Anda di halaman 1dari 117

ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN

PADA NY B DI PUSTU RENGAS BANDUNG


KECAMATAN JAMBI LUAR
KOTA TAHUN 2022

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Komunitas dalam Konteks


Continuity of Care (COC )

OLEH : MARHAMAH
PO.712. 422. 100. 71

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES JAMBI 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY B


DI PUSTU RENGAS BANDUNG KECAMATAN
JAMBI LUAR KOTA TAHUN 2022

MARHAMAH
PO. 712. 422. 100.71

Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui, dipertahankan


dan disahkan oleh pembimbing Prodi Profesi Kebidanan

Jambi, Juni 2022


Penguji,

ROSMARIA, M.Keb
NIP. 197311092001122001

HALAMAN PENGESAHAN
“ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY B
DI PUSTU RENGAS BANDUNG KECAMATAN
JAMBI LUAR KOTA TAHUN 2022 ”

Oleh:
MARHAMAH
NIM. PO71242210071

Menyetujui,

Pembimbing I

Rosmaria, M.Keb
NIP. 197311092001122001 (...............................................)

Pembimbing II

Hj. Suryani, S.Pd, MPH


NIP. 196507051988032004 (...............................................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Lia Artika Sari, M.Keb


NIP. 198007122002122 002

POLITEKKES KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
Nama penulis : Marhamah
Judul : Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Ny. B
di Pustu Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar
Kota tahun 2022

Jumlah BAB & Halaman : 5 BAB dan ... Halaman

GAMBARAN KASUS
Asuhan kebidanan berkesinambungan yang dilakukan merupakan asuhan kebidanan yang
diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir sampai pada
perencanaan KB. Kasus ini diambil di Puskesmas Pembantu Desa Rengas Bandung
Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi sejak tanggal 12 April 2022 sampai
dengan tanggal 12 Mei 2022. Ny. B G4P3A0 umur 32 tahun, HPHT 8 Agustus 2021. TP
15 Mei 2022. Ny. B mulai memeriksakan kehamilannya pada usia kehamilan 12 minggu
di Puskesmas Pembantu Desa Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten
Muaro Jambi. Penulis melakukan Asuhan Kehamilan (ANC) 4 kali yang dimulai pada
usia kehamilan 33-34 minggu. Pada tanggal 8 Mei 2022 pukul 16.00 WIB ibu datang
dengan keluhan mulas-mulas, hasil pemeriksaan Ny.B G4P3A0 hamil 37-38 minggu
partus kala 1 fase laten janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala, keadaan ibu
dan janin baik, dilakukan pemeriksaan dala, pembukaan 7 cm, porsio tipis . Tanggal 8
Mei 2022 pukul 18.35 WIB ketuban ibu pecah spontan dilakukan pemeriksaan, hasil
pemeriksaan Ny.B G4P3A0 hamil 37-38 minggu partus kala I fase aktif, keadaan ibu dan
janin baik. Lalu pada pukul 18.30 WIB ada dorongan ingin mengedan dan tanda-tanda
kala II, hasil pemeriksaan Ny.B P3A0 parturien kala II janin tunggal hidup intrauterine,
keadaan ibu dan janin baik. Dilakukan pertolongan persalinan, jam 18,50 bayi lahir
spontan dengan letak belakang kepala, berat badan 2800 gram, panjang badan 48 cm,
menangis kuat, tonus otot aktif dan kulit kemerahan. Tanggal 8 Mei 2022 pukul 18.55
Ny.B parturien kala III, keadaan ibu baik. Dilakukan managemen aktif kala III, plasenta
lahir spontan pukul 19.05 WIB kesan lengkap. Tanggal 8 Mei 2022 pukul 19.15 WIB
Ny.B parturien kala IV dilakukan pemantauan dalam satu jam pertama dilakukan
pemantauan tiap lima belas menit dan pada jam kedua tiap 30 menit, didapati hasil keadaan
ibu baik. Pada tanggal 9 Mei 2022 pukul 08.00 WIB Ny. B P3A0 nifas hari pertama TFU
2 jari bawah pusat dengan pengeluaran lochea rubra, keadaan ibu baik. Neonatus cukup
bulan sesuai masa kehamilan umur 1 hari, keadaan bayi baik. Pada tanggal 12 Mei 2022
dilakukan kunjungan, Ny.B P3 nifas hari ke 4 TFU setengah sympisis pusat, pengeluaran
lochea rubra, ASI lancar, keadaan ibu baik. Bayi umur 4 hari BB 2800 gram, menyusu
aktif, keadaan sehat.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah -

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus berkesinambungan ini
yang diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Kebidanan Klinik

Berkesinambungan . Dalam meyelesaikan laporan tugas akhir ini penulis banyak sekali

mendapatkan bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Hj. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Jambi

2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes

Kemenkes Jambi

3. Ibu rosmaria, M.Keb selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk membimbing, memberi dukungan, memberikan saran dan masukan

yang membangun sehingga penulis dapat menyempurnakan laporan tugas akhir

berkesinambungan ini hingga akhir.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam

penyusunan laporan tugas akhir ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata semoga laporan

tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya dibidang kebidanan.

Jambi, Juni 2022

Marhamah

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL SPESIFIKASI


LEMBARAN PERSERSETUJUAN

GAMBARAN KASUS.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus.......................................................3
BAB II......................................................................................................................4
A. Asuhan Kehamilan (Trimester III)................................................................4
B. Asuhan Kebidanan Persalinan
................................................................................................................
18
C. Asuhan Kebidanan Neonatus
................................................................................................................
29
D. Asuhan Kebidanan Nifas
................................................................................................................
37
BAB III..................................................................................................................45
A. Kehamilan
................................................................................................................
45
B. Persalinan
................................................................................................................
54
C. Bayi Baru Lahir
................................................................................................................
67
D. Nifas
................................................................................................................
74
BAB IV..................................................................................................................81
A. Kehamilan
................................................................................................................
81
B. Persalinan
................................................................................................................
89
C. Bayi Baru Lahir
................................................................................................................
94
D. Nifas
................................................................................................................
99
BAB V..................................................................................................................101
A. Kesimpulan
.............................................................................................................
101
B. Saran
.............................................................................................................
103

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................104
LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik-buruknya keadaan

pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian

maternal (matemal mortality). Menurut definisi WHO "kematian maternal ialah

kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya

kehamilan oleh sebab apa pun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang

dilakukan untuk mengakhiri kehamilan".

Pemerintah telah menjelaskan bahwa pelayanan Kesehatan Masa Sebelum

Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan

Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual, diselenggarakan dengan

pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara

menyeluruh terpadu dan berkesinambungan (Permenkes RI, 2014:4).

Pelayanan continuity of care dapat menciptakan hubungan pelayanan

kontinuitas antara perempuan dan petugas kesehatan khususnya bidan dalam

memberikan pelayanan serta pengetahuan secara berkesinambungan yang


berkualitas secara teraputik (Ningsih, 2017:68). WHO mengungkapkan bahwa

pemberian asuhan kesinambungan (continuity of care) yang dipimpin bidan dapat

mengurangi kelahiran prematur hingga 24% melalui rangkaian dengan program

bidan yang berfungsi dengan baik (WHO,2022:2).

Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi

(mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada pencegahan

dan promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif dan

fleksibel, suportif, peduli, bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada

perempuan. Serta asuhan berkesinambungan sesuai keinginan dan tidak otoriter serta

menghormati pilihan perempuan.

Kehamilan merupakan proses fisiologis yang dapat berkembang menjadi

masalah atau komplikasi setiap saat. Morbiditas dan mortalitas ibu karena hipertensi

kehamilan masih cukup tinggi di Indonesia, 5-15% dari penyulit kehamilan

merupakan hipertensi dalam kehamilan, hipertensi dalam kehamilan yang tidak

terkontrol dengan baik bisa berkembang menjadi preeklamsia, selanjutnya

preeklamsia yang tidak terkontrol dapat berlanjut menjadi eklamsia (Sarwono,

2010:531).

Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2018 menunjukkan bahwa

sebanyak 28% ibu hamil mengalami komplikasi atau penyulit kehamilan, dengan

hipertensi sebesar 3,3%, serta bengkak kaki disertai kejang sebesar 2,7%

(Balitbangkes, 2019:389).

Provinsi Jambi sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi

Jambi tahun 2018 menunjukkan bahwa komplikasi kehamilan dengan hipertensi

sebesar 2,24% dan bengkak kaki disertai kejang sebesar 1,20% (Balitbangkes,

2019:249). Berdasarkan data laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi


bidang Kesehatan Keluarga Tahun 2021 ditemukan bahwa Kematian Ibu di Muaro

Jambi pada masa kehamilan sebanyak 2 kasus dengan 2 kasus kematian ibu

disebabkan oleh eklamsi.

Sebagian besar komplikasi kehamilan dapat dicegah atau diobati melalui

perawatan selama kehamilan. WHO merekomendasikan pemeriksaaan kehamilan

pada ibu hamil normal dilakukan minimal 8 kali, mengacu pada hal tersebutnelio,

maka di Indonesia disepakati antenatal care dilakukan minimal 6 kali dengan

minimal kontak dengan dokter 2 kali untuk skrining faktor risiko/komplikasi

kehamilan di trimester 1 dan skrining faktor risiko persalinan 1 kali di trimester 3

(Kemenkes R1, 2020:4).

Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan

terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan

penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes R1, 2020:4).

Persalinan di katakan normal jika terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 –

42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala dalam waktu 18 jam

tanpa komplikasi pada ibu/janin (Saifuddin, 2018). Persalinan normal dapat berubah

menjadi persalinan patologi jika persalinan berlangsung melampaui batas waktu

tanpa diikuti oleh kemajuan persalinan (Nugroho, 2020). Persalinan patologi dapat

membawa akibat buruk bagi ibu dan janin yang menyebabkan kematian ibu dan

janin (Departement of Gynekologi,2017).

Asuhan kebidanan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali

penting pada ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah

proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta

untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan

ketidaknormalan dalam proses persalinan.


Pada ibu post partum, involusi uterus merupakan proses yang sangat penting

karena ibu memerlukan perawatan yang khusus, bantuan dan pengawasan demi

pulihanya kesehatan seperti sebelum hamil. Salah satu indikator dalam proses

involusi adalah Tinggi Fundus Uteri.

Apabila fundus uteri berada diatas batas normal maka hal ini menandakan di

dalam rahim terjadi sesuatu. Salah satunya adalah perdarahan didalam rahim, ini

sangat berbahaya bila darah keluar dengan deras maka ibu kehilangan banyak darah

sehingga dapat terjadi shock sampai terjadi kematian (Gunawan dan Astuti,

2015:183).

Setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar pada

kunjungan bayi baru lahir (KN) agar menemukan secara dini penyakit atau tanda

bahaya pada neonatus, sehingga pertolongan segera dapat diberikan untuk mencegah

penyakit bertambah berat yang dapat menyebabkan kematian (Kemenkes RI,

2021:119).

Tanpa penanganan yang tepat, berbagai masalah kesehatan yang bisa muncul

pada bayi hingga usia kurang satu bulan bisa berakibat fatal, karena masa itu

merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi

(Kemenkes RI, 2021:1119).,

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diperolehnya gambaran asuhan kebidanan secara continuity of care pada

Ny. B mulai usia kehamilan 33-34 minggu sampai dengan perencanaan KB di

Pustu Rengas Bandung Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022, menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian tujuh langkah


Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Diperolehnya gambaran pengkajian asuhan kebidanan Ny. B pada masa

Kehamilan, Persalinan, BBL, Nifas dan perencanaan KB di Pustu Rengas

Bandung di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022.

b. Diperolehnya gambaran interpretasi data dasar Ny. B pada masa Kehamilan,

Persalinan, BBL, Nifas dan perencanaan KB di Pustu Rengas Bandung di

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022

c. Diperolehnya gambaran diagnosa masalah potensial asuhan kebidanan Ny. B

pada masa Kehamilan, Persalinan, BBL, Nifas dan perencanaan KB di Pustu

Rengas Bandung di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022.

d. Diperolehnya gambaran tindakan segera secara mandiri, kolaborasi, dan

rujukan asuhan kebidanan Ny. B pada masa Kehamilan, Persalinan, BBL, Nifas

dan perencanaan KB di Pustu Rengas Bandung di Kabupaten Muaro Jambi

Tahun 2022.

e. Diperolehnya gambaran perencanaan asuhan kebidanan Ny. B pada masa

Kehamilan, Persalinan, BBL, Nifas dan perencanaan KB di Pustu Rengas

Bandung di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022.

f. Diperolehnya gambaran pelaksanaan asuhan kebidanan Ny. B pada masa

Kehamilan, Persalinan, BBL, Nifas dan perencanaan KB di Pustu Rengas

Bandung di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022.

g. Diperolehnya gambaran evaluasi hasil asuhan kebidanan Ny. B pada masa

Kehamilan, Persalinan, BBL, Nifas dan perencanaan KB di Pustu Rengas

Bandung di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022.


C. Manfaat

1. Teoritis

Menjadi informasi berbasis bukti tentang asuhan kebidanan pada masa

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, neonatus, dan KB dengan model

pelayananan Continuity of Care serta dapat menjadi sumber pustaka untuk

pengembangan tugas akhir ini selanjutnya.

2. Praktis

Menjadi bahan pertimbangan bagi institusi untuk menjadikan laporan

tugas akhir ini sebagai bahan sumber dalam metode pembelajaran studi kasus

pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, neonatus, dan KB dengan model

pelayanan Continuity of Care

Menjadi acuan dalam perencanaan program pelayanan kebidanan dengan

model pelayananan Continuity of Care, serta sebagai acuan penerapan asuhan

pada pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, neonatus, dan KB yang

berkesinambungan.

D. Ruang Lingkup

Laporan Tugas Akhir ini merupakan laporan studi kasus yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran asuhan Countinuity Of Care mulai dari masa Hamil Trimester

III, persalinan, bayi baru lahir, neonatus sampai perencanaan KB. Subjek dalam

laporan tugas akhir ini adalah Ny. B 32 tahun G4P3A0, beralamat di RT 09 Desa

Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Pelaksanaan

asuhan dilakukan dari bulan April sampai Mei Tahun 2022 di Pustu Rengas Bandung

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2022. Pendokumentasian asuhan dengan tujuh


langkah Varney.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kehamilan (Trimester III)

1. Kehamilan

Kehamilan menurut Federasi Obstetri Ginekologi International adalah

fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya

bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan

lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3

trimester, di mana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester

kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu

(minggu ke-28 hingga ke- 40). (Sarwono, 2016)

2. Kehamilan Beresiko

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu

hamil dan bayi menjadi sakit dan/ atau meninggal sebelum persalinan

berlangsung. Banyak faktor risiko ibu hamil dan salah satu faktor yang penting

adalah usia. Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun lebih berisiko tinggi untuk

hamil dibandingkan bila hamil pada usia normal (21-30 tahun).

Menurut Artikel Kemenkes 2016 tentang memelihara kesehatan

kehamilan Kehamilan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor 4 terlalu dan

3 terlambat (Kemkes, 2016) :

a. 4 (empat) Terlalu yaitu


1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)

2) Terlalu tua untuk hamil (kurang dari 35 tahun)

3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)

4) Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2

tahun)

b. Terlambat yaitu:

1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya

medis kedaruratan

2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan

3) Terlambat mendapat pertolongan medis

Pada kehamilan diatas 35 tahun kondisi kesehatan yang menurun, maka

kualitas sel telur pun akan menurun sehingga dapat meningkatkan risiko

keguguran, serta kelainan/ cacat bawaan pada janin akibat kelainan kromosom.

Bayi meninggal atau cacat, bahkan ibu meninggal saat persalinan sering terjadi

pada kehamilan usia 35 tahun ke atas. Menurut dr. Damar Prasmusinto, SpOG

(K), melahirkan di usia 35 tahun ke atas, bayi yang dilahirkan rentan mengalami

kelainan genetik. Pada usia reproduktif (25-35 tahun), risiko bayi alami kelainan

genetik 1:1000, sedangkan pada ibu yang berusia di atas 35 tahun, risiko itu

meningkat menjadi 1:4. Selain itu, mulai muncul berbagai keluhan kesehatan saat

hamil, seperti; tekanan darah tinggi dan diabetes yang sering memengaruhi proses

persalinan Faktor faktor inilah yang menyebabkan persalinan di usia 30-an

cenderung lebih sering dilakukan melalui operasi Caesar (Sibuea, Tendean and

Wagey, 2013)

Usia risiko tinggi adalah di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Penyebab
terbanyak karena pendarahan dan eklamsia atau kejang akibat tekanan darah

tinggi. Menurut beberapa penelitian, usia produktif yang optimal untuk reproduksi

sehat adalah antara 20-35 tahun. Risiko akan meningkat pada usia di bawah 20

tahun maupun di atas 35 tahun. Komplikasi seperti preeklampsia (hipertensi saat

kehamilan), hamil di luar rahim, keguguran, bayi terkena down syndrome,

keracunan kehamilan, pendarahan hebat, anemia, diabetes sampai kesulitan

melahirkan sangat menghantui ibu-ibu yang akan melahirkan di usia 40-an (Seri

wahyuni, 2018). Gangguan persalinan yang paling umum adalah plasenta previa

yakni plasenta menutupi jalan lahir (Sarwono, 2016) .

3. Ketidaknyamanan dalam kehamilan trimester III

a. Nocturia (Ardiansyah, 2017)

Nocturia adalah urinasi berlebihan pada malam hari. Pada akhir

kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering

kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali.

Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi

lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih

berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan

akibat terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri. Rahim yang tumbuh

membesar akan menekan kandung kemih.

Upaya dalam mengatasi nocturia adalah sebagai berikut banyak minum

pada siang hari. Jangan mengurangi porsi air minum di malam hari, kecuali

apabila nocturia menganggu tidur sehingga menyebabkan keletihan. Membatasi

minuman yang mengandung bahan cafein (teh, kopi, cola). Bila tidur

(khususnya malam hari) posisi miring dengan kedua kaki ditinggikan untuk

meningkatkan diuresis.
b. Nyeri punggung (Mafikasari and Kartikasari, 2015)

Nyeri punggung merupakan salah satu rasa tidak nyaman yang paling

umum selama masa kehamilan menjelang bulan ke tujuh, banyak wanita hamil

mengalami nyeri punggung.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya back pain

(nyeri punggung) pada ibu hamil diantaranya

1) Berubahnya titik berat tubuh seiring dengan membesarnya rahim. Dengan

adanya pertembuhan janin tubuh lebih condon ke depan akibatnya tubuh

akan berusaha menarik bagian punggung agar lebih ke belakang, baguab

bawah pun lebih melengkung serta otot tulang belakang memendek

2) Postur tubuh Postur tubuh yang berubah seiring perkembangan janin yang

ada di dalam perut yang dapat merubah susunan tulang tulang panggul

seiring membesarnya rahim dan pertumbuhan janin yang bertahap secara

fisiologis.

