17D10102 Ni Putu Dita Kusuma Handayani B
17D10102 Ni Putu Dita Kusuma Handayani B
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
i
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
NI PUTU DITA KUSUMA HANDAYANI
NIM. 17D10102
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Studi D IV
Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali
pada Tanggal 19 Juni 2021
Anggota :
iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk Menurunkan Nyeri
Paska Operasi Sectio Caesarea Di RSU Kertha Usada Buleleng : Studi Kasus
Deskriptif”, telah disajikan di depan dewan penguji pada tanggal 19 Juni 2021 telah
diterima serta disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi dan Rektor Institut Teknologi
Dan Kesehatan Bali
NIDN 0812047805
NIDN 0807087401
NIDN 0825068903
Mengetahui
I Gede Putu Darma Suyasa., S.Kp., M.Ng.,Ph.D dr. Agus Shuarsedana, Sp.An
NIDN. 0823067802 NIR. 17131
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Dibuat di : Denpasar
Pada tanggal : Juni 2021
Yang menyatakan
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai civitas akademik Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali, saya
yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ni Putu Dita Kusuma Handayani
NIM : 17D10102
Program Studi : D-IV Kepenataan Anestesiologi
Jenis Karya : Skripsi
Dibuat di : Denpasar
Pada tanggal : Juni 2021
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Teknik
Relaksasi Nafas Dalam untuk Menurunkan Nyeri Paska Operasi Sectio Caesarea
di RSU Kertha Usada Buleleng : Studi Kasus Deskriptif”.
viii
8. Bapak I Gede Galang Surya Pradnyana,M.Pd selaku wali kelas B yang
selalu memberikan dukungan serta semangat hingga selesainya skripsi ini.
9. Bapak I Wayan Gunartha dan Ibu Ni Made Rusmiati sebagai orang tua yang
selalu banyak memberikan dukungan serta dorongan moral dan materiil
hingga selesainya skripsi ini.
10. Adik penulis I Kadek Dwi Artha Dharma Putra yang selalu memberikan
dukungan serta dorongan moral hingga selesainya skripsi ini.
11. Teman-teman penulis serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis
ix
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENURUNKAN NYERI
PASKA OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSU KERTHA USADA
BULELENG : STUDI KASUS DESKRIPTIF
ABSTRAK
Kesimpulan : Adanya penurunan intensitas nyeri pada pasien paska operasi sectio
caesarea setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam.
x
A DEEP BREATHING RELAXATION TECHNIQUE TO REDUCE PAIN
ON POST OPERATIVE CAESAREAN SECTION IN KERTHA USADA
HOSPITAL: A DESCRIPTIVE CASE STUDY
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
xii
2. Indikasi Sectio Caesarea .............................................. 6
3. Patofisiologi Sectio Caesarea ...................................... 7
4. Komplikasi Sectio Caesarea ........................................ 7
5. Resiko Sectio Caesarea................................................ 8
B. Konsep Nyeri ..................................................................... 8
1. Definisi Nyeri ............................................................... 8
2. Mekanisme Nyeri ......................................................... 9
3. Klasifikasi Nyeri .......................................................... 10
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ................... 12
5. Karakteristik Nyeri ....................................................... 13
6. Penilaian Intensitas Nyeri ............................................ 14
7. Respon Tubuh Terhadap Nyeri .................................... 18
8. Penatalaksanaan Nyeri ................................................. 18
C. Konsep Teknik Relaksasi Nafas Dalam ............................. 20
1. Definisi Relaksasi Nafas Dalam .................................. 20
2. Tujuan Relaksasi Nafas Dalam .................................... 20
3. Indikasi Relaksasi Nafas Dalam .................................. 21
4. Kontraindikasi Relaksasi Nafas Dalam ........................ 21
5. Prosedur Relaksasi Nafas Dalam ................................. 21
6. Manfaat Relaksasi Nafas Dalam .................................. 21
7. Faktor yang mempengaruhi Relaksasi Nafas Dalam ... 22
xiii
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kertha Usada
Buleleng ............................................................................. 31
B. Karakteristik Pasien Paska Operasi SC .............................. 31
C. Karakteristik Nyeri Pasien Paska Operasi SC.................... 32
D. Intensitas Nyeri Sebelum Diberikan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam ....................................................................... 32
E. Intensitas Nyeri Setelah Diberikan Teknik Relaksasi Nafas
Dalam ................................................................................. 32
F. Penurunan Intensitas Nyeri Setelah Diberikan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam ...................................................... 34
A. Simpulan ............................................................................ 40
B. Saran ................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Penilaian Intensitas Nyeri Visual Analog Scale (VAS) ................. 15
Gambar 2.1 Penilaian Intensitas Nyeri Verbal Rating Scale (VRS) ................. 16
Gambar 2.1 Penilaian Intensitas Nyeri Numeric Rating Scale (NRS)............... 16
Gambar 2.1 Penilaian Intensitas Nyeri Wong Baker Pain Rating Scale ........... 17
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang ibu pasti menginginkan proses persalinannya berjalan
lancar dan melahirkan bayi yang sempurna. Proses persalinan ada dua cara
yaitu persalinan normal melalui vagina dan persalinan dengan tindakan
operasi sectio caesarea (Esta, 2017). Sectio caesarea merupakan proses
persalinan melalui tindakan pembedahan dengan membuat sayatan pada
dinding perut ibu dan dinding rahim untuk mengeluarkan bayi (Amita, D.,
Fernalia, Yulendasari, 2018). Indikasi dipilihnya tindakan sectio caesarea
adalah adanya gawat janin, mal presentasi, prolapsus tali pusat, disproporsi
sefalo pelvic, kelainan letak, riwayat persalinan yang buruk, plasenta previa,
pre-eklamsia atau eklamsia, kehamilan dengan penyakit penyerta dan
adanya gangguan dalam perjalanan persalinan normal (Roberia, 2018).
Jumlah ibu melahirkan dengan sectio caesarea menurut Data World
Health Organization (WHO) menyatakan hampir 30 tahun mengalami
peningkatan 10%-15% dari semua proses persalinan di negara maju dan
berkembang (Betran et al., 2016). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS, 2018) menunjukkan angka kejadian persalinan di Indonesia
sebanyak 17,6 % dari total persalinan dengan sectio caesarea. Di Bali
sebanyak 30,2 % dari total persalinan dengan sectio caesarea. Berdasarkan
data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Dinas Kesehatan Provinsi Bali
pada tahun 2015 sekitar 58,5% dari total persalinan melalui pembedahan
sectio caesarea. Dengan kasus terbanyak terjadi di Kota Denpasar (4.915
kasus), kedua ditempati oleh Kabupaten Gianyar (2.567 kasus), selanjutnya
Kabupaten Tabanan (1.061 kasus), Kabupaten Badung (1.045 kasus),
Kabupaten Buleleng (967 kasus), Kabupaten Klungkung (631 kasus),
Kabupaten Jembrana (616 kasus), Kabupaten Bangli (592 kasus), dan kasus
paling sedikit terjadi di Kabupaten Karangasem (513 kasus) (Ratih, 2019).
1
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan banyaknya kasus persalinan
menggunakan tindakan sectio caesarea.
Tindakan persalinan dengan sectio caesarea mengakibatkan
terjadinya nyeri pada bekas luka operasi karena terjadinya perubahan
kontinuitas jaringan karena adanya pembedahan. Pada saat operasi
digunakan anestesi agar pasien tidak merasa nyeri, namun setelah operasi
selesai dan pasien mulai sadar akan merasakan nyeri di daerah sayatan
(Pratiwi, 2012). Nyeri setelah operasi sebenarnya wajar terjadi karena tubuh
mengalami luka dan proses penyembuhan yang tidak sempurna (Amita, D.,
Fernalia, Yulendasari, 2018). Nyeri didefinisikan sebagai suatu bentuk
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi
kerusakan jaringan (Mangku, G & Senapathi, 2018). Faktor yang
mempengaruhi nyeri adalah usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri,
perhatian, ansietas keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping dan
dukungan dari keluarga (Tamsuri, 2012).
