Management Pendidikan
Management Pendidikan
PROGRAM STUDI
MANAGEMENT PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
Ifarida Wahyuningsih, S.PD, M.Pd
Disusun Oleh:
Muhammad Ikhsan Mawardi
STIDKI AL-AZIZ
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
06 December 2023
1
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah S.W.T. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
yang berjudul “Management Pendidikan” dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
PENUTUP...............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang manajemen pendidikan melibatkan pemahaman tentang konsep dasar dan
tujuan pendidikan. Menurut beberapa ahli, pendidikan dapat diartikan sebagai proses timbal
balik dari setiap individu dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman, dan alam semesta.
Pendidikan juga merupakan usaha manusia dalam meningkatkan kepribadian dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki secara rohani dan jasmani .
Dalam konteks manajemen pendidikan, latar belakang ini mencakup pemahaman tentang
peran lembaga pendidikan sebagai pengelola pendidikan. Lembaga pendidikan bertanggung
jawab untuk mencapai tujuan pendidikan dan mengembangkan potensi peserta didik.
Manajemen pendidikan melibatkan perencanaan strategis, pengorganisasian sumber daya,
pengawasan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan .
Seiring dengan perubahan sosial, teknologi, dan ekonomi yang cepat, manajemen
pendidikan menjadi semakin kompleks. Fokus beralih dari manajemen tradisional menuju
kepemimpinan pendidikan dan transformasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih
komprehensif. Globalisasi pendidikan membawa tantangan dan peluang baru, sementara
perkembangan teknologi, seperti sistem informasi pendidikan dan pembelajaran digital,
memainkan peran penting dalam pengelolaan pendidikan.
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 dan 3
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, dan akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
Sehingga bisa disimpulkan Manajemen pendidikan adalah suatu disiplin ilmu dan praktik
pengelolaan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan berbagai kegiatan pendidikan. Tujuan dari manajemen pendidikan adalah untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, agar dapat
mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Unsur manajemen terdiri dari “7M+1 I” menurut Usman (2009) dan Henry Fayol 6 M yaitu
sebagai berikut.
1. Man (Manusia), berperan sebagai man power dalam organisasi atau perusahaan,
diperlukan untuk memimpin, menggerakkan karyawan/bawahan, serta memberikan
tenaga dan pikiran untuk kemajuan dan kontinuitas lembaga. Sumbangan tenaga
manusia di sini dapat pula dinamakan sebagai leadership atau kewirausahaan;
2. Material (Barang), material digunakan sebagai proses produksi dalam suatu
perusahaan atau organisasi, dapat terdiri dari bahan baku, bahan setengah jadi, atau
barang jadi;
3. Machine (Mesin), merupakan kebutuhan pokok dalam melancarkan jalannya suatu
organisasi. Mesin berupa peralatan yang digunakan oleh suatu instansi atau lembaga.
Baik itu peralatan yang modren maupun peratan yang masih bersifat konvensional;
4. Money (Uang), Money/modal dibagi menjadi 2, yaitu modal tetap berupa tanah,
gedung/bangunan, mesin dan modal kerja berupa kas, piutang
5. Method (Metode), pemilihan dan penggunaan metode yang tepat digunakan sebagai
aturan atau cara-cara tertentu yang bertujuan untuk menghindari terjadinya inefisiensi
dan pemborosan. Dalam lembaga pendidikan, metode pembelajaran yang dibentuk
oleh seorang guru sangat diperlukan dalam menerangkan pelajaran. Karena metode
yang dipakai akan memengaruhi peserta didik dalam memahami pelajaran;
6. Market (Pasar), adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk mengadakan
transaksi, dalam lembaga pendidikan market berupa tempat terjadinya interaksi
antara pendidik dengan peserta didik maupun dengan stakeholders yang ada dalam
lingkup lembaga tersebut.
7. Minute (Waktu), merupakan waktu yang dipergunakan dan dimanfatkan dalam
pencapaian visi dan misi suatu lembaga secara efektif dan efisien.
7
2.3 Tujuan dari manajemen Pendidikan
Tujuan dari manajemen pendidikan adalah mencapai efektivitas dan efisiensi dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan serta mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Berikut adalah beberapa tujuan khusus dari manajemen pendidikan:
8
g. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua:
Mendorong partisipasi aktif orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka.
