Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROGRAM STUDI
MANAGEMENT PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :
Ifarida Wahyuningsih, S.PD, M.Pd

Disusun Oleh:
Muhammad Ikhsan Mawardi

STIDKI AL-AZIZ
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
06 December 2023

1
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah S.W.T. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
yang berjudul “Management Pendidikan” dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Batam, 06 December 2023

Muhammad Ikhsan Mawardi

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5

1.3 Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

2.1 Pengertian Manajemen Pendidikan..................................................................................6

2.2 Unsur-Unsur Management Pendidikan............................................................................7

2.3 Tujuan dari manajemen Pendidikan.................................................................................8

2.4 Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan.........................................................................10

2.6 Fungsi-Fungsi Manajemen Pendidikan..........................................................................11

2.7 Masalah Pendidikan Nasional........................................................................................15

2.8 Pendidikan Islam Indonesia di Era Global.....................................................................17

2.9 Solusi Pendidikan Islam di Era Global..........................................................................21

PENUTUP...............................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen pendidikan adalah bidang yang berkaitan dengan pengelolaan dan


pengaturan sistem pendidikan. Ini melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian berbagai aspek pendidikan, termasuk sumber daya manusia, keuangan,
fasilitas, kurikulum, dan evaluasi.

Latar belakang manajemen pendidikan melibatkan pemahaman tentang konsep dasar dan
tujuan pendidikan. Menurut beberapa ahli, pendidikan dapat diartikan sebagai proses timbal
balik dari setiap individu dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman, dan alam semesta.
Pendidikan juga merupakan usaha manusia dalam meningkatkan kepribadian dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki secara rohani dan jasmani .

Dalam konteks manajemen pendidikan, latar belakang ini mencakup pemahaman tentang
peran lembaga pendidikan sebagai pengelola pendidikan. Lembaga pendidikan bertanggung
jawab untuk mencapai tujuan pendidikan dan mengembangkan potensi peserta didik.
Manajemen pendidikan melibatkan perencanaan strategis, pengorganisasian sumber daya,
pengawasan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan .

Pentingnya manajemen pendidikan terletak pada kemampuannya untuk menciptakan


lingkungan pendidikan yang efektif dan efisien. Dengan manajemen yang baik, lembaga
pendidikan dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia, meningkatkan
kualitas pengajaran dan pembelajaran, serta mencapai hasil yang diinginkan dalam
pendidikan.

Seiring dengan perubahan sosial, teknologi, dan ekonomi yang cepat, manajemen
pendidikan menjadi semakin kompleks. Fokus beralih dari manajemen tradisional menuju
kepemimpinan pendidikan dan transformasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih
komprehensif. Globalisasi pendidikan membawa tantangan dan peluang baru, sementara
perkembangan teknologi, seperti sistem informasi pendidikan dan pembelajaran digital,
memainkan peran penting dalam pengelolaan pendidikan.
4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Manajemen Pendidikan?

2. Apa Saja Unsur-Unsur Manajemen Pendidikan?

3. Apa Tujuan dan Manfaat dari Manajemen Pendidikan?

4. Apa saja prinsip-prinsip dari manajemen pendidikan?

5. Apa fungsi-fungsi dari manajemen pendidikan?

6. Masalah Pendidikan Nasional

7. Pendidikan Islam Indonesia di ERA Global

8. Solusi Pendidikan Islam di ERA Global

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Manajemen Pendidikan

2. Mengetahui Unsur-Unsur Manajemen Pendidikan

3. Mengetahui Tujuan dan Manfaat dari Manajemen Pendidikan

4. Mengetahui prinsip-prinsip dari manajemen pendidikan

5. Mengetahui fungsi-fungsi dari manajemen pendidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen merupakan ilmu dan seni dalam mengatur, mengendalikan,


mengkomunikasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada dalam organisasi
dengan memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen (Planing, Organizing, Actuating,
Controling) agar organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 dan 3
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, dan akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”

Sehingga bisa disimpulkan Manajemen pendidikan adalah suatu disiplin ilmu dan praktik
pengelolaan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan berbagai kegiatan pendidikan. Tujuan dari manajemen pendidikan adalah untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, agar dapat
mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Gambar 2.1 Skema Pengertian Manajemen Pendidikan


6
2.2 Unsur-Unsur Management Pendidikan

Unsur manajemen terdiri dari “7M+1 I” menurut Usman (2009) dan Henry Fayol 6 M yaitu
sebagai berikut.