Nyeri tersebut akan menimbulkan berbagai masalah yaitu
mengalami kesulitan dalam perawatan bayi, melakukan aktivitas, dan
kesulitan dalam menyusui sehingga menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
dan melakukan penundaan pemberian ASI (Pratiwi, 2012). Selain itu
dampak nyeri yang perlu diperhatikan adalah pengaruhnya terhadap pola
tidur, pola makan, energi, dan aktifitas sehari-hari (Amita, D., Fernalia,
Yulendasari, 2018). Apabila tidak segera ditangani nyeri dapat memicu
respon stress yang menimbulkan peningkatan laju metabolisme dan curah
jantung, kerusakan respon insulin, peningkatan produksi kortisol dan retensi
cairan (Widiatie, 2015).
Di bidang kesehatan untuk menangani nyeri yang dialami pasien
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan manajemen nyeri.
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu
manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi (Agung et al.,
2013). Manajemen farmakologi merupakan suatu tindakan kolaborasi
2
antara dokter dengan perawat untuk mengatasi nyeri dengan memberikan
obat analgetik. Sedangkan manajemen non farmakologi boleh diberikan
oleh perawat secara mandiri melalui teknik distraksi maupun relaksasi
(Widiatie, 2015).
Salah satu manajemen non farmakologi dengan teknik relaksasi
yaitu teknik relaksasi nafas dalam (Widarini, 2018). Teknik relaksasi nafas
dalam menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang
menyebabkan nyeri. Keuntungan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah
dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, caranya yang mudah tanpa
mengunakan suatu media, dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien
(Ulinnuha, 2017).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agung et al (2013)
menyatakan sebagian besar tingkat nyeri sebelum diberikan teknik relaksasi
napas dalam adalah skala 6 atau nyeri sedang dan setelah diberikan teknik
relaksasi napas dalam turun menjadi skala 3 atau nyeri ringan. Penelitian
yang dilakukan oleh Widiatie (2015) menunjukkan ada pengaruh antara
teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada ibu
post sectio sesarea. Dalam penelitian Tri & Niken (2019) menunjukkan
bahwa teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan intensitas nyeri
pada pasien post operasi sectio caesarea. Dapat disimpulkan bahwa secara
signifikan terjadi penurunan nyeri setelah diberikan terapi teknik relaksasi
nafas dalam.
Dari hasil observasi di RSU Kertha Usada Buleleng penggunaan
teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri belum sepenuhnya
dilakukan. Karena apabila pasien mengeluh nyeri, manajemen yang
diberikan adalah manajemen farmakologi dengan memberikan obat
analgesik. Sehingga belum diketahui secara pasti apakah memang benar
teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien
sesuai dengan teori dan referensi yang ada.
Berdasarkan uraian dan data diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai teknik relaksasi napas dalam untuk
3
menurunkan nyeri paska operasi sectio caesarea di Ruangan Kresna RSU
Kertha Usada Buleleng dengan desain studi kasus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran pelaksanaan teknik
relaksasi napas dalam untuk menurunkan nyeri paska operasi sectio
caesarea di RSU Kertha Usada Buleleng?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri
pada pasien paska operasi sectio caesarea.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan karakteristik pasien paska operasi sectio
caesarea.
b. Untuk mendeskripsikan karakteristik nyeri pasien paska operasi
sectio caesarea.
c. Untuk mendeskripsikan intensitas nyeri pasien paska operasi sectio
caesarea sebelum diberikan teknik relaksasi napas dalam.
d. Untuk mendeskripsikan intensitas nyeri pasien paska operasi sectio
caesarea setelah diberikan teknik relaksasi napas dalam.
e. Untuk mendeskripsikan penurunan intensitas nyeri setelah diberikan
teknik relaksasi napas dalam pada pasien paska operasi sectio
caesarea.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
dan sebagai tambahan informasi untuk menambah pengetahuan serta
sumber data bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan teknik
4
relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri paska operasi sectio
caesarea.
2. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis ini dapat bermanfaat dan ditujukan kepada :
a. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan masukan kepada pihak rumah sakit mengenai pentingnya teknik
relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri paska operasi.
b. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan pasien tentang relaksasi nafas dalam untuk
menurunkan nyeri.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
b. Indikasi berasal dari janin
Indikasi yang berasal dari janin yaitu adanya gawat janin
atau fetal distress, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, dan kegagalan
persalinan vakum.
3. Patofisiologi
Patofisiologi dilakukannya tindakan sectio caesarea adalah
terjadinya kelainan pada ibu maupun pada janin sehingga persalinan
normal tidak memungkinkan untuk dilakukan (Solehati, 2017 dalam
Roberia, 2018).
Ada beberapa hambatan dalam proses persalinan sehingga
menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya
plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis, panggul sempit,
partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsia, distosia servikal dan
mall presentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea (SC).
4. Komplikasi
a. Infeksipuerpeal
Terdapat kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa
nifas termasuk komplikasi yang bersifat ringan, sedangkan
komplikasi yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan lainnya.
b. Perdarahan
Perdarahan saat pembedahan yang banyak bisa timbul jika cabang-
cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi lain seperti luka pada kandung kencing, embolisme
paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, adalah kurang
kuatnya parut pada dinding uterus sehingga bisa menyebabkan
terjadinya rupture uteri pada kehamilan selanjutnya. Kemungkinan
komplikasi ini lebih banyak ditemukan setelah tindakan sectio
caesarea klasik (Solehati, 2017 dalam (Roberia, 2018).
7
5. Risiko Sectio Caesarea
Terdapat beberapa risiko pembedahan dengan tindakan sectio
caesarea yaitu :
a. Masalah yang muncul akibat bius (anestesi) yang digunakan dalam
pembedahan dan obat-obatan analgetik untuk menghilangkan nyeri
Paska bedah.
b. Peningkatan kejadian infeksi dan kebutuhan akan antibiotika.
c. Perdarahan yang lebih berat dan peningkatan resiko perdarahan
yang menimbulkan terjadi anemia atau diperlukannya tranfusi
darah.
d. Rawat inap yang lebih lama sehingga meningkatkan biaya
persalinan.
e. Nyeri paska bedah yang bisa terjadi berminggu-minggu hingga
berbulan-bulan sehingga menggangu aktivitas seperti sulit merawat
diri sendiri dan merawat bayi.
f. Timbulnya masalah pada perut seperti jaringan parut atau
perlekatan.
g. Kemungkinan terjadinya cedera pada organ-organ disekitar perut
seperti usus besar atau kandung kemih dan risiko pembentukan
bekuan darah dan kaki pada daerah panggul.
h. Adanya risiko pada bayi seperti masalah pada saluran pernafasan
dan temperatur suhu tubuh.
i. Tingkat kemandulan yang lebih tinggi dibandingkan wanita yang
melahirkan melalui pervagina.
j. Peningkatan resiko plasenta yang tertahan (plasenta pervia) pada
kehamilan berikutnya.
k. Peningkatan kemungkinan harus dilakukannya bedah caesarea pada
persalinan berikutnya. (Sholihah, 2019).
8
B. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan
atau cenderung akan terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang
menunjukkan kerusakan jaringan (Mangku, G & Senapathi, 2018).
Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut dalam tubuh ke otak
dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional. Respon
fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut
nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Nyeri
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri pada setiap orang
berbeda dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
(Sari et al., 2018).
