Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM I

PEMERIKSAAN TSP

Hari/tanggal : Senin, 31 Juli 2023.

Waktu : 08.00 – 12.00

Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan

Tujuan :Mengetahui cara pemeriksaan TSP di udara dan menentukan kadar partikel
tersuspensi total menggunakan HVAS yang berlokasi di depan Gedung
Kampus Kesehatan Lingkungan

A. TINJAUAN PUSTAKA

Partikulat adalah substansi yang berada dalam atmosfer pada kondisi normal berukuran lebih
besar daripada molekul tetapi lebih kecil daripada 500 um. Partikulat di udara tidak hanya
dihasilkan dari emisi langsung berupa partikulat, tetapi juga dari emisi gas-gas tertentu yang
mengalami kondensasi dan membentuk partikulat, sehingga ada partikulat primer dan sekunder.
Partikulat primer adalah partikel yang langsung diemisikan berbentuk partikulat, sedangkan
partikel sekunder adalah pertikel yang terbentuk di atmosfer (Alfiah, 2009).

Menurut Departemen Kesehatan RI yang dikutip oleh Sitepu (2002). partikel-partikel debu
di udara mempunyai sifat pengendapan, permukan basah. penggumpalan, listrik statis, dan optis.
Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses
mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh
kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berdiameter antara 1-10 mikron biasanya termasuk
tanah dan produk-produk pembakaran dari industry lokal. Partikel yang mempunyai diameter
0.1-1 mikron terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol fotokimia (Fardiaz, 1992).

Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui system pernafasan, oleh
karena itu pengaruh yang merugikan terutama terjadipada system pernafasan. Faktor lain yang
paling berpengaruh terhadap system pernafasan terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran
partikel yang menentukan seberapa jauh penetrasi partikel ke dalam pernafasan. Debu-debu
yang berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh pemalasan bagian atas, sedangkan yang
berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan pernafasan (Yunus, 1997).

Sumber-sumber debu dapat berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin maupun akibat
aktivitas manusia yang tertiup angin. Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya.
Adanya perbedaan daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di
parujuga akan berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan
berbeda pula. Mengelompokkan partikel debu menjadi dua yaitu debu organic dan anorganik.
(Suma'mur 2009).

Keberadaan partikulat di udara secara potensial menyebabkan kerugian, seperti pada


kesehatan paru-paru dan dapat mereduksi jarak penglihatan (visibilitas). Besarnya efek yang
ditimbulkan oleh partikulat bergantung pada besar kecilnya ukuran partikulat, konsentrasi, dan
komposisi fisik-kimia di udara. Partikulat dapat memberikan efek berbahaya terhadap kesehatan
manusia melalui mekanisme sebagai berikut.

 Partikulat mungkin bersifat toksik karena sifat fisik atau kimianya


 Partikulat mungkin bersifat inert (tidak bereaksi) tetapi jika tertinggal di dalam saluran
pernafasan dapat mengganggu pembersihan bahan-bahan lain yang berbahaya
 Partikulat mungkin membawa substansi toksik gas-gas berabsorpsi, sehingga molekul-
molekul gas tersebut dapat mencar di bagian paru-paru yang sensitif. (Alfiah.2009)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran


udara, baku mutu udara ambient nasional selama 24 jam untuk PM10 adalah sebesar 150 mg/m,
untuk PM25 sebesar 65 µg/m³, dan untuk TSP sebesar 230 ug/m³.

Pengambilan atau pengukuran kadar debu di udara biasanya dilakukan dengan metode
gravimetri, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam volume tertentu melalui
saringan serat gelas/kertas saring. Alat yang biasa digunakan untuk pengambilan sampel debu
total (TSP) di udara yaitu High Volume Air Sampler Alat ini menghisap udara ambien dengan
pompa berkecepatan 1,13 - 1,7 m' menit, partikel debu berdiameter 0,1-10 mikron akan masuk
bersama aliran udara melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini
dapat digunakan untuk pengambilan contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan partikel
debu sangat. tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6 - 8 jam. Pemilihan filter
bergantung terhadap pengujian. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah penentuan seleksi
dan pemakaian karakteristik. Adapun beberapa macam filter yang umum digunakan adalah filter
serat kaca, filter fiber silica, filter selulosa (Efriyanti, 2012)

B. ALAT DAN BAHAN

 ALAT

No. Nama Alat Gambar Fungsi


1. Indoor Air Sebagai alat untuk mengukur nilai
Quality kualitas udara

2. Rol kabel Sebagai untuk menyabungkan aliran


listrik di tempat yang jauh dari
jangkauan listrik.

3. Kotak Plastik Wadah atau tempat penyimpanan


kertas saring agar aman dan tidak
terkontaminasi
4. Pinset Alat yang berfungsi untuk membantu
proses pengambilan kertas saring
dalam keadaan aman dan tidak
terkontaminasi.

5. Desikator Berfungsi untuk menghilangkan


kadar air pada sampel

6. Pencatat waktu Sebagai alat untuk mencatat waktu


dan timer

7 Timbangan Tempat untuk menimbang zat-zat


analitik yang akan ditimbang dengan skala
yang kecil.

