Anda di halaman 1dari 90

GAYA BAHASA PENEGASAN DALAM ALBUM MUSIK TUTUR BATIN

DAN MERAKIT KARYA YURA YUNITA DAN IMPLIKASINYA


TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Skripsi
diajukan guna melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana

NAMA : RICKY MUSTOPA


NPM : 201921500261

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Ricky Mustopa

NPM : 201921500261

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Bahasa dan Seni

Judul Skripsi : Gaya Bahasa Penegasan dalam Album Musik Tutur Batin

dan Merakit karya Yura Yunita dan Implikasinya terhadap

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembimbing Materi Pembimbing Teknik

Nur Irwansyah, M.Pd. Dr. Bambang Sumadyo, M.Pd.

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Ricky Mustopa

NPM : 201921500261

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Bahasa dan Seni

Judul Skripsi : Gaya Bahasa Penegasan dalam Album Musik Tutur Batin

dan Merakit karya Yura Yunita dan Implikasinya terhadap

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Panitia Ujian

Ketua : Prof. Dr. H. Sumaryoto

Sekretaris : Dr. Supeno, M. Hum.

Anggota :

No. Nama Tanda Tangan

1. Nur Irwansyah, M.Pd.

2. Dr. Bambang Sumadyo, M.Pd.

3.

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ricky Mustopa

NPM : 201921500261

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Gaya Bahasa Penegasan

dalam Album Musik Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita dan

Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia” beserta seluruh isinya

adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku

dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap risiko/sanksi apabila

di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau klaim dari

pihak lain terhadap keaslian dari karya saya ini sesuai dengan Undang-undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab

IV Pasal 25 ayat 2 dan Bab XX Pasal 70.

Jakarta, 25 Agustus 2023

Yang Menyatakan

Ricky Mustopa

iv
ABSTRAK

A. Ricky Mustopa, NPM: 201921500261

B. Gaya Bahasa Penegasan dalam Album Musik Tutur Batin dan Merakit
karya Yura Yunita dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Skripsi: Jakarta: Fakultas Bahasa dan Seni: Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: Universitas Indraprasta Persatuan
Guru Republik Indonesia,Agustusi, 2023

C. Xi + 5 bab + 73 halaman + Lampiran-Lampiran

D. Kata Kunci: Album musik, Gaya bahasa penegasan, Yura Yunita

E. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji gaya bahasa penegasan yang terdapat
dalam album musik Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita. Dalam
menyusun langkah kerja metode penelitian yang digunakan untuk
menganalisis gaya bahasa penegasan ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara
objektif mengenai gaya bahasa penegasan yang terdapat dalam album musik
Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita. Hasil Penelitian ini dapat di
peroleh informasi gaya bahasa penegasan dalam album musik Tutur Batin
dan Merakit karya Yura Yunita. Majas Tautologi, Preterisio, Pararima,
Apofasis, Interupsi, Asindeton, Ekslamasio dan Kolokasi masing-masing
sebanyak 1 temuan. Majas Repetisi dan Pleonasme masing-masing
sebanyak 2 temuan. Majas Aliterasi sebanyak 3 temuan dan Gaya bahasa
penegasan yang paling banyak ditemukan dalam musik Tutur Batin dan
Merakit karya Yura Yunita adalah majas Inversi sebanyak 21%,

F. Daftar Pustaka Album : 2 buah


Jurnal : 10 buah
Skripsi : 2 buah

G. Pembimbing : (Nur Irwansyah, M.Pd.) Pembimbing Materi


(Dr. Bambang Sumadyo, M.Pd.) Pembimbing Teknik

v
MOTO

“Jika kamu ingin berusaha mencoba dan berdoa, sesuatu

yang tidak mungkin menjadi hal sesuatu yang mungkin”

vi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

waktu. Skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa Penegasan dalam Album Musik

Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita dan Implikasinnya terhadap

Pembelajaran Bahasa Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar sarjana di Universitas Indraprasta PGRI.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa

hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas

telah memberikan bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini,

terutama kepada

1. Nur Irwansyah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Materi Universitas

Indraprasta PGRI

2. Dr. Bambang Sumadyo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Teknik

Universitas Indraprasta PGRI

3. Prof. Dr. H. Sumaryoto., selaku Rektor Universitas Indraprasta PGRI

4. Dr. Supeno, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Indraprasta PGRI

5. Dr. Bambang Sumadyo, M.Pd., selaku Wakil Dekan Fakultas Bahasa dan

Seni Universitas Indraprasta PGRI.

6. Yulia Agustin, M.Pd., selakuketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Universitas Indraprasta PGRI.

vii
7. Bapak dan Ibu dosen serta staff pegawai Universitas Indraprasta PGRI.

8. Teristimewa kepada orang tua tercinta yaitu Ayahanda alm . Hioe Hian Kie

dan Ibunda Nurhayati serta Saudara kandung yang telah memberikan kasih

sayang,motivasi, mendoakan, dan dukungan penuh hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat saya Muhammad Khadafi dan teman music The Sounds Project vol.6

, yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, serta doa dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Teruntuk rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2019 Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Indraprasta PGRI

terutama untuk SA yang telah bersamasama berjuang dalam menyelesaikan

pendidikan di Universitas PGRI Penulis menyadari bahwa peyusunan skripsi

ini masih banyak kekurangan, baik dari segi penulisan, isi, dan bentuknya.

Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan berupa kritik dan saran

guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat membantu dalam

penyediaan informasi bagi pembaca dan referensi bagi penulis berikutnya.

Jakarta,25 Agustus 2023

Ricky Mustopa

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ………………... ii

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………… iii

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………... iv

ABSTRAK …………………………………………...……….…… v

MOTO ……………………………………………………………. vi

KATA PENGANTAR …………………………………………… vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL ……………………………………………….. xii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………… xiiii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………... 1

B. Identifikasi Masalah …………………………………………………….. 4

C. Batasan Masalah ………………………………………………………… 6

G. Sistematika Penulisan ……………………………………………………. 8

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR .. 10

ix
A. Landasan Teori ………………………………………………………….. 10

1. Hakikat Sastra ……………………………………………………….. 10

2. Hakikat Musik ………………………………………………………. 13

3. Hakikat Gaya Bahasa Penegasan ……………………………………. 21

4. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia ……………………………. 26

B. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………………………. 30

C. Kerangka Berpikir ……………………………………………………… 41

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………… 44

A. Pendekatan Penelitian ………………………………………………….. 44

B. Teknik Penelitian ………………………………………………………. 45

C. Fokus dan Subfokus ……………………………………………………. 45

D. Instrumen Penelitian……………………………………………………. 46

E. Teknik Pencatatan Data ………………………………………………… 47

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ………………………………….. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………… 50

A. Deskripsi informasi penelitian ………………………………………….. 50

B. Deskripsi Temuan Penelitian …………………………………………… 55

C. Penafsiran dan Uraian Penelitian ………………………………………. 63

D. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia ………………….. 69

x
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……………………………… 72

A. Simpulan ………………………………………………………………… 72

B. Saran …………………………………………………………………….. 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen klasifikasi data Majas Penegasan dalam album musik

Tutur Batin dan Merrakit karya Yura Yunita ............................................. 35

Tabel 3.2 Intsrumen Rekapitulasi Majas Penegasan dalam album musik

Tutur Batin dan Merrakit karya Yura Yunita.............................................. 36

Tabel 4,1 Hasil Temuan Majas Penegasan dalam album musik

Tutur Batin dan Merrakit karya Yura Yunita ............................................. 44

Tabel 4.2 Rekapitulasi Majas Penegasan dalam album musik

Tutur Batin dan Merrakit karya Yura Yunita ............................................. 50

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Rekapittulasi Persentase Majas Penegasan dalam

album musik Tutur Batin dan Merrakit karya Yura Yunita ................................ 51

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengajuan Judul

Lampiran 2 Surat Tugas

Lampiran 3 Kartu Asistensi

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 5 Biografi Penyanyi Yura Yunita

Lampiran 6 Cover Album Tutur Batin dan Album Merakit karya Yura Yunita

Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Majas Penegasan adalah salah satu gaya bahasa yang menggunakan kata-

kata kiasan yang menyatakan sebuah penegasan. Gaya bahasa ini bertujuan

untuk memberikan pengaruh kepada pembaca atau pendengar agar menyetujui

sebuah ujaran atau kejadian. Ciri dari majas penegasan yaitu diungkapkan

melalui pengulangan kata yang sama, akan tetapi maknanya masih berkaitan.

Salah satu fungsi bahasa adalah alat untuk menyatakan ekspresi diri. Melalui

bahasa, gagasan dan perasaan diolah di dalam batin kemudian diungkapkan,

diekspresikan, dan direalisasikan menjadi sesuatu yang informatif, estetik, atau

artistik. Ekpresi gagasan dan perasan yang bersifat estetik dan artistik dapat

dijumpai di dalam puisi atau lagu. Di dalam puisi atau lagu terdapat kata yang

mengandung dua aspek yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna.

Aspek bentuk atau ekspresi adalah hal-hal yang dapat ditafsirkan oleh

pancaindra, baik dengan cara mendengar atau melihat. Sedangkan aspek isi

makna adalah hal-hal yang dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar

atau pembaca dari aspek bentuk tersebut. Kata-kata di dalam puisi atau lagu

dirangkai dan dibentuk sedemikian rupa hingga menjadi sebuah karya yang

indah dan menarik baik untuk dilihat atau didengar. YuraYunita biasanya

banyak mendapat tawaran bermain musik di acara-acara Festival Musik,

sebagai contoh Yura Yunita pernah bermain di Synchronize Fest Jakarta pada

1
2

tanggal 09 Oktober 2022.

Sebagai contoh lagu dari Yura Yunita adalah lagu yang berjudul Dunia

tipu-tipu. Lagu ini menceritakan tentang orang-orang terdekat kita yang selalu

ada bersama dengan kita bisa saja orang tua, suami dan istri, anak, kakek,

nenek, sahabat dan lainnya seperti yang ada di dalam video klip lagu tersebut.

Dunia kadang penuh tipu-tipu dan banyak hiruk pikuk terjadi bagi pencipta

lagu, Dunia tipu-tipu mengingatkan kita untuk selalu ada adalah hal yang

tidak abadi, karena dunia penuh tipu-tipu. Salah satu media massa di Jakarta

yaitu Eventori, meliput soloist Yura Yunita di bagian citizen journalism edisi

Senin, 18 November 2021, karena Yura Yunita mempromosikan arti bahasa

dari lagu tersebut. (Sari, 2021:11).

Banyak upaya yang telah dilakukan oleh Yura Yunita untuk

mempertahankan eksistensi Soloist, diantaranya adalah mempertahankan

komposisi musik dan karakter dari Yura Yunita itu sendiri agar tetap bagus.

Yura Yunita senantiasa mengikuti perkembangan lagu sekarang dan dahulu

dengan mengaransemen ulang sesuai dengan karakter dan genre Pop sendiri,

dan Yura Yunita bisa dibilang sukses menjaga karakter easy listening dari segi

lagu dan syair yang terdapat dalam karya Yura Yunita Sendiri. Analisis lagu

pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui bentuk lagu karya Yura

Yunita. Pada kenyataannya, sering terjadi bahwa isi dari karya pada penikmat

atau pendengar karena arti kata self-awwarenes yang menyentuh hati pada

penikmat musik. Terkait hal tersebut, penulis tertarik untuk menjadikan Yura

Yunita sebagai objek penelitian. Salah satu cara untuk mengenal lebih dalam
3

karya tersebut adalah dengan menganalisis lagu. Dengan mengkaji Gaya

Bahasa Penegasan suatu lagu, diharapkan dapat membantu memainkan atau

membawakan, mengapresiasikan dan menganalisis lagu dengan benar dan

implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.

Isi album sesuai dengan judulnya. Tutur Batin mengungkapkan segala

hal yang berkaitan dengan hati, jiwa, dan semangat. Yura Yunita menuangkan

banyak sekali rasa. Tak berlebihan menyebutnya album spesial. Album yang

dapat dipastikan memiliki lagu terbanyak dari dua album penuh Yura yang

sebelumnya. Pengakuan diri yang tak sempurna tertuang di lagu yang bertajuk

sama dengan album ini, “Tutur Batin”. Setelah mendapatkan banyak tuntutan,

seseorang melanjutkan perjalanan merawat suasana hatinya. Lirik penutup

yang percaya diri, takkan kau temukan yang sebaik ini, jiwa yang terbaik itu

hanya aku.

