Anda di halaman 1dari 55

GAMBARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PELATIHAN BATIK TULIS


DI JORONG TABEK KABUPATEN SOLOK

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
RANI CANTIKA AMELIA
NIM. 19005087

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu bentuk aktivitas yang dilakukan

manusia dalam kehidupannya secara terus menerus dalam upaya membenahi

dan memperbaiki dirinya menjadi manusia seutuhnya. Aktivitas pendidikan ini

dilakukan manusia dengan berbagai bentuk, seperti dalam a) lingkungan

pendidikan formal, yang mana aktivitas pendidikannya disusun secara

berjenjang dan sistematis yang dilaksanakan oleh masyarakat dan lembaga

pemerintahan, b) pendidikan nonformal , yaitu bentuk pendidikan yang

dikelola masyarakat dan lembaga pemerintah dengan memberikan peluang

sebesar-besarnya bagi individu yang tidak sama sekali memperoleh

pendidikan formal, c) sedangkan bentuk pendidikan terakhir berupa

pendidikan informal yaitu pendidikan utama dan pertama yang akan

didapatkan oleh individu yang mana pendidikan ini dilangsungkan dalam

lingkungan keluarga.

Pendidikan nonformal memiliki karakteristik dasar yakni proses

pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan tidak sama dengan aktivitas

pendidikan dan pembelajaran sebagaimana pendidikan formal. Pendidikan

nonformal penyelenggaraannya di luar sistem sekolah guna mencukupi

kebutuhan belajar masyarakat yang tidak bisa terpenuhi oleh pendidikan

formal (pembelajaran sekolah).Pendidikan nonformal menjadi salah satu jalur

yang berperan penting memberi kesempatan belajar kepada masyarakat


sehingga nantinya mereka memiliki modal keterampilan dalam meningkatkan

taraf hidupnya. Miradj & Sumarno (2014:9) mengatakan bahwa Pendidikan

nonformal merupakan salah satu jalur pendidikan yang dapat dipilih sebagian

masyarakat selain pendidikan formal.

Pendidikan nonformal berperan mengelola berbagai program

pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan serta mengembangkan sumber

daya manusia, sehingga disebutlah bahwa pendidikan nonformal merupakan

pendidikan yang fungsinya mengganti, menambah atau melengkapi

pendidikan (formal) di sekolah sesuai dengan kebutuhan belajar masyarakat.

Pendidikan nonformal dapat menjadi salah satu bentuk pendidikan alternatif

yang dapat membantu segala kondisi dan kebutuhan masyarakat. Segala

bentuk kegiatan pembelajaran baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap

yang berlangsung di luar sistem persekolahan, terorganisasi, disengaja atau

direncanakan untuk meningkatkan taraf hidup individu adalah pendidikan

nonformal. Dengan demikian, kegiatan seperti kursus, penataran, pelatihan

keterampilan, pendidikan pelatihan (diklat), penyuluhan dan kelompok belajar

merupakan bagian dari banyaknya program pendidikan nonformal.

Ciri-ciri pendidikan nonformal menurut Marzuki dalam Hidayat,

Anwar, & Hidayah (2017) pendidikan nonformal berlangsung di luar sistem

sekolah, serta terpisahnya waktu pelaksanaan dari pelajaran sekolah formal.

Pendidikan nonformal memiliki sifat pembelajaran berbasis masyarakat,

fleksibel, berbasis kecakapan hidup dan kemampuan menembus ke seluruh

lapisan masyarakat.
Pendidikan nonformal berperan dalam memberikan pembelajaran

sepanjang hayat kepada masyarakat, berbagai konsep terkait pendidikan

nonformal tampak terwakili dan banyak pihak yang membahas pendidikan

nonformal. Salah satunya dengan kegiatan pelatihan. Pelatihan adalah bagian

dari pendidikan, yakni sarana untuk pembinaan, pengambangan dan usaha

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pelatihan merupakan

bagian dari pendidikan nonformal yang berperan penting guna menyiapkan

sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya. Dalam kaitan ini, peran

pemerintah khususnya di bidang ketenagakerjaan harus difokuskan pada

lembaga yang membantu masyarakat mendapatkan pekerjaa yang tentunya hal

tersebut tidak terlepas dari tujuannya yaitu memberdayakan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pemberian daya, kekuatan,

dukungan dan dorongan kepada masyarakat sehingga dapat mencapai

potensinya secara maksimal (Zubaedi, 2016). Maka dalam pencapaian

masyarakat berdaya, banyak diselenggarakan berbagai bentuk program

pelatihan yang diperuntukkan kepada masyarakat agar nantinya memiliki

keterampilan khusus yang dapat dipergunakan untuk masyarakat itu sendiri.

Sehingga dengan tidak terbatasnya penyelenggaraan program pendidikan dan

pelatihan dapat menghasilkan modal manusia yang berkualitas, yang dapat

mengurangi permasalahan ketenagakerjaan dan selanjutnya dapat mendorong

perekonomian yang lebih baik. Tentunya ada banyak jenis pelatihan yang

sudah terselenggara dengan baik, salah satunya yaitu pelatihan batik tulis.
Pelatihan batik tulis merupakan salah satu pelatihan yang cukup

banyak peminatnya di masa sekarang karena menimbang hasil yang diperoleh

dari pelatihan ini yaitu seperti dapat meningkatkan keterampilan dan

menunjang perekonomian jika dapat memanfaatkan peluang yang ada. Sama

halnya dengan pelatihan batik tulis yang ada di Jorong Tabek Kabupaten

Solok, dimana kegiatan ini terselenggara dengan baik serta berkelanjutan

hingga hasil yang didapat dari pelatihan ini dapat menjadi ladang pemasukan

dana bagi daerahnya karena masyarakatnya sekalian memproduksi batik dan

kemudian dijualnya.

Jorong Tabek merupakan salah satu jorong yang berada di Nagari

Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi

Sumatera Barat dengan penduduk lebih kurang 2.000 jiwa serta dengan luas

wilayah sekitar 5000 meter persegi. Adapun jalan kampung yang hanya

berbahan dasar beton yang lebarnya 2,5 meter serta ada sebahagian yang

masih beralaskan tanah. Jorong Tabek juga merupakan satu-satunya daerah di

Sumatera Barat yang termasuk dalam kampung binaan dari PT Astra.

Sehingga saat ini Jorong Tabek dikenal dengan sebutan Kampung Berseri

Astra (KBA) Tabek.

Kampung Berseri Astra (KBA) merupakan suatu program pembinaan,

pembenahan untuk mewujudkan kampung yang cerdas, sehat, produktif dan

bersih dengan memanfaatkan potensi kampung yang diimplementasikan di

dalam kehidupan masyarakat dengan menggunakan empat program pokok

yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan hidup. Melalui binaan


dari Astra ini diharapkan segala bentuk potensi-potensi Jorong Tabek dapat

dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya sehingga akan menjadikan masyarakat

lebih sejahtera.

Batik tulis merupakan salah satu potensi yang ada di Jorong Tabek,

yang pada awalnya masyarakat Jorong Tabek mengikuti pelatihan batik tulis

yang diajarkan oleh seorang pengrajin batik asal Kota Solok yang difasilitasi

langsung oleh Balai Diklat Industri (BDI) Padang. Pelatihan batik tulis ini

dilakukan selama 15 hari, yang diikuti oleh 36 orang yang merupakan

masyarakat dari Jorong Tabek itu sendiri. Terlihat bahwa masyarakat Jorong

Tabek merupakan masyarakat yang ingin berdaya, masyarakat yang

berpotensi, dan masyarakat yang terbuka dengan hal baru. Karena ilmu yang

di dapat dari pelatihan batik tulis tersebut langsung diterapkan oleh

masyarakat. Pada wawancara berita online, pak Kasri selaku Ketua KBA

Tabek menyampaikan, “Usai mengikuti pelatihan, KBA Tabek Talang

Babungo langsung memproduksi batik tulis”. Hingga saat ini batik hasil

produksi Jorong Tabek selalu mengalami peningkatan baik dari segi penjualan

maupun kualitas, bahkan saat ini Jorong Tabek sudah memiliki rumah

produksi batiknya sendiri.Rumah Batik ini dikelola langsung oleh Bapak Kasri

selaku Ketua KBA Tabek bersama Istrinya yaitu Bu Pelni. Masyarakat juga

berperan dalam pengembangan rumah batik ini sebagai pengrajin hingga

memperoleh keuntungan dari hasil penjualannya. Hingga saat ini batik Tabek

semakin dikenal, hal ini didukung dengan dinobatkannya Jorong Tabek

sebagai Kampung Berseri Astra (KBA) oleh PT Astra International Tbk.


Sehingga Jorong Tabek memiliki banyak kesempatan untuk bekerja sama

dengan berbagai pihak.

Hasil wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 7 Februari 2023

dengan Ibu Pelni selaku ketua rumah batik Tabek, diketahui bahwa jumlah

kunjungan wisatawan lokal terus mengalami peningkatan sejak tahun 2020

sampai dengan tahun 2023, hal ini di dukung dengan adanya kerja sama

daerah Jorong Tabek dengan berbagai instansi sehingga selalu terdapat

kunjungan ke daerah Jorong Tabek dan juga terjadi peningkatan penjualan

batik tiap tahunnya.