1. Man (Manusia), berperan sebagai man power dalam organisasi atau perusahaan,
diperlukan untuk memimpin, menggerakkan karyawan/bawahan, serta memberikan
tenaga dan pikiran untuk kemajuan dan kontinuitas lembaga. Sumbangan tenaga
manusia di sini dapat pula dinamakan sebagai leadership atau kewirausahaan;
2. Material (Barang), material digunakan sebagai proses produksi dalam suatu
perusahaan atau organisasi, dapat terdiri dari bahan baku, bahan setengah jadi, atau
barang jadi;
3. Machine (Mesin), merupakan kebutuhan pokok dalam melancarkan jalannya suatu
organisasi. Mesin berupa peralatan yang digunakan oleh suatu instansi atau lembaga.
Baik itu peralatan yang modren maupun peratan yang masih bersifat konvensional;
4. Money (Uang), Money/modal dibagi menjadi 2, yaitu modal tetap berupa tanah,
gedung/bangunan, mesin dan modal kerja berupa kas, piutang
5. Method (Metode), pemilihan dan penggunaan metode yang tepat digunakan sebagai
aturan atau cara-cara tertentu yang bertujuan untuk menghindari terjadinya inefisiensi
dan pemborosan. Dalam lembaga pendidikan, metode pembelajaran yang dibentuk
oleh seorang guru sangat diperlukan dalam menerangkan pelajaran. Karena metode
yang dipakai akan memengaruhi peserta didik dalam memahami pelajaran;
6. Market (Pasar), adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk mengadakan
transaksi, dalam lembaga pendidikan market berupa tempat terjadinya interaksi
antara pendidik dengan peserta didik maupun dengan stakeholders yang ada dalam
lingkup lembaga tersebut.
7. Minute (Waktu), merupakan waktu yang dipergunakan dan dimanfatkan dalam
pencapaian visi dan misi suatu lembaga secara efektif dan efisien.

7
2.3 Tujuan dari manajemen Pendidikan

Tujuan dari manajemen pendidikan adalah mencapai efektivitas dan efisiensi dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan serta mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Berikut adalah beberapa tujuan khusus dari manajemen pendidikan:

a. Mencapai Tujuan Pendidikan:


 Menetapkan dan mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, seperti
pencapaian akademis, pengembangan karakter, dan persiapan untuk kehidupan
setelah sekolah.
b. Optimalisasi Sumber Daya:
 Mengelola sumber daya manusia, keuangan, dan fisik secara optimal untuk
mendukung kegiatan pendidikan.
 Memastikan alokasi sumber daya yang efisien untuk mencapai hasil terbaik.
c. Pengembangan Kurikulum dan Metode Pembelajaran:
 Perencanaan dan pengembangan kurikulum yang relevan dan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
 Implementasi metode pembelajaran yang inovatif dan efektif.
d. Peningkatan Kinerja Guru dan Staf:
 Pengembangan profesional guru melalui pelatihan dan dukungan.
 Mendorong kinerja staf pendidikan dan memastikan mereka memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
e. Pengelolaan Kepemimpinan yang Efektif:
 Membangun kepemimpinan di tingkat sekolah dan institusi pendidikan.
 Mendorong kepemimpinan yang efektif untuk merancang dan menerapkan
perubahan yang positif.
f. Penggunaan Teknologi Pendidikan:
 Integrasi teknologi dalam pembelajaran dan administrasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas.
 Mempromosikan inovasi dalam pemanfaatan teknologi untuk kepentingan
pendidikan.

8
g. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua:
 Mendorong partisipasi aktif orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka.
 Mengintegrasikan masukan dan dukungan dari masyarakat dalam pengambilan
keputusan pendidikan.
h. Pengelolaan Konflik dan Komunikasi:
 Mengelola konflik secara efektif di antara stakeholder pendidikan.
 Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara semua pihak terlibat dalam
proses pendidikan.
i. Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan:
 Melakukan evaluasi terus-menerus terhadap proses pembelajaran dan pencapaian
tujuan pendidikan.
 Mengidentifikasi area-area untuk perbaikan dan perubahan berkelanjutan.

Menurut Fattah (2012: 123) tujuan dan manfat manajemen pendidikan antara lain
sebagai berikut (a) terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan; (b) terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara; (c) terpenuhinya salah satu dari empat kompetensi tenaga pendidik dan
kependidikan; (d) tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien; (e) terbekalinya
tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan; (f)
Teratasinya masalah mutu pendidikan.

Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, manajemen pendidikan diharapkan dapat


menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan optimal peserta didik
dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan kehidupan yang ada di masyarakat
global yang terus berubah.

9
2.4 Prinsip-Prinsip Manajemen Pendidikan

Douglas (1963: 13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai


berikut 1) memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme
kerja; 2) mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab; 3) memberikan tanggung jawab
pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifatsifat dan kemampuannya; 4) mengenal
secara baik faktor-faktor psikologis manusia; dan 5) relativitas nilai-nilai. Prinsip-prinsip
tersebut memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan praktiknya harus memperhatikan
tujuan, orang-orang, tugas-tugas ~ 13 ~ dan nilai-nilai. Tujuan dirumuskan dengan tepat
sesuai dengan arah organisasi, tuntunan zaman, dan nilai-nilai yang berlaku. Tujuan suatu
organisasi dapat dijabarkan dalam bentuk visi, misi, dan sasaran-sasarannya.

Drucker (1995) melalui MBO (Management by Objective) memberikan gagasan prinsip


manajemen berdasarkan sasaran sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan
pada manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang beranggotakan
unsur pejabat dan fungsional dinas, dan stakeholder untuk merumuskan visi, misi, dan
objektif dinas pendidikan. Tujuh langkah MBO antara lain 1) menentukan hasil akhir apa
yang ingin dicapai oleh sekolah; 2) menganalisis apakah hasil itu berkaitan dengan tujuan
sekolah; 3) berunding menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan; 4) menetapkan kegiatan
apa yang tepat untuk mencapai sasaran; 5) menyusun tugas-tugas untuk mempermudah
mencapai sasarannya; 6) menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan
dipergunakan oleh atasan; 7) lakukan monitoring dan buat laporan.

