintah Republik
Indonesia memberi piagam kedudukan kepada Sri Susuhunan Paku Buwono XII
yang merupakan bagian dari wilayah RI. Piagam ini ditandatangani Soekarno
diperkuat dengan pemberian pangkat militer kepada Sunan Paku Buwono XII
12
Julianto Ibrahim, 16 Januari 2010, Makalah dalam Diskusi Wacana Pembentukan Propinsi
Daerah Istimewa Surakarta, Semarang: Yayasan Putra Budaya Bangsa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
bentuk pengakuan perjuangan Sunan Paku Buwono XII dalam membela republik.
19 Oktober 1945 sebagai komisaris tinggi untuk Surakarta yang bersifat istimewa.
Surakarta dengan diketuai Sunan PB XII, wakil Mangkunegoro VIII, dan anggota
menjadi basis timbulnya konflik-konflik sosial politik. Kelas-kelas sosial ini dapat
13
Ibid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
Konflik-konflik sosial politik pada masa revolusi dapat muncul antara kaum
dan militer, kaum tua dan kaum muda, dan aristokrat feodal dengan demokrasi
kerakyatan. Dalam pola atau struktur konflik itu, ideologi juga berperan penting
bertikai.14
Konflik sosial politik di daerah Surakarta sebenarnya telah ada sejak awal
konflik kepentingan kelompok yang ada. Hukum sebab akibat berlakulah teori,
Istimewa atau Swapraja oleh pemerintah RI di pusat pada 19 Agustus 1945, maka
segera timbul reaksi dari para pejuang kemerdekaan di Surakarta dari berbagai
penduduk Surakarta untuk loyal menerima ketentuan status Daerah Istimewa bagi
kedua kerajaan di Surakarta itu. Hal ini tampaknya dianggap bersifat bertolak
Sejak awal 1945 secara nyata mulailah periode konflik sosial politik,
14
Suyatno Kartodirdjo, 1989, Revolusi Nasional di Tingkat Lokal, Jakarta: Depdikbud, Direktorat
Sejarah dan Nilai Tradisional, hal. 47. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
Sudarsono untuk menemui Paku Buwono XII. Tujuannya tidak lain untuk
dipegang oleh Pemerintah Pusat, bila sudah ada peraturan yang mengatur Daerah
memperlemah persatuan dan kesatuan untuk menghadapi musuh dari luar yang
ingin menjajah bangsa Indonesia. Namun demikian usul ini ditolak Dr.
Surakarta akibat suhu revolusi yang terus memanas yang sulit dikendalikan.
ini diisi Woeryaningrat yang diangkat Paku Buwono XII, berstatus pejabat ”Ymt”
atau sementara. Selain itu banyak pegawai ditahan dan selanjutnya menimbulkan
15
Suara Merdeka, 20 Februari 1983.
16
Ibid. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
mengundurkan diri.
wakil ketua KNID Surakarta, dengan alasan karena dianggap kurang tegas. Di
lingkungan keluarga keraton juga diculik, misalnya Kanjeng Ratu Paku Buwono
(Ibu Sri Paku Buwono XII), Ray. Sunami (kerabat Istana Mangkunegaran), R.
RRC yang datang dari luar Surakarta. Mereka diculik dan ditempatkan di
mata Belanda.
Komandan Pasukan Intel 0001, Zulkifli Lubis dan beberapa orang pengawalnya
Barisan Banteng untuk membebaskan mereka, tetapi harus memenuhi syarat tidak
diselesaikan.18
berada di bawah langsung Presiden RI. Berdasarkan pada pengumuman itu berarti
Status ini tidak ingin terjadi perubahan, apalagi yang bertentangan dengan
rapat besar pada 9 Mei 1946 yang dihadiri oleh 36 organisasi politik yang
dipimpin Dr. Muwardi.19 Tujuan rapat besar ini untuk membentuk dengan segera
Susuhunan dan Mangkunegoro mendapat kritik keras dari mereka. Akibatnya Dr.
