Anda di halaman 1dari 39

MINAT SISWA TUNARUNGU DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI DI SLB KASIH IBU


KARTAMA PEKANBARU

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

SAMUEL NAMBUR HUTAPEA


NPM. 206610120

Pembimbing Utama

MERLINA SARI, M.Pd


NIDN. 1021098603

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini, dengan

judul “ Minat Siswa Tunarungu Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan

Jasmani di Slb Kasih Ibu Kartama Pekanbaru”. Penulisan proposal ini

dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana

Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau.

Karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, maka

dengan tangan terbuka dan hati yang lapang penulis menerima kritik dan saran

yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan dimasa yang

akan datang. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan

proposal yaitu :

1. Ibu Merlina Sari, M.Pd sebagai pembimbing utama yang sudah

meluangkan waktu dan tempat untuk mengarahkan serta membimbing

penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

2. Ibu Leni Apriani, M.Pd selaku ketua program pendidikan jasmani

kesehatan dan rekreasi universitas islam riau.

3. Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam

Riau, yang telah memberikan saya izin untuk melakukan penelitian.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Islam Riau yang telah memberikan pengajaran dan berbagai disiplin ilmu

kepada penelitian belajar di Universitas Islam Riau.


5. Teristimewa untuk orang tua penelitian bapak Eksaudi Hutapea dan

J.Br.Sirait serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan selama

penelitian menyelesaikan studi FKIP Universitas Islam Riau.

6. Teman-teman seperjuangan Prodi Penjaskesrek angkatan 2020 yang telah

memberikan bantuan dan motivasi kepada peneliti dan menyelesaikan

pendidikan di prodi Penjaskesrek Universitas Islam Riau.

Dalam penulisan proposal ini, penulis sudah berusaha semaksimal

mungkin. Jika masih terdapat kekurangan dalam penelitian proposal ini, kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

penulisan proposal ini. Akhirnya harapan semoga proposal ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan pembaca lainnya, Aminn.

Pekanbaru, 24 Oktober 2023

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................5
C. Pembatasan Masalah.....................................................................................5
D. Rumusan Masalah.........................................................................................6
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
F. Manfaat Penelitian........................................................................................6
BAB II..............................................................................................................................8
KAJIAN TEORI............................................................................................................8
A. Landasan Teori..............................................................................................8
1. Hakikat Pendidikan Jasmani.....................................................................8
2. Hakikat Minat..........................................................................................12
3. Anak Tunarungu......................................................................................16
B. Kajian Penelitian Yang Relevan.................................................................20
C. Kerangka Berfikir.......................................................................................22
BAB III..........................................................................................................................24
METODE PENELITIAN..........................................................................................24
A. Jenis Penelitian............................................................................................24
B. Deskripsi Waktu, Tempat dan Subjek Penelitian........................................24
C. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................24
D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian...................................................25
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data..................................................26
F. Reabilitas Instrumen...................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu Negara memiliki

kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap

warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam

kemampuan (diafebel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 Pasal 31(1) “Setiap

Warga Negara berhak mendapatkan pendidikan’ tak terkecuali bagi anak

penyandang disabilitas, tidak memandang suku, ras, agama, warna kulit serta jenis

kelamin”.(Studi & Sosiatri, 2017).

Para ahli sejarah pendidikan menggambarkan mulainya pendidikan luar biasa

pada akhir abad ke 18 atau awal abad ke 19. Di Indonesia sejarah perkembangan

pendidikan luar biasa dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia, (1596-1942)

mereka memperkenalkan sistem persekolahan dengan orientasi barat. Pendidikan

bagi anak-anak penyandang cacat dibuka lembaga-lembaga khusus. Lembaga

pertama untuk pendidikan anak tuna netra, tuna grahita tahun 1927 dan untuk tuna

rungu tahun 1930 ketiganya terletak di kota Bandung. Anak berkebutuhan khusus

adalah anak-anak yang mengalami keterlambatan dan gangguan dalam

perkembangannya sehingga membutuhkan penangan khusus. Anak-anak

berkebutuhan khusus biasanya bersekolah disekolah luar biasa (SLB) yaitu sebuah

lembaga yang menyediakan pelayanan pendidikan khusus untuk anak-anak yang

memiliki kebutuhan khusus sesuai dengan tingkatan-tingkatannya.

1
2

Guna untuk mengoptimalkan pendidikan nasional. (Jariono et al., 2022)

menyatakan anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus

yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak

mampuan mental, emosi atau fisik. Karakteristik anak berkebutuhan khusus

(ABK) antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,

kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan

kesehatan.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang membutuhkan bantuan

dalam memahami keadaan dan memiliki kecacatan dalam keindraan.(Ellandi,

2020).

Gangguan pendengaran atau tunarungu merupakan salah satu hambatan yang

sangat berarti untuk melakukan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Salah

satu dampak gangguan pendengaran adalah sering terjadi salah faham sehingga

berpengaruh terhadap penyesuaian diri. Pengertian tunarungu atau ketunarunguan

dapat diuraikan antara lain berdasarkan lokasi kerusakan pada organ pendengaran

(location of damage/site of lesion), faktor penyebab terjadinya ketunarunguan,

usia atau saat terjadi ketunarunguan dan besaran kehilangan pendegaran dalam

decibel (dB), sebagai satuan ukuran bunyi. Untuk memberi batasan atau definisi

tunarungu dan penggolongannya dapat berbeda dari satu ahli dengan ahli lainnya

dan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi antara lain dalam cara pengukuran ketunarunguan serta batas

amplifikasi (amplification limit) yang dihasilkan ABM.(Gerak et al., 2010).


3

Disekolah luar biasa (SLB) khusunya SLB Kasih Ibu Pekanbaru terdapat

anak berkebutuhan khusus tunarungu memiliki pembelajaran mengenai kesehatan,

salah satunya adalah olahraga. (Gerak et al., 2010) Menyatakan kegiatan olahraga

tidak hanya diperuntukkan orang normal, tetapi anak yang berkebutuhan khusus

(cacat) juga membutuhkan kegiatan olahraga. Namun pada kenyataannya masih

banyak anggapan bahwa, anak berkebutuhan khusus tidak mungkin dapat

melakukan kegiatan olahraga. Masih banyak masyarakat di Indonesia

menganggap bahwa kecacatan dipandang secara negatif. Anak yang berkebutuhan

khusus dianggap tidak mampu melakukan kegiatan apa-apa termasuk berolahraga.

