Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori-teori yang ada kaitannya

dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Hal ini

dimaksudkan agar nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar penentuan langkah-

langkah yang sedang dihadapi.

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Abi Hamdani dan Irsutani, S.E., M.Acc., Ak. (2015)

Melakukan penelitian Pengaruh Penerapan Total Quality Management

(TQM) dalam upaya mengendalikan efisiensi biaya. Permasalahan yang

dibahas dipenelitan ini adalah bagaimana pelaksanaan penerapan total quality

management dalam upaya peningkatan efisiensi biaya. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah asosiatif dengan teknik analisis regresi berganda

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh hubungan antara variabel-variabel

TQM terhadap variabel efisiensi biaya kualitas. Variabel-variabel dalam

instrument tersebut diukur dengan skala interval dengan teknik penilaian skala

likert yaitu; 5 poin (Ghozali. i, 2009). Kuesioner untuk memperoleh data

primer tentang Total Quality Management dikutip dari penelitian yang

dilakukan (Sari, 2009).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Berdasarkan interprestasi hasil dari

pengujian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Enam

komponen TQM yang dijadikan variabel dalam penelitian yaitu fokus pada

7
8

pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan

berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan serta pemberdayaan dan

pelatihan tidak mempengaruhi biaya kualitas secara parsial pada perusahaan

manufaktur di Batam. Enam komponen TQM yang dijadikan variabel dalam

peneitian yaitu fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim,

perbaikan berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan serta pemberdayaan

dan pelatihan tidak mempengaruhi biaya kualitas secara simultan.

2. Monica Kurniawati (2016)

Melakukan penelitian tentang Studi Preferensi Penerapan Total Quality

Management (TQM) Bagi Efisiensi Biaya Produksi Di Pabrik PT Pabrik Gula

Kebon Agung, Untuk mengetahui preferensi karyawan terhadap penerapan

TQM dalam perusahaan disusun kuesioner yang kemudian diisi oleh

responden. Metode pengolahan menggunakan analisis conjoint, dari kuesioner

diharapkan dapat diketahui preferensi responden serta tingkat kepentingan

faktor-faktor dalam penerapan TQM di perusahaan. Dalam penelitian ini proses

analisis yang dilakukan adalah dengan menentukan faktor serta level dari

faktor tersebut untuk melakukan analisis conjoint.

Hasil penelitian menemukan bahwa preferensi tertinggi responden adalah pada

faktor TQM berupa obsesi terhadap kualitas terkait dengan biaya produksi

yang ada dalam perusahaan berdasarkan output, menunjukkan responden

menganggap pelaksanaan kualitas sesuai dengan yang diharapkan dalam

menunjang efisiensi biaya produksi yakni sebesar -0,242 atau mereka masih

menganggap biaya yang dikeluarkan masih belum sesuai dengan produk yang
9

dihasilkan dan cenderung menyatakan kualitas memang belum sesuai dalam

menunjang efisiensi biaya produksi yakni sebesar 0,242. Hal ini menunjukkan

bahwa preferensi responden terhadap pelaksanaan TQM di perusahaan faktor

yang paling dipertimbangkan oleh karyawan adalah fokus terhadap pelanggan

merupakan konteks TQM yang menarik bagi karyawan untuk diperhatikan oleh

perusahaan.

3. Yun Yun dan Asep Kurniawan (2016)

Penelitian ini tentang Pengaruh Pengendalian Kualitas Susu Sapi Terhadap

Keunggulan Bersaing Produk Susu Sapi Pada Peternakan Sapi Perah Di Kec.

Lembang Dan Kec. Parongpong Kab. Bandung Barat. Dilihat dari segi cara

atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan

penulis dalam melakukan penelitian yaitu studi lapangan (Field Research),

wawancara, observasi, kuesioner, serta Focus Group Discusion (FGD), teknik

pengumpulan data yang diperoleh berupa persepsi, sikap dan pendapat. Dalam

mengukur presepsi tersebut menggunakan skala likert (Sugiono, 2010). Skala

likert digunakan untuk mengukur pengendalian kualitas dan keunggulan

bersaing berupa pernyataan sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju

masing-masing pernyataan memiliki skor jawaban.

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengendalian

kualitas produk susu sapi pada peternak di Kec. Parongpong dan Kec.

Lembang sudah baik meskipun untuk tindakan pada proses produksi susu sapi

harus ditingkatkan serta tindakan pada produk harus diperbaiki. Hubungan

antara variabel pengendalian kualitas dan keunggulan bersaing peternak sapi di


10

Kec. Parongpong dan Lembang memiliki hubungan searah yang sangat erat.