Muwardi beserta 11 tokoh politik lainnya ditangkap unsur tertentu, yang juga
1946 yang dilancarkan secara bersama untuk menentang aksi penangkapan tokoh-
tokoh rakyat itu. Para pelaku demonstrasi berasal dari kelompok Barisan Banteng,
Bulan April dan Mei 1946 rupanya cukup panas suasana politik di
cepat itu. Pada satu sisi gerakan anti-swapraja berkembang luas hingga ke
Badan Pekerja KNI yang didukung sekitar 60 organisasi misalnya PBI, BTI,
19
Mawardi, 1995, Dinamika Revolusi Sosial di Surakarta, Sukoharjo: Universitas Veteran
Bangun Nusantara, hal. 53. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
GPII, Parkindo, dan Pangreh Praja lokal menyatakan keputusan untuk membentuk
Surakarta dan pihak Kepolisian Daerah Surakarta juga menyatakan diri terlepas
diplomatis dengan Belanda. Pihak Persatuan Perjuangan (PP) yang dipimpin Tan
Muhammad Yamin, Mr. Achmad Soebarjo, Chaerul Saleh, Sukarni, Adam Malik
20
Ibid.
21
Wisnu Widodo, 1987, Surakarta Genap 41 tahun: Pada Awal kemerdekaan RI pernah menolak
commit
sebagai Daerah Istimewa, Suara Merdeka, 16 Junito1987.
user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
oposisi yang cukup besar pengaruhnya dalam lingkungan sipil maupun militer
Maria Ulfah (Sekretaris Kabinet), yang baru saja dari perjalanan ke Mojokerto
dan kemudian menginap di Javasche Bank Surakarta diculik oleh Mayor AK.
Yusuf atas dasar surat tugas dari Mayor Sudarsono.23 Penculikan terhadap Syahrir
kantor di depan Javasche Bank tersebut dan Markas Polisi Tentara. Namun
mereka tak kuasa apa-apa karena penculiknya adalah Mayor AK. Yusuf. Perdana
XXV jalan Jebres yang dipimpin Suadi Suromiarjo. Adanya perintah Presiden
akhirnya para pemimpin pemerintahan itu baru meninggalkan resimen XXV untuk
22
Taufik Abdullah dkk, 1983, Manusia dalam kemelut Sejarah, Jakarta: LP3ES, hal. 165.
23
Karkono Kamajaya, op.cit., hal. 16. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
keadaan Darurat Perang” dan menyerukan agar Syahrir segera dikembalikan para
yang ternyata masih berlanjut hingga timbulnya apa yang disebut sebagai
”Peristiwa 3 Juli”.24
24
Mawardi, op.cit., hal. 55. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
1945 oleh PPKI. Proses pelembagaan negara tersebut berhasil menetapkan UUD
1945, memilih Soekarno sebagai Presiden dan Muhammad Hatta sebagai Wakil
Terbentuknya KNI Pusat ini kemudian diikuti oleh terbentuknya KNI Daerah
dan Gerakan Rakyat Indonesia (GRI). Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID)
Jepang yang terbagi dalam Kooti Jimmu Kyoku (kekuatan sipil), Butai yang
1
George Mc Turnan Kahin, 1995, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Surakarta: UNS Press
hal. 177 commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
penduduk Surakarta.
namun tidak ada upaya dalam penyerahan kekuasaan dari Jepang. Lambannya
Nasional di Surakarta. Hal ini mendapat sambutan antusias dari Panitia Persiapan
dengan kedatangan anggota kabinet Soekarno yaitu Mr. Maramis dan Mr. Sartono
di Surakarta pada 9 September 1945. Dua hari kemudian dilakukan rapat yang
peserta rapat. Rapat tersebut dihadiri oleh 144 peserta yang berasal dari seluruh
Surakarta. Pada umumnya mereka adalah para politisi dan pejuang yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
Agar lebih mewakili semua pihak maka KNID Surakarta yang dipimpin
2
Panitia Pembangunan Monumen Pejuang 1945, 1974, Buku Kenang-kenangan Perjuangan
Rakyat Surakarta dari Zaman ke zaman,commit to user
Surakarta:t.p., hal. 25.
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
Sekretaris I : R. Sumodiharjo
Sekertaris II : R. Seno
Bendahara I : R. Martoraharyo
Pada saat bersamaan berdiri pula KNID Kabupaten Kota Surakarta yang
UU No. 1 tahun 1945 yang menyatakan bahwa di Surakarta tidak perlu dibentuk
istimewa.5
3
Ibid.
4
Pemerintah Kota Surakarta, 2000, Mozaik Pemerintah Kota Surakarta, Surakarta: Pemerintah
Kota Surakarta, hal. 13.