8 HVAS (High Alat yang berfungsi untuk


Volume Air mengumpulkan sampel debu dan
Sampler) partikel udara ambient.
9 Tripod Berfungsi untuk penyangga alat
dalam pengukuran

10 Meteran Berfungsi untuk mengukur jarak atau


penjang

 BAHAN

1 Kertas Saring Berfungsi untuk menyaring partikel


padat dan halus dari cairan atau gas.

C. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang berat awal kertas saring
3. Pasang tripod setinggi 1,5 meter lalu letakkan alat HVAS di atas tripod.
4. Masukkan kertas saring ke dalam HVAS
5. Hidupkan HVAS selama 30 menit lamanya.
6. Lakukan pengukuran menggunakan Indoor Air Quality dititik yang berbeda dan pastikan
jaraknya berdekatan dengan HVAS.
7. Setelah 30 menit matikan alat dan ambil kertas saring menggunakan pinset.
8. Masukkan ke dalam kotak plastik.
9. Masukkan kertas saring ke dalam desikator
10. Timbang berat akhir kertas saring dan lalukan perhitungan.

D. HASIL dan PEMBAHASAN


 HASIL
berat kertas akhir−berat kertas awal ×1.000 .000
 Debu total ¿
30
64 , 1−636 , 5 ×1.000 .000
¿
30
¿ 163,333 µg /m ³.

 Debu Partikulat
16+15+15+16+ 9+9+15+16 +16+16
 2,5 ppm ¿
10
141
¿ =141 µg/m ³.
10
29+25+25+16+ 16+29+30+25
 10 ppm ¿
10
256
¿ =25 , 4 µg /m³.
10

 PEMBAHASAN
Dalam percobaan penentuan kadar partikulat ini digunakan metode gravimetri dengan
alat HVAS (High Volume Air Sampler) dan neraca analitik. HVAS diletakkan di depan
Gedung Kampus Kesehatan Lingkungan Tanjung Karang. Kertas saring yang telah
ditimbang diletakkan di dalam HVAS dan neraca analitik digunakan untuk mengukur berat
awal dan akhir kertas saring, dalam pengambilan sampling debu di udara kali ini dilakukan
selama 30 menit.
Pada saat pengamatan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya
debu yang tertangkap pada kertas sarimg tersebut antara lain ada beberapa mobil dalam
parkiran di depan Gedung Kampus Kesehatan Lingkungan. Setelah 30 menit kertas saring
dimasukkan ke dalam kotak plastik dan dibawa ke laboratorium didapatkan konsentrasi
partikulat TSP sebesar 163,333 µg/m³.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 41 Tahun 1999 Tentang pengendalian
pencemaran udara, dan KepGub DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001 Tentang Penetapan baku
Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan Di Propinsi DKI Jakarta, nilai TSP atau
debu yang diizinkan dalam rentang waktu 60 menit adalah 230 µg/m3. Jika dibandingkan
hasil pengukuran dengan baku mutu yang berlaku maka kadar TSP di Gedung Kampus
Kesehatan Lingkungan tidak melebihi standar yang ditetapkan berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No 41 Tahun 1999 Tentang pengendalian pencemaran udara, dan KepGub
DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001 Tentang Penetapan baku Mutu Udara Ambien dan Baku
Tingkat Kebisingan Di Propinsi DKI Jakarta, nilai TSP atau debu yang diizinkan dalam
rentang waktu 60 menit adalah 230 µg/m3.
Bila di lokasi yang kadar partikulatnya terus berada diatas nilai baku mutu maka dapat
mempengaruhi kesehatan manusia, terutama terjadi pada saluran pernapasan yang dapat
menyebabkan terjadinya asma, batuk-batuk, sesak napas bahkan dapat mengakibatkan
kematian.

E. KESIMPULAN
 Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara dan KepGub DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001 batas baku mutu
partikulat yang diizinkan adalah sebesar 230 ug/m3.
 Besar kadar TSP yang didapat di depan gedung jurusan kesehatan lingkungan sebesar
163,333 ug/m3 dan masih dibawah standar baku mutu yang telah ditetapkan.
 Efek dari pencemaran udara khususnya partikulat adalah meningkatkan risiko penyakit
jantung serta penyakit pernafasan yang lebih fatal yang salah satunya adalah kanker paru-
paru, serta dapat meningkatkan risiko kematian.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, Taty. 2009. Partikukat (Particulate Matter-PM). Surabaya: Institut Teknologi Adhi Tama

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.

Suma'mur. 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.

Yunus, Faizal. 1997. Dampak Debu Industri Pada Paru dan Pengendaliannya. Indonesia: Jurnal
Respiratorius.

Baku Mutu Udara Ambien Nasional sesuai Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara

Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Schat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi
Sehat dan Kabupaten/Kota Schat. Jakarta.

Efrianti,Susi. 2012. Lingkungan Hidup. Medan. Universitas Sumatra Utara.


LAMPIRAN

Menimbang berat awal kertas saring Memasang kertas saring pada HVAS

Mengukur menggunakan alat Indoor Memasukkan kertas saring ke dalam


Air Quality kotak plastik

Menimbang berat akhir kertas saring Melakukan perhitungan

Anda mungkin juga menyukai