Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

FITOKIMIA

BUNTU MATABING, KECAMATAN LAROMPONG, KABUPATEN


LUWU, SULAWESI SELATAN

DOSEN PENGAMPUH : apt. Al Syahril Samsi, S.Farm.,M.Si

KELOMPOK 2

1. ANNISA MANCA
2. CHELSY TODING BUA (211320031)
3. HASRAYANTI BASRI (211320017)
4. NURHIKMAH MUTMAINNAH (211320007)
5. NUR WAQIA AKBAR (211320024)
6. SALSA MASHITA(211320003)

LABORATORIUM FITOKIMIA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO

2023
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Secara geografi Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan dengan
kekayaan sumber daya alam laut yang berpotensi untuk dimanfaatkan secara
lestari. Sumber daya alam laut tersebut antara lain terdiri atas berbagai jenis
ikan, moluska, dan krustase. Masyarakat pesisir sejak lama telah memanfaatkan
sumber daya alam laut tersebut sebagai sumber makanan, mineral, obat-obatan,
dan energi (Gordon dkk, 2000). Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia dengan luas perairan laut mencapai 75% dari total wilayahnya.
Indonesia mempunyai potensi sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati
yang sangat besar, namun belum terdayagunakan dengan sebaik mungkin untuk
keperluan manusia. Keanekaragaman hayati di Indonesia adalah sebesar 15,3%
dari total keanekaragaman hayati di dunia dan 37% spesies laut dunia berada di
Indonesia (Budiana, 2023).
Pemanfaatan biota laut yang makin hari makin meningkat dibarengi oleh
kemajuan pengetahuan tentang kehidupan biota laut yang tertampung dalam
ilmu pengetahuan alam laut yang dinamakan biologi laut (marine biology).
Tidak kurang dari 833 jenis tumbuh-tumbuhan dilaut (alga, lamun dan
mangrove), 910 jenis karang (Coelenterata), 850 jenis spon (Porifera), 2500
jenis kerang dan keong (Mollusca), 1502 jenis udang dan kepiting
(Crustacea),745 hewan berkulit duri (Echinodermata), 2000 jenis ikan
(Pisces), 148 jenis burung laut (Aves) dan 30 jenis hewan menyusui
(Mammalia) diketahui hidup di laut. Di samping itu tercatat juga tujuh jenis
penyu dan tiga jenis buaya (Reptilia) (Romimohtarto, 2005).
Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya alam yang terdapat
di daerah pesisir pantai. Lamun dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah
pesisir perairan Indonesia. Lamun yang ada di Indonesia terdapat 12 jenis antara
lain Cymodocea serrulata, C. rotundata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis,
Halodule pinifolia, Halophila minor, Halophila ovalis, Halophila decipiens,
Halophila spinulosa, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium dan
Thalassodendron ciliatun (Mardiyana dkk, 2014).
Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup terendam
dalam air dan berkembang dengan baik di perairan laut dangkal dan estuari. Di
indonesia terdapat 13 jenis lamun yang tersebar di hampir seluruh perairan
indonesia dengan luas diperkirakan 30.000 km2. Lamun merupakan
tumbuhanyang beradaptasi sempurna dengan biota laut, terdiri dari rimpang,
daun, dan akar. Rimpang adalah bagian batang yang tenggelam dan merayap,
dengan simpul. Dalam buku-buku ini tumbuh batang pendek yang tumbuh
tegak,dengan daun dan bunga, dan akar. Rimpang dan akar ini menahan
gelombang dan arus (Rahmawati, 2014).

I.2 Maksud dan Tujuan


A. Maksud
Mahasiswa dapat memahami proses pengolahan berbagai sampel biota
laut.
B. Tujuan
Untuk mengetahui proses pengolahan berbagai sampel biota laut dengan
baik dan benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tinjaun Lokasi


Keadaan geografis meliputi tanah dan segala keaadaanya, pembagian
darat dan laut, gunung, darat dan floranya dan panasnya, semua gejala kosmo
seperti gaya berat, sinar listrik dan sebagainya, iklim, musim, gempa bumi
termasuk didalamnya. Keadaan geografis adalah kondisi yang tersedia oleh
alam bagi manusia dan khususnya diperlukan kondisi-kondisi lain.
Pantai Buntu Matabing adalah salah satu pantai yang secara geografis
terletak di wilayah kabupaten luwu provinsi Sulawesi Selatan kecamatan
Larompong yang letaknya kira-kira 70 km, sebelah selatan kota Palopo.
Pemilihan tempat ini cocok digunakan sebagai tempat pengambilan sampel
biota laut karna memiliki beraneka ragam jenis biota laut seperti bintang laut,
lamun, bulu babi, spons, taripang dan masih banyak banyak biota laut lainnya.

