Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

Nama : Muhammad Adi Putra Firdaus


NIM : 122017064
Teknisi : Yuyun Niyati, S.T.,M.T.
Kepala Lab : Ir.M.Arief Karim,M.sc

PRODI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas “Laporan Operasi
Teknik Kimia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporaan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Praktikum Operasi Teknik Kimia 2 SKS yang terdapat diFakultas Teknik
Program Studi Teknik Kimia Universitas Muhahammadiyah Palembang Selain itu,
laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penerapan ilmu Teknik
kimia dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu dosen yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
saya sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
Laporan Operasi Teknik Kimia.

Palembang, 11 juli 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Proses Pembuatan Desinfektan .......................................................................1


Proses Pembuatan Hand Sanitizer...................................................................8
Kromatografi...................................................................................................15
Drying...............................................................................................................25
Proses Pembuatan Powder Kunyit................................................................36
Proses Pembuatan Cuka Apel........................................................................44
Proses Pembuatan Alkohol Dari Tape Singkong.........................................51
Proses Pembuatan Sari Buah Pisang ............................................................59

ii
PROSES PEMBUATAN DESINFEKTAN
I. Tujuan
 Mengetahui kekuatan suatu desinfektan dalam mengehntikan
pertumbuhan mikroorganasime
 Mengenal berbagai jenis desinfektan

II. Dasar Teori


Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai berbagai macam
senyawa kimia baik organik maupun anorganik bersifat racun terhadap jasad
renik. Sehubung dengan itu usaha manusia dalam mengatasi jasad renik.
Penyebab penyakit banyak dilakukan menggunakan bahan kimia. Senyawa
kimia yang mematikan jasad renik disebut dengan disinfektan. Disinfektan
adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif tetapi belum tentu mematikan
bentuk mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Beberapa kelompok utama
disinfektan yaitu:
1. Fenol dan persenyawaan penolat
2. Alkohol
3. Hidrogen
4. Logam berat dan persenyawaannya
5. Detergen
6. Aldehid
7. Kemosferilisator gas
8. Oxidator
9. Aerosol
10. Yodium
11. Zat warna
12. Preparat Chlor
13. Sabun

1
Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dipakai untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme melalui suatu mekanisme kerja
tertentu,terutama pada benda mati.Desinfektan digunakan secara luas untuk
sanitasi baik dirumah tangga,laboratorium,dan rumah sakit
(Shafeer,1965;Larson 2013).mekanisme penghancuran mikroorganisme oleh
desinfektan dilakukan dengan jalan merusak struktur dinding sel,mengubah
permeabilitas membrane sel (joklik et al.,1984;Chatim dan
Suhato,1994).Proses desinfektan dapat menghilangkan 60% - 90% jasad
renik.Usaha desinfektan dapat bersifat sterilisasi sempurna atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.Hal ini tergantung kepada jenis desinfektan dan
lama kontak desinfektan dengan mikroorganisme yang diuji.
Katzung (1998) mengatakan bahwa konsentrasi yang sangat rendah
dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan konsentrasi lebih tinggi dapat
membunuh mikroorganisme tertentu.Pemilihan suatu desinfektan,perlu
memperhatikan kriteria desinfektan yang baik.Suatu desinfektan dikatakan
baik apabila pada konsentrasi kecil sudah memiliki daya antimikroba yang
tinggi,disamping itu desinfektan tersebut mudah larut dalam air,serta stabil di
dalam bahan organic.Selanjutnya Pelczar dan Chan (1998) menambahkan
bahwa desinfektan yang idealnya hendaknya tidak bersifat toksik bagi
manusia dan hewa,tidak menyebabkan bau,mempunyai aktivitas broad
spectrum yang luas dan harganya relative murah.
Cara kerja zat-zat kimia dalam mematikan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme berbeda-beda antara lain dengan merusak
dinding, mengubah permeabilitas sel, menghambat kerja enzim, menghambat
seintesis protein, dan asam nukleat dan sebagai anti metabolik.
Disinfektan digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan dan
kontaminasi dengan mikroba. Pengendalian yang dimaksud yang dimaksud
artinya semua kegiatan yang dapat membunuh, menghambat, dan sebagai anti
metabolik.

2
Mikroorganisme yang dihambat mempunyai proses penghambatan
yang sama dan perbedaannya adalah sifat resisten yang berbeda-beda antara
lain mikroorganisme satu dengan yang lainnya. Sifat resisten ini dapat
dipengaruhi oleh kandungan lipid pada membran selnya. Teknik dan cara-cara
yang digunakan dapat dengan cara fibrik atau kimiawi diantaranya dapat
menggunakan senyawa-senyawa fenolik, alcohol, chlor, iodium, dan senyawa-
senyawa lain yang mempunyai ciri komposisi molekuler yang dapat
menyebabkan terjadinya reaksi.
Disinfektan merupakan proses yang mematikan semua
mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Disinfeksi
mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari mikroorganisme, tetapi belum
tentu mematikan sporanya, sedangkan antiseptis merupakan proses yang
mencakup inakvikasi atau mematikan mikroorganisme dengan cara kimiawi.
Antiseptik dapat bersifat bakterisidal atau bakteri kostatik. Proses bakteri
kostatik hanya menghentikan pertumbuhan bakteri. Istilah disinfeksi dan
antiseptis secara umum sulit dibedakan, sehingga penggunaanya boleh
dikatakan sinonim.(Lay,1990)
Komponen-komponen disimpektan terdiri dari:
 Garam atau basa yang kuat dengan komponen-komponen ammonium yang
terdiri dari empat bagian.
 Adanya unsur radikal dalam gram atau basa tersebut.
 Radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat (Dwidjoseputro,1984).
Menurut Pelzar dan Chan menyatakan bahwa bakteri yang lebih muda
kurang daya tahannya terhadap, disinfektan jika dibandingkan bakteri yang
luar yang memberikan hasil zona hambat yang terbentuk. Hal ini juga sesuai
dengan sifat dari dinding sel dari bakteri.
Mikroorganisme dapat menimbulkan kerugian besar bahkan kematian
karena mikroba dapat menyebabkan penyakit baik pada manusia hewan
maupun tumbuhan serta kerusakan bahan pangan.Untuk menanggulangik
kerugian tersebut maka penelitian mikrobiologi telah diarahkan untuk

3
Menemukan cara mengendalikan kegiatan mikroba secara lebih efisien.Alasan
utama untuk mengendalikan mikroba adalah untuk mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, untuk membunuh mikroba pada inang yang terinfeksi,
dan untuk mencegah pembusukan dan perusakan oleh mikroba.Mikroba dapat
dikendalikan yaitu dengan mematikan atau menghambat pertumbuhannya
melalui berbagai proses fisik maupun kimia.
Banyak jenis bahan kimia yang bertindak sebagai
desinfektan.Desinfektan adalah senyawa kimia yang dapat mengurangi atau
mematikan mikroba yang terdapat pada benda mati.Desinfektan bekerja
dengan cara membentuk ikatan kimia dengan protein, ikatan tersebut bersifat
irreversible yaitu koagulasi atau denaturasi protein. Dengan demikian akan
mengakibatkan terjadinya perubahan yang bersifat merusak pada dinding sel,
membrane sel, aktivitas enzim dan protoplasma sel. Sel yang mengalami
gangguan akan mati atau terganggu pertumbuhannya. Zat kimia yang sering
digunakan sebagai desinfektan adalah : iodium, AgNO3 0,1%, HgCL2 0,1%,
fenol 5%, alcohol 70%, formaldehid 20%, dan lain sebagaiannya.

III. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
 Botol semprotan (desinfektan) : 1 Set
 Tutup botol : 1 Buah
 Pengaduk : 1 Buah
 Wadah cairan : 1 Buah
b. Bahan yang digunakan
 Pembersih lantai (wipol/karbol) : 30 ml / 3 tutup botol )
 Air : 1 liter (1000 ml )

4
IV. Prosedur percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mencampurkan 30 ml atau setara 3 tutup botol cairan pembersih lantai
atau karbol dengan 1 liter air kedalam wadah yang sudah disiapkan.
3. Mengaduk cairan tersebut supaya tercampur
4. Jika kedua cairan sudah menyatu rata lalu,masukkan desinfektan kedalam
wadah semprotan
5. Cairan desinfektan siap digunakan

V. Data Pengamatan

Bahan Keterangan
30 ml wipol / karbol (2,5 %) + 1 Campuran wipol / karbol 30 ml
liter air dan air 1000 ml tercampur
homogeny saat diaduk,warnanya
akan berubah menjadi putih pekat
dan didapat konsentrasi campuran
0,075%

VI. Analisa percobaan


Pada percobaan yang telah dilakukan,mencampurkan 30 ml wipol /
karbol dengan konsentrasi 2,5 % dan air 1000 ml (1 liter) maka didapat
konsentrasi campuran 0,075 % pada saat mencampurkan wipol /karbol dengan
air harus diaduk secara merata sampai tercampur homogen dan diperoleh
warnanya putih pekat.konsentrasi yang sangat rendah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan konsentrasi yang lebih tinggi dapat membunuh
mikroorganisme tertentu.hal ini juga menunjukkan bahwa suatu desinfektan
dikatakan baik jika pada konsentrasi kecil sudah memiliki daya antimikroba
yang tinggi dan mudah larut dalam air.

5
VII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh konsentrasi campuran
antara wipol/karbol dan air adlahan 0,075% ini diperoleh dengan menghitung
rumus pengenceran.desinfektan ini bisa kita gunakan untuk mengendalikan
atau menghambat pertumbuhan dan kontaminasi dengan mikroba.