Pengendalian kualitas berpengaruh positif signifikan terhadap keunggulan

bersaing, artinya peternak sapi perah harus meningkatkan pengendalian

kualitasnya untuk memperoleh keunggulan bersaing dipasar.

4. Ni Kadek Ratna Sari dan Ni Ketut Purnawati (2018)

Meneliti tentang Analisis Efisiensi Pengendalian Kualitas Produksi Pie

Susu Pada Perusahaan Pie Susu Barong Di Kota Denpasar, desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang

berbentuk deskriptif, Pemberi data atau informasi dalam penelitian ini

dilakukan menggunakan metode purposive sample yaitu pemilihan pemberi

informasi yang dilakukan secara sengaja berdasarkan tugas dan tanggung

jawab dalam perusahaan. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan

teknik pengendalian kualitas secara statistik dengan langkah-langkahnya

adalah sebagai berikut: 1) Mengumpulkan data produksi dan produk rusak

(check sheet); 2) Membuat Peta Kendali P (P- chart); 3) Analisis Biaya

Kualitas; dan 4) Membuat rekomendasi/ usulan perbaikan kualitas.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pengendalian kualitas yang

dilakukan di Perusahaan Pie Susu Barong masih belum optimal karena hasil

analisis biaya kualitas produksi menunjukkan biaya kualitas untuk kerusakan

aktual lebih besar dari biaya kualitas optimal, untuk mengantisipasi empat

faktor penyebab kerusakan adalah sebagai berikut: 1) Man (Manusia), yaitu

perusahaan perlu mengadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan

karyawan terutama bagi karyawan baru secara kontinu agar dapat tercapai
11

sumber daya manusia yang berkualitas; 2) Method (Metode), yaitu

memberikan instruksi kerja dengan jelas kepada karyawan, hal ini bisa

dilakukan pada saat awal sebelum proses produksi dimulai ataupun pada saat

proses produksi berlangsung. 3) Machine (Mesin), yaitu memeriksa mesin -

mesin tidak hanya dilakukan ketika mesin mengalami kerusakan, namun harus

dilakukan secara rutin atau secara berkala. 4) Environment (Lingkungan), yaitu

melakukan penataan alat – alat produksi agar lebih rapi dan bersih, sehingga

tersedia tempat yang lebih luas untuk meletakkan hasil produksi selain itu

karyawan lebih nyaman dalam bekerja.

Tabel 2.1
Penelitian terdahulu

N Peneliti Judul Variabel yang Hasil


No digunakan

1 Abi Hamdani Pengaruh Penerapan X1: Total Quality - Secara parsial Total
dan Irsutani, Total Quality Management quality management
S.E., M.Acc., Management (TQM) tidak berpengaruh
X2: Presepsi signifikan terhadap
Ak. / 2015 Terhadap Efisiensi
Karyawan efisiensi biaya kualitas
Biaya
- Secara simultan Total
Y : Biaya Kualitas quality management
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
efisiensi biaya kualitas

2. Monica Studi Preferensi X1: Pereferensi Menunjukkan bahwa


Kurniawati / Penerapan Total Studi Preferensi
2016 Quality Management X2: Obsesi Penerapan Total Quality
(TQM) Bagi Efisiensi Terhadap Kualitas Management (TQM) Bagi
Biaya Produksi Di Efisiensi Biaya Produksi
X3: Efisiensi
Pabrik PT Pabrik Gula Di Pabrik PT Pabrik Gula
Biaya Produksi
Kebon Agung Kebon Agung
berpengaruh signifikan

3. Yun Yun dan Pengaruh Pengendalian X : Pengendalian Pengendalian Kualitas


Asep Kualitas Susu Sapi Kualitas Susu Sapi Terhadap
Kurniawan / Terhadap Keunggulan Keunggulan Bersaing
2016 Bersaing Produk Susu Y : Keunggulan Produk Susu Sapi Pada
12

Sapi Pada Peternakan Kompetitif Peternakan Sapi Perah Di


Sapi Perah Di Kec. Kec. Lembang Dan Kec.
Lembang Dan Kec. Parongpong Kab.
Parongpong Kab. Bandung Barat
Bandung Barat Berpengaruh Positif
Signifikan

4. Ni Kadek Ratna Analisis Efisiensi X : Pengendalian Efisisnsi Pengendalian


Sari dan Ni Pengendalian Kualitas Kualitas Kualitas Berpengaruh
Ketut Purnawati Produksi Pie Susu Pada Positif Terhadap Biaya
/ 2018 Perusahaan Pie Susu Y : Biaya Kualitas Kualitas Produksi Pie
Barong Di Kota Susu Pada Perusahaan Pie
Denpasar Susu Barong Di Kota
Denpasar

Persamaan dari peneliti terdahulu dengan penulis saat ini sama-sama

membahas tentang Total Quality Management (TQM), Pengendalian Kualitas

serta Efisiensi Biaya. Dengan disertai pengaruh-pengaruh yang saling terikat

diantara variabelnya.

