Anda di halaman 1dari 5

TANTANGAN PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI DI SMKN 1 KOTA

SORONG
Dwi Vira Ampesi, Euis Rina Handayani, Fitria Nursitasari, Nur Azizah
dwivira18@gmail.com, rinaeuis415@gmail.com, fitrianursitasasri25@gmail.com, dan
Email:
nurazizaahh125@gmail.com.
Abstrak
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran penting dalam membentuk karakter, moral, dan spiritualitas peserta didik, tetapi guru-guru PAI sering
menghadapi berbagai tantangan profesionalisme yang dapat memengaruhi efektivitas pengajaran mereka. Sebagai pendidik, peran guru menjadi faktor
kunci dalam menentukan keberhasilan upaya pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi tantangan guru dalam
mengajar mata pelajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMKN 1 Kota Sorong. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, peneliti dalam hal ini akan menjabarkan hasil penelitian secara deskripsi ataupun menggambarkan keadaan kompetensi profesional guru
pendididikan agama Islam yang sebenarnya sesuai dengan keadaan secara fakta. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini mencakup beberapa faktor
diataraya suasana kelas yang kurang kondusif, kurangnya minat peserta didik dalam mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, kurangnya konsentrasi
peserta didik dalam pembelajaran dan banyaknya administrasi yang harus dipenuhi oleh guru. Oleh sebeb itu, Profesionalisme guru sangat penting
dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional, dan standar kompetensi menetapkan empat aspek kunci yang harus dimiliki guru. Kemudian disadari
betapa urgennya profesionalisme suatu pekerjaan dalam lingkup ini adalah guru dalam memberikan ilmunya terhadap para peserta didik.
Kata kunci: Tantangan, Profesionalisme, Guru PAI
Abstract
Islamic Religious Education (PAI) has an important role in shaping the character, morals and spirituality of students, but PAI teachers often face
various professionalism challenges that can affect the effectiveness of their teaching. As educators, the role of teachers is a key factor in determining the
success of educational efforts. This research aims to find out what challenges teachers face in teaching students of Islamic Religious Education and
Character at SMKN 1 Sorong City. The method in this research uses a qualitative approach, the researcher in this case will describe the research
results descriptively or describe the actual state of professional competence of Islamic religious education teachers in accordance with the actual
situation. The results obtained from this research include several factors, including a less conducive classroom atmosphere, lack of student interest in
Islamic Education and Character subjects, lack of student concentration in learning and a lot of administration that must be fulfilled by the teacher.
Therefore, teacher professionalism is very important in improving the quality of national education, and competency standards stipulate four key
aspects that teachers must possess. Then we realized how urgent the professionalism of a job in this scope is for teachers to impart their knowledge to
students.
Keywords: Challenges, Professionalism, PAI Teachers
Pendahuluan

Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran krusial dalam membentuk karakter, moral, dan spiritualitas peserta didik, tetapi guru-guru

PAI sering menghadapi berbagai tantangan profesionalisme yang dapat memengaruhi efektivitas pengajaran mereka. Dalam konteks ini, perkembangan

teknologi telah mengubah cara pembelajaran, menuntut guru PAI untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut dan mengintegrasikan teknologi tanpa

menghilangkan esensi nilai-nilai keislaman yang ingin disampaikan. Diversitas peserta didik juga menjadi faktor penting, memerlukan kemampuan guru

untuk menyesuaikan strategi pengajaran agar sesuai dengan beragam latar belakang dan pemahaman agama peserta didik. (Anton, 2023).

Dalam masyarakat yang dinamis, guru PAI dihadapkan pada tekanan untuk menyampaikan nilai-nilai Islam yang relevan dengan konteks

sosial. Ini menekankan perlunya guru untuk mengaitkan ajaran agama dengan realitas kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebagai topik akademis

terpisah. Perbedaan pemahaman dan interpretasi terhadap ajaran Islam juga menjadi tantangan, dan guru PAI harus mampu memberikan pemahaman

yang mendalam sambil menghormati keragaman pandangan tanpa mengorbankan substansi ajaran agama.

Sebagai pendidik, peran guru menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan upaya pendidikan. Setiap inovasi pendidikan, terutama

dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia, selalu mencerminkan peran sentral guru. Pemilihan pokok masalah keberhasilan guru dalam

menyampaikan materi tidak hanya tergantung pada penguasaan materi, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang memengaruhi

kemampuan guru dalam menyampaikan materi secara profesional dan efektif. (Daradjat, 2004).

Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi kepribadian, penguasaan bahan ajar, dan cara mengajar. Ketiga

kompetensi ini perlu berkembang sejalan dan tertanam dalam kepribadian guru. Dengan memiliki ketiga kompetensi dasar ini, diharapkan guru dapat

mengoptimalkan kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar secara profesional dan efektif.
Dwi Vira Ampesi, Euis Rina Handayani, Fitria Nursitasari, Nur Azizah

Dalam konteks kompetensi cara mengajar, guru diharapkan dapat merencanakan program pembelajaran, menggunakan dan

mengembangkan media pendidikan, serta memilih metode pengajaran yang bervariatif dan efektif. Ketepatan guru dalam memilih metode pengajaran

dapat memengaruhi keefektifan pembelajaran secara keseluruhan.

Dalam proses belajar mengajar, guru memiliki tiga peran utama sebagai pengajar, pembimbing, dan administrator kelas. Sebagai pengajar,

guru perlu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar yang komprehensif. Sebagai

pembimbing, guru diharapkan dapat membantu peserta didik dalam memecahkan masalah dan memberikan nilai-nilai kehidupan. Sebagai administrator

kelas, guru bertanggung jawab dalam pengelolaan proses belajar mengajar di kelas. (Makhrus, 2002).

Guru memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru berkualitas, profesional, dan berpengetahuan tidak

hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik, pembimbing, pemandu, pelatih, penilai, dan evaluator peserta didik. Standar Nasional

Kependidikan menetapkan empat kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi pedagogis, sosial, kepribadian, dan profesional.

Meskipun demikian, diperlukan upaya untuk mengoptimalkan kompetensi-kompetensi ini karena keterbatasan yang masih ada.

Dalam konteks guru PAI, harapannya adalah mereka dapat memahami karakteristik, permasalahan, serta memecahkan permasalahan

tersebut dari para peserta didik, Untuk itu diperlukannya penelitian yang mendalam terkait masalah yang telah dijelaskan sebelumnya. Oleh karenanya,

kami sebagai penulis akan membahas masalah terkait dengan mengangkat judul “Tantangan Profesionalisme Guru dalam Mengajar PAI dan Budi

Pekerti di SMKN 1 Kota Sorong”.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif sebab peneliti mendeskripsikan secara fenomenologis terhadap objek

penelitian (Musfiqon, 2011). Peneliti dalam hal ini akan menjabarkan hasil penelitian secara deskripsi ataupun menggambarkan keadaan kompetensi

profesional guru pendididikan agama Islam yang sebenarnya sesuai dengan keadaan secara fakta. Deskripsi hasil penelitian akan diuraikan dalam

bentuk tulisan dan bahasa dengan menggunakan pendekatan deskriptif fenomenologis, kemudian dianalisis secara objektif dan detail dengan tujuan

untuk mendapatkan data yang valid (Moleong, 2007).

Subjek penelitian ini menggunakan dua subjek yaitu subjek primer dan subjek sekunder. Subjek primer yaitu guru pendidikan agama Islam

di SMKN 1 Kota Sorong. Sedangkan subjek sekunder yaitu tenaga kependidikan SMK 1 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara kepada guru PAI dan tenaga kependidikan SMKN 1 Kota Sorong.

Hasil dan Pembahasan

Profesionalisme
Guru atau pendidik diakui sebagai elemen kunci dalam dunia pendidikan, dan setiap negara menyadari pentingnya meningkatkan
profesionalisme mereka. Profesionalisme guru mencakup keahlian, kemampuan membuat keputusan independen dan adil, serta keterlibatan dalam
membangun proses, institusi, dan prosedur baru. Dalam menghadapi dampak globalisasi, pendidik harus responsif terhadap perubahan paradigma
pembelajaran, memahami konsekuensi globalisasi, dan terus meningkatkan kompetensi mereka untuk menjaga kualitas pembelajaran yang relevan
dengan kebutuhan sumber daya manusia. Introspeksi dan peningkatan kompetensi menjadi kunci dalam menjalankan tugas pendidik dengan
profesionalisme (Mufidah, 2019).
Secara etimologi, "profesi" berasal dari kata "profesion," yang berarti pekerjaan, dan "profesional" merujuk kepada seseorang yang ahli
dalam bidangnya. "Profesionalisme" mencerminkan sifat seorang yang memiliki keahlian. Menurut Sudarmawan, terminologi profesi menggambarkan
pekerjaan yang menekankan pendidikan tinggi, terutama dalam konteks pekerjaan mental daripada manual (Sudarwan, 2002).
Dalam pandangan beberapa ahli, termasuk Ahmad Tafsir, profesionalisme diartikan sebagai keyakinan bahwa setiap tugas harus dilakukan
oleh individu yang profesional, mengacu pada kemampuan yang luar biasa dalam melaksanakan pekerjaan. Muhibbin menegaskan bahwa seorang
profesional mampu menyelesaikan tugas dengan baik, sedangkan Kunandar menyebut profesionalisme berasal dari kata "profesi," yang merujuk pada
bidang pekerjaan yang dikejar oleh seseorang (Kunandar, 2011).
Dapat disimpulkan bahwa seorang guru profesional adalah individu yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan, memungkinkannya untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai guru secara optimal.