II.2 Tinjauan Sampel

Lamun seagrass adalah tumbuhan berbunga Angiospermae yang siklus


hidupnya terendam di air dan bisa beradaptasi pada salinitas yang cukup
tinggi. Lamun merupakan tumbuhan yang memiliki pembuluh secara struktur
dan memiliki fungsi yang hampir sama dengan tumbuhan daratan. Lamun
merupakan tumbuhan laut berkapasitas tinggi dalam menyerap logam berat
karena lamun dapat berinteraksi secara langsung dengan kolom perairan
melalui daunnya dan dapat berinteraksi secara langsung dengan sedimen
melalui akarnya, sehingga daun dan akar lamun merupakan bagian dari
penyerap ion logam yang baik. Kemampuan mengambil dan menahan hasil
pencemaran oleh makhluk hidup dari lingkungan yang melalui suatu
mekanisme, seperti yang dilakukan lamun, adalah suatu bentuk bioakumulasi
(Supriyantini dkk, 2016).
Secara umum kondisi lamun pada saat pasang, lamun tenggelam dan
ketika surut terendah hampir semua lamun terpapar sinar matahari. Beberapa
jenis lamun tidak mampu mentoleransi keadaan kekeringan sehingga tidak
mampu tumbuh pada zona intertidal, jenis lamun yang ukurannya kecil serta
mampu menahan air di antara daun-daunnya, sehingga ketika terpapar pada
surut paling rendah mampu bertahan pada daerah tersebut seperti jenis lamun
Halodule uninervis. Akan tetapi, sebagian jenis lamun tidak mampu bertahan
terhadap kekeringan misalnya Lamun S. isoetifolium yang ditemukan pada
kolam-kolam dangkal pada daerah terumbu. Distribusi skala partikel sedimen
berpengaruh pada pertukaran air pori dengan kolom air di bagian atasnya.
Pada distribusi skala partikel yang mengarah ke arah debu dan liat akan
menyebabkan pertukaran air pada pori dengan kolom air menjadi rendah
sehingga konsentrasi nutrien dan fitotoksin seperti sulfida pada sedimen akan
meningkat. Kondisi sebaliknya akan dialami oleh lamun jika menempati jenis
sedimen pasir kasar (Zurba, 2018). Adapun klasfikasi lamun (Enhalus
acoroides) antara lain:
Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Alismatales

Family : Hydrocacharitaceae

Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus acoroides (Rawung dkk, 2018).

Identifikasi senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun Enhalus


acoroides dilakukan secara kualitatif dengan prinsip pembentukan endapan,
warna dan busa Pengujian kandungan fitokimia dilakukan terhadap sampel
daun yang telah dikeringkan dan dihaluskan sehingga memiliki luas
permukaan yang lebih besar. Senyawa bioaktif berupa metabolit sekunder
yang diuji secara kualitatif meliputi alkaloid, terpenoid, saponin,
tanin dan flavonoid (Sidi dkk, 2018).

II.3. Fitokimia
Fitokimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan interaksi senyawa
kimia metabolit sekunder dalam tumbuhan. kenberadaan metabolit sekunder
ini sangat penting bagi tumbuhan untuk dapat mempertahankan dirinya dari
makhluk hidup lainnya, mengundang kehadiran serangga untuk membantu
penyerbukan dan lain-lain. Metabolit sekunder juga memiliki manfaat bagi
makhluk hidup lainnya (Tatang, 2019).

Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi dengan melakukan


perendaman sampel atau simplisia dengan pelarut organik pada temperatur
ruang. Metode maserasi dapat menguntungkan dalam isolasi bahan alam yang
tidak tahan panas (Handoyo,2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
ekstraksi yaitu suhu, waktu ekstraksi, ukuran partikel, jenis pelarut dan rasio
bahan dengan volume pelarut (Distantina dkk, 2017).

II.4. Biota Laut

A. Bintang Laut Bertanduk (Protoreaster nodosus)


Bintang laut ini memiliki lima buah lengan berbentuk silindris dan
tumpul pada ujungnya. Pada bagian aboral, Protoreaster nodosus
memiliki madreporit sedangkan bukaan ambulaklar dan mulut terdapat di
bagian oral. Bintang laut ini memiliki garnul-garnul kecil yang menutupi
cakramnya. Pada umumnya memiliki warna biru pada bagian aboral.

