Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH STUDI AL-QUR’AN DAN HADIS

“Kritik Matan Hadis”

Oleh:

Yandri Yanto (211023006)

Dosen Pembimbing:

Dr. Faizin, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASAJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah dengan
judul “Kritik Matan Hadis”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadis. Saya menyadari bahwa dalam
proses penulisan makalah ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan pembaca umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kemajuan penulisan
makalah berikutnya.

i
DAFTAR PUSTAKA
BAB I ...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .....................................................................................1
BAB II ..............................................................................................................................2
PEMBAHASAN .................................................................................................................2
A. Pengertian dan Sejarah Kritik Matan Hadis .........................................................2
B. Objek dan Tujuan Kritik Matan Hadis .................................................................4
C. Urgensi Kritik Matan Hadis .................................................................................5
D. Metode Kritik Matan Hadis .................................................................................6
1. Meneliti matan dengan menganalisis kualitas sanadnya ....................................6
2. Kaidah kesahihan matan sebagai acuan ............................................................6
3. Metode kritik matan hadis jika terjadi perbedaan lafaz .....................................8
BAB III ........................................................................................................................... 10
PENUTUP ...................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selain sanad, dalam sebuah hadis juga mesti memuat sebuah
matan. Matan hadis adalah isi/ pesan hadis itu sendiri. Kedua unsur ini,
yakni sanad dan matan, mesti diperiksa/ dikritik agar sebuah hadis dapat
diketahui kualitasnya. Pemeriksaan hadis ini bukan berarti meragukan
hadis Nabi Muhammad, melainkan bertujuan guna memeriksa kualitas
hadis tersebut mengingat periwayat hadis tetap manusia biasa yang bisa
jadi melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tidak.
Secara singkat, terdapat beberapa kriteria kaidah kesahihan hadis
yakni ketersambungan sanad, kredibilitas periwayatnya, tak ada syāż dan
‘illah. Lebih detailnya, penulis akan memaparkan dalam pembahasan.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas tentang kritik matan. Data
yang penulis gunakan berasal dari buku/ kitab, jurnal yang relevan
dengan tema tulisan. Pembahasan ini perlu karena dengan mengetahui
kritik matan kita dapat tahu kualitas sebuah hadis.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan maslah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dan sejarah kritik matan hadis?
2. Apa objek dan tjuan kritik matan hadis?
3. Apa urgensi kritik matan hadis?
4. Bagaimana metode kritik matan hadis?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Kritik Matan Hadis


Kata “matan” berasal dari bahasa Arab ma-ta-na yang berarti

punggung jalan (muka jalan), tanah yang tinggi dan keras. 1 Sedang

menurut ilmu hadis adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi

Muhammad SAW. yang disebut setelah disebutkannya sanad. 2

Adapun kata “kritik” dalam literatur bahasa Arab biasa

digunakandengan istilah “naqd” seperti suatu ungkapan yang menyatakan

naqd al-kalam wa naqd al-syi’ra (dia telah mengkritik bahasanya dan juga

puisinya). Contoh lain adalah ungkapan naqd al-darahim wa intaqadaha

(dia memisahkan uang yang baik dari yang buruk).

Istilah kritik hadis atau naqd al-hadis di kalangan ulama

kontemporer sering dinamakan dengan penelitian hadis.3 Secara singkat,

dapat dikatakan bahwa kritik hadis adalah upaya untuk membedakan

antara hadis yang benar (sahih) dan hadis yang tidak benar (tidak sahih). 4

Lebih khusus, menurut Tahir al-Jawabi kritik hadis adalah menetapkan

kualitas rawi dengan nilai cacat atau adil, lewat penggunaan lafaz tertentu

dan dengan menggunakan alasan-alasan yang telah ditetapkan oleh para

ahli hadis, serta dengan meneliti matan-matan hadis yang sanadnya sahih

1
Ibn Manzur, Lisān al-Arab (Mesir: Dār al-Misriyyah li al-Ta’lif wa al-Tarjamah, 1868), III: 434-435.
2
Lihat Muh}ammad T}ahir al-Jawabi, Juhud al-Muhaddisin fi Naqd Matn al-Hadis al- Nabawi al-
Syarif (Tunis: Muassasah Abd al-Karim ibn Abdullah, t.t.), hlm. 88-89.
3 Muhammad Tahir al-Jawabi, Juhud al-Muhaddisin, hlm. 88.
4 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis (Jakarta: Buan Bintang, 1992), hlm. 4-
5

2
dalam rangka untuk menetapkan kesahihan atau kelemahan matan

tersebut, dan untuk menghilangkan kemusykilan pada hadis- hadis sahih

yang tampak musykil maknanya serta menghapuskan pertentangan

kandungannya dengan melalui penerapan standar yang mendalam atau

akurat.