Hal ini sering dijumpai dalam pembelajaran pendidikan jasmani, anak yang

membutuhkan pelayanan khusus sering tidak diikutsertakan dalam kegiatan

belajar mengajar pendidikan jasmani.

Pentingnya peranan kegiatan olahraga bagi anak-anak berkebutuhan khusus,

maka memberikan pembelajaran olahraga sangat penting bagi anak-anak

berkebutuhan khusus. Pembelajaran olahraga bagi anak-anak berkebutuhan

khusus tentu memiliki perbedaan dengan pembelajaran pendidikan jasmani anak-

anak normal. Dari istilah pelajarannya mempunyai perbedaan. Istilah pendidikan

jasmani untuk anak-anak berkebutuhan khusus yaitu “Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan Adaptif.

Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu program kegiatan belajar

mengajar yang dirancang khusus untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki

keterbatasan pada kondisi fisik, mental sosial agar mereka terlibat secara aktif dan

mencapai hasil belajar yang optimal. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu
4

pelajaran yang berfungsi untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus agar

tidak merasa rendah diri dan terisolasi dari lingkungannya. Kepada peserta didik

diberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas jasmani melalui berbagai macam

kegiatan olahraga dan permainan. Pemberian kesempatan tersebut merupakan

pengakuan bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti anak-

anak normal. Di sisi lain, melalui pendidikan jasmani dapat dijadikan salah satu

sarana untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Hal ini karena,

pendidikan jasmani merupakan pelajaran yang mengutamakan aktivitas fisik,

pembentukan gerak dasar, pertumbuhan dan pengembangan jasmani dan rokhani,

sosial, emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Sebagai alat pendidikan,

pendidikan jasmani adaptif bukan hanya bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan jasmani siswa, tetapi melalui aktivitas jasmani dikembangkan pula

potensi lainnya, seperti kognitif, afektif dan psikomotor anak.

Berdasarkan pengamatan pada siswa tunarungu SLB Kasih Ibu Kartama

Pekanbaru dalam mengikuti pembelajaran penjas dijumpai masalah sebagian

siswa masih ada yang tidak membawa pakaian olahraga pada saat jam pelajaran

penjas, masih adanya siswa yang bermalas-malasan dalam mengikuti kegiatan

olahraga. Selain itu kurangnya motivasi orang tua terhadap anak terhadap

pentingnya kegiatan olahraga bagi anak itu sendiri, fasilitas olahraga yang belum

lengkap seperti lapangan olahraga di SLB Kasih Ibu Kartama Pekanbaru salah

satu penyebab kurang nya minat anak tunarungu dalam mengikuti pembelajaran

penjas.
5

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, maka tertarik mengadakan

penelitian tentang :”Minat Siswa Tunarungu Dalam Mengikuti Pembelajaran

Pendidikan Jasmani di Slb Kasih Ibu Kartama Pekanbaru”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan diatas peneliti

mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Belum diketahuhinya Minat Siswa Berkebutuhan Khusus Tunarugu

terhadap pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif di SLB Kasih Ibu

Pekanbaru.

2. Sebagian siswa masih ada yang tidak membawa pakaian olahraga pada

saat jam pelajaran penjas.

3. Masih adanya siswa yang bermalas-malasan dalam mengikuti kegiatan

olahraga.

4. Selain itu kurangnya motivasi orang tua terhadap anak terhadap

pentingnya kegiatan olahraga bagi anak itu sendiri.

5. Fasilitas olahraga yang belum lengkap seperti lapangan olahraga di SLB

Kasih Ibu Kartama Pekanbaru salah satu penyebab kurang nya minat anak

tunarungu dalam mengikuti pembelajaran penjas.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah agar tidak meluas dan agar penelitian ini

tidak menyimpang dari judul penelitian maka sangat perlu akan adanya

pembatasan masalah. Peneliti hanya membatasi yaitu Minat Siswa Tunarungu


6

Terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SLB Kasih Ibu Kartama

Pekanbaru.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah diatas maka

dapat dirumuskan masalah yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah

seberapa tinggi minat siswa berkebutuhan khusus tunarungu terhadap

pembelajaran pendidikan jasmani di SLB Kasih Ibu Kartama Pekanbaru?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuhi seberapa tinggi minat

siswa tunarungu terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di SLB Kasih Ibu

Kartama Pekanbaru.

F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang diteliti, penelitianini

diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Toritis

a. Menambah wawasan mengenai minat siswa tunarungu terhadap

pembelajaran penjas.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi dan

masukan apabila akan dikembangkan untuk penelitian yang lebih lanjut

c. Dengan kegiatan penelitian ini, peneliti mendapatkan jawaban yang jelas

tentang suatu masalah yang berkaitan dengan judul penelitian

2. Praktis
7

a. Bagi peneliti mampu mengetahuhi tentang seberapa tinggi minat siswa

berkebutuhan khusus tunarungu terhadap pembelajaran penjas.

b. Guru Sekolah Sebagai bahan kajian dan tinjauan dalam upaya memberikan

pengajaran pendidikan jasmani kepada siswa tunarungu, menanamkan

proses pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif demi menciptakan

proses pembelajaran yangaktif dan baik bagi siswa.

c. Bagi sekolah, dapat menjadi masukan bahwa dengan memberikan

pendidikan jasmani bagi siswa tunarungu dapat mewujudkan tercapainya

pendidikan yang menyeluruh.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Hakikat Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Minat adalah perasaan lebih suka pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang

menyuruh. Jadi minat dapat ditunjukkan melalui pernyataan bahwa seseorang

lebih menyukai suatu hal dari pada hal yang lain, sehingga dapat disimpulkan jika

seseorang yang mempunyai perasaan senang dan menyukai suatu aktifitas maka

dapat menimbulkan minat. (Kurniawati et al., 2022).

