Anda di halaman 1dari 8

Nama : Hasbi

Npm : 21510022
Semester : II
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

INOVASI PENGGANTI BETON YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Beton adalah material bangunan yang paling dibutuhkan untuk membangun sebuah bangunan.
Bangunan di Indonesia rata-rata menggunakan beton sebagai fondasi bangunan yang kuat. Bahan abu-
abu ini memang sangat berguna untuk menyatukan kota. Mulai dari rumah, gedung, apartemen hingga
trotoar. Bahkan adapula yang sepenuhnya menggunakan beton seperti bangunan Rooftop. Bentuk paling
umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregrat mineral biasanya kerikil atau
pasir,semen dan air. Pada lokasi tertentu, beton yang bahan bakunya semen mudah bereaksi dengan suatu
larutan kimia.

Hal ini menyebabkan efek buruk pada lingkungan. Bahan-bahan dasar beton jika dipanaskan dapat
mengeluarkan berton-ton gas emisi karbon dioksida dan menyebabkan efek rumah kaca. Proses
pengumpulan batu kerikil atau pasir juga merusak sumber daya alam yang semakin menipis. Karena
dampak buruk inilah kami ingin memaparkan ide untuk mengganti beton dengan pengganti yang lebih hijau
dan alami sehingga menjadi material bangunan yang ramah lingkungan. Kami mengharapkan agar para
kontraktor atau pembangun di Indonesia dapat membangun dengan bahan yang alami dan juga ramah
lingkungan. Kami juga berharap agar seluruh warga Indonesia sadar akan pengganti beton yang lebih alami,
agar tidak terpaku terus dengan beton.

Misalnya, penggunaan batang jerami untuk menggantikan beton untuk membuat tembok
bangunan. Penggunaan batang jerami ini diharapkan dapat memberikan efek yang lebih baik untuk
lingkungan tidak seperti beton yang penggunaannya memberikan dampak yang kurang baik pada
lingkungan. Selain itu hal ini juga diperlukan untuk menyeimbangkan bahan alam dengan bahan sintetis.
Karena pada dasarnya, lingkungan perlu di lestarikan dengan menyeimbangkan kandungan alami dan
buatan manusia.

b. Rumusan Masalah
1. Apa itu ramah lingkungan ?
2. Apa itu bangunan ?
3. Apa itu material bangunan ?
4. Apa itu beton ?
5. Apa saja bahan bangunan pengganti beton yang ramah lingkungan ?
6. Bagaimana inovasi material alami tersebut dapat menggantikan beton?

c. Tujuan
1. Memberi solusi untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat penggunaan beton.
2. Untuk keperluan Pendidikan
3. Menghimpun ide dan gagasan tentang inovasi material bangunan ramah lingkungan.
4. Sebagai sumber informasi yang bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ramah Lingkungan


Ramah lingkungan, atau populer dengan sebutan go-green menurut para ahli adalah
istilah keberlanjutan dan pemasaran yang mengacu pada barang dan jasa, hukum, pedoman dan kebijakan
yang mengklaim berkurangnya, minimalnya bahaya, bahkan tidak
membahayakan ekosistem atau lingkungan (Webster, 2005). Perusahaan menggunakan istilah ambigu ini
untuk mempromosikan barang dan jasanya, terkadang dengan sertifikasi tambahan dan spesifik,
seperti ecolabel. Penggunaan berlebihan yang mereka lakukan dapat disebut
sebagai greenwashing (Motavalli – Jim, 2011)
Organisasi Internasional untuk Standardisasi telah mengembangkan ISO 14020 dan ISO 14024 untuk
menetapkan prinsip dan prosedur untuk pelabelan dan deklarasi lingkungan yang harus diikuti oleh lembaga
sertifikasi dan eko-labeller. Secara khusus, standar ini berhubungan dengan penghindaran konflik
kepentingan keuangan, penggunaan metode ilmiah yang masuk akal dan prosedur pengujian yang dapat
diterima, dan keterbukaan serta transparansi dalam penetapan standar (Green Seal, 2009). Sistem ramah
lingkungan atau go green dapat diaplikasikan ke segala bidang. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki
beberapa kebutuhan hidup antar lain kebutuhan sandang,pangan,papan.