VIII. Daftar Pustaka


 https://www.scribd.com/doc/260435266/Laporan-Sanitasi-Desinfektan-
Fix
 https://id.scribd.com/doc/1925020201-cara- pembuatan-desinfektan
 https://kristanwinarni.blogspot.com/2012/12/html?=laporan-praktikum-
desinfektan
 http://www.academia.edu/laporan-kimia-dasar-pembuatan-larutan-dan
pengenceran

IX. Lampiran
a. Lampiran Perhitungan
V1 = 30 ml (Volume karbol/wipol)
V2 = 1 liter atau 1000 ml (Volume Air)
M1 = 2,5% (konsentrasi karbol/wipol)
M2 = hasil total kadar air desinfektan….?
Penyelesaian:
V1 . M1 = V2 . M2
M2 = (V1 . M1) : V2
M2 = (30 ml x 2,5%) : 1000 ml
M2 = 0,075 %

6
b. Lampiran Gambar

Wipol Pengaduk Botol semprotan

Wadah cairan Air Tutup Botol


c. Lampiran dokumentasi

X. Lembar Pengesahan
Mengetahui Palembang, 17 Juni 2020
Asisten Laboratorium, Praktikan,

Yuyun Niyati,S.T,M.T M.Adi Putra Firdaus


(122017064)
Menyetujui
Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia

7
Ir.M.Arief Karim,M.sc

PROSES PEMBUATAN HAND SANITIZER


I. Tujuan
Mengetahui cara atau proses pembuatan hand sanitizer

II. Dasar Teori


Hand Sanitizer merupakan pembersih tangan yang memiliki
kemampuan antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri
(Retnosari dan Isdiartuti, 2006). Menurut Diana (2012) terdapat dua hand
sanitizer yaitu hand sanitizer gel dan hand sanitizer spray. Hand sanitizer gel
merupakan pembersih tangan berbentuk gel yang berguna untuk
membersihkan atau menghilangkan kuman pada tangan, mengandung bahan
aktif alkohol 60%. Hand sanitizer spray merupakan pembersih tangan
berbentuk spray untuk membersihkan atau menghilangkan kuman pada tangan
yang mengandung bahan aktif irgasan DP 300 : 0,1% dan alkohol 60%.
Penelitian Diana (2012) menyatakan, hand sanitizer yang berbentuk cair atau
spray lebih efektif dibandingkan hand sanitizer gel dalam menurunkan angka
kuman pada tangan.
Banyak hand sanitizer yang berasal dari bahan alkohol atau etanol
yang dicampurkan bersama dengan bahan pengental, misal karbomer, gliserin,
dan menjadikannya serupa jelly, gel atau busa untuk mempermudah dalam
penggunaannya. Gel ini mulai populer digunakan karena penggunaanya
mudah dan praktis tanpa membutuhkan air dan sabun. Gel sanitasi ini menjadi
alternatif yang nyaman bagi masyarakat. (Hapsari, 2015) Seiring
perkembangan zaman, dikembangkan juga pembersih tangan non alkohol,
tetapi jika tangan dalam keadaan benar – benar kotor, baik oleh tanah, udara,
darah, ataupun lainya, mencuci tangan dengan air dan sabun lebih disarankan
karena gel hand sanitizer tidak dapat efektif membunuh kuman dan 8
membersihkan material organik lainnya. Alkohol banyak digunakan sebagai

8
antiseptik /desinfektan untuk desinfeksi permukaan kulit yang bersih, tetapi
tidak untuk kulit yang luka (Hapsari, 2015). Selain itu alkohol juga
mempunyai sifat iritasi pada kulit, mudah terbakar, dan juga meningkatkan
infeksi virus pemicu radang saluran pencernaan, karena itu muncul ide untuk
memanfaatkan bahan alami yang dapat mengurangi resiko munculnya
penyakit gangguan pencernaan (Cahyani, 2014).
Gel pembersih tangan merupakan gel yang memiliki sebagai
antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri (Retnosari dan
Isadiartuti 2006). Banyak dari gel ini berasal dari bahan beralkohol atau
etanol yang dicampurkan bersama dengan bahan pengental, misal karbomer,
gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, gel, atau busa untuk memudahkan
penggunaan dan menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol.
Berbagai macam jenis mikroorganisme seperti virus, bakteri dan jamur
menempel pada tangan setiap harinya melalui kontak fisik dengan lingkungan,
dan diantaranya dapat menyebabkan/menimbulkan berbagai penyakit. Untuk
itu mikroorganisme ini perlu dimusnahkan atau dicegah penyebarannya, salah
satu cara yang paling mudah dan tepat adalah dengan cara mencuci tangan
menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
Tangan adalah bagian dari tubuh yang sering menyebabkan infeksi.
Tangan terkena kuman sewaktu bersentuhan dengan bagian tubuh sendiri,
tubuh orang lain, hewan, atau permukaan yang tercemar. Walaupun kulit yang
utuh akan melindungi tubuh dari infeksi langsung, kuman tersebut dapat
masuk ke tubuh kita ketika tangan menyentuh mata, hidung atau mulut. 13
Penyakit-penyakit yang umumnya timbul karena tangan berkuman, antara lain
: diare, kolera, infeksi saluran pernafasan (ISPA), cacingan, flu, dan Hepatitis
A (Ghfiari,2010). Kebersihan perorangan (higiene) adalah upaya kesehatan
masyarakat yang mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap kesehatan
manusia. Salah satu upaya kesehatan masyarakat yaitu mencuci tangan.
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan
jari-jemari dengan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan

9
untuk menjadi bersih, sebagai ritual keagamaan ataupun tujuan-tujuan lainnya
(Desiyanto dan Djannah 2013). Cuci tangan yang baik adalah mencuci tangan
dengan sabun plain (tidak mengandung anti mikroba) atau sabun anti septik
yang mengandung anti mikroba, menggosok-gosok kedua tangan meliputi
seluruh permukaan tangan dan mencucinya dengan air mengalir sekali pakai.
Kebersihan pribadi dan pembersihan rutin sangatpenting untuk kesehatan.
Sering mencuci tangan dapat mencegah penyebaran mikroorganisme
(bakteri/kuman) yang menyebabkan penyakit umum (Desiyanto dan Djannah,
2013). Higiene tangan (Hand higiene) yang tepat dapat mencegah infeksi dan
penyebaran resistensi antimikroba
Jika air bersih tidak tersedia, dapat juga digunakan sediaan pembersih
tangan berbasis alkohol atau mengandung antibakteri yang dikenal dengan
hand sanitizer (Wahyono, 2010). Pembersihan tangan dengan mengunakan
bahan antiseptik mulai dikenal sejak awal abad 19. Perkembangan masyarakat
saat ini terutama yang berdomisili di daerah perkotaan, menuntut manusia
dengan berbagai kesibukan untuk bergerak cepat dan menggunakan waktu
seefisien mungkin. Tuntutan zaman yang demikian mengharuskan manusia
untuk menjaga kesehatannya agar terhindar dari penyakit dengan cara yang
tidak dapat menghambat gerak dan tidak mengurangi efisiensi waktunya
(Wahyono, 2010).
Pemakaian antiseptik tangan dalam bentuk sediaan gel yang lebih
populer dengan nama sediaan hand sanitizer di kalangan masyarakat
menengah ke atas sudah menjadi suatu gaya hidup. Beberapa sediaan hand
sanitizer dapat dijumpai di pasaran dengan cara pemakaiannya cukup
sederhana dan cepat yaitu dengan diteteskan pada telapak tangan, kemudian
diratakan pada permukaan tangan. Namun biasanya banyak mengandung
alkohol dan antiseptik berupa bahan kimia sintetis yang harganya relatif
mahal dan sering menimbulkan masalah kesehatan kulit, misalnya kulit
menjadi kering (terjadi pennurunan kelembapan kulit normal) (Retnosari,
2007).

10
III. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
 Suntik : 1 Buah
 Tisu : 1 Lembar Set
 Botol Spray Kosong : 1 Set
b. Bahan yang digunakan
 Alkohol 70% : 100 ml
 Baby Oil : 10 ml

IV. Prosedur Percobaan


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menghitung bahan yang dibutuhkan dengna rumus pengenceran
3. Mengambil 10 ml baby oil dengan jarum suntik
4. Setelah itu,mencampurkan 10 ml baby oil dengan 100 ml alkohol 70 %
5. Mengaduk atau mengocok bahan yang telah dicampurkan hingga
homogen
6. Memindahkan hand sanitizer tersebut kedalam botol spray
7. Hand sanitizer siap digunakan

V. Data Pengamatan

Bahan Keterangan
Alkohol (70 % ) 100 ml + Baby Campuran alkohol 70% dan baby
oil 10 ml oil tercampur homogen saat
diaaduk dan volume total menjadi
110 ml dengan konsentrasi
campurab 63,6%

11
VI. Analisa Percobaan
Hand Sanitizer merupakan pembersih tangan yang memiliki
kemampuan antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri.
terdapat dua hand sanitizer yaitu hand sanitizer gel dan hand sanitizer spray.
Hand sanitizer gel merupakan pembersih tangan berbentuk gel yang berguna
untuk membersihkan atau menghilangkan kuman pada tangan, Hand sanitizer
spray merupakan pembersih tangan berbentuk spray untuk membersihkan atau
menghilangkan kuman pada tangan.
Pada percobaan yang telah dilakukan,mencampurkan alkohol 70%
dengan baby oil sebanyak 10 ml,diperoleh volume campuran adalah 110 ml
dan konsentrasi campuran 63,6% pada saat mencampurkan atau mengambil
baby oil dengan jarum suntik dilakukan 4 kali,yang pertama mengambil 3 ml
baby oil,yang kedua mengambil 7 ml,yang ketiga juga diambil 3 ml, dan yang
keempat mengambil 1 ml baby oil lalu,dicampurkan hingga homogen.

VII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
diperoleh konsentrasi campuran alkohol dan baby oil adalah 63,6% ini
diperoleh dengan menghitung rumus pengenceran.dari dasar teori yang ada
hand sanitizer dengan konsentrasi > 60% maka efektif untuk menghilangkan
kuman dan bakteri pada tangan jadi,hand sanitizer yang kita buat layak
digunakan untuk menghilangkan kuman dan bakteri pada tangan. Hal ini juga
dinyatakan, bahwa hand sanitizer yang berbentuk cair atau spray lebih efektif
dibandingkan hand sanitizer gel dalam menurunkan angka kuman pada
tangan.

12
VIII. Daftar Pustaka
 http://www.academia.edu/10903577/Laporankimiadasarpembuatan
larutan dan pengenceran
 Eprints.poltekkesjogja.ac.id(PDF)
 https://www.scribd.com/doc/284394934/Laporan-Resmi-Handsanitizer
 https://www.kumparan.com/amp/inicaramembuat-handsanitizer
daribaby-oil

IX. Lampiran
a. Lampiran Perhitungan
V1 = 100 ml (Volume Alkohol)
V2 = 110 ml (Total Volume Alkohol + Volume Baby Oil)
M1 = 70 % (Konsentrasi Alkohol)
M2 = hasil total kadar alkohol….?
Penyelesaian:
V1 . M1 = V2 . M2
M2 = ( V1 . M1) : V2
M2 = (100 ml x 70 % ) : 110 ml
M2 = 63,6 %
b. Lampiran Gambar

Alkohol Baby Oil Suntik

13
Botol Spray Tisu

c. Lampiran Dokumntasi

X. Lembar Pengesahan
Mengetahui Palembang, 16 Juni 2020
Asisten Laboratorium Praktikan

Yuyun Niyati,S.T,M.T M.Adi Putra Firdaus


(122017064)

Menyetujui,
Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Ir.M.Arief Karim,M.sc

14
KROMATOGRAFI KERTAS

I. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar kromatografi kertas dan mampu
melakukan pemisahan campuran menjadi komponennya dengan kromatografi
kertas.