Tabel 1. Data penjualan kain per tahun


Tahun Penjualan kain
2019 500 kain
2020 720 kain
2021 840 kain
2022 1000 kain

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa terjadi peningkatan penjualan

kain batik dari tahun 2019 sampai tahun 2022 dan hal ini tentunya juga

berdampak pada pemasukan yang di dapat.Berdasarkan latar belakang yang

telah dipaparkan diatas, penulis ingin mengajukan penelitian dengan judul “

Gambaran Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Batik Tulis di Jorong

Tabek Kabupaten Solok”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat

mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:


1. Tingginya minat masyarakat dalam mengikuti pelatihan batik tulis

2. Peserta pelatihan diberdayakan dengan memproduksi batik untuk dijual

3. Kedudukan Jorong Tabek yang dinobatkan sebagai Kampung Berseri

Astra.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat

melalui pelatihan batik tulis

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah

penelitian adalah sebagai berikut: Bagaimana gambaran pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran pemberdayaan masyarakat melalui

pelatihan batik tulis dalam kegiatan pengembangan

2. Untuk mengetahui gambaran pemberdayaan masyarakat melalui

pelatihan batik tulis dalam kegiatan penguatan daya serta potensi

3. Untuk mengetahui gambaran pemberdayaan masyarakat melalui

pelatihan batik tulis agar terciptanya kemandirian

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis menambah pengetahuan di bidang

pendidikan luar sekolah khususnya dalam kaitan pemberdayaan

masyarakat

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan acuan membangun kerjasama antara pemerintah

dan lembaga swadaya masyarakat dalam pelaksanaan pelatihan

batik tulis

b. Sebagai pertimbangan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam mengikuti pelatihan batik tulis

G. Definisi Operasional

1. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat ialah proses pembangunan yang

membuat masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial

dalam memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan

masyarakat hanya bisa terjadiAmbar apabila masyarakat itu sendiri ikut

pula berpartisipasi (Maryani dan Nainggolan, 2019:8).

Winarni (dalam Teguh S. 2004) inti dari pemberdayaan adalah

meliputi : (1) upaya pengembangan, (2) upaya memperkuat potensi dan (3)

terciptanya kemandairian. Sehubungan dengan pendapat tersebut, dapat

diartikan bahwa upaya pemberdayaan tidak hanya terjadi pada masyarakat

yang tidak sama sekali berkemampuan, namun juga pada masyarakat

dengan daya yang masih terbatas, sehingga dapat dikembangkan menuju

ke arah kemandirian.
Dimensi pemberdayaan masyarakat menurut Effendy (2020; hlm

314-315) mengandung makna tiga pengertian yaitu enabling, empowering,

dan maintaining sebagai berikut : a. Enabling, diartikan sebagai

terciptanya iklim yang mampu mendorong berkembangnya potensi

masyarakat. Tujuannya agar masyarakat yang bersangkutan mampu

mandiri dan berwawasan yang berkesinambungan. b. Empowering,

mengandung pengertian bahwa potensi yang dimiliki oleh masyarakat

lebih diperkuat lagi. Pendekatan yang ditempuh adalah dengan cara

meningkatkan skill dan kemampuan manajerial. c. Maintaining,

merupakan kegiatan pemberdayaan yang bersifat protektif, potensi

masyarakat yang lemah dalam segala hal perlu adanya perlindungan secara

seimbang agar persaingan yang terbentuk berjalan secara sehat.

Jadi berdasarkan beberapa pendapat tersebut yang dimaksud

dengan pemberdayaan dalam penelitian ini upaya dalam memberdayakan

masyarakat melalui pelatihan membatik yang diadakan di Jorong Tabek

Kabupaten Solok terdiri dari pengembangan, perkuatan potensi dan

kemandirian sehingga menjadikan masyarakat berdaya dan memiliki

keterampilan serta dapat menyejahterakan masyarakat.

2. Pelatihan

Pengertian pelatihan menurut Rachmawati (2018) adalah sebuah

wadah lingkungan bagi karyawan dimana mereka memperoleh atau

mempelajari sikap serta proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian

tertentu agar semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung


jawab dengan baik sesuai dengan standar yang dibutuhkan. Menurut

Bariqi (2018) pelatihan merupakan upaya yang sistematis dan terencana

untuk mengubah atau mengembangkan pengetahuan/keterampilan/sikap

melalui belajar dalam rangka meningkatkan efektivitas kinerja kegiatan

atau berbagai kegiatan. Pelatihan harus dilaksankan dengan

sebaikbaiknya agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kegiatan Pelatihan Bagian dari Pendidikan Nonformal

Pendidikan adalah suatu bentuk usaha pendewasaan dan perubahan

manusia agar manusia dapat matang baik secara fisik maupun mental.

Pendidikan terbagi menjadi tiga jalur yaitu pendidikan informal, pendidikan

formal dan pendidikan nonformal. Dalam hal ini, pendidikan nonformal yakni

suatu pendidikanyang memiliki fungsi sebagai pengganti, penambah serta

pelengkap dari pendidikan formal, dapat berupa program di luar sistem

persekolahan seperti peningkatan life skill dan sejenisnya.

Dikutip dari Jurnal Equilibrium Volume IV Tahun 2016, Pendidikan

nonformal merupakan fase pendidikan yang memberikan kesempatan kepada

masyarakat dalam memperkaya pengetahuan dan pengalamannya melalui

pembelajaran sepanjang hayat dalam bentuk peningkatan keterampilan.

Senada dengan pendapat diatas, Marzuki (dalam Rahmat, 2018)

berpendapat bahwa teratur serta terarahnya komunikasi yang terjadi di luar

sistem sekolah hingga individu berkesempatan diperolehnya informasi dan

dapat meningkatkan keterampilan berdasarkan dengan kebutuhan hidupnya

adalah pendidikan nonformal.

Menurut Rahmat (2018) , Sasaran pendidikan nonformal dapat ditinjau

dari beberapa segi, salah satunya yaitu dari segi pengajaran, Dimana sasaran

pendidikan nonformal sebagai penyelenggara serta pelaksana program seperti


kecakapan hidup, pelatihan keterampilan, majelis taqlim dan lainnya.

Sehingga kedudukan pendidikan luar sekolah sebagai jalur pendidikan yang

fleksible sangat berpengaruh dalam menyejahterakan masyarakat.Tujuannya

yakniguna pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai

yang dapat memungkinkan individu ataupun kelompok berpartisipasi secara

efektif serta efisien dalam keluarga, pekerjaan, serta masyarakat.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan pendidikan nonformal

dipahami sebagai suatu upaya pendidikan yang sistematis dan terorganisir

yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik sesuai dengan

kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai cara,

salah satunya yakni dengan diadakannya kegiatan pelatihan keterampilan,

dikarenakan pelatihan merupakan bagian dari pendidikan sekolah.

Pelatihan adalah bagian dari proses pendidikan yang sistematis yang

bertujuan untuk membawa pelajaran, pengalaman dan hal-hal baru dalam

proses pengembangan potensi seseorang. Sehingga pelatihan merupakan

bagian dari bentuk perwujudan proses pendidikan nonformal. Dengan kata

lain, pelatihan adalah program yang diselenggarakan dalam sistem pendidikan

nonformal.

2. Keterampilan Membatik

1. Pengertian Batik Tulis

Batik yakni salah satu hasil kebudayaan bangsa Indonesia yang

memiliki nilai tinggi. Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO telah

menetapkan batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang layak
masuk dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of

Humanity yang berarti bahwa batik sudah diakui secara internasional

sebagai salah satu budaya Indonesia, bahkan akan memajukan para perajin

batik serta mendukung upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. (Syarif

Nurhidayat, 2010:15).

Membatik merupakan aktivitas yang pada media kain putih dengan

lilin yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu menggunakan kompor

minyak dan kemudian lilin panas yang sudah cair tersebut diambil

menggunakan canting, kemudian sesegera mungkin diaplikasikan ke kain

mori agar lilin dapat teraplikasi dengan baik. Menurut Sativa dalam

Andriya dan Susilawati (2019:2) Kata batik itu sendiri merujuk pada kain

yang dihasilkan dari corak malam yang diaplikasikan ke atas kain sehingga

menahan masuknya bahan pewarna. Menurut Prasetyu dalam Ningsih dan

Mayar (2019:1403) Mambatik diartikan sebagai teknik melukis atau

menggambar di atas kain dengan memanfaatkan wortel sebagai media

untuk pengganti canting untuk melukis di atas kain.

Menurut Rizky Utami (2014:4), Kata batik berasal dari gabungan

dua kata Bahasa Jawa yaitu amba dan titik. ”Amba” artinya kain dan

“Titik” yaknikegiatan membuat pola kain dengan proses membuat pola

pada kaindengan cara di titiktitik.Sehingga dapat disimpulkan bahwa batik

yakni salah satu bentuk kebudayaan yang berupa kain polos yang diberi

motif dengan menggunakan bahan khusus yang mana setiap motifnya

mengandung makna.Dengan demikian pelatihan batik tulis merupakan


rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan cara

membuat pola gambar pada kain polos yang setiap gambarnya memiliki

makna tersendiri.