Perbedaan peneliti terdahulu dengan penulis lakukan ini adalah variabel -

variabelnya berbeda yaitu variabel bebas yang digunakan adalah Total Quality

Management (X1), Pengendalian Kualitas (X2), dan Variabel terikat yang di

gunakan adalah Efisiensi Biaya (Y), teknik analisis data yang digunakan oleh

peneliti adalah Regresi linier Berganda karena untuk mengetahui pengaruh Total

Quality Management dan Pengendalian Kualitas terhadap Efisiensi Biaya, baik

secara parsial maupun secara simultan.

Dan keunggulan dari penelitian saat ini merangkum tentang Penerapan

Total Quality Management (TQM) dan Pengendalian Kualitas terhadap Efisiensi

Biaya yang mana ketiga variabel tersebut membutuhkan tingkat ketelitian yang

tinggi disetiap variabelnya.


13

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Total Quality Management (TQM)

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu upaya meningkatkan

Performasi secara terus-menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam

setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber

daya manusia dan modal yang tersedia (Gaspersz, 2001:4). Sedangkan Menurut

Tjiptono dan Anastasia (2003:4) TQM merupakan suatu pendekatan dalam

menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi

melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungannya. TQM adalah sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik,

dan filosofi yang didisain untuk menciptakan budaya perusahaan yang memiliki

fokus terhadap konsumen, melibatkan partisipasi aktif pekerja, dan perbaikan

kualitas terus-menerus dengan tujuan agar sesuai dengan harapan konsumen

(Purnama,2006:51).

Hitt, Ireland danHoskisson (2001:223) mengatakan TQM adalah inovasi

manajerial yang menekankan komitmen total organisasi kepada pelanggan dan

untuk terus-menerus melakukan perbaikan setiap proses melalui penggunaan

pendekatan pemecahan masalah, digerakkan oleh data, didasarkan pada

pemberdayaan kelompok- kelompok dan tim-tim karyawan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Total

Quality Management (TQM) pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan oleh

perusahaan serta tim karyawan untuk meningkatkan kualitas produksi dan

melakukan perbaikan kualitas produksi secara continue agar mereka bisa


14

mendapatkan efisiensi produk yang sesuai standart yang telah ditentukan oleh

perusahaan guna mencapai profit yang tinggi.

2.2.2 Komponen-Komponen Total Quality Management (TQM)

Menurut Nasution (2004:22), dalam penerapan TQM, ada 10 komponen

yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis (1994) dijelaskan sebagai berikut :

1. Fokus Pada Pelanggan

Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal

merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa

yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan

besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang

berhubungan dengan produk atau jasa dengan diarahkan pada satu tujuan

utama yaitu terciptanya kepuasan pelanggan.

2. Obsesi Terhadap Kualitas

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas adalah

pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut,

organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan

tersebut.

3. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk

mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan serta

pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.

4. Komitmen Jangka Panjang


15

TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu

dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu, komitmen

jangka panjang sangat penting guna melakukan perubahan budaya agar

penerapan TQM dapat berjalan dengan lancar.

5. Kerja Sama Tim (Teamwork)

Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional, seringkali diciptakan

persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya

saing terdongkrak. dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim,

kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan

maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat

sekitarnya.

6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Persaingan global dan selalu berubahnya permintaan pelanggan merupakan

alasan perlunya dilakukan perbaikan sistem secara berkesinambungan. Oleh

karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar

kualitas yang dihasilkan dapat meningkat.

7. Pendidikan Dan Pelatihan

Saat ini, masih terdapat perusahaan yang tidak peduli terhadap pentingnya

pendidikan dan pelatihan karyawan. Mereka beranggapan bahwa perusahaan

bukanlah sekolah, yang diperlukan adalah tenaga terampil siap pakai.

Sehingga, perusahaan-perusahaan seperti itu hanya akan memberikan

pelatihan sekadarnya kepada para karyawan.

8. Kebebasan yang terkendali


16

Kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan

baik.

9. Kesatuan tujuan

Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki

kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan

yang sama.

10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam

penerapan TQM. Menurut Tjiptono dan Anastasia, (2003 : 128) “Tujuan

pelibatan dan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kemampuan

organisasi untuk memberikan customer value”.