Urgensi Profesionalisme

2
Tantangan Profesionalisme Guru dalam Mengajar Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Di SMKN 1 Kota Sorong

Secara mendasar, profesionalisme dan sikap profesional merupakan motivasi intrinsik yang mendorong seseorang untuk mengembangkan
dirinya menjadi tenaga profesional. Motivasi intrinsik tersebut berpengaruh pada timbulnya etos kerja yang unggul, tercermin dalam lima bentuk
perilaku sebagai berikut:
a. Keinginan untuk selalu menunjukkan perilaku mendekati standar ideal, menunjukkan bahwa guru dengan profesionalisme tinggi akan berupaya

mencapai standar ideal dan mengidentifikasi dirinya dengan figur yang dianggap memiliki standar ideal.

b. Peningkatan dan pemeliharaan citra profesi merupakan tanda profesionalisme tinggi, yang tercermin dalam keinginan untuk terus meningkatkan

dan memelihara citra profesi melalui berbagai aspek seperti penampilan, cara berbicara, penggunaan bahasa, postur tubuh, sikap dalam kehidupan

sehari-hari, serta hubungan antarpribadi.

c. Memanfaatkan setiap kesempatan pengembangan profesional adalah kriteria di mana para guru diharapkan selalu mencari dan memanfaatkan

peluang untuk mengembangkan profesionalisme mereka, termasuk mengikuti kegiatan ilmiah, seminar, penataran, pendidikan lanjutan,

penelitian, pengabdian pada masyarakat, studi literatur, karya ilmiah, dan bergabung dalam organisasi profesi.

d. Mengejar kualitas dan mencapai cita-cita dalam profesi menunjukkan tingkat profesionalisme yang tinggi, di mana guru yang profesional akan

aktif dalam seluruh kegiatan dan perilakunya untuk menghasilkan kualitas yang ideal sesuai dengan program yang telah ditetapkan.

e. Kebanggaan terhadap profesi merupakan ciri profesionalisme, dengan kualitas derajat kebanggaan terhadap profesi yang dipegang. Para guru

diharapkan memiliki rasa bangga dan keyakinan diri terhadap profesinya, yang tercermin dalam penghargaan terhadap pengalaman masa lalu,

dedikasi tinggi terhadap tugas-tugas saat ini, dan keyakinan akan potensi diri untuk perkembangan di masa depan (Ali Mudlofir, 2012).

Sedangkan menurut Halmiyatun (Halmiyatun, 2015) terdapat beberapa faktor penting yang memengaruhi kualitas proses pembelajaran, antara
lain.
1. Kompetensi dan Keterampilan

Guru harus memiliki kemampuan teknis dan keterampilan yang sesuai dengan bidang masing-masing, serta memiliki pengalaman yang

kaya dibidangnya

2. Motivasi Intrinsik

Urgensi profesionalisme guru dalam pendidikan menjadi motivasi intrinsik untuk meningkatkan etos profesional dan kualitas dalam proses

pendidikan.

3. Pengaruh Positif

Profesionalisme guru memiliki pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, karena mereka mampu mengarahkan peserta didik pada

tujuan akhir pendidikan.

4. Komitmen Kepada Siswa

Guru harus memiliki komitmen yang kuat pada siswa dan proses belajarnya, serta mampu mengarahkan mereka secara efektif.

5. Penggunaan Metode Belajar

Guru harus menggunakan berbagai metode dalam mengajar, seperti penggunaan metode yang berbasis kompetensi, yang memicu siswa

untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka.