2. Mekanisme Nyeri
Nyeri timbul akibat adanya rangsangan oleh zat-zat algesik pada
reseptor nyeri yang banyak dijumpai pada lapisan superfisial kulit dan
pada beberapa jaringan di dalam tubuh. Mekanisme timbulnya nyeri
didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer,
perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi
struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan
pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi (Mangku, G & Senapathi, 2018).
a. Transduksi (“transduction”), merupakan proses stimuli nyeri
(“naxious stimuli”) yang diterjemahkan atau diubah menjadi suatu
aktivitas listrik pada ujung-ujung saraf.
b. Transmisi (“transmission”), merupakan proses penyaluran impuls
melalui saraf sensoris menyusul proses transduksi. Impuls ini akan
disalurkan oleh serabut saraf A delta dan serabut C sebagai neuron
pertama dari perifer ke medulla spinais.
9
c. Modulasi (“modulation”), adalah proses interaksi antara sistem
analgesik endogen dengan impuls nyeri yang masuk ke kornu
posterior medulla spinalis. Sistem analgesik endogen meliputi,
enkefalin, endofrin, serotonin dan noradrenalin yang mempunyai
efek menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis.
Dengan demikian kornu posterior diibaratkan sebagai pintu gerbang
nyeri yang bisa tertutup atau terbuka untuk menyalurkan impuls
nyeri. Proses tertutup atau terbukanya pintu nyeri tersebut
diperankan oleh sistem analgesik endogen tersebut di atas.
d. Persepsi (“perception”), adalah hasil akhir dari proses interaksi yang
kompleks dan unik yang dimulai dari proses transduksi, transmisi.
dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan
yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.
3. Klasifikasi Nyeri
a. Klasifikasi nyeri berdasarkan awitan
Nyeri berdasarkan waktu kejadian dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis menurut Tamsuri
(2012 dalam Ulinnuha, 2017).
1) Nyeri Akut
10
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu kurang dari
6 bulan atau durasi 1 detik. Nyeri akut dapat menghilang dengan
sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan
jaringan sembuh.
2) Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari
6 bulan. Nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermiten
atau bahkan persisten. Nyeri kronis menimbulkan kelelahan
mental dan fisik bagi penderitanya.
b. Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi
Menurut Ulinnuha, (2017) Nyeri berdasarkan lokasi dapat
dibedakan menjadi lima jenis, yaitu :
1) Nyeri somatik dalam (deep somatic pain)
Adalah nyeri yang terjadi pada otot tulang serta struktur
penyokongnya. Nyeri bersifat tumpul dan distimulasikan dengan
adanya peregangan iskemia.
2) Nyeri visceral
Nyeri yang disebabkan oleh adanya luka pada organ atau
jaringan tertentu.
3) Nyeri sebar (radiasi)
Adalah sensasi nyeri yang meluas dari sensasi asal ke
jaringan sekitar.
4) Nyeri bayangan (fantom)
Adalah nyeri khusus yang dirasakan pada klien yang
mengalami amputasi.
5) Nyeri alih (referred pain)
Adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri visceral yang
menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa
tempat.
c. Klasifikasi nyeri berdasarkan etiologi nyeri
11
Menurut Zakiyah (2015 dalam Widarini, 2018) nyeri
berdasarkan etiologi nyeri dapat dibedakan menjadi :
1) Nyeri fisiologi atau nyeri organik
Adalah nyeri akibat adanya kerusakan organ tubuh seperti
cedera, penyakit atau pembedahan pada organ.
2) Nyeri psikogenik
Adalah nyeri yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti
cemas dan takut.
3) Nyeri neurogenik
Adalah nyeri akibat adanya gangguan pada neuron, dapat
terjadi secara akut maupun kronis.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Tamsuri (2012) antara
lain :
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi nyeri
pada individu. Perbedaan usia mempengaruhi nyeri. Anak kecil
memiliki kesulitan dalam memahami dan mengekspresikan nyeri
dibandingkan orang dewasa.
b. Jenis Kelamin
Seorang laki-laki lebih berani sehingga menyebabkan laki-laki lebih
tahan terhadap nyeri daripada wanita.
c. Kebudayaan
Ada kebudayaan yang mengajarkan untuk menutup prilaku untuk
tidak memperlihatkan nyeri namun beberapa kebudayaan meyakini
bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu yang wajar.
d. Makna Nyeri
Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan adaptasi
terhadap nyeri.
e. Perhatian
12
Upaya pengalihan nyeri dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Apabila seseorang mampu mengalihkan perhatian maka
sensasi nyeri akan berkurang.
f. Ansietas
Kecemasan meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri dapat
menimbulkan kecemasan.
g. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri yang menurunkan
kemampuan.
h. Pengalaman sebelumnya
Orang yang pertama kali mengalami nyeri akan mengalami nyeri
yang lebih buruk daripada orang yang sudah memiliki pengalaman
nyeri karena sudah terbentuk koping yang baik untuk menangani
nyeri tersebut.
i. Gaya Koping
Gaya koping berhubungan dengan pengalaman nyeri, klien sering
menemukan cara mengembangkan koping terhadap efek fisiologis.
j. Dukungan Keluarga dan Sosial
Dukungan keluarga atau orang yang dicintai akan meminimalkan
persepsi nyeri.
5. Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri dapat diukur dan dilihat berdasarkan lokasi
nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya
(terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya
intensitas) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam
atau superfisial, atau bahkan seperti digencet).
Karakteristik nyeri juga dapat dilihat berdasarkan metode PQRST :
a. P Provocate
Sebagai tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab
terjadinya nyeri pada pasien atau klien.
b. Q Quality
13
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan
oleh klien, seringkali nyeri dideskripsikan dengan kalimat nyeri
seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau
bahkan seperti digencet.
c. R Region
Untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman.
Untuk melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga kesehatan
meminta klien untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal
sampai kearah nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan
apabila nyeri yang dirasakan bersifat menyebar.
d. S Scale
Tingkat keparahan merupakan hal yang paling subjektif yang
dirasakan oleh klien, karena akan menanyakan bagaimana kualitas
nyeri. Kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala
nyeri yang sifatnya kuantitas.
e. T Time
Tenaga kesehatan mengkaji awitan, durasi, dan rangkaian nyeri.
Perlu ditanyakan kapan nyeri mulai muncul, berapa lama nyeri,
seberapa sering kambuh, dan lain-lain (Sholihah, 2019).
6. Penilaian Intensitas Nyeri
Menurut Yudiyanta et al (2015) ada beberapa cara untuk membantu
menilai intensitas nyeri menggunakan skala assessment nyeri tunggal
atau multidimensi.
a. Skala assessment nyeri Uni-dimensional
Hanya mengukur intensitas nyeri, cocok (appropriate) untuk
nyeri akut, skala yang biasa digunakan untuk evaluasi outcome
pemberian analgetik. Skala assessment nyeri uni-dimensional
meliputi :
14
1) Visual Analog Scale (VAS)
(VAS) merupakan cara untuk menilai nyeri yang paling
banyak digunakan. Rentang nyeri diwakili dengan garis
sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter.
Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang
lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin dirasakan.
Digunakan pada pasien anak diatas 8 tahun dan dewasa.
Penggunaan VAS sangat mudah dan sederhana, namun untuk
menilai nyeri paska bedah tidak banyak bermanfaat karena
memerlukan koordinasi visual dan motorik serta konsentrasi
yang penuh.
15
2) Verbal Rating Scale (VRS)
Penilaian nyeri VRS menggunakan angka 0 sampai 10 untuk
menggambarkan intensitas nyerinya. VRS bisa digunakan untuk
menilai periode paska bedah karena tidak terlalu mengandalkan
koordinasi visual dan motorik. Skala verbal menggunakan kata-
kata dan bukan garis atau angka. Skala yang digunakan berupa
tidak ada nyeri, nyeri sedang, nyeri parah. Hilang/redanya nyeri
dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit
berkurang, cukup berkurang, baik/nyeri hilang sama sekali.
Skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat
membedakan berbagai tipe nyeri.
16
4) Wong Baker Pain Rating Scale
Digunakan untuk menilai intensitas nyeri pada pasien
dewasa dan anak diatas 3 tahun yang tidak dapat
menggambarkan nyerinya dengan angka.
