Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN EKUILIBRIUM JANGKA PANJANG ANTARA

VARIABEL EKONOMI MAKRO DAN RETURN SAHAM


Atika Jauharia Hatta
STIE YKPN Yogyakarta
e-mail: atikahatta@yahoo.com
Abstract
This research aims to investigates the statistical relationship between macroeconomic
variables and stock market return in Indonesia. The sample consist of 58 observations from
Indonesian Stock Exchange data in 1990 until 2004. The reason for using the data because in 1997
in Indonesia there is a structural break data caused by economic crisis. The contribution of this
paper is that it using Zivot-Andrews unit root testing for accommodates the structural break of data.
The regression analysis, using Engle-Granger and Gregory-Hansen for the co-integration testing
shows that only output and exchange rate influence the long run equilibrium relationship of stock
return. The error correction model also has the same result as the co integration testing.
Keywords: long run equilibrium, stock return, macroeconomic variable, co-integration, error
correction model.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara variabel makroekonomi
dan return saham di Indonesia. Sampel terdiri dari 58 observasi dari data Bursa Efek Indonesia
pada tahun 1990 hingga 2004. Penggunaan data tersebut dikarenakan pada tahun 1997 di
Indonesia terdapat structural break pada data yang disebabkan oleh krisis ekonomi. Kontribusi dari
penelitian ini adalah penggunaan pengujian akar unit Zivot-Andrews untuk mengakomodasi data
structural break tersebut. Hasil analisis regresi yang dilakukan dengan menggunakan Engle-
Granger dan Gregory-Hansen untuk pengujian kointegrasi menunjukkan bahwa hanya variabel
output dan nilai tukar yang mempengaruhi keseimbangan hubungan jangka panjang return saham.
Hasil yang konsisten juga ditunjukkan oleh model koreksi kesalahan.
Kata kunci: keseimbangan jangka panjang, return saham, variabel makroekonomi, kointegrasi,
error correction model.

PENDAHULUAN secara akurat mencerminkan fundamental


Sejumlah perdebatan telah terjadi selama yang mendasarinya, maka harga saham se-
beberapa tahun berkaitan dengan literatur harusnya merupakan leading indicator dari
yang menguji pengaruh dari beberapa variabel kegiatan ekonomi di masa yang akan datang.
ekonomi makro terhadap return saham (Chen, Namun sebaliknya, jika aktivitas ekonomi
Roll & Ross, 1986; Poon & Tylor, 1991; Clare mencerminkan pergerakan harga saham,maka
& Thomas, 1994). Beberapa teori menjelaskan hasilnya akan terjadi yang sebaliknya, yaitu
hubungan ini, antara lain Teori Ekonomi yang aktivitas ekonomik akan mendahului harga
menyatakan bahwa harga saham seharusnya saham (Mahmood & Dinniah, 2009). Dari
mencerminkan ekspektasi tentang kinerja per- teori tersebut muncullah beberapa penelitian
usahaan di masa datang. Sementara di sisi yang menguji hubungan kausal dan interaksi
yang lain laba perusahaan seharusnya men- dinamik antara faktor ekonomi dan harga
cerminkan tingkat aktivitas ekonomik suatu saham.
negara. Dengan demikian, jika harga saham Teori lain yang dapat digunakan juga
dalam menjelaskan pengaruh beberapa varia-

62
bel ekonomi makro adalah Hipotesis Pasar inflasi yang diharapkan telah diumumkan atau
Efisien (Efficient Market Hypothesis/EMH) diketahui.Inti dari bentuk efek Fisher ini
bentuk setengah kuat, yang dikemukakan oleh hubungan antara harga saham dengan peru-
Fama (1970). Teori tersebut menyatakan bahan dalam inflasi. Jika kita berpegang pada
bahwa harga saham seharusnya mencerminkan efek Fisher ini, maka harga saham akan ber-
semua informasi yang relevan termasuk hubungan positif dengan inflasi yang diharap-
informasi yang tersedia dan dipublikasikan. kan, dengan demikian akan memberikan per-
EMH menyatakan bahwa kompetisi diantara lindungan yang bagus terhadap adanya ke-
investor untuk memaksimalkan keuntungan naikan harga. Namun jika hubungan positif
mereka dalam pasar yang efisien, akan mem- antara harga saham dan inflasi tidak terjadi,
berikan keyakinan bahwa semua informasi maka investor yang mengasumsikan bahwa
yang relevan yang diketahui saat ini tentang mereka akan terlindungi dari kenaikan harga
perubahan dalam variabel ekonomi makro dengan cara membeli investasi dalam bentuk
telah tercermin sepenuhnya dalam harga pasar. saham, maka kemungkinan mereka akan over
Dengan demikian investor tidak akan bisa estimate terhadap kemampuan inflation-
memperoleh return yang tidak normal hedging dari saham (Adrangi, Chatrath &
(abnormal return) melalui prediksi dari per- Shank, 1999). Namun literatur yang berkaitan
gerakan harga saham di masa mendatang. Jika dengan hubungan ini masih memberikan hasil
seseorang percaya pada kesimpulan EMH ini, yang bervariasi.
maka tidak akan ada perusahaan pialang Sejumlah penelitian beberapa tahun
saham (Maysami, Howe, & Hamzah, 2004). belakangan ini juga telah dilakukan untuk
Teori ini dapat memberikan implikasi yang menginvestigasi hubungan antara variabel
besar bagi investor dan pembuat kebijakan. ekonomi makro dengan return saham.
Pembuat kebijakan misalnya, dapat merasa Maysami et al., (2004) menguji hubungan
bebas untuk membuat kebijakan ekonomi ekuilibrium jangka panjang antara variabel
makro nasional tanpa merasa takut akan makro ekonomi, yaitu tingkat bunga, inflasi,
mempengaruhi formasi modal dan proses tingkat pertukaran, produksi industri dan
perdagangan saham. penawaran uang, dengan indeks pasar saham
Beberapa penelitian telah memberikan Singapura dan berbagai indek Singapore
bukti empiris yang bertentangan/ kontradiktif Exchange Sector. Hasil penelitian menemukan
terhadap teori EMH tersebut. Penelitian- bahwa indek pasar saham Singapura dan
penelitian tersebut menemukan bahwa varia- property index membentuk hubungan kointe-
bel kunci ekonomi makro dapat membantu grasi dengan perubahan jangka pendek dan
memprediksi time series dari return saham. jangka panjang tingkat bunga, produksi
Sejumlah penelitian awal yang dilakukan oleh industri, tingkat harga, tingkat pertukaran, dan
Fama dan Schwert (1977), Nelson (1977) dan penawaran uang.Penelitian serupa juga di-
Jaffe dan Mandelker (1976) yang kesemuanya lakukan oleh Sari dan Soytas (2006) yang
mengkonfirmasi bahwa variabel ekonomi menginvestigasi hubungan antara perubahan
makro berpengaruh terhadap return saham. harga minyak dan return saham riil pada
Penelitian beberapa tahun terakhir Istambul Stock Exchange, tingkat bunga, dan
telah dilakukan untuk menguji hubungan produksi industri di Turki. Hasil penelitian
antara return saham dan inflasi. Berdasarkan menunjukkan bahwa harga minyak tampaknya
pada hipotesis Fisher yang menyatakan bahwa tidak secara signifikan mempengaruhi return
ekuitas saham yang mencerminkan klaim ter- saham riil di Turki. Sementara Mahmood dan
hadap aset riil dari perusahaan dapat diper- Dinniah (2009) menguji hubungan dinamik
lakukan/ dianggap sebagai proteksi terhadap antara harga saham dengan variabel ekonomi
kondisi inflasi. Investor akan melakukan suatu di 6 negara Asia-Pasifik yang dipilih. Hasil
bentuk arbitrase, yaitu dengan menjual aset mengindikasikan bahwa hubungan ekui-
finansial untuk ditukar dengan aset riil ketika librium jangka panjang antara variabel ter-

