Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KASUS SENGKETA DESAIN INDUSTRI AYAM GEPREK BENSU MELAWAN I AM GEPREK

BENSU SEDEP BENEERRR

Untuk Memenuhi Tugas Kekayaan Intelektual

Dosen : Lia Rosmalia, S.T., M.Kom.

Disusun Oleh:

Audina Tazkia (2011010090)

Kelas: 5 SK-1

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS DARMAJAYA

BANDAR LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bu Lia Rosmalia, S.T., M.Kom. sebagai dosen
pengampu mata kuliah Kekayaan Intelektual yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 12 Desember 2023

Audina Tazkia
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................................3

2.1. Teori Terkait..............................................................................................................3

2.1.1. Hak Desain Industri.............................................................................................3

2.1.2. Hak Cipta............................................................................................................3

2.1.3. Industri Makanan...............................................................................................3

2.1.4. Merek.................................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................5

3.1. Analisis Kasus...............................................................................................................5

BAB IV.....................................................................................................................................8

KESIMPULAN...........................................................................................................................8

4.1. Kesimpulan...................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................9

DAFTAR ARTIKEL.......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan perdagangan global tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi
yang menekankan pada sektor industri. Dalam melaksanakan pembangunan
perekonomian di Indonesia, khususnya di bidang industri, kita menghadapi
kendala yaitu kurangnya pengembangan dan penegakan instrumen hukum
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan kemajuan masyarakat. Kemajuan
perdagangan dunia dan instrumen-instrumennya telah melampaui
perkembangan hukum nasional. Oleh karena itu, dalam era globalisasi
perdagangan, perkembangan sistem hukum di Indonesia perlu memiliki
kemampuan mengantisipasi perkembangan di setiap aspek kehidupan
masyarakat.

Salah satu hasil dari kemampuan intelektual manusia adalah Desain Industri,
yang memiliki peran krusial dalam kesuksesan sektor industri dan
perdagangan suatu negara. Desain industri berfungsi sebagai alat untuk
mencapai nilai tambah ekonomi yang tinggi di sektor industri tertentu. Oleh
karena itu, negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang
sangat memperhatikan perkembangan desain industri.

Seperti halnya dengan aspek HAKI lainnya, desain industri juga memiliki sifat
eksklusif. Hak eksklusivitas terkait dengan desain industri diberikan oleh
negara kepada para perancang untuk suatu periode waktu tertentu, yang
memungkinkan mereka untuk mengontrol penggunaan dan penerapan
desain tersebut atau memberikannya kepada pihak lain dalam
melaksanakannya.

Saat ini, peraturan terkait desain industri di Indonesia telah diatur melalui
UU No. 31 Tahun 2000. Meskipun demikian, berbagai peraturan perundang-
undangan lain juga turut membahas isu desain industri, termasuk UU No. 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil,
dan UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Pada dasarnya, peraturan-
peraturan tersebut mencakup aspek pembinaan dalam bidang desain, bukan
mengatur desain industri sebagai hak eksklusif.

Persaingan mengenai dunia bisnis tidak hanya tentang seberapa bagus


produk ataupun pelayanan yang ditawarkan, akan tetapi juga masuk ke
dalam aspek vitra dan penampilan visual merek. Kasus mengenai sengketa
desain industry yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran dalam
berbisnis yaitu kasus Geprek Bensu dan I Am Geprek Bensu. Hal ini digars
bawahi dengan betapa rumitnya perlindungan hak kekayaan intelektual di
tengah perkembangan industry makanan. Ayam Geprek Bensu merupakan
usaha di bidang kuliner yang menyajikan ayam sebagai menu utamanya.
Ayam Geprek Bensu sukses menjadi sebuah pelopor dalam tren kuliner ayam
geprek yang ada di Indonesia. Dengan mengemas desain industry yang unik,
logo berwarna merah, kemasan produk, Ayam Geprek Bensu berhasil
menciptakan sebuah tren yang bagus dan tergolong sukses dalam merintis
tren baru di dunia kuliner. Sedangkan I Am Geprek Bensu hadir sebagai
pesaing baru, dengan ambisi mereka untuk mengambil hati para konsumen
yang semakin cerdas secara visual. Namun hal ini tentunya segera disadari
oleh pihak Ayam Geprek Bensu ketika mendapatkan terdapat kesamaan yang
patut dicurigai dalam desain insutri mereka.

