Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTARA


KECAMATAN DI KOTA AMBON

Mata Kuliah : Ekonomi Regional


Dosen Pembimbing : Kusworo S.Pd. M.Pd

Disusun Oleh :
Asep Lukman

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN EKONOMI


UNIVERSITAS PAMULANG
KATA PEGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Ketimpangan
Pembangunan antara Kecamatan di kota Ambon” dengan baik. Makalah ini kami susun guna
melengkapi tugas mata kuliah Ekonomi regional.

Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui. Namun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak kusworo, S.Pd.
MM.Pd selaku dosen pembina mata kuliah ini.

“Tiada gading yang tak retak”, begitupun dengan makalah ini. Maka dari itu, kritik dan
saran konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan selanjutnya. Akhirnya
penulis tetap berharap seoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang,7 April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………...……………………………………………1

1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………………………………..


1.2 Perumusan masalah …………………………………………………………………………..

BAB II Kajian Teori ………………………………………………………………………….


1. Ekonomi Regional ………………………………………………………………………..
2. Ekonomi ………………………………………………………………………………….
3. Region ……………………………………………………………………………………
4. Tepologi ………………………………………………………………………………….
5. Ketimpangan Pembangunan …………………………………………………………….

BAB III Metode ………………………………………………………………………………….

1. Lokasi dan Waktu ……………………………………………………………………….


2. Metode ………………………………………………………………………………….

BAB IV Kesimpulan dan Saran …………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Indonesia menghadapi berbagai fenomena pembangunan di tingkat daerah,
nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan
sejalan dalam proses pembangunan tanpa menimbulkan trade-off satu sama
lainnya. Pembangunan ekonomi tidak hanya menjadi agenda pemerintah pusat
tetapi juga menjadi agenda setiap daerah dalam suatu negara. Pemerintah daerah
dan masyarakatnya mengelola sumbersumber daya yang tersedia sehingga
membentuk suatu kemitraan pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk
menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang perkembangan kegiatan
ekonomi (Arsyad, 2010).
Pembangunan ekonomi ialah peningkatan pendapatan perkapita dengan
cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan
ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen (Sukirno,
1966). Namun pembangunan suatu negara atau wilayah pada dasarnya tidak
selalu berhubungan dengan terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi
sebagaimana yang banyak dipaparkan oleh sebagian besar negaranegara maju dan
beberapa ekonom, tetapi aspek yang paling penting perlu diperhatikan yaitu
pemerataan dan sisi berkelanjutan suatu pembangunan. Mencermati keadaan saat
ini bahwasannya pembangunan yang dilakukan selama ini mengedepankan
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan melupakan aspek pemerataan
dan distribusi spasial atas sumber daya yang ada. Sejak terjadinya otonomi
daerah, pemerintah daerah dapat memperluas pengembangan daerah masing–
masing dengan kesempatan yang ada. Daerah tersebut semakin memiliki
kebebesan untuk mengembangkan wilayahnya sesuai dengan kebutuhan
penduduk lokal (Nehen,2010).
Beberapa ahli ekonomi untuk melakukan studi tentang ketimpangan
pembangunan antar wilayah di Indonesia. Studi pertama dilakukan oleh Hendra
Esmara (1975) yang menggunakan Williamson Index sebagai ukuran
ketimpangan antar wilayah. Untuk mempertajam analisis, kalkulasi indeks
ketimpangan disini dibedakan antara PDRB termasuk dan di luar minyak dan gas
alam. Alasannya adalah karena produksi minyak dan gas alam yang hanya
terdapat pada daerah tertentu saja akan cenderung memicu relatif tingginya
tingkat ketimpangan ekonomi antarwilayah. Perekonomian dalam suatu daerah
kerap mengalami permasalahan ketimpangan pembangunan. Ketimpangan
pembangunan pada hakikatnya dikarenakan oleh adanya perbedaan kondisi
geografi dan kandungan sumberdaya alam yang terdapat pada masing – masing
daerah. Oleh karena perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam menentukan
arah pembangunan menjadi berbeda. Dampak dari adanya ketimpangan
pembangunan adalah terdapat daerah yang menjadi wilayah maju (developed
region) dan wilayah terbelakang (underdeveloped region).
Ketimpangan pada dasarnya disebabkan adanya perbedaan kandungan
sumber daya alam dan perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-
masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini kemampuan suatu daerah dalam proses
pembangunan juga menjadi berbeda, oleh karena itu tidaklah mengherankan
bilamana pada suatu daerah biasanya terdapat wilayah maju (developed region)
dan wilayah terbelakang (underdeveloped region). Ketimpangan pembangunan
juga dapat dilihat secara vertikal yakni perbedaan pada distribusi pendapatan serta
secara horizontal yakni perbedaan antara daerah maju dan terbelakang (Sjafrizal,
2008).
Di wilayah kota Ambon, kantong kemiskinan terbesar berada di
Kabupaten Gorontalo. Pengangguran juga cukup tinggi, pada data Sakernas tahun
2004 tercatat pengangguran di Gorontalo sebanyak 45.360 jiwa sementara pada
data tercatat ada 57.412 jiwa. Dari aspek pendidikan, output pendidikan yang
dicerminkan oleh Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni
(APM) untuk semua tingkatan sekolah pada tahun 2002 dan 2005 umumnya
berada di bawah nasional dan dibawah dua provinsi terdekatnya, Sulawesi Utara
dan Sulawesi Tengah (World Bank, 2008).
2. Rumusan Masalah