5
Ibid. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
bernegara diwujudkan dalam sistem demokrasi dan setiap manusia memiliki hak
politik yang sama. Di luar semangat nasionalisme dan demokrasi yang menggebu
dalam barisan perjuangan, hal lain yang tidak boleh dilupakan ialah oportunis
didasari oleh kepentingan ekonomi tiap-tiap individu dan pencarian status sosial
Daerah Surakarta
dibangunnya Markas Polisi Militer Tentara Angkatan Darat Jepang yang disebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id
perang Asia Timur Raya. Jepang membentuk pasukan pembantu perang yang
disebut Peta dan Heiho yang terpusat ke dalam organisasi Boui Engo Kai. Tugas
pasukan tentara Angkatan Darat Jepang yang bernama Masse Butai. Masse Butai
adalah tentara Jepang yang sangat terkenal karena keganasan dan kekejamannya.
dengan nama Surakarta Kochi Jimmu Kyoku yang kepala atau Suchokan-nya
dipegang oleh T. Watanabe. Kantor pusat Surakarta Kochi Jimmu Kyoku adalah
6
Raudlotul Fauziah, 2005, Peranan Boui Engo Kai Pada Masa Pendudukan Jepang di Surakarta
tahun 1943-1945, Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta, hal. 85.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
politik yang ada dan melakukan penyegelan terhadap radio-radio milik rakyat.
Tetapi keadaan tersebut tidak mematahkan dan memadamkan jiwa dan semangat
tentara Heiho dan Peta, yang diam-diam berusaha mengumpulkan kekuatan untuk
Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945 kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom
oleh Amerika Serikat sehingga membuat Jepang tidak berdaya lagi. Pada tanggal
suatu perintah untuk mencetuskan revolusi guna merebut kekuasaan dari tangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
Indonesia.7
Peristiwa yang terjadi pada 1 Oktober 1945 bertempat di gedung Kooti Zimu
7
Ibid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
tersebut yang dimuat di harian Kedaulatan Rakyat tanggal 2 Oktober 1945, adalah
sebagai berikut:
PENJERAHAN PEMERINTAHAN
MERDEKA!!!
Komite Nasional
Barisan Penerangan
Sumodiningrat sebagai ketua KNIDS keluar gedung untuk menemui ribuan massa
yang sebagian besar berasal dari laskar perjuangan. Kehadiran massa ini tentu
Jepang berada di Loji Gandrung dan juga merupakan pusat pemerintahan sipil ini
pindah ke Tampir, Boyolali. Tempat baru ini juga sebagai konsentrasi penempatan
orang-orang Jepang dari daerah Surakarta pada umumnya, baik orang-orang sipil
maupun militer.8
merebut senjata dari tentara Jepang, karena senjata merupakan syarat utama untuk
melalui diplomasi saja. Untuk menghadapi pasukan Butai yang dipimpin Letnan
Komandan T. Masse, dan Kenpeitai yang dipimpin kapten Sato, KNID Surakarta
8
Mawardi, 1995, Dinamika Revolusi Sosial di Surakarta, Sukoharjo: Universitas Veteran Bangun
Nusantara, hal. 38. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
pihak Indonesia.
diupayakan oleh KNID Surakarta yang cukup berhasil tanpa melalui jalan
Kenpeitai. Adapun bunyi surat penyerahan kekuasaan ini adalah sebagai berikut9:
” Pada hari Jumat 5 Oktober 1945 saya, Panglima dari pasoekan tentar
damai, maka untuk kelompok pasukan Kenpeitai bersifat sebaliknya. Kapten Sato
9
Karkono Kamajaya, 1993, Revolusi di Surakarta, Makalah Temu Ilmiah, Yogyakarta: Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, hal.commit
9. to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
hasil. Alasan Sato menolak penyerahan kekuasaan dan senjata Jepang kepada
pihak Indonesia, karena belum menerima perintah dari Tenno Haika (Kaisar
Jepang). Alasan ini tampaknya masuk akal dilihat dari segi disiplin militer Jepang
Kenpeitai yang berada di jalan Slamet Riyadi (sekarang Hotel Cakra) dengan
bersenjata dalam jumlah banyak. Keadaan terkepung ini Kenpeitai bersikap agak
Jepang dari markas Kenpeitai itu. Komandan Kenpeitai minta disediakan empat
buah truk dan dua sedan guna mengangkut pasukan Kenpeitai dan senjatanya ke
Tampir. Permintaan tersebut sampai jam 18.30 tidak dapat dipenuhi pihak KNID
Perselisihan senjata ini berlangsung sampai menjelang pagi hari. Dalam waktu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
semalam itulah pertempuran terjadi. Pada pukul 06.00 tanggal 13 Oktober 1945
secara mendadak muncul sebuah jeep yang ditumpangi empat pemuda menerobos
secara massal melawan pasukan Jepang tersebut. Dengan serbuan itulah pasukan
Kenpeitai di bawah komandan Sato baru mau menyerahkan kekuasaan secara total
penjara untuk menghindar dari balas dendam rakyat. Selanjutnya mereka diangkut
kekuasaannya. Sejak Kenpeitai dapat dikalahkan rakyat, BKR dan lain-lain yang
diawali dari Timuran, maka pada 13 Oktober 1945 secara resmi militer Jepang di
Surakarta telah menyerah. Oleh karena itu bertambah giatlah tuntutan penyerahan
sekitarnya.