Mengintegrasikan masukan dan dukungan dari masyarakat dalam pengambilan
keputusan pendidikan.
h. Pengelolaan Konflik dan Komunikasi:
Mengelola konflik secara efektif di antara stakeholder pendidikan.
Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara semua pihak terlibat dalam
proses pendidikan.
i. Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan:
Melakukan evaluasi terus-menerus terhadap proses pembelajaran dan pencapaian
tujuan pendidikan.
Mengidentifikasi area-area untuk perbaikan dan perubahan berkelanjutan.
Menurut Fattah (2012: 123) tujuan dan manfat manajemen pendidikan antara lain
sebagai berikut (a) terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan; (b) terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara; (c) terpenuhinya salah satu dari empat kompetensi tenaga pendidik dan
kependidikan; (d) tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien; (e) terbekalinya
tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan; (f)
Teratasinya masalah mutu pendidikan.
9
2.4 Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan
10
2.6 Fungsi-Fungsi Manajemen Pendidikan
1. PERENCANAAN
a. Identifikasi Kebutuhan:
Identifikasi kebutuhan dan tantangan pendidikan yang dihadapi oleh institusi
atau sistem pendidikan.
Analisis data dan informasi untuk memahami tren, karakteristik siswa, dan
harapan masyarakat.
b. Penetapan Tujuan Pendidikan:
Menetapkan tujuan pendidikan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan
terbatas waktu (SMART).
Menyusun tujuan yang sesuai dengan visi dan misi pendidikan.
c. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal:
Evaluasi sumber daya internal (SDM, infrastruktur, keuangan) yang tersedia.
Menganalisis faktor-faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah, kondisi
sosial, dan perkembangan teknologi.
d. Perumusan Kebijakan Pendidikan:
Menetapkan kebijakan dan pedoman yang mendukung pencapaian tujuan
pendidikan.
Merumuskan strategi untuk mengatasi masalah atau tantangan yang
diidentifikasi.
11
e. Pengembangan Kurikulum:
Merancang kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan kebutuhan
siswa.
Menetapkan struktur pembelajaran, metode pengajaran, dan evaluasi hasil
pembelajaran.
f. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab:
Menetapkan peran dan tanggung jawab bagi semua pihak terlibat, seperti guru,
staf pendidikan, dan administrasi sekolah.
Membuat struktur organisasi yang mendukung pelaksanaan kebijakan dan
program.
g. Pengalokasian Sumber Daya:
Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya manusia, keuangan, dan fisik
yang diperlukan.
Menyusun anggaran yang mendukung pelaksanaan rencana.
h. Pelibatan Pemangku Kepentingan:
Melibatkan dan berkomunikasi dengan pemangku kepentingan seperti orang tua,
siswa, guru, dan masyarakat.
Membangun kemitraan yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
i. Pengembangan Program Pendukung:
Mengembangkan program pendukung seperti pelatihan guru, pembinaan siswa,
dan program ekstrakurikuler.
Memastikan adanya layanan pendukung untuk siswa dengan kebutuhan khusus.
j. Monitoring dan Evaluasi:
Menetapkan sistem pemantauan dan evaluasi untuk mengukur kemajuan
terhadap tujuan dan kebijakan.
Menggunakan data hasil evaluasi untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian
pada rencana.
k. Pemantauan Pelaksanaan:
Memantau pelaksanaan rencana dan kebijakan secara berkala.
Menetapkan mekanisme umpan balik untuk memahami dampak dan perubahan
yang mungkin terjadi.
12
l. Revisi dan Penyesuaian:
Mengevaluasi kembali rencana dan kebijakan secara berkala.
Melakukan revisi dan penyesuaian berdasarkan hasil pemantauan, evaluasi, dan
perkembangan baru.
2. PENGORGANISASIAN
Fungsi pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas kepada
orang-orang yang terlibat dalam kerja sama untuk memudahkan pelaksanaan kerja.
Pelaksanaan fungsi pengorganisasian dapat memanfaatkan struktur yang sudah
dibentuk dalam organisasi. Artinya, deskripsi tugas yang akan dibagikan adalah
berdasarkan tugas dan fungsi struktur yang ada dalam suatu organisasi.