63
sebut hanya muncul di 4 negara, yaitu Jepang, menunjang pembangunan nasional selama
Korea, Hongkong, dan Australia. Hongkong dasawarsa terakhir. Akses dana dari pasar modal
hanya memperlihatkan hubungan antara ting- telah mengundang banyak perusahaan nasional
kat pertukaran dan harga saham, sementara maupun patungan untuk menyerap dana
Thailand hanya memperlihatkan hubungan masyarakat tersebut dengan tujuan yang ber-
yang signifikan antara output dan harga agam. Sasaran utamanya adalah meningkatkan
saham. produktivitas kerja melalui ekspansi usaha dan
Adanya perbedaan antara beberapa atau mengadakan pembenahan struktur modal
hasil penelitian diatas dengan prediksi dari untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
teori EMH mendorong peneliti untuk mencoba Perkembangan pasar modal yang pesat ini
menguji hubungan antara return saham dengan memiliki peran penting dalam meningkatkan
beberapa variabel ekonomi makro. Tujuan dari pertumbuhan ekonomi, karena pasar modal
penelitian ini adalah untuk menginvestigasi mempunyai 2 fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan
hubungan ekuilibrium jangka panjang dan fungsi keuangan (Jones, 1998; Husnan, 2001).
jangka pendek antara return saham dengan Investasi dapat diartikan secara seder-
output, nilai tukar, dan tingkat inflasi. Dengan hana sebagai suatu kegiatan menempatkan dana
menggunakan pengujian kointegrasi Engle- pada satu atau lebih dari satu aset selama
Granger dan Gregory-Hansen, penelitian ini periode tertentu dengan harapan dapat mem-
secara spesifik bermaksud untuk menguji peroleh penghasilan dan atau peningkatan nilai
hipotesis Pasar Efisien bentuk setengah kuat investasi. Pembelian saham juga dikategorikan
yang dikemukakan oleh Fama (1970). Per- sebagai investasi, karena saham memberikan
bedaan penelitian ini dengan penelitian penghasilan dalam bentuk dividen, serta nilainya
sebelumnya terletak pada pengujian akar-akar dapat diharapkan meningkat di masa datang.
unit dalam penelitian ini yang telah memper- Pasar modal mempunyai peranan yang
timbangkan structural break pada data akibat sangat penting, sebagai wahana penyaluran dana
adanya krisis ekonomi pada tahun 1997. dari pemodal (pihak yang kelebihan dana)
Organisasi dari penulisan paper ini kepada perusahaan (pihak yang kekurangan
adalah sebagai berikut. Pada bagian pertama dana) secara efisien. Akses ke sumber dana yang
berisi pendahuluan yang membahas tentang tersedia secara efisien akan berkurang tanpa
latar belakang dilakukannya penelitian ini. adanya pasar modal. Hal ini mengakibatkan
Bagian selanjutnya adalah telaah literatur yang perusahaan akan menanggung biaya modal yang
berisi dasar teori dan literatur yang berkaitan lebih tinggi, atau bahkan mengurangi kegiatan
dengan hubungan antara return saham dan usahanya, yang pada akhirnya akan menyebab-
beberapa variabel ekonomi makro sebagai kan kegiatan perekonomian nasional menjadi
dasar untuk pembentukan hipotesis. Bagian terganggu. Melalui mekanismenya pasar modal
selanjutnya akan membahas metodologi juga dapat mengalokasikan dana yang tersedia
penelitian yang digunakan, yaitu data dan kepada pihak yang yang paling produktif yang
model empiris yang dibangun, termasuk dapat menggunakan dana tersebut, sehingga
didalamnya beberapa tahapan prosedur yang pasar modal juga berfungsi untuk mengalokasi-
digunakan dalam pengujian. Bagian keempat kan dana secara optimal.
berisi pembahasan hasil pengujian, dan bagian Fungsi utama pasar modal adalah untuk
terakhir berisi kesimpulan serta keterbatasan menciptakan harga pasar dan tingkat
penelitian. keuntungan yang wajar secara kontinyu. Pada
dasarnya harga saham ditentukan oleh interaksi
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN antara permintaan dan penawaran, pasar modal
HIPOTESIS yang kompetitif tercipta karena adanya kekuatan
Pasar Modal dan Investasi permintaan dan penawaran secara kontinyu
Pasar modal Indonesia mulai menunjukkan pe- sehingga harga pasar saham menyesuaikan
ranan penting dalam memobilisasi dana untuk secara cepat dengan setiap perubahan informasi.

64
Investor tidak ada yang secara individu mampu hubungan harga saham dan kurs mata uang
mempengaruhi harga pasar saham sehingga menjadi bagian dalam penelitian ini.
investor tidak dapat memperoleh keuntungan
secara konsisten. Inflasi dan Return Saham
Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan
Kurs dan Return Saham dari harga-harga untuk meningkat secara
Terdapat dua pendekatan teori yang dikem- umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari
bangkan dalam literatur untuk menentukan satu atau dua macam barang saja tidak dapat
hubungan antara kurs mata uang dengan dikatakan sebagai inflasi kecuali kenaikan
harga saham. Yang pertama, good market tersebut membawa dampak terhadap kenaikan
approach menyatakan perubahan mata uang harga sebagian besar barang-barang lain
atau kurs mempengaruhi competitiveness suatu (Mankiw, 2007). Secara garis besar ada tiga
perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi kelompok teori inflasi, masing-masing teori
pendapatan perusahaan atau cost of fund dan ini menyatakan aspek-aspek tertentu dari
selanjutnya harga sahamnya (Dornbusch & proses inflasi dan masing-masing bukan teori
Fischer, 1980). Sementara Frankel (1993) inflasi yang lengkap yang mencakup semua
mengemukakan pendekatan kedua yang aspek penting dari proses kenaikan harga.
disebut sebagai portfolio balance approach, Ketiga teori itu adalah: teori kuantitas, teori
dalam pendekatan ini ditekankan pada peranan Keynes, dan teori strukturalis.
capital account transactions. Kenaikan return Teori kuantitas uang adalah teori yang
saham (rising stock market) akan menarik capi- paling tua mengenai inflasi, namun teori ini
tal flow yang selanjutnya akan meningkatkan masih sangat berguna untuk menerangkan
demand mata uang domestik dan menyebab- proses inflasi pada saat ini terutama di negara
kan kurs mata uang terapresiasi. Sekalipun sedang berkembang. Teori ini menyoroti
menurut teori terdapat causal relationship peranan penambahan jumlah uang beredar dan
antara kurs mata uang dengan harga saham, harapan masyarakat mengenai kenaikan harga.
bukti yang ada menunjukkan hubungan yang Intinya adalah sebagai berikut: 1) Inflasi
lemah diantara keduanya pada level mikro. hanya biasa terjadi kalau ada penambahan
Jika diamati menurut perspektif jumlah uang beredar. Dengan bertambahnya
emerging market, meneliti hubungan harga uang beredar secara terus menerus, masyara-
saham dan kurs mata uang menjadi sangat kat akan merasa kaya sehingga akan menaik-
menarik dengan beberapa alasan.Yang kan konsumsinya, dan keadaan ini akan
pertama, dalam era pertumbuan perdagangan menaikkan harga. 2) Laju inflasi ditentukan
dan liberalisasi keuangan, ekonomi emerging oleh laju pertambahan jumlah uang yang
market saat ini dipengaruhi oleh fluktuasi kurs beredar dan oleh harapan masyarakat menge-
mata uang baik pada tingkat mikro maupun nai kenaikan harga di masa yang akan datang.
makro. Penelitian ini juga semakin menarik Menurut Keynes, inflasi terjadi karena
dimana negara-negara emerging market telah masyarakat menginginkan barang dan jasa
memberlakukan atau meninggalkan kurs tetap yang lebih besar daripada yang mampu di-
(pegged arrangement towards exchange rate sediakan oleh masyarakat itu sendiri. Proses
system) seiring dengan negara tersebut sedang inflasi menurut kelompok ini adalah proses
meningkatkan peranan pasar modalnya. perebutan bagian rejeki diantara kelompok-
Yang kedua, emerging market menjadi kelompok sosial yang menginginkan bagian
sangat sensitif, seiring dengan percepatan yang lebih besar dari apa yang mampu di-
integrasi pasar keuangan dunia. Misalnya sediakan oleh masyarakat. Hal ini menimbul-
hampir seluruh pasar modal emerging market kan inflationary gap karena permintaan total
sangat cepat bereaksi atas kejadian krisis sub- melebihi jumlah barang yang tersedia.
prime mortgages yang sedang terjadi pada dua Teori Strukturalis memberikan titik
tahun belakangan ini. Oleh karena itu tekan pada ketegaran atau infleksibilitas dari