2.2.3 Prinsip-prinsip Utama Total Quality Management (TQM)

Prinsip-prinsip Utama Total Quality Management (TQM) Berikut adalah

empat prinsip utama dalam Total Quality Management Menurut Hensler dan

Brunellin yang dikutip oleh Tjiptono (2003:14-15) Keempat prinsip tersebut ialah:

a. Kepuasan pelanggan

b. Respek terhadap setiap orang

c. Perbaikan berkesinambungan

d. Manajemen berdasarkan fakta

2.2.4 Manfaat Total Quality Management (TQM)

Menurut Nasution (2010:43) manfaat TQM dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu :
17

a. Dapat Memperbaiki Posisi Persaingan

b. Meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan

Adapun keunggulan perusahaan yang menerapkan total quality

management adalah :

 Total quality management mengembangkan konsep kualitas dengan

pendekatan totalitas. Kualitas bila dipandang dari sudut pandang konsumen

diartikan sebagai kesesuaian.

 Adanya perubahan dan perbaikan secara terus-menerus dengan menerapkan

total quality management perusahaan dituntut untuk selalu belajar dan

berubah memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya.

 Adanya upaya pencegahan artinya sejak dari perencanaan produk, proses

hingga menjadi produk akhir menghasilkan produk yang baik tanpa ada

produk produk yang cacat (zero defect) sehingga perusahaan mampu

mengurangi biaya (cost reduction), menghindari pemberosotan dan

menghasilkan produk secara efektif dan efisien dan pada akhirnya dapat

meningkatkan profit bagi perusahaan.

2.2.5 Implementasi Total Quality Management (TQM)

Menurut Hardjosoedarmo (2004:50-51), penerapan TQM akan

memberikan dampak yang positif bagi karyawan, yaitu :

a. Karyawan akan menjadi lebih loyal kepada organisasinya dan menganggap

bahwa keberhasilan organisasi identik dengan keberhasilan pribadi.

b. Karyawan akan menunjukkan pekerjaan mutu.


18

c. Karyawan akan mengorganisasikan dirinya secara sukarela untuk melakukan

perbaikan proses tanpa campur tangan, tekanan, ataupun dorongan

manajemen.

d. Karyawan baru, terlepas dari latar belakang dan orientasinya, dengan mudah

akan menyesuaikan diri pada budaya mutu yang telah terbentuk dalam

organisasi.

2.2.6 Karakteristik Total Quality Management (TQM)

Menurut Joseph M. Juran dalam Gaspersz (2010:10) total quality

management sebagai suatu kumpulan aktivitas yang berkaitan dengan kualitas

tertentu yang memiliki karakteristik :

1. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas.

2. Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.

3. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking : fokus adalah pada

pelanggan dan pada kesesuaian kompetisi, disana adalah sasaran untuk

peningkatan kualitas tahunan.

4. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.

5. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.

6. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.

7. Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan

terhadap sasaran.

8. Penghargaan diberikan untuk kinerja terbaik.

9. Sistem imbalan (reward system) diperbaiki.


19

2.2.7 Alur Kegiatan Untuk Mencapai Total Quality Management (TQM)

Menurut Deitiana (2011:66) ada beberapa alur untuk mencapai total

quality management, yakni :

1. Leadership (Organizational Practices)

Pernyataan misi, Prosedur operasi yang efektif, Dukungan karyawan,

Pelatihan.

Hasil : apa yang penting dan apa yang akan dicapai.

2. Prinsip Kualitas (Quality Principles)

Fokus pada pelanggan, Perbaikan yang terus menerus, Benchmarking, Just-

In-Time, alat alat TQM

Hasil : bagaimana mengerjakan apa yang penting dan apa yang akan

dicapai.

3. Pemenuhan Karyawan (Employee Fulfillment)

Pemberdayaan, Komitmen organisasional.

Hasil : sikap karyawan yang dapat memilih untuk memenuhi apa yang

penting.

4. Kepuasan Pelanggan (Customer Statisfaction)

Memenangkan pesanan, Pelanggan yang membeli kembali.

Hasil : organisasi yang efektif dengan keunggulan bersaing.