Untuk mengidentifikasi pemetaan ketimpangan sangat di perlukan untuk


menyusun strategi terciptanya sinkronisasi perkembangan di kota Ambon sehingga
penelitiana ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

a) Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi tingkat ketimpangan


pembangunan ekonomi di kota Ambon
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Ekonomi Regional
ILMU ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi
kebutuhan hidupnya yang ketersediaannya atau kemampuan orang medapatkannya
terbatas. Ilmu Eknomi Regional (IER) atau ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang
dari ilmu ekonomi yang dalam pembahasannya memasukkan unsur perbedaan potensi
satu wilayah dengan wilayah lain. Sebetulnya sangat sulit meletakkan posisi ilmu
ekonomi regional dalam kaitannya dengan ilmu lain, terutama dengan ilmu bumi
ekonomi (economic geography). Hal inilah yang menyebabkan banyak buku ilmu
ekonomi regional tidak memberikan definisi tentang ilmu tersebut. Ilmu bumi ekonomi
adalah ilmu yang mempelajari keberadaan suatu kegiatan di suatu lokasi dan bagaimana
wilayah sekitarnya bereaksi atas kegiatan tersebut. Ilmu bumi ekonomi mempelajari
gejala-gejala dari suatu kegiatan yang bersangkut paut dengan tempat atau lokasi
sehingga ditemukan prinsip-prinsip penggunaan ruang yang berlaku umum. Prinsip-
prinsip ini dapat dipakai dalam membuat kebijakan pengaturan penggunaan ruang
wilayah yang efektif dan efisien berdasarkan tujuan umum yang hendak dicapai.