Definisi belajar menurut (Rahayuliana & Watini, 2022) adalah suatu

perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman.

Selanjutnya dalam perspektif Pendidikan anak usia dini , belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan anak untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

secara simultan, sebagai hasil pengalaman anak dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Minat belajar merupakan hal penting yang harus dimiliki siswa, apabila siswa

sedikit minat belajar dalam dirinya maka di suatu pelajaran siswa tersebut akan

kurang dalam mendengarkan serta perhatiannya tidak fokus terhadap suatu

pelajaran. Sebagaimana (Khasanah & Nugraheni, 2022) menyatakan minat belajar

merupakan motivasi

8
9

dari manusia. sehingga memunculkan ketertarikan bahkan perhatian dari individu

itu sendiri dalam mengikuti proses belajar. Minat belajar dapat menimbulkan

perasaan senang atau perasaan tertarik, membuat orang mempunyai keingintahuan

yang tinggi untuk mempelajari sesuatu. Minat belajar berkaitan dengan partisipasi

siswa dalam proses pendidikan. Semakin siswa tertarik pada mata kuliah tersebut,

maka mereka akan semakin berpartisipasi dalam kegiatan atau tugas yang

berhubungan dengan studi tersebut.

Kemudian menurut (Muhammad & Yolanda, 2022) minat belajar adalah

kesungguhan siswa untuk memfokuskan diri dalam mengikuti proses

pembelajaran dengan baik, dengan minat tersebut siswa akan memperoleh

pengalaman belajar seperti suatu magnet yang dapat membuat siswa tertarik

terhadap pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika siswa akan belajar dan

berlatih berpikir secara kritis, cermat, logis dan kreatif jika siswa memiliki minat

belajar yang tinggi.

Lalu (Astuti & Watini, 2022) menyatakan minat belajar adalah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Anak yang memiliki minat

belajar biasanya akan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap suatu

objek yang diminatinya. Oleh karenanya, minat belajar ini sangat besar

pengaruhnya bagi anak usia dini, anak yang memiliki minat belajar akan

memberikan perhatian lebih terhadap suatu ilmu yang dipelajarinya, sehingga

ilmu tersebut bukan hanya berlalu begitu saja tetapi bermakna pada anak dan

diharapkan dapat dihayati serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


10

Minat belajar tinggi, memiliki ciri seperti keiginan yang tinggi, perhatian

terhadap pelajaran, ada rasa senang ketertarikan siswa dalam mtata pelajaran

selalu bertanya saat tidak mengerti. Minat belajar rendah, memiliki ciri kebalikan

dari yang tinggi seperti kurangnya perhatian dalam mmengikuti mata pelajaran,

keinginan belajar rendah, tidak mengerjakan tau telat dalam mengumpulkan tugas,

meanggar peraturan seperti membolos, dll.(Sulaiman & Sa’idah, 2022).

Berdasarkan kajian dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa minat adalah

merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang yang menimbulkan rasa suka

atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu mempengaruhi tindakan orang tersebut.

Minat juga keinginan, ketertarikan, atau keterikatan seseorang terhadap suatu

kegiatan atau aktivitas yang disukainya dimana keinginan tersebut ada sangkut

pautnya dengan dirinya, dorongan motivasi juga berpengaruh dalam

menumbuhkan minat seseorang untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Tanpa

adanya minat, seseorang enggan melakukan tindakan terutama dalam

pembelajaran pendidikan jasmani, meskipun melakukan kegiatan apapun itu tetapi

tidak didasari dengan adanya minat dalam dirinya maka tidak akan mendapatkan

kegembiraan apalagi kesenangan.

b. Pentingnya Minat Belajar

Minat bisa menambah kegembiraan yang ditekuni setiap orang. Anak–

anak berminat pada suatu kegiatan, pengalaman anak akan sangat jauh

menyenangkan, namun jika anak tidak memperoleh kesenangan maka anak

berkebutuhan khusus hanya akan berusaha semampunya saja. Minat merupakan


11

masalah yang penting dalam pendidikan, apa lagi dikaitkan dengan aktivitas

seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Minat yang ada pada diri seseorang akan

memberikan gambaran dalam aktivitas untuk mencapai tujuan. Di dalam belajar

banyak siswa yang kurang berminat dan yang berminat terhadap pelajaran

termasuk didalamnya adalah aktivitas praktek maupun teori untuk mencapai suatu

tujuannya.

Menurut (Barnes & Gani, 2023), Minat sangat besar pengaruhnya tarhadap

belajar :

1. Sumber motivasi yang besar untuk mendorong kemauan belajar. Anak

yang memiliki minat kepada sebuah aktivitas baik pekerjaan, permainan,

maupun belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan anak yang kurang

memiliki minat, apalagi yang tidak berminat.

2. Minat memengaruhi bentuk intensitas apresiasi anak. Ketika anak mulai

berpikir tentang pekerjaan mereka di masa yang akan datang, semakin

besar minat mereka terhadap kegiatan di kelas atau di luar kelas yang

mendukung tercapainya aspirasi itu.

3. Menambah antusiasme kepada setiap aktivitas yang dilakukan individu itu

sendiri. Anak yang memiliki minat kepada suatu kegiatan, pengalaman

yang mereka miliki jauh lebih menyenangkan dari pada mereka yang

merasa bosan.

Berdasarkan kajian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa minat sangat

penting dalam pendidikan karena minat memainkan peran yang penting dalam

kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap,
12

karena minat menjadi sumber motivasi atau dorongan yang kuat untuk belajar. apa

lagi dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Minat

yang ada pada diri seseorang akan memberikan gambaran dalam aktivitas untuk

mencapai tujuan.

c. Faktor yang mempengaruhi Minat Belajar.

Menurut (Gumanti et al., 2023), Ada dua faktor yang mempengaruhi minat

seseorang yaitu :

1. faktor yang berasal dari dalam diri siswa (Intern)

Faktor dari dalam diri siswa terdiri dari keadaan fisik, kesiapan, motivasi,

dan keadaan psikologis.