17
Sedangkan menurut Mangku, G & Senapathi (2018) untuk
mengukur derajat nyeri dapat digunakan cara yang sederhana dengan
cara kualitatif, sebagai berikut :
18
yang digunakan adalah analgetika narkotika dan analgetika non
narkotika.
1) Analgetika narkotika
Yang termasuk analgetika narkotika adalah : derivat opiate
seperti morphine dan codein. Narkotik menghilangkan nyeri
dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri seperti
persepsi nyeri. Perubahan perilaku dan perasaan sehat membuat
individu merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
2) Analgetika non narkotika
Yang termasuk kedalam analgetika non narkotika yaitu
derivat dari Asam Salisilat (Aspirin), Paraaminophenols
(Phenacetin), Pyrazolon (Phenylbutazone). Terdapat juga
analgesik kombinasi seperti kombinasi dari analgesik kuat
dengan analgesik ringan. Contohnya : Tylenol, yang merupakan
kombinasi dari acetaminophen (sebagai obat analgesic non
narkotik) dengan codein 30 mg.
b. Manajemen non farmakologi
1) Stimulasi pada area kulit
Stimulasi pada area kulit (cutaneous stimulation) adalah
manajemen nyeri non farmakologi yang dipercaya dapat
mengaktifkan opioid endogen. Teknik ini terdiri atas pemberian
kompres dingin, kompres hangat, massage, dan TENS
(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation).
2) Accupressure
Accupressure adalah penekanan-penekanan pada titik
pengaktif nyeri atau disebut titik akupuntur. Dengan tujuan
memperlancar sirkulasi sehingga tercapai keseimbangan energi.
3) Distraksi
Distraksi merupakan manajemen nyeri non farmakologi
dengan cara mengalihkan perhatian pasien untuk menurunkan
ketakutan pasien terhadap nyeri. Jenis-jenis distraksi antara lain
19
distraksi visual (menonton televisi, membaca koran dll),
distraksi visual (bermain kartu, melakukan kegemaran dan
menulis cerita), distraksi pendengaran (mendengarkan musik,
suara burung atau suara air), distraksi pernafasan (bernafas
ritmik dan memandang fokus pada objek gambar atau
memejamkan mata).
4) Relaksasi
Merupakan teknik menurunkan kecemasan dan ketegangan otot
yang mengakibatkan nyeri. Jenis-jenis relaksasi diantaranya :
a) Relaksasi pernafasan
b) Gambaran dalam pikiran (Imagery)
c) Regangan
d) Senaman
e) Progressive muscular relaxation
f) Bertafakur
20
Tujuan dari relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun
emosional yaitu intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
3. Indikasi Teknik Relaksasi Nafas Dalam
a. Pasien yang mengalami nyeri akut tingkat ringan sampai dengan
sedang akibat penyakit yang kooperatif.
b. Pasien dengan nyeri kronis
c. Nyeri paska operasi
d. Pasien yang mengalami stress (Kurniawati, 2019).
4. Kontraindikasi Relaksasi Nafas Dalam
Relaksasi nafas dalam tidak diberikan pada pasien yang mengalami
sesak nafas (Kurniawati, 2019).
5. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Menurut Ulinnuha (2017) langkah-langkah teknik relaksasi nafas
dalam adalah sebagai berikut :
a. Atur posisi pasien dalam keadaan nyaman
b. Minta pasien menempatkan tangannya ke bagian dada dan perut
c. Minta pasien menarik nafas melalui hidung secara perlahan dan
merasakan kembang kempisnya perut.
d. Minta pasien menahan nafas selama beberapa detik kemudian
keluarkan secara perlahan melalui mulut.
e. Beritahukan pasien bahwa pada saat menghembuskan nafas melalui
mulut, mulut pada posisi mecucu.
f. Mintalah pasien untuk mengeluarkan nafas sampai perut
mengempis.
g. Lakukan latihan nafas ini 2-4 kali
21
Manfaat relaksasi nafas dalam yaitu terjadinya penurunan nadi,
penurunan ketegangan otot, penurunan kecepatan metabolisme,
peningkatan kesadaran global, perasaan damai dan sejahtera dan periode
kewaspadaan yang santai.
Selain itu relaksasi nafas dalam juga memiliki keuntungan
diantaranya dapat dilakukan setiap saat, kapan saja dan dimana saja,
caranya sangat mudah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien
atau klien tanpa media serta dapat merileksasikan otot-otot yang tegang
(Ulinnuha, 2017).
7. Faktor yang Mempengaruhi Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri
Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tingkat nyeri
melalui tiga mekanisme yaitu :
a. Dengan merileksasikan otot skelet yang mengalami spasme atau
ketegangan yang disebabkan oleh insisi / trauma jaringan saat
pembedahan.
b. Relaksasi otot skelet akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami trauma sehingga mempercepat proses penyembuhan dan
menurunkan nyeri.
c. Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya mampu merangsang tubuh
untuk melepaskan opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalin
(Ulinnuha, 2017).
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Menurut Swarjana (2015) desain penelitian adalah rencana
penelitian yang disusun untuk membantu peneliti dalam memperoleh
jawaban terhadap pertanyaan peneliti. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi kasus multiple dengan pendekatan
deskriptif.
Penelitian dengan studi kasus adalah penelitian yang mendalam
tentang individu atau beberapa individu dimana peneliti menyelidiki secara
cermat suatu peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu. Kasus-
kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan
informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Creswell,
2010 dalam Aslidar, 2016).
C. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah dua pasien paska operasi sectio
caesarea yang akan diberikan intervensi teknik relaksasi nafas dalam di
Rumah Sakit Kertha Usada Buleleng pada bulan Februari-Maret 2021.
Dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
23
a. Pasien paska operasi sectio caesarea
b. Pasien dalam keadaan sadar penuh dan dapat berkomunikasi
dengan baik
c. Pasien kooperatif
d. Paska operasi hari ke-1
e. Bersedia menjadi partisipan dan telah menandatangani lembar
infomed consent.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan gangguan pernafasan karena kontraindikasi teknik
relaksasi nafas dalam adalah pasien sesak nafas.
b. Pasien yang mengalami komplikasi durante paska operasi.
D. Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, akuratnya data penelitian diperlukan
karena mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Agar data yang
dikumpulkan akurat, diperlukan instrument penelitian (alat
pengumpulan data) yang valid dan reliable (Swarjana, 2015). Alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti
itu sendiri, alat perekam dan lembar daftar pertanyaan. Lembar daftar
pertanyaan berisi pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara.
24
Metode pengumpulan data interview (wawancara) merupakan suatu
bentuk komunikasi oral, baik secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, antara peneliti dengan responden atau partisipan dalam
proses pengumpulan data penelitian. Bentuk interview diantaranya
personal interview, group interview, dan telephone interview. Bentuk
interview yang paling umum adalah personal atau face-to-face
interview, interviewer melakukan wawancara secara langsung dengan
partisipan untuk menanyakan dan mencatat respon partisipan. Dalam
melakukan interview diperlukan kemampuan interviewer untuk
membuat partisipan merasa nyaman (Swarjana, 2015).
Berdasarkan sumber datanya maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer merupakan
sumber data yang langsung memberikan sumber datanya kepada
pengumpul data sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, contohnya melalui
orang lain atau dokumen (Broto, 2016).
Pada penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan sumber data
primer dengan metode pengumpulan data berupa wawancara.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis
wawancara structured interview melalui personal interview (face to face
interview). Keuntungan dari interview yang terstruktur adalah partisipan
mendapatkan pertanyaan yang sama sehingga mudah untuk dianalisis.
Sedangkan kekurangannya adalah pertanyaannya tidak fleksibel dan
kemungkinan kehilangan beberapa informasi (Swarjana, 2015).
Sebelum melakukan wawancara, pewawancara terlebih dahulu
membuat kerangka dan pokok pertanyaan yang telah dirumuskan.