3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan tahapan penting guna meningkatkan

kesejahteraan dalam masyarakat. Sejahtera berarti seseorang merasa cukup

secara lahir serta batin. Sejahtera dapat diartikan bahwa seseorang mempunyai

kesempatan hidup maupun mendapatkan hak-hak layaknya manusia sampai

kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan serta kesehatannya

terpenuhi.Sedangkan sejahtera secara batin dapat dipahami sebagai orang yang

bahagia, dihormati dan dihargai, tidak takut dan bebas mengungkapkan

pendapatnya di depan umum (Widiastuti, 2015:37).

Pemberdayaan masyarakat berarti suatu proses berkembangnya potensi

yang dimiliki oleh masyarakat dengan cara memberikan tenaga, kekuatan,

dukungan dan semangat kepada masyarakat. Oleh karena itu, Pemberdayaan

penting guna memberi masyarakat kesempatan yang sama untuk mencapai

hak-hak mereka sebagai masyarakat. Pemberdayaan pada dasarnya

memungkinkan seseorang untuk menjadi lebih progresif serta mandiri.

Suharto (dalam Widiastuti, 2015:39).

Menurut Mulyono (2017:38), Pemberdayaan dapat dipahami sebagai

proses menuju keberdayaan, atau proses memberdayakan mereka yang kurang

atau kurang berdaya, sehingga pihak tersebut dapat memperoleh daya berupa

dukungan atau dorongan motivasi untuk kehidupannya.


Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai sebuah proses serta tujuan.

Pemberdayaan yakni rangkaian aktivitas yang ditujukan gunamemperkuat

keberadaan serta memberdayakan kelompok masyarakat yang kurang mampu.

Sebagai tujuan, pemberdayaan yang mengarah pada keadaan serta hasil yang

hendak dicapai.Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat yakni suatu

usaha yang dilakukan untuk memajukan masyarakat secara perlahan dan

berkelanjutan.

Intinya proses pemberdayaan menekankan pada kemandirian

masyarakat sebagai hasil, pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang,

khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka mereka memiliki

kekuatan ataukemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga

mereka memiliki kebebasan (freedom). (b) menjangkau sumber-sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatanya dan

memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlikan, dan (c)

berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang

mempengaruhi mereka.

Suharto (dalam Silviana, 2019), Pemberdayaan masyarakat yaitu

sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri

oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya

adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai

suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan

pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan

kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku
pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat

secara umum.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 1 ayat 8 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah upaya

yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bentuk

penumbuhan iklim usaha pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil

mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh

dan mandiri.Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses memandirikan masyarakat

dengan memberikan kemampuan, keterampilan dan kreativitas dalam

masyarakat untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat secara

bertahap.

Pemberdayaan masyarakat dikonsepkan sebagai suatu usaha untuk

memberikan kekuatan, tenaga, kemampuan, mempunyai akal atau cara untuk

mengatasi masalah dalam kehidupan masyarakat (Adisasmito, 2014:149).

Pemberdayaan dikonsepsikan dalam dua hal pokok, yaitu: 1) meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan kemampuan

yang diharapkan, dan 2) meningkatkan kemandirian masyarakat melalui

pemberian wewenang secara proporsional kepada masyarakat dalam

pengambilan keputusanuntuk membangun diri dan lingkungan secara mandiri.

Berdasarkan konsepsi pokok di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan

pada dasarnya adalah memberikan wewenang kepada masyarakat agar mampu


meningkatkan kemampuan masyarakat melalui berbagai kebijakan untuk

mendorong masyarakat menuju kemandirian.

Dalam hal menentukan kebijakan pemberdayaan setidaknya dapat

terwujud tiga kebijakan utama dalam mewujudkan kebijakan pembangunan

nasional yaitu; 1) menetapkan suasana atau iklim untuk mengembangkan

potensi yang dimiliki masyarakat, baik potensi yang dimiliki alam maupun

manusia; 2) memperkuat potensi yang telah terbentuk dalam masyarakat

dengan memberikan bantuan dana, pembangunan sarana dan prasarana, serta

lembaga pengembangan pendanaan, penelitian dan pemasaran di daerah; dan

3) melindungi melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah untuk

mencegah persaingan yang tidak seimbang. Dalam ketiga kebijakan utama

tersebut tentunya akan memperkuat posisi tawar masyarakat untuk

mengembangkan potensi yang mereka miliki serta mewujudkan masyarakat

yang mandiri dan kuat berlandaskan kebijakan pembangunan.

Pemberdayaan mempunyai tiga tahapan, yaitu : penyadaran,

peningkatan kapasitas serta pemberian kekuatan (Wrihatnolo dan

Dwidjowijoto, 2007). Sumodiningrat juga mengatakan bahwa 3 jalur yang

terdapat dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu: a) mewujudkan lingkungan

yang memungkinkan berkembangnyapotensi masyarakat (Enabling), b)

meningkatkan potensi serta kekuatan masyarakat (Empowering); c)

memberikan perlindungan terhadap potensi yang dimiliki masyarakat

(Protecting).
Menurut Noor (2011), Dalam upaya guna memberdayakan

masyarakatdapat dikaji dari 3 (tiga) aspekyakni menciptakan suasana yang

memungkinkan berkembangnya potensi masyarakat, meningkatkan potensi

masyarakat melalui langkah-langkah konkrit terlibat dalam memberikan

masukan yang berbeda dan membuka lebih banyak kesempatan untuk

membuat masyarakat lebih mandiri, serta melindungi serta membela

kepentingan masyarakat lemah. Pendekatan pemberdayaan pada dasarnya

menekankan penentuan nasib kelompok masyarakat berdasarkan kekuatan

individu, pembelajaran langsung, demokratis serta sosial.

Winarni dalam Teguh S. (2004) merekomendasikan tiga hal yang

berhubungan dengan upaya pemberdayaan masyarakat yaitu: (1) kegiatan

pengembangan; (2) kegiatan penguatan daya dan potensi; serta (3) kegiatan

dalam menciptakan kemandirian di masyarakat. Berdasarkan pada

rekomendasi tersebut, dapat diartikan bahwa sebuah upaya pemberdayaan

tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat yang berkemampuan rendah,

melainkan juga ditujukan kepada masyarakat dengan daya yang lemah atau

terbatas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 proses yang dilakukan

dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu mengembangkan potensi masyarakat,

memberikan kekuatan kepada masyarakat terkait potensi yang dimilikinya,

dan memberikan perlindungan terhadap potensi yang dimiliki oleh masyarakat

agar terus diasah dan dikembangkan.

Pada dasarnya strategi pemberdayaan adalah cara dalam melaksanakan

proses pemberdayaan, strategi-strategi diatas memiliki tujuan akhir adanya


kemandirian pada masyarakat. Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan

pemberdayaan dapat dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan,

pendekatan-pendekatan tersebut adalah: pemungkinan: menciptakan suasana

atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara

optimal. Pemberdayaan harus mampu membahaskan masyarakat dari sekat-

sekat kultural dan struktural yang menghambat. Penguatan: memperkuat

pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan

masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus

mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri

masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.Perlindungan: melindungi

masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh

kelompok kuat. menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang

antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok

kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada

penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak

menguntungkan rakyat kecil.

Sejalan dengan itu, Rasyad (2014) menyatakan upaya pemberdayaan

masyarakat dilihat dari tiga aspek yang meliputi; (1) menciptakan iklim dan

suasana yang memungkinkan berkembangnya potensi yang ada pada

masyarakat. Artinya setiap manusia diberikan potensi alamiah yang mampu

berkembang. Pemberdayaan adalah usaha yang dilakukan masyarakat dalam

meningkatkan keberdayaannya, dengan demikian upaya yang dilakukan

memberikan motivasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap


potensi yang dimiliki serta berusaha untuk mengembangkannya; (2) berupaya

untuk memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat, penguatan

meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai

masukan, serta pembukaan akses ke berbagai peluang yang akan membuat

masyarakat menjadi makin berdaya. Oleh karena itu perlu program-program

bagi masyarakat yang kurang berdaya sehingga dengan adanya program yang

dijalankan di masyarakat dapat menyentuh lapisan masyarakat agar

masyarakat bisa lebih berdaya dan berkembang; (3) memberdayakan

mengandung arti pula melindungi. Dalam proses ini yang harus dilakukan

adalah mengatasi kelemahan pada masyarakat sehingga masyarakatyang

lemah bisa menjadi masyarakat yang bertambah karena kurang berdayanya

menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk

mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang

kuat atas yang lemah.

Menurut Ilbat (2018) upaya memberdayakan masyarakat dapat di lihat

dari tiga aspek: Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang. Mengarah pada setiap manusia, setiap

masyarakat, memiliki potensiyang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada

masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau demikian akan sudah

punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk pembangunan dayadengan

mendorong, memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Kedua, memperkuat

potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka mewujudkan ini
diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim

dan suasana. Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata yang dilakukan

dalam masyarakat serta menyangkut penyediaan berbagai masukan, serta

pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat

menjadi makin berdaya. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti

melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dicegahyang lemah menjadi

bertambah lemah, oleh karena kekurang berdayaan dalam menghadapi yang

kuat.