20

Gambar 2.1

aliran aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai TQM

Organizational Practices

Quality Principles

Employee Fulfillment

Customer Statisfaction

Sumber : Hezier, 2004

2.2.8 Pengetahuan Mengenai Alat-Alat Total Quality Management (TQM)

Total quality management juga memiliki alat-alat yang dipergunakan

untuk aktivitas-aktifitas produksi, berikut tujuh macam alat TQM yang paling

umum menurut Deitiana (2011:66) :

a) Lembar Pengecekan (Check Sheet)

Yakni formulir yang didesain untuk mencatat data.

b) Diagram Sebar (Scatter Diagram)

Adalah alat yang menunjukkan hubungan antara dua perhitungan.

c) Diagram Sebab Akibat (Cause And Effect Diagram)

Adalah teknik skematis yang digunakan untuk menemukan lokasi yang

mungkin pada permasalahan kualitas.

d) Diagram Pareto (Pareto Chart)


21

Adalah sebuah cara menggunakan diagram untuk mengidentifikasi masalah

yang sedikit tetapi kritis tertentu dibandingkan dengan masalah yang banyak

tetapi tidak penting.

e) Diagram Alir (Flow Chart)

Adalah diagram belok yang secara grafis menerangkan sebuah proses atau

sistem.

f) Histogram

Menunjukkan cakupan nilai sebuah perhitungan dan frekuensi dari setiap

nilai yang terjadi.

g) Statistical Process Control (SPC)

Adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengawasi standar, membuat

pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk atau

jasa sedang diproduksi.

2.3 Pengendalian Kualitas

2.3.1 Pengertian Pengendalian Kualitas

Menurut Sofjan Assauri (1998:25) pengendalian dan pengawasan

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan

operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan dan apabila

terjadi penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi sehingga apa

yang diharapkan dapat tercapai. Sedangkan menurut Vincent Gasperz (2005:480)

pengendalian adalah Control can mean an evaluation to indicate needed

corrective responses, the act guiding, or the state of process in which the

variability is attribute to a constant system of chance courses.


22

Jadi pengendalian dapat di artikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk

memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah

sesuai dengan yang direncanakan.

Kotler (2005: 57) mendefinisikan kualitas adalah keseluruhan sifat suatu

produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan

kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kemudian definisi kualitas menurut

Juran (Tjiptono 2003: 53) adalah sebagai fitness for use, yang mengandung

pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa yang

diharapkan oleh pemakainya.

Pengertian kualitas menurut Tjiptono (2005:2) terdiri dari beberapa poin

diantaranya:

1. Kesesuaian dengan kecocokan/tuntutan.

2. Kecocokan untuk pemakaian.

3. Perbaikan / penyempurnaan berkelanjutan.

4. Bebas dari kerusakan/cacat.

5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat.

6. Melakukan segala sesuatu secara benar dengan semenjak awal.

7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan.

Sedangkan menurut Feingenbaum dalam Marwanto (2015:153)

mengemukakan bahwa Kualitas produk merupakan seluruh gabungan

karakteristik produk dari pemasaran, rekayasa (perencanaan), pembuatan (produk)

dan pemeliharaan yang membuat produk yang digunakan memenuhi harapan

harapan pelanggan.
23

Jadi berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kualitas adalah standar yang harus dicapai oleh seseorang, kelompok, atau

lembaga organisasi mengenai kualitas SDM, kualitas cara kerja, serta barang dan

jasa yang dihasilkan.

Selanjutnya pengertian pengendalian kualitas dalam arti menyeluruh

adalah sebagai berikut :

Pengertian pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (2008:210)

Pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu/kualitas dari

barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah

ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Sedangkan menurut

Gaspersz (2005:4) mengatakan pengendalian kualitas adalah Aktivitas yang

berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, dan bukan berfokus pada upaya

untuk mendeteksi kerusakan saja.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas/tindakan yang terencana

yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan meingkatkan kualitas suatu

produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat

memenuhi kepuasan konsumen.

2.3.2 Tujuan Pengendalian Kualitas

Tujuan dari pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (1998:210) adalah:

1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah

ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.


24

3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan

menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

2.3.3 Faktor-faktor Pengendalian Kualitas

Menurut Douglas C.Montgomery (2001:26) dan berdasarkan literature lain

menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas

yang dilakukan perusahaan adalah :

a. Kemampuan Proses

Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemempuan

proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam

batasbatas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.

d. Spesifikasi Yang Berlaku

Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila

ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen

yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat

dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi

yang telah disebutkan diatas sebelum pengendalian kualitas pada proses dapat

dimulai.

c. Tingkat Ketidaksesuaian Yang Dapat Diterima

Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi produk

yang ada dibawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian yang

diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada dibawah

standar yang dapat diterima.