Pembuatan kerangka dan garis pokok pertanyaan dimaksudkan agar
fokus tidak terlalu melebar dari fokus yang telah ditetapkan sehingga
mendapatkan data dan informasi yang diinginkan.
25
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan yang perlu diperhatikan adalah hal-hal
sebagai berikut :
1) Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan
materi berupa proposal sebagai bahan acuan dalam penelitian.
2) Peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali dengan nomor surat
DL.02.02.0278.TU.II.2021 untuk memohon izin dilakukannya
penelitian.
3) Kemudian peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Kepala
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Bali dengan nomor surat : 070/584/IZIN-
C/DISPMPT
4) Setelah surat izin dari Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali keluar, peneliti
kemudian menyerahkan tembusan ke Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Buleleng.
5) Setelah surat rekomendasi dari Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buleleng
dengan nomor surat 503/069/REK/DPMPTSP/2021,
kemudian peneliti serahkan ke Kepala Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Provinsi Bali, ke Kantor Camat Buleleng,
dan ke Direktur Rumah Sakit Kertha Usada Buleleng.
6) Setelah surat izin diserahkan, peneliti mempersiapkan alat-alat
yang akan digunakan dalam penelitian yaitu lembar daftar
pertanyaan, lembar permohonan menjadi responden, dan
lembar persetujuan menjadi responden.
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah izin penelitian diperoleh, dilanjutkan ke tahap pelaksanaan
yaitu :
26
1) Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari
Direktur Rumah Sakit Umum Kertha Usada Buleleng dengan
nomor surat : /RSU-KU/II/2021.
2) Setelah itu, peneliti datang menemui Kepala Ruangan Ruang
Kresna untuk memberikan tembusan surat rekomendasi izin
penelitian serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan
meminta bantuan kepada kepala ruangan kresna.
3) Peneliti menggunakan protokol kesehatan yaitu Alat
Pelindung Diri (APD) level 2 diantaranya penutup kepala, face
shield, masker KN95, sarung tangan, apron/gown, dan alas
kaki.
4) Selanjutnya peneliti melakukan pemilihan partisipan studi
kasus yang sesuai dengan kriteria inklusi.
5) Setelah mendapatkan partisipan, peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian kepada partisipan dan memberikan
lembar informed consent kepada partisipan yang telah setuju
untuk menjadi pastisipan dalam penelitian yang dilakukan
peneliti.
6) Kemudian peneliti melakukan wawancara sesuai dengan
lembar daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti.
7) Setelah selesai melakukan wawancara, dilanjutkan dengan
pemberian teknik relaksasi nafas dalam.
8) Selanjutnya peneliti kembali melakukan wawancara setelah
memberikan teknik relaksasi nafas dalam.
9) Setelah selesai wawancara peneliti mengecek kembali apakah
ada data yang kurang.
10) Kemudian peneliti mengucapkan terimakasih kepada
partisipan dan Kepala Ruangan Kresna RSU Kertha Usada
Buleleng.
11) Selanjutnya peneliti melakukan analisis data.
27
E. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus multiple, maka dalam
menganalisis data dilakukan dalam dua tahapan yaitu (1) analisis data kasus
individu (individual case) dan (2) analisis data lintang situs (cross case
analysis).
1. Analisis data kasus individu (individual case)
Analisis data kasus individu dilakukan pada masing-masing
partisipan. Dalam menganalisis, peneliti melakukan interpretasi
terhadap data yang berupa kata-kata sehingga diperoleh makna.
Ada tiga tahap analisis data dalam penelitian kualitatif yaitu :
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya
apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan,
seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya.
b. Display Data (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan adanya penyajian
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah ketiga analisis data dalam penelitian kualitatif
menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan
28
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
remang-remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi
jelas. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau interaktif
maupun hipotesis atau teori (Umrati & Wijaya, 2020).
2. Analisis data lintang situs (cross case analysis)
Analisis data lintang situs (cross case analysis) merupakan suatu
proses membandingkan dan memadukan data penelitian yang diperoleh
dari masing-masing kasus.
Secara umum proses analisis data lintang situs mencakup :
a. Merumuskan proporsi berdasarkan temuan kasus pertama dan
kemudian dilanjutkan kasus kedua.
b. Membandingkan dan memadukan temuan teoritik sementara dari
kedua kasus penelitian.
c. Merumuskan simpulan teoritik berdasarkan analisis lintas situs
sebagai temuan akhir dari kedua kasus penelitian (Kresnawati,
2017).
F. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian ialah perihal yang wajib dipertimbangkan
namun sangat penting serta sungguh-sungguh yang wajib dipertimbangkan
oleh peneliti dalam sebuah penelitian (Swarjana, 2015). Beberapa etika
penelitian yang harus diperhatikan antara lain :
29
1. Informed Consent (Lembar persetujuan menjadi responden)
Informed consent adalah wujud persetujuan antara peneliti dengan
subjek penelitian dengan membagikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Dalam penelitian ini, peneliti meminta persetujuan
untuk menjadi responden dengan membagikan lembar persetujuan.
Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian diawali supaya ibu
Paska operasi sectio caesarea mengerti maksud serta tujuan dan
mengenali dampak dari penelitian.
2. Anomymity (tanpa nama)
Dalam penelitian ini peneliti memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak membagikan ataupun
mencantumkan nama responden serta hanya menuliskan nama samaran
atau inisial pada lembar pengumpulan serta atau hasil penelitian yang
disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti menerangkan kepada responden bahwa peneliti tidak akan
membocorkan informasi yang didapat dari responden serta memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik data ataupun masalah-
masalah yang lain.
4. Protection from discomfort (perlindungan dari ketidaknyamanan)
Dalam penelitian ini peneliti melindungi subjek penelitian dari
ketidaknyamanan, baik secara fisik maupun psikologi.
5. Benefience (manfaat)
Adalah sebuah prinsip bahwa penelitian yang dilakukan dapat
memberikan manfaat pada orang lain bukan untuk membahayakan
orang lain. Dalam proses penelitian, sebelum wawancara dilakukan,
peneliti akan menjelaskan tentang manfaat penelitian serta keuntungan
bagi responden sehingga responden menjadi paham.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
31
C. Karakteristik Nyeri Pasien Paska Operasi Sectio Caesarea
Penelitian dilakukan dengan wawancara kepada kedua partisipan dengan
teknik indepth interview atau wawancara secara mendalam. Wawancara
dilakukan 1 hari paska operasi pada kedua partisipan. Hasil wawancara tentang
karakteristik nyeri adalah kedua partisipan mengatakan merasa nyeri setelah
operasi, nyeri yang dirasakan hanya pada luka operasi dan tidak menyebar,
nyeri yang dirasakan muncul bila bergerak atau berpindah tempat dan nyeri
muncul tiba-tiba. Partisipan 1 menggambarkan nyeri seperti tertusuk-tusuk
dengan skala nyeri 4 yang diukur dengan NRS, sedangkan partisipan 2
menggambarkan nyeri seperti tersayat dengan skala nyeri 3 yang diukur
dengan NRS. Partisipan 1 mengatakan belum pernah mengalami nyeri seperti
ini sebelumnya, sedangkan partisipan 2 mengatakan :
“Saya pernah merasakan nyeri yang sama, karena melahirkan anak
pertama juga dilakukan tindakan operasi sectio caesarea dan nyeri
yang dirasakan setelah operasi anak pertama lebih sakit daripada
sekarang.”
32
kedua partisipan. Pemberian teknik relaksasi nafas dalam dilakukan setelah
selesai melakukan wawancara dan diberikan selama 10-15 menit dengan
memberikan posisi yang nyaman kepada partisipan. Setelah memberikan
intervensi teknik relaksasi nafas dalam selanjutnya partisipan akan
diwawancarai kembali.
Hasil wawancara yang didapatkan setelah dilakukan pemberian teknik
relaksasi nafas dalam kepada kedua partisipan adalah kedua pertisipan
mengatakan belum pernah melakukan teknik relaksasi nafas dalam sebelumnya
untuk menurunkan nyeri, setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam kedua
partisipan merasakan nyeri terasa berkurang dan merasa lebih nyaman dan
rileks.