Gambar Bintang laut Bertanduk (Protoreaster nodosus)


Berikut klasifikasi bintang laut :
Kingdom : Animalia

Kelas : Asteroidean

Ordo : Valvatida

Family : Ophidiasteridae

Genus : Protoreaster

Spesies : Protoreaster nodosus

B. Lamun (Enhalus acoroides)


Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi (Anthophyta) yang hidup
dan tumbuh terbenam di lingkungan laut yang memiliki rimpang (rhizome),
akar, dan berkembang biak secara generatif yaitu perkembangbiakan secara
kawin atau seksual pada tumbuhan berbiji satu (monokotil) dan vegetatif
yang merupakan perkembangbiakan secara aseksual (Sjafrie dkk, 2018).

Gambar Lamun (Enhalus acoroides)

Berikut klasifikasi lamun:


Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Alismatales
Family : Hydrocacharitaceae

Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus acoroides (Rawung dkk, 2018)

C. Taripang Laut (Holothuria scabra)


Salah satu Echinodermata seperti teripang atau timun laut merupakan
hewan invertebrata yang memiliki tubuh lunak, hidup secara berkelompok
maupun menyebar dan banyak bercampur lumpur. Teripang memiliki
berbagai ukuran, bentuk, struktur dan warna yang bervariasi mulai hitam
pekat, merah, putih, kuning dan hijau (Ratna dan Suruwaky, 2016).

Gambar Taripang Laut (Holothuria scabra)

Berikut klasifikasi taripang laut :

Kingdom : Animalia

Divisi : Echinodermata

Kelas : Holothuroidea

Ordo : Holothurida

Family : Holothuridae

Genus : Holothuria

Spesies : Holothuria scabra (Ratna dan Suruwaky, 2016).


D. Bulu Babi (Diadema setosum)
Bulu babi merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang
mempunyai prospek untuk dikembangkan. Bulu babi mempunyai peranan
yang penting baik dari segi ekologis maupun ekonomis. Peranan
ekologisnya yaitu sebagai pengontrol pertumbuhan populasi alga yang
berada di perairan. Bulu babi termasuk dalam anggota Filum Echinodermata
(dari bahasa Yunani yang artinya kulit berduri). Anggota dari Filum
Echinodermata terdiri dari beberapa kelas, salah satunya yaitu kelas
Echinoidea yang merupakan hewan laut berbentuk bulat dan memiliki duri
pada kulitnya yang dapat digerakkan (Wulandewi dkk, 2015).

Gambar Bulu Babi (Diadema setosum)

Adapun Klasifikasi Bulu babi menurut (Pratt dkk, 2015)


Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Kelas : Echinodeae

Ordo : Cidaroidae

Famili : Diadematidae

Genus : Diadema

Spesies : Diadema setosum


E. Spons Laut (Spheciospongia inconstans)
Umumnya spons kelas Demospongiae memiliki bentuk tubuh sangat
bervariasi yaitu ada yang menyerupai kipas, batang, terompet dan lainnya,
hewan ini sebagian membentuk koloni yang sering tampak tidak teratur
sehingga tampak sebagai tumbuhan. Warnanya bermacam-macam dan
dalam tubuhnya mengandung ganggang yang memiliki warna dan mereka
mengadakan simbiosis. Sponge dapat berbentuk sederhana seperti tabung
dengan dinding tipis, atau massif bentuknya dan agak tidak teratur. Banyak
sponge juga terdiri atas segumpal jaringan yang tak tentu bentuknya,
menempel dan membuat kerak pada batu, cangkang, tonggak, atau tumbuh-
tumbuhan. Morfologi luar sponge dipengaruhi oleh faktor fisik, kimiawi,
dan biologis serta lingkungan sebagai tempat perkembangbiakan. Spesimen
spons yang berada di lingkungan terbuka dan berombak cenderung memiliki
pertumbuahn pendek dan dapat merambat, sebaliknya spons jenis spesies
sama, jika berada pada lingkungan terlindung atau pada perairan lebih
dalam serta berarus tenang, biasanya memiliki pertumbuhan cenderung
tegak dan tinggi, (Marzuki dkk, 2014).