Pengorganisasian suatu tugas dapat memperlancar alokasi sumber daya dengan
kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana. Dalam
pengorganisasian, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan, antara lain
menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi,
membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan
oleh perorangan atau kelompok, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara
yang rasional dan efisien, menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan
pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis, melakukan monitoring dan
mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan serta meningkatkan
efektifitas.
3. PENGGERAKKAN
Penggerakkan (actuating) adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya hubungan terhadap bawahan untuk dapat mengerti dan
memahami pembagian pekerjaan yang efektif dan efisien. Actuating adalah bagian
yang sangat penting dalam proses manajemen. Berbeda dengan ketiga fungsi lain
(planning, organizing, controlling), actuating dianggap sebagai intisari manajemen,
karena secara khusus berhubungan dengan orang-orang (Baharudin, 2010: 106).
Terry mendefinisikan actuating adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran, agar sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi (Sarwoto, 1978: 86). Actuating
13
adalah bagian yang sangat penting dalam proses manajemen. Berbeda dengan ketiga
fungsi lain (planning, organizing, controlling) actuating dianggap sebagai intisari
manajemen karena secara khusus berhubungan dengan orang-orang. Terry
menyatakan bahwa sukses dalam manajemen sebagian dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu a) mendapatkan orang-orang yang cakap; b) mengatakan kepada merekan apa
yang hendak dicapai dan bagaimana cara mengerjakan apa yang kita inginkan; c)
memberikan otoritas kepada mereka; dan d) menginspirasi mereka dengan
kepercayaan untuk mencapai sasaran (Sarwoto, 1978: 86).
4. PENGAWASAN
Pengawasan adalah proses penentuan apa yang dicapai. Berkaitan dengan
standar apa yang sedang dihasilkan, penilaian pelaksanaan (performansi) serta
bilamana perlu diambil tindakan korektif. Ini yang memungkinkan pelaksanaan dapat
berjalan sesuai rencana, yakni sesuai dengan standar yang diharapkan. Tujuan
pengawasan menurut konsep sistem adalah membantu mempertahankan hasil atau
output yang sesuai dengan syarat-syarat sistem. Artinya dengan melakukan kerja
pengawasan, diharapkan dapat mencapai kualitas produk organisasi berdasar
perencanaan yang telah ditetapkan, sehingga konsumen atau stakeholders menjadi
puas (Baharudin, 2010: 111).
pengawasan sangat diperlukan untuk melihat dan mengevaluasi sejauh mana
hasil yang tercapai. istilah pengawasan juga bisa diartikan atau di samakan dengan
pendalian, yang diperlukan untuk memastikan bahwa suatu aktivitas atau kegiatan
dapat barjalan sesuai dengan yang direncanakan.
secara umum, proses pengawasan atau pengendalian ini terdiri dari tiga tahap
yakni:
a. menetapkan standar-standar pelaksanaan pekerjaan
b. pengukuran hasil atau pelaksanaan pekerjaan
c. menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan
rencana.
14
2.7 Masalah Pendidikan Nasional
Pemerintah, telah berupaya memecahkan masalah ini, tetapi masalah selanjutnya akan
muncul pula, mengapa? Karena yang dipecahkan adalah masalahnya, bukan akar
masalahnya. Masalah itu tetap akan muncul lagi sebab akarnya tidak dihilangkan. Bagaikan
lalang, begitu dipangkas, datang hujan, tumbuh lagi. Dan demikian seharusnya, silih berganti,
masalahnya terus muncul. Lalu apa akar masalahnya. Ada lima faktor yang menjadi akar
permasalahan rendahnya kualitas pendidikan nasional, kelima faktor itu adalah:
16
2.8 Pendidikan Islam Indonesia di Era Global
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa,
dan negara.
17
pergolakan yang ditimbulkan akibat modernisasi di segala bidang yang telah
mendunia.Pengaruh arus global ini amat luas, dan tidak terlewatkan pula, imbasnya
mengenai dunia pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan Islam.