65
struktur perekonomian negara-negara ber- keseimbangan yang baru merupakan hal yang
kembang. Faktor strukturalis inilah yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan
menyebabkan perekonomian negara sedang akurat untuk mencapai harga keseimbangan
berkembang berjalan sangat lambat dalam baru yang sepenuhnya mencerminkan infor-
jangka panjang.Teori ini disebut inflasi jangka masi yang tersedia, maka kondisi pasar yang
panjang. Menurut teori ini ada dua faktor seperti ini disebut dengan pasar efisien.
utama yang dapat menimbulkan inflasi yaitu: Dengan demikian ada hubungan antara teori
1) Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu pasar modal yang menjelaskan tentang
pertumbuhan nilai ekspor yang lamban di- keadaan ekuilibrium dengan konsep pasar
banding dengan pertumbuhan sektor-sektor efisien yang mencoba menjelaskan bagaimana
lain. Hal ini disebabkan dua faktor utama pasar memproses informasi untuk menuju ke
yaitu: Jenis barang ekspor yang kurang posisi ekuilibrium yang baru. Efisiensi pasar
responsif terhadap kenaikan harga dan nilai seperti ini disebut dengan efisiensi pasar
tukar barang ekspor yang semakin memburuk. secara informasi (informationally efficient
2) Ketidakelastisan produksi bahan makanan market) yaitu bagaimana pasar bereaksi
di dalam negeri. Dalam hal ini laju per- terhadap informasi yang tersedia (Hartono,
tumbuhan bahan makanan di dalam negeri 2003).
tidak secepat laju pertumbuhan penduduk dan Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau
laju pendapatan perkapita. Akibat dari ini ter- dari segi ketersediaan informasinya saja atau
jadi kenaikan harga barang lainnya. tidak hanya dari ketersediaan informasinya
Karena inflasi berpengaruhi terhadap saja tetapi juga dari kecanggihan pelaku pasar
tingkat investasi, maka aktivitas perdagangan dalam pengambilan keputusan berdasarkan
di bursa saham akan terpengaruh. Aktifitas analisis dari informasi yang tersedia. Pasar
perdagangan saham akan mempengaruhi efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja
kemungkinan perolehan keuntungan. Dengan disebut efisiensi pasar secara informasi.
demikian inflasi berpengaruh terhadap aktifi- Hartono (2003) menyebutkan bahwa pasar
tas di pasar saham dan penelitian terdahulu efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan
menunjukkan inflasi dan stock market return pelaku pasar dalam mengambil keputusan
berhubungan negatif. berdasar informasi yang tersedia disebut
dengan efisiensi pasar secara keputusan
Hipotesis Pasar Efisien (decisionally efficient market).
Di dalam pasar yang kompetitif, harga ekui-
librium suatu aktiva ditentukan oleh tawaran Efisiensi pasar secara informasi
yang tersedia dan permintaan agregat. Harga Kunci utama untuk mengukur pasar yang
keseimbangan ini mencerminkan konsensus efisien adalah hubungan antara harga sekuritas
bersama antara semua partisipan pasar tentang dengan informasi. Pertanyaannya adalah
nilai dari aktiva tersebut berdasarkan infor- informasi mana yang dapat digunakan untuk
masi yang tersedia. Jika suatu informasi baru menilai pasar yang efisien, apakah informasi
yang relevan masuk ke pasar yang ber- yang lama, informasi yang sedang dipubli-
hubungan dengan suatu aktiva, informasi ini kasikan, atau semua informasi termasuk
akan digunakan untuk menganalisis dan informasi privat. Fama (1970) menyajikan 3
menginterpretasikan nilai dari aktiva yang bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan
bersangkutan. Akibatnya adalah kemungkinan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu
pergeseran ke harga ekuilibrium yang baru. informasi masa lalu, informasi sekarang yang
Harga ekuilibrium ini akan tetap bertahan sedang dipublikasikan, dan informasi privat
sampai suatu informasi baru lainnya merubah- sebagai berikut: 1) Efisiensi Pasar Bentuk
nya kembali ke harga ekuilibrium yang baru. Lemah (Weak Form), Pasar dikatakan efisien
Bagaimana suatu pasar bereaksi ter- dalam bentuk lemah jika harga-harga dari
hadap suatu informasi untuk mencapai harga sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect)

66
informasi masa lalu.Informasi masa lalu ini yang dipublikasikan untuk mendapatkan
merupakan informasi yang sudah terjadi. keuntungan tidak normal dalam jangka waktu
Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini ber- yang lama.
kaitan dengan teori random walk yang
menyatakan bahwa data masa lalu tidak Efisiensi pasar bentuk kuat (Strong Form)
berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika
efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai harga-harga sekuritas secara penuh mencer-
masa lalu tidak dapat dipergunakan untuk minkan semua informasi yang tersedia ter-
memprediksi harga sekarang. Ini berarti masuk informasi yang privat.Jika pasar efisien
bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, dalam bentuk ini, maka tidak ada individual
investor tidak dapat menggunakan informasi investor ataupun grup dari investor yang dapat
masa lalu untuk mendapatkan keuntungan memperoleh keuntungan tidak normal karena
yang tidak normal. mempunyai informasi privat.
Efisiensi pasar bentuk setengah kuat Efisiensi pasar secara keputusan
(Semistrong Form)
Efisiensi pasar secara informasi hanya men-
Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat dasarkan pada ketersediaan informasi saja,
jika harga-harga sekuritas secara penuh men- sehingga informasi yang diperoleh tidak perlu
cerminkan semua informasi yang dipublikasi- untuk diolah lagi, misalnya informasi tentang
kan termasuk informasi yang berada di lapor- pengumuman laba perusahaan, pasar akan
an-laporan keuangan perusahaan emiten. mencerna informasi tersebut dengan cepat.
Informasi yang dipublikasikan dapat berupa Akan tetapi untuk informasi yang masih perlu
sebagai berikut: a) Informasi yang dipubli- diolah lebih lanjut, ketersediaan informasi saja
kasikan yang hanya mempengaruhi harga tidak menjamin pasar akan efisien. Sebagai
sekuritas dari perusahaan yang mempublikasi- contoh, informasi tentang pengumuman
kan informasi tersebut, misalnya pengumuman merjer oleh suatu perusahaan emiten. Pada
laba, pengumuman merjer dan akuisisi, peng- waktu informasi ini diumumkan dan semua
umuman perubahan metode akuntansi, dan pelaku pasar sudah menerima informasi ter-
lain- lain. b) Informasi yang dipublikasikan sebut, belum tentu harga dari sekuritas per-
yang mempengaruhi harga-harga sekuritas usahaan yang bersangkutan akan mencer-
sejumlah perusahaan, sebagai contoh per- minkan infomasi tersebut dengan penuh.
aturan pemerintah yang hanya berdampak Alasannya adalah pelaku pasar harus meng-
pada harga-harga sekuritas perusahaan-per- interpretasikan dan menganalisis informasi
usahaan yang terkena dampak dari regulasi merjer tersebut sebagai kabar baik atau kabar
tersebut, misalnya regulasi untuk meningkat- buruk (Hartono, 2003).
kan kebutuhan cadangan yang harus dipenuhi Tidak selamanya suatu pengumuman
oleh semua bank-bank. c) Informasi yang merjer merupakan kabar baik atau kabar
dipublikasikan yang mempengaruhi harga- buruk.Untuk mengolah informasi ini secara
harga sekuritas semua perusahaan yang ter- benar, pelaku pasar harus canggih (sophis-
daftar di pasar saham. Informasi ini dapat ticated). Jika hanya sebagian saja pelaku pasar
berupa peraturan pemerintah atau peraturan yang canggih, maka kelompok ini dapat
dari regulator yang berdampak ke semua per- menikmati keuntungan yang tidak normal
usahaan emiten. Sebagai contohnya adalah disebabkan mereka dapat menginterpretasikan
peraturan akuntansi untuk mencantumkan informasi dengan lebih benar dibandingkan
laporan arus kas yang harus dilakukan oleh dengan kelompok pelaku pasar yang kurang
semua perusahaan. atau tidak canggih (naive). Walaupun infor-
Jika pasar efisien bentuk setengah masi sudah tersedia untuk semua pelaku pasar,
kuat, maka tidak ada investor atau grup tetapi pasar yang tidak efisien dapat saja ter-
investor yang dapat menggunakan informasi