Album Merakit menjadi gambaran nyata perjalanan karirnya setelah

melewati begitu banyak momen penting, fase terbaik dan terburuk dalam

hidupnya. Berkarya melalui musik adalah salah satu wujud pendewasaan Yura

Yunita sebagai perempuan dan musisi independen. Melalui musik juga, Yura

Yunita mencurahkan segala rasa di dalam hatinya, yang dirakit jadi rangkaian

lagu-lagu yang terdapat dalam album ‘Merakit’.“Album ‘Merakit’ bercerita

tentang cara saya berproses dalam merakit mimpi dan pendewasaan diri

sebagai perempuan, bermusik, dan berkarya. Sangat tidak mudah untuk ada di

titik ini. Saya pernah merasa dibatasi, dihalangi jalannya, namun jiwa seni saya

tidak bisa dibendung. Dia selalu aman terjaga. Pelan-pelan, dengan penuh
4

keyakinan, semua kembali saya rakit. Album ini punya arti yang begitu

penting bagi saya. Ini adalah langkah kedua dari perjalanan saya yang baru

dimulai Album ‘Merakit’ terdiri dari 9 lagu yang diciptakan sendiri oleh Yura

Yunita. Selain itu, musisi seperti Yovie Widianto, Tulus, Iwan Popo, dan

Donne Maulana juga terlibat dalam proses pembuatan album ‘Merakit’. Seperti

di album pertama yang telah dirilis sebelumnya, Yura Yunita kembali bekerja

sama dengan Ari Renaldi untuk memproduseri hampir semua lagu yang ada di

album ‘Merakit’.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik ingin meneliti tentang gaya

bahasa penegasan dalam album musik tutur batin dan merakit karya Yura

Yunita dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi

masalah menjadi beberapa hal di antaranya sebagai berikut.

1. Bagaimana gaya bahasa penegasan yang digunakan dalam album musik

TuturBatin dan Merakit karya Yura Yunita?

2. Bagaimana pemilihan kata album musik Tutur Batin dan Merakit karya

Yura Yunita?

3. Bagaimana gaya bahasa Tautologi dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?

4. Bagaimana gaya bahasa Tautologi dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?


5

5. Bagaimana gaya bahasa Repetisi dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?

6. Bagaimana gaya bahasa Preterisio dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?

7. Bagaimana gaya bahasa Inversi dalam album Tutur Batin dan Merakit karya

Yura Yunita?

8. Bagaimana gaya bahasa Pararima dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?

9. Bagaimana gaya bahasa Apofasis dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?

10. Bagaimana gaya bahasa Interupsi dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?

11. Bagaimana gaya bahasa Pleonasme dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?

12. Bagaimana gaya bahasa Asindeton dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?

13. Bagaimana gaya bahasa Ekslamasio dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?

14. Bagaimana gaya bahasa Kolokasi dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita?

15. Bagaimana ciri-ciri majas yang ada dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita?

16. Bagaimana tema yang terkandung dalam kumpulan di dalam album music
6

TuturBatin dan Merakit karya Yura Yunita?

17. Bagaimana implikasi pembelajaran musik terhadap mata pelajaran

BahasaIndonesia?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, penulis

membatasi permasalahan pada penelitian ini agar tidak meluas, sehingga

masalah yang akan diteliti lebih fokus dan terarah. Oleh karena itu, penulis

membatasi permasalahan dalam penelitian ini adalah Gaya Bahasa Penegasan

dalam Album musik Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita dan

Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah

yang akan dikaji adalah bagaimanakah Gaya Bahasa Penegasan dalam Album

musik Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita dan Implikasinya terhadap

Pembelajaran Bahasa Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dibuatnya penelitian ini

untuk mengetahui Gaya bahasa penegasan yang terkadung dalam lirik di album

Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita serta implikasinya terhadap

pembelajaran bahasa Indonesia.


7

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini dapat memberi manfaat bagi pihak-

pihak yang membutuhkan baik secara teoritis maupun praktik. Dimaksudkan

agar penelitian mendapatkan sumbangan ke arah pengembangan ilmu dan ikut

memberikan pemecahan masalah yang bersifat praktis (Edi Subroto, 2007:98).

Adapun manfaat teoritis dan praktis yang dapat diperoleh dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini di harapkan memberikan untuk menghargai karya

lokal musik Indonesia dan memberikan support kepada musisi musisi

Indonesia yang terus berkarya.

2. Kegunaan Praktis

a. Kegunaan bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan

pengalaman bagi penulis, baik dari segi teoritis maupun praktisnya

bagi peneliti untuk mengetahui lebih jauh mengenai materi dari

peneelitian itu sendiri serta hal-hal yang berkaitan dengan kajian ilmu

yang sesuai dengan bidang ilmu yang peneliti dapatkan selama

perkuliahan. Serta dalam penelitian ini menambah wawasan peneliti

tentang betapa membanggakannya karya musik lokal Indonesia

b. Kegunaan Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan

dijadikan literatur dalam mendukung materi-materi perkuliahan


8

bagi Universitas, Program Studi, mahasiswi Pendidikan Bahasa

Indonesia

c. Kegunaan Bagi Peserta Didik

Musik dapat berperan dalam menumbuhkan kecerdasan dan

meningkatkan memori anak, hal ini karena saat mendegarkan musik, sel-

sel otak anak lebih aktif bekerja. Memainkan alat musik dapat

melatih kemampuan motorik dan sensitivita telinga untuk

mengembangkankoordinasi antara berbagai macam indra.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran

mengenai langkah-langkah penelitian. Adapun sistematika penulisan tersebut

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang, Identifikasi Masalah,

Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

dan Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori dan Kerangka Berpikir. Bab ini berisikan

Landasan Teori, Hasil Penelitian yang Relevan, dan Kerangka Berpikir.

Bab III Metode Penelitian, terdiri atas Pendekatan Penelitian, Teknik

Penelitian, Fokus dan Subfokus Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik

Pencatatan Data, dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini berisikan uraian

tentang Deskripsi Informasi Penelitian, Deskripsi Temuan Penelitian,


9

Penafsiran dan Uraian Penelitian, dan Implikasi terhadapp Pembelajaran

Bahasa Indonesia.

Bab V Simpulan dan Saran. Bab ini berisikan uraian tentang simpulan

dansaran yang berkaitan dengan hasil penelitian.

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

Untuk memudahkan tujuan penelitian, penulis memaparkan beberapa

teori yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa teori tersebut yaitu: (1)

Hakikat Sastra, (2) Hakikat Musik, (3) Hakikat Gaya Bahasa Penegasan dan

(4) Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia.

1. Hakikat Sastra

a. Pengertian Sastra

Secara etimologi sastra diambil dari bahasa-bahasa barat (Eropa)

seperti literature (bahasa Inggris), litterature (bahasa Prancis), literatur

(bahasa Jerman), dan literatuur (bahasa Belanda). Semuanya berasal dari

kata litteratura (bahasa Latin) yang sebenarnya tercipta dari terjemahan

kata grammatika (bahasa Yunani). Litteratura dan grammatika masing-

masing berdasarkan kata “littera” dan “gramma” yang berarti huruf

(tulisan atau letter).

Dijelaskan juga, sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Sansekerta yang merupakan gabungan dari kata sas, berarti

mengarahkan, mengajarkan dan memberi petunjuk. Kata sastra tersebut

mendapat akhiran tra yang biasanya digunakan untuk menunjukan alat

atau sarana. Jadi susastra bermakna tulisan yang indah (Winarni, 2013:

10
11

1). Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk pada

“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau

keindahan tertentu. Menurut Fananie (2001: 6) bahwa sastra adalah karya

fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang

spontan yang mampu mengungkapkan kemampuan aspek keindahan

yang baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna.

Menutur Wiyatmi (2011: 14), sastra memiliki dua makna. Dengan

kata lain, sebagai karya sastra dan sebagai studi sastra. Sastra memiliki

unsur-unsur berupa pikiran, pengalaman, gagasan, perasaan, semangat,

keyakinan, ungkapan, bentuk, dan bahasa. Hal ini ditegaskan oleh

pendapat Saryono (2009: 18) bahwa sastra juga memiliki kemampuan

untuk merekam semua pengalaman empiris, natural, abinitio, dan

supernatural. Singkatnya, sastra dapat menyaksikan dan mengomentari

kehidupan manusia.

Menurut Saryono (2009: 16-17), sastra bukan hanya sekedar

artefak, melainkan manusia yang hidup. Sastra berkembang secara

dinamis sebagai bentuk yang hidup, disertai dengan bentuk-bentuk lain

seperti politik, bisnis, seni dan budaya. Sastra yang baik dapat

mengingatkan, menyadarkan, dan kembali ke jalan yang benar untuk

menunaikan kewajiban hidupnya (Saryono, 2009: 20).

Menurut Sugihastuti (2007:81-82), karya sastra adalah media yang

digunakan pengarang untuk menyampaikan pikiran dan pengalamannya.

Selain itu, karya sastra dapat mencerminkan pandangan pengarang


12

terhadap berbagai persoalan yang diamati di lingkungannya

b. Karakteristik Sastra

Menurut Yasa (dalam I Made Suarta, 2014: 10) terdapat beberapa

karakteristik sastra, yakni sebagai berikut:

1) Sastra sebagai wadah

2) Sastra universal

3) Sastra mengalami deotomatisasi

4) Sastra merupakan proses mimesis

c. Fungsi Sastra

Fungsi sastra menurut Kinayati dan Noldy dalam buku Teori

Apresiasi dan Pembelajaran Prosa (2009: 20) adalah sebagai berikut:

1) Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang

menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.

2) Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik

pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang

terkandung didalamnya.

3) Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi

penikmat atau pembacanya karena sifat keindahannya.

4) Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan

kepada pembaca atau peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan

buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.

5) Fungsi religius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang


13

mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmatnya.

d. Ragam Sastra

Ragam sastra menurut Kinayati dan Noldy (2009: 20-21) adalah

sebagai berikut:

1) Drama

Lakon adalah cerita atau karya sastra berbentuk narasi yang

dipertunjukkan atau diputar di atas panggung.

1) Prosa

Prosa adalah esai gratis yang termasuk dalam genre sastra.

Masih mengandung unsur teks yang indah, sehingga sengaja dibuat

dengan berbagai nilai dan pesan yang terkandung di dalam teks

tersebut

2) Puisi

Berbeda dengan drama dan prosa. Puisi cenderung berupa

kalimat pendek, tetapi memiliki makna yang sangat dalam.

2. Hakikat Musik

a. Pengertian Musik

Kamtini (2005: 60) mengartikan musik adalah bagian dari

kehidupan dan perkembangan jiwa manusia. Definisi lain musik

merupakan kekuatan dasar yang sangat efektif untuk menenangkan dan

mendatangkan inspirasi bagi banyak orang (Ortiz dalam Baidah, 2010: 1-


14

8). Alunan suara nada-nada yang disusun berdasarkan irama tertentu

dapat membantu pembentukan pola belajar, mengatasi kebosanan, dan

menangkal kebisingan eksternal (Ortiz dalam Baidah, 2010: 1-8)

Musik adalah karya cipta berupa bunyi atau suara yang memiliki

nada, irama dan keselarasan. Musik yang dimainkan menjadi komposisi

terpadu dan berkesinambungan dapat memberikan pengaruh terhadap

emosi dan kognisi. Musik adalah karya cipta berupa bunyi atau suara

(Jamalus dalam Ismanadi, 2008 : 11), baik suara yang dihasilkan oleh

ucapan manusia maupun suara dari alat tertentu (Bonoe dalam Ismanadi,

2008 : 11).

Nada merupakan suara beraturan yang memiliki frekuensi tunggal

tertentu. Dalam teori musik, setiap nada memiliki tinggi nada atau tala

tertentu menurut frekuensinya ataupun jarak relatif tinggi nada tersebut

terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut

sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda

(Satrianingsih, 2006:7).

Menurut Satrianingsih (2006:8) menyatakan bahwa “ritme adalah

pengaturan bunyi dalam waktu”. Istilah ritme biasanya disamakan

dengan istilah ketukan dalam suatu lagu. Ritme berfungsi memberikan

pengaruh pada otak dengan sangat cepat dan mengubahnya menjadi

gerakan. Hal ini didasarkan pada penelitian Dr. Thaut yang

menggambarkan subjek penelitian bekerja dalam ritme musik keras dan

ritme musik rendah.


15

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa musik adalah

suatu susunan nada atau suara dalam urutan, kombinasi yang

menghasilkan bunyi yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan.

Serta susunan nada yang mengandung irama, lagu dan keharmonisan

dalam suatu melodi yang dapat berpengaruh terhadap emosi dan kognisi.

b. Manfaat Musik

Menurut Rasyid (2010:71) terdapat beberapa manfaat musik

diantaranya:

1) Menurut Aristoteles dengan musik, suasana ruang batin seseorang

dapat dipengaruhi, baik itu suasana bahagia atau sedih, bergantung

pada pendengar itu sendiri.

2) Musik dapat memberi semangat pada jiwa yang lelah, resah dan lesu.

Sebagai hiburan, musik dapat memberikan rasa santai dan nyaman

atau penyegaran pada pendengarnya. terkadang ada saatnya pikiran

kita sedang risau, buntu dan tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan.

3) Musik dapat menyembuhkan depresi, karena terbukti dapat

menurunkan denyut jantung. Ini membantu menenangkan dan

merangsang bagian otak yang terkait ke aktifitas emosi dan tidur.

Peneliti dari Science University of Tokyo menunjukkan bahwa musik

dapat membantu menurunkan tingkat stress dan gelisah.

4) Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketika seseorang

mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otak dapat

diperlambat atau dipercepat, dan pada saat yang sama kinerja sistem
16

tubuh pun mengalami perubahan. Musik mampu mengatur hormon-

hormon yang mempengaruhi stress seseorang, serta mampu

meningkatkan daya ingat.

5) Musik dan kesehatan memiliki kaitan erat dan tidak diragukan bahwa

dengan mendengarkan musik kesukaan, maka mereka para pendengar

akan mampu terbawa kedalam suasana hati yang baik dalam waktu

singkat.

6) Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan manusia

dan mencegah hilangnya daya ingat.

7) Musik diyakini dapat meningkatkan motivasi seseorang. Motivasi

yang ditawarkan dalam lirik lagu dalah hal yang hanya bisa

dilahirkan dengan perasaan dan suasana hati tertentu.

c. Jenis-jenis Musik

Sumarno & sumarno (2002:15) membagi musik berdasarkan nada

yang digunakan menjadi tiga macam, yaitu musik diatonis, musik

pentatonis dan musik kontemporer. Adapun penjabaran dari jenis-jenis

musik tersebut adalah sebagai berikut:

1) Musik Diatonis

Musik diatonis adalah musik yang menggunakan tujuh buah

nada standar (American Heritage Dictionari, 2010). Nada dalam teori

musik diatonis barat diidentifikasikan menjadi 12 nada yang masing-

masing diberi nama C, D, E, F, G, A dan B, selain itu terdapat pula


17

nada-nada kromatis Cis/des, Dis/Es, Fis/Ges, Gis/As dan Ais/Bes.

Jenis musik yang dihasilkan dari musik diatonis antara lain: (1) musik

populer, (2) musik folk, (3) musik blues, (4) musik country, (5) musik

jezz, (6) musik klasik, (7) musik rock, (8) musik pop.

2) Musik Pentatonis

Musik pentatonis adalah musik yang menggunakan 5 nada perk

oktaf, dengan nada yang biasanya digunakan adalah nada pertama,

kedua, ketiga, kelima dan keenam pada skala diatonik (American

Herrillage Dictionary. 2010). Skala pentatonik ditemukan di seluruh

dunia seperti pada alat musik tuning krar di Ethiopia dan gamelan di

Indonesia. Nada dalam teori musik pentatonik gamelan jawa

diidentifikasikan menjadi 5 nada yang masing- masing diberi nama C-,

D, E+, G dan A.

3) Musik Kontemporer

Musik kontemporer adalah musik yang merupakan perpaduan

dari berbagai macam hasil rekaman bunyi-bunyi, baik bunyi yang

berasal dari alat elektronik maupun yang berasal dari lingkungan

alam, atau yang berasal dari perpaduan keduanya (Sumarno

&Sumarno, 2002:16). Bunyi yang berasal dari elektronik misalnya

alat musik modern seperti gitar listrik, bass, dram, organ dan lain

sebagainnya. Sedangkan musik yang berasal dari alam misalnya,

musik yang dihasilkan dari suara burung, suara katak, suara angin,

ombak, suara-suara yang dapat menggambarkan suasana hutan,


18

suasana pantai, suasana pedesaan, dan lain- lain.

Suasana yang baru dalam penyajian kontemporer membuat

musik kontemporer ini selalu disemangati pencarian kemungkinan

baru dan menekankan sifat bertolak belakang dengan kaidah-kaidah

kompositoris. Bahkan terdapat pula jenis musik kontemporer yang

bertolak belakang dengan bentuk-bentuk penyajian musikal yang baku

dan mapan. Contoh dari musik kontemporer adalah musik komputer

(Sugiartha, 2009:6).

4) Musik Diatonis

Tangga nada diatonik pada musik barat, berkembang seiring

dengan perkembangan sains fisika gelombang bunyi. Musik ini ada

yang murni disajikan seperti asalnnya, misalnya musik- musik klasik,

ada juga yang mengalami proses akulturasi dengan musik- musik

tradisional. Tangga nada diatonik adalah tangga nada pada musik

barat yang pada umumnya menggunakan dua jenis interval penuh

(whole step) dan setengah (half step). Tangga nada diatonik ini sering

disebut juga dengan heptatonik diatonik karena kecenderungannya

yang menggunakan tujuh nada dalam satu tangga nada. Tangga nada

diatonik biasanya diasosiasikan pula dengan sistem harmoni dalam

bentuk progresi akord, sebagai ciri utama musik barat (Takari, 2005 :

16-17). Tangga nada diatonik ini juga dirancang untuk disesuaikan

dengan frekuensi suara, sehingga dapat dilakukan tranposisi

(perpindahan tonalitas, tangga nada). Transposisi ini mengikuti


19

konsep kromatis dan ditentukan totalitasnya sesuai dengan tanda

mula. Misalnya pada tangga nada G Mayor yang naik adalah F

menjadi Fis dan ditulis setelah tanda kunci G, C, atau F. Jenis musik

diatonik ini biasanya digunakan untuk mengiringi upacara kematian

pada kedudayaan etnik Batak Toba, dan berbagai upacara di istana

dan lainnya, karena jenis musik diatonik ini diyakini bisa memberikan

ketenangan dan rasa rileks (Takari, 2005 : 16-17).

5) Musik Klasik

Musik klasik di dalam Kamus Besar Indonesia (1990 : 445)

diartikan sebagai : (1) ilmu atau seni yang mempunyai nilai atau posisi

yang di akui serta langgeng, dan sering di jadikan tolak ukur dan tidak

diragukan; (2) karya sastra yang bernilai tinggi serta langgeng dan

karya susastra jaman kuno yang bernilai kekal; (3) sederhana, serasi

dan tidak berlebihan; (4) tradisional.

Musik klasik adalah komposisi musik yang berasal dan

berkembang di negara barat (Eropa) sekitar tahun 1750-1825. Pada

era ini inilah nama-nama besar seperti Bach, Mozart, atau Haydn

melahirkan karya-karyanya yang berupa sonata, simponi, konser solo,

string kuarter, hingga opera. Musik klasik dapat diartikan sebagai

karya musik yang berkelas tinggi, bersifat abadi, tidak mudah

dilupakan bahkan tetap ada sampai saat ini, dengan tampilan yang

sempurna dan menakjubkan (musbikin 2009: 150). Selain itu

kejeniusan para komposernya menggunakan nada-nada kedalam


20

harmonisasi yang luar biasa menjadikan musik klasik sebagai musik

yang abadi dan tetap aksis seiring berjalannya waktu bahkan sampai

saat ini. Musik klasik dipercaya dapat menguatkan pikiran dan

emosional sehingga menjadikan orang lebih kreatif. Musik dapat

memberikan pengaruh dan energy positif bagi manusia, di antaranya

sangat berperan dalam menunjang perkembangan intelektual dan

sosial, serta menjaga keseimbangan antara jiwa dan fisik (Musbikin,

2009:149).

6) Musik Pop

Pada umumnya pop merupakan jenis musik yang easy listening

(mudah dicerna) dan lirik yang komersial. Dalam lirik- lirik, musik

pop mudah dicerna pendengar, apa yang dicuatkan para penulis lagu

dan vokalis pop adalah sesuatu yang langsung dapat dinikmati, yaitu

hal ihwal cinta, bahkan beraroma religius. Karena kesederhanaan

Accord-accord serta lirik- liriknya itu, tidak mengherankan bila band-

band pop selalu mengundang jubelan penonton pada setiap

pergelarannya (Nugraha dalam Didik, 2008:18).

Menurut (Musika dalam Fitriana, 2010), di Indonesia musik ini

berkembang sekitar tahun 1960-an dan banyak digemari masyarakat

khususnya kaum muda dan remaja. Di Indonesia sendiri jenis musik

Pop sangat digemari atau paling mendominasi industri permusikan

saat in, mulai dari kalangan remaja hingga dewasa banyak yang

menggandrungi musik pop. Grup musik pop sering disebut dengan


21

sebutan band yang menggunakan peralatan elektronik atau modern.

Instrumen yang wajib ada dalam bentuk grup sederhananya antara lain

drum, gitar melodi, piano dan bass gitar. Salah satu ciri musik pop

adalah penggunaan ritme yang terasa bebas dengan mengutamakan

permainan drum dan gitar bass.

3. Hakikat Gaya Bahasa Penegasan

a. Pengertian Gaya Bahasa

Secara singkat dapat dikatakan bahwa gaya bahasa adalah cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian menulis (pemakai bahasa). Sebuah

gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur, yaitu kejujuran,

sopan- santun, dan menarik (Keraf, 2005: 113). Gaya bahasa dan

kosakata mempunyai hubungan erat, hubungan timbal balik. Semakin

kaya kosakata seseorang, kian beragam pulalah gaya bahasa yang

dipakainya. Peningkatan pemakaian gaya bahasa jelas turut memperkaya

kosakata pemakaiannya.

Hakikat style adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan

yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang diungkapkan. Gaya bahasa

adalah cara mengungkapkan gagasan dan perasaan dengan bahasa

khas sesuai bdengan kretivitas, kepribadian dan karakter pengarang

untuk mencapai efek tertentu, yakni efek estetik, atau efek kepuitisan dan

efek penciptaan makna (Ma’ruf, 2009:137).


22

Menurut Dale (dalam Tarigan, 2013: 4) gaya bahasa adalah bahasa

indah yang digunakan untuk meningkatkan efek estetik dengan jalan

memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu

dengan benda atau hal lain yang lebih umum, berdasarkan uraian tersebut

gaya bahasa adalah suatu bahasa yang memiliki nilai estetik tersendiri

yang berfungsi sebagai suatu pembanding antara benda atau hal tertentu.

Ratna (2013: 160) berkata bahwa gaya bahasa adalah keseluruhan

cara yang dilakukan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik kegiatan

jasmaniah maupun rohaniah, baik lisan maupun tulisan. Berdasarkan

pendapat Ratna, dapat disimpulkan gaya bahasa adalah keseluruhan dari

cara manusia beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari baik secara rohani

atau jasmaniah.

b. Jenis-jenis Gaya Bahasa

Menurut Tarigan (2011:. 6) ada sekitar 60 buah gaya bahasa yang

akan termasuk ke dalam empat kelompok tersebut di atas; namun tidak

secara menyeluruh akan dibahas di sini. Melainkan gaya bahasa yang

sering muncul di dalam karya sastra sebagai berikut: 17 Jenis-jenis Gaya

Bahasa dibagi menjadi empat, yaitu majas perbandingan, majas

pertentangan, majas sindiran, majas penegasan, dan gaya bahasa yang

lainnya.

Macam-macam gaya bahasa menurut Badudu, (1975: 70-85) gaya

bahasa yang dapat dibedakan atas gaya bahasa perbandingan, gaya


23

bahasa sindiran, gaya bahasa penegasan; dan gaya bahasa pertentangan.

Gaya Bahasa penegasan yang termasuk dalam majas penegasan adalah :

1) Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang

ditegaskan. Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum

ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang

Negara.

2) Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah

jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak

diperlukan. Contoh: Darah merah membasahi baju dan tubuhnya.

3) Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu

kalimat. Contoh: Sekali merdeka tetap merdeka.

4) Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau

bagian kata yang berlainan. Contoh: bolak-balik

5) Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. Contoh:

Keras-keras kena air lembut juga.

6) Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau

klausa yang sejajar. Contoh:Jika kamu minta, aku akan datang.

7) Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.

Contoh: Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan.

8) Sigmatisme: Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu.

9) Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi

dengan makna yang berlainan. Contoh: Ada dua buah rumah kaca di

halaman rumah Pak Saiman.


24

10) Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang

sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang

kompleks/lebih penting. Contoh: Kesengsaraan membuahkan

kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan

11) Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari

yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang

sederhana/kurang penting. Contoh: Ketua pengadilan negeri itu

adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya.

12) Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat

sebelum subjeknya.Contoh: Pergilah ia meninggalkan kami,

keheranan kami melihat peranginya.

13) Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung

di dalam pertanyaan tersebut. Contoh: inikah yang kau namai

bekerja?

14) Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat yang dalam

susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. Contoh: Risalah

derita yang menimpa ini.

15) Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap

keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang

sesungguhnya. Contoh: Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf,

silakan makan.

16) Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana,

dihubungkan dengan kata penghubung.


25

17) Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata

penghubung.

18) Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di

antara unsur-unsur kalimat. Contoh: Tiba-tiba ia- suami itu disebut

oleh perempuan lain.

19) Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

Contoh: Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.

20) Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi

bagian suatu keseluruhan. Contoh: Laut tenang. Di atas permadani

biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-

lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi.

21) Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan

maksud yang sebenarnya. Contoh: Lupakan semua ucapannya,

anggap saja angin lalu.

22) Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. Contoh:

Dok, pasien sudah selesai ditrepanasi. (Dok adalah varian dari

dokter)

23) Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang

berdampingan dalam kalimat.

24) Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu

makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Contoh: ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi

hormat kepada kami.


