Anda di halaman 1dari 55

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian pendidikan kewarganegaraan

Secara bahasa, istilah “Civic Education” diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan menjadi Pendidikan

Kewarganegaraan. Istilah “Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh Azra dan

Tim ICCE (Indonesia Center for Civic Education) dari Universitas Islam

Negri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di

perguruan tinggi. Penggunaan istilah ” Pendidikan Kewarganegaraan”

diwakili oleh Winaputa dkk dari Tim CICED (Center Indonesia for Civic

Education), Tim ICCE (2005:6)

Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2004:4),

mengemukakan bahwa Citizenship education or civics education di

definisikan sebagai berikut:

Citizenship or civics education is construed broadly to encompass


the preparation of young people for their roles and responsibilities
as citizens and, in particular, the role of education (trough schooling,
teaching, and learning ) in that preparatory process.

Berdasarkan definisi tersebut dapat di jelaskan bahwa pendidikan

kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan

generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawab sebagai

warganegara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya

persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warganegara

tersebut. Cogan (1999:4) mengartikan civic education sebagai “ the

11

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


12

foundational course work in the school designed to prepare young citizens for

an active role in their adult lives”,maksudnya adalah suatu mata pelajaran

dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda,

agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat.Menurut

Zamroni ( Tim ICCE, 2005: 7) pengertian pendidikan kewarganegaraaan

adalah:

“Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan


warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui
aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa
demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling
menjamin hak-hak warga masyarakat”. Diharapakan dapat
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki
komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Rebuplik Indonesia. Hakekat NKRI adalah negara
kebangsaan modern”.

Sementara itu, PKn di Indonesia dapat diharapkan mempersiapkan

peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan

konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hakikat Negara Kesatuan Republik indonesia adalah negara kesatuan modern.

Negara kebangsaan adalah negara yang pembentuknya didasarkan pada

pembentukan semangat kebangsaan dan nasionalisme yaitu pada tekad suatu

masyarakt untuk membangun masa depan bersama dibawah satu negara yang

sama.walaupun warga masyarakaat itu berbeda-beda agama, ras, etnik, atau

golongannya.

Pendidikan Kewarganegaraan dijelaskan dalam Depdiknas

(2006:49), Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang

mefokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


13

melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia

yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD

1945. Lebih lanjut Somantri (2001: 154) menyatakan bahwa:

“PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan


pengetahuan dan kemampuan dasaryang berkenan dengan hubungan
antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela
negara menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara”.

Menurut Branson (fajar 1999:4) civic education dalam demokrasi

adalah pendidikan untuk mengembangkan dan memperkuat dalam

pemerintahan otonom (self goverman). Pemerintah otonom demokratis berarti

bahwa negara aktif terlibat dalam pemerintahannya sendiri mereka tidak hanya

menerima dikte orang lain dengan pengembangan PKn, antara lain.Beberapa

unsur yang terkait dengan pengembangan PKn antara lain (Somantri,

2001:158) :

1) Hubungan pengetahuan interseptif dengan pengembangan


ekstraseptif atau antara agama dengan ilmu.
2) Kebudayaan Indonesia dan tujuan pendidikan nasional.
3) Disiplin ilmu atau pendidikan, terutama psikologi pendidikan.
4) Displin ilmu-ilmu sosial, khususnya “ide fundamental” ilmu
kewarganegraaan.
5) Dokumen negara, khususnya Pancasila, UUD 1945 dan
perundangan negara serta sejarah perjuangan bangsa.
6) Kegiatan dasar manusia.
7) Pengertian pendidikan IPS.

Sehubungna dengan itu, PKn sebagai salah satu tujuan pendidikan

IPS yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara

yang baik dan patriotik, maka batasan pengertian PKn dapat dirumuskan

sebagai berikut (Somantri, 2001:159):

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


14

“Pendidikan Kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari


disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan
kegiatan dasar manusia, yang diorganisasikan dan disajikan secara
psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuan
pendidikan IPS”.

Beberapa faktor yang lebih menjelaskan mengenai pendidikan

kewarganegraaan antara lain (Somantri, 2001: 161):

1) PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS,


yaitu bahan pendidikan diorganisasikan secara terpadu dari
berbagai disiplin ilmu sosial. Humaniora, dokumen negara,
terutama pancasila, UUD 1945, GBHN, dan perundangan negara,
dengan tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga negara
dan bahan pendidikan yang berkenan dengan bela negar.
2) Pkn adalah seleksi dan adaptasi dari berbagai displin ilmu sosial,
humaniora, pancasila, UUD 1945 dan dokumen negara lainnya
yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan.
3) PKn dikembangkan secara ilmiah dan psikologis baik untuk
tingkat jurusan PMPKN FPIPS maupun dikembangkan untuk
tingkat pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi.
4) Dalam mengembangkan dan melaksnakan PKn, kita harus
berfikir secara integratif, yaitu kesatuan yang utuh dari hubungan
antara hubungan pengetahuan intraseptif (agama, nilai-nilai)
dengan pengetahuan ekstaseptif (ilmu), kebudayaan Indonesia,
tujuan pendidikan nasional, pancasila, UUD 1945, GBHN, filsafat
pendidikan, psikologi pendidikan, pengembangan kurikulum
disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, kemudian dibuat
program pendidikannya yang terdiri atas unsur: (i) tujuan
pendidikan, (ii) bahan pendidikan, (iii) metode pendidiken, (iv)
evaluasi.
5) PKn menitikberatkan pada kemampuan ketrampilan berpikir aktif
warga negara, terutama generasi muda, dalam
mengintemalisasikan nilai-nilai warga negara yang baik (good
citizen) dalam suasana demokratis dalam berbagai masalah
kemasyarakatan (civic affairs).
6) Dalam keputusan asing PKn sering disebut civic education, yang
salah satu batasnya ialah “seluruh kegiatan sekolah, rumah, dan
masyarakat yang dapat menumbuhkan demokrasi”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa betapa pentingnya PKn untuk

siswa sebagai generasi penerus, karena PKn menggiring untuk menjadikan

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


15

siswa sadar akan politik, sikap demokratis dan sebagai mata pelajaran yang

wajib dibelajarkan di sekolah.

PKn sebagai pendidikan nilai dapat membantu para siswa membantu

siswa memilih sistem nilai yang dipilihnya dan mengembangkan aspek afektif

yang akan ditampilkan dalam perilakunya. Seperti yang diungkapkan Suwarna

Al-Muctar dalam hand out Strategi Belajar Mengajar (2001:33),

mengemukakan bahwa:

“Pendidikan nilai bertujuan untuk membantu perilaku peserta didik


menumbuhkan dan memperkuat sistem nilai dipilihnya untuk
dijadikan pengembangan sikap (afektif) oleh karena itu berbeda
dengan belajar mengajar dengan pendidikan kognitif atau psikomotor.
pendidikan nilai secara formal di Indonesia diberikan pada mata
pelajaran PPKn yang merupakn pendiidkan nilai pancasila agar dapat
menjadi kepribadian yang fungsional”.

1. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Branson (1997:7) tujuan Civic Education adalah partisipasi

yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan

masyarakat baik tingkat lokal, negara, dan nasional. Tujuan pembelajaran PKn

dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai

berikut:

1) Berpikir kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak
secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3) Berkembanga secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia
secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


16

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajaran PKn secara

umum mempersiapkan generasi bangsa yang unggul dan berkepribadian, baik

dalam lingkungan lokal, regional, maupun global. Sedangkan Tujuan PKn

menurut Djahiri (1994/1995:10) adalah sebagai berikut

1) Secara umum tujuan PKn ajeg dalam mendukung keberhasilan


pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu :” Mencerdaskan
kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia yang
seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki
kemampuan pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab masyarakat dan kebangsaan”.
2) Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang
diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu prilaku
yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan YME dalam
masyarakat yang terdiri dari golongan agama, prilaku yang
bersifat, kemanusiaan yang adil dan beradap, prilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan
bersama diatas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga
perbedaan dan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi
melalui musyawarah mufakat, serta prilaku yang mendukung
upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat
Indonesia.

Berdasarkan tujuan PKn yang telah dikemukakan di atas, di

asumsikan pada hakekatnya setiap tujuan membekali kemampuan –

kemampuan kepada peserta didik dalam hal tanggung jawabnaya sebagai

warga negara, yaitu warga negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

YME berpikir kritis, rasional dan keratif, berpartisipasi dalam kegiatan

masyarakat, berbangsa dan bernegara membentuk diri berdasarkan karakter-

karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain.

Sedangkan menurut Sapriya (2000), tujuan pendidikan

kewarganegaraan adalah :

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


17

“Partisipasi yang penuh nalar dan bertanggung jawab dalam


kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan
prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi
warga negara yang efektif pengetahuan dan keterampilan intelektual
serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan
bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut untuk
dikembangkan disposisi atau watak-watak tertentu yang
meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses
politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta
perbaikan masyarakat”.

Sedangkan tujuan umum pelajaran PKn ialah mendidik warga negara

agara menjadi warga negara yang baik, yang dapat di lukiskan “ warga negara

yang patiotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis

pancasila sejati” (Somantri, 2001:279). Fungsi dari pelajaran PKn adalah

sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan

merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan

amanat Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945.

Upaya agar tujuan PKn tersebut tidak hanya bertahan sebagai slogan

saja, maka harus dirinci menjadi tujuan kurikuler (Somantri, 1975:30 ), yang

meliputi:

1) Ilmu pengetahuan, meliputi hirarki: fakta, konsep dan generalisasi


teori
2) Keterampilan intelektual
3) Sikap:nilai, kepekaan dan perasaan. Tujuan PKn banyak
mengandung soal-soal efektif, karena itu tujuan PKn yang seperti
slogan harus dijabarkan.
4) Keterampilan sosial: tujuan umum PKn harus bisa di jabarkan
dalam ketermpilan sosial yaitu keterampilan yang dapat
memberikan kemungkinan kepada siswa untuk secra terampil
dapat melakukan dan bersikap cerdas serta bersahabat dalam
pergaulan kehidupan sehari-hari, Dufty (Nauman Somantri,
1975:30 ). Mengkerangkakan agar kita memperoleh bimbingan
dalam merumuskan(a) konsep dasar, generalisasi, konsep atau

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


18

topik PKn: (b) tujuan instruksionsal, (c) konstruksi tes beserta


penilaiannya.