2. faktor yang bersumber dari luar diri siswa (ekstern)

Adapun factor dari luar diri siswa yang mempengaruhi minat belajar

adalah faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga (perhatian

orang tua), lingkungan sekolah, disiplin sekolah, gaya mengajar guru dan

lingkungan masyarakat. Faktor eksternal yang ditemui terkait minat

belajar ini yaitu lingkungan sekolah yang belum mendukung penuh

tingginya minat belajar siswa khususnya dalam pembelajaran ekonomi.

Dimana lingkungan sekolah mempunyai peran yang strategis dalam

mendukung perkembangan siswa dalam belajar baik itu lingkungan fisik

dan non fisik.

(Y. Sari et al., 2023), Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi minat

terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri
13

individu seperti lengkapnya anggota tubuh, dan kondisi fisik seseorang, dapat juga

faktor psikologis yang meliputi keinginan, keseriusan, ketertarikan, kemampuan

IQ, motivasi dan kemauan dalam belajar.Faktor eksternal juga mempengaruhi

aktivitas belajar, faktor ini berasaldari lingkungan atau segala hal yang

berhubungan dengan luar individu. Faktor ini dari lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga dapat

berupa tempat tinggaldan kondisi keluarga, sedangkan lingkungan kampus berupa

aturan kampus,perangkat pembelajaran, dan interaksi antara seluruh mahasiswa

yang ada di kampus.

Dari kajian dari parah ahli dapat disimpulkan bahwa bahwa secara garis

besar minat siswa berkebutuhan khusus tunarungu dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu: faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri (faktor intrinsik) yaitu

yang berhubungan dengan minat itu sendiri dan faktor yang berasal dari luar

individu (faktor ekstrinsik) yaitu yang berhubungan dengan minat itu sendiri dan

faktor yang berasal dari luar individu (faktor ekstrinsik) yaitu yang ditunjukkan

dengan adanya emosi senang yang berhubungan dengan tujuan dari aktivitas

tertentu, diantaranya adalah faktor lingkungan, keluarga, pelatih/guru, teman,

sarana dan prasarana.

2. Anak Tunarungu

a. Pengertian Anak Tunarungu

Anak luar biasa dalam limgkungan pendidikan dapat diartikan sesorang yang

memiliki ciri-ciri penyimpanan mental, fisik, emosi, atau tingkah laku yang

membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara


14

maksimal semua potensi yang dimilikinya. Anak luar biasa ini meliputi anak yang

memiliki cacat fisik, cacat mata, termasuk buta atau setengah buta, cacat pada

tulang, termasuk lumpuh karena gangguan otak, tuli, termasuk tuli total dan

sebagian, cacat pada alat bicara epilepsi, ganguan emosi, dan cacat bawaan.(M.

Sari et al., 2020).

Anak tunarungu artinya anak yang mempunyai gangguan pada

pendengarannya sebagai akibatnya tidak dapat mendengar suara dengan sempurna

atau bahkan tak bisa mendengar sama sekali, namun terpercayai bahwa tidak ada

satupun insan yg tidak bisa mendengar sama sekali. Walaupun sangat sedikit,

masi terdapat sisa -residu indera pendengaran yg masi mampu dioptimalkan pada

anak tunarungu tadi. Berkenaan menggunakan tunarungu, terutama tentang

pengertian tunarungu ada beberapa pengertian sinkron menggunakan pandangan

dan kepentingan masing-masing.

Menurut (Aprianti et al., 2022) Penyandang tunarungu adalah seseorang yang

mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan pendengaran baik sebagian

maupun seluruhnya karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat

pendengaran, sehingga anak tidak dapat menggunakan alat bantu dengarnya

dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini berdampak pada kehidupan mereka secara

kompleks, terutama pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi yang

sangat penting. Gangguan pendengaran yang dialami oleh anak tunarungu

menyebabkan keterlambatan perkembangan bahasa anak, karena perkembangan

ini sangat penting untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi dengan

orang lain membutuhkan bahasa dengan artikulasi atau ucapan yang jelas agar
15

pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik dan memiliki satu

makna, sehingga tidak terjadi salah tafsir terhadap makna yang dikomunikasikan.

Sedangkan (Unsur et al., 2022) mendefinisikan siswa tunarungu sebagai

siswa yang mengalami kekurangan atau bahkan kehilangan kemampuan

pendengaran yang memberikan dampak terhadap kehidupannya. Hal ini

dikarenakan siswa mengalami hambatan perkembangan bahasa dan ujaran

sehingga menimbulkan pengaruh lain yang sangat kompleks.

Tunarungu merupakan kondisi dimana seseorang memiliki gangguan

pendengaran, yaitu tidak dapat mendengar sebagian atau bahkan keseluruhan

suara pada salah satu atau kedua telinga.

Sedangkan menurut (Vianti Desa, 2022) Anak tunarungu adalah anak yang

mengalami hambatan dalam mendapatkan akses bunyi bahasa melalui indera

pendengaran sehingga perkembangan bahasanya mengalami hambatan, terutama

perkembangan bahasa lisan. Perkembangan

Anak dengan hambatan pendengaran adalah anak yang mengalami

hambatan dalam kemampuan mendengar yang ditandai dengan hilangnya

kemampuan mendengar baik total (deaf) maupun sebagian (hard of hearing).

Kondisi tersebut mengakibatkan ketidakmampuan mereka dalam menerima

informasi yang disampaikan secara verbal.(Pamungkas & Susilawati, 2022).