II. Dasar Teori


Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar, yang
pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang (umumnya
bidang datar) yaitu bentuk kertas. Pada kromatografi kertas, kertas saring paling
banyak digunakan, sedangkan kertas minyak tidak dapat digunakan sebagai fase
diam. Fase cair yang digunakan adalah solvent tertentu yang sesuai dengan
komponen yang akan dipisahkan. Pada kromatografi kertas, solut dalam analit
akan terelusi atas dasar konsep partisi, dimana solut akan terdistribusi diantara
fase gerak dan fase diam sesuai dengan kelarutan relatif diantara keduanya
(Gndjar dkk., 2007 ; 326-331).
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan campuran yang
didasarkan atas pembagian beberapa bagian dari senyawa di suatu fase gerak
dan fase diam. Kromatografi adalah pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kecepatan zat terlarut yang bergerak bersama-sama dengan
pelarutnya pada permukaan benda penyerap. Setiap zat kimia mempunyai
kecepatan yang berbeda pada pelarut tertentu. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan kelarutan setiap jenis zat yang akan dipisahkan. Kromatografi
dapat digunakan untuk memisahkan zat-zat penyusun yang terdapat dalam
suatu campuran. Kromatografi adalah kelompok metode penting yang
meliputi pemisahan, identifikasi dan penetapan kadar komponen-komponen
dari campuran yang komplek. Pada semua pemisahan kromatografi sampel
dilarutkan dalam fase gerak, yang dapat berupa gas atau cairan.

15
Dasar pemisahan kromatografi adalah perbedaan kecepatan migrasi
komponen (senyawa-senyawa) yang dibawa oleh fasa gerak (mobile phase) dan
ditahan secara selektif oleh fasa diam (stationary phase). Metode pemisahan ini
sangat dikenal di laboratorium kimia karena dasar pemikiran yang sederhana
dan mudah difahami. Hasil pemisahan yang dikehendaki tergantung untuk
keperluannya, sehingga dapat dipilih teknik kromatografi yang sesuai, dari yang
sederhana hingga yang sangat rumit.
Keuntungan dari kromatografi yaitu merupakan metode pemisahan
yang cepat dan mudah serta menggunakan peralatan yang murah dan sederhana.
(Kecuali untuk kromatografi gas) hingga campuran yang kompleks dapat
dipisahkan dengan mudah. Keuntungan lebih lanjut ialah hanya membutuhkan
campuran cuplikan yang sangat sedikit sekali, bahkan justru tak mungkin
menggunakan jumlah yang besar dalam kromatografi. Disamping itu pekerjaan
dapat diulang. Berdasarkan arahnya, kromatografi kertas terbagi atas dua
yaitu kromatografi kertas satu arah dan kromatografi kertas dua arah.
Kromatografi kertas satu arah ialah kromatografi yang fase diam didalamnya
adalah kertas serap yang sangat seragam, fase geraknya pelarut yang sesuai.
Pewarna diteteskan pada garis yang sama kemudian ditaruh didalam pelarut
yang sesuai. Dengan jumlah yang minimum. Kerta digantungkan pada wadah
berisi lapisan tipis pelarut. Batas atas dikaitkan pada atas wadah hingga
terelusikan naik. Sedangkan juga terdapat kromatografi kertas satu arah yang
lain yang arahnya menurun, disebut dengan metode descending
(Sastrohamidjojo, 1985).
Analisis sampel zat warna dengan kromatografi kertas pada sampel zat
warna dan sampel zat warna sintetik digunakan warna pembanding.
Berdasarkan arahnya kromatografi kertas dapat dilakukan dengan tiga metode,
yaitu; metode ascending (menaik), descending (menurun) dan metode radial
(mendatar). Kromatografi ascending merupakan kromatografi kertas yang arah
fase geraknya menaik, dengan memanfaatkan gaya kapiler. Sedangkan pada
kromatografi descending dalam pelaksanaannya memanfaatkan gaya gravitasi

16
sehingga arah fase geraknya menurun. Dan, pada kromatografi radial,
memanfaatkan bentuk bulat dari kertas, komponen-komponen akan dielusikan
melingkar (Khopkar, 1990).
Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, dimana
adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang diadsorbsi
pada permukaan fase diam dan kepolaran komponen berpengaruh karena
komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika memiliki kepolaran yang
sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fase gerak. Sedangkan prinsip
kerja kromatografi kertas adalah pelarut bergerak lambat pada kertas,
komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran
dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.
Dalam mengidentifikasi noda-noda sangat lazim menggunakan harga Rf
(Retordation factor). Cara paling mudah dalam pengukuran Rf adalah dengan
menggunakan mistar. Namun ada cara lain untuk mengidentifikasi senyawa-
senyawa yaitu dengan reaksi-reaksi warna yang karakteristik. Reaksi kenayakan
sangat berguna dalam pemisahan senyawa-senyawa anorganik, tetapi untuk
senyawa organik sangat kecil kejadiannya, karena kebanyakan konstituen-
konstituen dari campuran mempunyai sifat-sifat kimia yang mirip (Wertheim,
2000).
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realatif terhadap garis
depan pengembang. Nilai Rf di definisikan oleh hubungan:
Jarak ( cm ) dari garis awal ke pusat zona
Rf =
Jarak ( cm ) dari garis awal ke garis pelarut
Nilai Rf menunjukkan identitas suatu zat yang dicari sehingga nilai Rf harus
sama, baik pada descending maupun ascending. Rf adalah sarana terpenting
dalam memaparkan dan membedakan pigmen yang satu dengan pigmen yang
lain (Khopkar, 1990).

17
III. Alat dan Bahan
a. Alat yang akan digunakan
 Kertas saring : 1 lembar
 Gelas : 3 buah
 Gunting : 1 buah
 Mistar : 1 buah
b. Bahan yang akan digunakan
 Aquadest : 10 ml
 Alkohol : 10 ml
 Spidol : 3 Warna
 Pena : 1 Buah
 Pensil : 1 Buah

IV. Prosedur Percobaan


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memotong kertas saring dengan ukuran 2x12 cm
3. Membuat tetesan spidol,pena,pensil pada kertas saring dengan jarak 2 cm
dari ujung kertas saring
4. Membuat larutan alkohol dan aquadest masing-maing larutan berukuran
10 ml
5. Masukkan kertas tadi kedalam gelas bersih alcohol dan aquadest di setiap
sampel
6. Mencatat dan amati perubahan yang terjadi pada kertas saring yang sudah
ditetesi zat tinta

18
V. Data pengamatan
a. Pelarut alkohol

No Sampel Tinta Jarak pelarut Jarak Zat Tinta Rf


1. Pena 3,5 cm 0 cm 0
2. Pensil 4,4 cm 0 cm 0
3. Spidol Warna
 Merah 3,5 cm 2,5 cm 0,71
 Biru dan 3,5 cm 3,5 cm 1
hijau

b. Pelarut Aquadest

No Sampel Tinta Jarak pelarut Jarak Zat Tinta Rf


1. Pena 6 cm 2,5 cm 0,41
2. Pensil 6 cm 0 cm 0
3. Spidol Warna
 Merah 5,5 cm 2,5 cm 0,45
 Biru dan 5,5 cm 5,5 cm 1
hijau

VI. Analisa Percobaan


Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas
sebagai penyerap selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung
dalam larutan contoh atau sebagai lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan
larutan yang akan dianalisis.
Keuntungan utama kromatografi kertas ialah kemudahan dan
kesederhanaannya dalam pelaksanaan dan pemisahan. Yaitu, hanya pada
lembaran kertas saring yang berlaku sebagai medium pemisah dan juga

19
sebagai penyangga. Keuntungan lain ialah keterulangan bilangan Rf yang
besar pada kertas sehingga pengukuran Rf merupakan parameter yang
berharga yang memaparkan senyawa baru (Harborne, 1967).
Di mana fase diamnya adalah air yang terikat pada kertas (selulosa) dan
fase geraknya adalah larutan pengembang dari campuran air dan alkohol
Kromatografi kertas terbagi dalam 3 tahap yaitu tahap penotolan,
pengembangan dan identifikasi.
Pada tahap penotolan, kertas saring yang digunakan adalah kertas
saring whatman karena mempunyai pori - pori yang besar sehingga noda
dapat merembes dengan cepat dan teratur. Pada tahap pengembangan, kertas
yang berisi totolan dimasukkan ke dalam larutan pengembang. Totolan
cuplikan diusahakan tidak terendam dalam eluen karena akan melarut dalam
pelarut dan menjadi rusak sehingga tidak dapat diidentifikasi lagi. Kertas tidak
boleh menyentuh dinding wadah karena dapat mempengaruhi perambatan
noda.
Seperti pada data-data yang terdapat ditabel data pengamatan,
besarnya jarak yang ditempuh noda bergantung pada beberapa hal, antara lain
kelarutan antar noda dan pelarutnya, jika noda dan pelarutnya bekerja dengan
prinsip like dissolves like (saling melarut karna memiliki sisfat yang sama),
maka noda tersebut akan lebih mudah bergerak, maka harga Rfnya akan lebih
rendah. Zat yang naik berarti memiliki kepolaran yang tinggi seperti yang
terjadi pada zat warna (tinta spidol). Kemampuan pelarut untuk bergerak
merambat pada kertas saring mempengaruhi nilai kemaksimalan proses
pemisahan.

VII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa zat
yang naik berarti memiliki kepolaran yang tinggi seperti pada zat tinta
spidol.Pada zat pelarut aquadest rata-rata memiliki kenaikan sampel 6 cm
sedangkan pada pelarut alkohol hanya 3 - 4 cm.

20
VIII. Daftar Pustaka
 Widya, Indriyanti. 2016. Laporan Praktikum Kromatografi Kertas
Ascending dan Descending
 https://www.academia.edu/27933460/
Laporan_Praktikum_Kromatografi_Kertas_Ascending_Dan_Descendin
g.
 Fahru21. 2016. Laporan Praktikum Kromatografi Kertas dan Lapis
Tipis.
 http://pahrutendo94.blogspot.com/2016/04/laporan-praktikum-
kromatografi-kertas.html
 Gandjar, dkk,. 2007. Kimia Farmasis Analisis. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.