10
2.6 Fungsi-Fungsi Manajemen Pendidikan

1. PERENCANAAN

Fungsi perencanaan adalah sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian, menentukan


strategi pelaksanaan kegiatan, menentukan tujuan atau kerangka tindakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam menentukan rencana harus dilakukan secara matang dengan
melakukan kajian secara sistematis sesuai dengan kondisi organisasi dan kemampuan sumber
daya dengan tetap mengacu pada visi dan misi organisasi (Andang, 2014: 25).

Perencanaan dalam manajemen pendidikan melibatkan serangkaian langkah-langkah


yang sistematis untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kebijakan
dan program pendidikan.

langkah-langkah umum dalam proses perencanaan:

a. Identifikasi Kebutuhan:
 Identifikasi kebutuhan dan tantangan pendidikan yang dihadapi oleh institusi
atau sistem pendidikan.
 Analisis data dan informasi untuk memahami tren, karakteristik siswa, dan
harapan masyarakat.
b. Penetapan Tujuan Pendidikan:
 Menetapkan tujuan pendidikan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan
terbatas waktu (SMART).
 Menyusun tujuan yang sesuai dengan visi dan misi pendidikan.
c. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal:
 Evaluasi sumber daya internal (SDM, infrastruktur, keuangan) yang tersedia.
 Menganalisis faktor-faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah, kondisi
sosial, dan perkembangan teknologi.
d. Perumusan Kebijakan Pendidikan:
 Menetapkan kebijakan dan pedoman yang mendukung pencapaian tujuan
pendidikan.
 Merumuskan strategi untuk mengatasi masalah atau tantangan yang
diidentifikasi.

11
e. Pengembangan Kurikulum:
 Merancang kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan kebutuhan
siswa.
 Menetapkan struktur pembelajaran, metode pengajaran, dan evaluasi hasil
pembelajaran.
f. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab:
 Menetapkan peran dan tanggung jawab bagi semua pihak terlibat, seperti guru,
staf pendidikan, dan administrasi sekolah.
 Membuat struktur organisasi yang mendukung pelaksanaan kebijakan dan
program.
g. Pengalokasian Sumber Daya:
 Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya manusia, keuangan, dan fisik
yang diperlukan.
 Menyusun anggaran yang mendukung pelaksanaan rencana.
h. Pelibatan Pemangku Kepentingan:
 Melibatkan dan berkomunikasi dengan pemangku kepentingan seperti orang tua,
siswa, guru, dan masyarakat.
 Membangun kemitraan yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
i. Pengembangan Program Pendukung:
 Mengembangkan program pendukung seperti pelatihan guru, pembinaan siswa,
dan program ekstrakurikuler.
 Memastikan adanya layanan pendukung untuk siswa dengan kebutuhan khusus.
j. Monitoring dan Evaluasi:
 Menetapkan sistem pemantauan dan evaluasi untuk mengukur kemajuan
terhadap tujuan dan kebijakan.
 Menggunakan data hasil evaluasi untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian
pada rencana.
k. Pemantauan Pelaksanaan:
 Memantau pelaksanaan rencana dan kebijakan secara berkala.
 Menetapkan mekanisme umpan balik untuk memahami dampak dan perubahan
yang mungkin terjadi.

12
l. Revisi dan Penyesuaian:
 Mengevaluasi kembali rencana dan kebijakan secara berkala.
 Melakukan revisi dan penyesuaian berdasarkan hasil pemantauan, evaluasi, dan
perkembangan baru.

2. PENGORGANISASIAN
Fungsi pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas kepada
orang-orang yang terlibat dalam kerja sama untuk memudahkan pelaksanaan kerja.
Pelaksanaan fungsi pengorganisasian dapat memanfaatkan struktur yang sudah
dibentuk dalam organisasi. Artinya, deskripsi tugas yang akan dibagikan adalah
berdasarkan tugas dan fungsi struktur yang ada dalam suatu organisasi.
Pengorganisasian suatu tugas dapat memperlancar alokasi sumber daya dengan
kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana. Dalam
pengorganisasian, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan, antara lain
menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi,
membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan
oleh perorangan atau kelompok, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara
yang rasional dan efisien, menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan
pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis, melakukan monitoring dan
mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan serta meningkatkan
efektifitas.

3. PENGGERAKKAN
Penggerakkan (actuating) adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya hubungan terhadap bawahan untuk dapat mengerti dan
memahami pembagian pekerjaan yang efektif dan efisien. Actuating adalah bagian
yang sangat penting dalam proses manajemen. Berbeda dengan ketiga fungsi lain
(planning, organizing, controlling), actuating dianggap sebagai intisari manajemen,
karena secara khusus berhubungan dengan orang-orang (Baharudin, 2010: 106).
Terry mendefinisikan actuating adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran, agar sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi (Sarwoto, 1978: 86). Actuating
13
adalah bagian yang sangat penting dalam proses manajemen. Berbeda dengan ketiga
fungsi lain (planning, organizing, controlling) actuating dianggap sebagai intisari
manajemen karena secara khusus berhubungan dengan orang-orang. Terry
menyatakan bahwa sukses dalam manajemen sebagian dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu a) mendapatkan orang-orang yang cakap; b) mengatakan kepada merekan apa
yang hendak dicapai dan bagaimana cara mengerjakan apa yang kita inginkan; c)
memberikan otoritas kepada mereka; dan d) menginspirasi mereka dengan
kepercayaan untuk mencapai sasaran (Sarwoto, 1978: 86).