6. Pengembangan Karakter Guru

Guru profesional harus memiliki karakter yang baik dan mampu membantu perkembangan siswa, baik secara emotional maupun akademik.

Secara keseluruhan, profesionalisme bukan hanya sekadar tindakan individual, tetapi juga pondasi bagi keberhasilan individu, tim, dan organisasi

secara keseluruhan. Urgensinya terletak pada kemampuannya untuk membentuk budaya kerja yang dinamis, efisien, dan mendukung

pertumbuhan jangka panjang.

Syarat-syarat Menjadi Guru Profesional


Syarat-syarat menjadi seorang guru profesional dapat dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, yang menuntut pemenuhan beberapa
persyaratan menurut Muhammad Ali dalam Sarmadhan Lubis (Sarmadhan, 2017) seperti:
a. Keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.

3
Dwi Vira Ampesi, Euis Rina Handayani, Fitria Nursitasari, Nur Azizah

b. Keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan profesinya.

c. Tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

d. Kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya, memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika

kehidupan.

Secara khusus, syarat profesionalisme guru dalam Islam melibatkan aspek seperti kesehatan jasmani dan rohani, ketakwaan, pengetahuan yang
luas, perlakuan adil, berwibawa, ikhlas, memiliki tujuan yang berorientasi pada ketuhanan, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan evaluasi.
Dalam Islam, seorang guru yang baik tidak hanya cerdas tetapi juga harus berpengetahuan, bertaqwa, dan berakhlak baik. Mereka diharapkan
ikhlas menjalankan tugas sebagai pendidik karena Allah, menciptakan penerus pendidikan yang mampu menghadapi berbagai tantangan, dan menjadi
teladan seperti Rasulullah Saw.
Tantangan Profesionalisme Guru
Tantangan yang dihadapi guru dalam mengajar mata Pelajaran terkhusus PAI dan Budi Perkerti ialah:

1. Suasana Kelas yang Kurang Kondusif

Pendidik harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran, pendekatan, metode, serta media secara efektif dan kreatif untuk
mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa sesuai dengan potensinya. Peran pendidik sangat penting dalam menentukan kualitas
pembelajaran di kelas, dan oleh karena itu, pendidik perlu merencanakan dengan cermat untuk meningkatkan kesempatan belajar peserta didik dan
memperbaiki gaya mengajar mereka. Kemampuan pendidik dalam mengelola proses belajar mengajar menjadi kunci untuk memberikan motivasi
kepada peserta didik, sebab peserta didik adalah subjek utama dalam pembelajaran (Wardani, 2007).
Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi suasana kelas yang kurang kondusif, yaitu pendidik dapat mengelola kelas dengan strategi
seperti menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, membentuk komitmen bersama peserta didik, serta memiliki
keterampilan dalam memberikan pelayanan adil dan proporsional dengan memperhatikan keragaman siswa. Selain itu, penting bagi guru untuk menjalin
komunikasi dengan orang tua guna mencegah potensi masalah pengelolaan kelas. Namun, ketika masalah muncul, guru dapat mengatasi dengan
menerapkan berbagai pendekatan, termasuk penggunaan reward dan punishment, aspek emosional, dan pendekatan personal yang disesuaikan dengan
situasi kelas. (Gafur, 2019).

2. Kurangnya Minat Peserta Didik dalam Mata Pelajaran PAI dan Budi Perkerti

Pada dasarnya saat menginjak usia remaja peserta didik cenderung lebih mudah merasa bosan sehinggah fokusnya teralihkan. Sebagai seorang
pendidik penting untuk mendorong minat peserta didik sesuai dengan kebutuhannya sehingga ia merasa bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang
bermakna. Menurut Siti Nusroh (Siti, 2020) adapun faktor yang memengaruhi kurangnya minat siswa dalam proses pembelajaran yaiutu sebagai
berikut.
a. Kurangnya kemampuan dasar.

b. Kurangnya motivasi dalam belajar.

c. Berkembangnya teknologi yang cukup pesat sehingga peserta didik mengalami ketertinggalan.

d. Metode pembelajaran yang kurang menarik

e. Kurangnya inovasi dan kreatifitas pendidik dalam mengelolah kelas.

