Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN OPTIMALISASI FASAD BANGUNAN RUMAH TINGGAL

DALAM MENUNJANG PROGRAM NET ZERO ENERGY BUILDINGS


(NZE-Bs)
Asep Yudi Permana1, Indah Susanti2, Karto Wijaya3
1 Program Studi Arsitektur FPTK UPI
2 Program Studi Arsitektur FPTK UPI
3 Program Studi Arsitektur Universitas Kebangsaan

E-mail: 1 yudi.permana@upi.edu;
2 ndahsusan@gmail.com
3 kartowijaya@universitaskebangsaan.ac.id

Informasi Naskah: Abstract: The house is one of the primary needs of man, so planning the
Diterima: construction of houses should be careful and consider many things. Some of them,
7 Juni 2017 namely the potential physical and socio-cultural potential. Physical potential is
Direvisi: considered to be the building materials, the local climate and geological conditions.
27 Juni 2017 Mean while, social and cultural potential consists of local architecture and way of
life. Related to the issue of global warming that occurred in modern times, the
Disetujui terbit:
15 Juli 2017
climate becomes a major consideration that needs to be resolved.
Energy waste is also caused by the design of the buildings are not well integrated
Diterbitkan: and not even one responsive to aspects of functionality, wet tropical climate of
31 Juli 2017
Indonesia. This is compounded designers are more concerned with aesthetic
aspects (the prevailing trend). Issues green concept and the efficiency of energy
consumption through the program Net-Zero Energy Buildings (NZE-Bs) of the
housing sector as respon to tackle global heating-an already familiar in Indonesia,
although its application can not be found significantly. Green concept by houses an
developers often only as a mere trick and not realized and grown the responsibility
of residents.
Key word: socio-culture, Net-Zero Energy Buildings, energy consumption.

Abstrak: Rumah merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, sehingga


perencanaan pembangunan rumah harus cermat dan mempertimbangkan banyak
hal. Beberapa di antaranya, yaitu potensi fisik dan potensi sosial budaya. Potensi
fisik adalah pertimbangan akan bahan bangunan, kondisi geologis dan iklim
setempat. Sedangkan, potensi sosial budaya terdiri atas arsitektur lokal dan cara
hidup. Terkait dengan isu pemanasan global yang terjadi pada masa modern ini,
iklim menjadi sebuah pertimbangan utama yang perlu diselesaikan.
Pemborosan energi disebabkan oleh desain bangunan yang tidak
terintegrasi dengan baik bahkan salah dan tidak tanggap terhadap aspek fungsi,
iklim tropis basah Indonesia. Hal tersebut diperparah kecenderungan para
perancang yang lebih mementingkan aspek estetis (tren yang berlaku). Isu-isu
konsep hijau dan efisiensi konsumsi energi melalui program Net Zero-Energy
Buildings (NZE-Bs) dari sektor perumahan sebagai respon untuk menanggulangi
pemanasan global sudah tidak asing di Indonesia, walaupun penerapannya masih
belum dapat ditemukan secara signifikan. Konsep hijau yang ditawarkan oleh
pengembang perumahan seringkali hanya sebagai trik pemasaran belaka dan
tidak diwujudkan serta ditumbuhkan tanggung jawab para penghuni untuk menja-
ganya. Akibat minimnya pemahaman mengenai konsep hijau tersebut, para
pengembang perumahan cenderung lebih banyak menawarkan lingkungan
perumahan yang asri dan hijau, bukan konsep hijau yang sebenarnya.