25

d. Biaya Kualitas

Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam

menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang

positif dengan terciptanya produk yang berkualitas.

a) Biaya Pencegahan (Prevention Cost)

b) Biaya Deteksi / Penilaian (Detection / Appraisal Cost)

c) Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)

d) Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost)

2.3.4 Langkah-langkah Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas harus dilakukan melaului proses yang terus-menerus

dan berkesinambungan. Proses pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan

salah satunya dengan melalui penerapan PDCA (paln – do – check - action) yang

diperkenalkan oleh Dr. W. Edwards Deming, seorang pakar kualitas ternama

berkebangsaan Amerika Serikat, sehingga siklus ini disebut siklus deming

(Deming Cycle/ Deming Wheel). Siklus PDCA umumnya digunakan untuk

mengetes dan mengimplementasikan perubahan-perubahan untuk memperbaiki

kinerja produk, proses atau suatu sistem di masa yang akan datang.
26

Gambar 2.2
Siklus PDCA

4. Act 1. Plan

3. Check 2. Do

Sumber : Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano


and F. Robert Jacobs, 2001

Penjelasan dari tahap-tahap dalam siklus PDCA adalah sebagai berikut

(M. N. Nasution, 2005:32) :

a. Mengembangkan Rencana (Plan)

Merencanakan spesifikasi, menetapkan spesifikasi atau standar kualitas

yang baik, memberi pengertian kepada bawahan akan pentingnya kualitas

produk, pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus dan

berkesinambungan.

b. Melaksanakan Rencana (Do)

Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari

skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas dan

kemampuan dari setiap personil. Selama dalam melaksanakan rencana harus

dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana

dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat tercapai.


27

c. Memeriksa Atau Meneliti Hasil Yang Dicapai (Check)

Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya

berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan

perbaikan yang direncanakan. Membandingkan kualitas hasil produksi

dengan standar yang telah ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh data

kegagalan dan kemudian ditelaah penyebab kegagalannya.

d. Melakukan Tindakan Penyesuaian Bila Diperlukan (Action)

Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis di

atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna

menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan

sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.

Untuk melaksanakan pengendalian kualitas, terlebih dahulu perlu

dipahami beberapa langkah dalam melaksanakan pengendalian kualitas.

Menurut Roger G. Schroeder (2007:173) untuk mengimplementasikan

perencanaan, pengendalian dan pengembangan kualitas diperlukan langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Mendefinisikan karakteristik (atribut) kualitas.

b) Menentukan bagaimana cara mengukur setiap karakteistik.

c) Menetapkan standar kualitas.

d) Menetapkan program inspeksi.

e) Mencari dan memperbaiki penyebab kualitas yang rendah.

f) Terus-menerus melakukan perbaikan.


28

2.3.5 Tahapan Pengendalian Kualitas

Untuk memperoleh hasil pengendalian kualitas yang efektif, maka

pengendalian terhadap kualitas suatu produk dapat dilaksanakan dengan

menggunakan teknik-teknik pengendalian kualitas, karena tidak semua hasil

produksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Suyadi

Prawirosentono (2007:72), terdapat beberapa standar kualitas yang bias

ditentukan oleh perusahaan dalam upaya menjaga output barang hasil produksi

diantaranya:

a. Standar kualitas bahan baku yang akan digunakan.

b. Standar kualitas proses produksi (mesin dan tenaga kerja yang

melaksanakannya).

c. Standar kualitas barang setengah jadi.

d. Standar kualitas barang jadi.

e. Standar administrasi, pengepakan dan pengiriman produk akhir tersebut

sampai ke tangan konsumen.

Sedangkan Sofjan Assauri (1998:210) menyatakan bahwa tahapan

pengendalian/ pengawasan kualitas terdiri dari 2 (dua) tingkatan antara lain:

a. Pengawasan Selama Pengolahan (Proses)

Yaitu dengan mengambil contoh atau sampel produk pada jarak waktu yang

sama, dan dilanjutkan dengan pengecekan statistik untuk melihat apakah

proses dimulai dengan baik atau tidak. Apabila mulainya salah, maka

keterangan kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelaksana semula untuk

penyesuaian kembali. Pengawasan yang dilakukan hanya terhadap sebagian


29

dari proses, mungkin tidak ada artinya bila tidak diikuti dengan pengawasan

pada bagian lain. Pengawasan terhadap proses ini termasuk pengawasan atas

bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses.

b. Pengawasan Atas Barang Hasil Yang Telah Diselesaikan

Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses,

tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak atau

kurang baik ataupun tercampur dengan hasil yang baik. Untuk menjaga

supaya hasil barang yang cukup baik atau paling sedikit rusaknya, tidak

keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen/ pembeli, maka diperlukan

adanya pengawasan atas produk akhir.

2.4 Efisiensi Biaya

2.4.1 Pengertian Efisiensi Biaya

Menurut Adisasmita (2006:43) efisiensi adalah input yang digunakan,

dialokasikan secara optimal dan baik untuk mencapai output yang menggunakan

biaya terendah. Sedangkan menurut Blochir (2001:725) efisiensi adalah

kemampuan perusahaan tidak membuang sumber daya melebihi jumlah yang

diperlukan. Pendapat lain mengemukakan efisiensi adalah jumlah relatif masukan

yang dugunakan untuk mecapai tingkat keluaran tertentu (Horngren, 2008:286).