Gambar Spons Laut (Spheciospongia inconstans)

Adapun klasifikasi dari spons laut menurut (Haris dkk, 2019):


Kelas : Demospongiae

Ordo : Clionaida

Family : Clionaidae

Genus : Spheciospongia

Spesies : Spheciospongia inconstans


BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan


A. Alat

1. Keranjang
2. Gabus
3. Pisau/gunting
4. Toples
5. Blender
6. Timbangan digital
7. Hp

B. Bahan
1. Lamun
2. Es gel
3. Etanol 96%
4. Lakban
III.2 Cara Kerja
Cara kerja sampel lamun
A. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
B. Cek lokasi pengambilan sampel untuk menegtahui surutnya air agar
mempermudah pengambilan sampel
C. Sampel biota laut (lamun) diambil menggunakan keranjang
D. Masukkan lamun ke dalam toples berisi formalin hingga sampel terendam
untuk mengawetkan sampel
E. Kemudian dilakukan preparasi sampel
1. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan pengotor atau benda
asing lainnya seperti bagian sampel yang digunakan
2. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan pengotor pada
sampel menggunakan air mengalir
3. Perajangan
Perajangan adalah proses merubah bentuk sampel menjadi lebih
kecil dengan ukuran yang sesuai untuk mempermudah pengeringan

4. Pengeringan
Masukkan sampel dalam wadah lalu dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan. Setelah dikeringkan sampel lamun dihaluskan
dengan menggunakan blender kemudian di masukkan ke dalam toples
lalu dimaserasi dengan menggunakan etanol 96% sebanyak 200 ml.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
IV.1 HASIL

IV.2 PEMBAHASAN
Fitokimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan interaksi
senyawa kimia metabolit sekunder dalam tumbuhan. kenberadaan metabolit
sekunder ini sangat penting bagi tumbuhan untuk dapat mempertahankan
dirinya dari makhluk hidup lainnya, mengundang kehadiran serangga untuk
membantu penyerbukan dan lain-lain. Metabolit sekunder juga memiliki
manfaat bagi makhluk hidup lainnya (Tatang, 2019).

Pada praktek kerja lapangan (PKL) kami menggunakan lamun


sebagai sampel yang akan kami gunakan. Lamun merupakan tumbuhan
tingkat tinggi (Anthophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan
laut yang memiliki rimpang (rhizome), akar, dan berkembang biak secara
generatif yaitu perkembangbiakan secara kawin atau seksual pada tumbuhan
berbiji satu (monokotil) dan vegetatif yang merupakan perkembangbiakan
secara aseksual (Sjafrie dkk, 2018).

Adapun langkah langkah pengambilan sampel lamun yaitu dengan


cara mengambil sampel di laut yang keadaan airnya telah surut setalah itu
di masukkan kedalam sterofom yg berisi es batu lalu pinggir box gabus di
isolasi agar es batu tetap awet tidak mencair dan diamkan dalam box gabus
selama 24 jam setelah itu lamun di cuci bersih di air mengalir lalu di rajang
kemudian di keringkan dengan cara diangin-anginkan setelah kering
selanjutnya sampel dihaluskan dengan cara diblender kemudian setelah itu
di timbang dan di masukkan kedalam toples lalu dimaserasi dengan
menggunakan etanol 96% sebanyak 200 ml.

Lamun merupakan tumbuhan laut berkapasitas tinggi dalam


menyerap logam berat karena lamun dapat berinteraksi secara langsung
dengan kolom perairan melalui daunnya dan dapat berinteraksi secara
langsung dengan sedimen melalui akarnya, sehingga daun dan akar lamun
merupakan bagian dari penyerap ion logam yang baik. Kemampuan
mengambil dan menahan hasil pencemaran oleh makhluk hidup dari
lingkungan yang melalui suatu mekanisme, seperti yang dilakukan lamun,
adalah suatu adalah suatu bentuk bioakumulasi (Supriyantini dkk, 2016).
identifikasi senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun Enhalus
acoroides dilakukan secara kualitatif dengan prinsip pembentukan endapan,
warna dan busa Pengujian kandungan fitokimia dilakukan terhadap sampel
daun yang telah dikeringkan dan dihaluskan sehingga memiliki luas
permukaan yang lebih besar. Senyawa bioaktif berupa metabolit sekunder
yang diuji secara kualitatif meliputi alkaloid, terpenoid, saponin,
tanin dan flavonoid (Sidi dkk, 2018).
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Berdasarkan praktik kerja lapangan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa cara pengolahan sampel yaitu sortasi basah untuk
menghilangkan benda asing dan pengotor lainnya kemudian dilakukan
perajangan untuk memperkecil ukuran sampel. Selanjutnya sampel
dikeringkan kemudian diserbukkan dan disimpan dalam toples kaca agar
tidak terjadi kerusakan dan penurunan mutu sampel.
V.2 SARAN
Diharapkan agar praktikan dapat lebih memahami dan menguasai
materi praktek kerja lapangan fitokimia dan menguasai cara
pengolahan sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Budiana,I.G.M.N.2023.Uji fitokimia dan aktivitas tabir surya ekstrak etil