3) Posisi tidur merupakan suatu kebiasaan di mana posisi tidur sebelum hamil

dan sesudah hamil itu harus berbeda ibu hamil harus mampu melepaskan

posisi tidur favorit dan terbiasa dengan posisi tidur yang baru dimana perut

yang semakin membesar dan lebih mempersulit ibu hamil untuk tidur

dengan nyaman

4) Meningkatnya hormone, hormone yang di lepaskan selama kehamilan akan

membuat persendian tulang panggul meregang hal ini dapat mempertinggi

resiko terjadinya back pain.

Beberapa upaya yang dapat di lakukan untuk mensiasati agar tidak

terjadi nyeri punggung pada ibu hamil adalah menjaga pertambahan berat

badan di dalam parameter yang di anjurkan, jangan mengenakan sepatu

tumit tinggi, mempelajari cara yang benar untuk mengangkat benda berat,
usahakan untuk tidak berdiri lama, duduk dengan baik, tidur dengan kasur

yang keras, posisi tidur yang yang nyaman dibantu dengan guling,

menggunakan kompres hangat, kenakan bra yang dapat menyangga dengan

baik hindari posisi membungkuk yang berlebihan, mengikuti berbagai

kelas olahraga dan melakukan gerakan yang sederhana. (Mafikasari and

Kartikasari, 2015)

Senam hamil dan Yoga Antenatal bertujuan melatih otot panggul

dan sekitarnya, agar menjadi lebih kuat dan elastis. Sirkulasi darah

disekitar daerah panggul menjadi lebih lancar sehingga memudahkan ibu

melakukan persalinan secara normal. Dengan latihan pernafasan yang

dilakukan selama yoga, ibu akan terbiasa melakukan nafas pendek dan

cepat dengan ritme yang teratur serta panjang dan dalam baik saat

menghirup maupun melepaskan udara. Pelatihan nafas bisa menenangkan

calon ibu untuk melalui rasa sakit dalam proses persalinan, serta memicu

sistem saraf yang memperlancar pembukaan dan peregangan dinding

vagina. (Neni Yuli Susanti, 2019)

Menambahkan efek musik dalam kegiatan latihan relaksasi

merupakan strategi untuk memfokuskan latihan relaksasi disamping musik

juga dapat menciptakan kondisi relaksasi (Ni Nengah Arini Murni, 2014)

4. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Pada tahun 2016 WHO membuat rekomendasi dalam ANC guidelines.

Rekomendasi ini bertujuan meningkatkan kualitas ANC dan meningkatkan kualitas

ibu, janin dan bayi baru lahir yang terkait dengan hasil ANC. Berikut adalah tabel

perbedaan jadwal four-visit Focused Antenatal Care (FANC) Model dengan 2016

WHO ANC model.

a. Trimester satu kunjungan 1 kali, kontak 1 : 8 -12 minggu


b. Trimester dua kunjungan 2 kali , kontak 2 : 24 - 26 minggu. Kontak 3 : 26

minggu

c. Trimester tiga kunjungan 5 kali. Kontak 4 : 30 minggu. Kontak 5 : 34

minggu. Kontak 6 : 36 minggu. Kontak 7 : 38 minggu. Kontak 8 : 40

minggu. Kembali melakukan ANC apabila diusia kehamilan 41 minggu belum

bersalin.

Adaptasi ANC di Indonesia adalah Pelayanan kesehatan ibu hamil yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak enam

kali kontak (Kemenkes, 2020).

Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang

dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua,

dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus

memenuhi sepuluh elemen pelayanan ( 10 T) sebagai berikut :

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;

Memeriksa BB penting untuk menggambarkan status gizi pada awal pra

kehamilan. Untuk dijadikan dasar guna mengetahui pola pertambahan BB ibu

selama kehamilan. (Kemkes, 2016)

Tabel 2.2 rekomendasi kenaikan berat badan berdasarkan

IMT (IOM, 2019)

Berat badan Laju peningkatan berat


sebelum kehamilan badan trimester
Peningkatan
Berat badan 2 - 3 (kg/minggu)
IMT total (kg)
Kategori rata-rata Kisaran
(Kg/m2)
Underweight <18,5 12,5 - 18,0 0,51 0,44 - 0,58
Normal 18,5 - 24,9 11,5 - 16,0 0,42 0,35 - 0,50
Overweight 25 - 29,9 7,0 - 11,5 0,28 0,23 - 0,33
Obesitas >30 5,0 - 9,0 0,22 0,17 - 0,27

2) Pengukuran tekanan darah;


Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan

untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi.

Tekanan darah yang normal 110/70 - 120/80 mmHg. (Sarwono, 2016).

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);

Dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk

skrining ibu hamil berisiko KEK (Kurang Energi Kronis) atau kekurangan gizi.

Ibu hamil dikatakan Kurang Energi Kronis (KEK) apabila didapati LiLA <23,5

cm hal ini berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (Elly Dwi Wahyuni,

2017).

4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);


Tinggi fundus uteri dipantau setiap pemeriksaan kehamilan, hal ini

dilakukan untuk melihat kesesuaian antara tinggi fundus uteri dengan usia

kehamilan. Pengukuran tinggi fundus uteri ini pun menjadi salah satu indikator

pengukuran taksiran berat janin. Tinggi fundus uteri yang normal untuk usia

kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan dengan rumus: (usia kehamilan

dalam minggu + 2) cm. (Depkes RI, 2013).

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid

sesuai status imunisasi;

Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus

didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status)

imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama hidupnya.

Imunisasi TT dilakukuan 5 kali selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT

tidak mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval

minimal antar dosis TT. (Depkes, 2013)

6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;


Kebutuhan zat besi wanita hamil lebih tinggi 200 – 300% dari wanita

tidak hamil untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Selama hamil terjadi

kehilangan basal 250 mg kebutuhna janin dan plasenta 315 gr dan kebutuhan

meningkatkan massa hemoglobin 500 mg dibutuhkan total 1,1 gram. Pada

trimester 1 belum ada kebutuhan yang drastis sehingga kebutuhan zat besi

trimester 1 sama dengan wanita dewasa yang masih menstruasi 26 mg/hari.

Pada saat melahirkan ada kehilangan zat besi 250 mg sehingga masih

tersimpan 250 mg. bila ditambah untuk kebutuhan plasenta 315 mg maka

diperlukan 550 mg. jumlah ini yang harus dipenuhi selama trimester 2 dan 3

maka diperlukan tambahan rata-rata 2,9 mg/hari selama trimester 2 dan 3.

Maka diberikan tablet tambah darah 90 butir sediaan di Indonesia mengandung

60 mg Fe dan 0,25 asam folat. Setiap tablet setara 200 ferosulfat, maka

selama hamil minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu. (Voni Silvia,

2012)

7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut

jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/4 bulan.

Gambaran DJJ Takikardi berat : detak jantung di atas 180x/menit, Takikardi

ringan : antara 160-180x/menit, Normal : antara 120-160x/menit, Bradikardi

ringan : antara 100-119x/menit, Bradikardi sedang : antara 80- 100x/menit, dan

Bradikardi berat : kurang dari 80x/menit. (Sarwono, 2016)

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,

termasuk keluarga berencana);

9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),

pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah

dilakukan sebelumnya); dan


10) Tatalaksana kasus

5. Evidence Based Midwivery Ketidaknyamanan Trimester III

Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi

dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan

yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan

kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk

payudara, pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara keseluruhan

membuat tubuh ibu hamil tersebut tampak jelek dan tidak percaya diri.

Kekhawatiran dan ketakutan ini sebenarnya tidak berdasar, untuk itu Ibu

hamil memerlukan nasihat dan saran khususnya dari bidan dan dokter yang dapat

menjelaskan perubahan yang terjadi selama kehamilan sehingga ibu tidak

khawatir dengan perubahan yang dialaminya (Varney, 2007).

Dalam proses adaptasi tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan

yang meskipun hal itu adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu

pencegahan dan perawatan, beberapa ketidaknyamanan trimester III pada Ibu

hamil diantaranya sering buang air kecil 50%, keputihan 15 %, konstipasi 40%,

perut kembung 30%, bengkak pada kaki 20%, kram pada kaki 10%, sakit kepala

20%, striae gravidarum 50%, hemoroid 60%, sesak nafas 60% dan sakit punggung

70%(Astuti, 2009).

Sekitar 100 Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan pada trimester III 50%

Ibu hamil mempunyai keluhan seperti, Ibu hamil merasa sakit punggung lebih

banyak diderita dari 100 Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan, ini disebabkan

karena perubahan yang terjadi pada tubuh itu yang mempengaruhi bentuk tulang

belakang (Astuti, 2009).

Berbagai penelitian tentang penanganan ketidaknyamanan kehamilan

trimester III sudah banyak dilakukan, diantaranya yaitu dengan senam ibu hamil
ataupun yoga.

Hasil penelitian rahmawati, dkk (2016) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan pelaksanaan senam hamil dengan ketidaknyamanan trimester III

diantaranya adalah Ibu sering mengalami kram pada kaki, Ibu sering mengalami

bengkak pada kaki, Ibu sering mengalami pusing dan Ibu sering buang air kecil.

Dari penelitian terdapat ibu hamil yag mengalami ketidaknyamanan trimester III

setelah melakukan senam hamil ibu hamil merasa nyaman pada kehamilannya.

Sejalan dengan penelitian Suryani, dkk (2018), menyatakan bahwa

terdapat pengaruh senam hamil terhadap ketidaknyamanan nyeri pinggang

(p=0,003) , nyeri punggung (p=0,003), bengkak pada kaki (0,025) dan kram pada

kaki (0,003). Sehingga dapat disimpulkan bahwa senam hamil yang dilakukan ibu

hamil trimester III dapat mengurangi ketidaknyamanan pada keluhan bengkak

pada kaki, nyeri punggung, nyeri pinggang, kram kaki dan kesulitan tidur.

Penelitian Rafika (2018) menyatakan bahwa prenatal yoga efektif terhadap

pengurangan keluhan fisik ibu hamil trimester III. Keluhan fisik yang berkurang

setelah prenatal yoga diantaranya spasme otot, perut kembung, kesemutan pada

jari tangan dan kaki, sesak nafas, pusing, kram pada kaki, konstipasi/sembelit,

susah tidur, nyeri punggung atas dan bawah. Prenatal yoga efektif terhadap

pengurangan keluhan fisik ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas

Kamonji.

Penelitian Mediarti, dkk (2014) sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rafika, menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara keluhan ibu

hamil sebelum dilakukan yoga antenatal dan setelah dilakukan yoga antenatal.

B. Asuhan Kebidanan Persalinan

1. Persalinan
Menurut Buku Saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar

dan rujukan, persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika usia kehamilan

cukup bulan yakni 37 sampai dengan 42 minggu, persalinan terjadi spontan,

presentasi belakang kepala, berlangsung tidak lebih dari 18 jam dan tidak ada

komplikasi pada ibu maupun janin (Depkes RI 2013).

1) Tanda – Tanda Persalinan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)

a) Perut mulas – mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin

lama

b) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban

dari jalan lahir.

2) Mekanisme Persalinan Normal (varney, 2010)

a) Engagement (masuknya kepala) : kepala janin berfiksir pada pintu atas

panggul.

b) Descent (Penurunan) : penurunan dilakukan oleh satu/lebih

- Tekanan cairan amnion Tekanan langsung fundus pada bokong

kontraksi otot abdomen.

- Ekstensi dan penelusuran badan janin.

- Kekuatan mengejan

c) Fleksion (fleksi)

Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada tekanan pada PAP,

serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Pada fleksi ukuran kepala

yang melalui jalan lahir kecil, karena diameter fronto occopito di gantikan

diameter sub occipito.

d) Internal rotation (rotasi dalam)


Pada waku terjadinya pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa ingga

bagian terendah dari janin memutar ke depan ke bawah simfisis (UKK

berputar ke depan sehingga dari dasar panggul UUK di bawah simfisis)

e) Extensition (ekstensi)

Ubun – ubun kecil (UUK) di bawah simfisis maka sub occiput sebagai

hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi (ekstensi)

f) External rotation (rotasi luar)

Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kapala dengan

punggung anak

g) Explsion (ekspusi) Terjadi kelahiran bayi seluruhnya.

3) Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Persalinan (varney, 2010)

a) Passage (Jalan Lahir)

(1) Bagian Keras tulang panggul (rangka

panggul) Terdiri dari 4 buah tulang, yaitu :

- Terdapat 2 buah tulang pangkal paha (Os.coxae) yang terdiri dari :

tulang usus (os. Illium), tulang duduk (os. Ischium) dan tulang

kemaluan (os.pubis)

- Terdapat 1 tulang kelangka (Os.sacrum)

- Terdapat 1 tulang tungging (Os.coccygis)

(2) Baguan Lunak Panggul

Segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina, dan vagina,

muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan

bawah panggul.

b) Passenger
(1) Janin pada persalinan normal bila kondisi janin adalah letak bujur,

presentasi belakang kepala, sikap fleksi dan tafsiran berat janin <4000

gram.

(2) Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan rahim).

Dengan tuanya plasenta pada kehamilan yang bertambah tua maka

menyebabkan turunya kadar estrogen dan progesterone sehinga

menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan

kontraksi.

c) Power

Faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar dalam persalinan terdiri

dari:

(1) His (kontraksi otot rahim)

His yang normal mempunyai sifat :

o Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim.

o Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.

o Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang

berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi

refleksi dan pembentukan segmen bawah rahim.

(2) Kontraksi otot dinding perut.

(3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

(4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum.

2. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi

terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir.

Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah teriadinya komplikasi. Hal ini

merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani

komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan

komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan

dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam

upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan

hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui

berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

(Sarwono 2016)

1) Tahapan Persalinan (Depkes, 2013)

a) Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena

serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya

pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena

pergeseranpergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I

persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan

serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I

dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

(1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8


jam.

(2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam

dan dibagi dalam 3 subfase.

 Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm.

 Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm.

 Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan

jadi 10 cm atau lengkap.

Tabel 2.4 Penilian dan intervensi selama kala 1


(Depkes, 2013)

PARAMETER FASE LATEN FASE AKTIF


Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu Badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Denyut Jantung Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Bayi
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan Servik Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

b) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung

selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II:

(1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

(2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

(3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina.

(4) Perineum terlihat menonjol.


(5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

(6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang

menunjukkan :

(1) Pembukaan serviks telah lengkap.

(2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

c) Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30

menit setelah bayi lahir. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda – tanda pelepasan plasenta.

(1) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uterus

(2) Tali pusat bertambah panjang

(3) Terjadi semburan darah

Asuhan pada Kala III

Asuhan yang di berikan oleh tenaga kesehatan pada ibu

bersalin saat kala III yaitu, antara lain:

(1) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk

membantu uterus berkontraksi baik.

(2) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM

di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikkan oksitosin). Jika tidak ada oksitosin:

 Rangsang puting payudara ibu atau minta ibu menyusui untuk

menghasilkan oksitosin alamiah.


 Beri ergometrin 0,2 mg IM. Namun tidak boleh diberikan pada pasien

preeklampsia, eklampsia, dan hipertensi karena dapat memicu terjadi

penyakit serebrovaskular.

(3) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada

sekitar 3cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus,

lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat

ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem

pertama.

 Potong dan ikat tali pusat.

- Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian

gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut

bayi).

- Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian

lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan

kedua menggunakan simpul kunci.

- Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.

Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan

cairan/bahan apapun ke puntung tali pusat

(4) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan

bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi

menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi

berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara

ibu.

(5) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada

kepala bayi. ( Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir )
(6) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

(7) Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas

simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

(8) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan

yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati, seperti

gambar berikut, untuk mencegah terjadinya inversio uteri. Jika uterus tidak

segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk

menstimulasi puting susu. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

(9) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,

lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai

dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap

melakukan tekanan dorso-kranial, seperti gambar berikut;

 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar

5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

- Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi

lahir

- Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

(10) Saat plasenta terlihatdi introitus vagina , lanjutkan kelahiran plasenta


dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput ketuban robek, pakai

sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput

kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan

bagian selaput yang tertinggal.

(11) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus

dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan

gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba

keras).

 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah

15 detik melakukan rangsangan taktil/ masase.

 Menilai perdarahan

(12) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan

pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.

(13) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.

d) Kala IV (Pemantauan)

Kala empat persalinan disebut juga dengan kala pemantauan. Kala empat

dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Pada kala

empat yang paling sering terjadi perdarahan postpartum, yaitu pada 2 jam pertama

postpartum. Masalah / komplikasi yang dapat muncul pada kala empat adalah

perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa

plasenta. Oleh karena itu harus dilakukan pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi

dan mencegah perdarahan pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan:

(1) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan

(2) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan


(3) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan atonia

uteri yang sesuai.

Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan amplitudo

sekitar 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval

pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk thrombus.

Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian

pengeluaran darah postpartum. Kekuatan ikutan saat menyusui sering dirasakan

oleh ibu postpartum, karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior.

Pengeluaran oksitosin sangat penting yang berfungsi :

(1) Merangsang otot polos yang terdapat di sekitar alveolus kelenjar mamae,

sehingga ASI dapat dikeluarkan.

(2) Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan mempercepat involusi uteri.

Kontraksi otot uterus yang disebabkan oksitosin mengurangi

perdarahan postpartum.

3. Perubahan Fisiologis dalam Persalinan (varney, 2010)


Tekanan Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
Darah sistolik rata -rata 10 – 20 mmHg dan kenaikan diastolic rata – rata 5-
10 mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan darah kembali normal
pada
level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah
Metabolisme Selama persalinan metabolism karbohidrat aerobic maupun
metabolism anaerobic akan naik secara berangsur disebabkan karena
kecemasan serta aktifitas otot skeletal. Peningkatan inni ditandai
dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak
output, dan kehilangan
cairan.
Suhu Badan Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan dan segera
setelah
kelahiran. Suhu tubuh dianggap normal jika tidak melebih 0,5 – 1o C
Denyut Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara
Jantung dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit
meningkat di bandingkan sebelum persalinan
Pernapasan Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka terjadi peningkatan
laju
pernafasan yang di anggap normal. Hiperventilasi yang lama di
anggap
tidak normal dan bias menyebabkan alkalosis.
Ginjal Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin di sebabkan oleh
peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal.
Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam persalinan.
Gastrointesti Motilitas lambung dan absorpsi makan padat secara substansial
nal berkurang banyak sekali selama persalinan. Selai itu, pengeluaran
getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hamper
berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan
tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa.
Mual atau muntah biasa terjadi samapai mencapai akhir kala I.
Hematologi Hematologi meningkat sampai 1,2 garam/100 ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari
setelah
pasca persalinan kecuali ada perdarahan post partum

4. Perubahan Psikologis dalam Persalinan(varney, 2010)

1) Pengalaman Sebelumnya

Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dapat menimbulkan

ambivalensi mengenai kehamilan seiring usahanya mengadapi

pengalaman yang buruk yang pernah ia alami sebelumnya. Efek

kehamilan terhadap kehidupan kelak, tanggung jawab yang baru atau


tambahan yang akan ditanggungnya. Kecemasan yang berhubungan

dengan kemampuan untuk menjadi seorang ibu.

2) Kesiapan Emosi

Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang dapat terkendali

yang di akibatkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya

sendiri serta pengaruh dari orang – orang terdekatnya, ibu bersalin

biasanya lebih sensitive terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang dan

terkendali biasanya lebih sering bersosialisasi dengan sesama ibu – ibu

hamil lainnya untuk saling tukar pengalaman dan pendapat.

3) Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental,materi dsb)

Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran menghadapi

persalinan, antara lain dari segi materi apakah sudah siap untuk

menghadapi kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang baru

dengan adanya calon bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang

berhubungan dengan risiko keselamatan ibu itu sendiri maupun bayi yang

di kandungnya.

4) Support system

Peran serta orang – orang terdekat dan di cintai sangat besar

pengaruhnya terhadap psikologi ibu bersalin biasanya sangat akan

membutuhkan dorongan dan kasih sayang yang lebih dari seseorang yang

dicintai untuk membantu kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.

3. Evidence Based Midwivery persalinan

C. Asuhan Kebidanan Neonatus

1. Definisi (Depkes RI, 2010)


Menurut WHO, bayi baru lahir, atau neonatus, adalah anak di bawah usia

28 hari. Selama 28 hari pertama kehidupan ini, anak berada pada risiko kematian

tertinggi. Oleh karena itu sangat penting bahwa pemberian makan dan perawatan

yang tepat diberikan selama periode ini, baik untuk meningkatkan peluang

kelangsungan hidup anak dan untuk meletakkan fondasi untuk kehidupan yang

sehat.

Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu

sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai

apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Tiga

faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital neonatus yaitu

maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang

paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi,

kemampuan menghasilkan glukosa.

2. Penampilan Bayi Baru Lahir ( Depkes RI, 2010)

a. Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi rangsangan

terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang

mengejutkan atau suara mainan;

b. Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang simetris pada waktu

bangun. adanya temor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah

normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu

kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut;

c. Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala: apakah terlihat


simetris, benjolan seperti tumor yang lunak dibelakang atas yang menyebabkan

kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan

pada kepala tersebut hanya terdapat dibelahan kiri atau kanan saja, atau di sisi

kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala, pengukuran

lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol (Capput sucsedenaum)

dikepala hilang dan jika terjadi moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali

pada bentuknya semula.

d. Muka wajah: bayi tampak ekspresi; mata: perhatikan antara kesimetrisan

antara mata kanan dan mata kiri, perhatikan adany tanda-tanda perdarahan berupa

bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu;

e. Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut ikan,

tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat pada bayi

normal, bila terdapat sekret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan

bawaan saluran cerna;

f. Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan; perhatikan ada

tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi biasanya bayi masih ada

pernapasan perut;

g. Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan lekukan

yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi, tungkai: perlu diperhatikan

bentuk, gerakannya, faktur (bila ekstremitas lunglai/kurang gerak), farices;

h. Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang-

kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan yang

berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya

kulit dengan warna yang tak rata (“cuti Marmorata”) ini dapat disebabkan

karena temperature dingin, telapak tangan, telapak kaki atau kuku yang

menjadi biru, kulit menjadi pucat dan kuning, bercakbercak besar biru yang
sering terdapat disekitar bokong (Mongolian Spot) akan menghilang pada

umur 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun;

i. Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja dan kemih:

diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang tiba-

tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan mungkin dengan

kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk

kemungkinsn Hirschprung/Congenital Megacolon;

j. Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa

disadari pada bayi normal, refleks pada bayi antara lain Tonik neek refleks ,

yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan

secara spontan memiringkan kepalanya

a. Rooting refleks yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi

maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya ke arah

datangnya jari

b. Grasping refleks yaitu bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka

jarijarinya akan langsung menggenggam sangat kuat

c. Moro refleks yaitu reflek yang timbul diluar kesadaran bayi misalnya bila

bayi diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah

bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang yang

mendekapnya,

d. Suckling refleks (menghisap) yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi,

lidah, dan langis-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan

ASI,

e. Swallowing refleks (menelan) dimana ASI dimulut bayi mendesak otot

didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan

mendorong ASI ke dalam lambung.


k. Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari 5%

berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan

3. Asuhan kebidanan Bayi Usia 24 jam - 6 minggu (Anggita Sari, 2016)

a. Pemberian minum.

Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang

sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini

disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi

dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancer dan

berat badan akan kembali pada hari kesepuluh.

Bayi kemungkinan akan merasa lapar setiap 2-4 jam. Berikan ASI sesering

mungkin (on demand) atau selang 3-4 jam. Bayi hanya memerlukan ASI saja

sampai 6 bulan pertama. Setelah memberikan ASI pada bayi,sendawakan bayi

agar terhindar dari gumoh atau muntah. Tanda – tanda bayi cukup ASI.

Diantaranya berat badan bayi bertambah, bayi BAK 6 – 8 x/hari, ketika

menghisap dagu bayi akan bergerak naik turun, bayi tidak rewel dan tertidur

pulas.

b. Kebutuhan BAB.

Bayi memiliki feses yang lengket hitam kehijauan pada dua hari pertama

yang disebut mekonium. Feses bayi dengan ASI akan berwarna hijau keemasan,

lunak, dan tampak seperti biji. Feses bayi yang menyusu lewat botol akan

berwarna coklat gelap, lengket atau berbentuk. BAB yang terjadi pada bayi baru

lahir dapat terjadi 1-4 dalam sehari.

c. Kebutuhan BAK.

Bayi akan BAK sedikitnya 4 – 5 X/ hari. Urine tidak berwarna atau


kuning pucat.

d. Kebutuhan Tidur.

Bayi memerlukan waktu yang banyak untuk tidur. Rata – rata tidur 20

jam sehari. Status sadar antara 2 – 3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak

semi koma saat tidur dalam meringis atau tersenyum.

e. Menjaga kebersihan Kulit.

1) Memandikan bayi dengan menggunakan sabun yang lembut, jangan

membenamkan bayi sampai tali pusatnya lepas dan kering. Apabila tali

pusat belum kering bersihkan di daerah tali pusat dengan menggunakan

alcohol dan kassa steril.

2) Apabila bayi BAK/ BAB segera bersihkan pantat bayi dengan sabun dan

air dan segera keringkan. Segera ganti popok dengan yang bersih. Hal ini

untuk mencegah terjadinya ruam popok.

3) Hindari pemakaian bedak dan pewangi untuk mencegah iritasi

4) Menjaga keamanan bayi.

a) Hindari ruangan yang bersuhu dingin yang bias menyebabkan

hipotermi.

b) Membersihkan dan merapikan box bayi setiap hari.

c) Mengenakan bayi dengan baju dengan bahan kain yang bersih,

kering dan hangat

f. Perawatan tali pusat.

Perawatan tali pusat merupakan upaya untuk mencegah infeksi tali pusat

yang sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang terpenting adalah tali

pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci
tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat tali pusat.

Agar tidak menimbulkan infeksi, tali pusat harus dirawat dengan benar dengan

cara:

1) Membiarkan tali pusat kering sendiri

Membiarkan tali pusat mengering dengan sendirinya dan hanya

membersihkan setiap hari tidak menyebabkan infeksi, hal yang penting

adalah tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat karena

dapat mengakibatkan infeksi.

2) Metode kasa kering

Salah satu yang disarankan oleh WHO dalam merawat tali pusat adalah

dengan menggunakan pembalut kassa bersih yang sering diganti.

Lama lepas tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika

antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari. Lepasnya

tali pusat selain dipengaruhi oleh perawatan tali pusat dengan menjaga

agar tali pusat tetap kering dan bersih juga dipengaruhi oleh kepatuhan ibu

untuk membersihkan tali pusat setiap hari.

g. Mendeteksi tanda – tanda bahaya bayi.

1) Bayi tampak lemah, sulit menghisap.

2) Kesulitan bernafas. Nafas cepat atau lambat

3) Letargi.

4) Warna abnormal pada kulit dan bibir tampak biru dan sclera tampak kuning

atau pucat.

5) Suhu tubuh mengalami hipotermi (suhu :<36OC) atau mengalami febris

(suhu > 37,5OC)


6) Tali pusat tampak merah, bengkak, keluar cairan berbau busuk dan

berdarah.

7) Mata bengkak dan mengeluarkan cairan

8) Bayi tidak berkemih dalam waktu 24 jam pertama.

9) Bayi tidak defekasi dalam waktu 48 jam pertama

h. Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang.

1) Mengajarkan cara memandikan bayi, perawatan tali pusat, cara meneteki

yang benar, perawatan payudara dan imunisasi.

2) Dalam 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan, berikan imunisasi

BCG, Polio dan Hepatitis B.

3) Jelaskan tanda – tanda bahaya bayi baru lahir pada orang tua dan anjurkan

untuk ke tenaga kesehatan bila menemui tanda bahaya pada bayi baru lahir.

4) Menganjurkan pada orang tua untuk memberikan ASI Eksklusif

5) Kontrol ulang untuk mengetahui tumbuh kembang bayi.

4. Kunjungan Neonatal

Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus

sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48

jam setelah lahir, kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari,

kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari. Pelayanan kesehatan

diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau

melalui kunjungan rumah (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)

Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi

Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan


mata, perawatan talipusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0 diberikan

pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada

saat lahir). (Kemenkes RI, 2015).

5. Evidance Base pada neonatus

Bayi baru lahir 30 menit pertama dapat mengalami penurunan suhu tubuh

3-40C. Pada ruangan dengan suhu 20-250C suhu tubuh bayi turun sekitar 0,30C

per menit. Kemampuan bayi yang belum sempurna dalam memproduksi panas

sangat rentan untuk mengalami hipotermi. Inisiasi menyusu dini berpengaruh pada

suhu tubuh bayi baru lahir, karena kehilangan panas pada bayi empat kali lebih

besar dari pada orang dewasa (Hutagaol HS, dkk, 2014).

Hasil penelitian Indah Dewi Sari, 2020 dengan judul “Efektivitas Inisiasi

Menyusu Dini Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir”

menunjukkan bahwa hampir 90% bayi baru lahir sebelum dilakukan inisiasi

menyusu dini mengalami penurunan suhu tubuh dan sesudah dilakukan inisiasi

menyusu dini hanya 10% yang mengalami suhu tubuh rendah. Dari hasil

pengujian statistik diperoleh hasil dengan Z = -4,243 dan p value = 0,000.

Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada efektifitas pengaruh inisiasi

menyusu dini terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir . Diharapkan pada

bidan yang melakukan pertolongan persalinan agar memberikan tindakan inisiasi

menyusu dini kepada setiap bayi baru lahir untuk mencegah terjadinya hipotermi.

Inisiasi juga merupakan proses yang luar biasa yang bisa dinikmati oleh

setiap ibu bersalin dan bayinya karena dengan teknik skin to skin bayi dan ibu bisa

lebih merasa saling dekat satu sama lain. Selanjutnya akan terjadi proses

pembentukan bounding attachment dimana proses tersebut bertujuan untuk

meningkatkan hubungan kasih sayang dan keterikatan batin antara ibu dan bayi

baru lahir.
d. Asuhan Kebidanan Nifas

1. Definisi

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 Hari) setelah itu. Pelayanan

pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan

ibu dan bayi, yang meliputi upaya Pencegahan, deteksi dini dan pengobatan

komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan

pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.

(Sarwono, 2016)

Nifas atau Puerperium dari kata Puer yang artinya bayi dan parous

melahirkan. Jadi, Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa Nifas

adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat

kandungan kembali seperti sebelum hamil. (Asih, Yusari,. Risneni. 2016)

Pelayanan keseatan ibu nifas oleh bidan dan dokter dilakukan minimal

3 kali yaitu 6 jam – 3 hari setelah melahirkan; hari ke 4 – 28 hari setelah

melahirkan; hari ke 29 – 42 hari setelah melahirkan. (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2016)

2. Tahapan Masa Nifas (Asih, Yusari, Risneni, 2016)

Masa nifas terbagi menjadi tiga periode

a. Periode pasca salin segera / immediate postpartum (0 – 24 jam)

Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Sering terdapat banyak

masalah, misal perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu tenaga kesehatan

harus teratur melakukan pengecekan lochea, tekanan darah dan suhu.

b. Periode pasca salin awal / early postpartum (24 jam – 1 minggu)


Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam

keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak

ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat

menyusui bayinya dengan baik

a. Periode pasca salin lanjut / late postpartum (1 minggu – 6 minggu) Pada

periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari – hari serta konseling KB

3. Rekomendasi WHO tentang perawatan postnatal (WHO, 2013)

1) Rekomendasi 3 : Home visits for postnatal

Kunjungan rumah pada minggu pertama setelah kelahiran

direkomendasikan untuk perawatan ibu dan bayi baru lahir

2) Rekomendasi 9 : Assessment of the mother

1) 24 jam pertama setelah lahir

Semua wanita postpartum harus melakukan penilaian perdarahan

vagina, kontraksi uterus secara teratur, tinggi fundus, suhu dan

denyut jantung (nadi) secara rutin selama 24 jam pertama mulai

dari jam pertama setelah kelahiran. Tekanan darah harus diukur

segera setelah lahir. Jika normal, pengukuran tekanan darah kedua

harus dilakukan dalam waktu enam jam. Kekosongan urin harus

didokumentasikan dalam waktu enam jam.

2) Melampaui 24 jam setelah lahir

- Pada setiap kontak pascakelahiran berikutnya, pertanyaan

harus terus dilakukan tentang kesejahteraan umum dan

penilaian yang dibuat mengenai hal berikut: berkemih dan

inkontinensia urin, fungsi usus, penyembuhan luka perineum,


sakit kepala, kelelahan, sakit punggung, sakit perineum, dan

kebersihan perineum , nyeri payudara, nyeri tekan uterus dan

lokia.

- Kemajuan menyusui harus dinilai pada setiap kontak

pascanatal.

- Pada setiap kontak pascakelahiran, wanita harus ditanyai

tentang kesejahteraan emosional mereka, keluarga apa dan

dukunga sosial yang mereka miliki dan strategi koping yang

biasa mereka lakukan untuk menangani masalah sehari-hari.

Semua wanita dan keluarga / pasangan mereka harus

didorong untuk memberi tahu profesional kesehatan mereka

tentang perubahan suasana hati, keadaan emosi dan perilaku

yang berada di luar pola normal wanita.

- Pada 10-14 hari setelah kelahiran, semua wanita harus

ditanyai tentang resolusi depresi postpartum ringan

(“maternal blues”) yang ringan. Jika gejala belum sembuh,

kesejahteraan psikologis wanita tersebut harus terus dinilai

untuk depresi pascanatal, dan jika gejalanya menetap,

dievaluasi.

- Perempuan harus diperhatikan untuk segala risiko, tanda dan

gejala kekerasan dalam rumah tangga.

- Wanita harus diberi tahu siapa yang harus dihubungi untuk

nasihat dan manajemen.

- Semua wanita harus ditanyai tentang dimulainya kembali

hubungan seksual dan kemungkinan dispareunia sebagai

bagian dari penilaian kesejahteraan keseluruhan dua hingga


enam minggu setelah kelahiran.

- Jika ada masalah yang memprihatinkan pada kontak

pascanatal, wanita tersebut harus dikelola dan / atau dirujuk

sesuai dengan pedoman WHO spesifik lainnya.

3) Rekomendasi 10 : Iron and folic acid supplementation

Suplemen zat besi dan asam folat harus diberikan setidaknya tiga

bulan setelah melahirkan.

Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah

1.040 mg. dari jumlah ini 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan

dan 840 mg sisanya hilang. Suplementasi zat besi dibutuhkan bahkan

kepada ibu dengan status gizi baik (Voni Silvia., 2012).

4. Adaptasi Fisik pada Masa Nifas (Asih, Yusari,. Risneni. 2016)

Sistem Involusi Uteri Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
Reproduksi berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih di
pertengahan antara umbilicus dan simfisis pada 1
minggu post partum. Kemudian, 14 hari postpartum
TFU mengkerut, telah turun masuk ke dalam rongga
panggul dan tidak dapat lagi diraba dari luar. Pada 6
minggu post partum uterus kembali normal
Pengeluaran - Lochea Rubra (1- 3 hari pascasalin)
Lochea Warnanya merah mengandung darah dari luka
oada plasenta dan serabut decisua dan chorion
- Lochea Sangulenta (4 – 7 hari pascasalin)
Warnanya merah kekuningan berisi
lendir
- Lochea Serosa (7 – 14 hari pascasalin)
Warnanya kecoklatan mengandung
banyak serus , lebih sedikit darah
dan laserasi plasenta
- Lochea Alba (2-6 minggu pascasalin)
Warnanya putih kekuningan mengandung
leukosit, selaput lendir serviks dan seabut
jaringan mati
Vagina dan Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
perineum penekanan serta perengangan, setelah beberapa hari
persalinan kedua organ kembali dalam keadaan
sebelum hamil.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi
pada saat perineum mengalami robekan. Robekan
jalan lahir dapat terjadi secara spontan atau pun
dilakukan
episiotomy dengan indikasi tertentu
Sistem Tonus otot Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2
Pencernaan menurun – 3 hari setelah melahirkan
Sistem Pelvis, ginjal Pelvis, ginjal dan ureter yang meregang dan berdilatasi
Perkemihan dan ureter selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu
keempat setelah melahirkan.
Sistem Dinding Selama hamil dinding abdomen meregang setalh
Muskuloske abdomen bersalin dinding abdomen akan lembek (pemisahan
letal muskulus rektus abdominus)
Striae Tidak menghilang, tetapi berubah menjadi samar
Sistem Oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary
Endokrin posterior dan berkerja terhadap otot uterus dan
jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi dara
menyebabkan uterus berkontraksi
Prolaktin Penurunan estrogen meningkatkan prosuksi prolactin
dari glandula pituitary anterior yang bereaksi terhadap
alveoli payudara dan menstimulasi produksi ASI dan
menekan stimulasi folikel dalam ovarium
HCG,HPL, Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir
estrogen, kadar HCG,HPL, estrogen, progesterone di dalam
progesterone darah ibu menurun. Dan kembali normal setelah 7 hari
postpartum
Pemulihan Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang
ovulasi dan terjadi sebelum 20 minggu dan tidak terjadi diatas 28
menstruasi minggu untuk ibu yang melanjutkan menyusui samoai
6 bulan. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan
menstruasi biasanya akan terjadi antara 7 – 10 minggu
Tanda-tanda Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah
vital akan rendah setelah melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum
dapat
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum
Respirasi Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi
tidak normal, pernapasan juga akan mengikuti, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran napas
Temperature Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38oc
sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setealh 24
jam seharusnya wanita tidak demam
Denyut nadi Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung
tetap tinggi selama jam pertama bayi lahir. Kemudian
mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui.
Pada minggu 8 – 10 setelah melahirkan, denyut nadi
kembali seperti sebelum hamil
Sistem Cardiac output Meningkat selama persalinan, penurunan akan terjadi 1
Kardiovask hari puerperium dan kembali normal setalah minggu
uler ke 3 postpartum
Aliran darah Penurunan aliran darah ke organ akan menurun pada
hari poertama postpartum, tetapi aliran darah akan
meningkat ke payudara dan membantu proses laktasi
Sistem Leukosit, Selama persalinan leukosit akan meningkat (15.000
hematologi eritrosit, hb gr/dl) dan akan tetap meningkat pada beberapa hari
post partum. Hb, ht dan eritrosit jumlahnya akan
berubah dalam awal pueperineum
5. Adaptasi Psikologi pada Masa Nifas (Asih, Yusari,. Risneni. 2016)

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan,

menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut,

kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami

oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan

terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu

memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Fase-fase yang

akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:

a. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari

hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Lbu terfokus pada

dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.

Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka

jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini

adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:

1. Kekecewaan pada bayinya.


2. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.

3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

4. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.

b. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu

merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam

perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah

tersinggung. Hal yang periu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,

dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang

perawatan diri dan bayinya.

Tugas bidan antara lain: Mengajarkan cara perawatan bayi, cara

menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas,

pendidikan kesehatan gizi, istirahat. Kebersihan diri dan lain-lain.

c. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi

peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri

akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya

dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat

bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga

kondisi fisiknya. Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai

berikut:

1) Fisik.
2) Psikologi.

3) Sosial.

6. Pijat oxitocin

a. Pengertian Pijat Oksitosin

Menurut Ummah (2014), pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk

merangsang hormon oksitosin. Pijat yang lakukan disepanjang tulang

vertebre sampai tulang costae kelima atau keenam. pijat oksitosin

merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.

Menurut Depkes RI (2007 dalam Setiowatii, 2017), pijat okitosin

dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi

tulang belakang sehingga diharapkan ibu akan merasakan rileks dan

kelelahan setelah melahirkan akan hilang.

b. Mekanisme Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang

belakang (vertebre) sampai costae ke lima atau keenam (Ummah, 2014).

Melalui pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang

medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk

mengeluarkan oksitosin. Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi

ketegangan dan menghilangkan stress serta meningkatkan rasa nyaman

(Perinasia, 2007 dalam Wulandari, 2014).

Hasil penelitian Setiowati pada tahun 2017, tentang tentang

hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post

partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3, menyatakan ibu post partum setelah

diberikan pijat oksitosin mempunyai prosduksi ASI yang lancar.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ummah (2014), tentang

pijat oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI pada pasca salin normal
di dusun Sono, didapatkan hasil rata-rata ASI pada ibu post partum yang

diberikan pijat oksitosin lebih cepat dibandingkan ibu post partum yang

tidak diberi pijat oksitosin

c. Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat

ini dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak harus

selalu dilakukan oleh petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan oleh

suami atau keluarga yang sudah dilatih. Keberadaan suami atau keluarga

selain membantu memijat pada ibu, juga memberikan suport atau dukungan

secara psikologis, membangkitkan rasa percaya diri ibu serta mengurangi

cemas. Sehingga membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu yang pertama ibu melepas

pakian bagian atas dan bra, pasang handuk di pangkuan ibu. kemudian posisi

ibu duduk dikursi (gunakan kursi tanpa sandaran untuk mem udahakan

penolong atau pemijat), kemudian lengan dilipat diatas meja didepannya dan

kepala diletakkan diatas lengannya, payudara tergantung lepas tanpa baju.

Melumuri kedua telapak tangan menggunakan minyak atau baby oil

Selanjutnya penolong atau pemijat memijat sepanjang tulang belakang ibu

dengan menggunakan dua kepal tangan, dengan ibujari menunjuk ke depan

dan menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-

gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibujari. Pada saat bersamaan,

pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari leher kearah tulang

belikat. Evaluasi pada pemijatan oksitosin dilakukan (Depkes RI, 2007

dalam Trijayati, 2017).


Gambar. Pijat oksitosin (Sumber : Vaikoh, 2017)

e. Evidence base dalam masa nifas

Penelitian Elika Puspitasari (2018) tentang pemberian susu kedelai

terhadap peningkatan produksi ASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemberian susu kedelai berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi ASI

pada ibu nifas. Sebanyak 77,5% ibu nifas dengan kategori ASI sangat lancar dan

22,5% ibu nifas dengan kategori ASI lancar.

Penelitian Juliastuti (2019) tentang perbedaan efektivitas daun katuk dan

ekstrak daun katuk terhadap kecukupan ASI. Hasil penelitian menunjukkan

rebusan daun katuk dan ekstrak daun katuk efektif dalam memenuhi kecukupan

ASI. Rebusan daun katuk terbukti meningkatkan kenaikan berat badan bayi

dibandingkan ekstrak daun katuk.

Upaya Peningkatan ASI dengan Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan

Metode Pijat Endorphine dan Oksitosin Indonesia sendiri telah mengupayakan

untuk meningkatkan cakupakan ASI diantaranya program IMD (Inisiasi Menyusui

Dini) dan perawatan payudara pada prenatal dan postnatal yang bertujuan untuk

meningkatkan produksi ASI serta mencegah putting susu lecet (Marmi S, 2012).

Metode baru yang diperkenalkan untuk mencegah dan mengatasi

permasalahan ini diantaranya adalah pijat Laktasi. Pijat laktasi adalah tehnik
pemijatan yang dilakukan pada daerah kepala atau leher, punggung, tulang

belakang, dan payudara yang bertujuan untuk merangsang hormone prolaktin dan

oksitosin.

Hormon yang berperan dalam produksi ASI adalah hormone prolaktin dan

oksitosin saat terjadi stimulasi sel-sel alveoli pada kelenjar payudara berkontraksi,

dengan adanya kontraksi menyebabkan air susu keluar dan mengalir kedalam 62

saluran kecil payudara sehingga keluar tetesan susu dari putting dan masuk

kedalam mulut bayi yang disebut dengan let down refleks (Indriyani, Asmuji, &

Wahyuni, 2016).

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Iis Hanifah et.al tahun 2018 di

Desa Wetan Kecamatan Gadin, hasil penelitian Baiq Eka Putri tahun 2019 di

Kelurahan Dasan Cermen, kedua penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatjan

pengetahuan mengenai pijat Endorphine pada ibu nifas.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Iis Hanifah et.al tahun 2018

Desa Wetan Kecamatan Gadin, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hotmaria

Julia et al tahun 2015, hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi Arniyanti et. Al

tahun 2020 di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar

menunjukkan bahwa pijat oksitosin dapat memberikan kenyamanan pada ibu dan

merangsang refleks oksitosin, pijat oksitosin juga memilki manfaat lain, yaitu

mengurangi pembengkakan payudara (engorgement), mengurangi sumbatan ASI

(plugged/ milk duct), dan membantu mempertahankan produksi ASI ketika ibu

dan bayi sakit.

Upaya Peningkatan ASI dengan Konsumsi Jantung Pisang Jantung pisang

merupakan jenis tanaman yang mengandung laktagogum memiliki potensi dalam

menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid,

flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam meningkatkan dan


memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal untuk

memproduksi ASI, sewaktu bayi menghisap putting payudara ibu, maka akan

terjadi rangsangan neurohormonal pada putting susu dan areola ibu.

Rangsangan ini akan diteruskan ke hipofisis melalui nervos vagus,

kemudian ke lobus anterio. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin

dan masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI.

Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI (Wahyuni, 2012).

Alasan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harismayanti

pada tahun 2018 di Wilayah Kerja Puskesmas Global Boliyohuto, Kecamatan

Boliyohuto Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Dengan hasil penelitian

diperoleh bahwa Produksi ASI 63 pada ibu nifas yang menyusui sebelum

konsumsi jantung pisang rata-rata 100% tidak lancar, setelah konsumsi jantung

pisang produksi ASI 90% menjadi meningkat dan lancar dan 10% produksi

ASInya tetap tidak lancar 9,75 kali.

f. Asuhan kebidanan Keluarga Berencana

1. Pengertian

Kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan oleh satu

pihak atau kedua belah pihak untuk menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) yang sudah

matang. Manfaatnya yaitu mencegah terjadinya kematian, mengurangi angka

kesakitan ibu dan anak, mengatur kelahiran anak sesuai yang diinginkan dan

dapat menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (Sety, L M,

2014:60).

Secara umum (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur

banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,


bayi, ayah serta keluarga yang bersangkutan dan tidak akan menimbulkan

kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan

adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan menjadi suatu hal yang

sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri

kehamilan dengan aborsi (Suratun, dkk, 2013: 19).

2. Tujuan Kontrasepsi

a. Tujuan Umum

Sulistyawati mengatakan program KB bertujuan untuk memenuhi

permintaan pelayanan KB dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan

reproduksi yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada

akhirnya akan meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga

kecil berkualitas (Nuriyanah, T E, dan Rejeki, W S,2015: 8).

b. Tujuan khusus

Mansjoer mengatakan, dalam pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada

tujuan penggunaan kontrasepsi, yaitu:

1) Fase Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia dibawah 20

tahun dianjurkan menunda kehamilannya (Amalia,2012:4).

2) Fase Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan) Masa saat istri

berusia 20-30 tahun adalah masa usia yang paling baik untuk

melahirkan 2 anak dengan jarak 3-4 tahun (Amalia,2012:4).

3) Fase Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi) Saat usia istri diatas

30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2

anak (Amalia,2012:4).

3. Macam-macam Metode Kontrasepsi

a. Metode Amenore Laktasi (MAL)

MAL adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan


pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa

makanan tambahan makanan atau minuman apapun lainnya.Metode

Amenore Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM)

dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah apabila tidak

dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (Purwoastuti, E, dan

Walyani, ES, 2015:203).

b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

1) Metode Lendir Serviks atau lebih dikenal dengan Metode Ovulasi

Billings (MOB), dilakukan dengan wanita memantau lendir serviksnya

setiap hari. Lendir berfariasi selama siklus, mungkin tidak ada lendir

atau mungkin terlihat lengket dan jika direntangkan diantara kedua

jari, akan putus lendir tersebut dikenal dengan lendir tidak subur

(Everett, S, 2012:43).

2) Metode Kalender atau Pantang Berkala, yaitu senggama dihindari pada

masa subur, yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid atau terdapat

tanda-tanda adanya lendir encer dari liang vagina. Untuk perhitungan

masa subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11, siklus

terpendek dikurangi 18. Antara kedua waktu senggama dihindari

(Koesno, H, 2012:MK-8).

3) Metode Suhu Basal, ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan

mengukur suhu badan secara teliti dengan thermometer khusus yang

bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,1o C untuk mendeteksi, bahkan

suatu perubahan kecil suhu tubuh anda (Koesno,H, 2012: MK-13).

4) Metode Kombinasi, metode ini sering disebut dengan simtomtermal

atau metode cek-ganda yaitu menggabungkan metode lendir serviks,

suhu tubuh dan metode kalender, yang menyebabkan metode ini lebih
efektif sebagai kontrasepsi (Everett, S, 2012:47).

5) Senggama Terputus (Koitus Interruptus), ialah penarikan penis dari

vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan,

bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian

besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira “detik” sebelum

ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis

keluar dari vagina. Keuntungan, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat

ataupun persiapan, tetapi kekurangannya adalah untuk menyukseskan cara ini

dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak laki-laki (Prabowo, P,

2011:438).

6) Pembilasan Vagina Pasca Koitus, metode ini adalah membersihkan

cairan semen dari vagina sebelum sperma dapat memasuki serviks.

Karena sperma ditemukan dalam lendir serviks dalam waktu 90 detik

setelah ejakulasi, keefektifan metode kontrasepsi ini sangat kecil

(Benson, RC, dan Pernoll, ML, 2013:644).

c. Metode Barrier

1) Kondom Pria, merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari

berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan

alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan

seksual (Koesno, H, 2012:MK-17).

2) Kondom Wanita, alat ini merupakan plastik polyuterhane yang luntur

berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 15 cm dan diameter 7

cm, salah satu ujungnya tertutup, ujung bawah yang terbuka dilingkari

cincin lunak yang ditempatkan pada (Firdayanti, 2012:74).

3) Diafragma, adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks

(karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual


dan menutup serviks (Koesno, H, 2012:MK-21).

4) Spermisida, adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan

untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk

aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film dan

krim (Koesno, H, 2012:MK-24).

d. Kontrasepsi Hormonal

Adapun pengertian kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat

kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana

bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron (Rahma,

AS, 2012:179). Berdasarkan jenis dan cara pemakainnya dikenal tiga

macam kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi suntikan, kontrasepsi oral

(pil) dan kontrasepsi implant.

1) Kontrasepsi Suntikan

Jenis-jenis KB suntik yang sering digunanakandi Indonesia antara lain:

a) Suntikan 1 bulan contohnya cyclofem.

b) Suntikan 3 bulan contohnya depo provera, depo progestin (Rahma,


AS, 2012:179).

2) Kontrasepsi Oral

Jenis-jenis KB suntik yang beredar terbagi dua:

a) Pil KB kombinasi berisi dua hormon wanita yaitu estrogen dan


rogesteron.

b) Pil KB progesteron berisi hormon progesterone (Rahma, AS,


2012:181).

3) Kontrasepsi Implan

Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit. Implant

adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang

dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri dan disusukkan


dibawah kulit (Rahma, AS, 2012:183).

4) Kontrasepsi AKDR dengan Progesteron

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestate

yang mengandung Progesteron dari Mirena yang mengandung

Levonorgestrel

e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim

yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethylene).Ada

yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang tidak, ada pula yang dililit tembaga

bercampur perak (Ag).Selain itu ada pula yang dibatangnya berisi hormon

progesteron (Suratun, dkk, 2013:87).

f. Kontrasepsi Mantap

1) Tubektomi

Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang

tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi

sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan

lainnya untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk

menggunakan metode ini (Koesno, H, 2012:MK-89).

2) Vasektomi

Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak

ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi

sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan

lainnya untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk

menggunakan metode ini (Koesno, H, 2012:MK-95).


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

1. Kunjungan Pertama

Dilakukan pada tanggal 15 April 2022 pada pukul 8.30 wib

a. Pengkajian

1) Subyektif

Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 April 2022 pukul 08.30 wib

di Puskesmas pembantu Rengas Bandung oleh Marhamah, mahasiswi

Poltekkes Kemenkes Jambi prodi Profesi Kebidanan. Kunjungan Ny. B

merupakan kunjungan ulang dalam pemeriksaan kehamilan. Ny. B usia

32 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMP , pekerjaan IRT,


suku bangsa Jawa, suami Tn. T usia 34 tahun, beragama Islam,

pendidikan terakhir SD, pekerjaan wiraswasta, suku bangsa Jawa,

beralamat di Rt. 05 Desa Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota

Kabupaten Muaro Jambi.

Tujuan kunjungan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan

tidak ada keluhan yang dirasakan. Riwayat menstruasi, haid pertama

usia 12 tahun, lama 7 hari, jumlah darah haid 2-3x ganti pembalut per

hari, siklus haid 28 hari, teratur, konsistensi cair. HPHT pada tanggal 11

Agustus 2021, perkiraan partus pada tanggal 18 Mei 2022, masalah lain

tidak ada. Riwayat perkawinan, menikah 1 kali pada umur 19 tahun,

lama 12 tahun.

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu: Anak I umur

12 th, usia kehamilan: aterm, lahir secara spontan, ditolong oleh bidan,

di PMB dengan berat 2600 gr, PB 48 cm, JK: perempuan. Anak ke 2

umur 7 th, usia kehamilan: aterm, lahir secara spontan, ditolong oleh

bidan, di PMB dengan berat 2700 gr, PB 48 cm, JK: laki-laki. Anak ke 3

umur 4 th, usia kehamilan: aterm, lahir secara spontan, ditolong oleh

bidan, di PMB dengan berat 2600 gr, PB 48 cm, JK: perempuan.

Riwayat kehamilan saat ini, G4P3A0, pertama kali memeriksakan

kehamilan pada usia kehamilan 11-12 minggu, di Puskesmas oleh bidan,

pemeriksaan saat ini yang ke 6. Masalah yang pernah dialami pada hamil

muda adalah mual dan pusing, saat hamil tua tidak ada. Gerakan janin

terasa, gerakan terakhir terasa jam 08.00 wib. Imunisasi TT 5 pada usia

kehamilan 23-24 minggu. Keluhan pada saat ini, kadang- kadang nyeri

pinggang bawah dan sering kencing malam hari.


Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh selama kehamilan ini

adalah Fe, LC, Vit.C. Riwayat penyakit/operasi yang lalu tidak ada.

Riwayat penyakit keluarga yang pernah menderita sakit seperti kanker,

penyakit hati, Diabetes Melitus (DM), hipertensi, penyakit ginjal, TBC,

epilepsi, kelainan bawaan, alergi, hamil kembar dan penyakit jiwa dari

ayah, ibu, adik, paman, dan bibi tidak ada.

Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi

seperti, infertilitas, infeksi virus, PMS, servisitis kronis, endometritis,

myoma, polip serviks, kanker kandungan, operasi kandungan, dan

perkosaan tidak ada.

Riwayat Keluarga Berencana, metode KB yang pernah dipakai

adalah suntik 3 bulan. Pola makan/minum Kebiasaan sehari-hari makan

3x sehari dan minum 8-10 gelas/hari, dengan jenis makanan/minuman

yang dikonsumsi , nasi, lauk-pauk, sayur, buah, susu dan air putih.

Pola eliminasi, BAK 8-10 kali/hari, BAB 1 kali/hari,

kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi tidak ada. Pola

istirahat tidur malam 8 jam, Tidur terakhir jam 21.00 wib,

masalah/gangguan pada pola istirahat sering kencing. Pola seksualitas

frekuensi 1 kali/minggu, masalah/gangguan pada pola seksualitas tidak

ada.

Riwayat psikososial, kehamilan diharapkan, social support didapat

dari suami dan keluarga. Masalah psikososial tidak mengalami

kekerasan rumah tangga baik fisik maupun psikologis. Perilaku

kesehatan tidak pernah penggunaan miras, zat adiktif dan merokok.

Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan ibu membawa benda

tajam dan membawa tumbuh-tumbuhan.


2) Obyektif

Keadaan umum ibu baik, Tanda-tanda vital: Tekanan darah:

120/80 mmHg, pernafasan: 20 x/menit, nadi: 80 x/menit, suhu: 36,5 °C,

turgor baik, berat badan 58 kg, tidak tampak oedema pada muka dan

ekstremitas, sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda. Abdomen:

Inspeksi: pembesaran sesuai usia kehamilan dan pergerakan janin aktif.

Pemeriksaan tinggi fundus uteri menurut Mac Donald, palpasi 30 cm.

Leopold I Bagian fundus teraba bokong (teraba bulat, lunak, tidak

melenting). Leopold II teraba punggung (keras, panjang) pada perut kiri

ibu, sebaliknya teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas) pada perut

kanan ibu. Leopold III teraba kepala (teraba bulat, keras, melenting)

pada bagian terbawah janin pada sisi panggul dan kepala belum masuk

pintu atas panggul, Leopold IV convergen. Taksiran berat janin 2790

gram, auskultasi 130 x/menit

b. Interpretasi data

Diagnosa: GIVPIIIA0 hamil 33-34 minggu janin tunggal hidup intrauterin,

presentasi kepala

c. Diagnosa dan masalah potensial

Tidak ada

d. Tindakan Segera

Tidak ada

e. Perencanaan

1) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu

2) Berikan Informasi kepada ibu tentang pendidikan kesehatan tanda

bahaya pada trimester III


3) Anjurkan ibu untuk sedikit minum pada malam hari untuk menghindari

sering kencing pada malam hari

4) Anjuran untuk senam hamil

5) Anjuran untuk melahirkan di faskes

6) Jelaskan kepada ibu mengenai persiapan persalinan

7) Jelaskan pada ibu untuk rutin minum obat tablet dan penambah darah

selama kehamilan.

8) Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang tanggal 20 April 2022.

9) Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

f. Pelaksanaan

1) Menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan dengan tekanan darah 120/80

mmHg, berat badan 58 kg, TFU 30 cm, usia kehamilan 33-34 minggu,

DJJ 130x/menit terdengar jelas dan teratur, keadaan ibu dan janin saat

ini baik hasilnya ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.

2) Memberikan informasi ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti

perdarahan pervaginam, bengkak kaki ditangan ataupun wajah disertai

sakit kepala atau kejang, demam atau panas tinggi, air ketuban keluar

sebelum waktunya, bayi dikandungan gerakannya berkurang atau tidak

bergerak, muntah terus dan tidak mau makan, batuk lama, gatal-gatal

pada kemaluan. Apabila ada tanda-tanda seperti itu maka ibu segera ke

tenaga kesehatan atau ke bidan.

3) Menganjurkan ibu untuk sedikit minum pada malam hari untuk

menghindari sering kencing pada malam hari

4) Menganjurkan ibu untuk senam hamil

5) Menganjurkan ibu untuk melahirkan di faskes

6) Jelaskan kepada ibu mengenai persiapan persalinan


7) Menlaskan pada ibu untuk rutin minum obat selama kehamilan.

8) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang tanggal 29 April

2022.

9) Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan.

g. Evaluasi

1) Ibu mendengarkan penjelasan yang telah diberikan

2) Ibu mengerti tentang pendidikan kesehatan yang diberikan seperti tanda

bahaya kehamilan trimester III, tanda awal persalinan, inisiasi menyusu

dini (IMD), pemberian tablet tambah darah, pemberian ASI ekslusif

3) Ibu tampak kooperatif dan mengerti tentang apa saja yang harus

dipersiapkan dalam perencanaan persalinan.

4) Ibu dapat mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan tentang

tanda-tanda bahaya pada kehamilan.

5) Ibu menyetujui untuk dilakukan kunjungan ulang berikutnya

2. Kunjungan kedua

Dilakukan pada tanggal 29 April 2022 pada pukul 16.00 wib

a. Pengkajian

1) Subyektif

Ibu mengatakan pergerakan janin aktif

2) Obyektif

Keadaan umum ibu baik, Tanda-tanda vital: Tekanan darah: 110/70

mmHg, pernafasan: 20 x/menit, nadi: 80 x/menit, suhu: 36,5 °C, turgor

baik, berat badan 58 kg, tidak tampak oedema pada muka dan

ekstremitas, sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda. Abdomen:

Inspeksi: pembesaran sesuai usia kehamilan dan pergerakan janin aktif.

Pemeriksaan tinggi fundus uteri menurut Mac Donald, palapasi 31 cm.


Leopold I Bagian fundus teraba bokong (teraba bulat, lunak, tidak

melenting). Leopold II teraba punggung (keras, panjang) pada perut kiri

ibu, sebaliknya teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas) pada perut

kanan ibu. Leopold III teraba kepala (teraba bulat, keras, melenting)

pada bagian terbawah janin pada sisi panggul dan kepala sudah masuk

pintu atas panggul, Leopold IV divergen. Taksiran berat janin 3100

gram, auskultasi 130 x/menit

b. Interpretasi data

Diagnosa: G1VPIIIA0 hamil 35-36 minggu janin tunggal hidup intrauterin,

presentasi kepala

c. Diagnosa dan masalah potensial

Tidak ada

d. Tindakan Segera

Tidak ada

e. Perencanaan

1) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu

2) Berikan Informasi kepada ibu tentang pendidikan kesehatan tanda

bahaya pada trimester III

3) Jelaskan kepada ibu mengenai persiapan persalinan

4) Jelaskan pada ibu untuk rutin minum obat tablet dan penambah darah

selama kehamilan.

5) Anjurkan ibu untuk ke Pustu jika ada tanda-tanda inpartu.

6) Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

f. Pelaksanaan

1) Menjelaskan mengenai hasil pemeriksaa dengan tekanan darah 120/80

mmHg, berat badan 58 kg, TFU 31 cm, usia kehamilan 35-36 minggu,
DJJ 130x/menit terdengar jelas dan teratur, keadaan ibu dan janin saat

ini baik hasilnya ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.

2) Memberikan informasi ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti

perdarahan pervaginam, bengkak kaki ditangan ataupun wajah disertai

sakit kepala atau kejang, demam atau panas tinggi, air ketuban keluar

sebelum waktunya, bayi dikandungan gerakannya berkurang atau tidak

bergerak, muntah terus dan tidak mau makan, batuk lama, gatal-gatal

pada kemaluan. Apabila ada tanda-tanda seperti itu maka ibu segera ke

tenaga kesehatan atau ke bidan.

3) Menjelaskan kepada ibu mengenai persiapan persalinan

4) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

5) Menganjurkan ibu untuk ke Puskesmas jika ada tanda-tanda inpartu

6) Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan.

g. Evaluasi

1) Ibu mendengarkan penjelasan yang telah diberikan

2) Ibu mengerti tentang pendidikan kesehatan yang diberikan seperti tanda

bahaya kehamilan trimester III, tanda awal persalinan, inisiasi menyusu

dini (IMD), pemberian tablet tambah darah, pemberian ASI ekslusif

3) Ibu tampak kooperatif dan mengerti tentang apa saja yang harus

dipersiapkan dalam perencanaan persalinan dan mengerti mengenai

komplikasi.

4) Ibu dapat mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan tentang

tanda-tanda bahaya pada kehamilan.

5) Ibu menyetujui untuk dilakukan kunjungan ulang berikutnya.

B. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin


1. Kala I Persalinan

Dilakukan pada tanggal 8 Mei 2022 Pukul 16.00 WIB

a. Pengkajian

1) Subyektif

Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah menjalar kepinggang dan

mengeluarkan lendir bercampur darah.

2) Obyektif

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tanda-tanda

vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,5 0C,

pernafasan 20x/menit. Turgor baik, mata: sklera tidak ikterus,

konjungtiva merah muda, ekstremitas: tidak ada oedema, tidak ada

varices, dan akral normal.

Pemeriksaan tinggi fundus uteri menurut Mac Donald, palpasi 30

cm, Leopold I fundus uteri teraba bokong (agak bulat, lunak, besar dan

tidak melenting), Leopold II bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil

janin (ekstremitas), sebaliknya bagian kanan perut ibu teraba punggung

(panjang, keras seperti papan), Leopold III teraba kepala (teraba bulat,

keras) dibagian terbawah janin pada sisi panggul ibu dan kepala janin

sudah masuk pintu atas panggul, Leopold IV teraba divergen. Posisi

memanjang, pergerakan janin aktif, kontraksi baik 4x10’x30”, taksiran

berat janin = (30-11) x 155 = 2945 gram. Auskultasi denyut jantung

janin positif, frekuensi 140 x/menit, teratur, kuat.

Pemeriksaan ano-genitalia, vulva bersih, pengeluaran darah-lendir,

hemoroid dan varices tidak ada. Pemeriksaan dalam didapatkan porsio


tipis, lembut, pembukaan 8 cm, ketuban positif (+), presentasi kepala,

ubun-ubun kecil kiri depan, penurunan H III.

b. Analisa Masalah/Interpretasi Data

Diagnosa: Inpartu kala I fase aktif

c. Masalah Potensial

Tidak ada

d. Tindakan Segera

Tidak ada

e. Rencanaan

1) Jelaskan kemajuan persalinan dan kondisi janin

2) Berikan asuhan sayang ibu

3) Anjurkan pada ibu untuk tidak menahan buang air kecil

4) Anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang ketika ada his dan istirahat

diantara 2 his serta tidur miring ke kiri

5) Siapkan ruangan, alat, dan obat-obatan

6) Informasikan pada ibu tentang macam-macam posisi meneran yang

nyaman untuk ibu.

7) Dokumentasikan dengan memantau kemajuan persalinan ibu dengan

partograf

f. Pelaksanaan

1) Menjelaskan kemajuan persalinan dan kondisi janin. Ibu sekarang dalam

proses persalinan dengan pembukaan 8 cm, dan ibu belum boleh meneran

karena pembukaan belum lengkap, dan saat ini kondisi janin baik,

keadaan ibu dalam batas normal.


2) Memberikan asuhan sayang ibu seperti menghargai budaya, kepercayaan

dan keinginan sang ibu, dengan mengikutsertakan suami dan keluarga

selama proses persalinan dan kelahiran bayi

3) Menganjurkan pada ibu untuk tidak menahan buang air kecil

4) Menganjurkan ibu untuk menarik nafas panjang ketika ada his dan

istirahat diantara 2 his serta tidur miring ke kiri

5) Menyiapkan ruangan, alat, dan obat-obatan

6) Mengobservasi keadaan umum ibu, dan tanda-tanda vital dan kemajuan

persalinan dalam partograf seperti denyut jantung janin, frekuensi dan

lamanya kontraksi uterus, nadi setiap 30 menit dan pembukaan serviks,

penurunan bagian terbawah janin, tekanan darah dan temperatur tubuh

setiap 4 jam.

7) Mendokumentasikan dengan memantau kemajuan persalinan ibu dengan

partograf.

g. Evaluasi

1) Keadaan umum ibu dan janin baik, ibu dan keluarga mendengarkan

penjelasan yang diberikan.

2) Kemajuan persalinan sudah di pantau

3) Seluruh asuhan kebidanan telah di dokumentasikan.

2. Kala II Persalinan

Dilakukan pada tanggal 8 Mei 2022 Pukul 18.35 WIB

a. Pengkajian data

1) Subyektif

Ibu mengatakan nyeri semakin sering, semakin lama, ingin BAB dan

ingin meneran.

2) Obyektif
Keadaan Umum : Baik, terlihat tanda-tanda KALA II yaitu :

Dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva

dan anus membuka. His : 5 x 10’ 45 ”, DJJ 140 x/menit. Pukul: 18.35

wib periksa dalam: portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban

negatif (pecah sendiri), presentasi kepala, penurunan hodge IV posisi

ubun-ubun kecil kiri depan dengan kepala crowning 5-6 cm.

b. Interpretasi data

Diagnosa: Inpartu Kala II, janin tunggal hidup presentase kepala

c. Diagnosa dan masalah potensial

Tidak ada

d. Tindakan segera

Tidak ada

e. Perencanaan

1) Informasikan semua hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga ibu sudah

saatnya melahirkan dan pembukaan sudah lengkap, ketuban sudah pecah

dan ibu sudah boleh meneran jika sudah merasakan sakit yang kuat.

2) Dekatkan alat-alat, obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi. Alat-alat

sudah di dekatkan.

3) Siapkan perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu celemek, masker,

sepatu boat, hand scoond.

4) Ajarkan ibu teknik meneran yang baik yaitu meneran pada saat his dan

berhenti diluar his dan meneran seperti mau BAB keras. Bila ada mules

ibu menarik nafas panjang melalui hidung serta menghembuskannya

perlahan-lahan melalui mulut dan beristirahat jika mules hilang. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan

5) Pimpin ibu meneran pada saat his dan mengingatkan ibu cara meneran
yang baik . Ibu meneran pada saat ada his atau mules dengan terlebih

dahulu menarik nafas panjang dan beristirahat di antara kontraksi.

6) Berikan kebutuhan hidrasi kepada ibu dengan memberikan teh manis

hangat. Ibu minum jika tidak ada his.

7) Berikan dukungan dan pujian kepada ibu. Memuji ibu pada saat meneran

dan ibu terlihat semangat untuk meneran karena di dampingi oleh suami.

8) Observasi kandung kemih ibu. Kandung kemih kosong.

9) Lakukan pencegahan infeksi dengan melakukan vulva hygiene. Vulva

hygiene telah dilakukan.

10) Pimpin ibu meneran setelah kepala 5-6 cm didepan vulva dan jika ada

his. Pukul 18.50 WIB bayi lahir spontan, jenis kelamin laki-laki, dan

menangis spontan.

11) Keringkan seluruh tubuh bayi kecuali muka dan telapak tangan dan

menghangatkan bayi.

f. Pelaksanaan

1) Menginformasikan semua hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga ibu

sudah saatnya melahirkan dan pembukaan sudah lengkap, ketuban sudah

pecah dan ibu sudah boleh meneran jika sudah merasakan sakit yang

kuat

2) Mendekatkan alat-alat, obat-obatan,perlengkapan ibu dan bayi. Alat-alat

sudah di dekatkan di dekat paha ibu

3) Menyiapkan perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu celemek,

masker, sepatu boat, hand scoond.

4) Mengajarkan ibu teknik meneran yang baik yaitu meneran pada saat his

dan berhenti diluar his dan meneran seperti mau BAB keras. Bila ada

mules ibu menarik nafas panjang melalui hidung serta


menghembuskannya perlahan-lahan melalui mulut dan beristirahat jika

jika mules hilang. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

5) Memimpin ibu meneran pada saat his dan mengingatkan ibu cara

meneran yang baik . Ibu meneran pada saat ada his atau mules dengan

terlebih dahulu menarik nafas panjang dan beristirahat di antara

kontraksi.

6) Memberikan kebutuhan hidrasi kepada ibu dengan memberikan teh

manis hangat. Ibu minum jika tidak ada his.

7) Memberikan dukungan dan pujian kepada ibu. Memuji ibu pada saat

meneran dan ibu terlihat semangat untuk meneran karena di dampingi

oleh suami.

8) Mengobservasi kandung kemih ibu. Kandung kemih kosong.

9) Melakukan pencegahan infeksi dengan melakukan vulva hygiene. Vulva

hygiene telah dilakukan.

10) Memimpin ibu meneran setelah kepala 5-6 cm didepan vulva dan jika

ada his. Pukul 18.50 WIB bayi lahir spontan, jenis kelamin laki-laki,dan

menangis spontan, warna kulit kemerahan .

11) Meletakkan bayi diatas perut ibu untuk memulai IMD

12) Mengeringkan seluruh tubuh bayi kecuali muka dan telapak tangan dan

menghangatkan bayi.

g. Evaluasi

1) Hasil pemeriksaan telah dijelaskan dan ibu mengerti

2) Perlengkapan telah didekatkan

3) Pelindung diri telah dipakai

4) Ibu telah dijelaskan teknik meneran dan ibu mengerti

5) Kebutuhan hidrasi telah diberikan kepada ibu


6) Telah melakukan observasi kandung kemih dan kandung kemih ibu

kosong

7) Vulva hygine telah dilakukan.

8) Bayi lahir segera menangis kondisi umum bayi baik

3. Kala III Persalinan

Dilakukan pada tanggal 8 Mei 2022 Pukul 18.55WIB


a. Pengkajian data

1) Subyektif

Ibu mengatakan perut terasa mules.


2) Obyektif

Keadaan umum ibu baik, TD: 120/80 mmHg, R: 20x/menit, N: 80x/menit,

S: 36oC Palpasi: TFU: sepusat. Kontraksi uterus baik, kandung kemih

kosong, perdarahan normal ± 150 CC.

b. Interpretasi data

Diagnosa: Parturient Kala III.

c. Diagnosa dan masalah potensial

Tidak ada

d. Tindakan Segera

Tidak ada

e. Perencanaan

1) Jelaskan kondisi ibu saat ini kepada ibu dan keluarga

2) Lakukan Manajemen Aktif Kala III

3) Periksa fundus uteri untuk memastikan tidak ada janin kedua

4) Memberikan suntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian luar.

5) Lakukan PTT dengan memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva, jika

uterus berkontraksi tangan kanan melakukan PTT kearah bawah dan


tangan kiri ke arah dorsokranial di atas simfisis sampai terlihat tanda

pelepasan plasenta.

6) Terdapat semburan darah secara tiba-tiba, melahirkan plasenta searah

jarum jam. Jam 19.05 WIB plasenta lahir lengkap dengan selaputnya.

7) Lakukan massase fundus uteri selama 15 detik agar tidak terjadi atonia

uteri sehingga uterus berkontraksi (Fundus teraba keras) kemudian

mengajarkan kepada ibu dan keluarga untuk melakukan sendiri, massase

fundus uteri sudah dilakukan dan fundus teraba keras

8) Periksa kelengkapan plasenta bagian maternal dan fetal dengan hasil:

bagian maternal yaitu kotiledon lengkap : 20 buah, selaput korion dan

amnion lengkap, tidak ada pengapuran, diameter 20, tebal ± 2cm. Bagian

fetal : panjang tali pusat ± 60 cm dan insersi: sentralis, plasenta lengkap.

9) Lakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat, kemudian mengikat tali

pusat.

10) Periksa jalan lahir dan robekan, tidak ada luka robekan jalan lahir.

f. Pelaksanaan

1) Menjalaskan kondisi ibu saat ini kepada ibu dan keluarga

2) Melakukan Manajemen Aktif Kala III

3) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan tidak ada janin kedua

4) Memberikan suntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian luar.

5) Melakukan PTT dengan memindahkan klem 5-6cm di depan vulva, jika

uterus berkontraksi tangan kanan melakukan PTT kearah bawah dan

tangan kiri ke arah dorsokranial di atas simfisis sampai terlihat tanda

pelepasan plasenta.

6) Melahirkan plasenta searah jarum jam, plasenta lahir lengkap dengan

selaputnya.
7) Melakukan massase fundus uteri selama 15 detik agar tidak terjadi atonia

uteri sehingga uterus berkontraksi (Fundus teraba keras) kemudian

mengajarkan kepada ibu dan keluarga untuk melakukan sendiri, massase

fundus uteri sudah dilakukan dan fundus teraba keras.

8) Memeriksa kelengkapan plasenta bagian maternal dan fetal dengan hasil:

bagian maternal yaitu kotiledon lengkap : 20 buah, selaput korion dan

amnion lengkap, tidak ada pengapuran, diameter 20, tebal ± 2cm. Bagian

fetal : panjang tali pusat ± 60 cm dan insersi: sentralis, plasenta lengkap.

9) Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat,kemudian mengikat tali

pusat.

10) Memeriksa jalan lahir dan tidak ada robekan jalan lahir.

g. Evaluasi

1) Ibu sudah diberitahu bahwa bayi telah lahir dalam keadaan baik

2) Manajemen kala III telah dilakukan

3) IMD telah dilakukan

4) Massase fundus uteri telah dilakukan

4. Kala IV Persalinan

Dilakukan pada tanggal 8 Mei 2022 pukul 19.15 wib

a. Pengkajian data

1) Subyektif

Ibu mengatakan merasa lelah setelah proses persalinan.

2) Obyektif

3) Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital: TD: 120/70 mmHg, N:

82x/menit, S: 36,8oC, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik.

Perdarahan :+100cc Kandung kemih : kosong, Perineum: tidak ada

robekan jalan lahir.


b. Interpretasi Data

Diagnosa: Parturient kala IV.

c. Diagnosa dan masalah potensial

Tidak ada

d. Tindakan Segera

Tidak ada

e. Perencanaan

1) Beritahu ibu seluruh hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik dan TTV

normal.