Dari beberapa kajian para ahli disimpulkan bahwa pengertian tunarungu

adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan pendengaran baik

sebagian atau seluruhnya yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya

organ pendengaran sehingga mengalami keterlambatan dalam perkembangan


16

bahasa, kurang mendapatkan berbagai informasi, dan kurangnya memahami

pembicaraan saat berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-

hari.Hambatan yang dialami anak tunarungu dapat diatasi dengan penggunaan alat

bantu mendengar (hearingaid) yang disesuaikan dengan tingkat hilannya

kemampuan mendengar. Selain itu perlu adanya bimbingan dan pendidikan

khusus supaya anak tunarungu mampu mengikuti pembelajaran disekolah serta

mengoptimalkan kemampuannya sesuai sesuai dengan potensi yang dimilikinya

dengan baik dan mampu berinteraksi serta berkomunikasi dengan orang lain.

b. Klasifikasi Anak Tunarungu

Klasifikasi mutlak diperlukan untuk layanan pendidikan khusus. Hal ini

sangat menentukan dalam pemilihan alat bantu mendengar yang sesuai dengan

sisa pendengarannya dan menunjang lajunya pembelajaran yang efektif. Dalam

menetukan ketunarunguan dan pemilihan alat bantu dengar serta layanan khusus

akan menghasilkan ekselerasi secara optimal dalam mempersepsi bunyi bahasa

dan wicara.

(Andrian & Watini, 2022) memiliki pandangan berbeda tentang klasifikasi

anak tunarungu. Terdapat 4 klasifikasi anak tuna- rungu yaitu :

1. tunarungu ringan (15-30 db), daya tangkap terhadap suara cakapan manusia

normal.

2. tunarungu sedang (31-60 db), daya tangkap terhadap suara cakapan

manusia hanya sebagian.

3. tunarungu berat (61-90 db), daya tangkap terhadap suara cakapan manusia

tidak ada.
17

4. tunarungu sangat berat (91-120 db), daya tangkap terhadap suara cakapan

manusia tidak ada sama sekali.

Berdasarkan kajian para ahli dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak

tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dengan bermacam

tingkat yaitu tingkat ringan, tingkat sedang, tingkat berat, tingkat sangat berat.

Dengan mengetahui berbagai macam tingkat pendengaran anak tunarungu

pemilihan alat bantu mendengar serta layanan khusus sangat menentukan agar

dapat membantu secara optimal dalam mempersepsi bunyi dan bahasa serta

wicara.

c. Karakteristik Anak Tunarungu

Hambatan pendengaran yang dialami anak tunarungu berpengaruh terhadap

perkembangan bahasa, karena melalui pendengaran anak akan mampu menirukan

suara, mendengarkan bunyi, dan memahami makna kata serta kalimat. Adapun

karakteristik anak tunarungu dari segi bahasa menurut (Tunarungu, 2020)

menyebutkan ciri-ciri tersebut diantaranya, sering tampak bingung dan melamun,

sering bersikap tak acuh, kadang bersifat agresif, perkembangan sosialnya

terbelakang, keseimbangannya kurang, kepalanya sering miring, sering meminta

agar orang mau mengulang kalimatnya, jika bicara sering membuat suara-suara

tertentu, jika bicara sering menggunakan juga tangan, jika bicara sering terlalu

keras atau sebaliknya, sering sangat monoton, tidak tepat dan kadang-kadang

menggunakan suara hidung.

Karakteristik anak tunarungu memiliki beberapa karakter yaitu :


18

1. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademis, keterbatasan dalam

kemampuan bicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cendrung

memilki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran verbal.

2. Karakteristik dalam aspek sosial emosional, pergaulan yang hanya terbatas

pada sesama tunarungu, sifat egosentris yang tinggi, perasaan yang takut

terhadap lingkungan sekitar, memilki sifat yang polos dan mudah

tersinggung.

3. Karakteristik fisik dan kesehatan, anak tunarungu mengalami gangguan

keseimbangan, pernapasan pendek, gerakan mata dan tanganya sangat cepat,

dalam aspek kesehatan sama dengan anak normal.

Berdasarkan kajian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa karakteristik

anak tunarungu yaitu memilki beberapa aspek, asepek akademis yang rendah,

aspek social emosional yang terbatas, dan aspek fisik dan kesehatan. Gangguan

pendengaran pada anak tunarungu mempengaruhi penguasaan kosa kata dan

pemahaman terhadap kata serta kalimat. Hal ini menunjukkan kemampuan bahasa

anak tunarungu masih kurang, sehingga perlu adanya peningkatan kosa bahasa

pada anak tunarungu perkembangan dan penguasaan bahasa anak tunarungu.

3. Hakikat Pendidikan Jasmani

a. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran disekolah memiliki

peran yang relative besar terhadap perkembangan perilaku siswa seperti aspek

kognitif, afektif, dan khususnya aspek psikomotorik. Berdasarkan (Bunayar,

2022) pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan


19

potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan kemampuan gerak

menuju kebulatan pribadi yang utuh. Dengan demikian, dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani, peserta didik tidak hanya diarahkan untuk

bergerak namun juga menjalankan pola hidup sehat. Aktivitas gerak yang

dimaksud diantaranya seperti keterampilan berolahraga. Maka, pendidikan

jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mencapai

perkembangan individu secara menyeluruh yang direncanakan dengan sistematis

dan mencapai tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan (Bangun, 2016) pendidikan jasmani dan olahraga dalam tulisan ini

adalah suatu proses yang dilaksanakan pada setiap jenjang mulai dari sekolah

dasar sampai sekolah menengah yang menggunakan aktivitas atau anggota fisik

untuk mencapai kesehatan dan kebugaran fisik, keterampilan gerak yang berakibat

pada berkembangnya kemampuan sikap dan intelektual pada kehidupan sehari-

hari.

Menurut (Tumaloto, 2022) Pembelajaran pendidikan jasmani adalah suatu

kegiatan yang didalam pengajarannya menekankan aktivitas gerak dan jasmani

serta usaha yang dilakukan secara sadar melalui pendidikan untuk merangsang

pertumbuhan dan perkembangan siswa untuk tampil sebagai insan yang sehat baik

dalam bertindak, tingkah laku, pikiran dan mental. Tujuan dari pendidikan

jasmani yaitu mengembangkan keterampilan gerak. Gerak tersebut terbagi tiga

yaitu: lokomotor, non lokomotor dan manipulasi.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan

untuk mengembangkan kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan


20

berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran stabilitas emosional, tindakan moral,

aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan hidup yang bersih.(Tumaloto,

2022).