26

Majas Penegasan ialah majas berusaha memberikan penekanan

terhadap pengertian suatu kata atau ungkapan (Tjahjono, 2011: 73).

Majas penegasan terbagi menjadi 23 jenis berdasar pendapat Ernawati

(2014: 17—28) dan Tjahjono (2011: 73—89), yaitu majas repetisi, majas

apofasis, majas aliterasi, majas pleonasme, majas paralelisme, majas

tautologi, majas inversi, majas ellipsis, majas retoris, majas klimaks,

majas antiklimaks, majas antanaklasis, majas pararima, majas koreksio,

majas asindenton, majas polisindeton, majas eklamasio, majas alonim,

majas interupsi, majas silepsis, majas simetri, majas enomerasio, dan

majas praterito.

4. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Pengertian Pembelajaran

Hamalik (2001: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Suatu sistem pembelajaran memiliki tiga ciri utama, ialah

memiliki rencana khusus, saling ketergantungan antar unsur-unsurnya,

dan tujuan yang hendak dicapai (Hamalik, 2001: 77). Jadi pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur tertentu yang

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan tertentu dengan tiga ciri

utama.

Menurut Winaputra (Muktiani, 2014: 26) pembelajaran merupakan


27

kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilititasi, dan

meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh

karena itu pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistematik

untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar,

maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan

jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus

menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena

pembelajaran. Merujuk dari pendapat di atas bahwa pembelajaran yakni

kegiatan yang dilakukan dalam upaya sistematis dan sistemik serta untuk

meningkatkan pembelajaran yang kaitannya dengan jenis hakikat, jenis

belajar serta hasil, belajar oleh peserta didik. Jadi, pembelajaran

merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru dalam proses

pembelajaran peserta didik.

Menurut Pane dan Daposang (2017: 337) pembelajaran pada

hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi

lingkungan yang ada disekitar peserta didik, sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.

Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau

bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar.

Menurut trianto (pane dan daposang, 2017: 338) pembelajaran

adalah aspek kegiatan yang kompleks dan tidaj dapat dijelaskan

sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat diartikan sebagai

produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalman


28

hidup. Pada hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa pembelajaran

merupakan udaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta

didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar

lain) dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai. Dari uraian tersebut,

maka terlihat jelas bahwa pembelajaran itu adalah interaksi dua arah dari

pendidikdan peserta didik, di antara keduanya terjadi komunikasi yang

terarah menuju kepada target yang telah di teteapkan. Merujuk dari

pendapat ahlli di atas bahwa pembelajaran merupakan kegiatan seorang

pengajar yaitu guru dalam mendidik para siswa dan menjadikan para

siswa tersebut dalam kondisi sedang belajar.

Menurut Ismati dan Umaya (2012: 46) pembelajaran bahasa

indonesia tentunya di arahkan untuk meningkatan kemampuan peserta

didik agar dapat berkomunikasi secara lisan maupun tertulis. Belajar

mengungkapkan maksud sesuai dengan konteks lingkungan dengan jelas

serta menggunakan bahas yang baik dan benar. Terlebih peserta didik

akan selalu berkomunikasi dengan pendidik, hal itu yang menjadi

perhatian penting dalam kemampuannya berkomunikasi. Dalam uraian

tersebut dapat di simpulkan bahwa pembelajaran adalaah proses

komunikasang baik dengan maksud dan penyampaian yang sesuai antara

peseta didik dan pendidik.

Lestari (2018: 88) mengartikan pembelajaran sebagai kesatuan

tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik

dengan memperhitungkan kejadian eksternal internal yang berlangsung


29

pada pesrta didik. Tindakan yang berlangsung pada peserta didik adalah

komunikasi peserta didik pada kejadian eksternal yang berperan terhadap

rangkaian kejadian internal pada komunikasinya dengan pendidik. Dalam

uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa pembelajaran menjadi satu

kesatuan penting dalam pembelajaran terhadap peserta didik.

Belajar merupakan suatu komponen pendidikan yang berkenaan

dengan tujuan bahan acuan interaksi. Teori-teori yang di kembangkan

dalam komponen ini meliputi teori tentsng tujuan pendidikan, organisasi

kurikulum, dan modul-modul pengembangan kurikulum. Belajar selalu

dikaitkan dengan kegiatan perubahan pemahaman melalui suatu

komponen yang terdapat dari apa yang di pelajari dan selalu bergerak

pada hal yang dituju untuk menjadi sebuah ilmu.

Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang

wajib di ikuti oleh semua siswa di Indonesia, mulai pendidikan dasar

sampai perguruan tinggi, sebagai dasar untuk berkomunikasi.

b. Tujuan pembalajaran bahasa Indonesia

Tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan

keteramppilan peserta didik dalam Bahasa Indonesia. Pengetahuan

bahasa diajarkan untuk menunjukan peserta didik terampil berbahasa,

yakni terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keterampilan berbahasa hanya bisa di kuasai dengan latihan yang terus

menerus dan sistematis, yakni harus sering belajar, berlatih, dan


30

membiasakan diri. Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program

untuk mengembangkan keterampilan berbahasa dan sikap positif

terhadap Bahasa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

daan menulis.

Belajar Bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh

karena itu, pembelajaran bahasa di arahkan untuk meningkatgkan

kemampuan belajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Hal

ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi belajar bahasa di

arahkan kedalam empat subjek, yaitu membaca, berbicara, menyimak,

dan mendengarkan. Seseorang mempelajari suatu bertujuan untuk

memiliki penguasaan kemapuan berbahasa atau kemampuan

berkomunikasi melalui bahasa yang di gunakannya, kemampuan ini

melibatkan 2 hal, yaitu (1) kemampuan untuk menyampaikan pesan, baik

secara lisan ( melalui berbicara) maupujn tertulis (melalui tulisan), serta

(2) kemampuan memahami, menafsirkan, dan menerima pesan, baik

yang di sampaikan lisan (melalui kegiataan menyimak) maupun tertulis (

melalui kegiatan membaca)

B. Hasil Penelitian yang Relevan


1. Nama : Angle Widya Ningsih, Gusni Hutabarat, Juliani Rosmaida

dan Hutahaean, Junita Karlina, Trisnawati Hutagalung

Judul : Analisis Gaya Bahasa Dalam Cerpen “Maryam” Karya

Afrion
31

Jurnal : Jurnal Bahasa, Vol 9, No. 4 (2020), e-ISSN 2579-7957, p-

ISSN 2302-5411

Universitas : Universitas Negri Medan

Url : https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/kjb/article/vie

w/22026/14773

Simpulan : Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap

cerpen Maryam dapat disimpulkan bahwa isi cerita dalam

cerpen yang dianalisis mengandung majas penegasan.

Majas perbandingan terdapat gaya bahasa hiperbola,

polisendon, retorika, paralelisme, pleonasme, dan repetisi.

Majas perbandingan terdapat gaya bahasa alegori,

eufemisme, simbolik, dan fersonifikasi. Majas sindiran

terdapat gaya bahasa yaitu sinisme, dan sarkasme. Gaya

bahasa lainnya terdapat eklamasio.

2. Nama : Nur Aini Syah

Judul : Penggunaan Gaya Bahasa Penegasan pada Naskah Pidato

Kenegaraan Presiden RI dalam Rangka Hari Proklamasi

Kemerdekaan RI yang Ke-70

Jurnal : Journal of Linguistics, Vol 4, No.2 (2019), e-NISSN

2527-2969. p-ISSN 2503-2658

Universitas : Universitas Sebelas Maret

Url : https://jurnal.uns.ac.id/pjl/article/view/19670/24599
32

Simpulan : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

gaya bahasa penegasan di dalam pidato kenegaraan

presiden RI yang ke-70 terdapat 10 gaya bahasa penegasan

yaitu: gaya bahasa apositif, pleonasme, repetisi, aliterasi,

paralisme, tautalogi, sigmatisme, klimaks, eksklamasio

dan enumerasio. Gaya bahasa penegasan yang dominan

adalah gaya bahasa enumerasio. Gaya bahasa penegasan

berpengaruh kepada para pendengar tentang uraian

presiden mengena hal-hal yang menggembirakan dan yang

kurang menggembirakan. Adapun gaya bahasa penegasan

yang dominan ialah enumerasio yang mana presiden

Jokowi memaparkan indonesia adalah bangsa yang besar.

Namun ada sejumlah cobaan datang menerpa. Meski

demikian presiden Jokowi optimistik bahwa Indonesia

dapat mengatasi segala persoalan yang menghadang.

Sedangkan gaya bahasa penegasan yang dominan ke dua

adalah repetisi. Repetisi di sini berpengaruh pada

penegasan presiden RI tentang sesuatu hal yang dianggap

penting.

3. Nama : Semi Mangiri dan Betrhin Simega

Judul : Penggunaan Gaya Bahasa Penegasan dalam Novel Jangan

Bersedih karya Eidelweis Almira


33

Jurnal : Jurnal Mataallo, Vol 1, No. 2 (2019): Mataallo Mayarakat

Peneliti Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran, p-ISSN 2620-

3561

Universitas : Universitas Kristen Indonesia Toraja

Url : http://ukitoraja.ac.id/journals/index.php/mataallo/article/

view/1330

Simpulan : Jenis gaya bahasa penegasan yang terdapat di dalam novel

jangan Bersedih karya karya Eidelweis Almira, adalah

sebagai berikut. Gaya Bahasa Repetisi (1) Susah sekali

untuk ikhlas, susah sekali ini, susah sekali berjiwa besar (

JB, 2014: 1) ( Data nomor 1 ) (2) Sulit sekali untuk lapang

dada, sulit sekali melihat kenyataan ini, Sulit sekali

membuang rasa sedih ini. ( JB, 2014: 1) ( Data nomor 2 )

(3) Tak mudah untuk menerima semua, tak mudah untuk

bisa sabar, tak mudah untuk bisa tabah. ( JB, 2014: 1) ( Data

nomor 3 ) (4) Yah Tuhan inikah bencana? Ya Tuhan inikah

musibah, ya Tuhan apa lagi ini. ( JB, 2014: 4) ( Data nomor

4 ) (5) Sabar Mas, sabarlah… Sabar gimana San? Yah sabar

tabah. ( JB, 2014: 6) ( Data nomor 6 ) (6) Bos!Bos! buruh

yang benar. ( JB, 2014: 14) ( Data nomor 8 ) (7) Masih

banjir, ya? Masih pak, masih di pengugsian. ( JB, 2014: 18)

( Data nomor 9 ) Gaya Bahasa Klimaks (1) Kembali aku

protes, mengeluh dengan sekian musibah yang beruntun


34

menimpa, melanda keluargaku. ( JB, 2014: 4) ( Data nomor

5 ) (2) Dasar rakus! Pengembang tikus! Koruptor. ( JB,

2014: 11) ( Data nomor 7) (3) Pendidikan hanya Sekolah

Dasar dan Sekolah menengah Pertama, malu sama kamu

yang SMA. ( JB, 2014: 26) ( Data nomor 13 ) (4) Hanya

harus berusaha, berdoa, dan ikhlas. ( JB, 2014: 26) ( Data

nomor 15) (5) Dan sejak saat itu, ibadahku semakin kuat,

aku terus mensyukuri segala nikmatnya tak henti mengucap

syukur. ( JB, 2014: 28) ( Data nomor 19 ) (6) Satu kali kita

mensyukuri nikmat Allah akan datang ribuan kali

nikmatnya kembali. ( JB, 2014: 29) ( Data nomor 20 ) (7)

Saat itu aku sedang menikmati masa bulan madu, menikah

dengan wanita pilihanku, dan menempati rumah baru di

sebuah perumahan yang berada di daerah Sidoarjo. ( JB,

2014: 37) ( Data nomor 26 ) (8) Sejak lumpur mulai

merembes dan menyenangi rumah kami, kami pun akhirnya

mengepak barang apa adanya dan memutuskan mengungsi

ke rumah ibuku di dekat alun-alun kota Sidoarjo. ( JB,

2014: 43) ( Data nomor 29 ) Gaya Bahasa Sigmatisme (1)

Sama-sama Pak! Semangat ya! ( JB, 2014: 22) ( Data

nomor 10 ) (2) Awas jika habis ini tetap mengeluh, siap-

siap aja terima bencana lain. ( JB, 2014: 25) ( Data nomor

12 ) (3) Jangan salahkan pendidikan mas, siapaun boleh


35

punya keinginan, harapan, cita-cita setinggi lanjit. ( JB,

2014: 26) ( Data nomor 14 ) (4) Syukuri juga anak kita

sempurna, normal, sehat, hal yang sering tak bisa sadari,

punya anak itu sebuah nikmat luar biasa mas. ( JB, 2014:

27) ( Data nomor 16 ) (5) Makanya mas mulai sekarang

solat lagi yah? ( JB, 2014: 27) ( Data nomor 17 ) (6) Ya

ngak Santi sayang. ( JB, 2014: 28) ( Data nomor 18 ) (7) Iya

ini sangat serius Sita. ( JB, 2014: 31) ( Data nomor 21)