Berdasarkan definisi dari Tahir al-Jawabi tersebut, kritik matan hadis

berarti suatu kegiatan penelitian terhadap matan-matan hadis yang

sanadnya sahih, dalam rangka untuk mengetahui kesahihan atau

kedha’ifan matan hadis, dan untuk menghilangkan kemusykilan pada

maknanya serta untuk menghilangkan pertentangan di antara hadis-hadis

yang sahih tersebut dengan menggunakan ukuran-ukuran yang akurat.

Sejarah menunjukkan bahwa secara umum tradisi kritik hadis telah

dimulai pada masa Rasulullah SAW. yakni kritik dalam pengertian suatu

upaya untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Pada

masa Nabi ini kritik masih dalam bentuk yang sederhana yakni salah satu

sahabat pergi menemui Nabi guna mengkonfirmasikan sesuatu berita yang

dikatakan berasal dari Nabi. Dengan demikian, kritik pada masa Nabi

lebih merupakan konsolidasi dengan tujuan agar umat Islam lebih

memiliki keyakinan terhadap suatu berita yang berasal dari Nabi. Sebab,

pengecekan ulang terhadap suatu berita (riwayat) yang dilakukan oleh

sahabat bukan berdasarkan rasa curiga, melainkan untuk meyakinkan

bahwa suatu berita itu benar-benar berasal dari Nabi. Oleh karena itu, tidak

aneh jika pada masa ini kritik hadis sangat sedikit dan lingkupnya pun

3
masih terbatas.5 Fenomena kritik pada masa Nabi ini kemudian menjadi

embrio bagi tumbuh dan berkembangnya ilmu kritik hadis (‘ilm naqd al-

hadis hatta berkembang menjadi salah satu cabang ilmu-ilmu hadis yang

berjumlah sembilan puluh cabang.

B. Objek dan Tujuan Kritik Matan Hadis


Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa

keberadaan sanad dan matan adalah dua komponen pembentuk bangunan

hadis yang menduduki posisi penting dalam khazanah penelitian hadis.

Terhadap dua komponen ini jika diyakini validitasnya berasal dari Nabi,

maka penelitian terhadap sanad dan matan tidak diperlukan lagi dalam

khazanah keilmuan Islam. Namun, realita menunjukkan bahwa matan

hadis yang sampai pada umat Islam berkaitan erat dengan keadaan sanad

yang masih memerlukan penelitian ulang secara cermat, maka hal yang

sama juga berlaku pada matan hadis Nabi.

Adapun terkait dengan objek kajian matan hadis, maka secara garis

besar terdapat dua hal yang harus diteiliti secara cermat, yakni pertama,

susunan kata-kata atau redaksi kalimat hadis. Kedua, kandungan berita

yang termuat di dalam teks matan hadis.

Sementara itu, salah satu tujuan pokok dari kritik hadis, baik dari

segi sanad maupun matan, adalah untuk mengetahui kualitas hukum

Islam karena kedudukannya sebagai hujjah dalam ajaran Islam. Jelas,

suatu hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat kesahihan tidak dapat

5
al-Di@n ‘Itr, Manhaj al-Naqd (Damaskus: Daal-Fikr, 1981), hlm. 54.

4
dijadikan sebagai hujjah. Sebab, akan berdampak pada munculnya ajaran

yang jauh dan tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.

Konsekuwensi dari pentingnya kritik matan hadis adalah perlunya

penelitian ulang terhadap hadis-hadis yang termuat di dalam berbagai

karya para ulama. Penelitian ulang sangat bermanfaat untuk mengetahui

tingkat akurasi penelitian ulama terhadap hadis yang telah mereka teliti.

Selain itu, juga untuk menghindarkan diri dari penggunaan dalil hadis

yang tidak memenuhi kriteria sahih di lihat dari segi kehujjahannya.

C. Urgensi Kritik Matan Hadis


Hadis bukan hanya sekedar pernyataan tentang riwayat kehidupan

Nabi Muhammad SAW., namun banyak hal penting lainnya yang terkait

di dalamnya yang berkaitan dengan fungsi dan kedudukannya dalam

Islam maupun yang berkaitan dengan latar belakang historis periwayatan

serta kodifikasinya. Terhadap beragam faktor inilah yang menyebabkan

penelitian (kritik) hadis menjadi suatu hal yang mutlak untuk dilakukan.

Selain itu, penelitian (kritik) terhadap hadis Nabi memiliki nilai penting

dalam Islam yang oleh M. Syuhudi Ismail Ismail disebutkan terdapat enam

hal yang melatarbelakanginya, 6 yakni: pertama, hadis Nabi sebagai salah

satu sumber ajaran Islam, Kedua, tidak seluruh hadis telah ditulis pada

zaman Nabi. Sejarah menunjukkan bahwa periwayatan hadis jelas jauh

berbeda dengan periwayatan al-Qur'an. Periwayatan al-Qur'an berlangsung

6
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),hlm. 75-98.
Bandingkan juga dalam karyanya Metodologi Penelitian, hlm. 7-20.