asetat teripang hitam asal perairan semau.Jurnal
beta kimia.Vol 3(1)
Djibran, F., J. L. Chairunnisah, dan S. K. Abubakar. 2014. Diversitas
Jenis Bintang Laut (Asteroidea) Di Perairan Torosiaje
Kecamatan Popoyato, Kabupaten Pohuwato. Fakultas MIPA
Universitas Negeri Gorontalo.
Handoyo,D.L.Y.2020.Pengaruh Lama Waktu Maserasi (Perendaman)
Terhadap Kekentalan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle).Jurnal
Farmasi Tinctura: Vol 2 (1)
Haris. 2019. Perancangan Sistem Informasi Pengolahan Nilai Siswa
Berbasis Web Di SMKN 1 Praya. Skripsi. Sekolah Tinggi
Manajemen Informastika Dan Komputer (STMIK). Praya.
Hukom, A. N. 2022. Makala Bioteknologi: Bintang laut (Archarter
typicus). Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan program studi
ilmu kelautan Universitas Papua. Manokwari.
Mardiana.,Hijriati., Emma dan Rina. 2014.Pengaruh Ekowisata Berbasis
Masyarakat Terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial Dan
Ekonomi Di Kampung Batusuhunan, Sukabumi. Jurnal
Sosiologi Pedesaan 2(3).
Mbana, Y. R., Daud, Y., & Bullu, N. I. 2020.Keanekaragaman Bintang
Laut (Asteroidea) Di Pantai Lamalaka Kecamatan Ile Boleng
Kabupaten Flores Timur. Indigenous Biologi: Jurnal
Pendidikan dan Sains Biologi, 3(2),
Nontji, A. 1993. Pengolahan Sumberdaya Kelautan Indonesia Dengan
Tekanan Utama Pada Perairan Pesisir. Prosisig Seminar Dies
Natalis Universitas Hang Tuah . Surabaya.
Pratt , Voet D, JG Voet and. 2015. Fundamentals of biochemistry. John
Wiley dan Sons, Inc. USA.
Sjafrie, N.D.M., U.E. Hernawan, B. Prayudha, I.H. Supriyadi, M.Y.
Iswari, Rahmat, K. Anggraini, S. Rahmawati, & Suyarso.
2018. Status padang lamun indonesia Ver. 02. Jakarta : LIPI.
Ratna dan Suruwaky, A. 2016. Analisa Kelayakan Usaha Budidaya
Teripang (Holothuroidea). Raja Ampat : Jurnal Airaha.
Rawung, S., Tilaar, F.F., Rondonuwu, A.B. 2018. Inventarisasi Lamun
di Perairan Marine Field Station Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Unsrat Kecamatan Likupang Timur Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Ilmian Platax, Vol.6 : (2)
Sjafrie, N.D.M., U.E. Hernawan, B. Prayudha, I.H. Supriyadi, M.Y.
Iswari, Rahmat, K. Anggraini, S. Rahmawati, & Suyarso.
2018. Status padang lamun indonesia Ver. 02. Jakarta : LIPI.
Supriyantini, E., S. Sedjati, Z. Nurfadhli. 2016. Akumulasi logam berat
Zn (seng) pada lamun Enhalus acoroides dan
Thalassia hempric
Tatang, S, J. 2019. Tinjauan Metabolit Sekunder dan skrining fitokimia.
Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.
Triana, A; Damayanti, I.P.; Afni, R; dan Yanti, J.S. 2015. Buku Ajar
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal: Penuntun
Belajar Mata Kuliah Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan
Neonatal. Yogyakarta: Deepublish.
Wulaisfan,R.,Selfyana,A.T.,Febriyanti,M.2019. Uji Daya Hambat
Ekstrak Etanol Bintang Laut Bertanduk (Protoreaster nodosus)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus.JURNAL WARTA FARMASI.Vol 8(2)
Zubra, N. 2018. Pengenalan Terumbu Karang Sebagai Pondasi Utama
Laut Kita. Unimal Press. Aceh. 128 hal.
LAMPIRAN

1. Proses perajangan lamun dan penimbangan sampel

2. Proses bintang laut dan hasil filtrat

Anda mungkin juga menyukai