2) Bersihkan ibu dari darah dengan menggunakan air DTT dan melakukan

dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin. Ibu sudah dibersihkan

dari darah dan tempat tidur sudah di dekontaminasi.

3) Rendam alat-alat persalinan ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit, alat-alat persalinan sudah direndam ke dalam larutan klorin.

4) Penolong melepas sarung tangan dan mencuci tangan. Penolong sudah

melepas sarung mencuci tangan.

5) Berikan selamat pada ibu dan keluarga atas kelahiran bayinya

6) Observasi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, perdarahan tiap 15

menit pada 1 jam pertama dan 30 menit jam kedua, ibu sudah diobservasi.

7) Berikan nutrisi dan hidrasi yang cukup pada ibu.

8) Anjarkan ibu cara massase fundus uteri agar tidak terjadi atonia uteri yaitu

dengan cara meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massase

dengan gerakan melingkar dengan lembut sehingga uterus berkontraksi

(Fundus teraba keras) dan beritahu ibu jika fundus teraba lembek

menandakan kontraksi kurang baik dan segera beritahu penolong, massase

fundus uteri sudah dilakukan dan fundus teraba keras.


9) Jelaskan tanda bahaya setelah bersalin yaitu perdarahan, keluar cairan

Berbau, demam lebih dari 2 hari, sakit kepala hebat, kejang, payudara

merah dan bengkak.

10) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal setiap 2

jam sekali pada kedua payudara secara bergantian

11) Lakukan pendokumentasian dan pencatatan perkembangan setiap 15 menit

pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada satu jam kedua postpartum.

f. Pelaksanaan

1) Memberitahu ibu seluruh hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik dan

TTV normal.

2) Melakukan penjahitan laserasi derajat 1

3) Membersihkan ibu dari darah dengan menggunakan air DTT dan

melakukan dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin. Ibu sudah

dibersihkan dari darah dan tempat tidur sudah di dekontaminasi.

4) Merendam alat-alat persalinan ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit, alat-alat persalinan sudah direndam ke dalam larutan klorin.

5) Penolong melepas sarung tangan dan mencuci tangan. Penolong sudah

melepas sarung mencuci tangan.

6) Memberikan selamat pada ibu dan keluarga atas kelahiran bayinya

7) Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, perdarahan

tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit jam kedua, ibu sudah

diobservasi.

8) Memberikan nutrisi dan hidrasi yang cukup pada ibu.

9) Mengajarkan ibu cara massase fundus uteri agar tidak terjadi atonia uteri

yaitu dengan cara meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan

massase dengan gerakan melingkar dengan lembut sehingga uterus


berkontraksi (Fundus teraba keras) dan beritahu ibu jika fundus teraba

lembek menandakan kontraksi kurang baik dan segera beritahu penolong,

massase fundus uteri sudah dilakukan dan fundus teraba keras.

10) Menjelaskan tanda bahaya setelah bersalin yaitu perdarahan, keluar cairan

Berbau, demam lebih dari 2 hari,sakit kepala hebat, kejang, payudara

merah dan bengkak.

11) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal

setiap 2 jam sekali pada kedua payudara secara bergantian

12) Melakukan pendokumentasian dan pencatatan perkembangan setiap 15

menit pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada satu jam kedua

postpartum.

g. Evaluasi

1) Hasil pemeriksaan telah dijelaskan dan ibu mengerti

2) Pengecekan perineum untuk melihat ada perdarahan atau tidak dan telah

dilakukan.

3) Alat-alat persalinan sudah direndam ke dalam larutan klorin.

4) Penolong sudah melepas sarung mencuci tangan.

5) ibu sudah diobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih,

perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit jam kedua

6) setelah diberikann teh ibu sudah mau minum teh.

C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

1. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

Dilakukan pada tanggal 8 Mei 2022 pukul 19.30 wib

a. Pengkajian Data

1) Subyektif
-

2) Obyektif

Keadaan umum baik, frekuensi denyut jantung 140x/menit,

frekuensi nafas 44 x/menit, suhu 36,5˚C, berat badan 2800 gram, panjang

badan 48 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 33 cm. Pemeriksaan fisik

secara sistematis kepala tidak ada kaput suksedenum dan cefal hematom,

tidak ada molase, ubun-ubun besar tertutup membran dan berdenyut.

Muka normal tidak ada wajah mongoloid, mata simetris,

konjungtiva tidak ada perdarahan, tidak ada tanda-tanda infeksi, telinga

simetris, daun telinga lengkap dan berlubang, mulut tidak ada labioskizis,

labiopalatoskizis, hidung tidak tampak kelainan, bersekat dan tidak ada

pernafasan cuping hidung, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan

kelenjar getah bening, dada simetris, ekstremitas tidak ada kelainan,

genitalia tidak ada kelainan.

b. Interpretasi data

Bayi baru lahir

c. Masalah potensial

Tidak ada masalah potensial

d. Tindakan segera

Tidak memerlukan tindakan segera

e. Perencanaan

1) Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi saat ini dalam keadaan

baik.

2) Keringkan bayi dengan handuk agar tidak hipotermi

3) Berikan salep mata eritromisin 1 %, untuk mencegah terjadinya infeksi

pada bayi.
4) Berikan injeksi vitamin K sebanyak 0,1 ml secara IM di paha bayi sebelah

kiri (1/3 distal anterior).

5) Lakukan perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering dan steril

tanpa alkohol dan betadin.

6) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.

7) Informasikan ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir seperti bayi

panas atau kedinginan, perubahan warna kulit, kejang, nafas cepat,

menangis merintih, menangis melengking, tidak mau menyusu dan ada

perdarahan tali pusat.

8) Dokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan

f. Pelaksanaan

1) Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi saat ini dalam

keadaan baik.

2) Mengeringkan bayi dengan handuk agar tidak hipotermi

3) Memberikan salep mata eritromisin 1 %, untuk mencegah terjadinya

infeksi pada bayi

4) Memberikan injeksi vitamin K sebanyak 0,1 ml secara IM di paha bayi

sebelah kiri (1/3 distal anterior).

5) Melakukan perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering dan

steril tanpa alkohol dan betadin

6) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.

7) Menginformasikan ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir seperti

bayi panas atau kedinginan, perubahan warna kulit, kejang, nafas cepat,

menangis merintih, menangis melengking, tidak mau menyusu dan ada

perdarahan tali pusat.

8) Mendokumentasikansemua asuhan yang telah diberikan


g. Evaluasi

1) Bayi dalam keadaan Baik

2) Bayi telah dikeringkan

3) Salep mata telah diberikan

4) Vit K telah diberikan

5) Telah dilakukan perawatan tali pusat

6) Ibu mau menyusui bayinya

7) Tanda tanda bahaya telah dijelaskan kepada ibu.

8) Pendokumentasian telah dilakukan.

2. Kunjungan pertama

Dilakukan pada tanggal 9 Mei 2022 pukul 09.00 wib

a. Pengkajian Data

1) Subyektif

2) Obyektif

KU : baik, frekuensi denyut jantung 137x/menit, frekuensi nafas

38x/menit, suhu 36,7˚C, BB : 2800 gram, PB : 49 cm. Keaktifan baik,

refleks menghisap dan menelan baik, Perut tidak kembung.

b. Interpretasi data

Bayi baru lahir usia 1 hari.

c. Masalah potensial

Tidak ada masalah potensial

d. Tindakan segera

Tidak memerlukan tindakan segera

e. Perencanaan

1) Informasikan seluruh hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini kondisi
bayi dalam keadaan baik, BB : 2800 gram, PB : 48 cm. Ibu mengerti

dengan yang disampaikan.

2) Berikan injeksi HB0 0,5 ml secara IM di paha sebelah kanan (1/3 distal

anterior).

3) Pastikan bayi tidak ada penyulit baik dari daya penghisap, menelan,

penyakit yang diderita dan tanda bahaya pada bayi contohnya warna

kuning pada tubuh bayi, tidak mau menyusu. Bayi sudah dalam kondisi

sehat.

4) Anjurkan ibu memberikan bayi ASI Ekslusif yaitu tidak memberikan

makanan tambahan selama 6 bulan.

f. Pelaksanaan

1) Menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini

kondisi bayi dalam keadaan baik, BB : 2800 gram, PB : 48 cm. Ibu

mengerti dengan yang disampaikan.

2) Memastikan bayi tidak ada penyulit baik dari daya penghisap, menelan,

penyakit yang diderita dan tanda bahaya pada bayi contohnya warna

kuning pada tubuh bayi, tidak mau menyusui. Bayi sudah dalam kondisi

sehat.

3) Memberikan injeksi HB0 0,5 ml secara IM di paha sebelah kanan (1/3

distal anterior).

4) Menganjurkan ibu memberikan bayi ASI Ekslusif yaitu tidak memberikan

makanan tambahan selama 6 bulan.

g. Evaluasi

1) Informasi telah di sampakan kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan baik

2) Ibu bersedia memberikan bayi ASI eksklusif


D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

1. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 1 hari

Dilakukan pada tanggal 8 Mei 2022 pukul 01.00 wib

a. Pengkajian

1) Subyektif

Asi belum lancar

2) Obyektif

Keadaan umum: baik, TTV, TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit,

RR : 21 x/menit, S : 36,8 c, pengeluaran asi ada. TFU 2 jari bawah

pusat, kontraksi uetrus baik, lokhia rubra, bau khas, konsistensi cair,

kandung kemih kosong,

b. Interpretasi data

Post partum normal 1 hari

c. Diagnosa Potensial

Tidak ada diagnosa potensial

d. Tindakan Segera

Tidak membutuhkan tindakan segera

e. Perencanaan

1) Informasikan dan jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

2) Beritahu ibu tentang perubahan fisiologis pada masa nifas

3) Beritahu ibu tanda bahaya nifas

4) Beritahu ibu untuk mobilisasi secara bertahap

5) Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAK

6) Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin

7) Anjurkan ibu untuk minum obat yang telah di berikan

8) Anjurkan ibu mengkomsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan.


9) Anjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup

10) Berikan penjelasan pada ibu tentang personal hygine

11) Beritahu ibu untuk kunjungan nifas selanjutnya

f. Pelaksanaan

1) Menginformasikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan yaitu bahwa keadaan ibu baik, dan TTV dalam batas normal.

2) Memberitahu ibu tentang perubahan fisiologis masa nifas yaitu rasa

mules sebagai proses yang normal karena otot rahim mengalami sedikit

kontraksi untuk proses pengecilan yang di pengaruhi hormon produk

ASI yaitu oksitosin, untuk itu bila ibu menyusui dapat membantu proses

pengecilan uterus.

3) Memberitahu ibu tanda bahaya nifas yaitu perdarahan, demam lebih

dari 2 hari, keluar cairan yang berbau, oedema, sakit kepala hebat,

kejang, payudara merah dan bengkak.

4) Memberitahu ibu untuk mobilisasi secara bertahap.

5) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK

6) Menganjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin yaitu minimal

setiap 2 jam sekali atau setiap bayi menangis di kedua payudara secara

bergantian.

7) Menganjurkan ibu untuk minum obat yang telah di berikan.

8) Mengajurkan ibu mengkomsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan.

9) Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan.

10) Memberikan penjelasan pada ibu tentang personal hygine dengan

menjaga kebersihan diri dan mengganti pakaian dalam dan pembalut

sesering mungkin minimal 3x sehari.


11) Memberitahu ibu untuk kunjungan nifas selanjutnya

g. Evaluasi

1) Keadaan ibu baik.

2) Ibu mengerti tentang penyebab mules dan nyeri luka perineum

3) Ibu mendengarkan penjelasan yang diberikan.

4) Ibu memberi respon yang positif terhadap anjuran yang diberikan.

5) Ibu sudah mengerti tentang personal hygine

6) Telah dijelaskan kunjungan ulang nifas berikutnya

2. Kunjungan pertama asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas hari ke-1

Dilakukan pada tanggal 9 Mei 2022 pukul 09.00 wib

a. Pengkajian Data

1) Subyektif

Ibu mengatak ASI keluar belum lancar. Ibu mengatakan bayi hanya

diberi ASI saja, mau menyusu ± 10x sehari.

2) Obyektif

Keadaan umum baik, TTV: TD 120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR:

20x/menit, S 36,8oC, Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik,

Palpasi Abdomen: TFU: pertengahan pusat sympisis. Pengeluaran

pervaginam lochea rubra.

b. Interpretasi data

Post partum 1 hari

c. Diagnosa dan masalah potensial

Tidak ada

d. Tindakan segera

Tidak ada

e. Perencanaan
1) Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu

dalam keadaan baik dan sehat.

2) Beritahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah sekitar vagina.

3) Anjurkan ibu kembali untuk menjaga makanan yang sehat.

4) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan

tanpa makanan tambahan apapun seperti air putih, madu, buah-

buahan.

5) Mengajarkan tehnik pijat oxytocin dan menganjurkan ibu untuk

perawatan payudara sebelum ibu menyusui.

6) Beri tahu ibu tentang tanda bahaya ibu nifas. Ibu masih mengingat dan

akan segera datang ke Puskesmas apabila ada salah satu tanda

tersebut.

7) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang ke Puskesmas jika ibu ada

keluhan.

f. Pelaksanaan

1) Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa saat

ini ibu dalam keadaan baik dan sehat.

2) Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah sekitar

vagina.

3) Menganjurkan ibu kembali untuk menjaga makanan yang sehat.

Hasilnya ibu mau makan.

4) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan

tanpa makanan tambahan apapun seperti air putih, madu, buah-

buahan. Ibu masih mengingat untuk memberikan bayinya ASI saja.


5) Mengajarkan suami untuk pijat oxytocin dan menganjurkan ibu untuk

perawatan payudara sebelum ibu menyusui dan jika payudara ibu

bengkak, ibu mengerti dan akan melakukannya.

6) Menganjurkan pada ibu tentang tanda bahaya ibu nifas. Ibu masih

mengingat dan akan segera datang ke Puskesmas apabila ada salah

satu tanda tersebut.

7) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang ke Puskesmas jika ibu ada

keluhan.

g. Evaluasi

1) Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.

2) Ibu sudah menjalankan kebersihan sesuai yang dianjurkan

3) Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makan-makanan bergizi seimbang

serta banyak minum

4) Ibu bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan

5) Suami mengetahui tehnik pijat oxcitocin, Ibu faham cara melakukan

perawatan payudara

6) Ibu mengetahui tanda bahaya masa nifas.

E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

1. Asuhan kebidanan keluarga berencana

Dilakukan pada tanggal 20 Mei 2022 pukul 11.00 wib

a. Pengkajian data dasar

Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini, ibu

mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang diderita selama kehamilannya.

Riwayat menstruasi, haid pertama atau menarche usia 12 tahun, siklus 28 hari

banyaknya 3x ganti pembalut setiap hari, teratur dan lamanya 7 hari,


konsistensi cair.

Pemeriksaan fisik yang didapatkan keadaan ibu baik, tekanan darah

120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,7°C, berat

badan 55 kg, setelah proses persalinan ibu belum menstruasi.

Riwayat kesehatan, ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit

keluarga seperti TBC dan tidak ada riwayat penyakit menurun seperti DM,

hipertensi dan asma

b. Interpretasi data

Diagnosa : Calon akseptor KB

c. Masalah Potensial

Tidak ada masalah potensial.

d. Tindakan Segera

Tidak ada tindakan segera

e. Perencanaan

1) Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu.

2) Jelaskan kepada ibu tentang macam-macam KB, keuntungan dan efek

samping KB

f. Pelaksanaan

1) Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa tekanan darah

120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,7°C,

berat badan 55 kg

2) Menjelaskan kepada ibu tentang macam-macam KB, keuntungan dan

efeksamping KB

3) Menganjurkan iu untuk meggunakan KB IUD dengan paritas dan usia

ibu serta KB IUD merupakan KB jangka panjang.

g. Evaluasi
1) Keadaan ibu baik.

2) Ibu merencanakan KB suntik dengan alasan kebiasaan sebelumnya.

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang manajemen asuhan kebidanan pada

Ny.B, pembahasan dimulai dari pertemuan pertama dengan klien hingga pelaksanaan

asuhan kebidanan yang diberikan pada klien dari usia kehamilan 36 minggu hingga 2 hari

masa nifas. Kehamilan, persalinan dan nifas berjalan dengan fisiologis. Pelaksanaan

asuhan kebidanan yang diberikan mulai tanggal 11 Apri 2022 – 20 Mei 2022 di

Puskesmas Pembantu Desa Rengas Bandung dan kunjungan nifas pada tanggal 9 Mei dan

20 Mei 2022 di rumah ibu.

Dalam pembahasan ini penulis akan membandingkan antara asuhan yang telah

diberikan dengan teori-teori yang ada, melalui pengamatan langsung dan


mendokumentasikannya mulai kehamilan sampai dengan pemantauan nifas dan bayi baru

lahir serta perencanaan KB.

A. Kehamilan

Sebelum penulis memberikan asuhan kebidanan pada saat kehamilan. Penulis

memperkenalkan diri terlebih dahulu dan melakukan informed consent pada ibu

dalam bentuk komunikasi yang baik untuk melakukan asuhan kebidanan

berkesinambungan pada kontak pertama kali dengan klien.

Setelah melakukan informed consent penulis melakukan anamnesa yang

bertujuan mengumpulkan informasi tentang identitas ibu, riwayat kesehatan ibu

mengenai riwayat kehamilan sekarang, riwayat obstetri, riwayat kontrasepsi, riwayat

medis lainnya dan riwayat sosial ekonomi yang dapat digunakan dalam proses

membuat keputusan klinis untuk menegakkan diagnosis dan mengembangkan

rencana asuhan atau perawatan yang sesuai. Hal ini sesuai dengan Buku saku

pelayanan kesehatan ibu dan bayi di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013

1. Kunjungan Kehamilan

WHO merekomendasikan ibu hamil melakukan kontak sebanyak 8 kali

saat kehamilannya (WHO.2016). Ny. B telah melakukan ANC di puskesmas

Pembantu Desa Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar Kota sejak usia

kehamilan 20 minggu ANC yang dilakukan pada trimester 1 sebanyak 2 kali,

ANC trimester 2 dilakukan sebanyak 2 kali dan trimester ke 3 dilakukan ANC

sebanyak 3 kali. Total ANC yang dilakukan 7 kali. Terdapat ketidaksesuaian

antara rekomendasi WHO dengan ANC yang dilakukan ibu. Tetapi bila standar

ANC dalam buku Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan

Dasar Rujukan, ANC dianjurkan sebanyak 4 kali selama hamil atau yang disebut
juga four-visit Focused Antenatal Care (FANC), maka terdapat kesesuaian dengan

ANC yang dilakukan ibu.

2. Pelayanan ANC terstandar 10 T

Dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar

Rujukan melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan

yang dilakukan oleh penulis yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan

standar minimal 10 T adalah sebagai berikut. (Kemenkes. 2013)

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

Pada kunjungan pertama dikaji berat badan sebelum hamil Ny. B adalah

56 kg. Berat badan ideal untuk Ny. B tergantung dari IMT (Indeks Masa

Tubuh) ibu sebelum hamil. IMT Ny. B adalah 23,33 (Normal Weight) maka

penambahan berat badan ideal Ny. B selama kehamilan adalah 11 – 16,5 kg

(IOM. 2009).