Sengketa ini tentunya menjadi sorotan bagi bisnis baru dalam menciptakan
idenstitas unik sambil mengikuti tren yang terus berkembang. Pihak I Am
Geprek Bensu menyangkal tuduhan yang ditunjukan kepada perusahaannya
atas tuduhan penjiplakan, dan juga mempertanyakan sejauh mana batas
kreativitas dalam industry yang terus berubah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh sengketa desain industri ini terhadap
pandangan masyarakat dan kelangsungan usaha kedua belah pihak?
2. Bagaimana penerapan regulasi hak kekayaan intelektual, khususnya
undang-undang desain industri?
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Teori Terkait


2.1.1. Hak Desain Industri
Hak Desain Industri adalah Hak eksklusif yang diberikan oleh
pemerintah kepada perancang atas karyanya untuk periode
waktu tertentu, yang memungkinkannya untuk mengelola secara
mandiri atau memberikan izin kepada pihak lain untuk
menggunakan hak tersebut (Hasanah, 2021).

Untuk mendapat perlindungan, proses pendaftaran desain


industri perlu diajukan melalui Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual (DJKI) di Kementerian Hukum dan HAM. Pemilik hak
desain industri memegang hak eksklusif untuk menjalankan hak
tersebut, termasuk dalam hal penggunaan, penjualan, impor,
ekspor, dan/ atau distribusi produk terkait. Masa perlindungan
desain industri berlangsung selama 10 tahun sejak tanggal
penerimaan dan tidak dapat diperpanjang. Pemberian hak desain
industri tidak dapat dilakukan jika desain tersebut melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum,
nilai agama, atau norma kesusilaan.

2.1.2. Hak Cipta


Hak cipta adalah salah satu komponen dari Hak Kekayaan
Intelektual (Intellectual Property Rights) yang berasal dari konsep
hukum barat. Ini mencakup hak-hak terkait dengan kepemilikan,
harta, dan hasil pemikiran manusia (Dr. Andrieansjah, 2021).

2.1.3. Industri Makanan


Industri makanan adalah kumpulan berbagai jenis industri yang
mencakup beragam sektor industri, termasuk pertanian, produksi
pangan, pengolahan makanan, pelestarian, pengemasan,
distribusi, ritel, dan layanan catering (Ari Riswanto, 2023).

2.1.4. Merek
Merek adalah suatu tanda yang digunakan untuk membedakan
produk yang diproduksi oleh individu atau entitas hukum tertentu
dari produk yang dihasilkan oleh pihak lain (Rusman, 2020).

Fungsi utama suatu merek adalah memungkinkan konsumen


untuk mengidentifikasi produk atau layanan yang dimiliki oleh
suatu perusahaan, membedakannya dari produk atau layanan
serupa atau mirip yang ditawarkan oleh pesaing. Konsumen yang
merasa puas dengan suatu produk yang memiliki merek tertentu
cenderung akan melakukan pembelian ulang pada produk-produk
lain yang berasal dari merek tersebut di masa mendatang.

Dalam UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi


Geografis, definisi merek dan merek dagang dapat ditemukan
pada Pasal 1 ayat 1 dan ayat 2, yang menyatakan:
“Pasal 1 ayat 1”
Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa
gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam
bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara,
hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut
untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh
orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang
dan/atau jasa.
“Pasal 1 ayat 2 “
Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
barang sejenis lainnya.”
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Analisis Kasus


Permohonan pendaftaran merek "I AM GEPREK BENSU SEDEP BENEERRR"
yang dimiliki oleh PT Ayam Geprek Benny Sujono telah diterima oleh
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 3 Mei 2017.
Permohonan ini jauh lebih awal diajukan daripada permohonan pendaftaran
merek-merek yang diajukan oleh pihak penggugat secara bertahap, dimulai
dari tanggal 8 Agustus 2017 - 31 Juli 2018. Dengan merujuk pada Pasal 21
ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis bersama dengan Pasal 16 ayat (2) huruf a Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2016 tentang Pendaftaran Merek, Tergugat I diakui sebagai pihak yang
pertama kali mengajukan permohonan pendaftaran merek “I AM GEPREK
BENSU” yang kemudian berubah menjadi merek “I AM GEPREK BENSU SEDEP
BENEERRR”adalah pihak yang paling berhak untuk memperoleh pendaftaran
merek-merek.

Merek "I AM GEPREK BENSU," yang kemudian mengalami perkembangan


menjadi merek "I AM GEPREK BENSU SEDEP BENEERRR," dianggap serupa
atau menyerupai nama Badan Hukum PT Ayam Geprek Benny Sujono yang
disingkat sebagai AYAM GEPREK BENSU (Tergugat I). Oleh karena itu,
berdasarkan Pasal 21 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
tentang Merek, Berdasarkan Pasal 21 ayat (3) huruf a Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis bersama
dengan Pasal 16 ayat (3) huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Pendaftaran
Merek, Tergugat I dianggap sebagai pihak yang memiliki hak paling utama
untuk mendapatkan pendaftaran.