IX. Lampiran
a. Lampiran Perhitungan
 Pelarut Alkohol
1. Pena
Jarak ( cm ) dari garis awal ke pusat zona
Rf =
Jarak ( cm ) dari garis awal ke garis pelarut
0 cm
Rf = =0
3 ,5 cm

2. Pensil
Jarak ( cm ) dari garis awal ke pusat zona
Rf =
Jarak ( cm ) dari garis awal ke garis pelarut
0 cm
Rf = =0
4 , 4 cm
3. Spidol warna
 Merah

21
Jarak ( cm ) dari garis awal ke pusat zona
Rf =
Jarak ( cm ) dari garis awal ke garis pelarut
2 ,5 cm
Rf = =0 , 71
3 ,5 cm
 Hijau
Jarak ( cm ) dari garis awal ke pusat zona
Rf =
Jarak ( cm ) dari garis awal ke garis pelarut
3 ,5 cm
Rf = =1
3 ,5 cm
 Pelarut Aquadest
1. Pena
Jarak ( cm ) dari garis awal ke pusat zona
Rf =
Jarak ( cm ) dari garis awal ke garis pelarut
0 cm
Rf = =0
6 cm

2. Pensil
Jarak ( cm ) dari garis awal ke pusat zona
Rf =
Jarak ( cm ) dari garis awal ke garis pelarut
0 cm
Rf = =0
6 cm
3. Spidol warna
 Merah
Jarak ( cm ) dari garis awal ke pusat zona
Rf =
Jarak ( cm ) dari garis awal ke garis pelarut
2 ,5 cm
Rf = =0 , 45
5 ,5 cm
 Hijau
Jarak ( cm ) dari garis awal ke pusat zona
Rf =
Jarak ( cm ) dari garis awal ke garis pelarut
5 ,5 cm
Rf = =1
5 ,5 cm
b. Lampiran Gambar

22
Kertas Saring Aquadest Alkohol

Pensil Mistar Pena

Spido Warna Gunting Gelas

c. Lampiran Dokumentasi

23
X. Lembar Pengesahan
Mengetahui Palembang, 30 Juni 2020
Asisten Laboratorium Praktikan

Yuyun Niyati,S.T,M.T M.Adi Putra Firdaus


(122017064)

Menyetujui
Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia

24
Ir.M.Arief Karim,M.sc

DRYING (PENGERINGAN)

I. Tujuan
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui lama waktu pengeringan yang diperlukan pada saat laju
pengeringan konstan dan menurun
2. Menentukan kadar air pada saat laju pengeringan konstan dan menurun
3. Menggambar kurva laju pengeringan bahan pangan
4. Mengetahui pengaruh blanching terhadap akar akter sensoris bahan segar
dan produk (warna, tekstur, rasa, dan flavour)
5. Mengamati perbedaan karakter sensoris bahan segar dan produk yang
dikeringkan dengan metode pengeringan yang berbeda.

II. Dasar Teori


Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif dalam
pengolahan pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi kadar air
produk seperti berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian lainnya
setelah panen. Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara
simultan yang memerlukan panas untuk menguapkan air dari permukaan bahan
tanpa mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari proses pengeringan
adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air
antara udara dan bahan yang dikeringkan.
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga
mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai

25
rendah yang dapat diterima, menggunakan panas. Pada proses pengeringan ini air
diuapkan menggunakan udara tidak jenuh yang dihembuskan pada bahan yang
akan dikeringkan. Air (atau cairan lain) menguap pada suhu yang lebih rendah
dari titik didihnya karena adanya perbedaan kandungan uap air pada bidang
antar-muka bahan padat-gas dengan kandungan uap air pada fasa gas. Air juga
dapat dipisahkan dari bahan padat, secara mekanik menggunakan cara
pengepresan sehingga air keluar, dengan pemisah sentrifugal, dengan penguapan
termal ataupun dengan metode lainnya. Pemisahan air secara mekanik biasanya
lebih murah biayanya dan lebih hemat energi dibandingkan dengan pengeringan
(Risma, 2015).
Pengeringan akan menurunkan kadar air (water activity) atau Aw (jumlah air
yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya), berat dan volume pangan. Prinsip utama pengeringan
adalah pengurangan kadar air bahan. Udara yang memasuki pengering jarang
sekali berada dalam keadaan benar-benar kering, tetapi selalu mengandung
kebasahan dan mempunyai kelembaban relatif tertentu.
Untuk udara yang mempunyai kelembaban tertentu, kandungan kebasahan di
dalam zat padat yang keluar dari pengering tidak bisa kurang dari kebasahan
keseimbangan yang berkaitan dengan kelembaban udara masuk. Bagian air yang
terdapat di dalam zat padat yang basah tidak dapat dikeluarkan dengan udara
masuk, karena udara masuk itu mengandung kelembaban pula, yang disebut
kebasahan keseimbangan (equilibrium moisture). Jadi meskipun telah mengalami
proses drying, bahan tersebut tidak dapat sepenuhnya bebas dari kandungan air.
Air yang dapat dihilangkan hanya sampai pada batasan equilibrium moisture
contentnya. Kandungan air dari produk yang sudah mengalami proses drying
berbeda-beda tergantung dari tipe produk. Sebagai contoh dried salt mengandung
kira-kira 0,5% air, batu bara mengandung kira-kira 4% air, dan sebagian besar
produk makanan mengandung kira-kira 5% air.
Metode dan proses drying dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara,
yakni proses batch dan proses kontinu. Proses drying diklasifikasikan sebagai

26
proses batch, apabila material dimasukkan ke dalam alat drying dan diproses
pada waktu tertentu. Sedangkan dalam proses kontinu, material dimasukkan
secara terus-menerus ke dalam alat drying dan material yang sudah dikeringkan
dipindahkan secara terus-menerus juga.
Proses pengeringan merupakan salah satu penanganan bahan pangan untuk
menjaga pengawetan bahan pangan lebih lama. Proses pengeringan pada
dasarnya ditentukan oleh pengaturan suhu yang baik yang merupakan faktor
terpenting dalam pengawetan pangan dan mutu bahan pangan yang dihasilkan.
Pada percobaan yang dilakukan, ada dua cara yang digunakan yaitu pengeringan
dengan sinar matahari dan pengeringan dengan menggunakan alat yaitu Cabinet
drier.
Pada pengeringan tekanan atmosfer panas yang diperlukan untuk penguapan
biasanya ditransfer dengan aliran udara yang disirkulasikan, yang juga
menampung dan membawa air yang diuapkan. Sedangkan dalam pengeringan
vakum bahan yang dikeringkan harus diletakkan dalam ruang tertutup dan panas
untuk penguapan ditransfer dengan cara radiasi atau konduksi dari permukaan
yang panas. Berdasarkan system pengumpanan bahan, pengering diklasifikasikan
menjadi pengering kontinu dan pengeringan tipe batch. Pengeringan cabinet atau
yang biasa disebut dengan tray dryer dapat dikelompokkan sebagai pengering
batch konveksi udara yang biasanya ditunjukkan untuk operasi kecil.

III. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
 Loyang : 1 Buah
 Pisau : 1 Buah
 Cawan Piring : 3 Buah
 Penggaris : 1 Buah
 Talenan : 1 Buah
 Oven : 1 Set
 Dandang : 1 Set

27
 Timbangan : 1 Set
 Kompor : 1 Set
b. Bahan yang digunakan
 Nanas
 Apel
 Jambu Biji
IV. Prosedur Percobaan
 Prosedur pengeringan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Bahan dikupas,dicuci dan diiris menggunakan pisau dengan ketebalan ±
2 cm
3. Bahan di blaching menggunakan steam pada suhu 90 ℃ selama 1
menit.
4. Bahan dihamparkan diatas cawan dan dikeringkan.
5. Menghitung lama waktu yang diperlukan untuk laju pengeringan
konstan dan laju pengeringan menurun.
6. Menghitung kadar air bahan
7. Melakukan pengeamatan sensoris produk air
 Prosedur penentuan kadar air
1. Sampel ditimbang sebanyak 3 gram dalam cawan timbang
2. Sampel dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ℃ selama 5 menit,
10 menit dan 15 menit
3. Memanaskan sampel hingga beratnya konstan
4. Menghitung kadar air
Rumus kadar air
berat bahan yang hilang selama pemanasan ×100 %
Kadar air ¿
berat sampel

berat awal−berat akhir ×100 %


¿
berat sampel

28
V. Data Pengamatan

Berat buah segar Berat buah setelah blanching


Nanas : 14,05 gram Nanas : 13,66 gram
Jambu biji : 12,65 gram Jambu biji : 11,30 gram
Apel : 10,55 gram Apel : 10,66gram

Data proses pengeringan di oven

5 menit di oven 10 menit di oven 15 menit di oven


Nanas :12,82 gram Nanas :12,17 gram Nanas : 11,57 gram
Jambu :10,87 gram Jambu :10,43 gram Jambu :10,02 gram
Apel :10,17 gram Apel :9,67 gram Apel :9,15 gram

VI. Analisa Percobaan


Pada percoban drying terhadap buah segar seperti pada jambu
biji,nanas dan apel ini menggunakan bantuan oven sebagai media pengering.
Sebelum masuk ketahap pengovenan,terlebih dahulu buah segar di blanching
dengan steam bersuhu 90 ℃.setelah di steam buah segar mengalami
peningkatan berat (massa) da nada juga yang mengalami penurunan massa.
Akan tetapi pada saat pengovenan,buah yang telah dibalaching tadi engalami
penurunan massa yang signifikan atau dengan kata lain saat proses
pengovenan buah segar banyak kehilangan kadar airnya.
Pengawetan ini berfungsi untuk mengawetkan bahan pangan.selain
untuk mengawetkan bahan pangan yang mudah rusak atau busuk pada kondisi
penyimpanan sebelum digunakan,pengeringan pangan juga menurunkan biaya
dan mengurangi kesulitan dalam pengemasan,penanganan,pengangkutan,dan
penyimpanan.karena dengan pengeringan bahan menjadi padat dan

29
kering,sehingga volume bahan lebih ringkas,mudah dan hemat ruang dalam
penyimpanan,pengangkutan,dan pengemasan.
Proses pengeringan merupakan salah satu penanganan bahan pangan
untuk menjaga pengawetan bahan pangan lebih lama.Proses pengeringan pada
dasarnya ditentukan oleh pengaturan suhu yang baik yang merupakan factor
terpenting dalam pengawetan pangan dan mutu bahan panagan yang
dihasilkan.

VII. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakuakn dapat disimpulkan bahwa : Percobaan
yang dilakukan berhasil.Hal ini ditunjukkan oleh hilangnya kadar air pada
buah segar setelah dilakakukan proses drying,bentuk dan tekstur buah yang
sedah dikeringkan terlihat mengecil.
Penguapan air dari dalam buah segar tergantung dari banyak factor
sekililing bahan yaitu : suhu,kelembaban,kecepatan aliran air.tekanan udara
serta waktu pengeringan.

VIII. Tugas
1. Tuliskan sifat fisik dan kimia nanas,apel dan jambu biji !
Jawab :
a. Nanas
Sifat fisik :
- Buah nanas rasanya enak
- Rasa manis pada buah nanas yang asak dan rasa asam pada
buah yang muda
- Daging buah berwarna kuning apabila telah masak dan
kuning pucat keputi-putihan untuk buah yang muda.
- Kandungan air 90%.