67
jadi disebabkan karena ada sekelompok dengan tingkat pertukaran di sejumlah negara.
pelaku pasar yang dapat memperoleh keun- Sebagai contoh, Ajayi dan Mougoue (1996)
tungan yang tidak normal karena kecang- memperlihatkan bahwa terdapat hubungan
gihannya. jangka panjang, dimana kenaikan dalam harga
Efisiensi pasar secara keputusan juga saham akan memiliki pengaruh yang positif
merupakan efisiensi pasar bentuk setengah pada nilai domestic currency. Sementara Yu
kuat menurut versi Fama yang didasarkan (1996) berdasar pada pengujian kausalitas
pada informasi yang didistribusikan. Per- Granger, memperlihatkan bahwa perubahan
bedaannya adalah jika efisiensi pasar secara dalam harga saham disebabkan oleh perubahan
informasi hanya mempertimbangkan satu dalam tingkat pertukaran di pasar Hongkong
faktor saja yaitu ketersediaan informasi, maka dan Tokyo. Namun penyebab tersebut tidak
efisiensi pasar secara keputusan memper- ditemukan pada pasar di Singapura.
timbangkan dua buah faktor yaitu ketersediaan Beberapa penelitian yang berkaitan
informasi dan kecanggihan pelaku pasar. dengan pengujian keterkaitan antara variabel
Karena melibatkan lebih banyak faktor dalam ekonomi makro dengan return atau harga
menentukan pasar yang efisien, suatu pasar saham menunjukkan hasil yang kontradiktif
yang efisien secara keputusan merupakan terhadap hipotesis EMH yang dikemukakan
efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang oleh Fama (1970). Maysami et al., (2004)
lebih tinggi dibanding efisiensi pasar bentuk menguji hubungan ekuilibrium jangka panjang
setengah kuat secara informasi. Pasar yang antara variabel makro ekonomi, yaitu tingkat
efisien secara informasi belum tentu efisien bunga, inflasi, tingkat pertukaran, produksi
secara keputusan. industri dan penawaran uang, dengan indeks
pasar saham Singapura dan berbagai indeks
Review Penelitian Terdahulu Singapore Exchange Sector. Dengan meng-
Dalam literatur keuangan, beberapa studi ter- gunakan pengujian Engle-Granger dan
dahulu telah menemukan bahwa harga saham, Johansen and Juselius, hasil penelitian mene-
aktivitas ekonomi riil, dan tingkat harga kon- mukan bahwa indeks pasar saham Singapura
sumen mengindikasikan hubungan ekui- dan property index membentuk hubungan
librium jangka panjang yang kuat (Adrangi et kointegrasi dengan perubahan jangka pendek
al., 1999).Sementara Hondroyiannis dan dan jangka panjang tingkat bunga, produksi
Papapetrou (2001) menunjukkan hasil yang industri, tingkat harga, tingkat pertukaran, dan
berlawanan. Mereka menemukan bahwa tidak penawaran uang.
terdapat hubungan jangka panjang antara vari- Penelitian serupa juga dilakukan oleh
abel ekonomi ini selama periode penelitian Sari dan Soytas (2006) yang menginvestigasi
pada pasar modal di Yunani. Sementara untuk hubungan antara perubahan harga minyak dan
hubungan antara return saham dengan inflasi, return saham riil pada Istambul Stock
banyak bukti yang memperlihatkan bahwa Exchange, tingkat bunga, dan produksi indus-
return saham dipengaruhi secara negatif oleh tri di Turki. Penelitian ini menggunakan
inflasi yang diharapkan (expected) dan yang dekomposisi forecast error variance untuk
tidak diharapkan (unexpected) seperti yang mengidentifikasi pentingnya variabel indi-
dilakukan oleh Fama dan Schwert (1977), vidual yang relatif dalam menghasilkan variasi
Fama (1981), Geske dan Roll (1983). Fama dalam variabel itu sendiri atau pada variabel
(1981) misalnya, menawarkan penjelasan yang lain. Penelitian ini juga menggunakan
untuk hubungan negatif antara return saham tehnik generalized impulse response yang
dan inflasi melalui kaitan yang dihipotesiskan dikembangkan oleh Koop et al. (1996) dan
berdasarkan pada uang dan teori kuantitas dari Pesaran dan Shin (1998). Hasil penelitian
uang. menunjukkan bahwa shock harga minyak
Selain itu, beberapa penelitian juga tampaknya tidak secara signifikan mem-
menguji hubungan kausal antara return saham pengaruhi return saham riil di Turki.

68
Sementara Mahmood dan Dinniah dalam penelitian ini adalah output, nilai tukar,
(2009) menguji hubungan dinamik antara dan tingkat inflasi.
harga saham dengan variabel ekonomi di 6 Selanjutnya, untuk menjaga konsis-
negara Asia-Pasifik yang dipilih, yaitu Malay- tensi dengan rumusan permasalahan, maka
sia, Korea, Thailand, Hongkong, Jepang, dan hipotesis penelitian yang dibangun adalah
Australia. Penelitian ini menggunakan data sebagai berikut:
bulanan untuk indeks harga saham, tingkat H1: Terdapat hubungan ekuilibrium jangka
pertukaran asing, indeks harga konsumen, dan panjang dan jangka pendek antara return
indeks produksi industri dari tahun 1993 saham dengan variabel ekonomi makro.
hingga Desember 2002. Fokus penelitian ini
adalah pada analisis hubungan jangka panjang Penelitian ini berbeda dengan peneli-
dan kausalitas multivariate jangka pendek di- tian-penelitian sebelumnya karena pengujian
antara variabel-variabel ini. Hasil mengindi- akar-akar unit dalam penelitian ini telah mem-
kasikan bahwa hubungan ekuilibrium jangka pertimbangkan structural break pada data
panjang antara variabel tersebut hanya muncul akibat adanya krisis ekonomi pada tahun
di 4 negara, yaitu Jepang, Korea, Hongkong, 1997.
dan Australia. Sementara untuk hubungan
jangka pendek, semua negara kecuali METODA PENELITIAN
Hongkong dan Thailand menunjukkan adanya Target populasi dalam penelitian ini adalah
beberapa interaksi. Hongkong hanya memper- semua perusahaan yang terdaftar dalam Bursa
lihatkan hubungan antara tingkat pertukaran Efek Indonesia. Sementara sampel yang
dan harga saham, sementara Thailand hanya digunakan dalam penelitian adalah perusahaan
memperlihatkan hubungan yang signifikan yang memiliki data return saham, output, nilai
antara output dan harga saham. tukar, dan tingkat inflasi yang lengkap dari
Berdasarkan pada penelitian-penelitian tahun 1990 hingga 2004. Hal ini dimaksudkan
sebelumnya, penelitian ini akan mencoba untuk agar data dapat mencakup adanya structural
menginvestigasi hubungan ekuilibrium jangka break yang terjadi di Indonesia karena adanya
panjang antara return saham dengan beberapa krisis moneter tahun 1997. Sedangkan krisis
variabel ekonomi makro. Hipotesis EMH bentuk yang terjadi di tahun 2008 tidaklah se-dahsyat
setengah kuat menyatakan bahwa harga saham di tahun 1997, karena tidak ada shock yang
seharusnya mencerminkan semua informasi luar biasa dan perbankan yang rapuh seperti
yang relevan termasuk informasi yang tersedia yang menimpa Indonesia di tahun 1997
dan dipublikasikan. Dengan demikian investor (Saparini, 2010). Saparini juga menegaskan
pada pasar yang efisien tidak mungkin untuk bahwa krisis di tahun 2008 tidak berdampak
bisa memperoleh return tidak normal. Namun sistemik, dengan demikian pada tahun 2008
pada kenyataannya teori tersebut banyak tersebut tidak terjadi structural break yang
terbantahkan melalui beberapa hasil dari studi cukup signifikan, sehingga tidak dimasukkan
empiris, demikian pula adanya suatu lembaga dalam penelitian ini. Dari hasil pengumpulan
pialang saham yang bertujuan untuk mencari data, diperoleh sampel sebanyak 58 observasi,
laba berdasarkan informasi-informasi yang karena hanya observasi inilah yang mem-
tersedia di pasar modal. Secara lebih khusus, punyai data lengkap tentang return saham,
permasalahan yang akan dijawab dalam peneli- output, nilai tukar, dan tingkat inflasi.
tian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah Data yang digunakan dalam penelitian
variabel ekonomi makro berpengaruh terhadap ini diperoleh dari Indonesian Stock Exchange
return saham? 2) Apakah terdapat hubungan (IDX) dan Statistik Ekonomi dan Keuangan
ekuilibrium jangka panjang dan jangka pendek yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.Model
antara return saham dan variabel ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
makro? Variabel ekonomi makro yang diamati RSt = β0 + β1Yt + β2St + β3It + εt