Pada kunjungan pertama berat badan Ny. B yaitu 56 kg, dan pada

kunjungan keenam berat badan naik menjadi Ny. B 68 kg. Total penambahan

berat badan Ny. B selama hamil adalah 12 kg. Maka dari asuhan yang

dilakukan tersebut tidak ditemukan ketidaksesuaian antara teori dan praktik.

b) Mengukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan

untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi.

Tekanan darah yang normal 110/70 - 120/80 mmHg (Sarwono, 2016).

Pemeriksaan ini dilakukan setiap kali ibu melakukan kunjungan. Di

dapat hasil bahwa tekanan darah Ny.B adalah tidak pernah dibawah 110/70

mmHg dan tidak pernah lebih dari 120/80 mmHg, dan ini dianggap

normal. Hal ini sesuai dengan teori.


c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas).

Dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I

untuk skrining ibu hamil berisiko KEK (Kurang Energi Kronis) atau

kekurangan gizi. Ibu hamil dikatakan Kurang Energi Kronis (KEK) apabila

didapati LiLA <23,5 cm hal ini berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah

(Elly Dwi Wahyuni, 2018)

Pemeriksaaan Lingkar Lengan Atas pada Ny. B , yang didapati pada

saat awal kehamilan adalah 28 cm dan hasil ini merupakan normal.

d) Pengukuran Tinggi Puncak Rahim (Fundus Uteri)

Tinggi fundus uteri dipantau setiap pemeriksaan kehamilan, hal ini

dilakukan untuk melihat kesesuaian antara tinggi fundus uteri dengan usia

kehamilan. Pengukuran tinggi fundus uteri ini pun menjadi salah satu indikator

pengukuran taksiran berat janin (Kemenkes. 2013). Dalam hal ini tidak ada

kesenjangan dengan teori.

e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid

sesuai status imunisasi;

Berdasarkan kasus Ny.B , ibu mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5

kali. Yaitu 2 kali pada kehamilan pertama dan 2 kali pada kehamilan kedua dan

1 kali pada kehamilan ini. Dalam buku Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di

Fasilitas Kesehatan Dasar Rujukan ibu direkomendasikan 5 kali imunisasi TT

seumur hidupnya. Mengingat ibu baru mendapatkan imunisasi TT ke 4 pada

kehamilan sebelumnya. Pada kehamilan ini ibu mendapatkan 1x suntik TT.

f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;

Memberikan tablet zat besi 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap

hari, untuk mencegah terjadinya anemia dalam kandungan. Karena kebutuhan


zat besi meningkat ketika hamil. (Voni Silvia, 2012) Ny.B di berikan tablet zat

besi walaupun ibu tidak anemia. Ini merupakan sebagai persiapan persalinan

Ny.B nanti. Dimana pada saat persalinan biasanya ibu hamil mengalami

kehilangan darah yang cukup banyak. Maka dapat disimpulkan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik

g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil.

Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/4

bulan. Gambaran DJJ Takikardi berat : detak jantung di atas 180x/menit,

Takikardi ringan : antara 160-180x/menit, Normal : antara 120-160x/menit,

Bradikardi ringan : antara 100-119x/menit, Bradikardi sedang : antara 80-

100x/menit, dan Bradikardi berat : kurang dari 80x/menit (Sarwono, 2016).

Pemeriksaan DJJ dilakukan rutin setiap kunjungan dan didapat hasil DJJ

pada Ny.B berkisar 135x/mnt sampai 140x/mnt. Sehingga dapat disimpulkan

tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,

termasuk keluarga berencana);

Temu wicara dilakukan pada setiap kunjungan Ny.B meliputi anamnesa,

konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat

menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas,

biopsikososial, dan pengetahuan klien. Memberikan konsultasi atau melakukan

kerjasama penanganan. Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan menolong ibu

menentukan pilihan yang tepat (Kemenkes, 2013).

Setiap kunjungan temu wicara telah dilakukan seperti memberikan

penkes yang dibutuhkan Ny.B untuk kesejahteraan ibu dan janin. Seperti
memberitahu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, hidrasi dan istirahat yang

baik, memberitahu tanda bahaya pada kehamilan,dsb. Informasi yang dberikan

juga dapat disesuaikan dengan keluhan atau masalah pada Ny.B

i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),

pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah

dilakukan sebelumnya);

1) Pemeriksaan Hemoglobin.

Selama kehamilan Ny.B melakukan pemeriksaan Hemoglobin

sebanyak 2 kali, yaitu pada trimester I sebanyak 1 kali dengan hasil 10,2

gr/dL dan pada trimester III sebanyak 1 kali dengan hasil 11,0 gr/dL. Kadar

Hb Normal pada trimester pertama dan ketiga yaitu >11.0 gr/dl, pada

trimester kedua yaitu >10.5 gr/dl, (Kemenkes RI, 2013). Maka dapat

disimpulkan terdapat kesesuaian antara teori dan praktik.

2) Pemeriksaan Protein dan Reduksi Urine.

Pemeriksaan urin ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia

(Kemenkes RI, 2010). Pada Ny. B tidak dilakukan karena tidak terdapat

tanda gejala hipertensi. Hal ini tidak sesuai dengan teori.

3) Pemeriksaan Kadar Gula Darah.

Selama kehamilan Ny.B tidak melakukan pemeriksaan Gula Darah,

Hal ini tidak sesuai dengan teori.

4) Pemeriksaan VDRL, HIV, Hepatitis.

Ny.B melakukan pemeriksaan tersebut pada saat kehamilan trimester I

dengan hasil non reaktif. Hal ini sesuai dengan teori (Kemenkes RI, 2013)

j) Tatalaksana kasus
Pada kasus Ny.B, ibu belum pernah melakukan pemeriksaan USG. Ibu

anjurkan untuk melakukan USG pada trimester ke III untuk perencanaan

persalinan. Hanya saja ibu tidak USG dengan alasan komersil. Hal ini tidak

sesuai dengan teori.

3. Keluhan lazim dalam kehamilan trimester III

a) Nyeri Punggung

Terjadi perubahan fisik dan psikologis selama hamil, keluhan nyeri

punggung sering terjadi kepada ibu hamil. Maka penulis memberitahu ibu

untuk tidak berdiri lama, duduk dengan baik, posisi tidur yang yang nyaman

dibantu dengan guling (posisi sim), menggunakan kompres hangat, hindari

posisi membungkuk yang berlebihan. (Mafikasari A, Kartikasari)

b) Berkemih malam hari

Frekuensi berkemih bertambah karena tekanan pada kandung kemih dari

rahim yang tumbuh dan kepala janin. Kebiasaan minum sebelum tidur

menyebabkan peluang berkemih di malam hari terjadi. Berkemih malam hari

diakui mengganggu kualitas tidur ibu dimalam hari. (WHO. 2002)

Oleh sebab itu penulis menyarakan ibu untuk menghindari minum pada

malam hari dan mengurangi mengonsumsi minuman yang mengandung kafein

seperti teh dan kopi (Ardiansyah R.2015)

Mengenai konseling yang diberikan pada Ny. B, pada trimester III Ny.

B diberikan konseling mengenai Personal Hygine, tanda bahaya kehamilan,

nutrisi selama kehamilan, ketidaknyamanan selama trimester III, pentingnya

ASI, ASI eksklusif, cara menyusui bayi, perawatan payudara, IMD, imunisasi,

KB pascasalin, tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan. Hal ini sesuai

dengan Buku Acuan Midwifery Update (2016) Konseling dilakukan pada setiap
kunjungan antenatal yaitu meliputi : kesehatan ibu hamil, personal hygiene,

nutrisi, perilaku hidup bersih dan sehat, tanda bahaya, asuhan gizi seimbang,

IMD, KB pascasalin, dll.

B. Persalinan

Menurut Buku Saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan

rujukan, persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika usia kehamilan cukup bulan

yakni 37 sampai dengan 42 minggu, persalinan terjadi spontan, presentasi belakang

kepala, berlangsung tidak lebih dari 18 jam dan tidak ada komplikasi pada ibu

maupun janin.

1. Kala I

Pada tanggal 8 Mei 2022 pukul 16.00 WIB, Ny. B datang didampingi oleh

suami ke Puskesmas Pembantu Desa Rengas Bandung Kecamatan Jambi Luar

Kota dengan keluhan mulas teratur sejak pukul 13.00 WIB, dan mulai mulas 3 kali

dalam 10 menit selama 40 detik, belum keluar air – air. Saat ini gerakan janin

masih dirasakan aktif.

Pada pemeriksaan fisik dan tanda – tanda vital tidak ditemukan adanya

kelainan. Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80 kali per menit, pernapasan 22

kali per menit dan suhu 36,5 oC. Kemudian dilakukan pemeriksaan kebidanan

dengan pemeriksaan leopold didapatkan TFU 30cm, Leopold 1 dibagian atas

teraba bokong, Leopold II dibagian kiri teraba punggung dan kanan teraba

ekstremitas, Leopold III bagian terendah janin teraba kepala, tidak dapat

digoyangkan. Leopold IV sudah masuk PAP divergen teraba 3/5 bagian. DJJ

positif (+) 140 kali per menit. Pada pemeriksaan kontraksi didapatkan His 3 kali

dalam 10 menit selama 40 detik.

Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva vagina tidak ada


kelainan, tidak ada varises, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan kelenjar

skene, portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, posisi

ubun – ubun kecil depan, penurunan Hodge III, dan tidak ada penyusupan.

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kebidanan yang

dilakukan terhadap Ny. B maka disimpulkan diagnosa yaitu G4P3A0 hamil 37-38

minggu inpartu kala 1 fase Aktif, janin tunggal hidup intrauterine dengan

presentasi kepala. Frekuensi kontraksi uterus minimal 3 kali dalam 10 menit

selama 40 detik. Pembukaan serviks 8 cm.

Mengobservasi kemajuan persalinan menilai kesejahteraan janin dan ibu

seperti detak jantung janin setiap 1 jam, lalu menghitung his dan nadi setiap 30

menit. Melakukan pemeriksaan dalam (VT) serta tekanan darah 4 jam lagi atau

jika ada indikasi. (Kemenkes.2013)

Pada kala 1 fase aktif penulis melakukan asuhan kebidanan dengan metode

alamiah dalam mengurangi rasa nyeri, seperti teknik relaksasi pernapasan, dan

menyarankan ibu untuk melakukan gerakan atau perubahan posisi seperti posisi

tidur, menjadi berjalan – jalan. Ny.B melakukan teknik relaksasi pernapasan disaat

mulai kontraksi, pernapasan menjadi lebih teratu dan rasa sakit mulai berkurang.

Ibu juga berjalan – jalan selama 15 menit. Penulis mengajarkan keluarga massase

sekaligus memberikan afirmasi positif melalui sentuhan / pijat punggung dan

mengkomunikasikan pesan – pesan positif seperti memberi dukungan kepada ibu.

Berdasarkan jurnal Santana, Licia Santos, dkk mengenai Massage reduced

severity of pain during labour: a randomised trial.

Pemeriksaan fisik dan kebidanan yang menjelaskan Frekuensi dan lama

kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi pada fase ini terjadi 3x atau lebih

dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Serviks
membuka dari 4-10 cm, sekitar 6 jam. Biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih

perjam hingga pembukaan lengkap dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.

(Kemenkes.2013).

Menurut buku asuhan kebidanan persalinan normal. Ny. B, G4P3A0 hamil

37-38 minggu telah masuk dalam kala 1 fase aktif persalinan, karena berdasarkan

teori, pada kala 1 fase aktif frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat

secara bertahap. Dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm, akan terjadi dengan

kecepatan rata – rata perjam pada multipara atau 1– 2 cm pada primipara dan

terjadi penuruan bagian terbawah janin. Pemantauan persalinan dengan partograf

dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif) seperti DJJ, His dan nadi dilakukan

setiap 30 menit, pemeriksaan dalam untuk menilai kemajuan persalinan tekanan

darah setiap 4 jam. (Kemenkes.2013).

Waktu pemantauan dengan partograf disesuaikan dengan penilaian dan

intervensi selama kala 1 fase aktif berdasarkan buku saku pelayanan kesehatan ibu

di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.

2. Kala II

Tanggal 8 Mei 2022 pukul 18.30 WIB, Ny. B mengatakan mules semakin

kuat dan ada dorongan ingin meneran, mengatakan keluar lendir darah dan air, air

ketuban pecah pukul 18.35 WIB. Ny.B menunjukan tanda gejala kala II. Hal ini

sesuai dengan buku asuhan kebidanan persalinan normal yang mengatakan tanda –

tanda kala II adalah his semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, ibu

merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan

makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina, perineum terlihat

menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan


pengeluaran lendir dan darah.

Dilakukan pemeriksaan DJJ dan Kontraksi, didapati DJJ 140 x/m dan

kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik. Kemudian melakukan

pemeriksaan dalam didapati portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban

negative pecah spontan, warna keruh, presentasi kepala, posisi UUK kiri depan,

penurunan H III+, molase 0. Berdasarkan hasil yang didapat, penulis mendapat

diagnosa ibu G4P3A0 usia kehamilan 37-38 minggu partus kala II dan diagnosa

janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala. Pembukaan sudah lengkap,

maka penolong segera memfasilitasi persalinan dengan menginformasikan hasil

pemeriksaan, memposisikan ibu sesuai dengan kenyamanan ibu dan melibatkan

pendamping pada proses persalinan, yaitu suami, dan memimpin ibu meneran.

Kala II berlangsung selama 30 menit, hal ini sesuai dengan buku asuhan

kebidanan persalinan normal, yakni kala II berlangsung 2 jam pada primigravida

dan 1 jam pada multigravida. Pukul 18.50 WIB bayi lahir spontan, langsung

menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif, jenis kelamin laki-laki.

Melakukan manajemen asuhan bayi baru lahir normal yaitu mengeringkan mulai

dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan dan tanpa

membersihkan verniks. (Kemenkes.2013)

3. Kala III

Pukul 18.55 WIB melakukan pemeriksaan abdomen tidak didapatkan janin

kedua, kontraksi uterus baik, TFU setinggi sepusat. Lalu memberikan oksitosin 10

IU injeksi secara IM 1/3 paha Ny. B untuk merangksang kontraksi uterus

diberikan 1 menit setelah bayi lahir, melakukan klem 2 menit setelah bayi lahir,

jepit tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi, dorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm dari klem pertama

setelah itu angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting tali pusat di antara

2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi) dan ikat tali pusat dengan benang

DTT/steril.

Lalu pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

dan letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas

simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. Setelah uterus

berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain

mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati dan lakukan penegangan

dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, lalu meminta ibu meneran

sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,

mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial dan saat

plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan

menggunakan kedua tangan.otong dan ikat tali pusat.

Pada pukul 19.05 WIB plasenta lahir kesan lengkap, kemudian dilakukan

masase uterus selama 15 detik, didapati hasil kontraksi uterus baik. Setelah

dipastikan kontraksi baik, memeriksa kedua sisi plasenta (maternal maupun fetal)

dan dipastikan bahwa selaput lengkap dan utuh. Lalu memeriksa adanya laserasi

pada perineum, dan didapati hasil pemeriksaan tidak terdapat laserasi.

Berdasarkan buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dan

rujukan suntik oksitosin 10 IU, Peregangan Tali Pusat Terkendali, Masase Uterus

yang dilakukan pada kala III.

Waktu persalinan Kala III Ny. B berlangsung selama 15 menit. Menurut

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan,

proses kala III berlangsung selama 30 menit setelah bayi lahir. Terdapat
kesesuaian antara teori dan praktik yang dilakukan.

4. Kala IV

Setelah Plasenta lahir lengkap dan utuh dan dipastikan kontraksi uterus

baik dan mengobservasi perdarahan yang keluar selama persalinan kira – kira ±

150 cc. Dilakukan pemantauan Kala IV pada Ny. B melalui partograf selama 2

jam sesuai dengan Buku Saku Pelayanan Kesehayan Ibu di Fasilitas Kesehatan

Dasar dan Rujukan di dapatkan hasil dalam batas normal.

Ny. B dan suami diajari masase uterus secara melingkar agar kontraksi

baik. Asuhan ini dilakukan berdasarkan teori buku saku pelayanan kesehatan ibu

di fasilias kesehatan dasar dan rujukan, melakuakan observasi selama 2 jam, yaitu

dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam

kedua dan selama 24 jam, perdarahan tidak lebih dari 500 ml setelah bayi lahir.

C. Bayi Baru Lahir

1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Bayi Ny. B lahir tanggal 8 Mei 2022 pukul 18.50 WIB, jenis kelamin

laki-laki, dan tanpa komplikasi. Setelah itu melakukan pemotongan tali pusat

dan dilakukan IMD dengan meletakan bayi diatas dada ibu. IMD dilakukan

selama 1 jam hal ini sesuai dengan teori asuhan kebidanan bayi baru lahir,

neonatal dan pra sekolah (Setiyani, Astuti,.dkk. 2016) yang mengatakan Setelah

bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas perut ibu selama 1 jam,

kemudian bayi akan merangkak dan mencari putting susu ibu. Dengan IMD,

bayi dapat segera menggunakan reflex mencari, menghisap, dan menelan.

Setelah kontak kulit antara ibu dan bayi selesai, mengenakan pakaian
pada bayi dan tetap menjaga kehangatan pada bayi. Setelah itu melakukan

asuhan bayi baru lahir normal.

2. Asuhan bayi baru lahir normal

Hal pertama kali dilakukan adalah penimbangan dan pengukuran bayi.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan didapati hasil berat badan 2800 gram,

panjang badan 48 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 33 cm. Berat badan

bayi Ny. B dalam kategori normal karena berat badan bayi normal tidak kurang

dari 2500 gram, hal ini sesuai teori bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam

presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37 minggu sampai dengan 42

minggu, dengan berat badan 2500 – 4000 gram, tanpa cacat bawaan

(Kementrian Kesehatan RI. 2010).

Lalu panjang badan bayi normal adalah 48 – 52 cm Menurut buku

Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita, dan Anak Pra Sekolah untuk Para

Bidan (Setiyani, Astuti,.dkk. 2016).

Lalu memberikan antibiotik profilaksis tetrasiklin (chloramphenicol 1

%) pada kedua mata bayi untuk mencegah penularan infeksi dan pencegaha

konjungtivitis pada bayi baru lahir. Lalu memberikan vitamin K1

(Phytomenadione) sebanyak 1mg secara intramuscular pada anterolateral paha

kiri, pemberian vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum

pemberian imunisasi hepatitis B. Vitamin K1 untuk mencegah perdarahan

intracranial. Asuhan yang telah diberikan seperti asuhan bayi baru lahir

menurut buku asuhan kebidanan bayi baru lahir, neonatal dan pra sekolah.

(Jamil, Siti Nurhasiyah, 2017).

Melakukan penilaian tanda – tanda vital pada bayi, didapatkan suhu

36,5 oC, Denyut Jantung Bayi 148 x/m, Pernapasan 48 x/m. Menurut Buku
buku asuhan kebidanan bayi baru lahir, neonatal dan pra sekolah., pernapasan

normal 40 – 60 kali/menit, serta suhu tubuh bayi normal 36,5 – 37,5 oC, lalu

detak jantung bayi normal adalah 120 – 160 kali/menit.

Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang didapati hasil normal,

pemeriksaan fisik dilakukan berdasarkan buku saku pelayanan kesehatan

neonatal esensial dengan hasil (Kementrian Kesehatan RI. 2010).

Berdasarkan buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial

(Kemenkes RI. 2010). Setelah 1 jam pemberian Vit K, Bayi Ny. K diberikan

imunisasi hepatitis B di 1/3 paha kanan atas bagian luar. Imunisasi hepatitis B

bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur

penularan ibu – bayi. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini

mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL

terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas

kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24

jam pertama

3. Pada perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat yang dilakukan kepada bayi Ny. B cukup

menggunakan kassa steril, tidak menggunakan alcohol ataupun betadine, hal ini

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dilarang mengoleskan cairan

ataupun bahan apapun (Kementrian Kesehatan. 2013). Tidak terdapat tanda2

infeksi berupa kemerahan di sekitar tali pusat dan tidak terdapat darah atau pun

nanah.

4. Kunjungan Neonatus

Berdasarkan buku kesehatan ibu dan anak, kemenkes RI 2016,

pemeriksaan kesehatan pada bayi baru lahir dilaksanakan minimal 3 kali,


pertama pada 6 – 48 jam setelah lahir, kedua pada hari ke 3 – 7 setelah lahir dan

ketiga pada hari ke 8 – 28 setelah lahir.

Berdasarkan data subjetif dari Ny. B dari kunjungan pertama didapati

hasil pola menyusui dan pola eliminasi sebagai berikut: Ibu menyusui

setiap 1 jam sekali BAB 1 kali BAK 2 kali, Bayi menyusui setiap 1 - 2 jam

sekali dengan hisapan kuat. Satu kali memberi ASI 20 mnt bayi BAB 2x sehari

sekali dengan konsistensi lembek warna hitam dan BAK 5 kali sehari.

Pola Menyusu sudah baik karena bayi menyusu lebih dari 8 kali/hari,

menurut buku Asuhan Kebidanan Neonatal Berikan ASI sesering mungkin

sesuai kebutuhan bayi, yaitu 2 – 3 jam dan secara bergantian diberikan. Pola

Eliminasi, bayi BAK dalam sehari lebih dari 5 kali dan BAB 2 tidak setiap hari

melainkan 2 – 3 hari sekali, menurut buku asuhan kebidanan neonatal (Jamil,

Siti Nurhasiyah, 2017)

D. NIFAS

Masa Nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah kelahiran plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) atau sampai alat – alat reproduksi kembali seperti

keadaan sebelum hamil. (Sarwono. 2016)

1. Penilaian ibu pada masa nifas

a. Pada 6 jam post partum ibu di pantau di ruang nifas. Dilakukan pemantauan

berkala pada 2 jam pertama dan 6 jam yang meliputi keadaan umum, tanda-

tanda vital serta mengkaji permasalahan yang mungkin dapat terjadi. Hasil

pemantauan ibu dalam batas normal. Jika kelahiran dalam fasilitas kesehatan,

ibu dan bayi yang baru lahir harus menerima perawatan setelah melahirkan di

fasilitas tersebut setidaknya 24 jam setelah kelahiran. Tekanan darah harus


diukur segera setelah lahir.

Jika normal, pengukuran tekanan darah kedua harus dilakukan dalam

waktu enam jam. Kekosongan urin harus didokumentasikan dalam waktu

enam jam. Hal ini sesuai dengan rekomendasi no 9 dalam Who

Recommendations On Postnatal Care Of The Mother And Newborn. Di Pustu

Rengas Bandung kecamatan Jambi Luar Kota melakukan rawat gabung

kepada setiap ibu yang melahirkan.

b. Setelah ibu diperbolehkan pulang ibu diminta untuk tetap memeriksakan

keadaan nya ke fasilitas kesehatan. Setidaknya tiga kontak pasca kelahiran

tambahan direkomendasikan untuk semua ibu dan bayi yang baru lahir. Hal

ini disesuaikan dengan Who Recommendations On Postnatal Care Of The

Mother And Newborn. Lalu disesuaikan dengan Buku Kesehatan Ibu dan

Anak, Kemenkes RI 2016 kunjungan pada ibu nifas dilakukan sebanyak 3x,

kunjungan I pada 6 jam-3 hari, kunjungan II pada 4-28 hari dan kunjungan III

pada 29-42 hari.

Hasil pengkajian dapat dikatakan involusi uteri ibu serta pengeluaran

lochea sesuai teori. Hanya saja dalam pelaporan ini penulis hanya

memasukkan laporan sebatas kunjungan nifas hari ke 1 dan hari keempat.

2. Pengambilan Keputusan Kontrasepsi

Pada masa nifas Ny. B masih belum menggunakan metode kontrasepsi.

Maka penulis melakukan penkes kembali mengenai alat kontrasepsi. Penulis

melakukan diskusi bersama dengan ibu dan suami. Penulis menyarakan ibu untuk

menggunakan kontrasepsi jangka panjang yaitu IUD mengingat usia ibu 32 tahun

masih berkemungkinan besar untuk hamil lagi dan ibu termasuk beresiko untuk

melahirkan karena sudah empat kali melahirkan.


Penulis juga meminta ibu agar tetap melakukan pemberian ASI eksklusif

untuk mendukung metode lainnya yaitu MAL (metode alamiah laktasi). Ibu

berencana menggunakan metode suntik KB 3 bulan setelah 40 hari pasca salin.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan kasus tersebut Dapat disimpulkan bahwa begitu

pentingnya asuhan yang di berikan oleh bidan secara professional baik pada masa

kehamilan,persalinan, nifas maupun bayi baru lahir serta perencanaan KB, sehingga

deteksi dini resiko yang mungkin terjadi dapat dihindari.

Pada studi kasus komprehensif ini menggunakan 7 langkah Varney yang telah

dilakukan kepada Ny. B yang meliputi asuhan kebidanan yang menyeluruh dari masa
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir yang bertujuan agar penulis mampu

menerapkan pelaksanaanya. Selama proses anamnesa pengumpulan data, interpretasi

data, diagnosa masalah potensial, tindakan segera, perencanaan tindakan, tindakan

dalam asuhan dan evaluasi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penulis melakukan Asuhan kehamilan kepada Ny. B dari mulai pertama kali

kunjungan pemeriksaan kehamilan dari usia kehamilan 12 minggu, hanya saja

penulis melakukan pelaporan secara komprehensif pada laporan ini dimulai

tanggal 12 April 2022 sampai dengan kunjungan masa nifas tanggal 12 Mei

2022. Pemeriksaan antenatal care sebanyak 4 kali dengan standar 10T, yaitu

dari hasil pengkajian dan pemeriksaan kehamilan tidak ditemukan kelainan

atau komplikasi pada ibu dan janin saat kehamilan. Tidak ditemukan masalah

yang mengharuskan tindakan segera. Ibu mengeluh sering kencing pada

trimester 3 dan nyeri punggung. Penulis sudah melakukan konseling mengatasi

masalah tersebut dengan evidance base kebidanan.

2. Penulis melakukan Asuhan kebidanan persalinan pada ibu bersalin Ny. B

adalah ibu inpartu tanggal 8 Mei 2022 saat usia kehamilan ibu 37-38 minggu.

Kala I berlangsung selama 3 jam, kala II berlangsung selama 30 menit, kala III

berlangsung selama 15 menit dan kala IV berlangsung selama 2 jam. Dari hasil

asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin Ny. B didapatkan bahwa

Ny. B selama bersalin berjalan dengan lancar dan tidak ada laserasi.

3. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Bayi lahir tanggal 8 Mei 2022 pukul

18.55 WIB, jenis kelamin laki-laki dan memiliki berat badan 2800 gram,

panjang badan 48 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 33 cm. Tidak ada

kecacatan sehingga penulis tidak melakukan tindakan medis.

Penulis melakukan kunjungan neonatus dirumah sebanyak 2 kali yaitu

kunjungan pada usia 2 hari dan 4 hari. Masalah yang ditemukan bayi agak
rewel. Penulis mengajarkan keluarga untuk melakukan pijat bayi. Masalah

yang membutuhkan tindakan segera tidak ada.

4. Penulis melakukan asuhan nifas pada Ny. B dari tanggal 8 Mei 2022 sampai 12

Mei 2022 yaitu dari 6 jam post partum sampai dengan 4 hari postpartum,

selama pemantauan masa nifas, berlangsung dengan baik dan tidak ditemukan

komplikasi atau masalah potensial. Ibu melakukan perawatan payudara dengan

baik. Masalah asi belum lancar. Penulis mengajarkan pijat Oxitocin untuk

membantu merangsang pengeluaran ASI.

5. Penulis melakukan temu wicara dalam kunjungan rumah dalam mencari ingin

ibu dalam menentukan KB yang akan diambil. Ibu ingin KB suntik setelah 40

hari. Penulis melakukan konseling anjuran KB jangka panjang mengingat

paritas ibu sudah melahirkan empat kali dan ibu merupakan wanita usai subur

yaitu usia ibu 32 tahun. Hanya saja ibu belum bisa memustuskan untuk

menggunakan KB jangka panjang dan masih ingin menggunakan KB suntik

kerena kebiasaan sebelumnya.

6. Penulis melakukan evaluasi tentang konseling pada ibu dan keluarga mengenai

kesehatan ibu hamil,bersalin, nifas,bayi baru lahir,dan perencanaan KB. Ibu

dan keluarga memahami konseling yang diberikan , hanya saja pada tahapan

pemilihan KB ibu belum bisa memutuskan untuk mengikuti anjuran penulis.

B. Saran

1. Teoritis
Sebagai acuan dan sebagai sumbangsih kepustakaan dalam penerapan
asuhan dalam pelayanan kebidanan secara berkesinambungan. Mulai dari
pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru kahir.
2. Praktis
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan berguna sebagai acuan
untuk menerapkan pelayanan dan tingkat kepuasan pasien terhadap asuhan yang
di berikan pada ibu hamil, melahirkan, nifas serta bayi baru lahir dan KB sehingga
dapat mengurangi morbiditas dan mortilitas.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah R. The Effectiveness of Counseling to the Knowledge of Pregnant Women


about Nocturia in Trimester III in BPS Ny Emy Mangunrejo Village Ngadiluwih
District Kediri 2015. J Ners dan Kebidanan (Journal Ners
Midwifery).2017;3(3):198–201. Available from: https: //www.
neliti.com/id/ publications /232651 /the-effectiveness- of- counseling-to-the-
knowledge-of-pregnant-women-about-nocturi Access on 28 May 2019

Arif Mansjoer.Kapita Selekta Kedokteran jilid Aesculapius FK UI.2007:504) 2, Edisi III


Media

Asih, Yusari,. Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Jakarta : CV. Trans Info Media

Asmara, Maya Shella,. Rahayu, Heni Esti,. WIjayanti, Kartika. 2017. Efektifitas
Hipnoterapi dan Terapi Musik Klasik terhadap Kecemasan Ibu
Hamil Resiko Tinggi di Puskesmas Magelang Selatan Tahun 2017.Availablefrom
http://journal. ummgl.ac.id/ index. php / urecol/article/view/1389 Access on 15
June 201

BKKBN. 2013. Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) Ber-KB. Jakarta : Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Cunningham, Garry,. etc. 2014. Williams Obstetrics 24th edition. Mc Graw Hill Medical

Institute of Medicine. Weigt gain during Pregnancy: reexamining the guidelines.


Washington DC: The National Academy Press; 2009

Jannah N. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Andi. Jamil, Siti

Nurhasiyah,. Dkk. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,


Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Kementerian Kesehatan Indonesia. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal


Esensial. Jakarta : Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di


Fasilitas Kesehatan Dasar Rujukan. Jakarta : Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2015. Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS). Jakarta : Kemenkes RI

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak..
Jakarta : Kemenkes RI

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.


Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kepmenkes RI. 2007. No 369 Tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan.

Ni Nengah Arini Murni, Suhartono TS. Pengaruh Latihan Relaksasi Guided Imagery and
Music (GIM) Pada Kelas Ibu Terhadap Derajat Kecemasan Ibu Hamil
Menghadapi Persalinan Pertama: Studi Di Puskesmas Meninting Kabupaten
Lombok. Jurnal Kesehat Prima. 2014; I (1): 1197–
206. Available from :http://jkp.poltekkes- mataram.ac.id /index. php / home
/article/view/41. Access on 25 May 2019

Nurjasmi, Emi . PERAN BIDAN DALAM UPAYA PENINGKATAN STATUS KES


& GIZI PADA1000 HPK Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Available from :
http://pdgmi.org/wp-content/uploads/2016/12/Peran- Bidan-dalam-1000-Hari-
Kehidupan-KETUA-IBI1.pdf. Access on 25 May 2019

Mafikasari A, Kartikasari RI. Posisi Tidur dengan Kejadian Back Pain (Nyeri Punggung)
Pada Ibu Hamil Trimester III. Surya. 2015;07:26–34. Available from :
https://stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/26-34- Ratih-Indah-K.pdf. Access on
25 May 2019

Prawirohardjo, Sarwono. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
Puspitasari, Dian,. Kumorojati, Ratih. 2019. Pengaruh Hypnopregnancy Terhadap
Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan di Klinik Pratama Asih
Waluyo Jati Bantul Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Volume 8 No 1 Januari
2019. Available from https://e-journal.stikesmuh-
pringsewu.ac.id/index.php/JIK/article/download/134/129 Access on 15 June 201

Rafika. 2018 . Efektivitas Prenatal Yoga terhadap Pengurangan Keluhan Fisik pada
Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Kesehatan Volume 9, Nomor 1,
April 2018. Available from https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/763. Access on 15 June 2019

Rosyati, Herry. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Jakarta : Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Sari, Anggrita, Dkk. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Bogor : In.Media.

Setiyani, Astuti,.dkk. 2016. Bahan Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita
Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Kemenkes RI

Sibuea MD, Tendean HM., Wagey FW. Persalinan Pada Usia ≥ 35 Tahun di RSU Prof.
Dr.R. D. Kandou Manado. e-Biomedik (eBM). 2013;1(1):484–9.

Silva Gallo RB, Santana LS, Jorge Ferreira CH, Marcolin AC, PoliNeto OB, Duarte G, et
al. Massage reduced severity of pain during labour: A randomised trial. J
Physiother [Internet]. 2013;59(2):109–16. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/S1836-9553(13)70163-2 Access on 28 May 2019

Silvia, Voni. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kapatuhan ibu hamil
mengonsumsi Tablet Tambah Darah di Wilayah Puskesmas Muaralembu Kab
Kuantan Singingi Prov Riau tahun 2012. Depok : Naskah Publikasi skripsi.
available from http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20317207-S- Voni%20Silvia.pdf.
Access on 30 May 2019

Susanti, Neni Yuli. 2019. Pengembangan Senam Hamil dan Pengaruhnya Terhadap
Pengurangan Keluhan Nyeri Pinggang pada Ibu Hamil . 2019;VI(1):45–9.
Available from http://ejournal.akbidibrahimy.ac.id/cgi- sys/suspendedpage.cgi
Access on 28 May 2019

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Auhan Kebidanan (Varney’s Midwifery) Edisi 4.
Jakarta : EGC

Wahyuni, Elly Dwi. 2018. Buku Ajar Kebidanan Asuha Kebidanan Komunitas.
Jakarta: Kemenkes RI
Wati, Ni Wayan Kurnia,. Supiyati, Salasiah,. Khairiatul Jannah. 2018. Pengaruh Senam
Yoga terhadap Kesiapan Fisik dan Psikologis dalam Menghadapi Persalinan di
BPM Lasmitasari, S. ST Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 14, No. 1 Januari
2018. Available from https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/view/1755
Access on 15 June 2019

WHO. 2016. WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy


experience. World Heal Organ [Internet] Available from :https:// apps. who.
int/iris/bitstream/10665/250796/1/9789241549912- eng.pdf Access on 25 May
2019

WHO. 2002. Essential Antenatal, Perinatal and Postpartum Care . WHO report.

WHO. 2013. Postnatal care of the mother and newborn 2013. World Heal Organ
[Internet].2013;1–72.Available from: http://apps.who.int/iris/bitstream
/10665 / 97603/1/9789241506649_eng.pdf Access on 30 May 2019

FORMAT PENILAIAN
LAPORAN TUGAS AKHIR CONTINUITY OF CARE (COC)
PRODI PROFESI BIDAN POLTEKKES KEMENKES
JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama Mahasiswa : Marhamah


NIM : Po 71242210071

No Aspek yang dinilai Bobot Nilai Bobot x Nilai


A Sistematika Penulisan 25%
1. Kesinambungan antar alinea dan BAB
2. Penggunaan bahasa (susunan kalimat)
3. Cara / teknik penulisan
B Isi Tulisan 50%
1. BAB I
2. BAB II
3. BAB III
4. BAB IV
5. DAFTAR PUSTAKA
C Penyajian Materi 25%
1. Kelancaran, Kejelasan Sistematika,
Penggunaan Waktu
2. Penggunaan Media
3. Kemampuan Berargumentasi
4. Penguasaan Materi
5. Respon terhadap masukan dan
kritikan
Nilai A + Nilai B + Nilai C = Nilai Akhir
Nilai Batas Lulus: 85

Jambi,……………2022
Penguji

(……………………………)

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
NIP :
Jabatan :
Instansi : Puskesmas ..........

Dengan ini menerangkan bahwa:

Nama :
NIM :
Prodi : Pendidikan Profesi Bidan
Jurusan : Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi

Telah selesai melakukan asuhan kebidanan berkesinambungan dalam rangka


praktik kebidanan holistik Continuity of Care (COC)
Asuhan dilaksanakan pada tanggal ............. sampai dengan ...........
Judul asuhan: .................................................................

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Jambi, ............................
Bidan (Pembimbing Klinik)

...........................................

INFORMED CONSENT (SURAT PERSETUJUAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ny. Barida
Tempat/Tanggal Lahir : 32 Tahun
Alamat : RT 09 Desa Rengas Bandung Kecamatan Jambi
Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Bersama ini menyatakan kesediaan sebagai subjek dalam praktik Continuity of


Care (COC) pada mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi Bidan T.A. 2021/2022.
Saya telah menerima penjelasan sebagai berikut:
1. Setiap tindakan yang dipilih bertujuan untuk memberikan asuhan
kebidanan dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
fisik, mental ibu dan bayi. Namun demikian, setiap tindakan mempunyai
risiko, baik yang telah diduga maupun yang tidak diduga sebelumnya.
2. Pemberi asuhan telah menjelaskan bahwa ia akan berusaha sebaik
mungkin untuk melakukan asuhan kebidanan dan menghindarkan
kemungkinan terjadinya risiko agar diperoleh hasil yang optimal.
3. Semua penjelasan tersebut di atas sudah saya pahami dan dijelaskan
dengan kalimat yang jelas, sehingga saya mengerti arti asuhan dan
tindakan yang diberikan kepada saya. Dengan demikian terdapat
kesepahaman antara pasien dan pemberi asuhan untuk mencegah
timbulnya masalah hukum di kemudian hari.
Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun dan
agar dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jambi, .........................................
Mahasiswa Klien

Marhamah Barida

Anda mungkin juga menyukai