4. PENGAWASAN
Pengawasan adalah proses penentuan apa yang dicapai. Berkaitan dengan
standar apa yang sedang dihasilkan, penilaian pelaksanaan (performansi) serta
bilamana perlu diambil tindakan korektif. Ini yang memungkinkan pelaksanaan dapat
berjalan sesuai rencana, yakni sesuai dengan standar yang diharapkan. Tujuan
pengawasan menurut konsep sistem adalah membantu mempertahankan hasil atau
output yang sesuai dengan syarat-syarat sistem. Artinya dengan melakukan kerja
pengawasan, diharapkan dapat mencapai kualitas produk organisasi berdasar
perencanaan yang telah ditetapkan, sehingga konsumen atau stakeholders menjadi
puas (Baharudin, 2010: 111).
pengawasan sangat diperlukan untuk melihat dan mengevaluasi sejauh mana
hasil yang tercapai. istilah pengawasan juga bisa diartikan atau di samakan dengan
pendalian, yang diperlukan untuk memastikan bahwa suatu aktivitas atau kegiatan
dapat barjalan sesuai dengan yang direncanakan.
secara umum, proses pengawasan atau pengendalian ini terdiri dari tiga tahap
yakni:
a. menetapkan standar-standar pelaksanaan pekerjaan
b. pengukuran hasil atau pelaksanaan pekerjaan
c. menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan
rencana.

14
2.7 Masalah Pendidikan Nasional

Permasalaan pendidikan cukup kompleks terutama masalah rendahnya mutu pendidikan.


Banyak indikator yang menunjukan rendahnya mutu pendidikan itu, di antaranya adalah
rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Menurut laporan Bank Dunia ,
ranking SDM Indonesia berada pada rangking ke-109.

Pemerintah, telah berupaya memecahkan masalah ini, tetapi masalah selanjutnya akan
muncul pula, mengapa? Karena yang dipecahkan adalah masalahnya, bukan akar
masalahnya. Masalah itu tetap akan muncul lagi sebab akarnya tidak dihilangkan. Bagaikan
lalang, begitu dipangkas, datang hujan, tumbuh lagi. Dan demikian seharusnya, silih berganti,
masalahnya terus muncul. Lalu apa akar masalahnya. Ada lima faktor yang menjadi akar
permasalahan rendahnya kualitas pendidikan nasional, kelima faktor itu adalah:

1. Rendahnya komitmen pemerintah kepada dunia pendidikan Secara konstitusional


komitmen nasional kepada dunia pendidikan sangat tinggi. Hal itu tersirat dari
ungkapan tujuan bangsa Indonesia adalah mencerminkan kehidupan bangsa.
Ungkapan itu tersirat pada pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh UUD 1945, dan
GBHN. Namun dalam operasionalnya,bertolak belakang dengan itu. Dengan kata
lain, komitmen pemerintah kepada dunia pendidikan rendah, hal ini dapat dilihat
dari belanja negara pada sektor pendidikan sangat rendah, dibanding dengan
negara Malaysia terutama pendidikan Islam lebih rendah daripada pendidikan
umum.

2. Kekeliruan Filosofis Minimal ada 3 persoalan mendasar yang dipersepsikan


secara keliru oleh masyarakat , yaitu:” apa pendidikan”, apa mutu
pendidikan”.dan apa produk pendidikan”. Pemaknaan kepada pendidikan
adalah:”proses bantuan kepada anak didik menuju kedewasaan.” Persepsi seperti
itu melahirkan sikap memperlakukan anak sebagai organisme yang memerlukan
banuan, lemah, dan sebagai objek pendidikan. Guru menjadi subjek, serba
mengetahui , dan memberikan bantuan. Kalau tidak dibantu pendidikan, anak
tidak akan bisa dewasa. Demikian juga dengan “mutu”, masyarakat selalu
mengartikan “mutu”pendidikan dengan prestasi IP atau IPK, atau nilai ujian
EBTA , bahkan lulus UMPTN , sekolah yang paling banyak siswanya masuk ke
15
PTN adalah sekolah yang bermutu. Maka suburlah bimbingan “test” dan
“bimbingan studi”, supaya siswa dapat nilai tinggi dan bisa lulus UMPTN.
Mungkin ini gejala aneh dan tidak pernah terlihat di negara yang maju dunia
pendidikannya. Sama saja dengan itu, kekeliryan juga terjadi pada makna filosofis
“produk” pendidikan. “produk” pendidikan selalu diartikan dengan lulusan atau
tamatan sekolah atau madrasah. Padahal lulusan itu bukanlah 100% hasil dari
proses pendidikan dan pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan. Hanya sedikit
sekali peran lembaga pendidikan, dan dari yang sedikit itu, hanya satu aspek saja
yang dominan, yaitu aspek kognitif.