69
Dimana, RSt adalah Return Pasar Saham yang S2 ( K − 3) 2
dihitung dengan rumus JB = T +
IHSGt − IHSGt −1 6 24
Rm = ; IHSG adalah Indeks di mana T adalah cacah pengamatan, S adalah
IHSGt −1
nilai skewness, dan K adalah nilai kurtosis. Uji
Harga Saham Gabungan; Y adalah Output, JB statistik tersebut distribusinya mendekati
yang diukur dengan jumlah barang dan jasa distribusi chi-square (χ2). Selanjutnmya jika
yang dihasilkan oleh Indonesia; S adalah Nilai pengujian menghasilkan nilai JB statistik yang
Tukar, yang diukur dengan nilai tukar rupiah lebih kecil dari nilai kritis chi-square, maka
terhadap dollar Amerika; I adalahTingkat hipotesis nol yang menyatakan bahwa data
Inflasi, yang diukur dengan menggunakan berdistribusi normal tidak dapat ditolak.
Indeks Harga Konsumen. Selanjutnya jika data kondisinya jauh
Alasan penggunaan variabel output, dari asumsi normal, maka data tersebut akan
nilai tukar, dan tingkat inflasi dalam model ditransformasi ke dalam bentuk logaritma.
penelitian karena ketiga variabel ini merupa- Transformasi ke dalam bentuk ini selain dapat
kan variabel utama yang mempengaruhi memperkecil variasi data juga dapat mengatasi
perkembangan ekonomi secara umum, penyimpangan linearitas dan homoskedas-
sehingga merupakan faktor yang fundamental. tisitas. Sebagai catatan, bahwa data yang agak
Output agregat mencerminkan kekayaan menyimpang dari asumsi normal tidak akan
negara dalam jangka waktu tertentu, yang langsung ditransformasi ke dalam bentuk
memiliki nilai yang sama dengan pendapatan logaritma. Namun demikian, transformasi baru
nasional dan dapat menunjukkan tingkat per- akan dilakukan setelah mempertimbangkan
tumbuhan ekonomi. Sementara nilai tukar dan untung maupun ruginya.
inflasi merupakan indikator makro ekonomi
yang tidak kalah pentingnya. Nilai tukar lebih Uji Stasioneritas
berkaitan dengan inflasi, yang dalam penger-
tiannya inflasi merupakan kenaikan tingkat Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
harga yang kontinyu dan terus menerus yang apakah data yang digunakan stasioner atau
dapat mempengaruhi individu-individu, bisnis, tidak. Pengujian dapat dilakukan dengan
dan pemerintah. Dengan pertimbangan inilah menggunakan Augmented Dickey-Fuller
maka ketiga variabel inilah yang dimasukkan (ADF) dan Zivot-Andrews. Model ADF yang
ke dalam model penelitian. Model dalam diestimasi adalah:
penelitian ini akan diestimasi dengan meng- k
Model (A): yt = yt −1 + j yt − j + t
gunakan OLS (Ordinary Least Square). j =1
Beberapa tahap pengujian yang dilakukan k
adalah sebagaimana tersebut di bawah ini. Model (B): yt = + yt −1 + j yt − j + t
j =1

Normalitas Data
Sementara untuk panjang kelambanan
Data dikatakan mempunyai distribusi yang ditentukan dengan kriteria Akaike AIC.
normal apabila nilai rasio kurtosis dan rasio Namun terkadang uji ADF cenderung mem-
skewness berada di antara –2 hingga 2. Nilai berikan informasi yang lemah apabila diterap-
rasio kurtosis adalah nilai kurtosis dibagi kan pada data yang mengalami perubahan
dengan standard error kurtosis dan nilai rasio struktural, seperti pada krisis ekonomi tahun
skewness adalah nilai skewness dibagi dengan 1997 (lihat Granger et al., 2000).
standard error skewness. Oleh karena hal tersebut diatas, maka
Uji yang lebih formal untuk meng- dalam penelitian ini akan diterapkan pula uji
amati distribusi data adalah uji Jarque-Bera akar-akar unit dari Zivot-Andrews sebagai
(JB Test). Pada uji ini nilai statistik JB pembanding, dan model yang digunakan
dihitung dengan cara: adalah sebagai berikut:

70
yt = + t + DU t ( ) + yt −1 +
k
yt − j + T
j t Nilai λ dicari dengan cara = B , T adalah
j =1 T
cacah pengamatan, dan TB waktu terjadinya
yt merupakan variabel-variabel yang akan perubahan struktural.
diamati. Variabel pergeseran DUt ditentukan Langkah kedua adalah menguji
sebagai berikut: residual persamaan apakah stasioner atau
1 jika t > T tidak. Uji yang umum untuk mendeteksi hal
DU t ( ) = ini adalah uji akar-akar unit ADF. Selanjutnya
0 jika sebaliknya.
jika uji yang digunakan adalah uji akar-akar
T unit ADF, maka modelnya sebagai berikut:
Nilai λ dicari dengan cara = B , T menun-
T k
jukkan cacah pengamatan, dan TB menunjuk- ˆt = ˆt −1 + j ˆt − j + t
j =1
kan waktu terjadinya perubahan struktural.
Panjang kelambanan optimal dalam
pengujian ini akan ditentukan melalui kriteria di mana εˆt adalah residual yang diperoleh
Akaike AIC. Dalam hal ini T adalah cacah dari kointegrasi Gregory-Hansen. Prosedur uji
pengamatan. Nilai statistik pada Yt-1akan akar-akar unit ini tidak berbeda dengan prose-
dikonfirmasikan dengan nilai kritis Zivot- dur uji akar-akar unit yang digunakan uji
Andrews. kointegrasi Engle-Granger. Unsur pokok yang
membedakan adalah bahwa distribusi nilai
Uji Kointegrasi statistiknya tidak mengikuti tabel kointegrasi
ADF atau MacKinnon, tetapi mengikuti tabel
Uji kointegrasi yang diterapkan dalam kointegrasi Gregory-Hansen. Hal ini di-
penelitian ini adalah uji kointegrasi Engle- karenakan residual pada persamaan tersebut
Granger dan uji kointegrasi Gregori-Hansen. diperoleh dari persamaan kointegrasi Gregory-
Mengikuti Granger et al. (2000), uji Hansen yang didalamnya meliput variabel
kointegrasi Gregory-Hansen sangat cocok perubahan struktural, [DUt(λ)]. Tabel koin-
digunakan untuk konteks data di Indonesia tegrasi tersebut selengkapnya dapat dilihat
yang pernah mengalami perubahan struktural, pada Gregory dan Hansen (1996).
yaitu pada saat terjadinya krisis ekonomi pada Selanjutnya jika estimasi menghasil-
tahun 1997. Prosedur dalam pengujian ini kan nilai statistik yang lebih besar dari nilai
tidak berbeda dengan uji Engle dan Granger, kritis Gregory-Hansen, maka ada bukti bahwa
yaitu pertama adalah menguji model residualnya stasioner atau εˆt ~ I (0) . Kondisi
kointegrasi dengan OLS:
Prosedur uji kointegrasi Gregory- ini ekuivalen dengan menolak hipotesis nol
Hansen pada dasarnya tidak berbeda dengan yang menyatakan bahwa variabel Gr dan FD1
uji kointegrasi Engle-Granger, yaitu melalui non-kointegrasi (Granger et al., 2000;
dua langkah penaksiran. Langkah pertama Camarero & Tamarit, 2002).
adalah menaksir model kointegrasi yang
didalamnya telah meliput variabel perubahan Uji Asumsi Klasik
struktural sebagai berikut: Sejumlah pengujian asumsi klasik yang
Rst = + DU t ( ) + 1Yt + 2 St t + 3 I t + t dilakukan antara lain adalah asumsi linieritas,
dimana variabel Rs, Y, St dan variabel I heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multi-
mempunyai derajat integrasi yang sama, kolinieritas. Uji linieritas digunakan untuk
misalnya I(1). Selanjutnya variabel pergeseran mengetahui bahwa spesifikasi model regresi
DUt ditentukan dengan cara sebagai berikut: yang digunakan sudah benar. Dengan kata lain
1 jika t > T uji ini untuk menghindari adanya mis-spesifi-
DU t ( ) = cation pada model regresi. Dalam penelitian ini
0 jika sebaliknya.