Berdasarkan beberapa kajian para ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pendidikan jasmani adalah kegiatan sadar dari seseorang untuk menambah

pengetahuan ilmu yang meliputi aktivitas dan organ jasmani.Pendidikan jasmani

juga pendidikan yang membahas tentan gerak yang dilakukan oleh organ jasmani

serta bantuan otot, saraf pada manusia.

b. Fungsi Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani mempunyai beberapa fungsi bagi manusia pada

umumnya. Fungsi pendidikan jasmani adalah sebagai berikut :

1) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang serasi, selaras,

dan seimbang.

2) Merangsang perkembangan sikap, mental, social, dan emosional yang

serasi, selaras dan seimbang.

3) Memberikan pemahaman tentang manfaat pendidikan jasmani, serta

memenuhi hasrat bergerak.

4) Memacu perkembangan dan aktivitas sistem peredaran darah, pencernaan,

pernafasan dan saraf.

5) Memberikan kemampuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani peserta

didik.
21

Sedangkan menurut (Prakosa & Yuli Hartati, 2022) pendidikan jasmani

memiliki fungsi menghasilkan manusia utuh dengan kapasitas yang penuh dan

daya tahan fisik yang baik, keterampilan motorik, pertumbuhan kecerdasan dan

pembentukan kepribadian diri.

Berdasarkan beberapa kajian para ahli, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan jasmani selain untuk mengembangkan kemampuan fisik siswa tetapi

juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan non fisik seperti

pengembangan kognitif, afektif, dan social.

c. Tujuan pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani memiliki beberapa tujuan agar mencapai indikator

tertentu.Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk membentuk anak, yaitu sikap

atau nilai, kecerdasan, fisik, dan keterampilan (psikomotorik), sehingga siswa

akan dewasa dan mandiri, yang nantinya dapat digunakan dalam kehidupan

sehari-hari.

Menurut (Ariestika et al., 2021) tujuan pendidikan jasmani secara umum

deklasifikasi menjadi empat tujuan perkembangan, yaitu:

1. Perkembangan fisik.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-
aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ
tubuh seseorang (physical fitnes).
2. Perkembangan gerak.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara
efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna
3. Perkembangan mental.
22

Tujuan ini sangat berhubungan dengan kemampuan berfikir dan


menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani
ke dalam lingkungannya.
4. Perkembangan sosial.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan
diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

(Isyani et al., 2023) Pendidikan jasmani juga merupakan sarana untuk

membangun pemahaman kepada generasi usia sekolah tentang pentingnya untuk

melakukan aktivitas fisik demi kualitas hidup yang lebih baik Pendidikan jasmani

bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani melalui

aktivitas fisik, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan

sosial, dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan guru diharapkan

mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan

dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain)

serta pembiasaan pola hidup sehat.

Berdasarkan kajian para ahli, disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan

jasmani adalah untuk mengembangkan fisik, mental, gerak, dan sosial siswa.

Pendidikan jasmani bertujuan untuk membantu siswa dalam meningkatkan

kesegaran jasmani dan kesehatan.

B. Pertanyaan Peneliti

Minat belajar adalah kesungguhan siswa untuk memfokuskan diri dalam

mengikuti proses pembelajaran dengan baik, dengan minat tersebut siswa akan

memperoleh pengalaman belajar seperti suatu magnet yang dapat membuat siswa
23

tertarik terhadap pembelajaran. Berdasarkan kajian tersebut timbul pertanyaan

peneliti yaitu, bagaimana tingkat minat siswa tunarungu saat mengikuti proses

pembelajaran pendidikan jasmani di SLB Kasih Ibu Kartama Pekanbaru?


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, adapun analisis yang

digunakan adalah analisis deskriptif (Cendra et al., 2020). Penelitian deskriptif

kuantitatif menggunakan metode survei dengan mengambil data menggunakan

angket yang diberikan kepada siswa. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan

penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang ada misalnya tentang

situasi yang dialami, satu hubungan kegiatan pandangan, sikap yang tampak atau

tentang suatu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja,

kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang nampak dan sebagainya

(Ellandi, 2020)

B. Deskripsi Waktu, Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Kasih Ibu Kartama Pekanbaru. Waktu

penelitian dilakukan pada Januari 2024. Subjek dari penelitian ini adalah seluru

siswa kelas B Tunarungu di SLB Kasih Ibu Kartama Pekanbaru.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


Suatu penelitian sangat terkait dengan populasi untuk diteliti, Populasi

adalah seluruh objek yang menjadi sasaran penelitian atau pengamatan dan

memiliki sifat-sifat yang sama.(Nurmalasari & Erdiantoro, 2020). Berdasarkan

pendapat tersebut yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluru siswa

tunarungu di SLB Kasih Ibu Kartama Pekanbaru.

22
25

Tabel 1. Jumlah Populasi Penelitian


NO SLB Kasih Ibu Jumlah Siswa Jumlah Sampel
Kartama Pekanbaru
1 Kelas B 9 9

1. (Nurmalasari & Erdiantoro, 2020) Sampel adalah bagian dari populasi

yang diambil untuk dijadikan objek pengamatan langsung dan dijadikan

dasar dalam pengambilan kesimpulan.

2. Populasi adalah himpunan keseluruhan objek yang diteliti sedangkan

sampel adalah bagian yang di ambil dari populasi. Berdasarkan jumlah

populasi di atas, maka seluruh populasi dalam penelitian ini akan dijadikan

sebagai sampel penelitian.

D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah suatu atribut, nilai/ sifat dari objek,

individu/kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan lainnya

yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari informasinya serta

ditarik kesimpulannya.(Hikmah, 2020).

1. Minat

minat belajar adalah kesungguhan siswa untuk memfokuskan diri dalam

mengikuti proses pembelajaran dengan baik, dengan minat tersebut siswa

akan memperoleh pengalaman belajar seperti suatu magnet yang dapat

membuat siswa tertarik terhadap pembelajaran.