3. Lemahnya pemberdayaan tenaga pendidik (pengajar) Lemahnya pemberdayaan


tenaga pendidik, misalnya guru, dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
a. Latihan pra jabatan Latihan pra jabatan pada sistem kepegawaian , tidak
memberikan manfaat yang besar bagi yugas jabatan tenaga pendidik.
b. Penataran, latihan, dan lain-lain, adalah ajang proyek yang intinya adalah
laporan administrasi keuangan, bukan kualitas peningkatan pengetahuan dan
keterampilan tenaga pendidik.
c. Kesejahteraan tenaga pendidik. Gaji guru adalah yang paling rendah dan
banyak potongannya
4. Manajemen Pendidikan Manajemen pendiidikan bersifat sentralistik,
strukturalistik, birogratik.
5. Sistem Pembelajaran Sistem pembelajaran bersifat paternalistik, harismatik,
militeristik, monolog, pembelajaran,seperti ini guru sangat menentukan, siswa
pasif, dan tidak kreatif , Itulah kelima hal yang menjadi akar
permasalahan.pendidikan nasional . Selama ini pemecahan persoalan pendidikan
berada pada pokok masalah bukan pada akar masalahnya. Jadi setiap kali diatasi
masalah, maka pada saatnya akan muncul lagi sebab akar masalahnya tidak
dituntaskan

16
2.8 Pendidikan Islam Indonesia di Era Global

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa,
dan negara.

Pendidikan nasional pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang


Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
Nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling


terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.9 Bahwa sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global
sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.

Pendidikan global merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan


(persfective) tentang dunia kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa terdapat
saling keterkaitan antar budaya umat manusia dan kondisi planet bumi. Dalam konteks
globalisasi, pendidikan mau tak mau masuk dalam arus global dan mengalami turbelensi.
Apa sebenarnya turbelensi itu? Turbelence dapat dimaknai sebagai violence, disorderly,
dan uncontrolled, atau pergolakan, kerusuhan dan kekacauan. Pada awalnya, keadaan
turbulensi ini dipakai untuk menjelaskan karakter mesin turbo, yang menggerakan mesin
propeler pesawat dengan putarannya, sehinga pesawat tersebut dapat terbang. Akan
tetapi, turbelensi ini lebih lanjut digunakan pula dalam bidang sosial untk menjelaskan
kondisi masyarakat yang sedang bergejolak, rusuh,dan kacau. Mengapa bisa demikian?
Dalam analisisnya, fenomena turbulensi tadi dikaitkan dengan pesatnya arus global akibat
modernisasi, industrialisasi, ,media massa, sarana komunikasi dan telekomunikasi yang
canggih, sedemikian rupa sehingga menjadikan dunia ini seakan dilipat dalam bentuk
mini. Global berarti mendunia. Jadi turbulensi arus global dimaksudkan sebagai

17
pergolakan yang ditimbulkan akibat modernisasi di segala bidang yang telah
mendunia.Pengaruh arus global ini amat luas, dan tidak terlewatkan pula, imbasnya
mengenai dunia pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan Islam.

Turbelensi arus global bisa menimbulkan paradoks atau gejala kontra moralitas,
yakni pertentangan dua sisi moral secara diametral, seperti guru mendidik lalu lintas,
namun dijalanan para sopir ugal-ugalan di sekolah dikampayekan gerakan anti-narkoba
tapi penjaja narkoba di masyarakat isinya penuh. Guru memberi pesan agar para siswa
tidak terlibat tawuran, tapi di lingkungan masyarakat sering terjadi bentrok antar warga
kampung; di sekolah diadakan razia pornografi tapi media massa semakin terbuka
mengumbar simbol-simbol yang merangsang nafsu sahwat. Begitu pula halnya dengan
keinginan guru akan anak tampil kreatif dan egaliter, tapi perilaku orang tua cenderung
otoriter.

Karena globalisasi langsung atau tidak, dapat membawa paradoks bagi praktis
pendidikan, seperti terjadinya kontramoralitas antara apa yang diidealkan khususnya
dalam pendidikan Islam (das Solen) dengan realitas di lapangan (das sein), maka gerakan
tajdid dalam pendidikan Islam hendaknya melihat kenyataan dalam kehidupan
masyarakat lebih dulu, sedemikian hingga ajaran agama yang hendak dididikan itu dapat
landing dan konstekstual.

Arus global bukanlah lawan atau kawan bagi pendidikan Islam, melainkan sebagai
dinamisator dari “mesin” yang namanya pendidikan Islam. Bila pendidikan Islam
mengambil posisi antiglobal, maka “mesin” tersebut tidak akan stationaire atau macet,
lalu pendidikan Islam pun mengalami intelectual shut down atau penutupan intelektual.
Sebaliknya bila pendidikan Islam terseret oleh arus global, tanpa daya lagi identitas
keislaman sebuah proses pendidikan akan dilindas oleh “mesin” tadi. Karenanya
pendidikan Islam menarik ulur arus global, yang sesuai ditarik atau diambil dan dicerna,
sementara yang tidak sesuai di ulur,di lepas atau ditinggalkan.Mastuhu berpendapat
nahwa menutup diri atau bersikap eksklusif akan ketinggalan zaman, sedang membuka
diri berisiko kehilangan jatu diri atau kepribadian

Hadirnya media massa elektronika melalui dunia tanpa kabel, wireless, dan dunia
maya, cybernet, telah mengubah gaya mengajar seorang guru. Teknologi modern telah
mengubah gaya hidup seseorang. Itu adalah bagian dari pendidikan global. Yang perlu
dipikirkan sekarang adalah bagaimana respons umat dan pendidikan Islam menghadapi
18
globalisasi tersebut. Arus global itu harus disikapi denga arif dan bijaksana. Ibarat sistem
pencernaan, zat yang bergizi diedarkan ke seluruh tubuh sementara sisanya yang kotor
dibuang. Pendidikan Islam mestilah menjadi sistem pencernaan tadi, sebab kalau tidak
bergizi (dala arti anti-global) ia akan ketinggalan, sementara kalau tidak dicerna, dapat
merusak identitas dirinya. Jadi globalisasi bisa menjelma menjadi peluang (opportunity),
bisa pula tantangan (threat). Posisi pendidikan Islam yang perlu dipertahankan adalah
sikapnya yang tetap selektif, kritis, dan terbuka terhadap munculnya turbulensi arus
global, bukan dengan sikap esklusif, atau terseret arus global sehingga mengikis identitas
pendidikan Islam itu sendiri.