Permohonan pendaftaran I AM GEPREK BENSU SEDEP BENEERRR oleh PT


Ayam Geprek Benny Sujono dilakukan dengan itikad baik untuk melindungi
bisnis makanan miliknya yang telah beroperasi dari tanggal 17 April 2017
sampai saat ini.
Berdasarkan keputusan hakim di atas, registrasi merek yang dimiliki oleh
Tergugat I dianggap sah dan berlaku. Terlebih lagi, registrasi yang dilakukan
oleh PT Ayam Geprek Benny Sujono dilakukan dengan niat baik dan
bertujuan untuk melindungi bisnis makanan dengan merek "I AM GEPREK
BENSU," yang kemudian berkembang menjadi "I AM GEPREK BENSU SEDEP
BENEERRR," atau umumnya dikenal sebagai "I AM GEPREK BENSU," "AYAM
GEPREK BENSU," "GEPREK BENSU SEDEP BENER," dan "I AM GEPREK BENSU
SEDEP BENER." Merek ini dimiliki oleh PT Ayam Geprek Benny Sujono sebagai
pihak yang pertama kali menggunakannya, memperkenalkannya,
memproduksinya, dan/atau memperdagangkannya, sesuai dengan Pasal 1
angka 5 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis bersama dengan Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Pendaftaran Merek. Oleh karena itu, Tergugat I diakui sebagai pemegang hak
eksekutif untuk menggunakan merek tersebut sendiri atau memberikan izin
kepada pihak lain untuk menggunakannya, dan hak PT Ayam Geprek Benny
Sujono atas merek yang terdaftar dilindungi oleh hukum.
N Merek No Kode Tanggal Tanggal Etiket Pemilik
o Pendaftara Kelas Penerimaa Pendafta
n n ran
1 AYAM IDM000643 45 08 Agustus 24 Mei Ruben Samuel
GEPREK 596 2017 2019 Onsu
BENSU

2 I AM IDM000643 43 03 Mei 24 Mei PT Ayam Geprek


GEPREK 531 2017 2019 Benny Sujono
BENSU
SEDEP
BENEERR

Jadi PT. AYAM GEPREK BENNY SUJONO telah lebih dahulu mendaftarkan
mereknya dengan nomor IDM000643531 tanggal 3 mei tahun 2017
sedangkan Merek AYAM GEPREK BENSU milik Ruben Samuel Onsu dengan
nomor IDM000643596 tanggal 8 agustus 2017.
BAB IV

KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pertimbangan hakim, Merek "I AM GEPREK BENSU SEDEP BENEERRR,"
atau yang sering disebut sebagai "I AM GEPREK BENSU," dianggap mirip atau
menyerupai nama Badan Hukum PT Ayam Geprek Benny Sujono yang disingkat
sebagai AYAM GEPREK BENSU. Pendaftaran merek oleh PT Ayam Geprek Benny
Sujono dilakukan dengan niat baik, sehingga mereka dianggap sebagai pihak yang
paling berhak untuk mendapatkan pendaftaran. Oleh karena itu, Ruben Onsu,
sebagai pemohon, diduga memiliki niat meniru, menjiplak, atau mengikuti merek
pihak lain, yang dapat menyebabkan persaingan usaha yang tidak sehat.

Ruben Samuel Onsu dan PT Ayam Geprek Benny Sujono memiliki persamaan pada
dasarnya terkait dengan barang sejenis. Meskipun keduanya termasuk dalam
kategori kelas yang sama, namun suatu merek tidak dianggap memiliki persamaan
pada pokoknya apabila tidak ada kesamaan esensial. Sesuai dengan Pasal 21 ayat (1)
UU Merek, suatu merek dianggap memiliki persamaan pada pokoknya atau secara
keseluruhan dengan merek lain yang telah terdaftar terlebih dahulu jika terdapat
suatu kemiripan dengan merek tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ari Riswanto, d. (2023). Ekonomi Kreatif. In Inovasi, Peluang, dan Tantangan


Ekonomi Kreatif di Indonesia (pp. 1-37). PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Dr. Andrieansjah, S. S. (2021). Hak Desain Industri Berdasarkan Penilaian Kebaruan


Desain Industri. Penerbit Alumni.

Hasanah, U. (2021, Desember 06). Hak Desain Industri Adalah: Pengertian, Syarat
dan Prosedur. Retrieved from greenpermit.id:
https://greenpermit.id/2021/12/06/desain-industri-adalah/

Rusman, R. (2020). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK MEREK


DALAM PERDAGANGAN ELEKTRONIK DI MARKETPLACE (Platform) . National
Conference on Law Studies (NCOLS), 171.
DAFTAR ARTIKEL

Idris, M. (2022, April 14). Kronologi Ruben Onsu Digugat Rp 100 Miliar dalam
Perebutan Merek Ayam Geprek Bensu. Retrieved from Kompas.Com:
https://amp.kompas.com/money/read/2022/04/14/063611326/kronologi-ruben-
onsu-digugat-rp-100-miliar-dalam-perebutan-merek-ayam-geprek

Anda mungkin juga menyukai