71
uji untuk mengamati hal tersebut digunakan uji memerlukan selang waktu. Selain itu, variasi
Ramsey RESET. variabel dependen tersebut tidak hanya diten-
Heteroskedastisitas terjadi apabila resi- tukan oleh variasi variabel independen pada
dual, ε t pada model regresi tidak memiliki periode tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh
variasi pada masa lalu dan pada masa datang.
varian, σ 2 yang konstan dari satu observasi ke Pada kasus ini pelaku ekonomi akan meng-
observasi lainnya. Dengan kata lain dalam hadapi ketidakseimbangan (disequilibrium),
heteroskedastisitas setiap observasi mempunyai karena fenomena yang diinginkan (desired)
reliabilitas yang berbeda, akibatnya perubahan belum tentu sama dengan apa yang terjadi
kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum (actual). Akibatnya pelaku ekonomi tersebut
dalam spesifikasi model regresi (Hanke & perlu melakukan penyesuaian (adjusment)
Reitsch, 1998). Uji yang digunakan untuk (Insukindro, 1999). Untuk menjelaskan
mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah fenomena-fenomena ini kedalam model
uji White (Gujarati, 2003). empiris, maka model koreksi kesalahan (Error
Autokorelasi adalah keadaan bahwa Correction Model, ECM) merupakan pilihan
variabel gangguan pada periode tertentu ber- yang terbaik.
korelasi dengan variabel gangguan pada periode Langkah pertama dalam menggunakan
lain, dengan kata lain variabel gangguan tidak ECM adalah mengamati apakah residual ( εˆt )
random. Faktor-faktor yang menyebabkan
autokorelasi antara lain kesalahan dalam model kointegrasi Gregory-Hansen apakah
menentukan model, penggunaan lag pada stasioner, εˆt ~ I (0) atau tidak. Jika residual
model, atau tidak memasukkan variabel penting. tersebut adalah stasioner, maka ECM yang
Dalam penelitian ini uji yang digunakan untuk digunakan adalah ECM yang dikembangkan
mengamati masalah autokorelasi adalah uji oleh Engle-Granger, yaitu sebagai berikut:
Breusch-Godfrey (uji BG). k l
Sementara berkaitan multikolinearitas, Yt = + 1i Yt −i + 2i X 1t − i
i =1 i =1
suatu model regresi dikatakan mempunyai m
masalah multikolinearitas apabila dalam model + 3i X 2 t −i + 4 DU t ( )+ t −1 + t
tersebut terdapat hubungan linier yang sempurna i =1
(perfect) di antara beberapa atau semua variabel
independen. Masalah multikolinearitas Variabel pergeseran DUt ditentukan sebagai
merupakan masalah degree dan bukan masalah berikut:
kind, sehingga tidak ada uji yang baku untuk 1 jika t > T
mendeteksi masalah ini. Dalam penelitian ini uji DU t ( ) =
0 jika sebaliknya.
untuk mendeteksi masalah multikolinearitas
digunakan uji Gujarati. Menurut Gujarati jika
korelasi antara dua variabel bebas lebih kecil Nilai λ dicari dengan cara λ = TB , T
dari 0,8 maka hipotesis yang menyatakan bahwa T
model regresi non-multikolinearitas tidak dapat menunjukkan cacah pengamatan, dan TB
ditolak (Gujarati, 2003). menunjukkan waktu terjadinya perubahan
struktural.
Uji Model Koreksi Kesalahan (Error Variabel t adalah komponen koreksi
Correction Model) kesalahan (ECT) yang diperoleh dari uji
Dalam suatu kehidupan, reaksi yang ditimbul- kointegrasi Gregory-Hansen. Variabel ini jika
kan oleh suatu aksi jarang berlangsung secara tidak signifikan, maka pengaruh keseim-
seketika (instantaneous). Demikian pula bangan jangka panjang seperti yang dikehen-
dalam model ekonomi, reaksi variabel daki pada model kointegrasi Gregory-Hansen
dependen yang disebabkan oleh aksi variabel tidak terjadi. Panjang kelambanan k, l, dan m
independent tidak dapat seketika, akan tetapi ditentukan melaui uji F (general F-testing).

72
Kemudian agar didapatkan hasil estimasi yang Pengamatan terhadap nilai rata-rata diketahui
paling sederhana (parsimonious regression) terdapat perbedaan yang sangat lebar antar
digunakan metode Hendry’s General-to-Spe- masing-masing data. Data-data tersebut jika
cific Modelingstrategy (HGSM) yang dikem- dipaksakan untuk diestimasi, secara statistik
bangkan oleh Hendry (Gujarati, 2003; Harris terkadang signifikan, namun akan menjadi
et al., 2002). tidak bermakna secara ekonomi, karena nilai
Selanjutnya jika residual ( εˆt ) pada koefisiennya sangat kecil sekali.
persamaan ECM di atas tidak stasioner, maka Selanjutnya untuk mendapatkan data
model ECM yang digunakan adalah model yang berdistribusi normal, maka data yang
ECM baku, yaitu sebagai berikut: akan digunakan dalam penelitian ini akan
k l m ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma.
Yt = + 1i Yt −i + 2i X1t −i + 3i X 2t −i Setelah ditransformasikan kemudian diuji
i =1 i =1 i=1 dengan uji Jarque-Berra, dan dari pengujian
+ 4 DUt ( ) + (Yt − X t −i − X t −i ) + t tersebut diperoleh nilai statistik JB yang lebih
besar dari nilai kritis Chi-Square, sehingga
di mana variabel (Yt − X 1t −1 − X 2t −1 ) adalah menerima hipotesis nol yang menyatakan
komponen koreksi kesalahan. bahwa data terdistribusi normal.
Hasil pengujian ADF dan Zivot-
HASIL DAN PEMBAHASAN Andrews dapat disimpulkan bahwa data yang
digunakan tidak stasioner. Untuk dapat men-
Hasil uji Jarque-Bera ditemukan bahwa nilai jadi stasioner maka data tersebut harus
statistik JB pada data return saham lebih kecil dideferensi sebanyak 1 kali atau I (1). Semen-
dari nilai kritis Chi-Square, dengan demikian tara hasil uji ADF terhadap residual pada per-
mengindikasikan bahwa hipotesis nol samaan kointegrasi Engle-Granger maupun
diterima, yang menyatakan bahwa data kointegrasi Gregory-Hanson diperoleh bahwa
terdistribusi normal. Sementara untuk data residual kedua persamaan tersebut stasioner,
output, nilai tukar, dan inflasi memiliki nilai sehingga menolak hipotesis nol yang
statistik JB yang lebih besar dari nilai kritis menyatakan bahwa variabel tidak ber-
Chi-Square, sehingga menolak hipotesis nol, kointegrasi (noncointegrated). Hasil kedua uji
dengan demikian data output, nilai tukar, dan tersebut dapat diringkas dalam tabel 2.
tingkat inflasi tidak berdistribusi normal.

Tabel 1: Deskripsi Data Penelitian


Rt Y St I
Mean 471,982 229404,300 5265,747 283,246
Median 457,7800 147603,300 2424,000 193,920
Maximum 735,670 568136,600 11591,670 562,910
Minimum 241,840 49958,400 1815,330 108,320
Std. Dev. 127,598 168886,300 3523,673 154,926
Skewness 0,238 0,653 0,340 0,450
Kurtosis 2,367 1,943 1,349 1,594
Jarque-Bera 1,519 6,823 7,704 6,736
Probability 0,467 0,032 0,021 0,034
Sumber: Diolah dari data Bank Indonesia dan International Financial Statistics.