Islam menyebut kata dunia dengan karakter sebagai hiasan. AlQur’an Surat Al-Kahfi : 46

‫اْلَم اُل َو اْلَبُنوَن ِز يَنُة اْلَحَياِة الُّد ْنَيا َو اْلَباِقَياُت الَّصاِلَح اُت َخْيٌر ِع ْنَد َر ِّبَك َثَو اًبا َو َخْيٌر َأَم اًل‬
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal

lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi

harapan.” (Al-Kahfi: 46)

Di ayat lain, Allah menceritakan keindahan dunia dalam firman-Nya,

‫زُِّيَن ِللَّناِس ُحُّب الَّش َهَو اِت ِم َن الِّنَس اِء َو اْلَبِنيَن َو اْلَقَناِط يِر اْلُم َقْنَطَر ِة ِم َن الَّذ َهِب َو اْلِفَّض ِة َو اْلَخْيِل اْلُمَس َّو َم ِة‬
‫َو اَأْلْنَع اِم َو اْلَح ْر ِث َذ ِلَك َم َتاُع اْلَحَياِة الُّد ْنَيا َو ُهَّللا ِع ْنَد ُه ُح ْسُن اْلَم َآب‬

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14)

Ayat ini mengindikasikan bahwa hidup di dunia dihiasi dengan berbagai bentuk
kesenangan harta benda dan keturunan. Namun kesenangan tersebut semu karena ia bakal
musnah. Yang kekal adalah amal saleh yang pahalanya dapat kembali berlipat ganda di
akherat kelak.
Ayat tersebut menjadi rujukan untuk menyikapi arus global yang cenderung menekankan
pada aspek kenikmatan duniawi dan melupakan dimensi ukhrawi. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan sains di Barat sendiri mulai mengarah pada kekeringan rokhani , sebab

19
semuanya dilakukan secara otomatis dan mekanis, dimana peran manusia menjadi tereduksi
oleh produk teknologi.

Imam Asy Syafi’i berkata pula,


‫ْل ْل‬ ‫آْل‬ ‫َأ‬ ‫ْل ْل‬ ‫َأ‬
‫ َو َم ْن َر اَد ا ِخَر َة َفَع َلْيِه ِبا ِع ِم‬، ‫َم ْن َر اَد الُّد ْن َي ا َفَع َلْيِه ِبا ِع ِم‬

“Siapa yang ingin dunia, wajib baginya memiliki ilmu. Siapa yang ingin akherat, wajib
baginya pula memiliki ilmu.” Maksudnya adalah ilmu sangat dibutuhkan untuk memperoleh
dunia dan akherat.

Asy Syarbini –penulis Mughnil Muhtaj- berkata, “Ketahuilah bahwa keutamaan


mempelajari ilmu Islam yang kami sebutkan berlaku bagi orang yang ikhlas mengharapkan
wajah Allah Ta’ala dalam mencarinya. Jadi ilmu tadi dicari bukan untuk mendapatkan tujuan
dunia seperti harta, kekuasaan, kedudukan, keistimewaan, kesohoran atau semacam itu.
Tujuan dunia semacam ini sungguh tercela.”

Jadi pendidikan nasional di era global adalah pendidikan secara menyeluruh yaitu
pengikuti perkembangan/perubahan budaya dan teknologi. Pendidikan merupakan sarana
efektif untuk menanakman nilai, dan sikap antikorupsi, sejak dini di kalangan peserta didik.
Walaupun pendekatan pendidikan membutuhkan waktu yang ;ama, dan hasilya tidak dapat
dilihat seketika, namun proses pendidikan yang baik diharapkan dapat membentuk budaya
dan keyakinan teologis dalam diri pribadi peserta didik untuk bersikap dan berperilaku
antikorupsi. Untuk itu, maka setiap bahan ajar hendaknya memuat nilai-nilai antikorupsi.

Pendidikan disamping merupakan sarana yang efektif bagi pembentukan sistem hukum
yang baik juga mampu membentuk pribadi seseorang dengan hati nurani yang baik. Selain
itu, agama juga dapat berfungsi sebagai driving force bagi terbentuknya sikap dan prilaku
positif dan akhlak yang mulia. Dengan demikian, maka pendidikan agama dapat
diasumsikansebagai sarana yang efektif bagi pencegahan sikap dan perilaku korupsi.