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa efisiensi merupakan

kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya untuk memperoleh hasil

tertentu dengan menggunakan masukan yang rendah untuk menghasilkan suatu

keluaran dan juga kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.


30

Menurut Kinney dan Raiborn (2011:25) mengatakan bahwa biaya

mencerminkan ukuran moneter dari suatu sumber daya yang digunakan untuk

mencapai suatu tujuan seperti membuat produk atau menyediakan jasa.

Sedangkan pengertian biaya menurut Darsono (2005:15) biaya merupakan kas

dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang

atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa

yang akan datang. Pendapat lain mengatakan biaya adalah kas atau nilai ekuivalen

kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa

keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi (Hansen dan Mowen,

2005:38).

Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat dikatakan bahwa biaya

adalah pengorbanan sejumlah nominal yang dapat diukur dan dihitung satuannya

yang digunakan untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan tertentu.

Selanjutnya pengertian pengendalian efisiensi biaya dalam arti luas adalah

sebagai berikut :

Efisiensi biaya produksi adalah hubungan perbandingan antara anggaran

biaya produksi (input) dengan realisasi biaya produksi (output) (Syahu Sugian,

2006:76).

2.4.2 Faktor-Faktor Efisiensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi suatu perusahaan, menurut

Permono (2000) dalam Sutawijaya (2009), yaitu:

a. Efisiensi karena abitrase ekonomi.

b. Efisiensi karena ketepatan penilaian dasa raset-asetnya.


31

c. Efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi resiko

yang akan muncul.

d. Efisiensi karena berkaitan erat dengan mekanisme pembayaran yang

dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan.

2.4.3 Penggolongan Biaya

Biaya digolongkan menjadi beberapa cara, matz and milton (1997:324)

menyatakan bahwa biaya dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari aktifitas perusahaan

(Cost Clasified Accourding To The Function Of Business)

a. Fungsi produksi

b. Fungsi pemasaran

c. Fungsi administrasi dan umum

d. Fungsi keuangan (Financial)

2. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan

dibebankan

a. Pengeluaran modal (Capital Expenditures)

b. Pengeluaran penghasilan (Revenus Expenditures)

3. Penggolongan biaya sesuai dengan tedensi perubahannya terhadap aktifitas

atau kegiatan atau volume

a. Biaya tetap (Fixed Cost)

b. Biaya variabel (Variable Cost)

c. Biaya semi variabel (Semi Variabel Cost)

4. Penggolongan biaya sesuai dengan objek atau pusat biaya yang dibiayai
32

a. Biaya langsung (Direct Cost)

b. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)

5. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya

a. Biaya terkendali (Controllable Cost)

b. Biaya tidak terkendali (Uncontrollable Cost)

6. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan

a. Biaya relavan (Relevant Cost)

b. Biaya tidak relavan (Unrelevant Cost)

2.4.4 Unsur-Unsur Biaya

Unsur unsur biaya produksi pada industri manufaktur menurut Rudianto

(2006:210) biaya produksi dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Biaya Bahan Baku, adalah harga perolehan berbagai macam bahan baku

yang dipakai dalam kegiatan pengolahan produk.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung, adalah balas jasa yang diberikan oleh

perusahaan kepada tenaga kerja langsung dan jejak manfaatnya dapat

diidentifikasikan pada produk tertentu.

3. Biaya Overhead Pabrik, adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja langsung, elemennya dapat digolongkan ke dalam biaya

bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya depresiasi dan

amortisasi aktiva tetap pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap

pabrik, biaya listrik dan air pabrik, biasanya asuransi pabrik, biaya overhead

pabrik lain-lain.
33

2.5 Hubungan Antara Penerapan Total Quality Management (TQM) Dan

Pengendalian Kualitas Terhadap Efisiensi Biaya

2.5.1 Hubungan antara Penerapan Total Quality Management (TQM)

terhadap Efisiensi Biaya

Penerapan Total Quality Management yang diselenggarakan dengan baik

diharapkan akan meningkatkan efisiensi biaya proses produksi perusahaan. Para

karyawan diminta untuk melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan sistem

yang telah ditentukan untuk meningkatkan keefisiensian biaya. Sehingga pada

akhirnya akan berpengaruh pada jumlah produk yang akan dihasilkan nantinya.

Oleh karean itu penerapan Total Quality Management harus dilaksanakan secara

baik dan benar dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar tercapai tujuan

dari perusahaan tersebut.