30
- Bijinya kecil.dan pengembangbiakan dengan mahkota,tunas
batang atau ketiak daunnya
- Bentuk buah bulat panjang da nada yang bulat, diameter
buah dan bentuk buah tergantung varietasnya.
Sifat kimia :
- Buah nanas mengandung vitamin A,C,B12 dan E
- Buah nanas juga mengandung kalsium,magnesium,kalsium
Fosfor zat besi yang tinggi dan dekstrosa asam dan juga
enzim bromelin

b. Apel
Sifat fisik :
- Berwarna merah kulinya jika masak (siap dimakan),Namun
bisa juga kulitnya berwarna hijau atau kuning
- Kulit buahnya agak lembek
- Daging buahnya keras dan berwarna putih
- Memiliki beberapa biji di dalamnya
Sifat kimia :
- Ada senyawa fenolik yang menyebabkan daging buah
berwarna coklat
- Memiliki kadar air 84,10%,kalori 58% dan vitamin A 90%
- Mengandung serat makanan (fiber),mengandung vitamin C
dan berbagai jenis antioksidan yang tinggi
c. Jambu biji
Sifat fisik :
- Buah berwarna hijau,daging buah berwarna putih atau
merah,rasa manis dan terdapat banyak biji
Sifat kimia :

31
- Mengandung tannin pada daunnya,minyak lemak,asam
malat dan buah mengandung asam amina,balerang,kalsium
dan vitamin C
2. Apa manfaat naans,apel dan jambu biji dalam kehidupan sehari-hari ?
Jawab :
a. Manfaat Apel
 Meningkatkan daya memori
 Baik untuk usus
 Meningkatkan system kekebalan tubuh
 Menurunkan tekanan darah
 Mengurangi resiko kanker
 Membantu memutihkan gigi
 Menyehatkan kulit
 Baik untuk jantung
 Baik untuk tulang
b. Manfaat Nanas
 Meningkatkan sisitem kekebalan tubuh
 Mencegah asma
 Membantu melawan kanker
 Meningkatkan kesuburan
 Melawan radikal bebeas
 Menekan peradangan atau anti radang
 Melindungi diri terhada kardiovaskular
 Memperkuat tulang
 Mencegah penyakit jantung
c. Manfaat Jambu biji
 Menjaga system pencernaan
 Menjaga kesehatan mata
 Meredakan batuk dan flu

32
 Mencegah sembelit
 Mengatasi gejala diabetes
 Menambah imunitas tubuh
 Menurunkan berat badan
 Menurunkan tekanan darah
 Meningkatkan trombosit
3. Apa yang dimaksud dengan drying ?
Jawab :
Drying (pengeringan) adalah proses perpindahan maasa air atau
pelarut lainnya dari suatu zat padat atau semi padat dengan
menggunakan penguapan.

X. Daftar Pustaka
 http://id.scribd.com/document/372798315/9-drying-doc.
 Risma.http//shalsrisma.blog.upi./lapran-praktikum- drying-pengeringan
 http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/09/apel-sylvestris-mill//
 http://www.tanobat.com/jambu-biji-ciri-tanaman-serta-khasiat-dan-
manfaat-jambu-biji.html

XI. Lampiran
a. Lampiran perhitungan
( Berat Awal−Berat Akhir )
Perhitungan Kadar Air = x 100%
Berat Sampel
 Percobaan I (5 menit setelah dioven )
14 , 05 gr −12 ,82 gr
Nanas = x 100% = 8,75 %
14 , 05 gr
12, 65 gr−10 , 87 gr
Jambu Biji = x 100% = 14,07 %
12 , 65 gr
10 ,55 gr−10 , 17 gr
Apel = x 100 = 3,60 %
10 , 55 gr

33
 Percobaan II (10 menit setelah dioven )
14 , 05 gr −12 ,17 gr
Nanas = x 100% = 13,38 %
14 , 05 gr
12, 65 gr−10 , 43 gr
Jambu Biji = x 100% = 17,54 %
12 , 65 gr
10 ,55 gr−9 ,67 gr
Apel = x 100 = 8,34 %
10 , 55 gr
 Percobaan III ( 15 menit setelah dioven )
14 , 05 gr −11, 57 gr
Nanas = x 100% = 17,65 %
14 , 05 gr
12, 65 gr−10 , 02 gr
Jambu Biji = x 100% = 20,79 %
12 ,65 gr
10 ,55 gr−9 ,15 gr
Apel = x 100 = 13,27 %
10 , 55 gr

b. Lampiran Gambar

Pisau Loyang Mistar

Talenan Cawan Piring Dandang

34
Kompor Timbangan Oven

Apel Jambu Biji Nanas

c. Lampiran Gambar

35
IX. Lembar Pengesahan
Mengetahui Palembang, 23 Juni 2020
Asisten Laboratorium Praktikan

Yuyun Niyati,S.T,M.T M.Adi Putra Firdaus


(122017064)
Menyetujui
Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Ir.M.Arief Karim,M.sc

PROSES PEMBUATAN POWDER KUNYIT


I. Tujuan
 Mahasiswa mampu memanfaatkan tumbuhan yang ada disekitar untuk
dijadikan sebuah produk yang ekonomis
 Untuk mengetahui manfaat dari kunyit

II. Dasar teori


Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak
memiliki manfaat dan banyak ditemukan diwilayah Indonesia. Kunyit
merupakan jenis rumput – rumputan, tingginya sekitar 1 meter dan bunganya
muncul dari puncuk batang semu dengan panjang sekitar 10 – 15 cm dan
berwarna putih. Umbi akarnya berwarna kuning tua, berbau wangi aromatis dan
rasanya sedikit manis. Bagian utamanya dari tanaman kunyit adalah
rimpangnya yang berada didalam tanah. Rimpangnya memiliki banyak cabang

36
dan tumbuh menjalar, rimpang induk biasanya berbentuk elips dengan kulit
luarnya berwarna jingga kekuning – kuningan (Hartati & Balittro., 2013)
Kunyit merupakan tanaman suku temu-temuan dengan nama latin
Curcuma longa Koen atau Curcuma domestica Val. Senyawa utama yang
terkandung dalam rimpang kunyit adalah senyawa kurkuminoid. Senyawa
kurkuminoid ini yang memberikan warna kuning pada kunyit. Kurkuminoid ini
menjadi pusat perhatian para peneliti yang mempelajari keamanan, sifat
antioksidan, antiinflamasi, efek pencegah kanker, ditambah kemampuannya
menurunkan resiko serangan jantung (Asghari G.A. Mostajeran and M. Shebli,
2009). Kunyit biasanya digunakan sebagai komponen pewarna dan penyedap
makanan, selain itu bumbu kunyit juga digunakan untuk menetralkan bau anyir
pada masakan dan sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kunyit dapat
dijadikan sebagai bumbu inti pada pembuatan bumbu. Bumbu inti inilah yang
dapat dikembangkan menjadi beragam jenis masakan seperti bumbu kari, acar
kuning, pesmol ikan, nasi kuning dan lain-lain. Kunyit termasuk salah satu
tanaman suku temu-temuan (Zingiberaceae) yang banyak ditanam di
pekarangan, kebun, dan di sekitar hutan jati. Kunyit dikenal sebagai penyedap,
penetral bau anyir pada masakan,dan juga sering dimanfaatkan sebagai ramuan
obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit.)
Kunyit merupakan salah satu tanaman yang juga dipakai sebagai
bumbu dapur. Kandungan utama dalm rimpang kunyit yakni minyak atsiri,
resin, kurkumin, oleoresin, desmotoksikurkumin, lemak, kalsium, protein dan
posfor serta zat besi. Zat warna kuning (kurkumin) dimanfaatkan sebagai
pewarna untuk makanan manusia (Raharjo, M., 2005). Akar kunyit mempunyai
bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas. Serbuk akar kunyit memberikan
zat warna yang berwarna kuning jika dilarutkan di dalam air. Akar kunyit juga
telah lama digunakan sebagai komponen pewarna makanan seperti bubuk kari
dan lain-lain. Struktur kimia kurkumin dapat dilihat pada gambar (Sudarsono
dkk., 1996).

37
Gambar Struktur Kimia kurkumin
Penggunaan kunyit secara umum biasanya dalam bentuk yang berbeda
yaitu: bumbu, gelendongan, belahan, irisan, dan bubuk atau tepung. Kualitas
dari masing-masing olahan kunyit dipengaruhi oleh komponen kandungan
kurkumin, bentuk, dan ukuran rimpang. Jika ditujukan untuk pembuatan
oleoresin perlu diperhatikan kandungan kurkuminnya, demikian pula halnya
jika ingin digunakan sebagai zat pewarna. Di sisi lain jika ingin digunakan
sebagai bumbu atau zat aditif/tambahan pada makanan, masalah aroma dan
kandungan minyak atsiri merupakan hal penting yang perlu diperhatikan
(Purseglove et al., 1981).
Kunyit merupakan rempah-rempah yang biasa digunakan dalam
masakan di negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam
masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada
masakan, atau sebagai pengawet. Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat
obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin , desmetoksikumin
sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat
bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen,
turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil.
Kunyit juga mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%,
Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat
besi, fosfor, dan kalsium (Wikipedia, 2013). Kurkumin bermanfaat sebagai
antioksidan, antimikroba, antifungi, dan juga antiinflamasi. Selain itu kurkumin
juga diyakini mampu menghambat pertumbuhan sel kanker dan memacu
apoptosisi sel kanker. Bahan warna kurkumin dapat juga digunakan untuk
memecah penggumpalan darah di otak seperti yang terjadi pada pasien penyakit
alzheimer (Dheni 2007).

38
Senyawa kimia utama yang terkandung dalam kunyit adalah
kurkuminoid atau zat warna, yakni sebanyak 2,5 – 6%.Pigmen kurkumin inilah
yang memberi warna kuning orange pada rimpang (Winarto, 2004). Salah satu
fraksi yang terdapat dalam kurkuminoid adalah kurkumin. Komponen kimia
yang terdapat didalam rimpang kunyit diantaranya minyak atsiri, pati, zat pahit,
resin, selulosa dan beberapa mineral. Kandungan minyak 7 atsiri kunyit sekitar
3 – 5%. Disamping itu, kunyit juga mengandung zat warna lain, seperti
monodesmetoksikurkumin dan biodesmetoksikurkumin, setiap rimpang segar
kunyit mengandung ketiga senyawa ini sebesar 0,8% (Winarto, 2004).
Kunyit memiliki efek farmakologis seperti, melancarkan darah dan
vital energi, menghilangkan sumbatan peluruh haid, antiradang (anti–
inflamasi), mempermudah persalinan, antibakteri, memperlancar pengeluaran
empedu (kolagogum), peluruh kentut (carminative)dan pelembab (astringent)
(Said, 2007). Kunyit mempunyai khasiat sebagai jamu dan obat tradisional
untuk berbagai jenis penyakit, senyawa yang terkandung dalam kunyit
(kurkumin dan minyak atsiri) mempunyai peranan sebagai antioksidan,
antitumor dan antikanker, antipikun, menurunkan kadar lemak dan kolesterol
dalam darah dan hati, antimikroba, antiseptic dan antiinflamasi.
III. Alat dan bahan
a. Alat yang akan digunakan
 Pisau : 1 Buah
 Baskom : 1 buah
 Saringan : 1 Buah
 blender : 1 Set
 Wajan : 1 Buah
 Kompor : 1 Set
 Talenan : 1 Buah
 Sendok : 1 Buah
 Nampan : 1 Buah