5
secara mutawatir, lisan, dan tulisan. Sementara periwayatan hadis lebih di

dominasi periwayatan ahad dan sebagian kecil saja yang berlangsung

secara mutawatir. Ketiga, terjadinya berbagai pemalsuan hadis. Keempat,

proses penghimpunan hadis. Kelima, terjadinya periwayatan hadis secara

makna. Keenam, Aneka ragam metode penelitian dan penyusunan kitab

hadis.

D. Metode Kritik Matan Hadis

1. Meneliti matan dengan menganalisis kualitas sanadnya


Dalam dunia ilmu hadis, para sarjana sepakat bahwa hadis tidaklah
mempunyai arti jika tidak memiliki unsur sanad dan matan. Dengan
demikian kedua unsur itu sama pentingnya untuk diteliti. Khususnya
pada matan hadis, sebelum dilakukan penelitian terhadap matan, para
pengkaji hadis harus melakukan penelitian atas sanad hadis terlebih
dahulu. Hal ini tak berarti matan lebih baik atau lebih utama dari pada
sanad, melainkan matan barulah berarti jika sudah diketahui kualitas
sanadnya. Yang dalam hal ini minimal kualitas sanad tersebut adalah
ạa‘īf dan tidak termasuk mauạū‘ sehingga jika digambungkan dengan
periwayatan lainnya maka ada kemungkinan sanad tersebut naik
tingkat yang lebih tinggi. Namun jikasudah memasuki kategori mauạū‘
atau matruk maka menurut MaZmūd ThaZan sanad tersebut sudah
tidak bisa ditolerin lagi.7

2. Kaidah kesahihan matan sebagai acuan


a. Standar tolak ukur kritik matan hadis
Untuk menentukan standarisasi kesahihan sebuah
matan hadis, Syuhudi Ismail dalam bukunya menyimpulkan
bahwa ada dua unsur utama yang harus diperhatikan oleh

7
Kamaruddin Amin, Menguji Kembali keakuratan Metode Kritik Hadis (Jakarta: PTMizan Publika,
2009), 56-57

6
para pengkaji hadis, yaitu hadis tersebut harus terhindar dari
unsur syāż/ keganjalan dan illah/ cacat.8 Namun ternyata dua
unsur utama tersebut memiliki klasifikasi lebih detail lagi
yang mana pakar hadis banyak menyebutkannya dalam karya-
karya mereka.
Adapun perincian dari dua unsur tersebut ulama
berbeda pendapat perihal kualifikasinya yang mana pemakalah
akan paparkan setelah ini.

1) Pada zaman sahabat:


a) Maknanya tidaklah bertentangan dengan al-Qur'an
b) Saling tidak bertentangan dengan riwayat hadis yang
lainnya Contoh, hadis diwajibkannya mandi pasca jima'
meski tidak keluar mani. Dalam riwayat ‘Ubaid bin
Rifā‘ah al-‘An?ārī, ia menyebutkan bahwa suatu hari di
majelis Zaid bin ?ābit terdapat perbedaan pendapat
mengenai apakah diwajibkan mandi junub pacsa jima'
meski tidak keluar mani? Akhirnya setelah debat
panjang akhirnya mereka memutuskan untuk meminta
penjelasan kepada istri–istri Rasulullah saw. Pertama
mereka mendatangi Sayyidah Hafsah untuk dimintai
pendapat, namun sayangnya beliau tidak mengetahui
hukumnya. Lalu pada akhirnya mereka datang kepada
‘‘Āisyah dan beliau menjelaskan bahwa: “Jika sesorang
telah jima' maka ia wajib mandi,”20 dalam konteks
sekalipun keluar mani atau tidak. Ini juga diperkuat
denganhadis lain yang menjelaskan hal serupa.
c) Bertentangan dengan akal sehat, contohContoh hadis
diwajibkan membasuh tangan sebelum memasukkannya
ke dalam wadah. Dalam riwayat Abū Hurairah dikatakan

8
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis (Jakarta: PT. Bulan Bintang,1995) hlm.116

7
bahwa Rasulullah saw bersabda: “Jika kalian bangun
tidur maka jangan sekali–kali memasukkan tangan
kalian ke dalam wadah atau bejana kecuali sudah
dibasuh selama tiga kali