a. Ekonomi
Ekonomi atau economic dalam banyak literatur ekonomi disebutkan berasal dari
bahasa Yunani yaitu kata Oikos atau Oiku dan Nomos yang berarti peraturan rumah
tangga. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal
yang berhubungan dengan perikehidupan dalam rumah tangga tentu saja yang dimaksud
dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu
keluarga yang terdiri dari suami,isteri dan anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga
yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara dan dunia.1 Secara umum, bisa
dibilang bahwa ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya
material individu, masyarakat,dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu tentang prilaku dan tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya
yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi.
b. Region
Regional adalah sebuah kawasan yang memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan
geografisnya, sebuah regional dapat dibedakan dengan kawasan atau wilayah lainnya.
Pada suatu regional terdapat struktur ekonomi dan sosial yang homogen sebagai wujud
penggabungan dari faktor demografis dan juga lingkungan. Wilayah dalam regional
yang sama memiliki kondisi lingkungan yang hampir sama. Bisa dikatakan juga bahwa
regional adalah sebuah wilayah atau daerah yang dikuasai dan memiliki kedaulatan.
Batas-batas regional biasanya dibuat oleh beberapa negara atau anggota dari regional
tersebut. Sedangkan untuk negara sendiri, batasnya biasanya ditandai dengan kondisi
fisik alam seperti laut, sungai, atau gunung.
Batas-batas tersebut biasa digunakan untuk batas nasional suatu negara atau bahkan
wilayah tertentu.Pada ilmu Regional ini hanya membincangkan hal-hal tentang pengaruh
pengembangan pada suatu daerah kota terhadap suatu daerah belakangnya atau pada
kota lainnya. Suatu Arah perpindahan untuk suatu modal dan tenaga kerja serta faktor
yang akan menjadi penyebab, arus barang dan uang pada dalam satu wilayah yang
mempunyai sifat local akan tetapi lebih rinci jika dibandingkan dengan ilmu ekonomi
pembangunan. Sedangkan pada ekonomi pembangunan akan membahas tentang hal-hal
seperti perpajakan, tahap pertumbuhan dan berbagai rupa macam makro lainnya. Model
analisis yang lebih jelas ekonomi regional tidak di anjurkan untuk diterapkan pada ilmu
ekonomi pembangunan. Model analisis pada ekonomi pembangunan dengan lebih
sedikit perubahan dapat diterapkan pada ekonomi regional juga, misal nya pada teori
ekonomi yang klasik, perhitungan dan lainnya. Pada ekonomi regional banyak
merupakan berupa rumus aplikasi, sedangkan pada ekonomi pembangunan lebih banyak
berisikan tentang teori-teori yang murni. Hal ini tidak akan mengherankan karena pada
ilmu ekonomi regional ini sendiri berkembang dari kebutuhan dalam pelaksanaan
pembangunan daerah.
c. Tipologi
Secara Umum Tipologi adalah pengklasifikasian suatu objek berdasarkan
karateristik tertentu yang terkait dengan objek. Tipologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis. Tipologi merupakan satu bidang
studi yang mengelompokkan objek dengan ciri khas struktur formal yang sama dan
kesamaan sifat dasar kedalam jenis-jenis tertentu dengan cara memilah elemen-elemen
yang mempengaruhi jenis tersebut.
Menurut KBBI (kamus besar bahasa indonesia) Tipologi adalah ilmu watak tentang
bagian manusia dalam golongan-golongan menurut sifat masing-masing.
Secara konsepsional mendefinisikan tipologi sebagai sebuah konsep yang
mendeskripsikan sebuah kelompok obyek atas dasar kesamaan karakter bentuk-bentuk
dasarnya. Selain itu Tipologi juga dapat diartikan sebagai sebuah tindakan berpikir
dalam rangka pengelompokan, yaitu kelompok dari obyek yang dicirikan dari struktur
formal yang sama, sehingga tipologi dikatakan sebagai studi tentang pengelompokan
objek sebagai model melalui kesaman struktur.
Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang struktur
pertumbuhan ekonomi daerah antar kecamatan di Kota Ambon tahun 2007-2010.
Berdasarkan rangkuman perhitungan Tipologi Klassen maka diperoleh klasifikasi
pertumbuhan antar kecamatan di Kota Ambon seperti tabel 5.Tabel 5 menunjukan
klasifikasi pertumbuhan ekonomi kecamatan di Kota Ambon, dapat diuraikan bahwa
dari lima kecamatan yang ada di Kota Ambon,dapatdiklasifi kasikan menjadi dua.
Daerah yang pertama yakni daerah maju dan tumbuh cepat terdiri dari dua
kecamatan yakni, Kecamatan Sirimau dan Kecamatan Teluk Ambon. Daerah Kedua
yakni daerah yang relatif tertinggal, terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan
Nusaniwe, Kecamatan Teluk Ambon Baguala dan Kecamatan Leitimur Selatan.
Tiga tahapan yang harus dijalani untuk menentukan satu tipologi, yaitu:
1) Menentukan bentuk-bentuk dasar yang ada dalam setiap obyek arsitektural;
2) Menentukan sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap objek arsitektural
berdasarkan bentuk dasar yang ada dan melekat pada obyek tersebut,
3) Membantu kepentingan proses mendesain (membantu terciptanya produk baru).
d. Ketimpangan Pembangunan
Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi
dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan pada awalnya disebabkan oleh
adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi
yang terdapat pada masing – masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan
suatu daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses
pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana
pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Development Region) dan
wilayah terbelakang (Underdevelopment Region). Terjadinya ketimpangan
pembangunan antar wilayah selanjutnya membawa implikasi terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat pada wilayah bersangkutan. Biasanya implikasi ini
ditimbulkan adalah dalam bentuk kecemburuan dan ketidakpuasan masyarakat yang
dapat pula berlanjut dengan implikasi politik dan ketentraman masyarakat. Karena
itu, aspek ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah ini perlu ditanggulangi
melalui formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah
daerah. Ketimpangan antar wilayah dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan jumlah
penduduk yang pada akhirnya menghasilkan pendapatan perkapita dan dijadikan
sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan.