dapat dikatakan sepenuhnya sebagai hasil jerih payah KNID Surakarta dan rakyat.
10
Mawardi, op.cit., hal. 41.
11
commit
Bambang Suprapto, Suara Merdeka, 14 Oktoberto1987.
user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
Suchokan kemudian diganti dengan yang baru menggunakan cap dan tanda tangan
selaku ketua KNID Surakarta itu memberikan dampak bagi para pemuda dan
yang langsung dibagikan kepada kelompok pasukannya dan ada yang disimpan di
12
Mawardi, op.cit., hal. 40. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
diterima secara baik oleh rakyat umumnya. Walaupun juga harus diketahui
dengan arus dan nilai-nilai revolusi itu sendiri. Sikap kurang tanggap terhadap
situasi revolusi dan tidak mampu mengantisipasi secara tepat akhirnya membawa
nasib aristokrasi di Surakarta menyimpang atau bahkan berbalikan dari apa yang
faktor dalam lingkungan kraton. Bila ditarik ke masa lampau ada beberapa faktor
yang secara logis menentukan sekali nasib istana-istana di Surakarta pada masa
revolusi. Setelah Mangkunegoro VII meninggal pada tahun 1944, maka tampuk
berpengalaman, dan berada di bawah pengaruh pegawai kraton yang tua dan
Paku Buwono XI pada tahun 1944 akhirnya Kasunanan di bawah raja baru, Paku
Buwono XII yang juga masih muda, belum berpengalaman, dan di bawah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
pengaruh wazirnya yang masih ada pertalian keluarga dan yang ayahnya dikenal
mata rakyat Surakarta, bahkan dianggap kraton wis koncatan wahyu oleh
otoritas yang dimiliki kraton menipis dan akhirnya hilang dengan sendirinya.
Padahal dalam suatu masyarakat Jawa yang masih tersentuh nilai-nilai peradaban
tradisionalnya seperti di Surakarta itu sulit melepaskan diri dari pola-pola hidup
peternal, tetapi karena perimbangan sikap dan harapan tidak diperoleh akhirnya
penguasa tradisional ini. Oleh karena itu pada bulan-bulan awal revolusi di
13
George D. Larson, 1990, Masa Menjelang Revolusi: Kraton dan Kehidupan Politik di
Surakarta 1912-1942, terjemahan AB. Lapian, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 7
14
Mawardi, op.cit., hal. 46. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
oleh seorang bangsawan kraton Kasunanan, yaitu Wuryaningrat pada awal bulan
15
Soejatno, 1972, Kolonialisme Barat dan Kemunduran Raja-raja Surakarta abad XIX,
commitJurusan
Surakarta: Seksi Pembinaan Pengajaran Sejarah, to userSejarah, IKIP Surakarta, hal. 53.
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
KNID Surakarta yang diketuai oleh Sumodiningrat, bekas opsir PETA dan
pertama yakni:
KNID Surakarta.
diserahkan kepada suatu Dewan Pemerintahan yang terdiri atas Suprapto, Sutopo,
dan Sumantri.
Paku Alam, yang menjadi Kepala dan Wakil Kepala Daerah Istimewa. Di
Surakarta terjadi persaingan antara kedua orang raja, sambil pula tuntutan partai-
dan atas keputusan Badan Pekerja KNI Pusat dibentuklah Direktorium, sebagai
overkapping atas kedua bagian daerah dan dengan demikian agar hanya ada satu
Dewan pemerintahan ini diketuai oleh Komisaris Tinggi dan para raja
Pada prakteknya Direktorium ini tidak berjalan lancar, hal ini disebabkan karena
menyetujuinya.