2. Tunarungu
26

Penyandang tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau

kehilangan kemampuan pendengaran baik sebagian maupun seluruhnya

karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran,

sehingga anak tidak dapat menggunakan alat bantu dengarnya dalam

kehidupan sehari- hari. Hal ini berdampak pada kehidupan mereka secara

kompleks, terutama pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi

yang sangat penting. Gangguan pendengaran yang dialami oleh anak

tunarungu menyebabkan keterlambatan perkembangan bahasa anak,

karena perkembangan ini sangat penting untuk berkomunikasi dengan

orang lain. Berkomunikasi dengan orang lain membutuhkan bahasa

dengan artikulasi atau ucapan yang jelas agar pesan yang ingin

disampaikan dapat tersampaikan dengan baik dan memiliki satu makna,

sehingga tidak terjadi salah tafsir terhadap makna yang dikomunikasikan.

3. Pembelajaran Penjas

Pembelajaran pendidikan jasmani adalah suatu kegiatan yang didalam

pengajarannya menekankan aktivitas gerak dan jasmani serta usaha yang

dilakukan secara sadar melalui pendidikan untuk merangsang

pertumbuhan dan perkembangan siswa untuk tampil sebagai insan yang

sehat baik dalam bertindak, tingkah laku, pikiran dan mental.


27

E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan dan mengukur informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang

diteliti.

1. Angket atau kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

Bentuk kuesioner yang di gunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam penelitian ini yaitu check list yaitu responden tinggal

membubuhkan tanda check(√).

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian


Variabel Penelitian Faktor Minat No Pertanyaan Jumlah

Minat Siswa 1. (internal) Siswa 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Tunarungu itu sendiri

Terhadap Keadaan fisik,

Pembelajaran keadaan

Pendidikan Jasmani psikologis.


20

2. (eksternal) 11,12,13,14,15,

Orang tua 16,17,18,19,20


28

F. Reabilitas Instrumen
1. Uji Reliabilitas.

Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini digunakan

untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk

mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat dipercaya atau

diandalkan. Variabel - variabel tersebut dikatakan cronbach alpha nya memiliki

nilai lebih besar 0,70 yang berarti bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan

sebagai pengumpul data yang handal yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika

dilakukan pengukuran ulang. Uji realibilitas ini bertujuan untuk melihat

konsistensi (Setyawan & Sugiyono, 2021).

Pengujian reliabilitas dalam kuesioner ini menggunakan bantuan program

SPSS 19. Dimana langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menguji data ada

adalah dengan membuat tabulasi data kuesioner sesuai dengan variabel yang

diteliti, memasukkan data tabulasi setiap variabel dalam program SPSS 19,

melakukan pengujian dengan memilih menu utama dalam SPSS 19 dan akan

keluar Outputnya. Output dari hasil uji reliabilitas adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Uji Reliabilitas


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha
N of Items

.727 27

Sumber:Gusvin Ellandi, 2020.(Qodli Zaka, 2016)


29

A. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah dalam analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan, kegiatan dalam langkah ini adalah mengecek sejauh mana

atau identitas apa saja yang diperlukan bagi pengolahan data lebih

lanjut, mengecek kelengkapan data dan mengecek isian data.

2. Proses pengelolaan data dan analisis data dengan bantuan software

program Microsoft Excel 2010 dan SPSS 16.

3. Analisa Univariat, model analisis univariat adalah analisa yang

dilakukan menganalisis tiap variabel atau satu variabel dari hasil

penelitian. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian.

Rumus interval berdasarkan (Ellandi, 2020. (Sudijono, 2009:174)

pengategorian yang berpacu pada skor Mean dan Std. Deviation sebagai berikut,

Tabel 5. Rumus Pengategorian


No Rumus Interval Kategori

1 X > (M + 1,5 SD) Sangat tinggi

2 (M + 0,5 SD) < X < (M + 1,5 SD) Tinggi

3 (M – 0,5 SD) < X < (M + 0,5 SD) Sedang

4 (M – 1,5 SD) < X < (M – 0,5 SD) Rendah

5 X < (M – 1,5 SD) Sangat Rendah


30

Keterangan :
X = Skor
M = Mean Hitung
SD = Standar Deviasi Hitung
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, D., & Watini, S. (2022). Implementasi TV Sekolah Berbasis Literasi

Digital di TK Tunarungu Sushrusa Denpasar Barat. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu

Pendidikan, 5(4), 1181–1186. https://doi.org/10.54371/jiip.v4i5.543

Aprianti, D. N., Hairunnisa, H., & Arsyad, A. W. (2022). Peran Komunikasi

Interpersonal Orang Tua Dalam Menumbuhkan Perilaku Positif Pada Anak

Tunarungu. Journal of Communication Studies, 2(1), 1–15.

https://doi.org/10.37680/jcs.v1i2.1534

Ariestika, E., Widiyanto, W., & Nanda, F. A. (2021). Implementasi Standar

Pedoman Nasional Terhadap Tujuan Pendidikan Jasmani. Jurnal Sains

Olahraga Dan Pendidikan Jasmani, 21(1), 1–10.

http://sportscience.ppj.unp.ac.id/index.php/jss/article/download/58/64

Astuti, N. P., & Watini, S. (2022). Meningkatkan Minat Belajar Menggunakan

Model Bermain Asyik Pada Anak Usia Dini. Aksara: Jurnal Ilmu

Pendidikan Nonformal, 8(3), 2141. https://doi.org/10.37905/aksara.8.3.2141-

2150.2022

Bangun, S. Y. (2016). Pengembangan Pengetahuan Anak Difabel Melalui

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Outbound. Journal Physical Education,

Health and Recreation, 1(1), 70. https://doi.org/10.24114/pjkr.v1i1.4777

Barnes, A., & Gani, R. A. (2023). Minat Siswa terhadap Pembelajaran Penjas

SMAN 1 Karang Bahagia pada Pertemuan Tatap Muka. Journal on

Education, 5(2), 3212–3220. https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.987

Bunayar. (2022). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. DIMAR: Jurnal Pendidikan

28
32

Islam, 3(2), 252–275. https://doi.org/10.58577/dimar.v3i2.59

Cendra, R., Gazali, N., & Solihin. (2020). E-Learning Dalam Persepsi Mahasiswa

Pendidikan Jasmani. Journal Sport Area, 5(1), 97–105.

https://doi.org/10.25299/sportarea.2020.vol5(1).4721

Ellandi, G. (2020). Minat Siswa Berkebutuhan Khusus Tunarungu Terhadap

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Di Slb-B Wiyata Dharma 1

Sleman. 1–53.