Secara umum, menurut Bunyamin M dan Sapriya (2005:30) bahwa :

“Tujuan negara mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan


agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik ( to be
good citizens ) yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (
civics intelegence ) baik intelektual, emosional, sosial, maupun
spiritual: memiliki rasa bangga dan tanggung jawab ( civics
responsibility ) dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PKn sebagai

program pengajaran yang tidak hanya sosok programan pola KBM yang

mengaju pada aspek kognitif saja, melainkan secara utuh dan menyeluruh

yakni mencakup aspek afektif dan psikomotor. Selain aspek-aspek tersebut

PKn juga mengembangkan pendidikan nilai.

a. Konteks Kelahiran dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan di


Indonesia.

Istilah pendidikan kewarganegaraan di Indonesia mengaami

perkembangan dan perubahan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan

pendidikan kewarganegaraan yang lebih dikenal dengan nama civic

education di USA menunjukan adanya perluasan dari waktu ke

waktu.Secara historis pertumbuhan Civic Education dapat digambarkan

sebagai berikut (Sumantri, 1975:31):

1) Civics (1790)
2) Community Civics (1970, A.W.Dunn)
3) Civic Education (1901, Harold Wilson)
4) Civic-citizenship Education (1945, John mahoney)
5) Civic-citizenship Education (1971, NCSS)

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


19

Pelajaran Civic mulai diperkenalkan pada tahun, 1790 di

Amerika Serikat dalam rangka “meng-Amerikakan “ bangsa amerika

terkenal dengan “Teory of Amercanization” penerbit majalah “The

Citizen” dan “Civic” pada tahun 1886, Henry Randall Waite

merumuskan Civic dengan “the science of citizenship the relation of man,

the individual, to man in organized collection-the individual in the

relation to the state, Creshore, Education”(Somantri, 1975:31).

Penjelasan mengenai Civic mempunyai kesamaan yang sama

yaitu membahas mengenai “goverman” hak dan kewajiban sebagai

warga negara. Akan tetapi, arti Civic dalam perkembangan selanjutnya

bukan hanya meliputi “goverman” saja, kemudian dikenal dengan istilah

Community Civics, Ekonomic Civics, dan Vocational Civics.

Gerakan “Community Civics” pada tahun 1970 dipelopori oleh

W.A Dunn adalah untuk menghadapkan pelajar pada lingkungan atau

kehidupan sehari-hari dalam hubungnnya dengan ruang lingkup lokal,

nasional maupun internasional. Gerakan “Community Civics” disebabkan

pula karena pelajaran civics pada waktu itu hanya mempelajari konstitusi

dan pemerintah saja, akan tetapi kurang memperhatikan lingkungan

sosial.Selain gerakan Community civics, timbul pula gerakan civic

education atau banyak disebut pula sebagai Citizenship Education.

Ruang lingkup Civics Education (Somantri, 1975:33), antara lain:

1) Civic Education meliputi seluruh program dari sekolah.


2) Civics Education meliputi berbagai macam kegiatan belajar
mengajar, yang dapat menumbuhkan hidup dan tingkah laku yang
lebih baik dalam masyarakat demokratis.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


20

3) Dalam Civic Education termasuk pul hal-hal yang menyangkut,


pengalaman, kepentingan masyarakaat, pribadi dan syarat-syarat
obyektif hidup bernegara.

NCSS (Somantri, 1975:33 ) merumuskan mengenai Citizenship

Education sebagai berikut:

“Citizenship Education is aproses comprising all the


positive influences which are intended to shape a citizhen view to
his role in society. It comes partly from formal schooling, partly
from parental influences and partly from learning outside the
classroom and the home. Trough Citizhenshhip Education, our
youth are helped to gain an understanding of our national ideas,
the common good, and the prosess of the self goverman”.
Berdasarkan defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan cakupan

PKn lebih luas, karena bahannya selain mencakup program sekolah juga

meliputi pengaruh belajar diluar kelas, dan pendidikan di rumah.

Selanjutnya PKn digunakan untuk membantu generasi muda memperoleh

pemahamn cita-cita nasional/tujuan negara dan dapat mengambil

keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan

masalah pribadi, masyarakat dan negara. Unsur-unsur civiv education

yang dapat menjadi acuan bagi para pelajar, antara lain: mengetahui,

memahami dan mengapresiasikan cita-cita nasional; dan dapat membuat

keputusan-keputusan yang cerdas.Kuhn (Winataputra dan Budimansyah,

2007:71) menyatakan bahwa perkembangan istilah Civics Education di

Indonesia terjadi pada tahun:

1) Kewarganegaraan (1957), membahas cara memperoleh dan


kehilangan kewarganegaran.
2) Civics (1962), tampil dalam bentuk indoktrinasi politik.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


21

3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968) sebagai unsur dari pendidikan


kewargaan negara yang bernuansa pendidikan ilmu pengetahuan
sosial.
4) Pendidikan Kewargaan Negara (1960) tampil dalam bentuk
pengajaran konstitusi dan ketetapan MPRS.
5) Pendidikan Kewargaan Negara (1973) yang diidentikan dengan
pengajaran IPS.
6) Pendidikan moral pancasila (1975 dan 1984) tampil menggantikan
PKN dengan isi pembahasan P4.
7) Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (1994) sebagai
penggabungan bahan kajian pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang tampil dalam bentuk pengajaran konsep nilai
yang disaripatikan dari pancasila dan P4.

b. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

Karakteristik merupakan suatu ciri khas yang menunjukan adanya

perbedaan dengan lainnya, begitu pula pelajaran pendidikan

kewarganegaran yang memiliki karakteristik yang membedakan dengan

mata pelajaran yang lainnya yang di ajarakan di sekolahan pada umumnya.

Adapun karakteristik pendidikan kewarganegaraan menurut Branson,

(1999:4) materi pendidikan kewarganegaraan harus mencakup tiga

komponen, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic

Skill (kecakapan kewarganegaraan) dan Civic Disposition (watak-watak

kewarganegaraan). Komponen pertama Civic Knowledge “berkaitan

dengan kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh

warganegara”(Branson, 1999:8). Aspek ini menyangkut kemampuan

akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep

politik, hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran pendiidkan

kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


22

Keduan, Civic Skill meliputi keterampilan intektual (intelectual

skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual

adalah keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, misal

merancang dialog dengan DPRD. Contoh keterampilan berpartisipasi

adalah keterampilan menggunakan hak dan kewajiban dibidang hukum,

misalnya segera melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang

diketahui.

Ketiga, Civic Dispossition (watak-watak kewarganegaraan)

merupakan dimensi yang paling subtantif dan esensial dalam mata

pelajaran PKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang

sebagai”muara” dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan

memperhatikan visi, misi, dan tujuan mata pelajaran PKn, karakteristik

mata pelajaran ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak,

karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.

Berdasarkan rumusan PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan antara lain menyatakan antara lain menyatakan

bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, pada jenjang pendidikan

menengah, terdiri atas lima kelompok mata pelajaran. PKn termasuk

dalam kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk peningkatkan kesadaran

dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibanya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


23

kualitasnya dirinya sebagai manusia. Didalam UU Nomor 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan

kewarganegaraan wajib dimasukkan didalam kurikulum pendidikan

kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Dalam penjelasan pasal 37

Ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdinas, menyatakan bahwa

pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta

didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

c. Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

Persekolahan

Kurikulum sebagai salah satu subtansi pendidikan perlu

didisentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaan

yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, sarana dan prasarana

sekolah. Dengan demikian, sekolah memiliki kewenangan untuk

merancang dan menentukan materi ajar, pengalaman belajar, dan penilaian

hasil belajar.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) adalah kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan dijelaskan:

1) Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang


sederajat menekankan pentingnya kemampuan membaca, dan menulis,
kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi ( pasal 6 Ayat
6)
2) Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan
di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/kota yang

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


24

bertanggung jawab terhadap pendidikan untuk


TK/SD/SMP/SMA/SMK, serta Departemen yang menangani urusan
pemerintah di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK (Pasal
17 ayat 2 )
3) Perencanaan pembelajaran meliputti silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar ( Pasal 20 ).
Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran

termasuk dalam pembelajaran PKn. Ruang lingkup mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut

(Depdiknas, 2006:49) :

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam


perbedaan, Cinta lingkungan, Kebangsaan sebagai bangsa Indonesia,
Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Ketrbukaan dan Jaminan Keadilan.
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku dalam
bermasyarakat, Peraturan-Peraturan daerah, Norama-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan
nasional, Hukum dan peradilan internasional.
3) Hak asasi manusia meliputi : Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga negara
5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi Kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan pemerintahan
kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat,
Demokrasi dan madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat
dmokrasi.
7) Pancasila meliputi: Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
idiologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


25

8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri


Indonesia era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional
dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

2. Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Djahiri (1995/1996: 28) dalam bukunya Strategi Pengajaran Afektif

Nilai Moral VCT dan Games dalam VCT, bahwa metode merupakan

kumpulan sejumlah teknik. Terdapat dua motto dalam pembelajaran PKn

yang dikemukakan Djahiri (1985: 36), antara lain sebagi berikut:

a. Ceramah

Pada umumnya metode pembelajaran memerlukan ceramah,

sehingga tidak benar pernyataan bahwa metode ini jelek dan harus

dibuang. Akn tetapi, yang harus dihindari adalah penggunaan metode

ceramah selama satu jam pelajaran penuh terus menerus dengan memakai

pola ceramah murni yang naratif, monoton dan bersifat normatif

imperatif.

Beberapa kegunaan dari metode ceramah, antara lain:

1) Setiap orang memiliki potensi dan kemahiran untuk cerama (lepas

dari benar-salah)

2) Merupakan kiprah umum bahkan “membudaya” dikalangan

perguruan/sekolah

3) Bersifat praktis, mudah, murah dan cepat menyampaikan subtensi

sehingga target waktu bisa dikejar.