73
Tabel 2: Summary Hasil Kointegrasi
Variabel Engle-Granger Gregory-Hansen
Koefisien t-stat Koefisien t-stat
C 1,2975 1,7778 1,6506 2,1350
Y 0,6631 1,8829* 1,1780 2,2436**
S -0,4747 -2,9876*** -0,7795 -2,7798***
I -0,1655 -0,2731 -1,0316 -1,1563
Catatan: ***signifikan pada tingkat 1%; **signifikan pada tingkat 5%; * signifikan pada tingkat 10%

Hasil pengujian kointegrasi menun- tidak memberikan makna secara statistik.


jukkan bahwa dalam jangka panjang, keseim- Return saham juga dipengaruhi oleh inflasi,
bangan tingkat return saham di Indonesia inflasi yang terjadi tiga periode sebelumnya.
dipengaruhi oleh output dan nilai tukar. Hasil Inflasi yang terjadi satu dan dua periode
pengujian Engle-Granger dan Gregory-Hansen sebelumnya tidak signifikan, walaupun meng-
menunjukkan hasil yang konsisten. Sementara gunakan tingkat kepercayaan 10%.
dari pengujian asumsi klasik menunjukkan Dalam jangka panjang, hasil penelitian
bahwa kedua pengujian kointegrasi, baik dengan ECM hasilnya konsisten dengan hasil
menggunakan Engle-Granger maupun estimasi kointegrasi Engle-Granger dan
Gregory-Hansen telah terbebas dari otokore- Gregory-Hansen, yaitu bahwa dalam jangka
lasi, heteroskedastisitas, dan linieritas. panjang bahwa pergerakan return saham dapat
Setelah diketahui bahwa residual ε̂ t diprediksi dengan menggunakan tingkat
hasil persamaan kointegrasi adalah stasioner, output suatu negara, tingkat kurs mata uang,
maka kemudian diterapkan uji ECM. Uji ECM dan inflasi. Dalam ECM hubungan jangka
yang cocok adalah ECM yang dikembangkan panjang ditunjukkan oleh koefisien ECT yang
oleh Engle-Granger, yaitu: signifikan pada selang kepercayaan 1%.
k l Hasil penelitian secara keseluruhan
Yt = + 1i Yt − i + 2i X 1t − i menunjukkan bahwa hanya variabel output
i =1 i =1
m
dan nilai tukar yang mempengaruhi tingkat
+ 3i X 2 t −i + 4 DU t ( )+ t −1 + t keseimbangan jangka panjang dan return
i =1 saham. Sementara hasil Error Correction
Model (ECM) juga menunjukkan hasil yang
Dimana DU ditentukan seperti pada uji konsisten dengan pengujian kointegrasi,
Gregory-Hansen. εˆ t −1 merupakan komponen dengan memperlihatkan bahwa variabel yang
koreksi kesalahan (ECT). Variabel ini jika mempengaruhi return saham dalam jangka
signifikan berarti bahwa terdapat hubungan pendek adalah variabel return saham itu
keseimbangan jangka panjang seperti yang sendiri, output dan tingkat inflasi. Hasil ini
dikehendaki oleh model kointegrasi. mengimplikasikan bahwa variabel makro eko-
Dari hasil pengujian ECM, terlihat nomi berpengaruh pada return saham. Dengan
bahwa variabel yang mempengaruhi return demikian hasil penelitian ini memberikan
saham dalam jangka pendek adalah variabel dukungan pada hipotesis penelitian bahwa ter-
return saham itu sendiri (pada tingkat 1% dan dapat hubungan ekuilibrium jangka panjang
5%) yaitu variabel return saham itu sendiri dan jangka pendek antara return saham dan
dari satu periode sebelumnya, variabel return variabel makro ekonomi. Hasil penelitian ini
saham itu sendiri dari dua periode sebelum- juga konsisten dengan sejumlah penelitian
nya, variabel return saham itu sendiri dari dua sebelumnya antara lain penelitian yang di-
periode sebelumnya. lakukan oleh Jaffe dan Mandelker (1976),
Sementara itu output atau pendapatan Fama dan Schwert (1977) dan Nelson (1977)
mempengaruhi return saham adalah pen- dan yang kesemuanya mengkonfirmasi bahwa
dapatan dua dan tiga periode sebelumnya. variabel ekonomi makro berpengaruh terhadap
Pendapatan satu periode sebelumnya ternyata return saham.

74
Tabel 3: Hasil ECM
Variabel Koefisien Sdt. Error t-hitung p-value
C 0,001 0,016 0,075 0,940
D(DRs(-1)) -0,656 0,137 ***-4,762 0,000
D(DRs(-2)) -0,662 0,186 ***-3,555 0,001
D(DRs(-3)) -0,400 0,186 **-2,142 0,039
D(DY(-1)) 0,689 0,771 0,893 0,378
D(DY(-2)) 1,716 0,980 *1,751 0,088
D(DY(-3)) 2,502 0,777 ***3,216 0,002
D(DSt(-1)) -0,477 0,272 *-1,751 0,088
D(DSt(-2)) -0,737 0,295 **-2,492 0,017
D(DSt(-3)) -0,273 0,288 -0,947 0,350
D(DI(-1)) -1,889 1,163 -1,622 0,113
D(DI(-2)) -0,611 1,266 -0,482 0,632
D(DI(-3)) 2,192 1,101 *1,990 0,054
DU 0,000 0,023 0,016 0,987
ECT -0,831 0,287 ***-2,895 0,0066
R-squared 0,768 Mean dependent var -0,000
Adjusted R-squared 0,673 S,D, dependent var 0,137
S,E, of regression 0,078 Akaike info criterion -2,007
Sum squared resid 0,208 Schwarz criterion -1,428
Log likelihood 64,193 F-statistic 8,057
Durbin-Watson stat 2,063 Prob(F-statistic) 0,000
SIMPULAN nomi memiliki pengaruh terhadap return
Penelitian ini bertujuan untuk menguji penga- saham (Nelson, 1976; Jaffe & Mandelker,
ruh output, nilai tukar, dan tingkat inflasi 1976;Fama & Schwert, 1977).
terhadap return saham. Penelitian ini meng- Dari hasil pengujian kointegrasi, baik
gunakan pengujian akar-akar unit yang telah dengan menggunakan kointegrasi Engle-
mempertimbangkan adanya perubahan struk- Granger maupun kointegrasi Gregory-Hansen
tural karena adanya krisis ekonomi di Indo- menunjukkan bahwa hanya variabel output
nesia pada tahun 1997. Teori Ekonomi dan nilai tukar yang mempengaruhi tingkat
menyatakan bahwa harga saham seharusnya keseimbangan jangka panjang dan return
mencerminkan ekspektasi tentang kinerja saham. Hasil ECM juga menunjukkan hasil
perusahaan di masa yang akan datang. yang konsisten dengan pengujian kointegrasi,
Sementara teori lain, yaitu EMH, menyatakan yang menunjukkan bahwa variabel yang
bahwa pasar akan efisien dalam bentuk mempengaruhi return saham dalam jangka
setengah kuat bila harga saham dapat men- pendek adalah variabel return saham itu
cerminkan secara penuh (fully reflect) semua sendiri, DOUTPUT (-3), DAN DKURS (-2).
informasi yang relevan, termasuk informasi Hasil ini mengimplikasikan bahwa variabel
yang tersedia dan dipublikasikan. Teori ini makro ekonomi berpengaruh pada return
mengimplikasikan bahwa investor tidak akan saham.
mendapatkan return tidak normal (abnormal Dalam bidang akuntansi, hasil temuan
return) melalui pergerakan pasar saham di penelitian ini mengindikasikan bahwa hipote-
masa mendatang (Maysami et al., 2004). sis pasar efisien tidak mendapatkan dukungan
Namun beberapa penelitian menemukan hasil bukti. Hasil ini konsisten dengan penelitian
yang kontradiktif dengan teori EMH, mereka yang dilakukan Fama dan Schwert (1977),
menemukan bahwa variabel kunci makro eko- Nelson (1977) dan Jaffe dan Mandelker
nomi dapat membantu memprediksi time (1976) yang kesemuanya mengkonfirmasi
series dari return saham. Sejumlah penelitian bahwa variabel ekonomi makro mempunyai
awal menemukan bahwa variabel makro eko- pengaruh terhadap return saham. Penelitian ini