Sander dalam Nasdian (2014) menyatakan bahwa pengembangan yang

dilakukan dalam memberdayakan masyarakat dapat dapat dilakukan sebagai

proses,metode, program, gerakan; (a) sebagai proses yaitu pengembangan

masyarakat yang bergerak pada tahapan dari suatu kondisi atau keadaan

tertentu ke tahap selanjutnya, yakni pengembangan yang mengacu pada

kemajuan dan perubahan terhadap sesuatu yang telah di miliki masyarakat

yang mendorong masyarakat menjadi berkembang; (b) sebagai metode

pengembangan yaitu suatu cara yang dilakukan oleh komunitas dalam

mencapai tujuan dengan cara sedemikian rupasehingga tujuan yang

direncanakan bisa tercapai dengan baik; (c) sebagai programyaitu metode

pengembangan masyarakat dinyatakan sebagai suatu gugus prosedurdan isinya

sebagai suatu daftar kegiatan; (d) sebagai gerakan yaitu pengembangan

masyarakat merupakan suatu perjuangan, sehingga menjadi suatu alasan yang

membuat orang-orang mengabdi dan terlibat dalam mengembangkan

masyarakat. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam memberdayakan


masyarakat yaitu sebagai upaya membentuk individu dan masyarakat menjadi

lebih berkembang, memiliki upaya untuk memperkuat potensi dan daya serta

menjadikan masyarakat lebih mandiri.

Ambar (dalam Ilbat 2018), kemandirian masyarakat adalah suatu

kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan

dalam memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang

tepat untuk mecapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan

mempergunakan daya dan kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif,

konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki

oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Dalam mencapai kemandirian

dimasyarakat harus melalui proses belajar sehingga masyarakat secara

bertahapakan memperoleh kemampuan tersebut. Sebagaimana yang

disampaikan diatas bahwa proses belajar dalam rangka pemeberdayaan

masyarakat akan berlangsung secara bertahap.

Agar tercapainya keberdayaan dimasyarakat maka dalam

pemberdayaan masyarakat memiliki, karakteristik, prinsip-prinsip, dan unsur-

unsur dalam pemberdayaan masyarakat, pemaparannya sebagai berikut;

a. Karakteristik Pemberdayaan Masyarakat

Tricahyono (2008) menyatakan bahwa karakteristik pemberdayaan

masyarakat yang meliputi:

1) Terdiri dari suatu kelompok berskala kecil;

2) Adanya pembagian tanggung jawab;

3) Di pimpin oleh para partisan;


4) Terdapatnya perwakilan yang berperan untuk memfasilitasi;

5) Proses yang demokratis dan memiliki keterkaitan kerja yang non

hirarki;

6) Sebagai wujud dari aksi, refleksi dan integrasi; dan

7) Menggunakan metode yang mengarah pada peningkatan

kepercayaan diri; serta

8) Usaha untuk meningkatkan tingkat kemandirian pada masyarakat

dalam hal sosial, politik, maupun ekonomi.

b. Prinsip-prinsip Pemberdayaan kepada Masyarakat

Tricahyono (2008) mengemukakan prinsip-prinsip dalam

pemberdayaan masyarakat meliputi beberapa aspek:

(a) Pelaksanaan pembangunan bersifat lokal

(b) Pelaksanaannya mengarah pada aksi sosial

(c) Menggunakan pola pendekatan organisasi komunitas atau

kemasyarakatan lokal.

(d) Adanya kesetaraan dan kesamaan dalam pembagian kerja.

(e) Menggunakan pendekatan partisipasi, para anggota kelompok

sebagai subyek bukan obyek.

(f) Usaha yang dilakukan untuk kesejahteraan sosial dan keadilan.

c. Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Darwanto (dalam Susmiati, 2008) diketahui bahwa secara

umum unsur pemberdayaan masyarakat sebagai berikut: Pertama, inklusi

dan partisipasi. Inklusi menitikberatkan pada pertanyaan tentang obyek


pemberdayaan, sedangkan partisipasi menitikberatkan tentang cara

pemberdayaan dan peran yang diberikan sebagai bagian dari masyarakat

sasaran. Kedua, akses terhadap informasi. Informasi yang tersampaikan

dengan baik akan memberikan pengaruh kelancaran komunikasi antara

sesama masyarakat dan pemerintah. Informasi meliputi ilmu pengetahuan,

program dan kinerja pemerintah, hak dan kewajiban dalam bermasyarakat,

ketentuan tentang pelayanan umum, perkembangan permintaan dan

penawaran pasar. Ketiga, kapasitas lokal. Kapsasitas organisasi lokal

adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama, mengorganisasikan

perorangan dan kelompok-kelompok yang ada di dalamnya, memobilisasi

sumber-sumber daya yang ada untuk menyelesaikan masalah bersama.

Masyarakat yang organized, lebih mampu membuat suaranya terdengar

dan kebutuhanya terpenuhi. Keempat, profesionalitas pelaku pemberdaya.

Profesionalitas pelaku pemberdaya adalah kemampuan pelaku

pemberdaya, yaitu aparat pemerintah atau LSM, untuk mendengarkan,

memahami, mendampingi dan melakukan tindakan yang diperlakukan

untuk melayani kepentingan masyarakat. Pelaku pemberdayaan juga harus

mampu mempertanggungjawabkan kebijakan dan tindakannya yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan Pendidikan

Nonformal adalah menempatkan masyarakat sebagai subyek dalam

mengembangkan diri. Tujuan akhir pada pemberdayaan masyarakat untuk

mewujudkan masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan


program-program, kemudian masyarakat mampu untuk memperbaiki dan

meningkatkan taraf kehidupanya. Dengan demikian program

pemberdayaan masyarakat diarahkan agar masyarakat tumbuh dan

berkembang menjadi “masyarakat berdaya”, dimana masyarakat tersebut

memiliki kemampuan dalam mengatasi kebutuhan dan masalah yang

dihadapi berdasarkan sumber daya yang dimiliki Dapat disimpulkan

konsep pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan Pendidikan

Nonformal merupakan suatau usaha dalam pendekatan pendidikan yang

bertujuan untuk meningkatkan pengertian dan pengendalian diri terhadap

kehidupan sosial, ekonomi, dan atau politik, sehingga masyarakat mampu

untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Tujuan akhir pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk

memberi daya kepada masyarakat sehingga memperkuat kemampuan

sendiri maupun kelompok dalam mengembangkan masyarakat,

memperkuat potensi dan daya serta mewujudkan kemandirian masyarakat

yang berada di daerah , sehingga melahirkan masyarakat yang

berkembang, memperkuat potensi serta menjadikan masyarakat yang

mandiri. Dengan demikian program pemberdayaan masyarakat yang di

laksanakan pada masyarakat mengacu pada usaha untuk menjadikan

masyarakat lebih berkembang dan berdaya sehingga masyarakat memiliki

kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, kemudian

masyarakat bisa memenuhi semua kebutuhan.


4. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Batik Tulis

Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis merupakan

kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan peningkatan kesejahteraan

masyarakat dalam membantu perekonomian masyarakat berupa pemberian

pelatihan kepada masyarakat dengan mengajarkan serta mempraktekkan

keterampilan membatik yang memiliki nilai jual yang tinggi sehingga dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat. Selama mengikuti pelatihan

membatik masyarakat juga dituntut mampu memproduksi batik yang nantinya

akan dijual dan hasil dari penjualan tersebut akan diberikan kepada peserta

pelatihan. Dengan kata lain, peserta pelatihan juga sekaligus sebagai pengrajin

batik di rumah produksi tersebut.

B. Penelitian Relevan

1. Ilsadul Ilbat (Pendidikan Luar Sekolah, 2018), dalam penelitiannya yang

berjudul “Gambaran Pemberdayaan Masyarakat oleh Komunitas Pemuda

Pambangun Nagari”. Hasil Penelitiannya yakni : (1) pemberdayaan

masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pendampingan

dilakukan dengan sangat baik; (2) dilakukan pemberdayaan masyarakat dalam

kegiatan penguatan sangat baik; dan (3) pemberdayaan masyarakat dalam

kegiatan swadaya masyarakat dilakukan dengan baik. Adapun kesamaan

dalam penelitian ini ialah kesamaan pembahasan mengenai pemberdayaan

masyarakat sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah lokasi dan subjek

penelitian.
2. Johny Urbanus Lesnussa (2019) , dengan judul “ Evaluasi Pemberdayaan

Masyarakat di Negeri Halong Baguala Ambon”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa proses pemberdayaan di daerah ini kurang baik dilihat

dari segi kebutuhan, kesetaraan akses, kesenjangan dan pemenuhan hak

masyarakat. Adapun kesamaan dalam penelitian ini ialah kesamaan

pembahasan mengenai pemberdayaan masyarakat sedangkan perbedaan pada

penelitian ini adalah lokasi dan indikator penelitian.