4) Mampu menyelaraskan ketimpangan waktu dan banyaknya bahan

5) Tidak dapat membutuhkan persiapan pengembangan media

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


26

6) Mampu mengungkap dan mengklarifikasikan isis atau pesan dalam

bahasa yang komunikatif dan cepat. Hampir semua hal dapat

diungkap secara verbal

7) Mampu menguasai kelas dalam ukuran bagai manapun juga

8) Bila ada kekeliruan bisa segera diperbaiki

9) Sejumlah hasil pengiring yang dapat dihasilkan dari metode ini

adalah:

a) Melatih daya tangkap dan analitis ucapan orang lain

b) Latihan soal untuk tatap muka dan etika dengan dan bicara

10) Mampu mengangkat hal yang tidak ada dalam buku atau belum

diungkap sumber atau pihak lain.

Kelebihan metode ceramah menurut Taniredja dkk (2011: 45)

adalah:

1) Cepat untuk menyampaikan informasi.

2) Dapat menyampaikan informasi dalam jumlah banyak dengan waktu

singkat kepada sejumlah besar pendengar (Taniredja dkk, 2011: 45)

Kelemahan metode ceramah antara lain:

1) Bisa menimbulkan pembelajaran yang tidak sistematis.

2) Karena adanya keterbatasan daya dengar manusia, maka dapat

menyebabkan pembelajaran yang melelahkan, membosankan dan

mengantuk.

3) “melanggar” kemampuan daya ajar manusia, karena tidak semua

siswa mampu menyimak dan menangkap „pesan lisan‟ serta

menulisnya dengan cepat.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


27

4) Kecepatan dan intonasi suara guru yang tidak teratur menybabkan

hilangnya kesempatan siswa untuk berpikir, bereaksi dan

berekspresi.

5) Ceramah murni yang menyamaratakan semua siswa adalah salah

satu penyabab lahirnya ketimpangan daya serap siswa.

b. Ekspositorik

„Ekpositorik‟ berasal dari kata „ekspose‟ yang berarti menunjukan,

memperagakan dan atau memperlihatkan. Metode belajar ekspositorik

adalah metode belajar yang memperagakan sesuatu untuk menciptakan

KBM dan khususnya KBS yang terarah dan terkendali menuju target

sasaran guru atau pengajar.

c. Metode pengajaran konsep

Sebelum menggunakan metode pengajaran kosep, seorang

pengajar terlebih dahulu harus memahami pengertian data dan fakta.

Djahiri (1995/1996: 44), bahwa:

1) Data adalah realita yang ada, kejadian atau hal baik fisik-non fisik,

mareriil dan personal-kondisional.

2) Fakta adalah sejumlah data yang memiliki keterkaitan menunjuk

kepada suatu kosep.

3) Konsep adalah label/nama/istilah yang merupakan rangkaian

sejumlah fakta menuju suatu pengertian/makna isi-pesan dan atau

fungsi peran atau harga/nilai. Jadi, konsep merupakan suatu yang

memiliki ciri esensil tertentu.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


28

d. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab ini memiliki kadar CBSA yang tinggi, karena

pertanyaan akan menggugah dan mengundang potensi dari siswa.

e. Partisipatori

Partisipatori sebagai metode dalam kegiatan belajar mengajar,

membelajarkan siswa mengenai kehidupan atu kegiatan nyata ataupun

yang simulatif. Satana untuk berpartisipatorik adalah kehidupan keliarga

atau masyarakat, istansi kedinasan atau kemasyarakatan, laboratorium,

atau pusat modeling. Jenis partisipatorik antara lain, studi lapangan,

kegiatn bakti sosial, magang, modeling atau simulasi dan studi proyek.

f. Diskusi dan kelompok belajar

Ciri khas dari diskusi sebagai pola kegiatan belajar mengajar,

yakni demokratis. Metode diskusi mengundang dan melibatkan banyak

orang serta tidak ada dominasi seseorang, memiliki indikator CBSA yang

tinggi karena memiliki daya analisis dan evaluatif terhadap masalah yang

dilontarkan atau tanggapan dan sanggahan terhadap orang lain, Djahiri

(1995/1996: 53) mengungkapkan bahwa diskusi adalah kegiatan belajar

siswa dialogistik secara intra potensi orang lain serta potensi dunia

keilmuan dan kehidupan.

Ciri esensial dari diskusi, antara lain:

1. Adanya proses dialogistik, yakni interaksi antara struktur kognitif

dengan afektif dan psikomotor, antara potensi diri kita dengan orang

lain atau dengan dunia nyata serta keilmuan.

2. Adanya shering ideas (pertukaran pikiran/pendapat, berargumentasi

yang benar dan memiliki landasan) ada proses berproduksi.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


29

3. Adanya arahan inkuiri/meneliti dan mendapatkan sesuatu

4. Adanya proses sosialisasi diri.

Bentuk-bentuk diskusi menurut Djahiri (1995/1996: 58), antara

lain:

1) Diskusi kelas

2) Diskusi kelompok

3) Diskusi panel

4) Seminar

5) Lokakarya

6) Diskusi penjaring

Kelompok belajar adalah kelompok sejumlah siswa untuk

melakukan kegiatan belajar bersama secara terarah dan teratur. Djahiri

(1995/1996: 20). Mengemukakan bahwa “kelompok belajar yang sesuai

dengan pembelajaran PKn adalah kelompok belajar kooperatif.

Kelompok belajar kooperatif merupakan paduan antara kelompok

belajar dan pola kegiatan kooperatif. Hakikat ini kooperatif ialah

kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi. Kelompok belajar

kooperatif merupakan kegiatan belajar yang dapat menciptakan pasangan

yang sehat, dalam arti pasangan yang ada, tidak mendidik siswa untuk

bersifat individualis.

g. Metode Inkuiri dan Pemecahan Masalah

Kedua metode ini pada hakekatnya ama, perbedaanya bahwa

dalam metode pemecahan masalah hanya sampai pada proses penentuan

alternatif pemecahan/keputusan, sedangkan dalam inkuiri sampai pada

tahapan penetapan keputusan yang terbaik.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


30

Keunggulan kedua metode ini menurut Djahiri (1995/1996: 58),

antara lain:

1) Meningkatkan keterampilan dan kualitas hasil belajar

2) Menuntun siswa akrab dengan kehidupan nyata

3) Membakukan kemahiran analisis dan argumentasi rasional/berlandas

4) Mensosialisaikan siswa

5) Mendaya gunakan aneka sumber dan lingkungan belajar

Jenis inkuiri adalah inkuiri sederhana, lengkap dan nilai. Inkuiri

sederhana tidak memerlukan keseluruhan proses dilaksanakan, hanya

hakekat dasarnya saja, yakni mengkaji, mencari, dan menentukan pilihan.

Inkuiri yang lengkap merupakan metode khusus yang langkah dan

prosesnya telah baku. Sedangkan, inkuiri nilai adalah pola inkuiri

sederhana yang fokus substansinya pada nilai moral.

3. Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran

Media pengajaran harus dibedakan dengan sumber pengajaran.

Djahiri (1995/1996: 31), mengemukakan bahwa sumber pembelajaran

merupakan tempat di mana butir mata pelajaran dan media bisa dilihat,

diperoleh dan dikaji seperti buku, perpustakaan, media cetak, kehidupan

nyata dll. Sedangkan, media pembelajaran lebih diutamakan pada fungsi

dan perannya.

Djahiri (1995/1996: 31) mengemikakan bahwa dengan adanya

media pembelajaran diharapkan dapat berperan untuk:

a) Menjadi fasilitator proses Kegitan Belajar Siwa dan meningkatkan


Hasil Belajar Siswa.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


31

b) Meningkatkan kadar proses CBSA atu proses Kegiatan Mengajar


Guru interaktif-reaktif.
c) Meningkatkan motivasi belajar atau suasana belajar yang baik.
d) Meningkatkan beban tugas guru tanpa mengurangi kelancaran dan
keberhasilan pengajaran
e) Meningkatkan proses Kegiatan Belajar Mengajar secara efektif,
efisien dan optimal.
f) Menyegarkan kegiatan belajar mengajar.

Jenis dan bentuk media antra lain:

a. Materil, berupa alat perga, media cetak (koran, majalah dll)


b. Immaterial, seperti iklim, setatus sosial masyarakat dll.
c. Personal, yaitu tokoh, pahlawan, narasumber dll.
d. Audiovisual
e. Gerak atu penampilan seperti simulasi, permainan (games).

Penggunan media dalam Kegiatan Belajar Mengajar hendaknya

memperhatikan kualifikasi standar kompentensi, kompetensi dasar dan

metode pembelajaran yang akan digunakan.

4. Civic Skill ( Kecakapan Kewarganegaraan )

Merupakan salah satu kompetensi dalam pendidikan

kewarganegaraan yang harus dicapai dan dikembangkan Civic Skill

(kecakapan kewarganegaraan) yang memiliki dua komponen yang mana

komponen tersebut harus dikembangkan dan ditingkatakan sebaik

mungkin agar visi dan misi pendidikan kewarganegaraan tercapai secara

maksimal.. Civic skills mencakup intelectual skills (ketrampilan

intelektual) dan participation skills (ketrampilan partisipasi).

Ketrampilan intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga negara

yang berwawasan luas, efektif dan bertanggung jawab antara lain adalah

ketrampilan berpikir kritis. Ketrampilan berpikir kritis meliputi

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


32

mengidentifikasi, menggambarkan / mendeskripsikan, menjelaskan,

menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan pendapat

yang berkenaan dengan masalah – masalah publik.

Pentingnya ketrampilan partisipasi dalam demokrasi telah

digambarkan oleh Aristoteles ( Supandi, 2010). Aristoteles menyatakan ,

“Jika kebebasan dan kesamaan sebagaimana menurut sebagaian pendapat

orang dapat diperoleh terutama dalam demokrasi, maka kebebasan dan

kesamaan itu akan dapat dicapai apabila semua orang tanpa kecuali ikut

ambil bagian sepenuhnya dalam pemerintahan”. Dengan kata lain cita –

cita demokrasi dapat diwujudkan dengan sesungguhnya bila setiap warga

negara dapat berpartisipasi dalam pemerintahannya. Sedangkan

ketrampilan partisipasi meliputi : berinteraksi, memantau, dan

mempengaruhi. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kewarganegaraan (2004) tampak ketrampilan partisipasi telah disentuh,

dalam rumusan kompetensi dasar dengan eksplisit “kemampuan

berpartisipasi”.