75
sejalan dengan pandangan yang menyatakan DAFTAR REFERENSI
bahwa variabel kunci ekonomi makro dapat Adrangi, B. A., Chatrath, & Shank, T.M.
membantu memprediksi time series dari (1999). Inflation, output, and stock-
returnsaham. prices: Evidence from Latin America.
Keterbatasan penelitian ini terletak Managerial and Decision Economics,
pada pengujian hubungan antara return saham 20(2), hal. 63-74.
dan variabel makro ekonomi untuk kasus di
Indonesia saja dan tidak membandingkan Ajayi, R.A., & Mougoue, M. (1996). On the
dengan negara lain sehingga tidak memban- dynamic relation between stock prices
dingkan struktural break pada data yang and exchange rate. Journal of Finan-
terjadi dari krisis di tahun 1997 dengan krisis cial Research, 19, hal.193-207.
yang terjadi di tahun 2008. Meskipun menurut Al- Khazali, O., & Pyun, P.S. (2004). Stock
Saparini (2010) krisis di tahun 2008 tidak ter- prices and inflation: New evidence
jadi secara sistemik di Indonesia, namun tidak from the Pacific-Basin countries.
demikian halnya dengan beberapa negara lain Review of Quantitative Finance and
di dunia. Hal ini terlihat dari beberapa indi- Accounting, 22, hal. 123-140.
kator penting penurunan ekonomi di seluruh
dunia. Indikator tersebut adalah tingginya Camarero, M. & Tamarit, C. (2002). A panel
harga minyak dunia yang menyebabkan krisis cointegration approach to the estima-
pangan, inflasi yang tinggi, krisis kredit macet tion of the paseta real exchange rate.
yang menyebabkan bangkrutnya beberapa Journal of Macroeconomics, 24(3),
bank besar, meningkatnya pengangguran, dan hal.371-393.
kemungkinan resisi global. Keterbatasan lain Chen, N. F., Roll, R., & Ross,S. (1986). Eco-
dari penelitian ini adalah penggunaan tiga nomic forces and the stock market.
indikator variabel makro ekonomi, yaitu out- Journal of Business, 59. hal. 383-403.
put, nilai tukar, dan tingkat inflasi di Indo-
nesia, sementara masih banyak variabel makro Clare, A.D., & Thomas, S.H. (1994). Macro-
ekonomi yang lain. economic factors, the APT, and the
Berdasar keterbatasan penelitian UK stock market. Journal of Business
diatas, maka saran yang dapat dilakukan untuk Finance and Accounting, 21, hal. 309-
pengembangan penelitian selanjutnya adalah 330.
dengan membandingkan data dari beberapa Dornbusch, R. & Fischer, S. (1980). Exchange
negara lain dengan Indonesia. Dengan rate and current account. American
menggunakan data dari beberapa negara Economic Review, 70, hal. 960-971.
tersebut, sebaiknya diamati perbedaan antara Engle, R.F., & Granger, C. W. J. (1987). Co-
krisis yang terjadi di tahun 1997 dengan krisis integration and error correction: repre-
yang terjadi di tahun 2008. Hal ini disebabkan sentation, estimation, and testing.
krisis di tahun 2008 tidak terjadi secara Econometrica, 55, hal. 251-276.
sistemik di Indonesia, namun akan berbeda
halnya yang terjadi di negara lain. Dengan Fama, E .F. (1970). Efficient capital markets: A
demikian, sebaiknya periode pengamatan review of theory and empirical work.
lebih diperpanjang dengan memasukkan krisis Journal of Finance, 25, hal. 383-417.
yang terjadi di tahun 1997 dan 2008, Fama, E.F., & Schwert, G.W. (1977). Asset
kemudian dibandingkan structural break yang returns and inflation. Journal of
terjadi di kedua tahun tersebut. Selain itu Financial Economics, 5, hal. 115-146.
penggunaan variabel makro ekonomi yang
lain mungkin akan memberikan informasi Fama, E.F. (1981). Stock returns, real activity,
yang lebih baik berkait hubungan antara return inflation, and money. American Eco-
saham dengan aktivitas ekonomi. nomic Review, 71, hal.545-565.

76
Frankel, J.A. (1993). Monetary and portfolio Jaffe, J., & Mandelker, G. (1976). The Fisher
balance models of the determination of effect for risky assets: An empirical
exchange rates. In Jeffrey A. Frankel investigation. Journal of Finance, 31,
on Exchange Rates. Cambridge. MA: hal.447-456.
MIT Press. Jones, C. P. (1998). Investment : Analysis and
Froot, K.A., & Ramadorai, T.(2005).Currency management. Sixth Edition. John
returns, intrinsic value, and institu- Wiley and Sons. New York.
tional-investor flows.The Journal of Kolluri, B., & Wahab,M. (2008). Stock return
Finance, 60(3), hal. 1535-1566. and expected inflation: Evidence from
Geske, R. and Roll, R. (1983). The monetary an asymmetric test specifi-
and fiscal linkage between stock cation.Review of Quantitative Finance
returns and inflation. Journal of and Accounting, 30, hal.371-395.
Finance, 38, hal.1-33. Koop, G., Pesaran, M.H., & Potter, S.M..
Granger, C.W.J., Huang, B.N. & Yang, C.W. (1996). Impulse response analysis in
(2000). A bivariate causality between nonlinear multivariate models. Journal
stock prices and exchange rates: Evi- of Economic, 74, hal. 119-47.
dence from recent Asian flu. The Mankiw, N. G. (1997). Macroeconomics. 6th
Quarterly Review of Economics and edition. New York. Worth.
Finance, 40, hal.337-354.
Maysami, R.C., Howe, L.C. & Hamzah, M.A.
Gregory, A.W., & Hansen, B.E. (1996). (2004). Relationship between macro-
Residual-based tests for cointegration economic variables and stockmarket
in models with regime shifts. Journal indice: Cointegration evidence from
of Econometrics, 70, hal. 99-126. stock exchange of Singapore’s all-S
Gujarati, D. (2003). Basic econometric. New sector indices. Jurnal Pengurusan, 24,
York. McGrow Hill. hal.47-77.
Harris, F.H., McInish, & Wood, R.A. (2002), Nelson, C.R. (1970). Inflation and rate of
Security price adjustment across return on common stocks. Journal of
exchanges: An investigation of com- Finance, 40(2), hal. 229-245.
mon factor components for Dow Pesaran, M.H. & Shin, Y. (1998). Generalized
stocks. Journal of Financial Market, 5, impulse response analysis in linear
hal. 277-308. multivariate models. Economics
Hartono, J. (2003). Teori portofolio dan analisis Letters, 58, hal. 17-29.
investasi. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. Poon, S. & Taylor, S.J. (1991). Macro-
economic factors and the UK stock
Hondroyiannis, G. & Papapetrou, E. (2001). market. Journal of Business Finance
Macroeconomic influences on the and Accounting, 18, hal.619-636.
stock returns and inflation. Journal of
Economics and Finance, 25, hal.33-49. Saparini, H. (2010). Kondisi krisis ekonomi
2008 tak berdampak sistemik pada
Husnan, S. (2001). Dasar-dasar teori porto- ekonomi dan bisnis. Waspada Online.
folio dan analisis sekuritas. Edisi diakses 2 Desember 2011 dari
Ketiga. UPP AMP YKPN. Yogya- www.waspada.co.id/index.php
karta.
Sari, R. & Soytas, U. (2006). The relationship
Insukindro. (1999). Pemilihan model empirik between stock return, crude oil prices,
dengan pendekatan koreksi kesalahan. interest rates and output: Evidence
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 14, hal. 1-8. from a developing economy. The Em-

77
pirical Economics Letters, 5(4), hal. Financial Centres-Tokyo, Hong Kong,
205-220. and Singapore. Singapore Economic
Wan Mahmood, W.M. & Dinniah, N.M. Review, 41, hal. 47-56.
(2009). Stock return and macro- Zivot, E. & Andrews, D.W.K . (1992). Further
economics variables: Evidence from evidence on the great crash, the oil-
six Asian-Pasific countries. Inter- price shock, and the unit root hypothe-
national Research Journal of Finance sis. Journal of Business and Economic
and Economics, 30, hal. 154-164. Statistic, 10, hal. 251-270.
Yu, Q. (1996). Stock prices and exchange
rates: Experience in leading East Asian

78

Anda mungkin juga menyukai