Turbelensi arus global bisa menimbulkan paradoks atau gejala kontra moralitas,
yakni pertentangan dua sisi moral secara diametral, seperti guru mendidik lalu lintas,
namun dijalanan para sopir ugal-ugalan di sekolah dikampayekan gerakan anti-narkoba
tapi penjaja narkoba di masyarakat isinya penuh. Guru memberi pesan agar para siswa
tidak terlibat tawuran, tapi di lingkungan masyarakat sering terjadi bentrok antar warga
kampung; di sekolah diadakan razia pornografi tapi media massa semakin terbuka
mengumbar simbol-simbol yang merangsang nafsu sahwat. Begitu pula halnya dengan
keinginan guru akan anak tampil kreatif dan egaliter, tapi perilaku orang tua cenderung
otoriter.
Karena globalisasi langsung atau tidak, dapat membawa paradoks bagi praktis
pendidikan, seperti terjadinya kontramoralitas antara apa yang diidealkan khususnya
dalam pendidikan Islam (das Solen) dengan realitas di lapangan (das sein), maka gerakan
tajdid dalam pendidikan Islam hendaknya melihat kenyataan dalam kehidupan
masyarakat lebih dulu, sedemikian hingga ajaran agama yang hendak dididikan itu dapat
landing dan konstekstual.
Arus global bukanlah lawan atau kawan bagi pendidikan Islam, melainkan sebagai
dinamisator dari “mesin” yang namanya pendidikan Islam. Bila pendidikan Islam
mengambil posisi antiglobal, maka “mesin” tersebut tidak akan stationaire atau macet,
lalu pendidikan Islam pun mengalami intelectual shut down atau penutupan intelektual.
Sebaliknya bila pendidikan Islam terseret oleh arus global, tanpa daya lagi identitas
keislaman sebuah proses pendidikan akan dilindas oleh “mesin” tadi. Karenanya
pendidikan Islam menarik ulur arus global, yang sesuai ditarik atau diambil dan dicerna,
sementara yang tidak sesuai di ulur,di lepas atau ditinggalkan.Mastuhu berpendapat
nahwa menutup diri atau bersikap eksklusif akan ketinggalan zaman, sedang membuka
diri berisiko kehilangan jatu diri atau kepribadian
Hadirnya media massa elektronika melalui dunia tanpa kabel, wireless, dan dunia
maya, cybernet, telah mengubah gaya mengajar seorang guru. Teknologi modern telah
mengubah gaya hidup seseorang. Itu adalah bagian dari pendidikan global. Yang perlu
dipikirkan sekarang adalah bagaimana respons umat dan pendidikan Islam menghadapi
18
globalisasi tersebut. Arus global itu harus disikapi denga arif dan bijaksana. Ibarat sistem
pencernaan, zat yang bergizi diedarkan ke seluruh tubuh sementara sisanya yang kotor
dibuang. Pendidikan Islam mestilah menjadi sistem pencernaan tadi, sebab kalau tidak
bergizi (dala arti anti-global) ia akan ketinggalan, sementara kalau tidak dicerna, dapat
merusak identitas dirinya. Jadi globalisasi bisa menjelma menjadi peluang (opportunity),
bisa pula tantangan (threat). Posisi pendidikan Islam yang perlu dipertahankan adalah
sikapnya yang tetap selektif, kritis, dan terbuka terhadap munculnya turbulensi arus
global, bukan dengan sikap esklusif, atau terseret arus global sehingga mengikis identitas
pendidikan Islam itu sendiri.
Islam menyebut kata dunia dengan karakter sebagai hiasan. AlQur’an Surat Al-Kahfi : 46
اْلَم اُل َو اْلَبُنوَن ِز يَنُة اْلَحَياِة الُّد ْنَيا َو اْلَباِقَياُت الَّصاِلَح اُت َخْيٌر ِع ْنَد َر ِّبَك َثَو اًبا َو َخْيٌر َأَم اًل
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi
زُِّيَن ِللَّناِس ُحُّب الَّش َهَو اِت ِم َن الِّنَس اِء َو اْلَبِنيَن َو اْلَقَناِط يِر اْلُم َقْنَطَر ِة ِم َن الَّذ َهِب َو اْلِفَّض ِة َو اْلَخْيِل اْلُمَس َّو َم ِة
َو اَأْلْنَع اِم َو اْلَح ْر ِث َذ ِلَك َم َتاُع اْلَحَياِة الُّد ْنَيا َو ُهَّللا ِع ْنَد ُه ُح ْسُن اْلَم َآب
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14)
Ayat ini mengindikasikan bahwa hidup di dunia dihiasi dengan berbagai bentuk
kesenangan harta benda dan keturunan. Namun kesenangan tersebut semu karena ia bakal
musnah. Yang kekal adalah amal saleh yang pahalanya dapat kembali berlipat ganda di
akherat kelak.