Kecakapan Kewarganegaraan (Civic skill) merupakan

kecakapan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, yang

dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang

bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-

masalah kehidupan berbangsa dan bernegara (Supandi:2010).

Kecakapan-kecakapan kewarganegaraan sekalipun dapat

dibedakan namun satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Kecakapan-

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


33

kecakapan intelektual yang penting untuk seorang warga negara yang

berpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab, disebut sebagai

kemampuan berpikir kritis. The National Standards of Civic and

Government dan The Civic Framework for 1998 National Assessment of

Educational Progress (NAEPP) membuat kategori mengenai kecakapan-

kecakapan ini adalah “identifying and describing; explaining and

analyzing; and evaluating, taking, and defending positions on publik

issues” (Branson, 1998:8). Civic Education yang bermutu

memberdayakan seseorang untuk mengidentifikasi atau memberi makna

yang berarti pada sesuatu yang berwujud seperti bendera, lambang

negara, lagu kebangsaan, monument nasional, atau peristiwa-peristiwa

politik dan kenegaraan seperti hari kemerdekaan. Civic Education juga

memberdayakan seseorang untuk memberi makna atau arti penting pada

sesuatu yang tidak berwujud seperti nilai-nilai ideal bangsa, cita-cita dan

tujuan negara, hak-hak mayoritas dan minoritas, civil society, dan

konstitusionalisme. Kemampuan untuk mengidentifikasi bahasa dan

simbol-simbol emosional juga sangat penting bagi seorang warga negara.

Mereka harus mampu menangkap dengan jelas maksud-maksud hakiki

dari bahasa dan simbol-simbol emosional yang digunakan.

Kecakapan intelektual lain yang dipupuk oleh Civic Education

yang bermutu adalah kemampuan mendeskripsikan. Kemampuan untuk

mendeskripsikan fungsi-fungsi dan proses-proses seperti sistem checks

and balances atau judicial review menunjukan adanya pemahaman.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


34

Melihat dengan jelas dan mendeskripsikan kecenderungan-

kecenderungan seperti berpartisipasi dalam kehidupan kewarganegaraan,

imigrasi, atau pekerjaan, membantu warga negara untuk selalu

menyesuaikan diri dengan peristiwa-peristiwa yang sedang aktual dalam

pola jangka waktu yang lama.

Civic Education yang bermutu berusaha mengembangkan

kompetensi dalam menjelaskan dan menganalisis. Bila warga negara

dapat menjelaskan sebagaimana sesuatu seharusnya berjalan, misalnya

sistem pemerintahan presidensial, sistem checks and balances, dan

sistem hukum, maka mereka akan memiliki kemampuan yang lebih baik

untuk mencari dan mengkoreksi fungsi-fungsi yang tidak beres. Warga

negara juga perlu memiliki kemampuan untuk menganalisis hal-hal

tertentu sebagai komponen-komponen dan konsekuensi cita-cita, proses-

proses sosial, ekonomi, atau politik, dan lembaga-lembaga. Kemampuan

dalam menganalisis ini akan memungkinkan seseorang untuk

membedakan antara fakta dengan opini atau antara cara dengan tujuan.

Hal ini juga membantu warga negara dalam mengklarifikasi berbagai

macam tanggung jawab seperti misalnya antara tanggung jawab publik

dan privat, atau antara tanggung jawab para pejabat – baik yang dipilih

atau diangkat – dengan warga negara biasa, (Subehi:2010).

Dalam masyarakat yang otonom, warga negara adalah pembuat

keputusan. Oleh karena itu, mereka perlu mengembangkan dan terus

mengasah kemampuan mengevaluasi, mengambil, dan mempertahankan

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


35

pendapat. Kemampuan itu sangat penting jika nanti mereka diminta

menilai isu-isu yang ada dalam agenda publik, dan mendiskusikan

penilaian mereka dengan orang lain dalam masalah privat dan publik.

Disamping mengisyaratkan pengetahuan dan kemampuan

intelektual, pendidikan untuk warga negara dan masyarakat demokratis

harus difokuskan pada kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan untuk

partisipasi yang bertanggung jawab, efektif, dan ilmiah, dalam proses

politik dalam civil society. Kecakapan-kecakapan tersebut jika meminjam

istilah Branson (Supandi: 2010) dapat dikategorikan sebagai interacting,

monitoring, and influencing. Interaksi (interacting) berkaitan dengan

kecakapan-kecakapan warga negara dalam berkomunikasi dan bekerja

sama dengan orang lain. Berinterkasi adalah menjadi tanggap terhadap

warga negara yang lain. Interkasi berarti bertanya, menjawab, dan

berunding dengan santun, demikian juga membangun koalisi-koalisi dan

mengelola konflik dengan cara yang damai dan jujur. Memonitor

(monitoring) sistem politik dan pemerintahan, mengisyaratkan pada

kemampuan yang dibutuhkan warga negara untuk terlibat dalam proses

politik dan pemerintahan. Monitoring juga berarti fungsi pengawasan

atau watchdog warga negara. Akhirnya, kecakapan partisipatoris dalam

hal mempengaruhi, mengisyaratkan pada kemampuan proses-proses

politik dan pemerintahan – baik proses-proses formal maupun informal –

dalam masyarakat.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


36

Pengembangan dimensi civic skills dilandasi oleh civic

knowledge. Dimensi civic skills ini dikembangkan dengan tujuan untuk

memberikan “…the knowledge and skills required to participate

effectively, practical experience in participation design to foster among

students a sense of competence and efficay”, dan mengembangkan “…an

understanding fo the importance of citizen participation” (Quigley, dkk

dalam Supandi 2010), yakni pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan untuk berperanserta secara efektif dalam masyarakat,

pengalaman berperanserta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran

berkemampuan dan berprestasi unggul dari siswa, dan mengembangkan

pengertian tentang pentingnya peran serta aktif warga negara. Untuk

dapat berperan serta secara aktif tersebut diperlukan “a knowledge of the

fundamental concepts, history, contemporary events, issues, and facts

related to the matter and capacity to apply this knowledge to the

situation; a disposition to act in accord with the traits of civic

characters; and a commitment to the realization of the fundamental

values and principles” (Quigley, dkk dalam Subehi ,2010) Yang

dimaksud adalah pengetahuan tentang konsep fundamental, sejarah, isu

dan peristiwa aktual, dan fakta yang berkaitan dengan substansi dan

kemampuan untuk menerapkan pengetahuan itu secara kontekstual, dan

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan watak dari warga negara.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


37

B. Pengertian Kesadaran Politik

Kesadaran politik dapat juga diartikan sebagai melek politik, untuk

membahasan kesadran politik, kita lihat dahulu apa yang di maksud dengan

kesadarn dan apa yang di maksud dengan politik. Kesadaran menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia ( Putri,1988:765) berati keinsyafan, keadaan

mengerti, sedangkan menurut Petir Pudjantoronyang di kutip oleh Sri Mulyani

mengemukakan kesadaran adalah merupakan proses batin yang di tandai

dengan pengertian, pemahaman penghayatan yang mendalam terhadap suatu

serta melaksanakanya dalam tingkah laku serta perbuatan yang didasari oleh

pengertian, pemahaman, serta penghayatan terhadap suatu yang

dilaksanakanya secara mendalam (Sukadi,1992:256)‟‟.

Kesadaran politik adalah suatu kondisi psikologis siswa yang di tandai

oleh adanya pengertian , pemahaman , penghayatan, dan pengamalan pola-

pola hidup bangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pola hidup yang mencerminkan kesadaran politik dapat dilihat dari ciri-ciri,

watak dan kepribadian. Inilah yang di gunakan untuk mengukur suatu

kesadaran seseorang warga negara yang sadar politik.

Menurut Gabriel A.Almond dan Sydney Verba ( Putri, 1990:65-71)

dalam penelitiannya tentang kesadaran politik dilima negara menggunakan

dua kreteria untuk mengukur dimensi kesadaran politik. Kedua kreteria yang

di maksud adalah :

1) Mengikuti segala kegiatan pemerintah.

2) Mengikuti laporan mengenai aktivitas pemerintah melalui berbagai media.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


38

Seseorang yang memiliki kesadaran politik adalah ia yang

senantiasa mengikuti segala kegiatan pemerintah dan mengikuti segala

kegiatan laporan mengenai aktivitas pemerintah melalui berbagai media.

Seseorang yang memiliki kesadaran politik adalah ia yang senantiasa

mengikuti segala kegiatan pemerintah dan mengikuti segala kegiatan laporan

mengenai aktivitas pemerintah melalui berbagai media. Sukadi dan Eni

Hernawati dalam penelitianya tentang kesadaran politik, masing-masing

menggunakan ciri-ciri, watak dan kepribaian dari generasi muda inonesia yang

terdapat dalam Impres No. 12 tahun 1982 tentang pendidikan politik bagi

generasi muda sebagai tolak ukur kesadaran politik . Ciri-ciri, watak dan

kepribaian dari generasi muda sadar politik adalah :

a. Sadar akan hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya terhadap

kepentingan bangsa dan negara.

b. Sadar dan taat pada hukum dan semua peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

c. Memiliki disiplin pribadi, sosial dan nasional.

d. Memiliki tekad perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di

masa depan yang disesuaikan dengan kemampuan obyektif bangsa ini.

e. Mendukung sistem kehidupan nasional yang demokratis sesuai dengan

pancasila dan UUD‟45.

f. Berpartisipasi secara aktif dan kreatif dalam kehidupan bangsa dan

bernegara khususnya dalam usaha pembangunan nasional.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


39

g. Aktif menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dan kesadaran akan

keanekaragaman suku bangsa.

h. Sadar akan perlunya pemeliharaan lingkungan hidup dan alam sekitar

secara selaras, serasi dan seimbang.

i. Mampu melakukan penilaian terhadap gagasan nilai serta ancaman yang

bersumber dari ideologi lain di luar Pancasila UUD‟45 atas dasar pada

pikiran atau penalaran logis mengenai Pancasila dan UUD 1945.