Undang-undang Dasar untuk daerah Surakarta. Hasil panitia ini dikirim kepada
itu, gerakan anti-swapraja sudah memuncak. Tanggal 29 April 1946 lahir mosi
dari Kepolisian, Angkatan Muda, Pamongpraja, GRI, Partai Sosialis, BTI, BPRI,
16
A.H. Nasution, 1977, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid II, Bandung: Angkasa, hal
552-554.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
3. Supaya kedua Sri Paduka tersebut hanya mengurus kraton dan istananya
masing-masing.
mengurus pertikaian. Ia berunding dengan kedua raja dan wakil-wakil rakyat, dan
17
commitSasana
Maklumat Paku Buwono XII, 1946, Surakarta: to user
Pustaka.
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id
sebagai hasil pemilihan umum itu mempunyai kekuasaan yang syah untuk
yang lain pendiriannya dari pada Paku Buwono XII. Namun BP KNI kabupaten
rakyat.
Komisaris Tinggi serta Direktorium dan dengan tetap resminya daerah istimewa,
18
commit
Maklumat Menteri Dalam Negeri, 1946, to user Reksa Pustaka.
Mangkunegaran:
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
dan dalam kesempatan ini berbagai aliran yang ekstrim bergolak, yang semakin
impiannya tentang Negara yang berkedaulatan rakyat dan menjadi motor gerakan
maka segala hal yang berbau kerajaan dicoba untuk disingkirkan. Ketua KNID
Surakarta yang semula dipegang oleh ipar Susuhunan, yaitu Mr. Sumodiningrat
November 1945 yang dikuasai oleh seorang veteran PKI sebelum perang dan
19
A.H. Nasution, op.cit., hal. 552-554.
20
Hal ini terbukti dengan penggeseran BPH Sumodiningrat sebagai ketua KNID Surakarta oleh
commitpendukung
Suyono bekas aktivis PKI 1926 yang merupakan to user utama Anti Swapraja.
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
dikuasai oleh berbagai golongan pemuda yang berpendidikan radikal dan tokoh-
berikut:
jang bertentangan;
21
Ben Anderson, 1988, Revolusi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-
1946, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,hal.commit
364. to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id
Usaha yang dilakukan KNID Kab. Klaten tersebut kemudian diikuti oleh
terkesan lambat dalam mersepon aspirasi rakyatnya. Pihak istana tidak setuju
dari rakyat yang menghasilkan revolusi sosial ini dimanfaatkan oleh kekuatan-
kekuatan politik yang ada di kota ini. Masa lampau Surakarta yang penuh
22
Antara, 27 April 1946.
23
Julianto Ibrahim, 2008, Kraton Surakarta dan Gerakan Anti Swapraja, Jogjakarta: Malioboro
Press, hal. 87.
24
Kedaulatan Rakyat, 11 Mei 1946. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
komunisme.
pemerintahan.26
25
Pembentukan KNID kab. Kota Mangkunegaran dan KNID Kab. Wonogiri merupakan hasil dari
gerakan pemuda dan politisi non bangsawan di daerah tersebut, berbeda dengan daerah Kasunanan
dimana para Bupati terlibat dalam pembentukan KNID tingkat Kabupaten. Berkas surat-surat
yang masuk Mangkunegaran dan Konsep Balasannya, Arsip Reksa Pustaka Mangkunegaran.
akibat ketiadaan perangkat hukum yang mengatur tentang daerah istimewa. Oleh
terlihat pada pendirian KNID Kabupaten Kota Surakarta yang sebagian besar
kerjasama antara KNID Kabupaten Kota Surakarta dengan KNID Surakarta dan
pembentukan Badan Pekerja (BP) pada KNID Kabupaten Kota Surakarta yang
Mangkunegaran.27
27
commit
Catatan Kronologi di Awal Proklamasi, to user
Arsip Reksa Pustaka Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
ini merupakan benih dari Gerakan Anti Swapraja sebagai perwujudan revolusi
sosial di Surakarta.