3. Ika Silviana (2019), dengan judul “ Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pengembangan Produksi Batik di Kampung Batik Pesindon Kota

Pekalongan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemberdayaan di

kampung batik Pesindon dilaksanakan melalui pelatihan-pelatihan membatik,

yang mana diajarkan bagaimana teknik membatik yang benar yaitu dengan

teknik tulis dan pengecapan, (2) dampak pemberdayaan masyarakat ini yaitu

pada peningkatan pendapatan jumlah produksi batik maupun keuntungan yang

diperoleh dari hasil penjualan produksi batik sehingga sedikit mengurangi

persentase pengangguran di kota Pekalongan, (3) faktor pendukung dari

pemberdayaan masyarakat banyak warga yang berminat untuk belajar

membatik selain etos kerja yang tinggi, manajemen yang baik serta adanya

keberanian dari masyarakat untuk berinovasi. Faktor penghambatnya adalah

kurangnya modal untuk memenuhi kebutuhan membatik.


C. Kerangka Berpikir

Pengembangan
(Enabling)

Pemberdayaan
Memperkuat potensi dan
Masyarakat melalui
daya (Empowering)
Pelatihan Batik Tulis

Terciptanya Kemandirian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam bentuk penelitian kuantitatif dengan jenis

deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Yusuf (2016) merupakan penelitian

yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang apa

adanya pada saat penelitian dilakukan. Dengan demikian, penelitian ini akan

menggambarkan apa adanya tentang gambaran pemberdayaan masyarakat

melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Yusuf (2016) menyatakan pengertian populasi ialah sebagai keseluruhan

objek yang nantinya akan diteliti. Populasi dalam solfema (2021) adalah

domain umum yang terdiri dari objek/subjek dengan jumlah dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan peneliti untuk penelitiannya, kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi yang diinginkan ialah seluruh peserta pelatihan batik

tulis tabek yang berjumlah 36 orang dengan ciri-ciri sebagai berikut.

a. Masyarakat yang terdaftar mengikuti program pelatihan batik tulis di

Jorong Tabek 2022/2023

b. Masyarakat yang berdomisili di Jorong Tabek Kabupaten Solok


2. Sampel

Menurut Sudaryono, (2016) sampel ialah perwakilan dari keseluruhan

populasi yang diteliti. Berdasarkan populasi, sampel diperoleh dengan

menggunakan teknik simple random sampling. Penarikan sampel berdasarkan

teknik acak sederhana (simple random sampling) yang mana merupakan

teknik yang keseluruhan anggota populasinya diberikan kesempatan sama

sebagai sampel (Setyosari, 2016). Jika semua orang dalam populasi sama

(homogen), maka metode ini dilakukan (Arikunto,2016). Adapun sampel

dalam penelitian ini diambil sebanyak 75% dari populasi, maka sampel yang

diambil berjumlah 27 orang.

C. Instrumen dan Pengembangannya


Instrumen ialah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian. Teknik pengumpulan data memakai angket. Sedangkan alat

pengumpulan data berupa kuesioner atau daftar pertanyaan. Angket ialah teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis

yang harus dijawab oleh responden (Purwanto, 2018).

D. Pengumpulan Data
Adapun teknik dan alat pengumpulan yang digunakan pada penelitian

iniadalah teknik angket. Arikunto (2015:100) menyatakan bahwa angket

merupakan lembar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain (responden)

dengan maksud agar orang yang diberikan pertanyaan tersebut bersedia

memberi respon yangsesuai pada petunjuk yang ada pada angket. Dengan

menggunakan angket akan diperoleh data mengenai kegiatan pemberdayaan


masyarakat melalui pelatihan batik tulis yang merujuk pada pengembangan,

memperkuat potensi dan daya serta terciptanya kemandirian masyarakat di

Jorong Tabek Kabupaten Solok. Sesuai dengan teknik yang dipakai, maka alat

pengumpulan data yang digunakan adalah daftar pertanyaan/ kuesioner.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan perhitungan

persentase. Penelitian yang menggambarkan suatu fenomena tertentu menurut

Arikunto, (2016) dapat menggunakan data analisis dengan perhitungan

persentase, adapun rumus yang dimaksud yaitu :

f
P= x 100%
N

Keterangan :

P : Persentase hasil yang di dapat

F : Jumlah frekuensi

N : Jumlah responden

Hasil persentase diberikan penafsiran atau dikategorikan derajat

pencapaian seperti berikut:

Sangat Terpenuhi : 81 - 100%

Terpenuhi : 51 - 80%

Kurang Terpenuhi : 31 - 50%

Tidak Terpenuhi : 0 - 30%


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan mengemukakan hasil penelitian danpembahasan

yang terdiri dari, gambaran pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik

tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok, dan pembahasan hasil penelitian. Pada

hasil penelitian akan digambarkan tentang kegiatan pengembangan, penguatan

daya serta potensi dan kemandirian yang dilakukan oleh masyarakat yang

mengikuti pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok

A. Hasil Penelitian

Hasil yang di peroleh pada pelaksanaan penelitian ini mengacu pada

tujuan penelitian yang telah di rumuskan pada bab I yaitu untuk melihat

bagaimanakah gambaran pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis

di Jorong Tabek Kabupaten Solok dalam memberdayakan masyarakat yang

melalui tiga aspek meliputi: 1) kegiatan pengembangan, 2) kegiatan penguatan

daya serta potensi, 3) dan kegiatan menciptakan kemandirian masyarakat, yang

dilakukan dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada 27 orang

masyarakat yang berada di Jorong Tabek, dengan 30 butir pernyataan yang

masing-masing dibagi sesuai dengan aspek-aspek tersebut. untuk lebih jelasnya

maka peneliti akan menggambarkan temuan penelitian secara satu persatu sebagai

berikut.
1. Gambaran kegiatan pengembangan dalam pemberdayaan masyarakat
melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok
Untuk dapat melihat gambaran pengembangan dalam pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok yang

dilakukan kepada masyarakat maka dilakukan penyebaran angket kepada 27

orang masyarakat mengikuti kegiatan membatik yang berada di Jorong Tabek

Kabupaten Solok. Skor tanggapan masyarakat mengenai pengembangan dalam

pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis sebagaimana adanya

diperoleh dengan cara menjumlahkan option yang di pilih oleh masyarakat yang

mengikuti kegiatan membatik di Jorong Tabek.

Data yang didapat dikelompokkan masing-masing berdasarkan kategori

nilai skor dan dihitung persentase. Setelah itu dapat dibuat rangkuman distribusi

frekuensi tanggapan masyarakat terhadap pengembangan dalam pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok.

Keseluruhan item terdiri dari 12 butir dengan 4 alternatif jawaban. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:


Alternatif Jawaban Ket
No Aspek yang Diteliti SL SR KD TP
N
f % f % f % f %
Instruktur mengidentifikasi
1 17 63 7 26 3 11 0 0 27
kebutuhan masyarakat
Melibatkan masyarakat dalam
2 rencana pengadaan kegiatan 20 74.1 6 22.2 1 3.7 0 0 27
membatik
Melaksanakan sosialisasi tentang
3 kegiatan membatik kepada 15 55.6 10 37 2 7.4 0 0 27
masyarakat
Melaksanakan kegiatan membatik
4 19 70.4 5 18.5 3 11.1 0 0 27
dengan metode penerapan langsung
Melaksanakan kegiatan membatik
5 18 66.7 6 22.2 3 11.1 0 0 27
dengan cara berkelompok
Melaksanakan program
6 pendampingan pengembangan 12 44.4 8 29.7 4 14.8 3 11.1 27
kegiatan membatik bagi masyarakat
Menjadikan kegiatan membatik
7 sebagai salah satu paket wisata di 19 70.4 8 29.6 0 0 0 0 27
desa
Menjalin kerjasama dengan pihak
8 15 55.6 11 40.7 1 3.7 0 0 27
lain agar potensi batik tetap terjaga
Memberikan kebebasan kepada
9 setiap orang yang ingin belajar 13 48.1 11 40.8 3 11.1 0 0 27
membatik
Mengadakan pelatihan membatik
10 10 37 13 48.2 2 7.4 2 7.4 27
secara rutin
Melaksanakan pelatihan membatik
11 8 29.6 11 40.8 5 18.5 3 11.1 27
tepat waktu
Melaksanakan pelatihan dengan
12 10 37 7 26 9 33.3 1 3.7 27
terstruktur

Jumlah 176 651.9 103 381.7 36 133.1 9 33.3


Rata-rata 14.7 54.3 8.6 31.8 3.0 11.1 0.8 2.8
Tabel 2. Distribusi frekuensi Gambaran kegiatan pengembangan dalam
pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek
Kabupaten Solok
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa gambaran tentang pengembangan yang

diakukan oleh masyarakat melalui pelatihan membatik di Jorong Tabek

Kabupaten Solok sangat tinggi. Terlihat pada tabel, bahwa masyarakat yang

menjawab selalu adalah 54.3%, masyarakat yang menjawab sering adalah 31.8%,

dan masyarakat yang menjawab kadang-kadang adalah 11.1%, serta tidak pernah

adalah 2.8%.