Ciri-ciri tersebut akan nampak dalam perilaku warga negara yang

sadar politik. Sadar politik merupakan sikap dan perilaku yang perlu di

tanamkan kepada generasi muda indonesia, kesadaran ini merupakan

manifestasi dari rasa tanggung jawab yang tinggi atas kelangsungan hidup

bangsa di dalam negara Republik Inonesia. Sadar politik yang semakin

dewasa memang sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara . Sadar politik bukan hanya harus dimiliki oleh

politikus, oleh pemimpin dan anggota partai politik saja, melainkan harus

mendarah daging bagi seluruh rakyat. Hal ini sangat penting sebab tegak atau

runtuhnya suatu negara, kuat atau lemahnya suatu bangsa pada akhirnya

terletak pada kesadarn bangsa itu sendiri. Sadar politik yang tinggi sangat

penting artinya bagi yang memelihara stabilitas nasional yang dinamis dan

untuk menjamin kelestarian cita-cita bangsa. Selain itu sadar politik juga

diperlukan untuk memantapkan sendi-sendi dasar kehidupan kenegaraan yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


40

Untuk meningkatkan kesadaran politik generasi muda khususnya

siswa diperlukan pendidikan politik. Pendidikan politik merupakan rangkaian

usaha untuk meningkatkan dan memantapkan kesadaran politik dan

kenegaraan guna menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945. Selain

pendidikan politik upaya yang dapat di lakukan untuk meningkatkan

kesadaran politik siswa adalah dengan cara indoktrinasi politik yaitu dengan

cara paksaan. Baik pendidikan politik maupun indoktrinasi politik kedua-

duanya merupakan proses sosialisasi politik.Sosialisasi politik memang harus

di lakukan sedini mungkin karena hal itu merupakan salah satu langkah yang

amat penting dalam meningkatkan kualitas demokrasi di masa depan adalah

pembinaan watak demokrasi dikalangan generasi muda.

Dalam keadaan sadar sepenuhnya, seseorang sensitif terhadap

berbagai jenis ransangan yang diterima, namun dalam menerima ransangan,

tubuh akan memilih jenis ransangan yang paling dikehendaki. Keadaan sadar

normal, adalah keadaan di mana seseorang sadar/ tahu akan segala sesuatu

yang akan terjadi di sekitarnya, dapat melihat/ mengamati benda-benda,

situasi dan orang-orang di sekitarnya. Mengambil makna dari apa-apa yang di

lihat, dan memberikan reaksi secara eksplisit. Karakteristik dari keadaan sadar

penuh adalah adanya perubahan terus-menerus dalam intensitas dalam fokus

kesadaran. Menurut Kihlstrom(1984) kesadaran melibatkan (a) pemantauan

diri sendiri dan lingkungan sehingga persepsi,memori dan proses berpikir

direpresentasikan dalam kesadaran; dan (b) mengendalikan diri sendiri dan

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


41

lingkungan sehingga mampu melalui dan mengakhiri aktivitas perilaku dan

kognitif.

Kesadaran itu timbul sebagai akibat dari adanya input ransangan

internal maupun eksternal yang di terima oleh otak melalui mekanisme sistem

saraf. Dengan kata lain, Segala sesuatu yang di ketahui atau dirasakan dari

lingkungan luar adalah hasil penginderaan (panca indera) dari pesan-pesan

atau isyarat yang di mengerti oleh otak yang memiliki kemampuan mengingat

atau menyimpan informasi yang di terima dari sesuatu obyek. Oleh karena itu,

kesadaran seseorang sangat di tentukan oleh kemampuanya dalam mengamati

dan merasakan sesuatu.

Berpikir dan mengambil keputusan atau menarik makna dari suatu

obyek dan memberi reaksi terhadapnya.Kesadaran politik sebenarnya berkisar

pada pikiran-pikiran yang menganggap bahwa kesadaran dalam diri

masyarakat merupakan suatu faktor yang menentukan bagi kehidupan

demokrasi. Pada awalnya masalah kesadaran politik timbul di dalam proses

penerapan sistem politik berdasarkan hukum positif. Di dalam prosestersebut

timbul masalah- masalah dalam kehidupan spesial politik yaitu, adanya

ketidak sesuaian antara dasar sahnya sistem politik yang diatur dalam

konstitusi dengan kenyataan-kenyataan politik dan dipenuhinya atau tidak

ditaatinya konstitusi tersebut. Idealnya harus ada keserasian secara

proposional antara pengendalian sosial oleh penguasa, kesadaran warga

masyarakat , dan kenyataanya dipatuhinya kostitusi. Hal itu sebenarnya

sejalan dengan ide tentang kesadaran warga masyarakat sebagai dasar sahnya

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


42

suatu hukum positif ditemukan didalam ajaran-ajaran rechtsgefuhl atau

rechtsbewusstsein yang intinya tidak ada hukum yang mengikat warga

masyarakat, kecuali atas kesadaran hukumnya. Demikian dengan sadar politik

dalam masyarakat yang sadar politik , oleh karena itu sadar politik erat

hubungannya dengan kesadaran politik.

Kesadaran politik merupakan kesadaran akan nilai-nilai yang terdapat

didalam diri manusia mengenai politik, taat hukum dan norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat. Nilai-nilai politik yang mengendap dalam diri

warga negara pada dasarnya; merupakan abstraksi dari pengalaman pribadi,

sebagai akibat dari proses interaksi sosial yang kontineu; senantiasa harus

selalu diisi dan bersifat dinamis, karena didasarkan pada interaksi sosial yang

dinamis pula; merupakan suatu kriteria untuk memilih tujuan-tujuan di dalam

kehidupan sosial; merupakan suatu yang menjadi penggerak manusia kearah

pemenuhan hasrat hidupnya,sehingga nilai-nilai merupakan faktor yang sangat

penting di dalam pengarahan kehidupan sosial maupun kehidupan pribadi

manusia.

Kesadaran politik sebagai unsur penting dalam melaksanakan sistem

politik mengandung; persepsi, pengenalan, pengetahuan, ingatan, dan

pengertian tentang politik, termasuk konsekuensi-konsekuensinya; harapan,

kepercayaan bahwa politik dapat memberikan suatu kegunaan serta

memberikan perlindungan dan jaminannya dengan kepastian dan rasa

keadilan;perasaan perlu dan butuh akan jasa-jasa politik, dan karena itu

bersedia menghormatinya. Perasaan khawatir dan takut melanggar hukum,

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


43

karena jika melanggar maka sanksi-sanksinya dapat ; dan orientasi,perhatian,

kesanggupan, kemauan baik, sikap, dan kesediaan serta keberanian menaati

konstitusi dalam hak maupun kewajibanya, karena kebenaran, keadilan, dan

kepastian hukum itu adalah kepentingan umum.

Kesadaran politik berkaitan erat dengan kepatuhan atau ketaatan

hukum terhadap sistem politik yang berlaku sebagaimana di atur dalam

konstitusi/UUD, yang dikonkretkan dalam sikap atau perilaku manusia.

Abdurrahman (1979:31) mengemukakan bahwa ada suatu asumsi yang

menyatakan semakin tinggi taraf kesadaran seseorang akan semakin tinggi

pula ketaatan terhadap sistem politik, dan sebaliknya. Kesadaran politik

beerpangkal pada adanya suatu pengetahuan tentang politik dan nilai-nilai

konstitusi yang mengatur kehidupan politik. Dari pengetahuan inilah akan

lahir suatu pengakuan dan penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan hukum,

sehingga timbul sikap penghayatan terhadap sistem politik tersebut. Bila telah

terdapat suatu penghayatan terhadap konstitusi, maka dengan sendirinya

ketaatan dan kepatuhan terhadap sistem politik terwujud. Jika kondisi yang

demikian sudah tercipta berarti kesadaran politik telah terbina di dalam suatu

masyarakat.

1. Indikator Kesadaran Politik

Indikator kesadaran politik sebenarnya merupakan petunjuk yang

relatif konkret tentang adanya taraf kesadaran konstitusi, maka seseorang

yang mempunyai perhatian pada kesadaran politik akan mengetahui

indikator-indikator kesadaran politik antara lain; pengetahuan konstitusi

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


44

dan sistem politik, artinya seseorang mengetahui bahwa perilaku politik

tertentu diatur oleh konstitusi; pemahaman politik, artinya seseoraang

warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai

aturan-aturan politik tertentu, terutama dari segi isinya ; sikap politik

artinya seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian

tertentu terhadap perilaku politik; perilaku politik.artinya seseorang

berprilaku sesuai dengan konstitusi dan sistem politik yang berlaku.

Dengan demikian kesadaran politik sama dengan kesadaran konstitusi atau

hukum. Pendapat tersebut mengacu pada pendapat B.Kutsneky (Soekanto,

1982:159) tentang indikator-indikator dari kesadaran hukum sebagai

berikut;aPengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum (law awarenes);

b, Pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum (law acquaintance);

c. Sikap terhadap peraturan-peraturan hukum (legal attitude); d. Pola-pola

perikelakuan hukum (legal behavior).

Pengetahuan politik tidak mempengaruhi secara positif maupun

negatif pada kesadaran politik masyarakat. Demikian pula dengan

peengetahuan tentang isi konstitusi sukar sekali secara pasti menetapkan

derajat kesadaran politik masyarakat, karena teladan dari elit politik dan

mekanisme politik turut menentukan pula. Oleh karena itu kesadaran

politik paling tidak di pengaruhi oleh; derajat pengetahuan dan

pemahaman terhadap konsep politik; sikap instrumental timbul karena

adanya pengetahuan tentang isi perturan dan menonjolkan kepentingan

pribadi, sedangkan sikap fundamental ditentukan dengan adanya

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


45

pemahaman dan pengertian tentang isi peraturan tersebut; proses

pelembagaan dan internalisasi; kepatuhan disebabkan karena sikap

fundamental,misalnya tingkat usia, tingkat pendirian, dan lama

tinggal.(Nurhayani,2003:41).

