Keterkaitan Antarunsur Pembangun Puisi Dengan Makna Puisi
Keterkaitan Antarunsur Pembangun Puisi Dengan Makna Puisi
Unsur-unsur pembangun puisi tidak dapat berdiri sendiri. Unsur-unsur pembangun puisi saling
berkaitan. Sebagai contoh, diksi yang dipilih penyair pasti memengaruhi makna, rima, dan juga pengimajian
puisi. Begitu juga dengan penggunaan majas dalam puisi. Majas menjadikan makna puisi lebih indah dan
menarik. Berikut beberapa contoh analisis keterkaitan antarunsur pembangun puisi dengan makna puisi.
1. Keterkaitan Diksi dengan Makna Puisi
Diksi adalah salah satu unsur yang penting dalam menyusun puisi. Penyair perlu menggunakan
diksi atau pemilihan kata yang tepat. Pilihan diksi harus bermakna. Pemilihan kata yang tepat akan
menimbulkan kesan dan suasana tertentu. Oleh karena itu, kemampuan memilih kata yang tepat dan
mempertimbangkan urutan kata dalam puisi harus dikuasai oleh penyair.
Perhatikan kutipan puisi berikut!
Gadis Peminta-minta
Karya : Toto Sudarto Bachtiar
Pemilihan diksi pada judul puisi tersebut sudah berkaitan erat dengan makna atau isi puisi. Kata-
kata dalam puisi tersebut sangat erat dengan penggambaran gadis peminta-minta. Gadis kecil
berkaleng kecil secara tidak langsung menggambarkan sosok gadis peminta-minta dalam puisi
tersebut.
Kata-kata yang digunakan dalam puisi tersebut membentuk sebuah cerita yang sangat padu.
Penggambaran kehidupan gadis kecil berkaleng kecil digambarkan dengan kata yang lugas dan tegas.
Kata duka dan tanpa jiwa sudah sangat cukup untuk memaknai kehidupan gadis peminta-minta dalam
puisi tersebut. Penyair dengan cermat memilih kata-kata tersebut sehingga makna yang ditimbulkan
menjadi lebih dalam.
2. Keterkaitan Diksi dengan Rima Puisi
Dalam menulis puisi seorang penyair harus mempertimbangkan kata yang akan dipilih dalam
puisinya. Penyair harus mempertimbangkan komposisi bunyi dalam rima dan irama ketika menulis
puisi. Diksi dan rima berkaitan erat dengan keindahan puisi.
Perhatikan perbedaan dua kutipan puisi berikut!
Kutipan 1 Kutipan 2
Fajar Kucingku
Karya: A. Hasjmy Karya: Natalia Kristanti
Pada Kutipan 1, penyair memperhatikan rima. Pemilihan kata (diksi) dalam puisi tersebut
membentuk rima a-a-a-a, a-a-a-a, a-a-a, a-a-a. Bunyi akhir suku kata larik dalam setiap baitnya sama.
Penggunaan diksi tersebut sengaja dilakukan penyair untuk menciptakan ritme dan metrum puisi yang
khas. Penyair dengan cermat merangkai kata dengan permainan rima yang sangat menarik.
Pada Kutipan 2, penyair tidak terlalu memperhatikan rima setiap akhir larik puisi. Penyair lebih
mementingkan diksi yang tepat untuk menyampaikan makna puisi yang mudah dipahami pembaca.
Dengan demikian, pemilihan kata pada Kutipan 2 menggunakan rima acak, tidak teratur.
3. Keterkaitan Penggunaan Kata Konkret dengan Penggunaan Imaji dalam Puisi
Penggunaan imaji dan kata konkret dalam puisi memiliki hubungan yang sangat erat. Penyair
harus menggunakan diksi yang tepat untuk menghasilkan imaji dalam puisinya. Diksi yang ditulis
penyair harus memunculkan kata konkret yang bisa dihayati melalui penglihatan, pendengaran, dan
perabaan atau rasa.
Perhatikan kutipan puisi berikut!
Dibawa Gelombang
Karya: Sanusi Pane
akan pergi
Puisi tersebut menggunakan majas repetisi. Majas tersebut digunakan dengan mengulang frasa tak
lagi ada. Penggunaan majas tersebut menambah makna mendalam dalam sebuah perpisahan.
Penggunaan majas tersebut membuat pengungkapan makna perpisahan lebih mengena.