Menurut Ciptono dan Diana (2003) tuntutan konsumen atas kualitas

produk/jasa dengan harga yang bersaing semakin meningkat. Untuk memenuhi

tuntutan tersebut, perusahaan melakukan peningkatan kualitas dan pengelolaannya

dengan cara menerapkan Total Quality Management.

Maka dengan adanya penerapan Total Quality Management yang

diselenggarakan diharapkan dapat meningkatkan produksi perusahaan dan

berpengaruh pada efisiensi biaya.

2.5.2 Hubungan antara Pengendalian Kualitas terhadap Efisiensi Biaya

Pengendalian kualitas merupakan salah satu teknik yang perlu dilakukan

mulai dari sebelum proses produksi berjalan, pada saat proses produksi, hingga

proses produksi berakhir dengan menghasilkan produk akhir. Pengendalian


34

kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang

sesuai dengan standar yang diinginkan dan direncanakan, serta memperbaiki

kualitas produk yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan

sebisa mungkin mempertahankan kualitas yang sesuai.

Hal ini disebabkan karena kegiatan produksi yang dilaksanakan akan

dikendalikan, supaya barang atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan, dimana penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diusahakan

diminimumkan. Pengendalian kualitas juga menjamin barang atau jasa yang

dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan seperti halnya pada pengendalian

produksi, dengan demikian antara pengendalian produksi dan pengendalian

kualitas erat kaitannya dalam pembuatan barang.

Bila pengendalian kualitas rendah maka efisiensi biaya akan rendah

perusahaan akan mendapatkan produk yang rendah pula meskipun kemampuan

ada dan baik, serta peluang pun tersedia. Sebaliknya jika pengendalian kualitas

tinggi dan peluang untuk mengendalikannya tinggi, kemanampuan control yang

dimiliki karyawan bisa maksimal maka efisiensi biaya akan meningkat.

2.5.3 Hubungan Antara Penerapan Total Quality Management (TQM) Dan

Pengendalian Kualitas Terhadap Efisiensi Biaya

Dengan melihat beberapa pendapat diatas yang mengatakan bahwa adanya

hubungan antara penerapan total quality mangement terhadap efisiensi biaya dan

juga adanya hubungan atara pengendalian kualitas terhadap efisiensi biaya maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu hubungan antara penerapan total quality
35

management dan pengendalian kualitas terhadap efisiensi biaya karena variabel-

variabel tersebut saling mempengaruhi satu sama yang lainnya.

2.6 Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan

teori dimana peneliti memakai dua variabel yaitu Total Quality Management

(TQM) (X1) dan Pengendalian Kualitas (X2) dan satu variabel terikat yaitu

Efisiensi Biaya (Y) digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran

Standart Kualitas

TQM

Hasil Produksi Pengendalian Kualitas

Produk Baik Produk Gagal

1. Menentukan jumlah &


jenis produk
2. Menentukan
ketidaksesuaian produk
3. Menentukan penyebab
kegagalan

Efisiensi Biaya

Keterangan:
= alur kegiatan
Gambaran : Kerangka Pemikiran
36

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian merupakan suatu hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti,

maka dibuatlah kerangka berpikir yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4
Kerangka Konseptual

H1
TOTAL QUALITY
MANAGEMENT (TQM) (X1)
Fokus Pada Pelanggan
Obsesi Terhadap Kualitas
Kerja Sama Tim
Perbaikan Sistem Secara
Berkesinambungan
Pendidikan Dan Pelatihan EFISIENSI BIAYA
Kesatuan Tujuan
Adanya Keterlibatan Dan H3 (Y)
Pemberdayaan Karyawan
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Biaya Overhead Pabrik

PENGENDALIAN KUALITAS
(X2)
Kemampuan Proses
Spesifikasi Yang Berlaku
H2
Tingkat Ketidaksesuaian Yang Dapat
Diterima
Biaya Kualitas

Sumber : Data diolah


Keterangan:
= pengaruh simultan
= pengaruh parsial
Gambaran : Kerangka Konseptual
37

2.8 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, penelitian

terdahulu dan kerangka konseptual yang seperti di uraikan di atas, maka hipotesis

yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Diduga Penerapan Total Quality Management (TQM) mempunyai pengaruh

signifikan terhadap Efisiensi Biaya pada Home Industri Sepatu J-LO.

2. Diduga Pelaksanaan Pengendalian Kualitas mempunyai pengaruh signifikan

terhadap Efisiensi Biaya pada Home Industri Sepatu J-LO.

3. Diduga Penerapan Total Quality Management (TQM) berpengaruh dominan

terhadap Efisiensi Biaya pada Home Industri Sepatu J-LO.


8

Anda mungkin juga menyukai