Indikator yang selanjutnya yaitu pola prilaku politik, dan ini yang

sangat mempengaruhi derajat kesadaran politik. Menurut Kutschincky

setiap indikator tersebut menunjukan tingkat kesadaran politik tertentu,

mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Kesadaran politik bermula

dari adanya pengetahuan seseorang tentang politik, dan sistem politik yang

berlaku di dalam masyarakat, tujuanya untuk menciptakan ketertiban guna

mewejudkan keadilan bagi seluruh masyarakat. Kemudian dari

pengetahuan tersebut akan timbul pengakuan dan penghargaan orang

bersangkutan terhadap ketentuan konstitusi yang berlaku, dan kemudian

timbul sikap penghayatan terhadap hukum tersebut. Apa bila terdapat

suatu penghayatan terhadap konstitusi, maka warga negara akan menaati

atau mematuhi sistem politik tersebut, dia akan berprilaku sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku.

Indikator kesadaran politik tidak selalu saling berkorelasi, karena

adakalanya orang yang mengerti politik, sikap dan prilakunya

bertentangan dengan sistem politik yang berlaku, dia mengetahui dan

memahami konstitusi yang berlaku namun dia melanggar, tidak menaati

atau memahami sistem politik tersebut. Namun, apabila ingin melihat

tingkat kesadaran politik seseorang yang tinggi dapat, dapat di lihat dari

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


46

ketaatan/kepatuhannya terhadap hukum. Apabila tingkakat

ketaatan/kepatuhan hukumnya tinggi, maka dapat dikatakan tingkat

kesadaran politiknya tinggi, sebaliknya apabila tingkat ketaatan /

kepatuhan hukumnya rendah maka tingkat kesadaran politiknya rendah.

Kesadaran politik berkorelasi dengan kesadaran hukum,

Bull(Djahiri, 1985:24) mengemukakan ada 4 tingkat kesadaran hukum;(1).

Kesadaran yang bersifat Anomous, kesadaran atau kepatuhan yang tidak

jelas dasar dan alasan atau orientasinya. Tentunya ini yang paling rendah

dan labil; (2). Bersifat Heteronomous, yaitu, kesadaraan/ kepatuhan yang

berlandaskan pada dasar/orientasi/motifasi yang beraneka ragam atau

berganti-ganti. Ini pun kurang baik, sebab mudah berubah oleh keadaan

atau situasi; (3). Kepatuhan yang bersifat sosio-nomous, yaitu yang

berorientasi kepada kiprah umum atau khalayak ramai;(4). Kesadaran yang

bersifat Autonomous, adalah yang terbaik, karena di dasari oleh konsep

atau landasan yang ada dalam diri sendiri.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Politik

Kesadran politik timbul dari pengetahuan yang diterima atau di

peroleh seseorang tentang politik, dari pengetahuan ini akan lahir suatu

pengakuan dan penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan konstitusi,

sehingga timbul sikap penghayatan terhadap konstitusi dan sistem politik

tersebut. Kesadran politik merupakan perasaan dan keyakinan politik

seseorang dalam masyarakat.(Soekanto,1999: 147). Efektifitas sistem

politik terlihat bila konstitusi dan sistem politik yang berlaku warga

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


47

masyarakat menaatinya, dan ini terwujud dalam prilaku politiknya, yaitu

perilaku yang sesuai dengan konstitusi yang berlaku didalam masyarakat.

Menurut Friedman (Taneko, 1993:50)‟‟ perilaku politik adalah soal pilihan

yang berurusan dengan motif dan gagasan yang menurut friedman dapat

mempengaruhi perilaku politik seseorang terdiri atas (a) kepentingan

sendiri; (b) sensitif terhadap sanksi;(c) tanggapan terhadap pengaruh

sosial;(d) kepatuhan politik.

Menurut friedman, karena adanya kepentingan pribadi membuat

orang menaati hukum, dan apabila tidak di ikuti justru akan akan

menimbulkan kerugian pada dirinya. Tetapi bisa juga karena sensitif

terhadap sanksi, di mana seseorang menaati aturan disebabkan karena

takut akan sanksnyai, karena dia mengetahui bahwa sanksi hukum atau

peraturan yang bersangkutan itu sifatnya tegas dan nyata, sifat

pentaatannya heteronom, maksudnya ada kekuatan diluar dirinya yang

memaksa agar peraturan tadi harus ditaati, setiap orang mau tidak mau

harus menaatinya, karena berusaha menghindari sanksi tadi. Adakalanya

orang berprilaku politik tersebut itu disebabkan kaarena adanya pengaruh

sosial atau pengaruh lingkungan (keluarga,teman,anggota keolmpoknya

atau pimpinan), yang hukum dapat juga disebabkan karena mereka

berpikir bahwa apabila dilanggar, maka perbuatanya itu dikatakan bersifat

ilegal atau amoral.

Dilihat dari kepentingan pribadi tidak terlalu mensyaratkan

pengenalan/pengetahuan politik seseorang yang mendalam tentang politik.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


48

Namun, untuk unsur yang lain seperti: sensitif terhadap sanksi, tanggap

terhadap pengaruh sosial dan kepatuhan, mensyaratkan pengenalan atau

pengetahuan yang memadai terhadap politik. Dengan demikian dapat

dilihat kesadaran politik itu dari indikator sebagai berikut; 1.Patuh/ sadar

karena takut kepada orang /kekuasaan/paksaan(authority oriented ) ; 2.

Patuh karena ingin dipuji (good boy-nice girl).3.Patuh karena kiprah

umum / masyarakat (contract legality). 4. Taat atas dasar adanya aturan

dan hukum serta untuk ketertiban (law and order oriented).5. Taat karena

dasar keuntungan atau kepentingan(utilitis-hedonis).6.Taat karena

memang hal tersebut memuaskan bagianya.7. Patuh karena dasar prinsip

etis yang layak universal(universal ethical principle).

Tingkat kesadran politik terendah disebabkan karena adanya unsur

ketakutan dari orang yang bersangkutan, dia mematuhi aturan karena takut

akan sanksinya dan ini yang sering terjadi, dia merasa terpaksa. Ada pula

karena ingin dipuji, ikut-ikutan atau memang karena keinginanya sendiri,

karena diyakininya bahwa aturan tadi sesuain dengan prinsip politiknya,

sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat dan untuk

menyalurkan aspirasi politiknya.

3. Pendidikan Politik Untuk Meningkatkan Kesadaran Politik Warga

Negara

Istilah pendidikan politik dalam bahasa Inggris sering disamakan

dengan istilah political socialization. Istilah political socialization jika

diartikan secara harfiah ke dalam bahasa indonesia akan bermakna

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


49

sosialisasi politik. Oleh karena itu, dengan menggunakan istilah political

socialization banyak yang mensinonimkan istilah pendidikan politik

dengan istilah sosialisasi politik. Karena keduanya memiliki makna yang

hampir sama. Dengan kata lain, sosialisaasi politik adalah pendidikan

politik dalaam arti sempit.

Menurut Surbakti (Putri, 1999:117) dalam memberikan pengertian

tentang pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu berpendapat

mengenai sosialisasi bahwa :

Sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan


indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses
dialogik diantara pemberi dan penerima pesan . Melalui proses ini,
para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai,
norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai
pihak dalam sistem politik seperti sekolah,pemerintah, dan partai
politik.

Pendapat diatas secara tersirat menyatakan bahwa pendidikan

politik merupakan bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik

mengajarkan masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya.

Dapat dikatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan

sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Melalui proses

sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan

orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat.

David Easton dan Jack Dennis (Suwarma Al Muchtaar, 2000:39)

dalam bukunya Children in The Political System memberikan batasan

mengenai political socialzation yaitu bahwa “political socialization is the

development process which persons acquire orientations and patterns of

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


50

behaviour‟‟. Sedangkan Fredl.Greenstain (Suwarma Al Muchtar, 2000:39)

dalam bukunya political socialzation berpendapat bahwa:

Political socialization is all political learning formal dan informal,


deliberate and unplanned, at every stage of the life cycle including
not only explicit political learning but also nominally non political
learning of political lie relevant sosial attitudes and the acquisition of
politically relevant personality characteristics.

Kedua pendapat di atas mengungkapkan bahwa pendidikan politik

adalah suatu bentuk pendidikan yang di jalankan secara terencana dan

disengaja baik dalam bentuk formal maupun informal yang mencoba

untuk mengajarkan kepada setiap individu agar sikap dan perbuatanya

dapat sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku secara sosial. Dalam hal

ini dapat terlihat bahwa pendidikan politik tidak hanya mempelajari sikap

dan tingkah laku individu. Namun, pendidikan politik mencoba untuk

mengaitkan sikap dan tingkah laku individu tersebut dengan stabilitas dan

eksistensi sistem politik.

Katini Kartono (Putri,1990:vii ) memberikan pendapatnya tentang

hubungan antara pendidikan dengan politik yaitu “....pendidikan dilihat

sebagai faktor politik dan kekuatan politik. Sebabnya, pendidikan dan

sekolah pada hakekatnya juga merupakan pencerminan dari kekuatan-

kekuatan sosial-politik yang tengah berkuasa, dan merupakan refleksi dari

orde penguasa yang ada‟‟.

Bedasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan

dan politik adalah dua unsur yang paling mempengaruhi. Pengembangan

sistem pendidikan harus selalu berada dalam kerangka sistem politik yang

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


51

sedang dijalankan oleh pemerintah masa itu. Oleh karena itu, segala

permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan akan berubah menjadi

permasalahan politik pada saat pemerintah dilibatkan untuk

memecahkanya.

Pengertian dari pendidikan politik yang lebih spesifik dapat

diambil dari pendapatnya Alfian (Putri,1981:235) yang mengatakan bahwa

“pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha yang sadar untuk

mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka

memahami dan menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam sistem

politik yang ideal yang hendak dibangun‟‟.

Dari dua definisi yang tertera diatas, dapat kita ambil dua tujuan

utama yang dimiliki oleh pendidikan politik. Pertama, dengan adanya

pendidikan politik diharapkan setiap individu dapat mengenal dan

memahami nilai-nilai ideal yang terkandung dalam sistem politik yang

sedang di terapkan. Kedua, bahwa dengan adanya pendidikan politik

setiap individu tidak hanya sekedar tahu saja tapi juga lebih jauh dapat

menjadi seorang warga negara yang memiliki kesadaran politik untuk

mampu mengemban tanggung jawab yang ditunjukan dengan adanya

perubahab sikap dan peningkatan kadar partisipasi dalam dunia politik.

