Kardiotokografi I. Definisi
Kardiotokografi I. Definisi
I. DEFINISI
Kardiotokografi (KTG) adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk
memonitor hubungan antara denyut jantung janin dan kontraksi uterus. Biasanya
digunakan pada trisemester ketiga kehamilan.
KTG secara luas digunakan dalam kehamilan untuk memperkirakan
kondisi denyut jantung janin, sebagian besar digunakan pada kehamilan dengan
risiko tinggi. Pada KTG terdapat tiga bagian besar kondisi yang dipantau yaitu
denyut jantung janin (DJJ), kontraksi rahim dan gerak janin, serta korelasi
diantara ketiga parameter tersebut.ee
II. METODE
Terdapat dua metode pemeriksaan kardiotokografi, yaitu:1,2,3,6,7
1. Metode Eksternal (Non-invasif/ tak langsung), dilakukan dengan
memasangkan sensor bertekanan (pressure sensor) yang dipasangkan pada
abdomen wanita, dengan posisi duduk setengah berbaring (bukan terlentang
lurus karena dapat menghasilkan temuan yang keliru). Alat yang dipasang
berupa 2 transuder, 1 transuder digunakan untuk memantau DJJ
menggunakan ultrasound, dan 1 transuder lagi untuk menilai kontraksi rahim.
Pada saat ini cara eksternal lebih populer karena bisa dilakukan selama
antenatal ataupun intranatal, praktis, aman, dengan nilai prediktif positif yang
kurang lebih sama dengan cara internal.
2. Metode Internal (Invasif/ langsung), pencatatan langsung dengan cara lain
bisa dilakukan, setelah ketuban pecah dengan menggunakan selang
bertekanan yang dimasukkan ke rongga amnion melalui vagina. Pengamatan
janin secara langsung ataupun internal hanya mungkin setelah ketuban pecah
dan serviks agak dilatasi. Perekaman yang segera dan terus menerus terhadap
frekwensi denyut jantung janin, khususnya dalam hubungannya dengan
kontraksi uterus, memberikan suatu penilaian terhadap kesejahteraan janin.
Perubahan pada frekwensi jantung janin merupakan petunjuk paling awal
dari insufisiensi uteroplasenter atau kompresi tali pusat. Jika kontraksi
spontan tidak terjadi pada 30 menit, dapat dirangsang dengan merangsang
puting susu. Variasi denyut jantung yang berkaitan dengan kontraksi dicatat.
Jika janin letargik, maka dapat dirangsang untuk bergerak dengan melakukan
ketukan pada uterus secara lembut.
III. INDIKASI
Pada kehamilan normal, pemeriksaan KTG pada umumnya bisa diabaikan.
Pada persalinan normal, pemeriksaan ini dilakukan pada kala I, dengan
pencatatan secara intermiten selama 20 menit dengan interval setiap setengah
jam. Bila grafiknya abnormal atau adanya resiko yang baru terlihat, perlu
dilakukan pencatatan terus menerus.
Indikasi pemeriksaan KTG sebelum dan selama persalinan menurut Berg,
yaitu:
1. Indikasi Absolut, dapat dilihat pada tabel 1. dibawah ini.
No Indikasi Waktu
1 Post maturitas >7 hari Setiap hari
2 Insufisiensi placenta Beberapa kali/hari
3 Hipertonus, imaturitas janin Setiap 4 hari
4 Kontraksi terlampau dini Beberapa kali/hari
5 Berisiko persalinan prematur Setiap 2 hari
6 Diabetes Setiap 1-2 hari
7 Kehamilan ganda Setiap 4 hari
8 Inkompatibilitas Rh Setiap hari s/d setiapminggu
9 Plasenta letak rendah Beberapakali /hari
10 Plasenta previa Setiap 4 hari
11 Perdarahan trimester ke dua Setiap 4 hari
12 Setelah mengalami trauma / kecelakaan Diulang setiap hari/setiap 4 hari
Tabel 1. Indikasi absolut pemeriksaan KTG
2. Indikasi Relatif, diuraikan dalam tabel 2 dibawah ini.
No Indikasi Waktu
1 Usia ibu dibawah 18 tahun, diatas 40 Setiap 2 hari
2 tahun Setiap 2-4 hari
3 Riwayan kehamilan dengan komplikasi Setiap 2-4 hari
4 Oligohidramnion, polihidramnion Setiap hari
Gerakan janin terasa berkurang
Tabel 2. Indikasi relatif pemeriksaan KTG
IV. SYARAT PEMERIKSAAN
Syarat pemeriksaan KTG adalah sebagai berikut:1,5
1. Usia kehamilan ≥ 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindakan medik dari pasien secara lisan
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (KTG
terkomputerisasi) sesuai petunjuk dari pabrik.
V. TEKNIK PEMERIKSAAN
Teknik pemeriksaan KTG adalah sebagai berikut:7
1. Persetujuan tindak medik (informed consent): menjelaskan indikasi, cara
pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan
tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien.
2. Kosongkan kandung kencing.
3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau
gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan
punktum maksimum DJJ.
6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera
setelah kontraksi berakhir.
7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di
daerah punktum maksimum.
8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak,
pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang
dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.
9. Hidupkan komputer dan alat KTG.
10. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil
yang ingin dicapai).
11. Lakukan pencetakkan hasil rekaman KTG.
12. Lakukan dokumentasi data pada komputer (data untuk rumah sakit).
13. Matikan komputer dan mesin KTG. Bersihkan dan rapikan kembali alat
pada tempatnya.
14. Beritahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
15. Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau
paramedik untuk membantu membacakan hasil interpretasi komputer
secara lengkap kepada dokter. Paramedik (bidan) dilarang memberikan
interpretasi hasil KTG kepada pasien.
VII. INTERPRETASI
Terdapat 4 pola KTG yang mungkin terjadi, yaitu:7,9,10
a. Normal/ reaktif
Pola normal/ reaktif menunjukkan bahwa janin tidak mempunyai risiko mati
dalam 7-10 hari berikutnya. Frekwensi DJJ normal adalah antara 110 dan 160
dpm dengan variabilitas batas dasar normal antara 5-15 dpm. Selama pola ini
persisten sepanjang persalinan, prognosis neonatus baik.
b. Non-reaktif
Jika didapati tidak adanya gerakan janin dalam 20 menit, tidak terdapat
akselerasi pada gerakan janin, frekuensi dasar DJJ abnormal (kurang dari 120
dpm atau lebih dari 160 dpm), dan variabilitas DJJ kurang dari 2 dpm.
c. Meragukan
Jika didapati gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat
akselerasi kurang dari 15 dpm, frekuensi dasar DJJ abnormal, dan variabilitas
antara 2 – 5 dpm.
Satu masalah dengan KTG adalah bahwa pola yang normal meramalkan bahwa
janin tidak dalam keadaan yang bahaya, dan pola abnormal tidak memberikan
prediksi yang akurat terhadap bahaya janin.7,9