B. Pengertian Bangunan
Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara
permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut dengan rumah dan gedung, yaitu segala sarana,
prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun
peradabannya. Bangunan memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami
penyesuaian sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi
cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.
Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat berlindung
dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan barang, dan tempat bekerja. Suatu
bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia khususnya sebagai sarana pemberi rasa aman, dan
nyaman.
Contoh bangunan yang paling sering kita lihat yaitu jembatan beserta konstruksi dan
rancangannya, jalan, serta sarana telekomunikasi. Secara umum, peradaban suatu bangsa dapat dilihat
dari teknik-teknik bangunan maupun sarana, dan prasarana yang dibuat maupun ditinggalkan oleh warisan
manusia dalam perjalanan sejarahnya.

C. Hubungan Ramah Lingkungan dengan Bangunan


Sistem ramah lingkungan ini dapat dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia. Contohnya
kebutuhan manusia pada papan atau tempat tinggal. Seiring berjalanya waktu kebutuhan manusia akan
tempat tinggal semakin meningkat. Bila pada awalnya manusia berprinsip hidup nomaden maka kini manusi
memutuskan untuk berdiam pada satu tempat yang pasti. Bangunan pun mengalami peningkatan variasi,
dan tentunya peningkatan ini menyebabkan semkin bervariasinya bahan dalam membangun
bangunan. Jumlah bangunan di muka bumi ini pun semakin meningkat. Meningkatnya jumlah bangunan
tentu berdampak juga bagi lingkungan dampaknya antara lain :

 Lahan terbuka berubah menjadi lahan tertutup.


 Area resapan air menjadi berkurang.
 Lahan pertanian berkurang.
 Berkurangnya SDA karena penggunaan yang terus menerus.
 Terganggunya ekosistem alam.

Dalam membuat bangunan manusia mulai menciptakan inovasi-inovasi baru yang mampu
menyokong pertumbuhan rancangan bangunan mereka. Bila pada masa lalu manusia masih menggunakan
bahan organik yang bersifat ramah lingkungan untuk membantu mereka dalam membuat bangunan maka
manusia mulai menciptakan inovasi berupa semen, beton dan lain-lain. Namun, masalah mulai
bermunculan inovasi manusia dalam membentuk bahan bangunan yang mereka gunakan tidak hanya
menimbulkan dampak positif melainkan juga dampak negatif dari bahan bahan bangunan yang kurang
berifat ramah lingungan ini. Berdasarkan hal inilah kami memiliki tujuan untuk mengurangi bahan bangunan
yang tidak ramah lingkungan dalam membangun kota.

DEFINISI BETON

Beton merupakan bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi dan pengikat semen. Bentuk
paling umum adalah semen portland yang terdiri dari bahan kerikil dan pasir, semen dan air. Beton di
gunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyebrangan,
truktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok.
Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland,
yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semendan air. Biasanya dipercayai bahwa
beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena
air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk
material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan,
jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau
tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.

Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai pembentuknya telah
dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin sebelumnya. Dengan campuran kapur, pozzolan,
dan batu apung, bangsa Romawi banyak membangun infrastruktur seperti akuaduk, bangunan, drainase
dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan yang serupa bisa dilihat pada beberapa bangunan kuno yang
tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang dibangun pada abad ke-7 oleh kerajaan Lamuri, bahan
bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan batu gunung. Orang Mesir telah menemukan sebelumnya
bahwa dengan memakai aditif debu vulkanik mampu meningkatkan kuat tekan beton.

Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam tariknya. Jika struktur itu langsung jika tidak
diberi perkuatan yang cukup akan mudah gagal. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tariknya sekitar 9%-5%
kuat tekannya. Maka dari itu perkuatan sangat diperlukan dalam struktur beton. Perkuatan yang umum
adalah dengan menggunakan tulang baja yang jika dipadukan sering disebut dengan beton bertulang.
Bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan konstruksi. Banyak bahan alami,
seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu, bahkan ranting dan daun telah digunakan untuk membangun
bangunan. Selain dari bahan alami, produk buatan banyak digunakan, dan beberapa lagi kurang sintetik.
Industri pembuatan bahan bangunan didirikan di banyak negara dan penggunaan bahan-bahan tersebut
biasanya dibagi ke dalam perdagangan khusus tertentu, seperti pertukangan, pipa, atap dan pekerjaan
isolasi. Acuan ini berhubungan dengan tempat tinggal manusia dan struktur termasuk rumah.
BAB III
METODE PENULISAN

a. Sumber dan Jenis Data


Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal dari berbagai literature
kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Beberapa jenis referensi utama yang
digunakan adalah artikel ilmiah yang bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variatif, bersifat
kualitatif.

b. Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi di dapatkan dari berbagai literatur dan disusun
berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama
lain dan sesuai dengan topik yang dibahas.

c. Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topic kajian. Kemudian dilakukan
penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik
analisis data bersifat deskriptif argumentatif.

d. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah, tujuan penulisan, serta
pembahasan. Kesimpulan yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan karya tulis, serta didukung
dengan saran praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah kami peroleh, bahan inovasi material pengganti
beton yang paling ramah lingkungan adalah beton yang divariasikan dari batu bata yang terbuat dari jamur
Miselumyang telah dibiarkan tumbuh pada bahan bahan organic seperti batang jerami dan bambu kemudian
dibiarkan mengering. Namun, tidak banyak orang tahu tentang fakta dibalik beton. Produksi bahan-bahan
pembentuk beton menghasilkan berton-ton gas rumah kaca berupa karbondioksida (CO2) ke atmosfer
setiap tahunnya. Polusi tersebut memicu proses perubahan iklim yang kita rasakan sekarang.
Untuk mengatasi kebutuhan pengganti bahan beton tersebut, berikut ini 4 inovasi material
bangunan sebagai sebuah alternatif beton dan menurunkan efek buruknya terhadap lingkungan.

1. Batang Jerami
Bangunan yang terbuat dari tumpukan batang jerami mengingatkan pada zaman dimana rumah-
rumah dibangun menggunakan material yang alami dan diproduksi lokal. Batang jerami yang digunakan
untuk menggantikan dinding bata, kayu atau gipsum ternyata dapat menghasilkan insulasi yang sangat baik
bila disusun dengan baik. Tidak hanya murah namun juga berkelanjutan karena jerami tumbuh sangat cepat
di alam. Salah satu alternatif yang akan digunakan untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan batako
tidak berlubang, dengan bahan tambah jerami padi (batang padi setelah pasca panen). Dengan optimalisasi
pemanfaatan limbah pertanian yang berupa jerami padi ini diharapkan akan mengurangi limbah yang
mencemari lingkungan dan dapat mengurangi kerusakan lahan pertanian yang dibutuhkan masyarakat
sebagai tempat menanam padi.
Pertanaman padi tidak hanya menghasilkan padi (gabah) tetapi juga jerami. Jerami padi
merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan.
Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton setiap hektar pada masa panen, atau 4-5
ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan. Bila produksi padi
dilakukan tiga kali setiap tahun, berarti jumlah gabah maupun jerami yang dihasilkan menjadi tiga kali lipat
dari semula dan tentu sangat bermanfaat. Ketersediaan jerami sebanyak ini biasanya digunakan untuk
pakan ternak seperti sapi atau kerbau.
Jerami juga merupakan salah satu tanaman yang mengandung serat dan telah digunakan produksi
pulp dan kertas. Begitu juga pemanfaatan jerami sebagai bahan bangunan, semisal digunakan sebagai
bahan penutup atap pada tempat peristirahatan atau cottage. Pemanfaatan jerami sebagai bahan bangunan
dapat mengurangi dua pertiga jumlah batu bata yang dipakai dalam membangun dinding eksterior. Hal
tersebut dibuktikan dengan pemanfataan jerami didaerah yang beriklim dingin (timur laut-cina), tumpukan
jerami dipakai sebagai bahan dinding eksterior bangunan. Tumpukan jerami ini kemudian diplester kedua
sisi. Menghasilkan dinding setebal 45-60 cm yang kelihatannya mirip dengan dinding bata jemuran (adobe)
atau batu, dengan demikian pemanfaatan jerami padi akan mengurangi polusi dan pemakaian tanah liat
yang langka. Rumah-rumah yang dibangun dengan program tersebut sejauh ini mampu bertahan terhadap
gempa karena dinding jerami yang ringan dan lentur ini mampu menyerap goncangan gempa (alambina-
construction intelligence, htm, 2005).
Untuk menambah kekakuan pada cetakan jerami yang digunakan sebagai bahan tambah batako
tidak berlubang, dapat ditambah dengan lem kayu yang banyak terdapat di toko-toko bangunan atau lem
buatan yang dapat dibuat sendiri, seperti lem yang dibuat dari tepung tapioka atau pati kanji. Penggunaan
lem kayu yang digunakan untuk menambah kekakuan jerami padi sehingga diharapkan dapat menambah
kuat tekan pada pembuatan batako tidak berlubang. Alasan lain penggunaan bahan jerami untuk bahan
campuran beton ringan adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan (Eco-Architecture) dengan
sentuhan teknologi baru. Dibandingkan dengan batako biasa, batako dengan penambahan jerami padi ini
dimungkinkan mempunyai berat yang lebih ringan, sehingga dapat digunakan pada daerah rawan gempa.
2. Beton Rumput
Bahan ini biasanya digunakan di jalur pejalan kaki namun memiliki lubang-lubang yang cukup
untuk rumput tumbuh di sela-selanya. Bahan ini mengurangi pemakaian beton dan juga bisa menjadi jalan
masuknya air hujan ke dalam tanah. Menggunakan perkerasan (beton) sebagai penutup tanah terkesan
lebih praktis dan mudah dibersihkan. Namun, memakai perkerasan memiliki kelemahan menghambat air
meresap ke dalam tanah.
Sementara itu, memanfaatkan rumput untuk menutup tanah dapat menyerap air, menghadirkan
sentuhan alami, serta memasok oksigen sehingga ramah lingkungan. Namun demikian, rumput
membutuhkan perawatan khusus. Rumput juga mudah rusak dan kemudian apabila kerap terinjak-injak.
Kini, dengan memadukan keduanya, kelemahan perkerasan dan rumput bisa diatasi. Rumput lebih
awet karena ada perkerasan, sementara air bisa dengan mudah terserap masuk ke dalam tanah dan
permukaan tanah tetap keras karena perkerasan beton.
Dengan teknik kombinasi seperti ini, halaman rumah akan tertutup tanah yang kuat dan tetap
ramah lingkungan. Tanpa rasa khawatir rusak, tanah yang tertutup oleh keduanya dapat juga berfungsi
sebagai tempat parkir mobil atau aktivitas berat lainnya.