Kartaprawira (Putri,1998:54) mengartikan pendidikan politik

sebagai „„upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar

mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


52

Berdasarkan pendapat Kartaprawira tersebut, maka pendidikan

politik perlu dilaksanakan secara berkesinabungan agar masyarakat dapat

terus meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu

mengalami perkembangan. Pembelajaran pendidikan politik yang

bersinambungan diperlukan mengingat masalah-masalah di bidang politik

sangat kompleks, bersegi banyak, dan berubah-ubah.

Merujuk pada semua pengertian pendidikan politik yang

disampaikan oleh beberapa ahli diatas, pada akhirnya telah membawa

penulis sampai pada kesimpulan yang menyeluruh. Bahwa yang di maksud

dengan pendidikan politik adalah suatu upaya sadar yang dilakukan antara

pemerintah dan para anggota masyarakat secara terencana, sistematis, dan

dialogis dalam rangka untuk mempelajari dan menurunkan berbagai

konsep,simbol,nilai-nilai, dan norma-norma politik dari satu generasi ke

generasi selanjutnya.

Kesadaran politik siswa dapat di bentuk dengan melalui

pembelajaran PKn. Pendapat tersebut telah dipertegas oleh salah satu misi

PKn yang di kemukakan oleh Maftuh dan Sapriya ( 2005: 321) bahwa:

PKn sebagai pendidikan politik, yang berarti program


pendidikan ini memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara
yang memiliki tingkat kemelekan politik(political literaty) dan
kesadarn politik (political awarenes) serta kemampuan berparti
sipasi politik(political participatian) yang tinggi.

4. Perkembangan Pendidikan Politik di Indonesia

Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem

sosial politik di suatu negara, baik negara maju maupun negara

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


53

berkembang. Keduanya bahu- membahu dalam proses pembentukan

karakteristik masyarakat disuatu negara. Lebih dari itu, keduanya satu

sama lain saling menunjang dan saling mengisi.

Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam

membentuk perilaku politik masyarakat di negara tersebut. Begitu juga

sebaliknya, lembaga-lembaga dan proses politik disuatu negara membawa

dampak besar pada karakteristik pendidikan yang ada di negara tersebut.

Di Indonesia, kepedulian terhadap hubungan pendidikan dan

politik sudah mulai berkembang dalam wacana publik, walaupun belum

menjadi suatu bidang kajian akademik, publikasi berbagai seminar

ataupun diskusi yang mengangkat teman tentang pendidikan dan politik

masih kurang terdengar. Andaipun ada, fokus bahasanya belum begitu

menyentuh aspek-aspek ideologis politik pendidikan. Walaupun demikian,

keyakinan akan adanya hubungan yang tak terpisahkan antara politik dan

pendidikan sudah mulai terbentuk.

Harian The jakarta post edisi 16 maret 2001 pada halaman

utamanya pernah menyebutkan „„politics is inspereable from education,

unless the country plans to generate „illiterate politicans‟ who could not

be expected to lead the republic out of the current crise‟‟. Secara

sederhana, harian tersebut menjelaskan bahwa politik dengan pendidikan

sangat tidak bisa di pisahkan, kecuali jika negeri ini ingin memiliki

generasi yang buta politik, yang tidak bisa di andalkan untuk

mengeluarkan negeri ini dari krisis.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


54

Mochtar Buchori (M.Shirosi,2005:30) mengemukakan bahwa

terdapat beberapa pemikiran yang mendukung mulai berkembangnya

kesadaran masyarakat terhadap hubungan antara pendidikan dan politik

yaitu.Pertama adanya kesadaran tentang hubungan yang erat antara

pendidikan dan politik. Kedua, adanya kesadaran akan peran penting

pendidikan dalam membentuk corak dan arah kehidupan politik. Ketiga,

adanya kesadaran akan pentingnya pemahaman tentang hubungan antara

pendidikan dan politik. Keempat, diprlukan pemahaman yang lebih luas

tentang politik. Kelima, pentingnya pendidikan kewarganegaraan(civic

education).

Penjelasn Mochtar Buchori di atas, menggabarkan suatu

keyakinan terhadap hubungan erat antara pendidikan dan politik.Terdapat

keyakinan yang sangat kuat bahwa melaui pendidikan dapat menghasikan

pemimpin politik yang berkualitas.

Pada penjelasan di atas, pada akhirnya dapat menimbulkan suatu

pertanyaan mengenai hubungan pendidikan dengan politik. Akankah

politik harus memasuki wilayah pendidikan untuk menjalankan fungsi dan

tujuanya dan juga sebaliknya? Melalui pendidikan seorang siswa akan

paham secara tidak langsung mengenai seluk beluk politik. Begitu pula

sebaliknya, bahwa dunia politik adalah salah satu sarana untuk

menaplikasikan berbagai ilmu yang telah di dapat siswa melalui dunia

pendidikan. Para siswa tidak dapat acuh tak acuh terhadap segala sesuatu

yang terjadi diluar dunia sekolahnya.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


55

Sekiranya penjelasan di atas dapat menggambarkan bahwa

terdapat hubungan yang erat dan tak dapat dipisahkan antara pendidikan

dan politik. Kedua aspek tersebut memiliki hubungan yang saling

mempengaruhi dan saling membutuhkan satu sama lain.Untuk lebih jelas

memahami kaitan antara pendidikan politik di jalur persekolahan, akan

dipaparkan secara lebih lanjut mengenai konsep pendidikan politik dan

Pendidikan Kewarganegaraan dalam bahasan selanjutnya.

5. Landasan Hukum Pendidikan Politik

Pendidikan politik merupakan suatu sarana untuk meningkatkan

kesadaran berbangsa dan bernegara yang dilaksanakan secara

berkesinambungan dan terencana. Pelaksanaan pendidikan politik harus

berpegang teguh pada falsafah dan kepribadian bangsa indonesia. Secara

tidak langsung, pendidikan politik merupakan bagian integral dari

keseluruhan pembangunan bangsa yang di laksanakan sesuai dengan

landasan yang telah mendasari kehidupan bangsa indonesia.

Berdasarkan Inpres No. 12 tahun 1982 tentang Pendidikan Politik

bagi Generasi Muda ( Putri,1982: 13), maka yang menjadi landasan

hukum pendidikan politik adalah sebagai berikut :

1) Landasan ideologis, yaitu Pancasila

2) Landasan konstitusi, yaitu UUD 1945

3) Landasan operasional, yaitu GBHN

4) Landasan historis, yaitu Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan

Proklamasi 17 Agustus 1945‟‟

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


56

Landasan yang tersebut diatas merupakan landasan pokok

pendidikan politik yang disertai landasan kesejarahan. Hal ini penting

karena warga negara terutama siswa harus mengetahui sejarah perjuangan

bangsa agar memiliki jiwa,semangat,dan nilai-nilai kejuangan 1945.

6. Fungsi Pendidikan Politik

Fungsi pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang

kehidupan politik yang pada giliranya akan mendorong timbulnya

kesdaran politik secara maksimal dalam suatu sistem politik.

Merujuk kepada beberapa pengertian pendidikan politik yang

telah di sebutkan sebelumnya, maka pendidikan politik mempunyai dua

tujuan utama . Pertama, fungsi pendidikan politik adalah untuk mengubah

dan membentuk tata perilaku seseorang agar sesuai dengan tujuan politik

yang diterapkan yaitu agar dapat menjadikan setiap individu sebagai

partisipan politik yang bertanggung jawab . Kedua, fungsi pendidikan

politik dalam arti yang lebih luas yaitu untuk membentuk suatu tatanan

masyarakat yang sesuai dengan tuntutan politik yang ingin diterapkan.

Inti dari pendidikan politik adalah mengenai bagaimana rakyat

direkrut dan di sosialisasikan. Jadi, fungsi dari pendidikan politik adalah

untuk menjelaskan proses perekrutan dan upaya sosialisasi kepada rakyat

untuk mengerti mengenai perananya dalam sistem politik serta agar dapat

memiliki orientasi kepada sistem politik.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


57

Fungsi yang disampaikan di atas lebih menonjolkan fungsi

pendidikan politik dalam mengubah tatanan masyarakat yang ada menjadi

lebih baik dan lebih mendukung tercapainya proses demokrasi. Sedangkan

fungsi pendidikan politik bagi individu antara lain adalah:

1) Peningkatan kemampuan individu supaya setiap orang mampu berpacu

dalam lalu lintas kemasyarakatan yang menjadi semakin padat penuh

sesak dan terpolusi oleh dampak bermacam-maacam penyakit sosial

dan kedurjanaan.

2) Disamping mengenai kekuasaan; memahami mekanismenya, ikut

mengendalikan dan mengontrol pelaksanaan kekuasaan di tengah

masyarakat.

Fungsi pendidikan politik bagi individu yang tertera di atas tidak

hanya mengubah individu tapi juga membentuk individu baru. Dalam

artian bahwa seorang individu dengan melalui pendidikan politik tidak

hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang politik tetapi juga

mempunyai kesadaran dan sensitifitas dalam berpolitik yang direalisasikan

dalam bentuk perbuatan yaitu dengan ikut berpartisipasi atau ditunjukan

dengan sikap dan prilaku politik yang lebih luas dalam usahanya untuk

mencapai tujuan politik.

7. Tujuan Pendidikan Politik

Tujuan diadakanya pendidikan politik secara formal terdapat

dalam Inpres No. 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik bagi Generasi

Muda yang menyatakan bahwa:

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


58

Tujuan pendidikan politik adalah memberikan pedoman


kepada generasi muda Indonesia guna meningkatkan kesadaran
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan tujuan pendidikan
politik lainya ialah menciptakan generasi muda Indonesia yang
sadar akan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 sebagai salah satu usaha untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya.

Berdasarkan pemaparan tentang tujuan pendidikan politik diatas,

penulis berpendapat bahwa yang menjadi tujuan utama dari pendidikan

politik adalah agar generasi muda saat ini memiliki kemampuan untuk

memahami situasi sosial politik penuh konflik. Aktivitas yang dilakukan

pun diarahkan pada proses demokratisasi serta berani bersikap kritis

terhadap kondisi masyarakat di lingkunganya. Pendidikan politik

mengajarkan mereka untuk mampu mengembangkan semua bakat dan

kemampuanya (aspek kognitif, wawasan, kritis,sikap positif, dan

keterampilan politik).Kesemua itu dirancang agar mereka dapat

mengaktualisasikan diri dengan jalan ikut berpartisipasi secara aktif dalam

bidang politik.