Partisipan 1 mengatakan bahwa :
“Nyeri tidak hilang sepenuhnya, hanya saja terasa berkurang dan
pasien merasa perasaanya menjadi lebih tenang, nyaman dan rileks.”
33
Pada penelitian ini kedua partisipan menunjukkan tingkat nyeri yang
berbeda. Sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam partisipan 1
menunjukkan nyeri sedang dengan skala 4 sedangkan partisipan 2
menunjukkan nyeri ringan dengan skala 3. Setelah diberikan intervensi tenik
relaksasi nafas dalam intensitas nyeri partisipan 1 menjadi nyeri ringan dengan
skala 3 sedangkan partisipan 2 intensitas nyeri tetap namun skala berkurang
menjadi skala 2. Penurunan intensitas nyeri yang dirasakan oleh kedua
partisipan adalah turun sebanyak 1 tingkat.
34
BAB V
PEMBAHASAN
35
Sehingga rentang skala nyeri yang dirasakan tidak jauh berbeda yaitu dalam
rentang skala 3 dan 4.
Faktor kedua adalah berdasarkan pengalaman nyeri sebelumnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri pasien paska operasi sectio
caesarea yang tidak pernah memiliki pengalaman nyeri sebelumnya
mengalami nyeri yang lebih tinggi daripada partisipan yang pernah mengalami
nyeri sebelumnya. Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan
responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya memiliki intensitas nyeri
yang lebih rendah dibandingkan yang tidak pernah mengalami nyeri
sebelumnya, karena nyeri sebelumnya berhasil dihilangkan, maka akan lebih
mudah bagi individu tersebut untuk melakukan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk menghilangkan nyeri (Potter & Perry, 2006 dalam Wijaya,
2014). Teori ini didukung oleh orang yang pertama kali mengalami nyeri akan
mengalami nyeri yang lebih buruk daripada orang yang sudah memiliki
pengalaman nyeri karena sudah terbentuk koping yang baik untuk menangani
nyeri tersebut (Ulinnuha, 2017).
36
skala 3 dan mengalami nyeri sedang 1 dengan skala 6. Setelah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam menjadi nyeri ringan sebanyak 4 dengan skala 2 dan nyeri
sedang 1 dengan skala 4.
37
skala 3. Sedangkan partisipan 2 mengalami penurunan skala nyeri dari skala 3
menjadi skala 2. Kedua partisipan mengalami penurunan nyeri yang sama yaitu
turun sebanyak 1 tingkat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widiatie (2015) yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara
teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada ibu post
sectio caesarea di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang. Penelitian ini juga
diperkuat oleh penelitian Amita, D., Fernalia, Yulendasari (2018) di Rumah
Sakit Bengkulu bahwa ada pengaruh yang bermakna penurunan intensitas nyeri
setelah dilakukan relaksasi nafas dalam. Diperkuat oleh penelitian Lauw et al.,
(2017) menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan
intensitas nyeri pada pasien paska sectio caesarea diruangan nifas Rumah Sakit
Advent Manado.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan tindakan terapi non
farmakologi dalam mengurangi nyeri dengan intensitas nyeri ringan sampai
sedang. Kedua partisipan juga mengatakan setelah melakukan teknik relaksasi
nafas dalam membuat perasaan lebih nyaman dan rileks. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rahmawati (2018) selain menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat menciptakan kondisi rileks dalam tubuh.
Maka berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi
nafas dalam dapat dijadikan sebagai intervensi untuk menurunkan nyeri paska
operasi SC.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan yang dialami
penulis dalam melakukan penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini,
yaitu :
1. Pada saat melakukan wawancara dengan partisipan dilakukan di Ruang
Kresna, di dalam ruangan tersebut masih terdapat orang lain yang
menyebabkan bising dan partisipan menjadi kurang fokus, yang
berpengaruh terhadap partisipan dalam menjawab pertanyaan, sehingga
38
peneliti berikutnya agar dapat mengkondisikan tempat penelitian agar
lebih kondusif.
2. Pada proses pengumpulan data melakukan wawancara dan memberikan
teknik relaksasi nafas dalam peneliti mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi dengan partisipan dikarenakan masih dalam kondisi
pandemi covid-19, yang mengharuskan menggunakan protokol kesehatan
yaitu alat pelindung diri seperti masker, penutup kepala, handscoon, gown
dan tetap menjaga jarak dengan partisipan.
39
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian tentang
Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk Menurunkan Nyeri Paska Operasi
Sectio Caesarea Di RSU Kertha Usada Buleleng : Studi Kasus Deskriptif,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik partisipan dalam penelitian ini yakni partisipan 1 dan
partisipan 2 berada pada usia dewasa dan dengan pendidikan terakhir
tamat SMA. Partisipan 1 status pekerjaan sebagai karyawan swasta dan
paritas anak pertama. Partisipan yang kedua status pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga dan paritas anak kedua.
2. Karakteristik nyeri pasien paska operasi sectio caesarea adalah kedua
partisipan merasakan nyeri setelah operasi pada bekas luka operasi,
nyeri dirasakan hilang timbul dan muncul pada saat bergerak atau
berpindah posisi. Partisipan 1 menggambarkan nyeri seperti tertusuk
dengan skala 4 dan partisipan 2 menggambarkan nyeri seperti tersayat
dengan skala 3.
3. Intensitas nyeri pasien paska operasi sectio caesarea di Rumah Sakit
Umum Kertha Usada Buleleng sebelum diberikan teknik relaksasi nafas
dalam adalah nyeri ringan – sedang. Partisipan 1 mengalami nyeri
sedang dengan skala 4 sedangkan partisipan 2 mengalami nyeri ringan
dengan skala 3.
4. Intensitas nyeri pasien paska operasi sectio caesarea di Rumah Sakit
Umum Kertha Usada Buleleng setelah diberikan teknik relaksasi nafas
dalam, partisipan 1 mengalami penurunan nyeri menjadi nyeri ringan
dengan skala 3 sedangkan partisipan 2 mengalami penurunan nyeri
menjadi skala 2.
5. Adanya penurunan intensitas nyeri pasien paska operasi sectio caesarea
setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Umum
Kertha Usada Buleleng. Sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam
40
partisipan 1 mengalami nyeri sedang dengan skala 4 sedangkan
partisipan 2 mengalami nyeri ringan dengan skala 3. Setelah dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam intensitas nyeri pasien menurun, partisipan
1 menurun menjadi nyeri ringan dengan skala 3 sedangkan partisipan 2
tetap nyeri ringan namun skala berkurang menjadi skala 2.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang diajukan peneliti antara
lain :
1. Bagi Pasien
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, selanjutnya pasien paska
operasi sectio caesarea menjadi lebih tau dan paham tentang teknik
relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri yang dialami baik diri
sendiri maupun orang lain disekitarnya sehingga dapat menjadikan
pasien mandiri.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Bagi instansi Kesehatan yakni RSU Kertha Usada Buleleng
diharapkan selain menggunakan manajeman farmakologi untuk
menangani nyeri pasien juga dapat menggunakan manajemen non
farmakologi salah satunya teknik relaksasi nafas dalam untuk
menurunkan nyeri.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah lebih banyak
lagi jumlah partisipan yang diteliti dan juga meneliti faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi nyeri.
41
DAFTAR PUSTAKA
Agung, S., Andaryani, A., & Sari, D. K. (2013). Terdapat Pengaruh Pemberian
Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien Post
Operasi dengan Anestesi Umum Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal
Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan, 3(1), 52–60.
Amita, D., Fernalia, Yulendasari, R. (2018). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea di rumah
sakit bengkulu. Jurnal Kesehatan Holistik, 12(1), 26–28.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/124/69
Aslidar. (2016). Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Pasca Operasi
Fraktur Cruris Di Rsu.Pusat Haji Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan
Flora, IX(2), 69–84.