3. Tanah Yang Dipadatkan


Apalagi yang lebih alami daripada merasakan tanah sebagai lantai rumah? Bahkan sebenarnya
dinding yang mirip dengan beton bisa dibuat dengan hanya memadatkan tanah di rangka kayu. Pemadatan
tanah adalah teknologi yang digunakan oleh peradaban manusia sejak ribuan tahun lalu dan mampu
bertahan lama. teknik pembuatan rumah ini sebenarnya mendahului konstruksi bata-lumpur yang terkenal
di daerah tersebut. Lapis demi lapis tanah ditambahkan dalam proses, menjaga ketebalan dinding yang
akan mampu membuat penghuninya selamat dari berbagai cuaca.
Selain dinding rumah, penduduk juga membuat dinding-dinding pendek yang berjasa sebagai
elemen lanskap urban. Dinding pendek tersebut menyediakan tempat duduk untuk bercengkrama dan
bekerja. Fitur paling menakjubkan di sini adalah onamen pada dinding-dinding rumah. Hampir setiap inci
rumah tanah liat ini memiliki hiasan berupa motif terbuat dari lumpur berwarna dan kapur. Motif tersebut
merupakan cerita dari kebudayaan suku kuno. Adapun yang digambarkan dari motif-motif itu antara lain
berabagai barang dan perabotan di kehidupan sehari-hari, hingga kepercayaan dan agama. Rupanya,
dekorasi tersebut sekaligus juga membedakan satu rumah dengan rumah lainnya. Anda tidak akan
menemui bangunan "polos" di kawasan ini.
Umumnya, karya seni berupa motif yang membedakan antara satu rumah dengan rumah lainnya
diembos dengan batu dan goresan-goresan. Selain itu, rumah ini juga memiliki bukaan pintu berukuran
kecil. Hal ini membantu pemiliknya mendapatkan temperatur interior yang nyaman.