Realitas pendidikan Islam saat ini sedang menghadapai persoalan mendasar, yaitu:
(a).Problem lack of vision, (b). Praktek pendidikan yang terfokus pada kesalekhan individual
dan berakibat ketertinggalan teknologi, (c). Problem efistemologis yang berakhir dengan
dikotomi ilmu. (d). Masalah tradisi berpikir normatif deduktif.
20
2.9 Solusi Pendidikan Islam di Era Global

Baharuddin berpendapat bahwa solusi dari permasalahan pendidikan nasional di era

global ,maka solusi pemecahannya adalah sebagai berikut:

1. Merubah paradigma Filosofis Makna pendidikan .”pendidikan adalah proses


pengembangan potensi anak didik:, anak didik kreatif , subjek pendidkan , guru
menciptakan ,suasana kondusif. Disamping itu mutu pendidikan :”kesesuaian
antara produk, dengan kebutuhan pelanggan”. Pelanggan pendidikan adalah siswa
, orang tua, masyarakat , negara, perusahaan dan lain-lain.
2. Produk pendidikan bukan lulusan, tetapi pelayanan yang meliputi: pelayanan
administrasi, kurikulum, esktrakurikuler dan ko kurikuler, pengajaran, penelitian.
3. Manajemen pendidikan, bukan sentralistik, tetapi otonomi.
4. Pembelajaran, demokratis, dialogis, dan multialogis. Sumber belajar bukan guru,
atau dosen tetapi perpustakaan, laboratorium, dan lapangan.Dalam menghadapi
era globalisasi yang ditandai kesamaan food (makanan), fashion (mode) dan fun
(kesenangan), secara garis besar ada tiga langkah mendasar atau langkah yang
seharusnya mendapat perhatian para pemikir, penentu kebijakan, praktis dan
manajer atau pemimpin lembaga pendidikan, yaitu:
Pertama, adalah membangun kesadaran pada semua lapisan masyarakat. Selama
ini kurikulum dianggap sebagai penentu keberhasilan pendidikan, termasuk
pendidikan Islam. Oleh karena itu, perhatian para guru, dosen, kepala
sekolah/madrasah, ketua, rektor mau praktisi pendidikan terkonsentasi pada
kurikulum. Padahal, kurikulum bukanlah penentu utama. Dalam kasus pendidikan di
Indonesia misalnya, problem paling besar yang dihadapi bangsa ini sesungguhnya
bukan problem kurikulum meskipun bukan berarti kurikulum tidak menimbulkan
problem. Namun, masalah kesadaran merupakan problem yang paling besar yaitu
lemahnya kesadaran untuk berpartisipasi, kesadaran untuk sukses, kesadaran untuk
meningkatkan SDM, kesadaran untuk menghilangkan kebodohan, maupun kesadaran
untuk berbuat yang terbaik.
21
‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata,

‫ َو اْلِع ْلُم َي ْز ُك و ِباِإْلْن َفاِق‬، ‫ َو اْلَم اُل ُتْن ِقُصُه الَّن َفَق ُة‬، ‫ اْلِع ْلُم َي ْح ُرُسك َو َأْن َت َت ْح ُرُس اْلَم اَل‬، ‫اْلِع ْلُم َخ ْيٌر ِمْن اْلَم اِل‬
“Ilmu (agama) itu lebih baik dari harta. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta mesti engkau
menjaganya. Harta akan berkurang ketika dinafkahkan, namun ilmu malah bertambah ketika
diinfakkan.”

Kedua, adalah penguatan epistemologi pendidikan Islam. Epistemologi ini melebihi


sarana-sarana lainnya, epistemologi ini merupakan instrumen memproses, menyusun,
merumuskan, dan membentuk nbangunan ilmu pendidikan Islam. Epistemologi inilah yang
bertugas manggali, menemukan, dan mengembangkan pengetahuan pendidikan Islam. Jadi
kunci untuk mengatasi kelemahan-kelemahan bangunan pendidikan Islam secara konseptual-
teoritis yang selama ini merupakan adaptasi terhadap bangunan konsep pendidikan yang
digagas para ilmuan Barat adalah epistemologi pendidikan Islam. Namun, salah satu
kelemahan umat Islam juga terdapat pada wilayah epistemologi pendidikan Islam ini sehinga
harus dilakukan penguatan-penguatan secara sistematis dengan menbagun konsep-konsep
teoritis pendiidkan Islam, yaitu: metode rasional, metode intuitif, metode dialogis, metode
komparatif, dan metode kritik.

Ketiga, adalah penguatan manajemen pendidikan Islam, secara teoritis atau sebagai ilmu
adalah epistemologi pendidikan Islam, maka kunci untuk memajukan pendidikan Islam
secara aplikatif atau secara kelembagaan adalah manajemen pendidikan Islam. Sebagaimana
dalam kasus epistemologi umat Islam khususnya para pimpinan lembaga pendidikan Islam
juga lemah dalam wolayah manajemen. Maka mereka harus diperkuat kemampuanya dalam
manajemen pendidikan Islam.

Demikianlah tiga langkah ini sebagai strategi kunci atau strategi penentu yang berupaya
mamberi solusi pada tiga latar, yaitu pembangunan kesadaran pada semua lapisan masyarakat
memberi solusi mengenai permasalahana mental maupun perilaku orangorang yang terkait
dengan pendidikan Islam, penguatan epistemologi pendidikan Islam memberikan solusi pada
dataran kelangkaan bangunan konseptual teoritis tentang pendidikan Islam sebagai ilmu,
22
sedangkan manajemen pendidikan Islam memberikan solusi pada dataran aplikasi pendidikan
Islam secara institusional.