Betran, A. P., Torloni, M. R., Zhang, J. J., & Gülmezoglu, A. M. (2016). WHO
statement on caesarean section rates. BJOG: An International Journal of
Obstetrics and Gynaecology, 123(5), 667–670. https://doi.org/10.1111/1471-
0528.13526
Broto, H. D. F. C. (2016). Skripsi Stres Pada Mahasiswa Penulis Skripsi (Studi
Kasus Pada Salah Satu Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma. Universitas Sanata Dharma.
https://repository.usd.ac.id/6189/2/091114024_full.pdf
Esta, F. A. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya
Persalinan Sectio Caesarea Di RSUD Rantauprapat. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan.
Kresnawati, I. (2017). Manajemen Pelayanan Pendidikan Dalam Meningkatkan
Minat Masyarakat (Studi Multi Kasus di MTsN Tulungagung dan SMPN 1
Tulungangung). Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.
Kurniawati, E. (2019). Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Relaksasi
Otot Progresif terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre
Operasi dengan General Anestesi Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.
Lailiyah, S. R. (2019). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Pijatan
Effleurage terhadap penurunan skala nyeri pada post sectio caesarea.
NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN : 2085-5931
e-ISSN : 2623-2871, 1(1), 61–69. https://doi.org/10.36089/nu.v1i1.37
Lauw, J. O., Timerman, E., & Girsang, O. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi
Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea
Diruangan Nifas Rumah Sakit Advent Manado. 4(1), 13–14.
42
Mangku, G & Senapathi, T. G. A. (2018). Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi
(I. G. Wiryana, I. M, Sujana, I. B. G, Sunardja, K, & Budiarta (ed.)). PT
Indeks.
Murni, E. (2014). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea Di Shorea Eka Hospital Bds
Tangerang. FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA
UNGGUL. https://digilib.esaunggul.ac.id/pengaruh-relaksasi-nafas-dalam-
terhadappenurunan-intensitas-nyeri-post-operasisectio-cesarea-di-shorea-
eka-hospitalbsd-tangerang-2452.html
Pratiwi, R. (2012). Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Luka Post Sectio Caesarea
Setelah Dilakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernapasan Menggunakan
Aromaterapi Lavender Di Rumah Sakit Al Islam Bandung. Students E-Journal,
1(1), 30. http://journal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/711
Rahmawati, L. (2018). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Post
Operasi Apendiktomi Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman
Nyaman Di Rsud Sleman. Karya Tulis Ilmiah.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1983/9/KTI LUTFIANA.pdf
Ratih, N. L. M. D. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Sectio
Caesarea Dengan Nyeri Akut Di Ruang Drupadi RSUD Sanjiwani GIanyar
Tahun 2019. Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
RISKESDAS. (2018). Laporan Riskesdas 2018. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 181–222.
http://www.yankes.kemkes.go.id/assets/downloads/PMK No. 57 Tahun 2013
tentang PTRM.pdf
Roberia, N. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyembuhan Luka
Post Operasi Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum H Adam Malik Medan
Tahun 2018. Jurnal Kesehatan.
Sari, D. P., Rufaida, Z., & Lestari, S. W. P. L. (2018). Nyeri persalinan. In E. D.
Kartiningrum (Ed.), Stikes Majapahit Mojokerto. STIKes Majapahit
Mojokerto.
Sholihah, D. W. I. S. (2019). Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum SC
(Sectio Caesarea) dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Siti
Walidah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
Siagian, U. V. (2016). Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman; Nyeri pada Pasien Post Operasi
Sectio Caeserea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Universitas Sumatera Utara.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (M. Bendatu (ed.); Edisi
Revi). Andi.
Tamsuri, A. (2012). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
43
Tri, A. M., & Niken, S. (2019). Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk Menurunkan
Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. Jurnal Manajemen
Asuhan Keperawatan, 3(2), 19–25. https://doi.org/10.33655/mak.v3i2.70
Ulinnuha, T. N. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Lansia dengan Rheumatoid Arthritis. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika.
Umrati & Wijaya, H. (2020). Analisis Data Kualitatif Teori Konsep Dalam
Penelitian Pendidikan. Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.
Widarini, N. K. (2018). Pengaruh Pemberian Kompres Dingin (ES) terhadap
Intensitas Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Ari Canti
Tahun 2018. Sekolah Tinggi Imlu Kesehatan Bali.
Widiatie, W. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Ibu Postseksio Sesarea Di Rumah Sakit
Unipdu Medika Jombang. Jurnal EduHealth, 5(2), 245442.
Wiguna, K. A. A., Aribawa, I. G. N. M., Aryabiantara, I. W., & Senapathi, T. G. A.
(2020). Gambaran intensitas nyeri pasien pasca-operasi abdomen bawah di
rsup sanglah. 9(11), 68–74.
Wijaya, I. P. A. (2014). Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri
Pasien Pasca Bedah Abdomen dalam Konteks Asuhan Keperawatan di RSUD.
Badung Bali. Jurnal Dunia Kesehatan, 5(1), 1–14.
Yudiyanta, Novita, K., & Ratih, N. W. (2015). Assesment Nyeri. Jurnal CDK, 42(3),
214–234.
44
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
BULAN
NO KEGIATAN oberOkt Nopember Desember Januari Februari Mar Apr Mei Juni
et il
IV I I III IV I I III IV I I III IV I I III IV I I III IV I I III IV I I III IV I I III IV
I I I I I I I I
1 Penyusunan
Proposal
2 ACC Proposal
3 Penyebaran
Proposal
4 Ujian Proposal
5 Ujian Ulang
Proposal
6 Pengumpulan
Data
7 Penyusunan
Hasil
Penelitian
8 Penyebaran
Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Ujian Ulang
Skripsi
11 Perbaikan dan
Pengumpulan
45
Lampiran 2 :
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN
Kepada:
Yth.................................
di......................
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NIM 17D10102
46
Lampiran 3 :
Nama :.................................................................................
Jenis Kelamin :.................................................................................
Pekerjaan :.................................................................................
Alamat :.................................................................................
…………,
…………………………
Partisipan
…………………………
47
Lampiran 4
Tujuan :
Indikasi :
e. Pasien yang mengalami nyeri akut tingkat ringan sampai dengan sedang
akibat penyakit yang kooperatif.
f. Pasien dengan nyeri kronis
g. Nyeri Paska operasi
h. Pasien yang mengalami stress
Prosedur Pelaksanaan :
48
c. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
2. Persiapan Lingkungan
a. Jaga privasi pasien menyiapkan ruangan yang nyaman
b. Anjurkan keluarga atau penunggu pasien menunggu diluar saat
tindakan dilakukan, untuk meminimalkan kebisingan dan gangguan.
C. Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya jika ada yang kurang
jelas
2. Posisikan pasien pada posisi yang nyaman (posisi tidur atau duduk)
3. Instruksikan agar pasien rileks dan menutup mata
4. Meminta pasien untuk meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan
di abdomen (perut)
5. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
6. Meminta pasien merasakan mengembangnya perut (abdomen)
7. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
8. Meminta pasien menghembuskan nafas secara perlahan melalui mulut
dalam 3 hitungan
9. Meminta pasien merasakan mengempisnya perut (abdomen)
10. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan pasien (merasa aman dan nyaman)
2. Akhiri tindakan dengan sopan dan baik
3. Cuci tangan setelah melaksanakan tindakan
4. Dokumentasikan prosedur
(Murni, 2014)
49
Lampiran 5
LEMBAR DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
Nama Ibu :
Tanggal Lahir :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Paritas :
No. CM :
Jenis Operasi :
Jenis Pembiusan :
Pertanyaan :
1. Bila anda sekarang merasa nyeri, bisa anda gambarkan nyeri yang anda
rasakan seperti apa? apakah seperti tertusuk, tertekan, tertimpa benda berat,
diiris-iris atau yang lainnya?