39
 Timbangan : 1 Set
 Botol bubuk kunyit : 1 Set
 Spatula : 1 Buah
b. Bahan yang akan digunakan
 Kunyit 500 gr
 Air

IV. Prosedur Percobaan


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Membersihkan kunyit daru kotoran yang menempel pada kulitnya
3. Setelah knyit bersih lanjutkan dengan mengiris kunyit secara tipis-tipis,
lalu jemur dibawah sinar matahari agar kering secra sempurna.
biasanya untuk mengeringkan kunyit butuh waktu 2-3 hari.
4. Jika kunyit sudah kering lanjutkan dengan disangrai sesaat
untuk menghilangkan kadar air yang masih ada
5. Memblender kunyit hingga terbentuk butiran halus
6. Menyaring bubuk kunyit yang sudah diblender agar mendapatkan hasil
yang benar-benar halus dan bubuk kunyit siap digunakan.
V. Data Pengamatan

Sampel Warna Berat sampel


Kunyit sebelum Kuning Berat kunyit 500 gr
dikeringkan
Kunyit dikeringkan Kuning Berat kunyit setelah
selama 2-3 hari kecoklatan dikeringkan 450 gr
dibawah sinar matahari
Kunyit yang Kuning Berat kunyit stelah
dikeringkan lalu kecoklatan yang disangrai 430 gr
disangrai dengan api pekat
yang sedang

40
Kunyit yang sudah Kuning cerah Berat kunyit kering yang
disangrai lalu diblender sudah diblender 400 gr
Kunyit yang sudah Kuning cerah Berat kunyit yang sudah
diblender lalu disaring disaring 380 gr

VI. Analisa Percobaan


Pada percoban yang telah dilakukan kunyit sebanyak 500 gr yang di iris
tipis-tips lalu dikeringkan sibawah sinar matahari selama 2-3 hari. Sebelum
dikeringkan warna kunyit berwarna kuning khas kunyit.Namun,setelah
dikeringkan warna kunyit berubah sehingga berwarna kungng kecoklatan
dengan berat kunyit menyusut yaitu 450 gr.kunyit yang sudah kering lalu
disangrai selama 15 menit untuk menghilangkan kadar air yang masih ada di
kunyit hingga didapat sampel kunyit yang kering secara merata beratnya
berkurang yaitu menjadi 400 gr.kunyit yang sudah disangrai kemudian
diblender hingga terbentuk butiran halus kemudian menyaring bubuk kunyit
sebesar 400 gr

VII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan terjadi perubahan
warna maupun berat sampel pada saat sebelum dikeringkan dan juga setelah
dikeringkan.pengeringan kunyit dilakukan selama 2-3 hari.sebelum
dikeringkan warna kuning dan setelah dikeringkan warnanya kuning
kecoklatan.Setelah diblender warnanya kuning berebentuk butiran – butiran
halus.

VIII. Daftar Pustaka


1. http://jajanpinggiran.blogspot.com/2018/10/cara-membuat-kunyit-
bubuk.html?m=1

41
2. http://jurnal.unj.ac.id/unj/index.php
3. https://www.academia.edu/laporan-praktikum-kimia-zat-warna-kunyit

IX. Lampiran
a. Lampiran Perhitungan
 Kadar Air
Berat awal kunyit = 500 gr ( sebelum dikeringkan )
Berat akhir kunyit = 400 gr ( Sesudah dikeringkan )
berat awal kunyit −berat akhir
Kadar air = x 100 %
berat awal kunyit
500 gr −400 gr
= x 100 %
500 gr
= 20 %
 Produk
W ( berat produk ) setelah disaring = 350 gr
W ( berat basis )/ berat awal bahan = 500 gr
W produk
% Produk = x 100 %
W basis
38 0 gr
= x 100 %
500 gr
= 76 %
b. Lampiran Gambar

Talenan Pisau Timbangan

42
Kompor Nampan Blender

Baskom Wajan Saringan

Sendok Spatula Botol Bubuk Kunyit

c. Lampiran Dokumentasi

43
X. Lembar Pengesahan
Mengetahui Palembang, 20 Juni 2020
Asisten Laboratorium Praktikan

Yuyun Niyati,S.T,M.T M.Adi Putra Firdaus


(122017064)

Menyetujui
Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Ir.M.Arief Karim,M.sc

PROSES PEMBUATAN CUKA APEL

I. Tujuan
Untuk mengetahui cara pembuatan cuka apel dengan cara fermentasi

II. Dasar Teori


Cuka apel adalah cairan hasil fermentasi buah apel segar yang mula
mula gula diubah menjadi alkohol (etanol), kemudian alkohol ini diubah
menjadi asam asetat (Anonymous, 2006). Cuka apel telah di gunakan selama
ribuan tahun untuk mengobati berbagai keluhan penyakit. Hipporocates,
bapak kedokteran modern, merekomendasikan penggunaan cuka apel yang

44
dicampur dengan madu untuk mengobati demam dan flu pada tahun 400 SM.
Sejak itu Cuka apel terus digunakan untuk mengobati berbagai penyakit
termasuk nyeri. Cuka apel juga digunakan oleh tentara romawi dan para para
pendekar samurai jepang sebagai ramuan untuk kesehatan, kekuatan, dan
vitalitas.Cuka apel juga digunakan untuk perang saudara Amerika serikat
sebagai antiseptik untuk membersihkan luka para tentara dan terus digunakan
untuk tujuan yang sama pada perang dunia I.
Buah apel sangat efektif membunuh virus. Kandungan asam
klorogenik vitamin C, pectin dan sorbitol (zat pencahar) di dalamnya dapat
menghalangi pembentukan sel-sel kanker. Kandungan potasium
didalam apel efektif memelihara kesehatan tulang. Selain itu, zat
sorbitol pada apel membantu pembuangan zat yang tidak berguna pada
tubuh, sehingga memperlancar buang air besar.Kita juga mengenal adanya
cuka apel atau Apple Cider. Khasiat cuka apel juga besar karena kandungan
maltic acid (suatu komponen alami dalam apel),membantu menstimulasi
proses pencernaan. Karena bahan ini dibuat lewat proses fermentasi, cuka apel
juga kaya kalium, yaitu mineral yang mampu menciptakan antiseptik dalam
sel tubuh yang penuh lemak. Hal ini menyebabkan ia dapat memperkuat
metabolisme alami dan mempercepat proses oksidasi.
Cuka apel atau apple vinegar merupakan minuman kesehatan hasil
fermentasi alami buah apel murni (Jarvis 1958). Fermentasi dalam pembuatan
cuka apel berlangsung dalam dua tahap yaitu fermentasi pertama merupakan
fermentasi yang dilakukan oleh khamir, yaitu Saccharomyces cerevisiae yang
merombak gula menjadi alkohol. Fermentasi kedua merupakan fermentasi
yang dilakukan oleh bakteri asam asetat yaitu Acetobacter yang merombak
alkohol menjadi asam asetat. Pembuatan cuka apel secara tradisional
berlangsung secara fermentasi spontan. Mikroba yang berperan dalam
fermentasi spontan berasal dari kulit buah, alat-alat yang digunakan, dan
kondisi lingkungan terjadinya fermentasi.

45
Fermentasi spontan memiliki kelemahan, yaitu hasil fermentasi yang
diperoleh tidak stabil seperti fermentasi tidak spontan baik secara kualitas
maupun kuantitas seperti standar pH, jumlah alkohol, total asam dan rasa serta
aroma. Upaya untuk mengatasi hasil cuka apel yang memenuhi kriteria mutu
adalah dengan melakukan fermentasi tidak spontan dengan menggunakan
starter mikroba yang berperan dalam proses 2 fermentasi. Karakteristik
sensoris dari cuka apel sangat tergantung pada kultur yang digunakan dalam
proses fermentasi dan teknik fermentasi yang digunakan (Downing, 1989).
Kultur yang digunakan dalam proses fermentasi cuka apel adalah khamir
Saccharomyces cerevisiae yang merombak gula menjadi alkohol dan bakteri
Acetobacter aceti yang merombak alkohol menjadi asam asetat. Pada
dasarnya, upaya pemanfaatan buah apel menjadi cuka apel karena buah apel
merupakan buah klimaterik yang mempunyai masa simpan singkat dan cocok
untuk dikonsumsi dalam kondisi segar. Hal ini memberi peluang apel untuk
diolah menjadi cuka apel dengan tujuan diversivikasi olahan apel yang dapat
mempertahankan kandungan senyawa fenolik yang bermanfaat sebagai
antioksidan. Komponen bioaktif seperti mineral dan antioksidan yang terdapat
pada buah apel memberi manfaat bagi tubuh untuk mencegah stress oksidatif
(Heo dan Lee, 2004)

Gula banyak digunakan dalam pengawetan buah-buahan dan sayuran


dan sebagai bumbu untuk produk-produk daging. Penggunaannya untuk
tujuan diatas termasuk bahan pangan setengah kering , produk yang dilapisi
gula dan sirup untuk produk-produk dalam kaleng. Sukrosa, glukosa, gula
invert dan madu semuanya dapat dipakai dalam berbagai teknik pengawetan
bahan pangan. Daya larut yang tinggi dari gula , kemampuan
mengurangi keseimbangan kelembapan relatif (ERH) dan mengikat air
adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan bahan
pangan.Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam
produk- produk makanan . Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai

46
termasuk selai, jeli,marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buahan, buah-
buahan bergula, umbi dan kulit, buah-buahan beku dalam sirup, acar manis,
chutney, susu kental manis, madu.Walaupun gula sendiri mampu memberi
stabilitas mikroorganisme pada suatu produk makanan jika diberikan dalam
konsentrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut biasanya dibutuhkan),
ini pun umum bagi gula untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi dari
teknik pengawetan bahan pangan.
Gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH
rendah), perlakuan dengan pasteurisasi secara pemanasan, penyimpanan pada
suhu rendah, dehidrasi dan bahan-bahan pengawet kimia (seperti
belerang dioksida, asam benzoat) merupakan teknik-teknik pengawetan
pangan yang penting.Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan
dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40 % padatan terlarut) sebagian
dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan
mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang.
Produk-produk pangan berkadar gula yang tinggi cenderung rusak
olehkhamir dan kapang , yaitu kelompok mikroorganisme yang relatif mudah
dirusak oleh panas (seperti dalam pasteurisasi) atau dihambat oleh
hal-hal lain.

III. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
 Sendok : 1 Buah
 Pisau : 1 Buah
 Toples : 1 Set
 Timbangan : 1 Set
 Talenan : 1 Buah
b. Bahan yang digunakan
 Apel : 100 gr

47
 Gula pasir : 25 gr
 Air : 300 ml

IV. Prosedur Percobaan


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Apel dicuci bersih,kemudian dipotong kecil – kecil
3. Melarutkan air dan gula kedalam toples
4. Memasukkan apel yang telah dipotong kedalam toples yang telah berisi
larutan gula
5. Menutup dan didiamkan selama kurang lebih 2 minggu sehingga
terbentuk cuka dan pH mencapai 3 – 4

V. Data Pengamatan
No Bahan Keterangan
1. Apel 300 gr + gula 25 Warnanya kuning pucat dan berbau
gr + 300 ml air aroma apel
2. Apel 300 gr + gula 25 Warnannya menjadi kuning pekat
gr + 300 ml air di memiliki endapan dan berbau apel
fermentasi selama 5
hari
VI. Analisa Percobaan
Pada percobaan yang telah dilakukan apel sebanyak 100 gr yang
telah dpotong kecil – kecil dimasukkan kedalam larutan gula lalu akan
menghasilkan warna kuning pucat dan berbau apel setelah dilakukan
fermentasi selam 5 hari apel yang berda ditoples mengalami endapan dan
warnanya menjadi kuning pekat hal ini menunjukkan bahwa proses
tersebut berjalan sempurna.Sehingga apel yang berwarna kuning
kecoklatan menunjukkan apel murni.pada proses pembuatan cuka apel ini
aroma apel harus ada hal ini menunjukkan proses fermentasi tersebut

48
berjalan secara alami.Cuka apel yang baik memili pH 3 - 4 dan lebih bagus
jika fermentasi dilakukan lebih lama.

VII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
perubahan warna dan aroma pada saat apel difermentasi memiliki hasi yang
berbeda.Awalnya warna dan aroma apel yaitu kuning pucat dan masih
berbau apel yang khas akan tetatpi,setelah difermentasi selama 5 hari
aroma dan awarna apel menjadi lebih pekat dan terdapat endapan.

VIII. Daftar Pustaka


1. Jurnal Laporan Praktikum Cuka Apel “Novriyani”,2013(Scribd)
2. Jurnal prraktiku biokimia II “rizki mutiara ayu”2019,Universitas
Sriwijaya
3. Ananda.2010.Cuka(Online)http://anandagagan.blogspot.com/
2010/03cuka.html(diakses pada 17 mei 2020

IX. Lampiran
a. Lampiran Gambar

Apel Timbangan Talenan

49
Pisau Toples

Air Sendok

b. Lampiran Dokumentasi

X. Lembar Pengesahan
Mengetahui Palembang, 26 Juni 2020

50
Asisten Laboratorium Praktikan

Yuyun Niyati,S.T,M.T M.Adi Putra Firdaus


(122017064)

Menyetujui
Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Ir.M.Arief Karim,M.sc

PROSES PEMBUATAN ALKOHOL DARI TAPE SINGKONG

I. Tujuan
Untuk mengetahui proses pembuatan alkohol dari tape singkong

II. Dasar Teori


Tape merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang
dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat,
seperti singkong . Tape ketan biasanya digunakan untuk bahan campuran
minuman es kelapa muda. Ciri khas dari tape yaitu memiliki rasa yang manis
manis, berbau asam dan mengandung alkohol yang disebakan dalam

51
pembuatannnya dilakukan melalui proses fermentasi (Kuswanto dan
Sudarmadji, 1989).
Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang
mengandung karbohidrat seperti beras ketan dan ubi kayu. Dalam proses
fermentasi yang melibatkan aktifitas mikroorganisme ini terjadi proses
pengubahan karbohidrat menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil
fermentasi menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan
aroma semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan
yang merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi
oleh kadar gula dari tapai itu sendiri. Tetapi kadang – kadang pada sejenis
tapai tertentu timbil rasa asam agak menyengat. Hal ini biasanya disebabkan
oleh perlakuan selama proses pembuatan yang kurang teliti, misalnya
penambahan ragi yang terlampau banyak, penutupan yang kurang sempurna
selama proses fermentasi berlangsung, ataupun karena proses fermentasi yang
terlalu lama (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987 dalam Santosa,
2010).
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan
sejak lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk
mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan
menggunakan bantuan mikroba. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian
besar merupakan proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan
teknologi fermentasi atau yang menggunakan mikroorganisme untuk
memproduksi makanan dan minuman seperti: keju, yoghurt, minuman
beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, dll (Nurcahyo, 2011).
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba
untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi,
seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer.
Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah
lama dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-

52
produknya yang sudah biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe,
oncom, tapai, dan lain-lain (Nurhayani, 2001).
Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon tau ubi kayu,dalam
bahasa inggris bernama cassava,adalah pohon tahunan tropika dan subtropika
dari keluarga Euphorbiaceae.Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok
penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.Tumbuhan ini merupakan
umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata – rata bergaris tengah 2-
3 cm dan panjang 50-80 cm tergantung dari jenis singking yang ditanam. Tape
singkong adalah tape yang dibuat dari singkong yang difermentasi. Makanan
ini populer di Jawa dan dikenal di seluruh tempat, mulai dari Jawa Barat
hingga Jawa Timur. Di Jawa Barat, tapai singkong dikenal sebagai peuyeum
(bahasa Sunda).Pembuatan tapai melibatkan umbi singkong sebagai substrat
dan ragi tapai (Saccharomyces cerevisiae) yang dibalurkan pada umbi yang
telah dikupas kulitnya. Ada dua teknik pembuatan yang menghasilkan tapai
biasa, yang basah dan lunak, dan tapai kering, yang lebih legit dan dapat
digantung tanpa mengalami kerusakan.
Proses fermentasi merupakan hidrolisis pati menjadi glukosa dan
sebagian glukosa diubah menjadi alkohol. Proses fermentasi tape melibatkan
penambahan mikroorganisme untuk membuat beras ketan menjadi produk
yang diinginkan. Mikroorganisme yang biasanya digunakan adalah ragi. Ragi
merupakan khamir (Saccharomyces cerevisiae) yang berfungsi untuk
mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula dan alkohol. Proses tersebut juga
menyebabkan tekstur tape menjadi lunak dan empuk. Khamir adalah salah
satu jenis mikroba yang sebenarnya banyak berperan dalam dunia pangan,
tetapi kurang dikenal luas oleh masyarakat. Khamir memiliki peranan yang
penting dalam proses pembuatan tape, yaitu mengubah pati pada singkong
atau beras ketan menjadi gula, serta mengubah sebagian gula menjadi alkohol
dan komponen flavor (Johan W. von Mollendorff (2008:14)).Untuk
mengetahui kadar alkohol dalam tape dibutuhkan pengujian salah satunya

53
dengan metode Kromatografi Gas (GC) yaitu teknik kromatografi yang bisa
digunakan untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak
ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah
pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-
9.Bioteknologi dengan menggunakan mikroorganisme dapat menghasilkan
makanan dan minuman karena dapat tumbuh dengan cepat, mengandung
protein yang cukup tinggi dan dapat menggunakan produk-produk sisa
sebagai substratnya misalnya dari limbah dapat menghasilkan produk yang
tidak toksik dan reaksi biokimianya dapat dikontrol oleh enzim organisme itu
sendiri (Umrah, 2012).
Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah
bahan pangan menjadi bentuk lain. Proses pembuatan pangan yang dibantu
oleh mikroorganisme misalnya melalui fermentasi, seperti keju, yoghurt, dan
berbagai makanan lain termasuk kecap dan tempe. Pada masa mendatang
diharapkan peranan mikroorganisme dalam penciptaan makanan baru seperti
mikroprotein dan protein sel tunggal. Mengenal sifat dan cara hidup
mikroorganisme juga akan sangat bermanfaat dalam perbaikan teknologi
pembuatan makanan (Umrah, 2012).
Fermentasi adalah bentuk pengawetan makanan secara modern.
Umumnya bahan makanan yang akan diawetkan akan mengalami proses
pengubahan karbohidrat menjadi alkohol. Proses tersebut dipengaruhi oleh
enzim yang dibuat oleh sel-sel ragi. Umumnya bahan makanan yang
diawetkan ditaburi dengan ragi, kemudian disimpan dalam keadaan lembab
tanpa sinar matahari. Beberapa contoh proses fermentasi sering digunakan
dalam pembuatan tempe, tape, tahu, kecap, tauco, dan lain-lain (Umrah,
2012).Pada proses pembuatan tapai, masyarakat biasanya menggunakan daun
pisang sebagai pembungkusnya. Dengan semakin sulitnya mendapatkan daun
terutama di daerah perkotaan maka masyarakat beralih ke pembungkus atau
wadah alternatif yang lebih mudah diperoleh untuk proses pembuatan tapai

54
seperti plastik, gelas dan wadah yang lain. Namun demikian belum diketahui
apakah wadah fermentasi dalam pembuatan tapai ini berpengaruh terhadap
kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan (Sutanto, 2006).
Perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan perbedaan
pertumbuhan mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi maka
mikroorganisme yang tumbuh semakin banyak sampai nutrisi dimedia
tersebut habis. Proses pemecahan karbohidrat dipengarhui aktivitas
mikroorganisme. Dari hasil fermentasi yang dilakukan, didapatkan
pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme yang tertinggi adalah waktu
fermentasi 9 hari. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang
optimal, sedangkan pada fermentasi hari ke 0 mikroorganisme belum tumbuh
dan fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme
rendah (Hidayati, 2013).Pada proses pembuatan tapai, khamir dan kapang
merupakan mikrobia yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam
bahan, menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tape adalah mengubah
gula menjadi alkohol. rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula yang
ada dalam tape tersebut. dalam proses pembuatan tape, kadang-kadang sering
dijumpai adanya tape yang berasa masam. hal ini dapat disebabkan oleh
adanya kontaminasi sejenis bakteri karena proses pembuatan tape yang kurang
teliti, misalnya penambahan ragi yang berlebihan dan penutupan bahan pada
saat fermentasi berlangsung serta waktu fermentasi yang terlalu lama
(Rukamana, 2001).
III. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
 Pisau : 1 Buah
 Kompor : 1 Set
 Baskom : 1 Buah
 Daun pisang : 3 Lembar
 Mangkok : 1 Buah
 Saringan : 1 Buah

55
 Kukusan : 1 Set
b. Bahan yang digunakan
 Singkong : 1 kg
 Ragi : 3 gr

IV. Prosedur Percobaan


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menyiapkan singkong sebanyak 1 kg lalu,dikupas dan dicuci
hingga bersih
3. Mengukus singkong selam 30 menit
4. Setelah 30 menit mengangkat singkong dan tunggu hingga suhu
optimum
5. Setelah mencapai suhu optimum,Taburi ragi yang sudaha dihaluskan
sebanyak 5 gram
6. Taburi ragi hingga merata
7. Setelah bahan semua tercampur dengan rata,bungkus singkong dengan
daun pisang kemudian,letakkan singkong yang kedap