Gerak, P., Pada, D., Jasmani, P., Meningkatkan, D., Motorik, K., Keguruan, F.,

Ilmu, D. A. N., & Maret, U. S. (2010). Fica Asniarno Fica Asniarno.

Gumanti, D., Respita, R., & Noer, S. M. (2023). Faktor-Faktor Mempengaruhi

Minat Belajar Siswa Mengikuti Pembelajaran Tatap Muka Masa Pandemi

Covid-19 Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE),

11(1), 10–18.

Hikmah, J. (2020). Paradigm. Computer Graphics Forum, 39(1), 672–673.

https://doi.org/10.1111/cgf.13898

Isyani, I., Permadi, A. G., & Lubis, M. R. (2023). Profil Sarana Dan Prasarana

Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan Di Sekolah Menengah

Pertama Negeri Se-Kota Mataram. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 9(1),

716–724. https://doi.org/10.58258/jime.v9i1.4766

Jariono, G., Nugroho, H., Amirzan, A., Lestari, I., Nurhidayat, N., &

Marganingrum, T. (2022). Kemampuan guru dalam menerapkan

pembelajaran penjas adaptif pada anak berkebutuhan khusus. Medikora,

21(1), 90–99. https://doi.org/10.21831/medikora.v21i1.44015


33

Khasanah, U., & Nugraheni, E. A. (2022). Analisis Minat Belajar Matematika

Siswa Kelas Vll Pada Materi Segiempat Berbantuan Aplikasi Geogebra di

SMP Negeri 239 Jakarta. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika,

6(1), 181–190. https://doi.org/10.31004/cendekia.v6i1.813

Kurniawati, A., Arifin, Z., Wandi, E., & Hermawan, I. (2022). Pengaruh

Modifikasi Permainan Bola Voli Terhadap Minat Siswa Dalam Pembelajaran

Pendidikan Jasmani. Holistic Journal of Sport Education, 1(2), 60.

https://doi.org/10.52434/hjse.v1i2.1965

Muhammad, I., & Yolanda, F. (2022). Minat Belajar Siswa Terhadap Penggunaan

Software Adobe Flash Cs6 Profesional Sebagai Media Pembelajaran. JIPM

(Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 11(1), 1.

https://doi.org/10.25273/jipm.v11i1.11083

Nurmalasari, Y., & Erdiantoro, R. (2020). Perencanaan Dan Keputusan Karier:

Konsep Krusial Dalam Layanan BK Karier. Quanta, 4(1), 44–51.

https://doi.org/10.22460/q.v1i1p1-10.497

Pamungkas, B., & Susilawati, S. Y. (2022). Internalisasi Nilai Religiusitas bagi

Anak Dengan Hambatan Pendengaran (Studi Kasus di Pondok Pesantren

Khusus Tunarungu Darul Ashom Yogyakarta). JPK (Jurnal Pendidikan

Khusus), 18(1), 22–30. https://doi.org/10.21831/jpk.v18i1.50567

Prakosa, T. K. W., & Yuli Hartati, S. C. (2022). Peningkatan Kebugaran Jasmani

Siswa Melalui Aktivitas Fisik Ringan Dalam Pembelajaran Pjok. Riyadhoh :

Jurnal Pendidikan Olahraga, 5(2), 39.

https://doi.org/10.31602/rjpo.v5i2.7818
34

Rahayuliana, R., & Watini, S. (2022). Implementasi Reward Asyik Untuk

Meningkatkan Minat Belajar Anak di RA Nurul Hidayah Batam. Aksara:

Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8(3), 1659.

https://doi.org/10.37905/aksara.8.3.1659-1666.2022

Sari, M., Nazirun, N., & Zulhendri, Z. (2020). Persepsi Mahasiswa Penjaskesrek

Pada Mata Kuliah Pendidikan Jasmani Olahraga Adaptif Universitas Islam

Riau. Journal of Education and Teaching, 1(1), 114.

https://doi.org/10.24014/jete.v1i1.9505

Sari, Y., Gimin, G., & Riadi, R. (2023). Analisis Faktor yang Mempengaruhi

Minat Belajar pada Pembelajaran Daring Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

FKIP UNRI. Journal on Education, 5(2), 2248–2256.

https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.877

Setyawan, E. Y., & Sugiyono, S. (2021). Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi, dan

Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus: Perum Perhutani

Divisi Regional Jawa Timur). Jurnal Ilmu Dan ….

http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jirm/article/view/4187

Studi, P., & Sosiatri, I. (2017). Daryani YOGYAKARTA.

Sulaiman, & Sa’idah, I. (2022). Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling dalam

Mengembangkan Minat Belajar Siswa. DA’WA: Jurnal Bimbingan

Penyuluhan & Konseling Islam, 2(1), 1–10.

https://doi.org/10.36420/dawa.v2i1.139

Tumaloto, E. H. (2022). Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan

Kesehatan Selama Pandemi Covid 19. Jambura Health and Sport Journal,
35

4(1), 60–68. https://doi.org/10.37311/jhsj.v4i1.13602

Tunarungu, A. (2020). E-issn : 2549-7367. 04(1), 12–19.

Unsur, A., Operasi, D. A. N., & Aljabar, B. (2022). 48332-Article Text-92083-1-

10-20220721. 11(3).

Vianti Desa, M. (2022). Efektivitas Penerapan Model Komunikasi Total Bagi

Anak Tunarungu Di Bhakti Luhur. Jurnal Pelayanan Pastoral, 3(2), 120–

126. https://doi.org/10.53544/jpp.v3i2.340

Котлер, Ф. (2008). No TitleМаркетинг по Котлеру. 282.

Anda mungkin juga menyukai