3. Apakah rasa sakit menyebar atau berfokus pada satu daerah saja ?
4. Jika dari skala 1-10, skala berapakah yang menggambarkan nyeri yang anda
rasakan ?
50
5. Kapan saja nyerinya mulai muncul ?
9. Bagaimana nyeri yang anda rasakan setelah diberikan teknik relaksasi nafas
dalam ?
10. Jika dari skala 1-10, skala berapakah yang menggambarkan nyeri yang anda
rasakan setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam ?
51
Lampiran 6
52
Lampiran 7
53
Lampiran 8
54
Lampiran 9
55
Lampiran 10
56
Lampiran 11
BIMBINGAN PROPOSAL DAN SKRIPSI
MAHASISWA PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
ANESTESIOLOGI
ITEKES BALI TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Rabu/28-10-
Pembahasan ide
1 2020/ 16.30 -
penelitian
Wita Ns. Sarah Kartika
Wulandari,
S.Kep.,M.Kep.
Rabu/28-10-
Pembahasan Masalah
2 2020/ 19.15 -
Penelitian I Ketut Swarjana,
WITA
S.KM., MPH.,
Dr.PH
57
Ns. Sarah Kartika
Wulandari, S.Kep.,
M.Kep
Menyampaikan Masalah
Selasa/10-11-
dan Data yang Lebih memperjelas masalah dan
4 2020/ 20.00
ditemukan oleh objek yang akan diteliti I Ketut Swarjana,
WITA
Mahasiswa S.KM., MPH.,
Dr.PH
Senin / 23-11-
Menyesuaikan pengutipan
6 2020 / 10.00 Pembahasan Bab I
sesuai dengan panduan Ns. Sarah Kartika
WITA
Wulandari, S.Kep.,
M.Kep
Mengubah judul menjadi
“Teknik Relaksasi Nafas
Minggu/29-11- Dalam Untuk Menurunkan
Menetapkan Judul
7 2020/21.20 Nyeri Post Operasi Sectio
Penelitian I Ketut Swarjana,
WITA Caesarea Di RSU Kertha
S.KM., MPH.,
Usada Buleleng : Studi Kasus
Dr.PH
Deskriptif”.
58
Melakukan Koreksi dari Menghilangkan BAB III dan
Jumat /04-12-
BAB I sampai dengan langsung membahas BAB IV
8 2020 /
BAB IV pada Setiap lebih detail mengenai metode
08.00 WITA I Ketut Swarjana,
Mahasiswa penelitian.
S.KM., MPH.,
Dr.PH
Selasa / 08-12-
10 2020 / 16.00 Revisi Bab 1-3 Melengkapi data Bab 1-3
WITA Ns. Sarah Kartika
Wulandari, S.Kep.,
M.Kep
59
- Sesuaikan spasi sesuai
panduan
- Melengkapi halaman pada
daftar gambar dan
Rabu / 16-12- lampiran
- Menyesuaikan penulisan
11 2020 / 12.00 Revisi ke-2 Bab 1-3 kutipan sesuai APA
- Perjelas ide pokok pada Ns. Sarah Kartika
WITA Wulandari, S.Kep.,
setiap paragraf
- Perbaiki manfaat praktis M.Kep
Mencari sumber yang
digunakan menggunakan
sumber utama atau sekunder
Senin / 04-01-
- Mencari angka kejadian
12 21 / 12.00 Revisi ke-3 Bab 1-3 sectio caesarea dari data
WITA who Ns. Sarah Kartika
Wulandari, S.Kep.,
M.Kep
60
Jumat / 08-01-
Mengirimkan Proposal
14 2021 / 17.00 -
Penelitian BAB I-III I Ketut Swarjana,
WITA
S.KM., MPH.,
Dr.PH
- Tambahkan sumber
pada tabel, grafik, dan
gambar yang
Senin / 11-01- digunakan pada bab II
15 21 / 10.20 Revisi ke-4 Bab 1-3 sesuai panduan
penyusunan proposal. Ns. Sarah Kartika
WITA - Sesuaikan spasi pada Wulandari, S.Kep.,
daftar pustaka sesuai M.Kep
panduan dalam
penyusunan proposal
- Cek kembali
keseluruhan isi
Senin / 11-01- proposal
Persetujuan ujian
16 21 / 14.00 - Siapkan PPT untuk
proposal ujian Ns. Sarah Kartika
WITA - Siapkan berkas Wulandari, S.Kep.,
persyaratan ujian M.Kep
proposal
61
Senin / 11-01- Menanyakan terkait
17
2021 / 15.00 persetujuan ujian Disetujui untuk ujian proposal I Ketut Swarjana,
WITA proposal S.KM., MPH.,
Dr.PH
Senin / 08-03-
Mengirimkan Data Hasil
18 2021 / 09.30 - I Ketut Swarjana,
Penelitian
WITA S.KM., MPH.,
Dr.PH
62
Kamis / 18-03- - Mengganti bahasa
Membahas Bab IV Hasil proposal menjadi
20 2021 / 10.00 bahasa skripsi
Penelitian Ns. Sarah Kartika
WITA - Lanjutkan membuat Wulandari, S.Kep.,
bab V dan bab VI M.Kep
- Tambahkan literatur
kutipan yang berbeda
dari yang telah ditulis
di Bab II sebelumnya
- Sesuaikan keterbatasan
Kamis / 20-05- penelitian dengan apa
20 2021 / 10.00 Membahas BAB IV-IV yang direncanakan
sebelumnya dilapangan Ns. Sarah Kartika
WITA tidak bisa dijalankan Wulandari, S.Kep.,
sehingga perlu M.Kep
dilakukan perubahan.
- Sesuaikan kesimpulan
dan saran sesuai
dengan tujuan khusus
Jumat / 21-05-
Mengirimkan BAB I –
21 2021 / 13.45 - I Ketut Swarjana,
BAB IV
WITA S.KM., MPH.,
Dr.PH
63
- Hasil penelitian dibuat
narasi, apabila ada
kutipan gunakan tanda
“...”
- Hasil penelitian
disesuaikan dengan
point-point sesuai
dengan tujuan khusus
- Pada keterbatasan
penelitian dibuat
Senin / 07-06- dengan apa yang
Membahas BAB I – BAB direncanakan
22 2021 / 20.40 sebelumnya dilapangan
IV
WITA tidak bisa dijalankan I Ketut Swarjana,
sehingga perlu S.KM., MPH.,
dilakukan perubahan Dr.PH
- Kesimpulan
disesuaikan dengan
poin-point hasil
penelitian yang sesuai
dengan tujuan khusus
- Saran harus sesuai
dengan apa yang ada di
pembahasan
64
- Kata pasca diganti
dengan paska
- Sesuaikan tanggal dan
bulan dalam lembar
pernyataan persetujuan
pembimbing
- Untuk judul gambar dan
sumbernya menggunakan
spasi 1
Kamis / 17-06-
Revisi Skripsi lengkap - Antar gambar dan judul
24 2021 / 11.00 jangan sampai beda
dadi BAB I-BAB IV halaman Ns. Sarah Kartika
WITA - Nama bulan dan ruangan Wulandari, S.Kep.,
menggunakan huruf M.Kep
kapital
- Pada kesimpulan
karakteristik nyeri
pastikan terdapat
komponen PQRST
Sesuaikan saran dengan
target manfaat pada
bab I
- Silakan
Kamis / 17-06- mempersiapkan
Mengirimkan Revisi persyaratan ujian
25 2021 / 14.00 skripsi
Skripsi Lengkap Ns. Sarah Kartika
WITA Disetujui untuk
mendaftarkan ujian Wulandari, S.Kep.,
skripsi M.Kep
Kamis / 17-06-
Mengirimkan Revisi - Disetujui untuk
26 2021 / 14.20 mendaftarkan ujian
Skripsi Lengkap
WITA skripsi
I Ketut Swarjana,
S.KM., MPH.,
Dr.PH
65
Lampiran 12
66
Lampiran 13
67
68
69