 Analisis Indeks Williamson


Besar kecilnya ketimpangan pendapatan antar kecamatan memberikan gambar
tentang kondisi dan perkembangan pembangunan di Kota Ambon. Perkembangan
pembangunan daerah wilayah Kota Ambon akan dibahas pemertaan PDRB per
kapita antar kecamatan yang dianalisis dengan menggunakan Indeks Williamson.
Indeks Williamson merupakan koefisien persebaran dari rata-rata nilai sebaran
dihitung berdasarkan estimasi dari nilai PDRB dan penduduk yang berada pada
lingkup wilayah dikaji dan dianalisis, hasil analisis indeks Williamson dapat dilihat
pada Tabel 6.PDRB perkapitaLaju Pertumbuhan.
 Hubungan Ketimpangan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di
Kota Ambon
Dengan menggunakan model non linear diperoleh hasil bahwa antara ketimpamgan
pembangunan (Indeks Williamson dan Indeks Gini) dengan pertumbuhan ekonomi
memiliki hubungan positif yang signifikan, namun berbeda dalam nilai koefisien
variabel bebasnya. Hasil regresi dengan Indeks Williamson sebagai variabel terikat
menunjukkan nilai koefisien regresi posotif yang menunjukkan bahwa setiap
perubahan pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan.
Nilai ketimpangan, cateris paribus. Demikian sebaliknya jika terjadi penurunan
pada pertumbuhan ekonomi. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan yang diukur dengan Indeks Gini lebih erat dibanding Indeks
Williamson. Dari koefisien determinasi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
memberikan kontribusi dalam memperbesar ketimpangan pembangunan di Kota
Ambon. Dengan pendekatan dalam kedua model ini dapat dikatakan bahwa tingkat
ketimpangan yang tercipta di Kota Ambon memang disebabkan oleh laju
pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Chan (1993) yang
menunjukkan bahwa begitu kondisi ekonomi di China mengalami peningkatan,
maka ketimpangan pendapatan justru meningkat. Dalam artikel yang ditulis Subarna
K. Samanta, Allison Heyse (2006) disebutkan bahwa terdapat hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan. Orientasi mencapai laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dibarengi dalam distribusi pembangunan
yang lebih merata sehingga menciptakan ketimpangan.
BAB III
METODE

1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian tersebut
dilakukan.Pada kesempatan ini peneliti melakukan penelitian yang berada di wilayah
provinsi Bogor. Peneliti mengambil lokasi ini karena Provinsi Bogor
merupakansuatu daerah yang strategis dan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang cepat dari tahun ke tahun. Rentang waktu yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini berkisar antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2011.
2. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dan kuantitatif. Analisis
deskriptif mengggunakan analisis Shift Share dan matriks Tipologi Klassen untuk
menjelaskan struktur ekonomi di Kota Ambon. Pendekatan kuantitatif menggunakan
teknik ekonometrik dengan model regresi berganda unbalanced panel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang struktur


pertumbuhan ekonomi daerah antar kecamatan di Kota Ambon tahun 2007-2010.
Berdasarkan rangkuman perhitungan Tipologi Klassen maka diperoleh klasifikasi
pertumbuhan antar kecamatan di Kota Ambon seperti tabel 5.Tabel 5 menunjukan
klasifikasi pertumbuhan ekonomi kecamatan di Kota Ambon, dapat diuraikan bahwa dari
lima kecamatan yang ada di Kota Ambon,dapatdiklasifi kasikan menjadi dua. Daerah
yang pertama yakni daerah maju dan tumbuh cepat terdiri dari dua kecamatan yakni,
Kecamatan Sirimau dan Kecamatan Teluk Ambon. Daerah Kedua yakni daerah yang
relatif tertinggal, terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Teluk
Ambon Baguala dan Kecamatan Leitimur Selatan.
Analisis Indeks WilliamsonBesar kecilnya ketimpangan pendapatan antar Kecamatan
memberikan gambar tentang kondisi dan perkembangan pembangunan di Kota Ambon.
Perkembangan pembangunan daerah wilayah Kota Ambon akan dibahas pemertaan PDRB
per kapita antar kecamatan yang dianalisis dengan menggunakan Indeks Williamson.
Indeks Williamson merupakan koefisien persebaran dari rata-rata nilai sebaran dihitung
berdasarkan estimasi dari nilai PDRB dan penduduk yang berada pada lingkup wilayah
dikaji dan dianalisis, hasil analisis indeks Williamson.
Tabel 1. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan di Kota Ambon menurut Tipologi
Klassen