KNID Kab. Kota Surakarta sebagai lembaga kekuasaan yang diakui dan diterima
KNID Kab. Kota Surakarta tetap bertahan dan eksis menjalankan pemerintahan
karena tidak ada tindak lanjut dari pemerintah pusat dalam menuntaskan persoalan
KNID di Mangkunegaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id
Surakarta
dimulai di kota Surakarta oleh para pemimpin. Para pemuda dan para politisi dari
kebangsawanan dari para anggotanya yang berasal dari keraton, karena adanya
beberapa pertentangan.28
ideologi sendiri, serta tujuan dan program sendiri. Jelas sekali sikap anggota
organisasi terdapat hubungan yang erat diantara para anggota dan pemimpinnya.
28
R.T. Muhammad Husodo Pringgokusumo, 1982, ringkasan Disertasi Dr. Soejatno Kartodirjo:
commit toRekso
Revolusi di Surakarta tahun 1945-1950, Surakarta: userPustoko, hal. 3.
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
Hal ini ditunjukkan oleh penggunaan kata “bapak”. Akan tetapi kesamaan latar
belakang budaya ini serta kerukunan diantara mereka tidak dapat menghilangkan
dan persaingan.
KNI pada tingkat kecamatan, dan di tempat-tempat tertentu bahkan didirikan KNI
di tingkat desa. Berbagai badan perjuangan dengan cara yang sama didirikan oleh
organisasi yang didukung oleh Jepang. Akan tetapi jurang diantara daerah
RI yang baru. Keadaan ini mengganggu jalannya perintah dari para raja melalui
desa yang memihak kepada RI mulai mengukur sikap para bekas kepala desa
Surakarta menyusun jalannya revolusi. Hal ini terlihat dari bersatunya markas
29
Ibid, hal. 5. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id
Purbayan sebagai tempat pelaksana rapat mereka. Tempat tersebut juga menjadi
seluruh Surakarta. Mereka adalah para politisi dan pejuang yang tergabung dalam
belakang anggota KNID Surakarta yang berasal dari badan-badan kekuatan politik
ini yang menjadi cikal bakal pergerakan politik yang dilakukan KNID Surakarta.
Surakarta dengan para anggota Barisan Pelopor, Markas Delapan, dan Indonesia
pemerintahan sipil Jepang antara lain Kantor Jawatan Pos dan Telepon, Jawatan
Dinas Kepolisian, Dinas Rahasia dan Reserse, dan Dinas Penjara. Perebutan
30
Djawatan Penerangan Kota Besar Surakarta, 1953, Kenang-kenangan Kota Besar Surakarta
1945-1953, Surakarta: t.p., hal. 2-3.
31
Karkono Kamajaya, op.cit., hal. 4-6. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id
lahirlah Minimum Program yang dipelopori oleh Tan Malaka. Karena berperan
32
Julianto Ibrahim, 2004, Bandit dan Pejuang di Simpang Bengawan: Kriminalitas dan
Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta, commit
Wonogiri:toBina
userCitra Pustaka, hal. 153.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
Simpulan
sementara yang dilengkapi juga suatu Badan Pekerja (BP-KNIP). Adanya Komite
Nasional ini tidak hanya terbatas di lingkungan pemerintah pusat, tapi secara
(KNID). Tujuan KNID dibentuk adalah untuk melucuti tentara Jepang dan
Soemodiningrat yang merupakan ipar Susuhunan dan bekas opsir PETA ini
dibantu oleh 9 orang dari elite agama, elite tradisional berpendidikan Barat dan
elite politik.
menghadapi kekuatan Jepang yang terbagi dalam Kooti Jimmu Kyoku (kekuatan
masyarakat. Revolusi di Surakarta tidak dimulai dari bawah di tingkat desa, tetapi
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id
dimulai di kota Surakarta oleh para pemimpin. Para pemuda dan para politisi dari
oleh pemerintah RI di pusat pada 19 Agustus 1945, maka segera timbul reaksi dari
1945 secara nyata mulailah periode konflik sosial politik, berupa gerakan-gerakan
Surakarta. Pada tanggal 1 Oktober 1945 secara resmi seluruh kekuasaan Jepang di
dapat dikatakan sepenuhnya sebagai hasil jerih payah KNID Surakarta dan rakyat.
dari segala konflik istana, keberadaan KNID Surakarta pada akhirnya digunakan
Negara yang berkedaulatan rakyat dan menjadi motor gerakan anti swapraja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id
commit to user