3. Kurangnya Konsentrasi Peserta Didik dalam Pembelajaran

Kurangnya konsentrasi peserta didik dalam proses pembelajaran dapat terjadi karena berbagai faktor yang memengaruhi kemampuan siswa untuk
memfokuskan perhatian mereka pada materi Pelajaran. Beberapa faktor (Sukri, 2013) yang memperngaruhi hal tersebut ialah:
a. Faktor spikologis, Faktor ini meliputi motivasi,bakat,minat dan sikap terhadap belajar (Triyono, 2014).

b. Faktor fisiologis, ada bebrapa factor yang dapat memengaruhi konsentrasi belajar yaitu, Kesehatan, ganguan nutrisi, kondisi lungkungna,kondisi

medis dan komsumsi obat-obatan (Lestari, 2020).

4. Banyaknya administrasi yang harus dipenuhi oleh pendidik

Tidak hanya sebagai pengajar, seorang guru juga ditugaskan untuk menyiapkan berbagai administrasi sebelum melakukan proses pembelajaran.
Diantaranya seperti membuat modul ajar, pemilihan minggu efektif untuk melaksanakan proses pembelajaran, metode pembelajaran yang efektif juga
adanya rapat dadakan yang dilakukan oleh pihak sekolah. Hal tersebut membuat kurangnya efektifitas guru dalam mengajar.

Kesimpulan

4
Tantangan Profesionalisme Guru dalam Mengajar Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Di SMKN 1 Kota Sorong

Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peranan penting dalam membentuk karakter, moral, dan spiritualitas peserta didik, serta tantangan

profesionalisme guru PAI. Guru dihadapkan pada tekanan untuk menyampaikan nilai-nilai Islam yang relevan dengan konteks sosial, sambil mengatasi

perbedaan pemahaman dan interpretasi terhadap ajaran agama. Guru PAI perlu mengembangkan tiga kompetensi dasar: kepribadian, penguasaan bahan

ajar, dan cara mengajar, untuk mengoptimalkan kemampuan mengajar secara profesional dan efektif. Profesionalisme guru sangat penting dalam

meningkatkan mutu pendidikan nasional, dan standar kompetensi menetapkan empat aspek kunci yang harus dimiliki guru. Kemudian disadari betapa

urgennya profesionalisme suatu pekerjaan dalam lingkup ini adalah guru dalam memberikan ilmunya terhadap para peserta didik, terdapat juga syarat-

syarat serta tantangan yang dihadapi guru dalam menjadi pribadi yang profesional, seperti suasana kelas kurang kondusif, kurangnya minat peserta

didik, kurangnya konsentrasi, dan tugas administratif yang memakan waktu.

Bibliografi

Ali, M. (2022). Optimalisasi Kompetensi Kepribadian Dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (Pai) dalam Mengajar. Ar Rusyd: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(2), 100-120.
Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.
Daradjat, Z. (2004). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Gafur, A. & Mustafida, F. (2019). Strategi Pengelolaan Kelas dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif di SD/MI. Elementeris: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar Islam 1(2), 38-44.
Hilmiyatun, Al-Pansori, M. J. & Muttaqin, Z. (2015). Urgensi Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan. International
Conference on Counseling & Education (ICCE), 3(2), 585-590.
Kunandar, (2009). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali
Press.
Lestari, K. D. (2020). Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa Kelas VIII A Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Jangkang Kabupaten Sanggau. Skripsi, IKIP PGRI Pontianak.
Lubis, S. (2017). Peningkatan Profesionalisme Guru PAI Melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 2(2),
189-205.
Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mudlofir, A. (2012). Pendidik Profesional, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Mufidah, L. I. (2019). Tantangan Profesionalisme Guru pada Era Globalisasi. JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan
Teknologi, 18(2), 175-186.
Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian. Samarinda: Pustakarya.
Muslihi, A. (2023). Implementasi Kebijakan Pendidikan Agama Islam: Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa MTSN 1 Taliabu Barat. INOVASI:
Jurnal Ilmiah Pengembangan Pendidikan, 1(2), 173-181.
Nusroh, S., & Luthfi, E. (2020). Analisis Kesulitan Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Serta Cara Mengatasinya. BELAJEA: Jurnal Pendidikan
Islam, 5(1), 71-92.
Sukri, A., & Purwanti, E. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Brain Gym. JEMS: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, 1(1), 50-57.
Triyono, M. (2014). Materi Layanan Klasikal Bimbingan dan Konseling Bidang Bimbingan Pribadi. Yogyakarta: Paramitra Publishing.
Wardani. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka KTSP SD/ MI 2011.

Anda mungkin juga menyukai