Berdasarkan persentase jawaban masyarakat membuktikan bahwa kegiatan

Pengembangan yang diakukan melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok berjalan dengan baik. Hal itu terlihat mulai dari

mengidentifikasi kebutuhan, keikutsertaan masyarakat, sosialisasi, keterlibatan

dalam pengelolaan, dan pelatihan serta kegiatan-kegiatan pengembangan

masyarakat sangat tinggi. Selanjutnya, untuk lebih jelas paparan hasil pengolahan

data penelitian pada tabel ini maka, dapat diperoleh diagram berikut ini :

Gambar 1. Histrogram kegiatan pengembangan dalam pemberdayaan


masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok
Dari analisis data pada tabel dan gambar, dapat disimpulkan bahwa

kegiatan pengembangan dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik

tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok dapat dikatakan sangat tinggi, terlihat dari

jumlah responden yang memilih alternatif jawaban selalu dan sering. Dari

jawaban yang diterima oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pengembangan dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di

Jorong Tabek Kabupaten Solok dikatakan sangat baik.

2. Gambaran kegiatan penguatan daya serta potensi dalam pemberdayaan


masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok
Untuk dapat melihat gambaran kegiatan penguatan daya serta potensi

dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok maka dilakukan penyebaran angket kepada 27 orang masyarakat

di Jorong Tabek yang terlibat dalam pelatihan membatik. Hasil yang diperoleh

dari tanggapan masyarakat mengenai kegiatan penguatan daya serta potensi dalam

pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok sebagaimana adanya diperoleh dengan cara menjumlahkan

option yang dipilih oleh masyarakat.

Data yang didapat dikelompokkan masing-masing berdasaarkan kategori

nilai skor dan dihitung persentase. Setelah itu dapat dibuat rangkuman distribusi

frekuensi tanggapan masyarakat terhadap kegiatan penguatan daya serta potensi

dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok. Keseluruhan item terdiri dari 9 butir dengan 4 alternatif

jawaban . Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 3 Distribusi frekuensi kegiatan penguatan daya serta potensi
pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong
Tabek Kabupaten Solok

Alternatif Jawaban Ket


Aspek yang diteliti SL SR KD TP
N
F % F % F % F %
Lokasi pelaksanaan
1 20 74.1 7 25.9 0 0 0 0 27
membatik yang strategis
Waktu pelaksanaan
kegiatan membatik sesuai
2 14 51.8 11 40.8 2 7.4 0 0 27
dengan kesepakatan
bersama
Tersedianya fasilitas
3 9 33.3 11 40.8 7 25.9 0 0 27
membatik yang mendukung
Memberikan arahan kepada
4 masyarakat tentang tujuan 12 44.4 9 33.3 4 14.9 2 7.4 27
kegiatan membatik
Memberikan pengetahuan
peluang usaha kepada
5 masyarakat untuk 15 55.6 8 29.6 3 11.1 1 3.7 27
meningkatkan
perekonomian
Memberikan arahan kepada
6 masyarakat tentang 10 37 12 44.4 5 18.6 0 0 27
pemanfaatan potensi batik
Melibatkan beberapa pihak
dalam proses
7 17 63 10 37 0 0 0 0 27
penyebarluasan produk
hasil membatik
Memberikan kesempatan
peluang usaha kepada
8 22 81.5 5 18.5 0 0 0 0 27
masyarakat yang mengikuti
kegiatan membatik
Memberikan rekomendasi
9 . untuk mengembangkan 13 48.1 10 37 4 14.9 0 0 27
kegiatan membatik
Jumlah 132 488.8 83 307.3 25 92.8 3 11.1

Rata-rata 14.67 54.32 9.22 34.14 2.78 10.31 0.33 1.23


Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa gambaan tentang kegiatan

penguatan daya serta potensi yang dilakukan melalui pelatihan batik tulis di

Jorong Tabek Kabupaten Solok sudah berjalan dengan baik. Terlihat pada tabel,

masyarakat yang menjawab selalu adalah 54,32%, masyarakat yang menjawab

sering adalah 34,14%, dan masyarakat yang menjawab kadang-kadang adalah

10,31% serta masyarakat yang menjawab tidak pernah adalah 1,23%.

Untuk lebih jelasnya gambaran hasil jawaban yang diberikan pada

kegiatan penguatan daya serta potensi dalam pemberdayaan masyarakat dapat

diperhatikan gambar berikut ini :

Gambar 2. Histogram penguatan daya serta potensi dalam pemberdayaan


masyarakat melalui pelatihan batik tulis Jorong Tabek Kabupaten Solok

Dari analisis pada tabel dan gambar, dapat disimpulkan bahwa

masyarakat yang terlibat dalam kegiatan membatik sudah melakukan kegiatan


penguatan daya serta potensi dengan sangat baik sehingga respon masyarakat

atas pemberdayaan yang diberikan sangat positif. Jawaban yang diterima oleh

peneliti menunjukkan bahwa penguatan daya serta potensi yang dilakukan

masyarakat melalui pelatihan batik tulis dapat dikatakan sangat baik dan dapat

meningkatkan kegiatan penguatan daya serta potensi dalam memberdayakan

masyarakat.

3. Gambaran kegiatan kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat


melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok.

Untuk dapat melihat gambaran kegiatan kemandirian yang dilakukan

dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok dilakukan kepada masyarakat yang mengikuti kegiatan

membatik maka dilakukan penyebaran angket kepada 27 orang masyarakat yang

terlibat dalam kegiatan membatik. Skor tanggapan masyarakat mengenai

kegiatan kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat di Jorong Tabek

Kabupaten Solok dengan cara menjumlahkan option yang dipilih oleh

masyarakat.

Data yang didapat dikelompokkan masing-masing berdasarkan kategori

nilai skor dan dihitung persentase. Setelah itu dapat dibuat rangkuman distribusi

frekuensi tanggapan masyarakat terhadap kegiatan kemandirian dalam

pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok. Keseluruhan item terdiri dari 9 butir dengan 4 alternatif

jawaban. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan tabel di bawah ini :


Tabel 4. Distribusi frekuensi gambaran kegiatan kemandirian dalam
pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek
Kabupaten Solok
Alternatif Jawaban
Ket
Aspek yang diteliti
SL SR KD TP
N
F % F % F % F %
Memberikan kebebasan kepada
1 masyarakat untuk berinovasi 15 55.6 10 37 2 7.4 0 0 27
dalam kegiatan membatik
Memberikan kebebasan kepada
2 masyarakat untuk aktif mengikuti 14 51.8 11 40.8 2 7.4 0 0 27
kegiatan membatik
Memberikan kebebasan kepada
3 masyarakat untuk kreatif dalam 15 55.6 10 37 2 7.4 0 0 27
kegiatan membatik
Menjadikan kegiatan membatik
4 sebagai upaya meningkatkan 10 37 12 44.5 5 18.5 0 0 27
keterampilan masyarakat
Menjadikan produk batik sebagai
5 potensi desa yang harus 20 74.1 5 18.5 0 0 2 7.4 27
dikembangkan
Menjadikan kegiatan membatik
6 sebagai upaya memberdayakan 22 81.5 5 18.5 0 0 0 0 27
masyarakat
Menjadikan produk hasil
7 membatik sebagai ladang 10 37 10 37 7 26 0 0 27
pemasukan bagi masyarakat
Melakukan kerja sama dengan
8 pihak lain sehingga produksi 24 88.9 3 11.1 0 0 0 0 27
batik meningkat
Memiliki target yang harus
9 dicapai sebagai upaya 17 63 4 14.8 6 22.2 0 0 27
memberdayakan masyarakat
Jumlah 147 544.5 70 259.2 24 88.9 2 7.4

Rata-rata 16.33 60.50 7.78 28.80 2.67 9.88 0.22 0.82


Dari tabel dapat dijelaskan bahwa gambaran kemandirian masyarakat

dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok sudah berjalan dengan baik. Masyarakat yang menjawab selalu

adalah 60,50%, masyaraat yang menjawab sering adalah 28,80%, dan masyarakat

yang menjawab kadang-kadang adalah 9,88%, serta masyarakat yang menjawab

tidak pernah adalah 0,82%.

Untuk lebih jelasnya gambaran hasil jawaban yang diberikan masyarakat

pada kegiatan kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat dapat perhatikan

gambar berikut ini:

Gambar 3. Histogram penguatan daya serta potensi dalam pemberdayaan


masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok

Dari analisis data pada tabel dan gambar, dapat disimpulkan bahwa

masyarakat Jorong Tabek yang mengikuti pelatihan membatik sudah melakukan

kegiatan kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat dengan sangat baik. Hal

ini terlihat dari respon masyarakat atas pernyataan yang diberikan sangat positif.
Jawaban yag diterima oleh peneliti menunjukkan bahwa kegiatan kemandirian

dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat Jorong Tabek

yang terlibat dalam pelatihan batik tulis sangat baik dan dikatakan dapat

meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

B. Pembahasan

Pada bagian ini dikemukakan pembahasan hasil penelitian tentang

gambaran pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Berikut ini akan

dibahas satu persat yaitu (1) kegiatan pengembangan, (2) kegiatan penguatan daya

serta potensi dan (3) kemandirian.