PDRB perkapita ydi > yni (+) ydi < yni (-)

Laju Pertumbuhan
(I) Daerah maju
dan tumbuh (II) Daerah
cepat : berkembang
rdi > rni (+) Kecamatan cepat tapi tidak
Sirimua, Teluk maju
Ambon
(IV) Daerah
relatif tertinggal:
Kecamatan
(III) Daerah maju Teluk Ambon
rdi < rni (-) tapi tertekan Baguala,
Leitumur
Selatan dan
Nusaniwe

Sumber : Hasil Analisis Tipologi Klassen (data diolah)

Analisis Indeks Williamson


Besar kecilnya ketimpangan pendapatan antar kecamatan memberikan gambar tentang
kondisi dan perkembangan pembangunan di Kota Ambon. Perkembangan pembangunan
daerah wilayah Kota Ambon akan dibahas pemertaan PDRB per kapita antar kecamatan
yang dianalisis dengan menggunakan Indeks Williamson. Indeks Williamson merupakan
koefisien persebaran dari rata-rata nilai sebaran dihitung berdasarkan estimasi dari nilai
PDRB dan penduduk yang berada pada lingkup wilayah dikaji dan dianalisis, hasil analisis
indeks Williamson dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 2. Indeks Williamson antar Kecamatan di Kota


AmbonTahun 2007 – 2010

No Tahun Indeks Williamson


(1) (2) (3)

1. 2007 0,2608
2. 2008 0,2623
3. 2009 0,3137
4. 2010 0,3371
Angka indeks williamson semakin kecil atau mendekati nol menunjukan ketimpangan
yang semakin kecil dengan kata lain makin merata, dan bila semakin jauh dari nol
menunjukan ketimpangan yang semakin melebar. Hal ini berarti membuuktikan bahwa
semakin banyak pembangunan yang dilakukan maka tingkat kemungkinan ketimpangan
yang akan terjadi semakin tinggi.

Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa pada tahun 2007 angka ketimpangan Indeks
Williamson sebesar 0,2608; pada tahun 2008 angka ketimpangan Indeks Williamson naik
menjadi 0,2623 dan terus meningkay pada tahun 2009 menjadi 0,3137.Tahun 2010 angka
ketimpangan Indeks naik menjadi 0,3371. Hal ini berarti secara rata- rata PDRB per kapita
antar kecamatan di Kota Ambon relatif tidak merata, atau semakin terjadi ketimpangan
pembangunan dari tahun 2007 sampai tahun 2010.

Hubungan Antara Indeks Williamson Dengan Pendapatan Per Kapita

Hubungan antara Indeks Williamson dan pendapatan per kapita dapat dilihat dari analsis
korelasi pearson. Hasil korelasi dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Pengolahan data
statistik melalui korelasi perarson untuk mengetahui hubungan antara Pendapatan per kapita
dengan Indeks Williamson, hasilnya sebesar 0,975 dengan nilai signifikansi 0,025 yang
berarti adalah secara statistik adanya korelasi pearson dan hubungannya adalah positif.

Tabel 3. Hasil Analisis Korelasi Perarson


Hipotesis Kuznets “U-terbalik” di Kota Ambon

Hipotesis Kuznets dapat dibuktikan dengan membuat grafik Indeks Williamson dengan
Pendapatan Perkapita.