Dari tujuan pendidikan politik di atas, dapat dilihat bahwa antara

tujuan pendidikan politik dengan fungsi yang dimilikinya hampir sama.

Tercapainya fungsi dan tujuan pendidikan politik merupakan keberhasilan

dari diadakanya pendidikan politik itu sendiri.

8. Media Sosialisasi politik

Sosialisasi politik merupakan proses dimana seseorang individu

bisa mengetahui dan memahami masalah-masalah politik dalam negara

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


59

Indonesia yang nantinya memiliki sikap orientasi terhadap pola kehidupan

politik yang berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945.

Media yang digunakan untuk sosialisasi politik di sekolah adalah

sebagai berikut:

1. Mata Pelajaran

Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang di

gunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai

luhur dan moral yang berlaku pada budaya bangsa indonesia yang di

harapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik

sebagai individu maupun sebagai anggota dari masyarakat dan mahluk

tuhan yang Maha Esa. Disamping itu pendidikan kewarganegaraan

dimaksudkan membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan

kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara serta

pendidikan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan

oleh bangsa dan negara.

2. Melalui Kegiatan Sekolah dan OSIS

a. OSIS

Kegiatan sekolah seperti upacara bendera, bakti sosial dijadikan

media untuk sosialisasi politik. Demikian pula dengan OSIS pada

hakekatnya OSIS merupakan wadah untuk membina dan mengembangkan

siswa sesuai dengan minatnya. Kegiatan OSIS dapat dilihat dalam

pembinaan dan pengembangan siswa dibidang olah raga, kesenian dan

lain-lain. Sedangkan dalam pemilihan pengurus dilakukan oleh majelis

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


60

permusyawarahan kelas (MPK) dan mendapat persetujuan dari Kepala

Sekolah. Untuk menjadi calon pengurus OSIS biasanya sekolah

melakukan latihan-latihan kepemimpinan bagi siswa yang telah menjadi

pengurus kelas. Dalam hal ini memberikan dasar-dasar tentang organisasi,

kepemimpinan dan kesekretariatan.

Di samping itu osis juga bertugas menegakan ketertiban dan

keamanan, kesehatan lingkungan sekolah, OSIS juga mengkoordinasi

kegiatan- kegiatan paskibra dan PMR di sekolah. Maksud kegiatan PMR

adalah menyadarkan para siswa akan pentingnya sikap dan prilaku saling

tolong menolong sesama manusia.

b. Melalui Kegiatan Pramuka

Media sosialisasi politik lainya adalah pramuka, pramuka

merupakan salah satu wadah pembinaan dan pengembangan para remaja,

baik yang berada di lingkungan sekolah maupun yang non sekolah.

Pramuka membina dan mengembangkan sikap dan prilaku para

remaja lebih sesuai dengan sikap dan prilaku umum yang terdapat dalam

masyarakat. Pendapat yang menjelaskan sebagai media sosialisasi politik

di kemukakan oleh presiden Soeharto ( 1992 : 191 ) sebagai berikut :

Gerakan pramuka merupakan wahana yang sangat tepat untuk

mengembangkan dan menanamkan kesadaran sosial, budaya dan

lingkungan hidup sebagai generasi muda bangsa kita. Dengan

menanamkan dan menumbuhkan kesadaran sosial, budaya dan lingkungan

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


61

hidup itu pada hakekatnya menumbuhkan makna yang dinamis dan rasa

cinta tanah air.

c. Melalui Media Masa

Media lainya adalah Media masa cetak, seperti TV, Radio,

Majalah, dan surat kabar yang biasanya berada di perpustakaan memuata

masalah-masalah sosial, politik, ekonomi, dan budaya serta masalah

lingkungan hidup dan sebagainya yang aktual dan faktual. Dengan media

masa cetak ini para siswa membaca dan memahami isi tulisan itu.

d. Media kontak sossial

Kontak sosial dapat berlangsung dalam 3 bentuk yaitu:

1) Kontak perorangan.

2) Kontak antara perorangan dengan kelompok atau sebaliknya.

3) Kontak antar kelompok dengan kelompok lainya.

9. Urgensi Pendidikan Politik

Pendidikan politik dapat dikatakan sebagai media penyampaian

konsep politik yang memiliki tujuan akhir untuk membuat warga negara

menjadi lebih sadar politik. Warga negara yang sadar politik adalah warga

negara yang sadar akan hak dan kewajiban sehingga dapat ikut serta dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara dalam setiap proses pembangunan.

Pendidikan politik diperlukan keberadaannya terutama untuk mendidik

generasi muda saat ini yang nantinya akan menjadi penerus generasi

bangsa.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


62

Eksistensi Pendidikan Politik disini adalah sebagai tongkat estafet

kepada generasi selanjutnya dalam memahami konsep-konsep politik

kenegaraan. Fungsi Pendidikan Politik yang paling penting adalah sebagai

penyaring (filter) terhadap berbagai pemikiran baru, ideologi baru, dan

berbagai ancaman, tantangan, hambatan,serta gangguan baik yang berasal

dari dalam maupun luar negeri.

Pemerintah telah meenyadari bahwa generasi muda saat ini tengah

hidup di dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan

kompetensi antar individu. Kebeebasan menjadi suatu bagian yang penting

dalam era ini. Sadar akan hal tersebut, pemerintah mecoba untuk

membangun tameng yang dapat melindungi generasi muda saat ini dari

pelunturan dan penghitungan jati diri bangsa. Kekhawatiran pemerintah ini

tercermin dalam Inpres No. 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik

bagi Generasi Muda yang didalamnya menyebutkan bahwa :

Kaum muda dalam perkembangannya berada dalam proses


pembangunan dan modernisasi dengan segala akibat sampinganya
yang bisa mempengaruhi proses pendewasaannya sehingga apa
bila tidak memperoleh arah yang jelas maka corak dan warna
masa depan negara dan bangsa akan menjadi lain dari pada yang
dicita-citakan.

Perkembangan zaman yang terasa sangat cepat jika tidak dibarengi

dengan wawasan berfikir yang luas hanya akan membawa generasi muda

bangsa ini ke dalam kehidupan yang lepas kendali. Oleh karena itu,

pendidikan politik diperlukan sebagai filter terhadap segala pengaruh

buruk yang mungkin datang. Jadi, pada kesimpulanya Pendidikan Politik

merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


63

memberikan arah pada generasi muda saat ini agar memiliki pemahaman

yang jelas terhadap arah tujuan bangsa.

10. Pokok Pokok Materi Pendidikan Politik

Pokok-pokok materi Pendidikan Politik sepenuhnya tertuang

sebagai muatan yang terkandung dalam kurikulum Pendidikan Politik.

Kurikulum Pendidikan Politik adalah jarak yang harus ditempuh oleh

seorang siswa dalam mencapai target yaitu kesadaran politik yang ditandai

dengan menguatnya daya nalar terhadap berbagai aktivitas politik dalam

infrastruktur maupun suprastruktur politik.

Brownhill (Putri,1989 : 110) mengajukan beberapa hal yang harus

dipertimbangkan dalam proses pemuatan kurikulum Pendidikan Politik,

yaitu:

1) On ethical base shouild be develop, which would include respect


for others tolerances, and an understanding of the principle of
treating others as one would like to be treated one self;
2) A consideration of how rules can be changed;
3) Nature of rules and authority;
4) Concept of obligation to legitimate authority;
5) An understanding of some basic political concepts, e.g freedom,
equality, justise, the rule of law, and of some of the arguments
related to these concepts;
6) An understanding of the basic structure of central an local
government;
7) Some understanding of the working of the national and
international economy;
8) Some knowledge of recent British and international history;
9) Self analysis;

Berdasarkan pendapat Brownhill diatas, jelas terlihat bahwa dalam

mengembangkan kurikulum Pendidikan Politik, seorang guru harus pula

memasukan mata pelajaran lain yang sekiranya ada hubungannya dengan

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


64

Pendidikan Politik, seperti diatas disebutkan yaitu mata pelajaran sejarah

dan ekonomi. Dalam artian bahwa mata pelajaran lain tersebut sebagai

pelengkap(komplementer) terhadap Pendidikan Politik.

Kurikulum Pendidikan Politik yang dicanangkan oleh Robert

Brownhill di atas telah cukup lengkap. Seperti kita lihat, Brownhill tidak

hanya memasukan unsur materi politik namun juga terdapat unsur etika,

ketaatan pada hukum dan kekuasaan, pemahaman terhadap jalannya

pemerintahan dan pembuatan kebijakan serta masalah ekonomi dan

sejarah.

Hal-hal yang mengenai kurikulum pendidikan politik diatur

dalam Inpres No. 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik bagi Generasi

Muda yang menyebutkan bahwa bahan Pendidikan Politik antara lain:

a) Penanaman kesadaran berideologi, berbangsa, dan bernegara;

b) Kehidupan dan kerukunan hidup beragama;

c) Motivasi berprestasi;

d) Pengalaman kesamaan hak dan kewajiban, keadilan sosial, dan

penghormatan atas harkat dan martabat manusia;

e) Pengembangan kemampuan politik dan kemampuan pribadi untuk

mewujudkan kebutuhan dan keinginan ikut serta dalam politik;

f) Disiplin pribadi,sosial,dan nasional;

g) Kepercayaan kepada pemerintah;

h) Kepercayaan pada pembengunan yang berkesinambungan;

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012


65

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa terdapat satu

materi yang membedakan kurikulum Pendidikan Politik menurut

Brownhill dengan bahan kurikulum Pendidikan Politik di Indonesia.

Dalam kurikulum Pendidikan Politik di Indonesia, telah memasukan unsur

materi agama yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam bahan

Pendidikan Politik.

Bahan Pendidikan Politik di Indonesia harus bersumber pada

Pancasila dan UUD 1945, dan berbagai makna yang dipetik dari

perjuangan bangsa Indonesia. Semua bahan ajar Pendidikan Politik

tersebut telah tercakup dalam mata pelajaran PKn.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Ali Mustofa, FKIP UMP, 2012

Anda mungkin juga menyukai