Gaya Bahasa Pleonasme (1) Hatiku begitu berbunga-bunga

pagi ini, tanpa aku duga begitu besar hikmah dibalik

musibah banjir bandang. ( JB, 2014: 22) ( Data nomor 11 )

(2) Rasanya hati hancur melihat rumah Asri kami larut oleh

genangan lumpur yang tak bisa dielak lagi. ( JB, 2014: 44) (

Data nomor 30 ) (3) Begitu cepatnya semua terjadi. Musnah

sudah semua yang jadi kenangan dan harapan di rumah

mungil kami. ( JB, 2014: 44) ( Data nomor 31 ) (4) Suara

Wina tenggelam dengan teleponnya yang tiba-tiba mati. (

JB, 2014: 56) ( Data nomor 34 ) (5) Tangisku meledak

angkasa dengan tangis kedua adikku. ( JB, 2014: 57) ( Data

nomor 35 ) Gaya Bahasa Eksklamasio (1) Ih, kayak lagunya

KLA aja! ( JB, 2014: 31) ( Data nomor 22 ) (2) Eh, tapi aku

serius sit! ( JB, 2014: 33) ( Data nomor 23 ) (3) Ah! Ayo

buruan. ( JB, 2014: 31) ( Data nomor 25) (4) Aduh! Jangan
36

ke mana-mana dulu Sit! ( JB, 2014: 31) ( Data nomor 28)

(5) Woi! Mau naik ke mana nih? ( JB, 2014: 67) ( Data

nomor 36 ) (6) Duh! ini konyol. ( JB, 2014: 67) ( Data

nomor 37) (7) Wah! Dari situ aja sudah keren bangat. ( JB,

2014: 67) ( Data nomor 39 ) Gaya Bahasa Aliterasi (1)

Sangat seius sekali. ( JB, 2014: 31) ( Data nomor 24 ) (2)

Sejak Sita hamil, dia semakin kuat ibadahnya, sering

mengaji, hal ini membuatku semakin semangat bekerja

keras. ( JB, 2014: 39) ( Data nomor 27)(3) Sudahlah Sit,

sabar! ( JB, 2014: 46) ( Data nomor 33 ) (4) Sita, semua

akan baik-baiik saja. ( JB, 2014: 46) ( Data nomor 38 ) (5)

Kenapa ketawa kak? ( JB, 2014: 67) ( Data nomor 38) (6)

Maling! Penipu, pembohong, penjahat. ( JB, 2014: 138) (

Data nomor 42 ) Gaya Bahasa Inversi (1) Pertolongan

Tuhan. ( JB, 2014: 85) ( Data nomor 40 ) (2) Nonton kak! (

JB, 2014: 87) ( Data nomor 41 ) (3) Perjelas lagi sus. ( JB,

2014: 146) ( Data nomor 43 ) (4) Pintar mereka itu! ( JB,

2014: 147) ( Data nomor 44 (5) Pelan-pelan Sus! ( JB,

2014: 153) ( Data nomor 45 ) (6) Bantu Gue! ( JB, 2014:

173) ( Data nomor 46 (7) Terbukti kata-kata Sugi sekian

tahun yang lalu. ( JB, 2014: 175) ( Data nomor 47 ).

Berdasarkan hasil analisis yang dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapatlah disimpulkan bahwa gaya


37

bahasa penegasan seperti yang dikemukakan oleh Sudarsa

yang menyatakan bahwa gaya bahasa penegasan ada dua

puluh macam, tetapi hasi penelitian ini hanya ditemukan

tujuh jenis gaya bahasa penegasan pada novel Jangan

Bersedih karya Eidelweis Almira. (1) Gaya bahasa repetisi

(2) Gaya bahasa klimaks (3) Gaya bahasa sigmatisme (4)

Gaya bahasa pleonasme (5) Gaya bahasa eksklamasio(6)

Gaya bahasa aliterasi (7) Gaya bahasa inversi.

4. Nama : Yuliana Sarini dan M. Shoim Anwar

Judul : Analisis Gaya Bahasa Perbandingan dan Penegasan dalam

Lirik Lagu Daerah Manggarai

Jurnal : Jurnal Ilmiah Buana Sastra (2017)

Universitas : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Url : https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/bastra/article/down

load/3571/2808

Simpulan : Lirik lagu “Mata Leso Ge” (Matahariku) karya Ivan

Nestroman menunjukan bentuk penggunaan gaya bahasa

metafora. Dalam konteks tuturan pada lirik lagu tersebut,

yakni membandingkan dua hal yang berbeda.

Perbandingan yang ditunjukan dalam lirik lagu di atas

bagaimana seorang cowok yang membandingkan

ceweknya sebagai “mata leso ge” (matahariku)“wulang


38

mongko” (bulan purnama), “ntala gewang” (bintang

kejora), dan “lo’o capu gula” (embun pagiku). Dua hal

yang berbeda di sini yaitu antara manusia dan benda

yakni “mata leso” (matahari), “wulang mongko” (bulan

purnamaku), “ntala gewang” (bintang kejora), “lo’o capu

gula” (embun pagi). Berdasarkan hasil analisis dapat

disimpulkan bahwa dalam lirik lagu daerah Manggarai

ditemukan dua jenis gaya bahasa yang paling menonjol

yakni, gaya bahasa perbandingan dan gaya bahasa

penegasan.

5. Nama : Devia Afredita

Judul : Penggunaan Gaya Bahasa Penegasan dalam Kumpulan

Cerita Distilasi Alkena karya Wira Nagara

Jurnal : Jurnal Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia, Vol xxx,

No. X (2019), p-ISSN 2337-7712, e-ISSN 2598-8271

Universitas : STKIP PGRI Jombang

Url : https://repository.stkipjb.ac.id/index.php/student/article/

viewFile/792/670

Simpulan : Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut : 1. Bentuk penggunaan gaya bahasa

penegasan yang ditemukan dalam kumpulan cerita Distilasi


39

Alkena karya Wira Nagara adalah gaya bahasa retoris untuk

menunjukan kalimat tanya tak bertanya, sering menyatakan

kesangsian atau bersifat mengejek yang ditandai dengan

adanya kata tanya apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana,

kenapa, berapa, dan sering juga disertai dengan imbuhan

“kah”. Partikel –kah tersebut berfungsi sebagai penegas

dalam kalimat tanya dan juga dilengkapi dengan tanda

tanya (?). Gaya bahasa retoris tersebut juga tidak

membutuhkan respon berupa jawaban langsung karena

jawaban yang sebenarnya sudah diketahui oleh si penanya.

Contoh : Sebegitu hinakah rasa pahit? Bukankah hal terbaik

dari kehidupan adalah menikmati kesedihan? 2. Bentuk

penggunaan gaya bahasa penegasan yang ditemukan dalam

kumpulan cerita Distilasi Alkena karya Wira Nagara adalah

gaya bahasa interupsi yaitu gaya bahasa yang

mempergunakan sisipan berupa frasa ditengah-tengah

kalimat pokok dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu

dalam kalimat tersebut yang ditandai dengan adanya sisipan

frasa ditengah kalimat pokok. Apabila frasa atau kata

tersebut dihilangkan, masih bisa menjadi kalimat yang utuh.

Contoh : Hening -begitu sunyi- dan akhirnya kita mengerti;

tak akan pernah ada dia lagi. 3. Bentuk penggunaan gaya

bahasa penegasan yang ditemukan dalam kumpulan cerita


40

Distilasi Alkena karya Wira Nagara adalah gaya bahasa

eksklamasio untuk menegaskan sesuatu yang ditandai

dengan adanya pemakaian kata-kata seru seperti ah, uh, cuh,

dan biasanya diikuti partikel ‘lah’ seperti sudahlah. Partikel

‘lah’ tersebut berfungsi untuk memberi ketegasan pada

kalimat deklaratif dan sering juga dilengkapi dengan

penggunaan tanda seru (!). Contoh : Ah, mereka tak biasa

menikmati lara.

6. Nama : Dedeh Ayu Aden Prastika Songohano, Aris Badara, dan

Sumiman Udu

Judul : Gaya Bahasa Perbandingan dan Penegasan dalam Novel

Kutukan Tanah Buton karya Safarudin

Jurnal : Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 4, No. 1 (2019), e-ISSN

2503-3875

Universitas : Universitas Halu Oleo

Url : http://ojs.uho.ac.id/index.php/BASTRA

Simpulan : Berdasarkan hasil penelitin dan pembahasan pada

penelitian analisis gaya bahasa perbandingan dan penegasan

pada novel Kutukan Tanah Buton karya Safarudin, dapat

diperoleh kesimpulan di bawah ini. Berdasarkan hasil

penelitian, menunjukan bahwa dalam novel Kutukan Tanah

Buton karya Safarudin terdapat 2 gaya bahasa perbandingan


41

dan terdapat 5 gaya bahasa pertentangan. Kedua gaya

bahasa perbandingan itu ialah gaya bahasa simile dan

hiperbola, sedangkan pada gaya bahasa penegasan yaitu

gaya bahasa repitisi, aliterasi, elepsis, retoris dan eklamasio.

Penggunaan gaya bahasa perbandingan dan pertentangan

yang bervariasi menambah keindahan pada novel Kutukan

Tanah Buton karya Safarudin. Selain itu, pemakaian

berbagai macam gaya bahasa perbandingan dan penegasan

mempunyai peranan penting dalam mendukung karangan

seorang penulis Safarudin.

C. Kerangka Berpikir

Komunikasi antar sesama sangat dibutuhkan antara manusia dalam

kehidupan sehari hari. Komunikasi tesebut di perantarai menggunakan Bahasa.

Dalam melakukan komunikasi, manusia seharusnya mengutarakan pendapat

dan pandangannya dalam bahasa yang mudah dipahami sehingga pesan yang

ingin di sampaikanpun dapat di terima dengan baik. Dalam menyampaikan

sebuah pesan dapat di sampaikan melalui berbagai media, antara lain yaitu

melalui lagu atau musik.

Musik adalah salah satu cara manusia menyampaikan sebuah pesan

melalui lirik lagu yang di sajikan dengan nada untuk menambah nilai estetik.

Pesan yang disampaikan dari sebuah lagu ada yang dengan mudah dapat di
42

pahami, tetapi ada juga yang menggunakan gaya bahasa atau majas dalam

menyampaikan sebuah pesan dalam lagunya tersebut.

Dalam lagu “ Tutur batin” dan “Merakit” karya Yura Yunita, terdapat

pesan yang ingin di sampaikan dengan menggunakan gaya bahasa penegasan

yang dapat menambahkan kesan indah, menarik dan dapat menyampaikan isi

pesan secara baik tanpa haus menampilkannya secara terang-terangan. Gaya

bahasa penegasan memang diperlukan untuk menegaskan atau menekankan

suatu pesan, tetapi masih banyak penikmat lagu yang belum paham arti dari

setiap gaya bahasa penegasan tersebut.

Lagu “Merakit” karya Yura Yunita merupakan salah satu lagu dari album

ke-2 yang bernama “Merakit” yang liris pada 21 September 2018. Dalam

penelitian ini menggunakan subjek lirik lagu “Merakit” terdapat makna yang

ingin disampaikan yaitu makna motivasi dalam bermimpi. Untuk lebih jelasnya

dapat di lihat melalui bagan tersebut.


43

Yura Yunita

Tutur Batin Merakit

1. Tenang
2. Tutur Batin 1. Buka Hati
3. Dunia Tipu-Tipu 2. Harus Bahagia
4. Mau Kemana 3. Kata Hilang Makna
5. Sudut Memori 4. Merakit
6. Mulai Langkahmu 5. Dekap
7. Hoolala 6. Malam Sepi
8. Andai Saja 7. Apakah Kamu
9. Bandung 8. Intuisi
10. Hobi Ghosting 9. Takkan Apa
11. Duhai Sayang

Gaya Bahasa Penegasan

Implikasinya terhadap
Pembelajaran Bahasa
Indonesia

Simpulan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode deksriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2017: 9) menyatakan bahwa

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat post positivisme atau enterpretetif, digunakan untuk meneliti kondidi

objek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan observasi,

wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh cenderung kualitatif, analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian bersifat untuk memahami

makna, memahami keunikan, mengkonstruksi fenomena, dan menemukan

hipotesis”.

Metode penelitian deksriptif memiliki tujuan untuk menyelidi keadaan

dan menggambarkan serta mendeskripsikan berbagai fakta yang ditemukan.

Kemudian menghubungkan antara satu dengan lainnya, yang hasilnya akan

dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memilih menggunakan

metode tersebut karena menyesuaikan dengan tujuan yaitu untuk melakukan

penelitian tentang Gaya Bahasa Penegasan dalam Album Musik Tutur Batin

dan Merakit karya Yura Yunita dan Implikasinya terhadap Pembelajaran

Bahasa Indonesia.

44
45

B. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis dam merincikan semua bentuk hasil penelitian dengan jelas. Data

dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk Majas Penegasan yang terdapat

dalam album musik Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita. Teknik

pengumpulan dara yang digunakan penulis di dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi.