1. Gambaran kegiatan pengembangan dalam pemberdayaan masyarakat


melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok
Berdasarkan temuan peneliti dan hasil pengolahan data yang terlihat dari

rekapitulasi persentase sebelumnya maka dijelaskan bahwa kegiatan

pengembangan dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di

Jorong Tabek Kabupaten Solok dikategorikan sangat baik. Ini dibuktikan hampir

sebagianbesar warga masyarakat memberikan jawaban positif pada lembaran

pernyataan yang diberikan peneliti. Kegiatan pengembangan dalam pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan melalui pelatihan batik tulis ini berhubungan dengan

aktivitas mengidentifikasi kebutuhan, perencanaan pengelolaan, keikutsertaan

masyarakat dalam kegiatan membatik, melaksanakan program penyuluhan,

melaksanakan pelatihan membatik, melaksanakan program pendampingan dan

mensosialisasikannya serta kegiatan pengembangan lainnya. Secara keseuruhan


tanggapan masyarakat dari segi kegiatan pengembangan yang dilakukan sudah

tergolong sangat baik.

Hakikat pengembangan yang dilakukan merupakan suatu usaha

memberikan pendidikan baik dalam secara formal, informal maupun nonformal

yang dilaksanakan pada keadaan sadar, terarah, terstuktur, terencana, teratur.

Perkembangan yang dilakukan harus bersifat informasional, memberikan dan

memperkenalkan hal baru, membimbing dan mengembangkan suatu dasar

kepribadian, meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang

sesuai dengan bakat dan keinginan. Wiryokusumo dalam Ilbat (2018) menyatakan

bahwa tujuan kegiatan pengembangan yang dilakukan sebagai bekal atas prakarsa

sendiri, untuk mengembangkan, pengetahuan, meningkatkan potensi diri, kearah

terwujudnya suatu kemampuan serta martabat seseorang, yang optimal secara

individu dan lebih mandiri.

Terkait pada pelaksanaan kegiatan pengembangan, Sander dalam Nasdian

(2014) menyatakan bahwa kegiatan pengembangan yang di lakukan dalam

memberdayakan masyarakat dapat dilakukan sebagai proses, metode, program,

gerakan. Kegiatan pengembangan sebagai proses yaitu pengembangan masyarakat

yang bergerak pada tahapan dari suatu kondisi atau keadaan tertentu menuju

tahapan berikutnya, yakni pengembanagan yang mencakup kemajuan dan

perubahan terhadap sesuatu yang telah di miliki masyarakat yang mendorong

masyarakat menjadi berkembang. Selanjutnya sebagai metode yaitu suatu cara

yang dilakukan oleh komunitas untuk mencapai tujuan dengan cara sedemikian

rupa sehingga tujuan yang direncanakan dapat tercapai dengan baik. Sementara itu
yang dimaksud sebagai program yaitu metode pengembangan masyarakat

dinyatakan sebagai suatu gugus prosedur dan isinya sebagai suatu daftar kegiatan.

Terakhir kegiatan pengembangan sebagai gerakan yaitu pengembangan

masyarakat merupakan suatu perjuangan, sehingga ini menjadi suatu alasan yang

membuat orang-orang mengabdi dan terlibat dalam mengembangkan masyarakat.

Kegiatan pengembangan yang dilakukan melalui pelatihan membatik oleh

masyarakat Jorong Tabek Kabupaten Solok sudah tergolong baik, berdasarkan

hasil penelitian bahwa masyarakat yang berada di Jorong Tabek Kabupaten Solok

secara sadar, terencana, teratur dan terarah serta bertanggung jawab

mengembangkan potensi desa yakni dengan meningkatkan kemampuan membatik

dengan memiliki batik khas daerah sendiri sebagai usaha untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat, sehingga masyarakat yang berada di Jorong Tabek

Kabupaten Solok menjadikan masyarakat lebih berdaya.

Sejalan dengan penelitian di atas, Hilman, Yusuf Adam & Nimasari, Elok

Putri (2018) menyatakan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat memberikan

kontribusi positif terhadap kehidupan masyarakat secara ekonomis, psikologis,

sehingga masyarakat menjadi termotivasi dan berdaya. Selanjutnya Rasyad (2014)

menyatakan bahwa pengembangan masyarakat sebagai suatu proses perubahan

yang berhubungan dengan berbagai segi kehidupan masyarakat. Pengembangan

masyarakat merupakan proses perubahan, selain itu juga merupakan suatu kondisi

yang berjalan menuju kondisi yang lebih baik. Proses perubahan mengandung

pemahaman tentang terjadinya pergeseran proporsi partisipasi masyarakat dalam

suatu program pemberdayaan. Mulai dari keterlibatan sebagian kecil masyarakat,


menjadi keterlibatan sebagian besar masyarakat dalam program pengembangan

masyarakat.

Dari pembahasan yang telah dipaparkan, peneliti menyimpulkan bahwa

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui pelatihan batik tulis oleh

masyarakat di Jorong Tabek Kabupaten Solok dalam bentuk kegiatan

pengembangan merupakan satu hal yang dapat meningkatkan daya dan

kemampuan sehingga masyarakat bisa menjadi lebih berdaya.

2. Gambaran kegiatan penguatan daya serta potensi dalam pemberdayaan


masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten
Solok.
Temuan peneliti menunjukkan bahwa kegiatan penguatan daya serta

potensi dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis menurut

masyarakat di Jorong Tabek Kabupaten Solok dikategorikan sudah berjalan

dengan baik. Ini dibuktikan dari jawaban warga masyarakat memilih jawaban

selalu dan sering, masyarakat memberikan tanggapan yang baik terhadap kegiatan

penguatan daya serta potensi dalam pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan penguatan daya serta potensi berhubungan dengan pentingnya

mengembangkan potensi yang dimiliki serta bagaimana mengelola lingkungan

sesuai dengan potensi yang ada di lingkungan objek wisata dan memanfaatkannya

seoptimal mungkin untuk kemajuan pemberdayaan masyarakat itu sendiri demi

berkembangnya potensi wisata bukit teletabis tersebut. Menurut Kartasasmita

dalam Ilbat (2018), memperkuat potensi serta daya yang dimiliki oleh masyarakat

maka diperlukan langkah-langkah lebih positif seperti memberikan pelatihan,

penyuluhan, motivasi. Kemudian penguatan daya serta potensi juga memerlukan


langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta

sebagai pembukaan akses ke dalam berbagai peluang usaha yang akan menjadikan

masyarakat lebih berdaya.

Sejalan dengan itu, dalam penguatan daya dan potensi rangka

memberdayakan masyarakat ada beberapa usaha perlu dilakukan. Pertama,

meningkatkan kesadaran pada posisi kritis terhadap struktur sosial yang terjadi di

masyarakat, hal ini berangkat dari struktur sosial yang berada pada masyarakat

setempat. Kedua, menimbulkan kesadaran kritis di masyarakat diharapkan bisa

mengemukakan argumen pada kondisi sosial yang terjadi di masyarakat. Ketiga,

peningkatan kemampuan dan kapasitas pada masyarakat. Keempat, pemberdayaan

masyarakat juga mengkiatkan atas penguatan daya serta potensi yang dimiliki

masyarakat seperti nilai-nilai yang ada pada tradisi tradisi budaya masyarakat

seperti, potensi alam, potensi budaya dan tradisi gotong royong yang dapat di

pandang sebagai modal sosial dalam mewujudkan perkembangan dan kemajuan di

masyarakat (Suyanto, 2003).

Kegiatan penguatan daya serta potensi pada pengembangan masyarakat

yang ada di Jorong Tabek telah di kategorikan sangat baik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa masyarakat telah memiliki daya dalam memgembangkan

potensi lingkungan yang ada di masyarakat sehingga memberikan dampak baik

terhadap perkembangan masyarakat yang berada di Jorong Tabek Kabupaten

Solok. Sejalan dengan ini, Nasdian (2015) menyatakan tujuan pemberdayaan

masyarakat merupakan usaha dalam menciptakan peran serta masyarakat menjadi

lebih aktiif dan kreatif dalam pemanfaatan potensi serta peningkatan daya
masyarakat, sehingga masyarakat menjadi lebih berdaya dan mampu

mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Dari pembahasan yang dipaparkan, disimpulkan bahwa penguatan daya

serta potensi yang dilakukan melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok merupakan satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk

dapat meningkatkan kemajuan serta terbentuknya masyarakat yang memiliki

potensi yang baik dan memiliki daya yang bisa dikembangkan.

3. Gambaran kegiatan kemandirian dalam pemberdayaan masarakat


melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok

Berdasarkan temuan peneliti dan hasil pengolahan data yang terlihat dari

rekapitulasi persentase sebelumnya maka dijelaskan bahwa kegiatan kemandirian

dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok di kategorikan sangat tinggi. Ini dibuktikan hampir sebagian

besar warga masyarakat memberikan jawaban positif pada lembaran pernyataan

yang diberikan peneliti.