Ayat tersebut menjadi rujukan untuk menyikapi arus global yang cenderung menekankan
pada aspek kenikmatan duniawi dan melupakan dimensi ukhrawi. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan sains di Barat sendiri mulai mengarah pada kekeringan rokhani , sebab
19
semuanya dilakukan secara otomatis dan mekanis, dimana peran manusia menjadi tereduksi
oleh produk teknologi.
“Siapa yang ingin dunia, wajib baginya memiliki ilmu. Siapa yang ingin akherat, wajib
baginya pula memiliki ilmu.” Maksudnya adalah ilmu sangat dibutuhkan untuk memperoleh
dunia dan akherat.
Jadi pendidikan nasional di era global adalah pendidikan secara menyeluruh yaitu
pengikuti perkembangan/perubahan budaya dan teknologi. Pendidikan merupakan sarana
efektif untuk menanakman nilai, dan sikap antikorupsi, sejak dini di kalangan peserta didik.
Walaupun pendekatan pendidikan membutuhkan waktu yang ;ama, dan hasilya tidak dapat
dilihat seketika, namun proses pendidikan yang baik diharapkan dapat membentuk budaya
dan keyakinan teologis dalam diri pribadi peserta didik untuk bersikap dan berperilaku
antikorupsi. Untuk itu, maka setiap bahan ajar hendaknya memuat nilai-nilai antikorupsi.
Pendidikan disamping merupakan sarana yang efektif bagi pembentukan sistem hukum
yang baik juga mampu membentuk pribadi seseorang dengan hati nurani yang baik. Selain
itu, agama juga dapat berfungsi sebagai driving force bagi terbentuknya sikap dan prilaku
positif dan akhlak yang mulia. Dengan demikian, maka pendidikan agama dapat
diasumsikansebagai sarana yang efektif bagi pencegahan sikap dan perilaku korupsi.
Realitas pendidikan Islam saat ini sedang menghadapai persoalan mendasar, yaitu:
(a).Problem lack of vision, (b). Praktek pendidikan yang terfokus pada kesalekhan individual
dan berakibat ketertinggalan teknologi, (c). Problem efistemologis yang berakhir dengan
dikotomi ilmu. (d). Masalah tradisi berpikir normatif deduktif.
20
2.9 Solusi Pendidikan Islam di Era Global
َو اْلِع ْلُم َي ْز ُك و ِباِإْلْن َفاِق، َو اْلَم اُل ُتْن ِقُصُه الَّن َفَق ُة، اْلِع ْلُم َي ْح ُرُسك َو َأْن َت َت ْح ُرُس اْلَم اَل، اْلِع ْلُم َخ ْيٌر ِمْن اْلَم اِل
“Ilmu (agama) itu lebih baik dari harta. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta mesti engkau
menjaganya. Harta akan berkurang ketika dinafkahkan, namun ilmu malah bertambah ketika
diinfakkan.”
Ketiga, adalah penguatan manajemen pendidikan Islam, secara teoritis atau sebagai ilmu
adalah epistemologi pendidikan Islam, maka kunci untuk memajukan pendidikan Islam
secara aplikatif atau secara kelembagaan adalah manajemen pendidikan Islam. Sebagaimana
dalam kasus epistemologi umat Islam khususnya para pimpinan lembaga pendidikan Islam
juga lemah dalam wolayah manajemen. Maka mereka harus diperkuat kemampuanya dalam
manajemen pendidikan Islam.
Demikianlah tiga langkah ini sebagai strategi kunci atau strategi penentu yang berupaya
mamberi solusi pada tiga latar, yaitu pembangunan kesadaran pada semua lapisan masyarakat
memberi solusi mengenai permasalahana mental maupun perilaku orangorang yang terkait
dengan pendidikan Islam, penguatan epistemologi pendidikan Islam memberikan solusi pada
dataran kelangkaan bangunan konseptual teoritis tentang pendidikan Islam sebagai ilmu,
22
sedangkan manajemen pendidikan Islam memberikan solusi pada dataran aplikasi pendidikan
Islam secara institusional.