Dalam kegiatan penelitian tersebut, untuk menganalisis data guna

mencapai tujuan penelitian penulis menggunakan beberapa teknik analisis data.

Teknik analisis dalam penelitian ini yaitu dengan cara memfokuskan analisis

majas penegasan yang ada album musik Tutur Batin dan Merakit karya Yura

Yunita. Adapun dalam album musik ini adalah makna-makna dari majas

penegasan tersebut.

C. Fokus dan Subfokus


1. Fokus

Untuk mempermudah dalam menganalisis penelitian ini, maka penulis

memfokuskan penelitian ini tentang majas penegasan dalam album musik

Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita. Album Tutur Batin dirilis pada

tahun 2021 dan Merakit dirilis pada tahun 2018 karya Yura Yunita , Album

Tutur Batin mempunyai 11 lagu dan album Merakit mempunyai 9 lagu


46

2. Subfokus

Penelitian ini juga memiliki subfokus penelitian yaitu tentang Majas

Penegasan yang terdiri dari dua belas macam jenis yaitu, Tautologi,

Aliterasi, Repetisi, Preterisio, Inversi, Pararima, Apofasis, Interupsi,

Pleonasme, Asindenton, Ekslamsio, Kolokasi.

D. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian menurut Sugiyono (2018: 102) instrumen penelitian

adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial

yang diamati.

Berdasarkan pengertian tersebut maka instrumen penelitian adalah sarana

yang harus dibuat untuk menampung dan mengolah berbagai data yang akan

dikumpulkan dalam penelitian. Jika penelitian yang dilakukan melibatkan

survei, maka instrumen yang dibuat adalah angket yang berisi pertanyaan dan

jawaban yang sesuai untuk penelitian.

Tabel 3.1
Instrumen klasifikasi data Majas Penegasan dalam album musik Tutur Batin
dan Merakit karya Yura Yunita

No. Judul Album Judul Lagu Durasi Temuan Jenis Majas

1.

2.

3.

4.

5.
47

Tabel 3.2
Instrumen Rekapitulasi Majas Penegasan dalam album musik Tutur Batin
dan Merakit karya Yura Yunita

No. Jenis-jenis Majas Penegasan Jumlah Temuan Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

Jumlah

Menghitung data hasil rekapitulasi di atas dengan menggunakan rumus, sebagai

berikut:
𝑥
Ʃ =𝑦 𝑋 100%

Keterangan :

Ʃ : data yang dicari

x : jawaban dari data

y : jumlah sampel

100% : bilangan tetap

E. Teknik Pencatatan Data


Teknik yang digunakan dalam pencatatan data hasil penelitian ini adalah

menganalisis Gaya Bahasa Penegasan dalam album Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia.


48

Oleh karena itu, teknik pencatatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendengarkan lagu-lagu yang ada dalam album Tutur Batin karya Yura

Yunita.

2. Mendengarkan lagu-lagu yang ada dalam album Merakit karya Yura Yunita.

3. Mencari lirik-lirik lagu dalam album Tutur Batin dan Merakit karya Yura

Yunita.

4. Mengidentifikasikan dan mencatat penggunaan gaya bahasa penegasan.

5. Mengklasifikasikan jenis majas penegasan.

6. Melakukan pengecekan kembali terhadap hasil penelitian, dan

7. Menyimpulkan penelitian yang telah dilakukan.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Teknik pemeriksaan keabsahan data adalah tentang suatu standar

kebenaran dari data hasil penelitian yang lebih menekankan pada data atau

informasi dan pada penelitian ini untuk menentukan keabsahan data

memerlukan teknik pengujian yaitu, teknik triangulasi. Menurut Moleong

(Kasiyan, 2015: 6) teknik triangulasi dengan sumber berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu,

maka ditempuhlah langkah-langkah sebagai berikut:

Pertama, penulis mencari referensi lagu/album musik serta memilih

album musik Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita.

Kedua, penulis mendengarkan lagu-lagu yang ada dalam album musik


49

Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita dan mencari tahu mengenai arti

atau pesan serta permasalahan yang terdapat dalam album musik tersebut.

Ketiga, penulis memutuskan memilih permasalahan mengenai gaya

bahasa penegasan berdasarkan masalah pada album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Keempat, penulis mengidentifikasi dan menganalisa bagian-bagian

kalimat yang termasuk ke dalam penelitian pada gaya bahasa penegasan.

Kelima, penulis menarik sebuah simpulan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi informasi penelitian


Sumber informasi dalam penelitian ini berasal dari kumpulan lirik lagu

album musik Tutur Batin Dan Merakit Karya Yura Yunita. Perilisan album

musik Tutur Batin pada tahun 2021 Dan Merakit pada tahun 2018 karya Yura

Yunita. Album Tutur Batin mempunyai 11 lagu dan album Merakit

mempunyai 9 lagu, penulis menganalisis tiap lirik lagu pada album Tutur Batin

dan Merakit yang mengandung gaya bahasa penegasan. Merakit merupakan

album kedua karya penyanyi dan penulis lagu Indonesia Yura Yunita. Album

ini dirilis pada 21 September 2018 melalui label rekaman Ayura. Album ini

didukung oleh tiga lagu utama, "Intuisi", "Harus Bahagia", dan "Takkan Apa".

Album ini meraih nominasi Album Terbaik- Terbaik pada ajang Anugerah

Musik Indonesia 2019. Pada 2 Agustus 2019, Yura merilis versi deluxe dari

album ini dengan tambahan tiga lagu, yaitu versi langsung di studio dan piano

untuk lagu "Get Along with You", serta versi orkestra lagu "Cinta dan Rahasia".

Tutur Batin mengungkapkan segala hal yang berkaitan dengan hati, jiwa,

dan semangat. Yura Yunita menuangkan banyak sekali rasa. Pengakuan diri

yang tak sempurna tertuang di lagu yang bertajuk sama dengan album ini,

“Tutur Batin”. Setelah mendapatkan banyak tuntutan, seseorang melanjutkan

perjalanan merawat suasana hatinya. Lirik penutup yang percaya diri, takkan

kau temukan yang sebaik ini, jiwa yang terbaik itu hanya aku.

50
51

Album Merakit menjadi gambaran nyata perjalanan karirnya setelah

melewati begitu banyak momen penting, fase terbaik dan terburuk dalam

hidupnya. Berkarya melalui musik adalah salah satu wujud pendewasaan Yura

Yunita sebagai perempuan dan musisi independen. Melalui musik juga, Yura

Yunita mencurahkan segala rasa di dalam hatinya, yang dirakit jadi rangkaian

lagu-lagu yang terdapat dalam album ‘Merakit’.“Album ‘Merakit’ bercerita

tentang cara saya berproses dalam merakit mimpi dan pendewasaan diri

sebagai perempuan, bermusik, dan berkarya. Sangat tidak mudah untuk ada di

titik ini. Saya pernah merasa dibatasi, dihalangi jalannya, namun jiwa seni saya

tidak bisa dibendung. Dia selalu aman terjaga. Pelan-pelan, dengan penuh

keyakinan, semua kembali saya rakit. Album ini punya arti yang begitu

penting bagi saya. Ini adalah langkah kedua dari perjalanan saya yang baru

dimulai Album ‘Merakit’ terdiri dari 9 lagu yang diciptakan sendiri oleh Yura

Yunita. Selain itu, musisi seperti Yovie Widianto, Tulus, Iwan Popo, dan

Donne Maulana juga terlibat dalam proses pembuatan album ‘Merakit’. Seperti

di album pertama yang telah dirilis sebelumnya, Yura Yunita kembali bekerja

sama dengan Ari Renaldi untuk memproduseri hampir semua lagu yang ada di

album ‘Merakit’.

Album musik Tutur Batin dan Merakit ini digunakan untuk mendapatkan

hasil dalam penelitian tentang majas penegasan yang digunakan dalam lirik

lagu-lagu yang terdapat di kedua album tersebut. Penulis berusaha untuk

memahami isi pesan dari lagu-lagu tersebut, serta dapat membantu dalam

proses analisis majas penegasan. Deksripsi informasi penelitian yang berkaitan


52

dengan majas penegasan dalam album Tutur Batin dan Merakit Yura Yunita

yang meliputi:

1. Informasi dalam Majas Tautologi dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Tautologi dapat ditemukan dalam lagu Tenang dalam album Tutur

Batin karya Yura Yunita. Majas Tautologi ini diartikan sebagai pengulangan

pernyataan, gagasan, atau kata yang berlebih dan sebenarnya tidak

diperlukan karena memiliki makna yang sama. Jadi majas tautologi dapat

didefinisikan sebagai gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata

atau menggunakan kata yang memiliki makna serupa untuk memberikan

penegasan lebih.

2. Informasi dalam Majas Aliterasi dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Aliterasi dapat ditemukan dalam lagu Tutur Batin dalam album Tutur

Batin dan dalam lagu Buka Hati dan Intuisi dalam album Merakit karya

Yura Yunita. Majas Aliterasi adalah Majas yang menggunakan pengulangan

“huruf mati” konsonan pada awal kata setidaknya dua kali.

3. Informasi dalam Majas Repetisi dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Repetisi dapat ditemukan dalam lagu Dunia Tipu-Tipu dan Mau

Kemana dalam album Tutur Batin karya Yura Yunita. Fungsi utama majas

repetisi adalah pemanis di dalam karya sastra puisi. Oleh karena itu, tidak

heran kalau majas pengulangan atau repetisi dikenal sebagai alat puitis
53

murni. Keberadaan majas repetisi di dalam puisi akan memberi tekanan

lebih ke dalam serangkaian kata serta menciptakan ritme tertentu.

4. Informasi dalam Majas Preterisio dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Preterisio dapat ditemukan dalam lagu Sudut Memori dalam album

Tutur Batin karya Yura Yunita. Majas ini menegaskan suatu hal dengan cara

seakan-akan menyangkalnya.

5. Informasi dalam Majas Inversi dalam album musik Tutur Batin dan Merakit

karya Yura Yunita.

Majas Inversi dapat ditemukan dalam lagu Mulai Langkahmu, Hobi

Ghosting dalam album Tutur Batin dan dalam lagu Dekap dalam album

Merakit karya Yura Yunita. Majas inversi adalah majas yang di dalamnya

terdapat pengubahan susunan kalimat.

6. Informasi dalam Majas Pararima dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Pararima dapat ditemukan dalam lagu Hoolala dalam album Tutur

Batin karya Yura Yunita. Majas Pararima adalah majas yang mengulang

konsonan di awal dan akhir kata atau bagian kata yang

berlainan. Contohnya: Dari balik bilik, dadaku bergetar getir.

7. Informasi dalam Majas Apofasis dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Apofasis dapat ditemukan dalam lagu Andai Saja dalam album Tutur

Batin karya Yura Yunita. Majas Apofasis adalah majas yang menegaskan
54

sesuatu dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

8. Informasi dalam Majas Interupsi dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Interupsi dapat ditemukan dalam lagu Bandung dalam album Tutur

Batin karya Yura Yunita. Majas Interupsi adalah majas yang menyisipkan

keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

9. Informasi dalam Majas Pleonasme dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Pleonasme dapat ditemukan dalam lagu Duhai Sayang dalam album

Tutur Batin dan dalam lagu Apakah Kamu dalam album Merakit karya Yura

Yunita. Majas Pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan

pada pernyataan yang telah jelas sehingga keterangan tersebut sebenarnya

tidak diperlukan

10. Informasi dalam Majas Asindeton dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Asindeton dapat ditemukan dalam lagu Harus Bahagia dalam album

Merakit karya Yura Yunita. Majas Asindeton adalah majas yang

menyebutkan beberapa hal secara berturut-turut tanpa menggunakan

konjugtor.

11. Informasi dalam Majas Ekslamasio dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Ekslamasio dapat ditemukan dalam lagu Merakit dalam album

Merakit karya Yura Yunita. Majas Eksklamasio adalah majas yang


55

menggunakan kata seru untuk penegas.

12. Informasi dalam Majas Kolokasi dalam album musik Tutur Batin dan

Merakit karya Yura Yunita.

Majas Kolokasi dapat ditemukan dalam lagu Malam Sepi dalam album

Merakit karya Yura Yunita. Majas Kolokasi adalah majas yang berupa

asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam

kalimat. Contohnya: Susah memang berurusan dengan si kepala

batu. ("Kepala Batu" asosiasi tetap "Kepala" dan "Batu").

B. Deskripsi Temuan Penelitian


Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam album musik Tutur

Batin dan Merakit karya Yura Yunita. Maka penulis mendeskripsikan hasil

temuannya ke dalam tabel 4.1 tersebut.