Kegiatan kemandirian yang dilakukan melalui pelatihan batik tulis di

Jorong Tabek Kabupaten Solok dalam pemberdayaan masyarakat berhubungan

dengan peranan komunitas memotivasi, mengarahkan dan memberikan

pengetahuan kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan melalui program–

program seperti memberikan pelatihan dan penyuluhan serta memberikan arahan

dan cara pemanfaatkan sumber daya alam untuk membuka usaha. Pada akhirnya

kegiatan yang dilakukan bertujuan agar masyarakat bisa membuka peluang usaha

sendiri di daerah Jorong Tabek Kabupaten Solok tersebut.


Menurut Ambar Teguh (2004) Kegiatan kemandirian masyarakat

merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh

kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang

dipandang tepat demi mecapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi

dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif,

konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya dan potensi yang

dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut

Lebih lanjut Ambar Teguh (2004) merekomendasikan tahap-tahap dalam

mencapai kemandirian. Pertama. tahap penyadaran dan pembentukan perilaku

menuju perilaku sadar hingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

Kedua, tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,

kecakapanketerampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan

dasar sehingga dapat mengambil peran didalam pembangunan. Ketiga, tahap

peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan sehingga

terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada

kemandirian.

Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan secara umum dapat dikatakan telah

memberikan dampak yang baik terhadap kemandirian masyarakat yang berada di

Jorong Tabek Kabupaten Solok. Hasil penelitian menunjukkan kemandirian

masyarakat di bidang ekonomi, sosial dan budaya dalam aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik berada dalam kategori yang baik. Hal ini berarti bahwa

masyarakat menjadi lebih tau dan mau serta mampu melaksanakan berbagai hal

yang positif terkait mengembangkan potensi dan melestarikan kawasan serta


potensi lingkungan yang dimiliki oleh masyarakat untuk meningkatkan

pengembangan serta terbentuknya masyarakat yang berdaya. Rasyad (2014)

menyatakan bahwa kemandirian masyarakat terbentuk sebagai suatu hasil usaha

yang dilakukan secara intensif yang ditujukan untuk lahirnya suatu kesadaran

dalam diri masyarakat, sehingga berdampak terhadap tumbuhnya minat,

terbentuknya sikap, dan terbangunnya niat masyarakat untuk meningkatkan taraf

hidupnya. Usaha yang dilakukan dalam penumbuhan kemandirian masyarakat

dimulai dari tahap pemberian informasi dan inovasi baru yang tepat pada

lingkungan serta potensi diri yang telah dimiliki oleh masyarakat.

Kemandirian pada masyarakat yang dilakukan melalui pelatihan batik tulis

di Jorong Tabek Kabupaten Sook merupakan satu hal yang dilakukan untuk dapat

mejadikan masyarakat berdaya, serta memiliki kemandirian dalam meningkatkan

kecakapan dan taraf hidupnya. Sejalan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan, peneliti menemukan bahwa bentuk dari Pemberdayaan masyarakat

yang dilakukan sudah tergolong berhasil. Hal ini di tunjukkan bahwa

terealisasikannya keamanan, ketertiban, peningkatan taraf hidup, keterbukaan

terhadap sesuatu yang baru,, keramahtamahan dan kenangan, masyarakat Jorong

Tabek Kabupaten Solok telah memanfaatkan lingkungan dan potensi yang ada di

sekitar menjadi rumah produksibatik serta tempat perkumpulan masyarakat

melakukan kegiatan membatik, kemudian sudah terealisaainya beberapa fasilitas

umum bagi pendatang karena kegiatan membatik ini juga dijadikan sebagai paket

wisata di Jorong Tabek kabupaten Solok yang dikelola oleh masyarakat dan
terbukanya peluang usaha bagi masyarakat sehingga dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat.

Dengan demikian masyarakat Jorong Tabek Kabupaten Solok telah

mampu mengikuti pelatihan membatik dengan baik dan menjalankan programnya

dengan baik sehingga masyarakat di Jorong Tabek Kabupaten Solok telah

memiliki kemampuan untuk berkembang dan memiliki daya dalam meningkatkan

taraf hidupnya.

4. Rekap gambaran pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik


tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok dilihat dari segi pengembangan,
penguatan daya serta potensi dan kemandirian

Untuk dapat melihat gambaran pemberdayaan masyarakat melalui

pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok dilihat dari segi

pengembangan, penguatan daya serta potensi dan kemandirian yang dilakukan

kepada masyarakat maka dilakukan penyebaran angket kepada 27 orang

masyarakat mengikuti kegiatan membatik yang berada di Jorong Tabek

Kabupaten Solok. Skor tanggapan masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat

melalui pelatihan batik tulis sebagaimana adanya diperoleh dengan cara

menjumlahkan option yang di pilih oleh masyarakat yang mengikuti kegiatan

membatik di Jorong Tabek.

Data yang didapat dikelompokkan masing-masing berdasarkan kategori

nilai skor dan dihitung persentase. Setelah itu dapat dibuat rangkuman distribusi

frekuensi tanggapan masyarakat terhadap pengembangan dalam pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok.


Total keseluruhan rekapan item terdiri dari 30 butir dengan 4 alternatif jawaban.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Distribusi frekuensi kegiatan pengembangan, penguatan daya


serta potensi dan kemandirian pemberdayaan masyarakat melalui
pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok
Alternatif Jawaban
No Sub Variabel SL SR KD TP Ket
F % F % F % F % N

1 Pengembangan 176 651.9 103 381.7 36 133.1 9 33.3 27

Penguatan daya
2 132 488.8 83 307.3 25 92.8 3 11.1 27
serta potensi

3 Kemandirian 147 544.5 70 259.2 24 88.9 2 7.4 27


45 948. 314.
Jumlah 1685.2 256 85 14 51.8
5 2 8
Rata-rata 56.2% 31.6% 10.5% 1.7%

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa gambaran pengembangan, penguatan

daya serta potensi, dan kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat melalui

pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten Solok sudah berjalan dengan

baik. Masyarakat yang menjawab selalu adalah 56,2%, masyarakat yang

menjawab sering adalah 31,6%, dan masyarakat yang menjawab kadang-kadang

adalah 10,5%, serta masyarakat yang menjawab tidak pernah adalah 1,7%.

Untuk lebih jelasnya gambaran hasil jawaban yang diberikan masyarakat

pada kegiatan pengembangan, penguatan daya serta potensi, dan kemandirian

dalam pemberdayaan masyarakat dapat perhatikan gambar berikut ini:


Gambar 4. Histogram pengembangan, penguatan daya serta potensi dan
kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan batik tulis di
Jorong Tabek Kabupaten Solok

Dari analisis data pada tabel dan gambar, dapat disimpulkan bahwa

masyarakat Jorong Tabek yang mengikuti pelatihan membatik sudah melakukan

kegiatan pengembangan, penguatan potensi serta daya dan kemandirian dalam

pemberdayaan masyarakat dengan sangat baik. Hal ini terlihat dari respon

masyarakat atas pernyataan yang diberikan sangat positif. Jawaban yag diterima

oleh peneliti menunjukkan bahwa kegiatan pengembangan, penguatan potensi

serta daya dan kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh

masyarakat Jorong Tabek yang terlibat dalam pelatihan batik tulis sangat baik dan

dikatakan dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan peneliti dan pembahasan tentang

gambaran pemberdayaan masyarakat2melalui pelatihan batik tulis di

Jorong Tabek Kabupaten Solok maka dapat disimpulkan.

1. Kegiatan pengembangan yang lakukan dalam pemberdayaan

masyarakat masyarakat2melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek

Kabupaten Solok sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari

banyaknya masyarakat memberikan jawaban dan tanggapan baik

tentang kegiatan pengembangan untuk meningkatkan pemberdayaan

masyarakat yang berada di Jorong Tabek

2. Kegiatan penguatan daya serta potensi yang lakukan dalam

pemberdayaan masyarakat masyarakat2melalui pelatihan batik tulis di

Jorong Tabek Kabupaten Solok sudah berjalan dengan baik. Hal ini

terlihat dari banyaknya masyarakat memberikan jawaban dan

tanggapan yang tinggi tentang penguatan daya serta potensi untuk

meningkatkan pemberdayaan masyarakat di Jorong Tabek.

3. Kegiatan kemandirian yang lakukan dalam pemberdayaan masyarakat

masyarakat2melalui pelatihan batik tulis di Jorong Tabek Kabupaten

Solok sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari banyaknya

masyarakat memberikan jawaban dan tanggapan yang tinggi tentang


kemandirian untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat di Jorong

Tabek.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah disimpulkan, maka

peneliti memberiakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada masyarakat Jorong Tabek Kabupaten Solok

khususnya masyarakat yang terlibat dalam kegiatan membatik untuk

bisa mempertahankan dan meningkatkan kegiatan pemberdayaan

masyarakat agar objek wisata bukit teletabis dapat dikelola dan

berkembang dengan baik, sehingga memberikan dampak yang baik

terhadap perekonomian masyarakat.

2. Diharapkan kepada masyarakat agar bisa menjaga kelestarian dan

mempertahankan potensi Jorong Tabek baik dalam pengelolaan

maupun pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Jorong Tabek

Kabupaten Solok.

Anda mungkin juga menyukai