Tabel 4. Indeks Williamson dan Pendapatan Per Kapita Kota Ambon Tahun 2003 – 2010

Indeks PDRB Per Kapita


No Tahun
(Rupiah)
(1) (2) (3) (4)

1. 2003 0,2608 5.859.483


2. 2004 0,2623 6.021.242
3. 2005 0,3137 6.675.907
4. 2006 0,3371 7.543.975
5. 2007 0,2608 8.153.418
6. 2008 0,2623 9.260.482
7. 2009 0,3137 9.309.381
8. 2010 0,3371 9.450.426
Sumber : Hasil Analisis Indeks Williamson (data diolah)

Tabel 9. Hubungan Angka Indeks Williamson dengan Pendapatan Per Kapita Kota Ambon Tahun 2003 –
2010

Sumber : Hasil Regresion Curve Estimation (data diolah)

Hubungan Angka Indeks Williamson dengan Pendapatan Per Kapita Kota


Ambon diperoleh konstanta

sebesar 2,698 b1 sebesar - 6,130 ´107 dan nilai b2

sebesar 3,840 ´1014 . Nilai koefisiesn b2 bernilai positif (b2>0) menunjukan akan
diperoleh suatu kurva yang membentuk garis melengkung menanjak. Nilai signifikan sebsar
0,000 secara statistik model Regresion Curve Estimation dapat diterima sehingga persamaan
Regresion Curve Estimation adalah

  
IW  2,698  6,130 107 Y  3,840 1014 Y 2 
Pembuktian kurva U-terbalik dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara
Indeks Williamson dengan pendapatan per kapita untuk itu digunakan Regresion Curve
Estimation seperti pada gambar 1.

Gambar 1 merupakan hubungan antara PDRB perkapita dan indeks ketimpangan.


Gambar tersebut tidak menunjukan kurva berbetuk U-terbalik, ini berarti teori Kuznets
tentang kurva U-terbalik tidak berlaku di Kota Ambon. Ini membuktikan bahwa pada
awal terjadinya pertumbuhan ekonomi disertai dengan ketimpangan yang menurun pada
masa berikutnya ketimpangan ini akan semakin meningkat pada masa berikutnya.

Gambar 1. Grafik hubungan antara Indeks Williamson dan Pendapatan perkapita Kota Ambon,
Tahun 2003 – 2010
KESIMPULAN

Pembahasan hasil penelitian secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Dari hasil tipologi klassen Kota Ambon dapat di bagi menjadi dua klasifikasi. Daerah yang
pertama yakni daerah maju dan tumbuh cepat terdiri dari dua kecamatan yakni Kecamatan
Sirimau dan Kecamatan Teluk Ambon. Daerah yang kedua yakni daerah relatif tertinggal
adalah Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan, Kecamatan Teluk Ambon Baguala dan
Kecamatan Leitimur Selatan.
2. Selama periode pengamatan tahun 2007-2010 angka ketimpangan di hitung dengan Indeks
Williamson angkanya mengalamu kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dikatakan
ketimpangan pembangunan di Kota Ambon mengalami kenaikan dari tahun ke tahun
sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Hipotesis Kuznets tentang kurva U-
terbalik di Kota Ambon tidak berlaku pada periode penelitian (2003- 2010).

SARAN

Dari kesimpulan yang telah diuraikan mada dapat diajukan saran yaitu :

1. Pemerinta Daerah dalam kebijakan pembangunannya agar memprioritaskan pada daerah


yang relatif tertinggal (kuadran IV).

2. Pengujian hipotesis Kuznets menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang


meningkat menyebakan ketimpangan meningkat, sehingga pemerintah perlu melaksankan
upaya pemerataan pembangunan, khususnya di daerah lain selain Kecamatan Sirimau dan
Kecamatan Teluk Ambon.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Ambon. Kota Ambon Dalam Angka 2008. Ambon
2008.

Badan Pusat Statistik Kota Ambon. Kota Ambon Dalam Angka 2009. Ambon
2009.
Badan Pusat Statistik Kota Ambon. Kota Ambon Dalam Angka 2010. Ambon
2010.

Badan Pusat Statistik Kota Ambon. Kota Ambon Dalam Angka 2011. Ambon
2011.

Badan Pusat Statistik Kota Ambon. Produk Domestik Regional Bruto Kota
Ambon 2003-2008. Ambon 2009.

Badan Pusat Statistik Kota Ambon. Produk Domestik Regional Bruto Kota
Ambon 2006-2010. Ambon 2011.

Kuncoro, Mudjrat. Otonomi Pembangunan Daerah.

Jakarta : Erlangga. 2004

Sari, Puput Desi Kurnia. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar


Kecamatan di Kabupaten Buleleng. Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana. 2013.

Anda mungkin juga menyukai