PENUTUP

KESIMPULAN:

Problematika pendidikan di Indonesia secara umum dapat disimpulkan menjadi empat hal
utama :

1. Kekeliruan filosofis yang mengartikan mutu pendidikan dengan Indeks Prestasi.


2. Lemahnya Pemberdayaan Tenaga Pendidik (Pengajar) Islam,
3. Manajemen pendidikan bersifat sentralistik, strukturalistik, birokratik. Upaya
perbaikan yang bisa ditempuh bisa melalui tiga langkah yaitu membangun kesadaran
pada semua lapisan masyarakat, penguatan epistemologi pendidikan Islam untuk
memanusiakan manusia dan penguatan manajemen pendidikan Islam berbasis
kesadaran sosial.

‫ِإَذ ا ِقيَل َلُك ْم َتَفَّسُحو۟ا ِفى ٱْلَم َٰج ِلِس َفٱْف َس ُحو۟ا َي ْف َس ٱُهَّلل َلُك ْم ۖ َو ِإَذ ا ِقيَل ٱنُشُز و۟ا َفٱنُشُز و۟ا َي ْر َف ٱُهَّلل ٱَّلِذيَن َء اَم ُنو۟ا‬ ‫َٰٓي َأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َء اَم ُنٓو ۟ا‬
‫ِع‬ ‫ِح‬
‫ٱْلِع ْلَم َد َر َٰج ٍتۚ َو ٱُهَّلل ِبَم ا َت ْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر‬ ‫ِمنُك ْم َو ٱَّلِذيَن ُأوُتو۟ا‬

4. Kutipan ayat tersebut menerangkan bahwa betapa Allah akan mengangkat derajat
mereka yang menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi daripada yang tidak menuntut
ilmu. Isyarat ini menandakan bahwa dengan ilmu lah manusia bisa menjadi lebih
mulia, tidak dengan hartanya apalagi nasabnya. Dalam sebuah Hadis pun disebutkan
tentang keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan dalam Islam,

Rasulullah SAW bersabda:

‫َو َم ْن َس َلَك َط ِر يًقا َي ْلَت ِمُس ِفيِه ِع ْلًما َسَّهَل ُهَّللا َلُه ِبِه َط ِر يًقا ِإَلى اْلَج َّن ِة‬

Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

‫اْح ِر ْص َع َلى َم ا َي ْن َفُع َك َو اْس َت ِعْن ِباِهَّلل َو َال َت ْع ِج ْز‬

“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah, dan jangan
malas (patah semangat).” (HR. Muslim no. 2664).

23
Imam Nawawi mengatakan tentang hadits di atas, “Bersemangatlah dalam melakukan
ketaatan pada Allah, selalu berharaplah pada Allah dan carilah dengan meminta tolong pada-
Nya. Jangan patah semangat, yaitu jangan malas dalam melakukan ketaatan dan jangan lemah
dari mencari pertolongan. ” (Syarh Shahih Muslim, 16: 194).

Al Junaid rahimahullah,

‫ما طلب أحد شيئا بجد وصدق إال ناله فإن لم ينله كله ناله بعضه‬

“Tidaklah seseorang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh dan penuh kejujuran,


melainkan ia akan meraihnya. Jika ia tidak seluruhnya, ia pasti meraih sebagiannya.”

Dalam menghadapi perubahan sosial, teknologi, dan ekonomi yang cepat, manajemen
pendidikan menjadi lebih kompleks. Namun, dengan semangat perencanaan yang matang dan
pengelolaan yang efektif, kita dapat menghadapi dinamika ini dengan keyakinan. Globalisasi
pendidikan membuka pintu bagi tantangan baru, sementara teknologi menjadi sekutu penting
dalam pengelolaan pendidikan.

Dalam menutup lembaran ini, mari kita terus mempertahankan semangat inovasi,
keingintahuan, dan kolaborasi. Setiap langkah kecil dalam perencanaan dan manajemen
pendidikan membawa dampak besar pada perkembangan generasi mendatang. Pendidikan
adalah kunci untuk membentuk masa depan yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata,

‫ َو َت ْع ِليَم ُه َم ْن اَل‬، ‫ َو اْلَب ْح َث َع ْن ُه ِج َه اٌد‬، ‫ َو ُم َذ اَك َر َت ُه َت ْس ِبيٌح‬، ‫ َو َط َلَب ُه ِع َب اَد ٌة‬، ‫َت َع َّلْم اْلِع ْلَم َف ِإَّن َت َع ُّلَم ُه َلَك َح َس َن ٌة‬
‫ َو َب ْذ َلُه َأِلْه ِلِه ُقْر َب ٌة‬، ‫َي ْع َلُمُه َص َد َق ٌة‬

“Tuntutlah ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu.
Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas
suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah
sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah (mendekatkan
diri pada Allah).”

24
DAFTAR PUSTAKA

[1] M. P. Dr.Hj.St.Rodliyah, Manajemen Pendidikan. 2015. [Online]. Available:

[2] M. A. DR. H. Anwar Sewang, Manajemen Penidikan, vol. 13, no. 1. 2015.

[3] M. p. Prof.Dr.Rusdinal, Manajemen pendidikan, no. February. 2017.

[4] UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003


TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL,

[5] Ta’zhimul ‘Ilmi karya Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi, hal. 14-16.

[6] Mughnil Muhtaj ila Ma’rifati Ma’ani Alfaazhil Minhaaj, Syamsuddin Muhammad bin

Al Khotib Asy Syarbini, 1/31, terbitan Darul Ma’rifah, cetakan pertama, 1418 H.

25

Anda mungkin juga menyukai