Anda di halaman 1dari 4

Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang

berbeda diperkenankan.

a. Identifikasi Khusus
Secara teoritis, biaya persediaan diukur berdasarkan identifikasi khusus ke biaya
pembelian dan/atau biaya produksi masing-masing. Metode ini hanya digunakan jika
memungkinkan untuk memisahkan secara fisik berdasarkan pembelian yang
dilakukan. Metode ini hanya cocok diterapkan pada persediaan yang jumlahnya
sedikit dan harga per unitnya mahal dan dapat dengan mudah dibedakan satu sama
lain. Namun, metode ini tidak cocok bagi sejumlah besar barang homogen yang
dapat menggantikan satu sama lain.
b. Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Cost Method)
Metode ini mengasumsikan persediaan tersedia dijual mempunyai biaya per unit
yang sama. Biasanya diterapkan untuk barang yang sifatnya homogen. Metode ini
menentukan harga setiap barang berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang
serupa pada awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi
selama periode. Misalnya:

Penjualan:
Tanggal 19 April sebanyak 4000 unit dengan harga jual Rp 75
Periodik:
Biaya perolehan rata-rata = Rp 439.000/10.000 = Rp 43,9
Jumlah unit persediaan akhir = 6.000 unit
Nilai persediaan akhir = 6.000 x Rp 43,9 = Rp 263.400
Perpetual:
Dalam metode perpetual, karena pencatatan dilakukan setiap kali terjadi transaksi,
berarti rata-rata biaya dihitung tiap kali dilakukan transaksi persediaan.

BPP = 4.000 unit x Rp43


Persediaan akhir = (4.000 x Rp43) + (2.000 x Rp47,5)
c. Masuk Pertama Keluar Pertama atau First-in First-out
Metode ini mengasumsikan barang persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau
digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah
yang dibeli atau diproduksi kemudian.
Periodik:

Perpetual:

BPP = (2.000 unit x Rp40) +(2.000 unit x Rp44)


Persediaan akhir = (4.000 x Rp44) + (2.000 x Rp47,5)

PENGUKURAN NILAI PERSEDIAAN AKHIR

Pada tanggal laporan keuangan, persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai
realisasi neto, mana yang lebih rendah. Setiap penurunan nilai persediaan dibawah biaya
menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan diakui sebagai beban pada
periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan
nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto diakui sebagai pengurangan
terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.

Contoh penerapan:

Metode pencatatan
Metode pencatatan untuk menerapkan penilaian persediaan berdasarkan mana yang
terendah antara nilai realisasi bersih dengan biaya historis:

- Metode Langsung, metode yang langsung mengganti biaya dengan nilai realisasi neto.
- Metode Penyisihan/Tidak Langsung, metode yang membuat akun kontra terpisah atas
akun persediaan.

PERSEDIAAN DALAM KETENTUAN PAJAK

Sesuai dengan pasal 10 ayat (6) UU PPh, persediaan dan pemakaian persediaan untuk
perhitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-
rata (weighted average) atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh
pertama (first-in first out). Sekali Wajib Pajak memilih salah satu cara penilaian pemakaian
persediaan untuk penghitungan harga pokok tersebut, maka untuk tahun-tahun selanjutnya
harus digunakan cara yang sama.

Contoh:

Metode rata-rata:

Metode FIFO:

ASET TETAP
Perlakuan akuntansi untuk aset tetap diatur di PSAK 16: Aset Tetap. Isu utama dalam
akuntansi aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan
penyusutan, dan rugi penurunan nilai atas aset tetap.

1. Pengakuan Aset Tetap


Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
- Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas; dan
- Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
2. Biaya Perolehan Awal
Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan
semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomis
masa depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan untuk memperoleh
manfaat ekonomis masa depan dari aset yang lain. Dalam keadaan ini, perolehan
aset tetap semacam itu memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset
tersebut memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomis masa depan yang
lebih besar dari aset-aset terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomi yang
dihasilkan seandainya aset tersebut tudak diperoleh. Namun demikian, jumlah
tercatat asettersebut dan aset lain yang terkait harus direviu untuk menguji apakah
telah terjadi penurunan nilai sesuai dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset.
3. Biaya-Biaya Setelah Perolehan Awal
Entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian
dari aset yang bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laporan laba rugi saat
terjadinya. Biaya perawatan sehari-hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja dan
bahan habis pakai termasuk didalamnya suku cadang kecil. Pengeluaran-
pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut “biaya pemeliharaan dan perbaikan”
aset tetap.
Entitas mengakui biaya penggantian komponen suatu aset dalam jumlah tercatat
saat biaya itu terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui
sebaga bagian dari aset. Jumlah komponen yang diganti tersebut tidak lagi diakui
apabila telah memenuhi ketentuan penghentian pengakuan.
Biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat suatu aset tetap sebagai suatu
penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Sisa jumlah tercatat biaya
inspeksi yang terdahulu, jika ada dihentikan pengakuannya. Hal ini terjadi terlepas
apakah biaya inspeksi terdahulu diidentifikasi dalam transaksi perolehan atau
konstruksi aset tetap tersebut. Jika diperlukan, estimasi biaya inspeksi sejenis yang
akan dilakukan di masa depan dapat digunakan sebagai indikasi biaya inspeksi saat
aset tersebut diperoleh atau dibangun.

Anda mungkin juga menyukai