4. Bambu
Bambu merupakan bahan bangunan yang sudah digunakan di beberapa negara selama ribuan
tahun. Hal yang paling menjanjikan dari bahan ini adalah kombinasi antara kekuatannya dalam menghadapi
tekanan, berbobot ringan, dan sangat cepat tumbuh di alam. Digunakan sebagai rangka bangunan dan
untuk bangunan sederhana, bambu bisa menggantikan bahan yang diimpor dan mahal, terutama di daerah
pedalaman, bangunan pasca bencana dan untuk daerah yang berpendapatan rendah namun memiliki
akses luas terhadap tanaman bambunya.
Bambu merupakan material yang dibandrol dengan harga relatif murah. Rata-rata harga bambu
saat ini berkisar antara Rp8.000 hingga Rp15.000 per batang tergantung kualitas. Coba bandingkan
dengan harga kayu ukuran reng dan usuk saja, selisihnya sudah setengahnya. Itulah kenapa bambu bisa
menjadi salah satu material yang direkomendasikan untuk menghemat budget pembangunan.
Bentuknya yang tidak padat alias memiliki rongga di dalamnya otomatis membuat bambu memiliki
bobot yang lebih ringan daripada material-material yang lain. Hal ini memungkinkan distribusinya bisa
dikerjakan lebih mudah, pun demikian dengan pemasangannya. Bambu juga gampang dibentuk sesuai
keinginan penggunanya.
Bambu adalah bahan bangunan yang memiliki tingkat elastisitas yang tinggi. Material ini bisa
mempertahankan kedudukannya dengan baik. Hal ini pula yang menjadikan bambu sebagai material terbaik
untuk bangunan yang berdiri di daerah-daerah rawan gempa. Kalaupun bangun rubuh, bobot bambu yang
ringan tidak begitu membahayakan penghuni bangunan tersebut. Salah satu alasan kenapa bambu
termasuk bahan yang ramah lingkungan yaitu bambu mudah sekali hidup di suatu tempat.
Tingkat pertumbuhannya pun tergolong yang paling cepat di dunia. Bambu yang layak digunakan
biasanya berusia antara 3-5 tahun. Bambu mempunyai tingkat kuat tarik yang setara dengan baja
berkualitas sedang pada berat jenis yang sama. Bahkan bambu yang sudah diawetkan terlebih dahulu
diklaim sangat kokoh untuk dijadikan kolom bangunan bertingkat. Perlu diketahui, kabar hebatnya bambu
dalam menopang bangunan sudah lama tersiar di masyarakat Indonesia terbukti dari banyaknya bangunan-
bangunan kuno yang menggunakan bambu sebagai penopangnya. Bagi pecinta desain natural alami,
bambu adalah opsi yang terbaik. Bagaimana tidak karena kesan alami yang dapat ditimbulkan dari material
ini begitu kuat. Untuk dekorasi, bambu biasanya dihadirkan dalam bentuk perabotan, hiasan dinding,
aksesoris, dan lantai. Karena langsung dari alam dan bukan buatan pabrik, karakteristik bambu tidak pernah
sama.
Diameter yang berbeda-beda memerlukan ketelitian dalam proses seleksi bambu tahap awal.
Coba perhatikan, jarak ruas di bambu pun tidak pernah sama dari bagian ujung sampai pangkal. Hal ini
menyebabkan kesulitan tersendiri dalam memadukan bambu-bambu secara harmonis. Kendati tergolong
material yang kuat, bambu memiliki kelemahan pada detail sambungannya. Sambungan antar-bambu yang
membentuk struktur mempunyai tingkat kesulitan yang rumit. Sehingga diperlukan penguasaan bambu
yang mendalam sebelum dapat menggunakannya dengan baik. Rayap juga dikenal suka sekali
menggerogoti bambu. Jika sudah diserang, tentu kekuatan bambu akan berkurang drastis dan cepat rusak.
Solusi mengatasi kejadian buruk ini adalah dengan mengoleskan cairan anti-rayap di permukaan bambu
secara berkala.
BAB V
PENUTUP

a. Kesimpulan
Jadi, penggunaan beton sebagai bahan bangunan dapat kita ganti dengan bahan-bahan yang ramah
lingkungan serta berada di dekat kita. Dan bahan-bahan ini pun bersifat ramah lingkungan tanpa merugikan
alam, contohnya penggantian beton dengan Miselum. Dimana Miselum ini terbuat dari hifa jamur yang
dikeringkan. Begitu pula dengan beton dari jerami, dimana jerami ini memberikan keuntungan bagi kita,
karena bahan jerami yang ringan dan juga dapat menyerap getaran, sangat cocok bagi wilayah yang rawan
gempa.

b. Saran
Sebaiknya inovasi material pengganti beton yang ramah lingkungan sudah seharusnya diterapkan
dalam ruang lingkup yang luas. Misal, pembangunan rumah susun dengan dinding yang terbuat dari jerami,
atau memanfaatkan bahan-bahan yang hasilnya dua kali lipad dari beton biasa (bersifat
sustainable). Karena semakin kreatif suatu inovasi dapat diimplementasikan secara menyeluruh. Semua
orang pasti akan tertarik untuk mengikutinya. Jangan sampai bahan pengganti beton yang ramah
lingkungan ini menjadi susah didapat dan mahal bagi masyarakat Indonesia. Ditambah lagi dengan
kelebihan-kelebihan yang pengganti beton yang sangat menguntungkan bagi kehidupan manusia, misalnya
ramah lingkunga, biaya murah dan bahan dapat ditemukan dengan mudah di alam.

Anda mungkin juga menyukai