PENUTUP
KESIMPULAN:
Problematika pendidikan di Indonesia secara umum dapat disimpulkan menjadi empat hal
utama :
ِإَذ ا ِقيَل َلُك ْم َتَفَّسُحو۟ا ِفى ٱْلَم َٰج ِلِس َفٱْف َس ُحو۟ا َي ْف َس ٱُهَّلل َلُك ْم ۖ َو ِإَذ ا ِقيَل ٱنُشُز و۟ا َفٱنُشُز و۟ا َي ْر َف ٱُهَّلل ٱَّلِذيَن َء اَم ُنو۟ا َٰٓي َأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنٓو ۟ا
ِع ِح
ٱْلِع ْلَم َد َر َٰج ٍتۚ َو ٱُهَّلل ِبَم ا َت ْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر ِمنُك ْم َو ٱَّلِذيَن ُأوُتو۟ا
4. Kutipan ayat tersebut menerangkan bahwa betapa Allah akan mengangkat derajat
mereka yang menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi daripada yang tidak menuntut
ilmu. Isyarat ini menandakan bahwa dengan ilmu lah manusia bisa menjadi lebih
mulia, tidak dengan hartanya apalagi nasabnya. Dalam sebuah Hadis pun disebutkan
tentang keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan dalam Islam,
َو َم ْن َس َلَك َط ِر يًقا َي ْلَت ِمُس ِفيِه ِع ْلًما َسَّهَل ُهَّللا َلُه ِبِه َط ِر يًقا ِإَلى اْلَج َّن ِة
Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah, dan jangan
malas (patah semangat).” (HR. Muslim no. 2664).
23
Imam Nawawi mengatakan tentang hadits di atas, “Bersemangatlah dalam melakukan
ketaatan pada Allah, selalu berharaplah pada Allah dan carilah dengan meminta tolong pada-
Nya. Jangan patah semangat, yaitu jangan malas dalam melakukan ketaatan dan jangan lemah
dari mencari pertolongan. ” (Syarh Shahih Muslim, 16: 194).
Al Junaid rahimahullah,
ما طلب أحد شيئا بجد وصدق إال ناله فإن لم ينله كله ناله بعضه
Dalam menghadapi perubahan sosial, teknologi, dan ekonomi yang cepat, manajemen
pendidikan menjadi lebih kompleks. Namun, dengan semangat perencanaan yang matang dan
pengelolaan yang efektif, kita dapat menghadapi dinamika ini dengan keyakinan. Globalisasi
pendidikan membuka pintu bagi tantangan baru, sementara teknologi menjadi sekutu penting
dalam pengelolaan pendidikan.
Dalam menutup lembaran ini, mari kita terus mempertahankan semangat inovasi,
keingintahuan, dan kolaborasi. Setiap langkah kecil dalam perencanaan dan manajemen
pendidikan membawa dampak besar pada perkembangan generasi mendatang. Pendidikan
adalah kunci untuk membentuk masa depan yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.
َو َت ْع ِليَم ُه َم ْن اَل، َو اْلَب ْح َث َع ْن ُه ِج َه اٌد، َو ُم َذ اَك َر َت ُه َت ْس ِبيٌح، َو َط َلَب ُه ِع َب اَد ٌة، َت َع َّلْم اْلِع ْلَم َف ِإَّن َت َع ُّلَم ُه َلَك َح َس َن ٌة
َو َب ْذ َلُه َأِلْه ِلِه ُقْر َب ٌة، َي ْع َلُمُه َص َد َق ٌة
“Tuntutlah ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu.
Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas
suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah
sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah (mendekatkan
diri pada Allah).”
24
DAFTAR PUSTAKA
[2] M. A. DR. H. Anwar Sewang, Manajemen Penidikan, vol. 13, no. 1. 2015.
[6] Mughnil Muhtaj ila Ma’rifati Ma’ani Alfaazhil Minhaaj, Syamsuddin Muhammad bin
Al Khotib Asy Syarbini, 1/31, terbitan Darul Ma’rifah, cetakan pertama, 1418 H.
25