V. Data Pengamatan

Foto hasil Tape Bahan Aroma Tekstur Rasa


Singkon Berbau Mengalami Manis
g 1 kg + Alkohol pelunakan
Ragi 5 gr

VI. Analisa Percobaan

56
Singkong adalah bahan utama dalam pembuatan tape.pada proses
pembuatan alkohol dari tape singkong menggunakan ragi yang berfungsi
untuk mempercepat proses fermentasi pada tape singkong.kemudian
wadah dan daun pisang digunakan agar singkong tertutup rapat dan cocok
untuk melakukan proses fermentasi menjadi etanol.
Pembuatan tape setelah ditaburi ragi akan ditutup dengan rapat agar
tidak ada udara yang masuk kedalam wadah penyimpanan.ini disebabkan
karena pada tape singkong memanfaatkan bakteri anaerob yaitu bakteri
yang tidak memerlukan udara dalam proses fermentasinya.lalu,tape
dibungkus daun pisang untuk membuat Suasana mikroaerob agar
singkong tidak berwarna putihdan rasa menjadi alkohol.Pada hari kedua
terjadi proses anaerob pembentukan citarasaalkohol oleh khamir sehingga
butuh tertutup.jika ada udara yang masuk maka alkohol akan dioksidasi
menjadi asam asetat sehingga menjadi asam.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa proses pembuatan tape singkong dimulai dari pemilihan singkong
yang baik,dikuliti dan dicuci bersih serta ditiriskan.selanjutnya dikukus
sampai matang dan didinginkan lalu ditaburi ragi secukupnya dan
dibungkus rapat dalam wadah kemudian disimpan sela 2 – 3 hari pada
suhu kamar.hasil yang didapat berupa singkongyang berbau alkohol dan
bertekstur lunak.
VIII. Daftar Pustaka
1. Https://Www.Academia.Edu/35450065/
Laporan_Hasil_Praktek_Mengolah_Tapai_Singkong
2. Anonimous.2012 singkong dapat memperkuat ketahanan pangan
3. https://www.academia.edu/30037588/
laporan_mikrobiologi_pangan_pembuatan_tapai_

57
IX. Lampiran
a. Lampiran Gambar

Singkong Ragi Daun Pisang

Baskom Pisau

Kukusan Kompor

b. Lampiran Dokumentasi

58
X. Lembar Pengesahan
Mengetahui Palembang, 26 Juni 2020
Asisten Laboratorium Praktikan

Yuyun Niyati,S.T,M.T M.Adi Putra Firdaus


(122017064)

Menyetujui
Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Ir.M.Arief Karim,M.sc

PROSES PEMBUTAN SARI BUAH PISANG


I. Tujuan
Mengetahui proses pembuatan sari buah pisang

II. Dasar Teori


Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Sebagian
besar produk pertanian, khususnya buah-buahan dan sayuran lebih

59
banyak dikonsumsi dalam bentuk segar dari pada dalam bentuk olahan.
Disampingmengandung bahan-bahan seperti protein, karbohidrat dan
vitamin masihcukup tinggi, juga masih mempunyai cita rasa yang segar dan
menarik. Kelebihan ini bisa kita peroleh dengan mengkonsumsi
buah segar.Namun demikian kelebihan ini bisa menjadi kekurangan. Kadar
air yang tinggi serta kandungan zat-zat gizi yang cukup bervariasi di dalam
buah segar bisa mempermudah kerusakan buah. Akibatnya warna
buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan
pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi
busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa
simpannya sangat penting.
Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur,
sari buah dan sirup juga makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan
sale.Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa
simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk
minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti
manisan, dodol, keripik,dan sale. Tingkat kerusakan produk pertanian
khususnya buah dan sayuran diperkirakan sekitar 30 % sampai dengan
40 % , sedangkan 60 % dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahan. Pada
prinsipnya dikenal 2 (dua) macam sari buah, yaitu:
a. Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah
yang diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan
penambaha air dan gula pasir.

b. Sari buah pekat/Sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari


pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik
dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti
penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat

60
langsung diminum, tetapi harus diencerkan dulu dengan air (1 bagian
sirup dengan 5 bagian air).
Pisang merupakan buah yang mempunyai kandungan gizi sangat baik,
antara lain menyediakan energi dari karbohidrat cukup tinggi dibandingkan
dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium,
fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu C, B
kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam
kelancaran fungsi otak (Anonim, 2008). Pemanfaatan buah pisang selama ini
belum optimal masih terbatas sebagai buah konsumsi segar dan produk
olahan tradisional baik dari buah masih mentah maupun dari buah yang
sudah masak. Hal yang perlu diantisipasi adalah lonjakan produksi pada saat
panen raya disentra-sentra produksi pisang sedangkan serapan pasar yang
tidak berimbang menyebabkan banyaknya buah yang terbuang. Pisang
terutama yang sudah matang, dapat sebagai salah satu jenis buahbuahan
yang potensial sebagai penyedia energi dalam makanan dan minuman
(pangan).
Buah pisang mempunyai kandungan gizi yang baik, antara lain
menyediakan energi yang cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan
yang lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor dan
kalsium, juga mengandung vitamin B, B6 dan C serta serotonin yang aktif
sebagai neutransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Nilai energi pisang
rata-rata 136 kalori untuk setiap 100 g. Bila dibandingkan dengan jenis
makanan lainnya, mineral pisang khususnya besi dapat seluruhnya diserap
oleh tubuh.
Menurut Surendranathan (2003),Pisang matang merupakan buah yang
mudah busuk karena kadar airnya yang cukup tinggi. Selain itu ketika pisang
masak maka teksturnya akan lembut dan umur simpanya sekitar 7-8 hari.
Selama pengangkutan yang kurang baik, akan terjadi benturan, dan
kemudian terjadi pelepasan etilen dalam ruangan. Etilen akan mentriger
pematangan buah dalam pengangkutan sehingga membuatnya lebih cepat

61
busuk sebelum mencapai tujuannya..Salah satu cara untuk mempertahankan
daya simpan, meningkatkan permintaan serta daya guna buah pisang adalah
dengan mengolahnya menjadi produk minuman sari buah.pisang. Selain
lebih tahan lama, pengolahan ini akan membuat rasa pisang bervariasi.
Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah
dan air dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan
yang diizinkan, menurut persyaratan mutu sari buah (SNI,01- 3719-1995).
Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari penghancuran buah segar yang
matang. Pada prinsipnya dikenal dua macam sari buah, yaitu (1) Sari buah
encer , yang diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan
penambahan air, penambahan atau tanpa penambahan gula, (2) Sari buah
pekat yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan
dilanjutkan dengan proses pemekatan.
Menurut Siswadji (1985) bahwa minuman ringan dapat didefinisikan
sebagai minuman yang dibuat untuk dapat diminum langsung tanpa
diencerkan atau setelah diencerkan, dan dapat berupa minuman ringan yang
tidak mengandung etanol dan minuman ringan yang mengandung etanol
dengan kadar tidak lebih dari 1,5% yang dapat berupa hasil fermentasi atau
minuman ringan campuran. Pembuatan sari buah pisang selama ini,
dilakukan secara mekanis dengan penambahan air, menghasilkan sari buah
pisang yang tidak jernih (cloudy juice) dan masih beraroma langu. Pada
usaha percobaan pembuatan sari buah pisang cara enzimatik dengan bantuan
ragi, diharapkan dapat menghasilkan sari buah pisang yang jernih (clear
juice), dapat tanpa penambahan air, dan beraroma normal pisang.

III. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
 Blender : 1 Set
 Panci : 1 Buah

62
 Mangkok : 1 buah
 Kompor : 1 set
 Saringan : 1 Buah
 Talenan : 1 Buah
 Pisau : 1 Buah
 Sendok : 2 Buah
 Botol : 2 Buah
 Corong : 1 Buah
b. Bahan yang dignakan
 Pisang : 350 ons
 Air : 500 ml
 Gula : 2 sendok
 Lemon : 2 sendok

IV. Prosedur Percobaan


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengupas pisang.kemudian dipotong kecil
3. Pisang yang sudah dipotong kemudian dihaluskan dengan diblender
dan ditambahkan sedikit air
4. Kemudian saring buah pisang yang sudah diblender sehingga diperoleh
sari buah pisang
5. Kemudian masukkan sari buah pisangnya kedalam panci dengan
ditambah sisa air tadi,gula,dan perasan jeruk lemon
6. Memaskan di atas kompor dengan api sedang selama 15 menit
7. Selama dipanaskan sari buah pisangnya dimasukkan kedalam botol
kemsan dan siap digunakan
V. Data pengamatan

Sampel Warna Rasa Tekstur Hasil

63
Volume
Pisang 300 Putih Manis Keras 300 Ons
ons
Pisang setelah Kuning Manis Lembut 300 Ons
dikukus kecoklatan keasaman
Sari buah Kuning Manis Menjadi 400ml
pisang Kecoklatan keasaman Bubur
ditambah air
Sari buah Kuning Manis Mengental 300 ml
pisang setelah kecolatan keasaman
disaring
Sari buah Kuning Manis Mengental 350 ml
Kecoklatan
pisang
jernih
ditambah
gula,jeruk
lemon dan
pemanasan 15
menit

Campuran Bahan :

Bahan Keterangan
Pisang 350 ons + air 200 ml Warnanya kuning kecolatan berbau
pisang dan sedikit mengental
Sari buah 300 ml + air 300 ml Setelah dipanaskan berwarna coklat
muda rasanya manis asam dan
+ gula 100 ons + 30 ml lemon
sedikit mencair sehingga didapat
350 ml sari buah pisang

VI. Analisa Percobaan

64
Aroma pisang pada percobaan ini sebelum dan sesudah pemanasan
adlah tetap aroma khas pisang.sebelum pemanasan sari buah buah
pisang,aroma khas pisang masing – masing sangat kuat tapi setelah
pemanasan aroma khas pisangmenjadi berkurang.Hal ini bahwa aroma sari
buah akan mengalami perubahan akibat pemanasan yang lama yaitu
penurunan atau kerusakan karena oksidasi dan proses penguapan saat
pemanasan.Warna sari buah pisang pada percobaan ini adalah kuning
kecoklatan,setelah pemanasan selama 15 menit warna kuning pada pisang
berubah warna kuning kecolatan jernih.Hal ini disebabkan karena sari
buah mudah terdegradasi oleh pengaruh panas sehingga pigmen
karolenoid menjadi rusak selama proses pemanasan.dan hasil sari buah
yang didapat pada percobaan ini 350 ml sari buah pisang dengan rasa
manis dan sedikit asam.

VII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pemanasan terhadap sari buah pisang menyebabkan penurunnan mutu dari
sari buah secara organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa dan
kenampakan sari buah tiap tingkat pemanasan.

VIII. Daftar Pustaka


1. https://www.scribd.com/doc/264798998/laporan-praktikum-pembuatan-
sari-buah
2. https://www.scribd.com/doc/249396922/Laporan-Praktikum-Sari-Buah-
Dan-Konsentrat
3. https://www.academia.edu/35026742/Sari_buah

IX. Lampiran

65
a. Lampiran gambar

Pisang Lemon Gula

Mangkok Kompor Saringan

Panci Blender Pisau

Sendok Talenan Corong

Botol

b. Lampiran Dokumentasi

66
X. Lembar Pengesahan
Mengetahui Palembang, 26 Juni 2020
Asisten Laboratorium Praktikan

Yuyun Niyati,S.T,M.T M.Adi Putra Firdaus


(122017064)

Menyetujui
Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Ir.M.Arief Karim,M.sc

67

Anda mungkin juga menyukai