Tabel 4.1
Hasil temuan Majas Penegasan dalam album musik Tutur Batin dan Merakit
karya Yura Yunita

Judul
No. Judul Lagu Durasi Temuan Jenis Majas
Album

Tenang, tenang yang tak

kunjung datang

Tutur 4:08 Menanti-nanti cahaya-Mu, Majas


1. Tenang
Batin Menit beri aku petunjuk-Mu Tautologi

Tenang, tenang, oh,

datanglah tenang hari ini


56

Tutur batinku tak akan salah

Silakan pergi, ku tak rasa

kalah
Tutur 3:36 Majas
2. Tutur Batin Namun, percayalah, sejauh
Batin Menit Aliterasi
mana kau mencari

Takkan kau temukan yang

sebaik ini

Puja-puji tanpa kata ,Mata


Majas
Tutur Dunia Tipu- 3:39 kita yang bicara Selalu
3. repetisi
Batin Tipu Menit nyaman bersama ,Janji

takkan ke mana mana.”

Hentikan dusta berkata

saling bahagia Percuma saja

Tutur Mau 3:08 sembunyikan luka Hentikan Majas


4.
Batin kemana Menit dusta berkata saling bahagia repetisi

Percuma saja sembunyikan

luka

Mengulang sendiri Ke sudut

Tutur Sudut 3:20 memori Ruang tempat kita Majas


5.
Batin Memori Menit Saling lempar puji Kau dan Preterisio

aku punya Dunia sendiri.

Tutur Mulai 3:13 habis waktumu banyak takut Majas


6.
Batin langkahmu Menit ini itu percayalah selalu Inversi
57

bahagia menunggu incaran

yang dulu tepat di

hadapanmu jika,kamu mau

Sometimes you feel

insecure, insecure about


Tutur 3:16 Pararima
7. Holala yourself Sometimes you feel
Batin Menit Majas
not enough, not enough

about yourself

Andai kubisa mengerti arti

semua ini Mungkin jauh

Tutur 4:20 lebih kuat aku pasti Andai Majas


8. Andai Saja
Batin Menit kubisa mengerti makna Apofasis

semua ini Mungkin tiada

sesal ku hari ini hi

Nu dijungjung Dipiluhung

Tutur 3:48 Lembur tempatna indung Majas


9. Bandung
Batin Menit ngakandung Salira teh Interufsi

Bandung

Sekarang kau hilang Tanpa

ancang-ancang Buat aku


Tutur Hobi 3:14 Majas
10. kecewa Hobimu Beri
Batin Ghosting Menit Inversi
harapan palsu Aku tak sadar

itu
58

Di harummu aku hanyut Di

Tutur Duhai 3:22 hangatmu aku larut ingin Majas


11.
Batin Sayang Menit dekat-dekat Dekat di pleonasme

pelukmu

dan terbukalah hatimu,ada

jalan untuk ku ,miliki

3:21 sayangimu oh Dan Majas


12. Merakit Buka Hati
Menit terbukalah hatimu ada Aliterasi

jalan untuku,

milikmu,sayangimu oh-oh

baru putus , baru saja putus

tak perlu engkau bingung


Harus 2:54 Majas
13. Merakit (terlalu lama ) lebih baik
Bahagia Menit Asindeton
kita terus maju ,gapai mimpi

yang baru

Tak kuduga Kau tak ada


Kata
3:48 Saat hampa Makin terasa Majas
14. Merakit Hilang
Menit Tak kuduga Kau tak ada Inversi
Makna
Saat rindu Makin menyiksa

Percaya hatimu Kuatkan

4:54 dirimu Tak pernah Majas


15. Merakit Merakit
Menit menyerah Berani melangkah Ekslamasio

Percaya tangismu
59

Ku jatuh cinta kepadamu

3:37 Terasa menyenangkan 'Ku Majas


16. Merakit Dekap
Menit jatuh cinta di pelukmu Inversi

terasa menyenangkan

Aku benci malam sepi

Malam 3:18 Bimbang diri datang lagi Majas


17. Merakit
Sepi Menit Apa memang benar-benar Kolokasi

dirinya teman hidup ini

Oh, berandai-andai aku


Apakah 4:05 Majas
18. Merakit lunglai 'Tuk menggapai
Kamu Menit Pleonasme
Dirimu

Kau tak pernah tau Betapa

4:00 hati yakin untukmu, oo Kau Majas


19. Merakit Intuisi
Menit tak pernah tau Betapa aku Aliterasi

merindukanmu, uu

Berdasarkan temuan penelitian pada tabel 4.1 di atas dapar di peroleh

informasi majas penegasan dalam album musik Tutur Batin dan Merakit karya

Yura Yunita. Majas Tautologi sebanyak 1 temuan, majas Aliterasi sebanyak 3

temuan, majas Repetisi sebanyak 2 temuan, majas Preterisio sebanyak 1

temuan, majas Inversi sebanyak 4 temuan, majas Pararima sebanyak 1 temuan,

majas Apofasis sebanyak 1 temuan, majas Interupsi sebanyak 1 temuan, majas

Pleonasme sebanyak 2 temuan, majas Asindeton sebanyak 1 temuan, majas


60

Ekslamasio sebanyak 1 temuan, dan majas Kolokasi sebanyak 1 temuan.

Dari temuan tabel 4.1, tahap berikutnya adalah perhitungan persentase.

Melalui perhitungan ini akan di ketahui komposisi Majas Tautologi, majas

Aliterasi, majas Repetisi, majas Preterisio, majas Inversi, majas Pararima,

majas Apofasis, majas Interupsi, majas Pleonasme, majas Asindeton, majas

Ekslamasio, majas Kolokasi. Adapun teknik perhitungannya menggunakan

rumus sebagai berikut:

𝒙
Ʃ =𝒚 𝑿 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan :

Ʃ : data yang dicari

x : jawaban dari data

y : jumlah sampel

100% : bilangan tetap

Menggunakan teknik perhitungan di atas, maka di dapatkan persentase hasil

temuan sebagai berikut:

𝟏
1. Persentase Majas Tautologi = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓, 𝟑%

𝟑
2. Persentase Majas Aliterasi = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟓, 𝟔%

𝟐
3. Persentase Majas Repetisi = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎, 𝟓%

𝟏
4. Persentase Majas Preterisio = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓, 𝟑%

𝟒
5. Persentase Majas Inversi = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟐𝟏%

𝟏
6. Persentase Majas Pararima = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓, 𝟑%
61

𝟏
7. Persentase Majas Apofasis = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓, 𝟑%

𝟏
8. Persentase Majas Interupsi = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓, 𝟑%
𝟏𝟗

𝟐
9. Persentase Majas Pleonasme = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟎, 𝟓%

𝟏
10. Persentase Majas Asindeton = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓, 𝟑%

𝟏
11. Persentase Majas Ekslamasio = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓, 𝟑%

𝟏
12. Persentase Majas Kolokasi = 𝟏𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟓, 𝟑%

Tabel 4.2
Rekapitulasi Majas Penegasan dalam album musik Tutur Batin dan Merakit
karya Yura Yunita

No. Jenis-jenis Majas Penegasan Jumlah Temuan Persentase

1. Majas Tautologi 1 5,3%

2. Majas Aliterasi 3 15,6%

3. Majas Repetisi 2 10,5%

4. Majas Preterisio 1 5,3%

5. Majas Inversi 4 21%

6. Majas Pararima 1 5,2%

7. Majas Apofasis 1 5,3%

8. Majas Interupsi 1 5,3%

9. Majas Pleonasme 2 10,5%

10. Majas Asindeton 1 5,3%

11. Majas Ekslamasio 1 5,3%


62

12. Majas Kolokasi 1 5,3%

Jumlah 19 100%

Berdasarkan pada tabel 4.2 di atas Majas Penegasan yang paling banyak

ditemukan yaitu, Majas Inversi sebanyak 21%, majas Aliterasi sebanyak 15,6%,

majas Repetisi 10,5%,majas Pleonaseme sebanyak 10,5%, majas Tautologi 5,3%,

majas Preterisio 5,3%, majas Pararima 5,3%, majas Apofasis 5,3%, majas

Interupsi 5,3%, majas Asindeton 5,3%, majas Ekslamasio 5,3%, dan majas

Kolokasi 5,3% jika dijumlahkan seluruhnya adalah 100%.

Kolokasi; 5,30% Tautologi; 5,30%


Ekslamasio; 5,30%

Asindeton; 5,30%

Aliterasi; 15,60%

Pleonasme; 10,50%
Repetisi; 10,50%
Interupsi;
5,30%

Apofasis; 5,30% Preterisio; 5,30%

Inversi; 21%
Pararima; 5,30%

Gambar 4.1
Diagram Rekapitulasi Persentase Majas Penegasan dalam album Musik
Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita
63

C. Penafsiran dan Uraian Penelitian

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh, penulis mendeskrispsikan

temuan penelitian ke dalam table 4.1, kemudian di uraikan dan dilakukan

penafsiran. Tujuan dari uraian dan penafsiran untuk memperjelas hasil

temuan. Adapun langkkah selanjutnya merupakan penafsiran dan uraian

berupa hasil temuan majas penegasan yang berasal dari album musik Tutur

Batin dan Merakit karya Yura Yunita sebagai berikut:

1. Lagu yang termasuk Majas Tautologi

Majas Tautologi ini diartikan sebagai pengulangan pernyataan,

gagasan, atau kata yang berlebih dan sebenarnya tidak diperlukan karena

memiliki makna yang sama. Jadi majas tautologi dapat didefinisikan

sebagai gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata atau

menggunakan kata yang memiliki makna serupa untuk memberikan

penegasan lebih.

Tenang

Terdapat pada lirik “Tenang, tenang yang tak kunjung datang

Menanti-nanti cahaya-Mu, beri aku petunjuk-Mu Tenang, tenang, oh,

datanglah tenang hari ini” majas yang menggunakan sebuah kata dengan

berulang kali dalam satukalimat dengan tujuan untuk menegaskan.

2. Lagu yang termasuk Majas Aliterasi

Majas Aliterasi adalah Majas yang menggunakan pengulangan “huruf

mati” konsonan pada awal kata setidaknya dua kali.


64

Tutur Batin

Pada lirik “Tutur batinku tak akan salah Silakanpergi, ku

takrasa kalah Namun, percayalah, sejauh mana kau mencari

Takkan kau temukan yang sebaik ini” majas yang bertujuan untuk

menegaskan perihal sesuatu hal dengan mengulang konsonan pada awal

kata secara berurutan

Buka Hati

Pada lirik “dan terbukalah hatimu,ada jalan untuk ku ,miliki

sayangimu oh Dan terbukalah hatimu ada jalan untuku

,milikmu,sayangimu oh-oh” majas yang bertujuan untuk menegaskan

perihal sesuatu hal dengan mengulang konsonan pada awal kata secara

berurutan.

Intuisi

Pada lirik “Kau tak pernah tau Betapa hati yakin untukmu, oo Kau tak

pernah tau Betapa aku merindukanmu, uu” majas yang bertujuan untuk

menegaskan perihal sesuatu hal dengan mengulang konsonan pada awal

kata secara berurutan

3. Lagu yang termasuk Majas Repetisi

Majas pengulangan atau repetisi dikenal sebagai alat puitis murni.

Keberadaan majas repetisi di dalam puisi akan memberi tekanan lebih ke

dalam serangkaian kata serta menciptakan ritme tertentu.


65

Dunia Tipu-Tipu

Pada lirik “Puja-puji tanpa kata ,Mata kita yang bicara Selalu

nyaman bersama ,Janji takkan ke mana mana.” majas yang

menggunakan kata, frasa dan klausa yang sama secara berulang-ulang

dalam satu kalimat.

Mau kemana

Pada lirik “Hentikan dusta berkata saling bahagia Percuma saja

sembunyikan luka Hentikan dusta berkata saling bahagia Percuma saja

sembunyikan luka” majas yang menggunakan kata, frasa dan klausa yang

sama secara berulang-ulang dalam satu kalimat.

4. Lagu yang termasuk Majas Preterisio

Majas ini menegaskan suatu hal dengan cara seakan-akan

menyangkalnya.

Sudut Memori

Pada lirik “Mengulang sendiri Ke sudut memori Ruang tempat

kita Saling lempar puji Kau dan aku punya Dunia sendiri.” majas yang

menggunakan kata, frasa dan klausa yang sama secara berulang-ulang

dalam satu kalimat.

5. Lagu yang termasuk Majas Inversi

Majas inversi adalah majas yang di dalamnya terdapat pengubahan

susunan kalimat.
66

Mulai Langkahmu

Pada lagu Mulai Langkahmu terdapat lirik “habis waktumu banyak

takut ini itu percayalah selalu bahagia menunggu incaran yang dulu tepat

di hadapanmu jika,kamu mau.” majas penegasan tentang sesuatu dengan

meletakkanpredikat di awal kalimat

Hobi Ghosting

Pada lirik “Sekarang kau hilang Tanpa ancang-ancang Buat aku

kecewa Hobimu Beri harapan palsu Aku tak sadar itu” majas penegasan

tentang sesuatu dengan meletakan predikat di awal kalimat.

Hilang Makna

Pada lirik “Tak kuduga Kau tak ada Saat hampa Makin terasa Tak

kuduga Kau tak ada Saat rindu Makin menyiksa” majas penegasan tentang

sesuatu dengan meletakkan predikat di awal kalimat

Dekap

Pada lirik “Ku jatuh cinta kepadamu Terasa menyenangkan 'Ku jatuh

cinta di pelukmu terasa menyenangkan” majas penegasan tentang sesuatu

dengan meletakan predikat di awal.