3. Metode kritik matan hadis jika terjadi perbedaan lafaz


a. Menggunakan Metode Muqāranah
Metode Muqāranah sangatlah penting sebagai jalan keluar
jika di suatu riwayat hadis terdapat beberapa matan yang
semakna atau dalam satu tema. Bahkan metode ini juga relevan
digunakan dalam konteks sanad juga. Dengan metode
Muqāranah, maka dapat diketahui perbedaan kata atau makna
dalam suatu sanad atau hadis dapat ditoleransi atau ditolak.
Metode Muqāranah juga tidak hanya dipakai untuk
mengkonfirmasi tentang hasil penelitian dari beberapa riwayat
saja, namun juga untuk lebih mencermati dari susunan sanad
sehingga jelas apakah hadis tersebut bisa diklaim
keauntentikannya dari Rasulullah atau tidak.
b. Menggunakan Metode Ziyādah dan Idrāj
Secara bahasa kata ziyādah dalam bahasa Arab bermakna
“tambahan”. Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, ziyādah
diartikan sebagai adanya sebuah tambahan yang berupa lafal
atau susunan kalimat dari perawi di matan hadis. Tambahan
tersebut biasanya terindentifikasi jika dalam suatu riwayat
terdapat lafal atau kalimat yang tidak dijumpai di riwayat–
riwayat lain yang dalam satu tema. 9
Dalam istilah bahasa Arab, kata Idrāj adalah ma?dar dari
fi'il adraja yang berarti “memasukkan” dan “menghimpunkan”.
Menurut terminologi ilmu hadis, Idrāj adalah menyelipkan atau

9
Nūr al-Dīn ‘Atr, Manhāj al-Naqd fī al-‘Ulūm al-±adīi (Damaskus: Dār al-Fikr,1981), 425.

8
menambahkan pernyataan yang yang berasal dari kata–kata si
perawi ke dalam suatu matan hadis, sehingga menimbulkan
pernyataan bahwa bahwa kata–kata tersebut berasal dari Nabi
Muhammad sebab tak adanya penjelasan dari matan tersebut.
Jika dilihat sekilas, antara ziyādah dan Idrāj mempunyai
kesamaan, yaitu tambahan yang ada dalam riwayat matan
hadis. Perbedaannya adalah Idrāj bersumber dari diri
periwayat, sedang ziyādah (yang memenuhi syarat) adalah
bagian tidak terpisahkan dari matan hadis nabi.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mengetahui kualitas sebuah hadis perlu dilakukan
penelitian terlebih dahulu atas hadis tersebut dari segi sanad dan matan.
Sanad adalah rangkaian periwayat hadis mulai dari sahabat yang
mendapatkannya dari Rasulullah hingga pada periwayat terakhir.
Sedangkan matan adalah isi hadis itu sendiri. Kedua hal tersebut sama-
sama penting bagi hadis, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ada lima
hal yang mesti ditinjau untuk memastikan kesahihan sebuah hadis yakni,
Itti?āl al-sanad, perawinya mesti ‘adl dan ạābit, serta matannya tak ada
syāż serta 'illat.
Penelitian (kritik) matan menjadi suatu hal yang mutlak untuk
dilakukan. Selain itu, penelitian (kritik) terhadap hadis Nabi memiliki
nilai penting dalam Islam. Terdapat enam hal yang melatarbelakanginya,
yakni: pertama, hadis Nabi sebagai salah satu sumber ajaran Islam,
Kedua, tidak seluruh hadis telah ditulis pada zaman Nabi. Sejarah
menunjukkan bahwa periwayatan hadis jelas jauh berbeda dengan
periwayatan al-Qur'an. Periwayatan al-Qur'an berlangsung secara
mutawatir, lisan, dan tulisan. Sementara periwayatan hadis lebih di
dominasi periwayatan ahad dan sebagian kecil saja yang berlangsung
secara mutawatir. Ketiga, terjadinya berbagai pemalsuan hadis. Keempat,
proses penghimpunan hadis. Kelima, terjadinya periwayatan hadis secara
makna. Keenam, Aneka ragam metode penelitian dan penyusunan kitab
hadis.

10
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Kamaruddin. Menguji Kembali keakuratan Metode Kritik Hadis.
Jakarta:PT Mizan Publika, 2009.

Anggoro, Taufan. “Wacana Studi Hadis di Indonesia: Studi atas


HermeneutikaHadis Muhammad Syuhudi Ismail.” Diya Afkar 6, no. 2
(2018).
Arifin, Zaenal. “Kritik Sanad Hadis: Studi Sunan Ibnu Majah, Kitab az-
Zuhud).” Hikmah 14, no. 2 (2018).

‘Atr, Nūr al-Dīn. Manhāj al-Naqd fī al-‘Ulūm al-±adīi. Damaskus: Dār al-Fikr,
1981

Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: PT. Bulan


Bintang, 2007.

Ismail, M. Syuhudi. Kaedah Keshahihan Sanad Hadis. Jakarta: PT. Bulan


Bintang, 1995.

Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: PT. Bulan


Bintang, 2007.

11

Anda mungkin juga menyukai