6. Lagu yang termasuk Majas Pararima

Majas Pararima adalah majas yang mengulang konsonan di awal dan

akhir kata atau bagian kata yang berlainan.

Holalala

Pada lirik “Sometimes you feel insecure, insecure about yourself

Sometimes you feel not enough, not enough about yourself” majas yang
67

mengulang konsonan awal dan akhir dari suatu kata yang sebenarnya

tidak diperlukan.

7. Lagu yang termasuk Majas Apofasis

Majas Apofasis adalah majas yang menegaskan sesuatu dengan cara

seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Andai Saja

Pada lirik “Andai kubisa mengerti arti semua ini Mungkin jauh

lebih kuat aku pasti Andai kubisa mengerti makna semua ini Mungkin

tiada sesal ku hari ini hi” majas yang menegaskan tentang sesuatu hal

dengan cara seolah olah menyangkal hal yang ditegaskan tersebut.

8. Lagu yang termasuk Majas Interupsi

Majas Interupsi adalah majas yang menyisipkan keterangan tambahan

di antara unsur-unsur kalimat.

Bandung

Pada lirik “Nu dijungjung Dipiluhung Lembur tempatna indung

ngakandung Salira teh Bandung” Majas penegasan dengan menggunakan

ungkapan berupa penyisihan keterangan tambahan yang terdapat antara

unsur- unsur kalimat

9. Lagu yang termasuk Majas Pleonasme

Majas Pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada

pernyataan yang telah jelas sehingga keterangan tersebut sebenarnya tidak

diperlukan
68

Duhai Sayang

Pada konsonan lirik lagu Duhai Sayang “Di harummu aku hanyut

Di hangatmu aku larut Ingin dekat-dekat Dekat di pelukmu” majas yang

menggunakan kata yang berlebihan untuk menegaskan arti dari suatu kata

yang sebenarnya tidak diperlu,

Apakah Kamu

Pada lirik “Oh, berandai-andai aku lunglai 'Tuk menggapai

Dirimu” majas yang menggunakan kata yang berlebihan untuk

menegaskan arti dari suatu kata yang sebenarnya tidak diperlukan.

10. Lagu yang termasuk Majas Asindeton

Majas Asindeton adalah majas yang menyebutkan beberapa hal secara

berturut-turut tanpa menggunakan konjugtor.

Harus Bahagia

Pada lirik “baru putus , baru saja putus tak perlu engkau bingung

(terlalu lama ) lebih baik kita terus maju ,gapai mimpi yang baru” majas

yang menegaskan tentang sesuatu hal dengan mengungkapkan suatu kalimat

/ wacana tanpa adanya kata penghubung.

11. Lagu yang termasuk Majas Ekslamasio

Majas Eksklamasio adalah majas yang menggunakan kata seru untuk

penegas.

Merakit

Pada lirik “Percaya hatimu Kuatkan dirimu Tak pernah menyerah


69

Berani melangkah Percaya tangismu” majas yang menegaskan sesuatu

dengan menggunakan ungkapan kata kata seru.

12. Lagu yang termasuk Majas Kolokasi

Majas Kolokasi adalah majas yang berupa asosiasi tetap antara suatu

kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

Malam Sepi

Pada lirik “Aku benci malam sepi Bimbang diri datang lagi Apa

memang benar-benar dirinya teman hidup ini” majas asosiasi tetap antara

satu kata dengan kata lainnya yang saling berdampingan dalam sebuah

kalimat.

D. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia


Dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas, adapun

seorang guru melakukan rancangan pelajaran yang dapat di lihat pada Rencana

Pelaksanaan Pelajaran (RPP). Guru membagi kegiatan pembelajaran menjadi

tiga tahapan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Pada kegiatan awal peseta didik mengisi kehadiran pada link google form

yang sudah dikirim melalui whatsapp grup, lalu peserta didik masuk ke link

zoom meeting yang sudah di bagikan guru melalui whatsapp grup, kemudian

guru bersama peserta didik saling memberi dan menjawab salam melalui

aplikasi atau media zoom meeting, guru dan peserta didik melakukan doa

bersama sebelum memulai pelajaran. Doa di pimpin oleh peserta didik yang
70

datang paling awal atau peserta didik yang bersedia melalui zoom meeting.

Peserta didik menyimak persepsi dari guru dan tanya jawab tentang pelajaran

sebelumnya dan mengaitkan dengan pengalamannya, kemudian guru dan

peserta didik melakukan ice breaking dan memberi tes awal kepada peserta

didik. Lalu pada kegiatan inti guru menampilkan salindia berkaitan dengan

menulis puis, jenis-jenis majas, ciri-ciri majas dan contoh penggunaan majas

dalam karya sastra, peserta didik menyimak penjelasan yang di sampaikan oleh

guru, kemudian guru dan peserta didik menonton video tentang membuat puisi

lalu membagi peserta didik menjadi tiga kelompok, guru mengarahkan tiap

kelompok untuk mendata minimal lima kata, menyusun kalimat bermajas dan

membuat puisi atau pun lirik lagu yang memuat dua atau lima kallimat

bermajas kemudian mempresentasikannya. Pada kegiatan penutup guru

bersama peserta didik membuat simpulan dari pelajaran yang telah di lakukan,

dan menyampaikan rencana pembelajaran yang akan di lakukan selanjutnya

lalu guru menutup pembelajaran dengan doa.

Berdasarkan hasil temuan mengenai majas penegasan dapat di terapkan

pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Mengimplikasikan mengenai

majas penegasan tercantum di dalam kurikulum, khususnya pada materi

mengarang, membuat puisi ataupun untuk membuat lirik lagu.

Lagu-lagu pada album musik Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita

dapat di jadikan sebagai bahan ajar mengenai puisi ataupujn majas. Adapun

materi pembelajaran mengenai majas yaitu mempelajari tentang pengertian

majas, jenis-jenis majas dan ciri-ciri majas. Pelajaran majas ini terdapat
71

ditingkat SMA/K sederajat pada kelas X. Majas juga dapat di gunakan untuk

meningkatkan keterampilan bagi peserta didik dalam berkarya. Dengan

mempelajari majas tersebut, di harapkan dapat meningkatkan keterampilan

peserta didik dalam menulis.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan perumusan masalah pada penelitian tentang gaya bahasa

penegasan dalam album musik Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita

dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat jenis-jenis majas penegasan dalam

lagu-lagu yang terdapast pada album Tutur Batin dan Merakit karya Yura

Yunita sebanyak sembilan belas temuan yang terbagi dalam dua belas jenis

majas penegasan. Majas penegasan tersebut terdapat pada majad Tautologi,

majas Aliterasi, majas Repetisi, majas Preterisio, majas Inversi, majas

Pararima, majas Apofasis, majas Interufsi, majas Pleonasme, majas Asindeton,

majas Ekslamasio, dan majas Kolokasi.

Majas Tautologi dalam Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita

terdapat 1 temuan, yaitu setara dengan 5,3%, maja Aliterasi sebanyak 3 temuan

yaitu setara 15,6%, majas Repetisi sebanyak 2 temuan, setara dengan 10,5%,

majas Preterisio sebanyak 1 temuan setara 5,3%, majas Inversi sebanyak 4

temuan setara 21%, majas Pararima 1 temuan setara 5,3%, majas Apofasis 1

temuan saetara 5,3%, majas Interufsi 1 temuan setara 5,3%, majas Pleonasme

sebanyak 2 temuan setara 10,5%, majas Asindeton sebanyak 1 temuan setara

5,3%, majas Ekslamasio sebanyak 1 temuan setara 5,3%, majas Koloksai 1

temuan setara 5,3%.

72
73

B. Saran
Berdasarkan penelitian dan simpulan dari gaya bahasa penegasan

dalam albumm musik Tutur Batin dan Merakit karya Yura Yunita, peneliti

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk pendidik, dalam pengajaran dui era modern seperti ini pendidik dapat

menggunakan media lain sebagaia bahan ajaran, seperti dengan

mendengarkan lagu sebagai sumber pembenlajaran dalam pemahaman

disekolah.

2. Untuk peseta didik, pada percakapan antar penutur dan petutur peserata

didik diharapkan mampu menyimak dengan baik hasil dari percakapan

tersebut.

3. Untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra, hendaknya

lebihn memahami tentang gaya bahasa penegasan dan diharapkan

mahasiswa dapat menjadikan penelitian ini sebagai wawasan untuk

mengembangkan bahasa indonesia dengan baik dan benar.

4. Untuk pembaca diharapkan mampu menjaga entitas kebahasaan dengan

fungsi komunikatif dalam [enggunaannya di kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

Billa, S. S. (2022). Analisis Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu Dunia Tipu Tipu Yura
Yunita. Protasis: Jurnal Bahasa, Sastra, Budaya, dan Pengajarannya, 1(2),
25-29.

Fatmahadi, C. B. (2023). ANALISIS RESEPSI AUDIENS MENGENAI


KESEMPURNAAN PEREMPUAN DALAM VIDEO KLIP LAGU TUTUR
BATIN OLEH YURA YUNITA (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
BAKRIE).

Hartiningtyas, W., Khusyairi, J. A., Nafi’ah, W., & Riyanto, E. D. (2023). Takut,
Bertaut, and Runtuh: Analizing the Authenticity of Autobiographical Lyrics
and Their Relation With Youth Reception. Jurnal Seni Musik, 12(1), 12-24.

Marlita, S., Rahmayanti, D. R., & Rambe, W. P. (2022). Representasi Pesan


Selflove dalam Lirik Lagu “Tutur Batin” Karya Yura Yunita. MASSIVE:
Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2), 43-54.

Meilinda, N., Giovanni, C., Triana, N., & Lutfina, S. (2021). Resistensi Musisi
Independen terhadap Komodifikasi dan Industrialisasi Musik di
Indonesia. Jurnal Komunikasi, 16(1), 77-88.

Ramadhiani, S. N., & Pramonojati, T. A. (2021). Makna Motivasi Pada Lirik


Lagu †œmerakit†Karya Yura Yunita (studi Semiotika Ferdinand De
Saussure). eProceedings of Management, 8(1).

Ramadhini, S. (2023). Pemaknaan Khalayak Terhadap Musik Sebagai Media Self


Healing (Studi Resepsi Pendengar Lagu" Tenang" Karya Yura
Yunita) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).

Sari, J. R., & Oktavianti, R. (2020). Budaya Populer Dalam Pembuatan Video
Klip (Studi Kasus Pada Video Klip ‘Merakit’Oleh Yura Yunita). Koneksi,
4(1), 172-177.

Syah, N. A. (2019). Penggunaan Gaya Bahasa Penegasan pada Naskah Pidato


Kenegaraan Presiden RI dalam Rangka Hari Proklamasi Kemerdekaan RI
yang Ke-70. PRASASTI: Journal of Linguistics, 4(2), 144-155.
BIOGRAFI PENYANi
Yunita Rachman atau lebih
dikenal dengan panggilan
Yura Yunita merupakan
seorang penyanyi solo
sekaligus pencipta lagu.
Wanita yang biasa disapa
Yura ini kelahiran Bandung,
9 Juni 1991.

Yura lahir dalam keluarga


yang mencintai dunia
musik. Ia sejak kecil sudah
hobi bermain piano dan
menyanyi. Yura alumni dari
Fakultas Komunikasi
Universitas Padjadjaran (UNPAD),Bandung. Pada 2014, saat usianya 23
tahun, Yura sudah menjadi duta dari portal Musik Bagus Indonesia yang
diciptakan oleh penyanyi senior, Glenn Fredly. Glen juga menjadi salah satu
executive produser untuk album perdananya bernama Album Yura.
Album pertama Yura bisa dibilang cukup sukses. Albumnya terpilih menjadi
6 besar Album Indonesia Terbaik menurut Rolling Stones Indonesia. Selain
itu, di tahun 2014 ia juga menjadi salah satu dari 4 kandidat Best Female
Singer versi HAI Magazine.
Sukses dengan album pertamanya, ia akhirnya membuat konser tunggal yang
bertema Konser Balada Sirkus. Konsernya bisa dibilang cukup memuaskan,
bagaimana tidak tiket konsert perdananya saja telah terjual ludes. Meski
berhasil pada konser perdananya, Yura menilai itu sebagai motivasi dijadikan
semangat untuk terus maju dan terus berkarya.
Singel pertamanya yang berjudul Balada Sirkus sukses membuat dirinya
semakin dikenal dengan karakternya yang lincah berbeda dengan kebanyakan
penyanyi wanita lainnya.
Setelah beberapa kali namanya menjadi nominasi, memasuki usianya yang ke
26 tahun,Yura akhirnya meraih penghargaan untuk kategori Artis Solo
Wanita Pop dan Pencipta Lagu dalam ajang AMI Awards 2017.
COVER ALBUM TUTUR BATIN dan MERAKIT

Anda mungkin juga menyukai