Kata Kunci: Sosial budaya, Net-Zero Energy Buildings, Konsumsi Energi

Asep Yudi Permana, Indah Susanti, Karto Wijaya: [Optimasi Fasad Bangunan Rumah Tinggal] - 27
PENDAHULUAN berbagai aliran perancangan arsitektur. Seperti
Pemanasan global dan peningkatan emisi yang diterangkan Frick dan Mulyani (2006)
karbon ke atmosfer bukanlah hanya sekedar isu, merangkum bahwa perkembangan eko-arsitektur
melainkan sudah benar-benar terjadi. Perubahan dapat dilacak dari berbagai pendekatan dimulai
iklim secara ekstrem dan degradasi kualitas tahun 1920-an sampai dengan tahun 1960-an. Di
lingkungan disebabkan oleh eksploitasi sumber mana pada perkembangannya lebih meng-
daya alam oleh manusia dalam pemenuhan utamakan kebebasan ekspresi dalam bentuk dan
kebutuhan hidupnya, salah satunya berupa ruang fungsi.
hunian atau rumah tinggal. Indonesia sebagai salah satu negara yang
Sebagai negara yang seluruh wilayahnya terletak di wilayah yang beriklim tropis lembab
berada di kawasan ekuator secara umum beriklim mempunyai ciri umum dengan temperatur udara
tropis basah menjadikan Indonesia berada di po- yang relatif panas, intensitas radiasi matahari
sisi yang menguntungkan namun dapat pula yang tinggi dan kelembaban udara yang tinggi
merugikan. Hal ini disebabkan oleh tingginya (Soegijanto, 1999; Satwiko, 2005; Widayanti,
suhu, radiasi matahari, curah hujan dan kelem- Suparman, dan Sekarsari, 2010). Usaha
baban serta karakteristik angin yang berbeda pengendalian terhadap masalah iklim ini sampai
dengan kawasan lain seperti arah angin yang batas tertentu masih dapat dilakukan secara pasif,
sering berubah, sering terjadi turbulensi dan yaitu melalui perancangan bangunan yang
kecepatan rata-ratanya relatif rendah. Apabila mempertimbangkan faktor dan variabel
kondisi tersebut tidak disikapi dengan baik maka perancangan seperti: dari iklim, sifat fisika bahan
akan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam bangunan, orientasi bangunan, bentuk
beraktivitas khususnya di dalam unit lanskap penggunaan tumbuhan/pohon sebagai peneduh
rumah tinggalnya sehingga dibutuhkan strategi dari cahaya matahari dan sebagainya. Usaha
desain yang tanggap terhadap iklim. pengendalian iklim ini tidak selalu sesuai dengan
Seiring dengan perkembangan Kota harapan yang dapat menghasilkan kondisi termal
Bandung di mana keterbatasan lahan dan sesuai yang diinginkan sepanjang hari, karena
mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam elemen bangunan dan lingkungan sekitarnya
penyediaan hunian layak bagi masyarakat mempunyai pengendalian termal yang terbatas.
terutama mereka yang berpenghasilan rendah, Terdapat beberapa kegiatan peng-gunaan energi
menyebabkan pemenuhannya kurang dirancang di dalam bangunan (rumah tinggal), seperti
dengan baik. Sementara itu rumah merupakan penghawaan, pencahayaan, dan lain-lain.
salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus Soegijanto (1999) menjelaskan lebih lanjut bahwa
cermat dalam perencanaan pembangunannya semakin tinggi intensitas kegiatan-kegiatan di
dan banyak mempertimbangkan banyak aspek dalam bangunan, maka akan semakin tinggi
perancangan, di antaranya adalah potensi fisik penggunaan energi. Dari kegiatan-kegiatan yang
dan potensi sosial budaya. Potensi fisik terkait terjadi pada bangunan, secara umum terdapat 2
dengan pertimbangan akan bahan bangunan, (dua) kegiatan yang dapat diidentifikasi yang
kondisi geologis dan iklim setempat. Sedangkan, sangat berhubungan dan berperan langsung
potensi sosial budaya terkait dengan arsitektur dengan pemborosan energi, yaitu pada peng-
lokal dan cara hidup dari masyarakat setempat. hawaan/ pengkondisian udara dan pencahayaan.
Konsep ekologi arsitektur (selanjutnya Konsep bangunan dengan NZE-buildings
disebut eko-arstektur) merupakan paduan antara sangat penting karena jika melihat pada peng-
ilmu lingkungan dan ilmu arsitektur yang gunaan energi secara global sektor bangunan
berorientasi pada model pembangunan dengan menjadi sektor yang paling dominan dalam
memperhatikan antara keseimbangan lingkungan penggunakan energi. Konsumsi energi yang
alam dengan lingkungan buatan. Seiring dengan terbesar dalam bangunan baik berfungsi sebagai
isue global dewasa ini konsep eko-arstektur mulai hunian maupun kantor adalah untuk memenuhi
berkembang dan bermunculan, sehingga semua kebutuhan akan listrik yang digunakan untuk
pelaku arsitektur (perencana dan perancang) pencahayaan buatan, pendingin dan pemanas
semakin mendapatkan wawasan yang luas dalam ruangan (Mintorogo, 1999; Mustika, 2010).
pemahaman konsep eko-arstektur. Konsep eko- Sedangkan konsumsi energi terbesar di dalam
arstektur semakin populer tidak hanya di bangunan hunian adalah digunakan untuk
lingkungan akademisi tetapi juga menjangkau ke memenuhi kebutuhan akan listrik sejumlah 67.5%
kalangan praktisi. Hal ini memberikan peluang dari keseluruhan energi. Hal ini sejalan dengan
yang luas melalui tawaran dari berbagai program, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hosseini and
amtara laian: sayembara desain, properti Cole (2013) menjelaskan bahwa sektor bangunan
perumahan yang berkonsep alam, berbagai menyerap 40% dari kebutuhan energi ke-
kegiatan yang mengapresiasi keberadaan ling- seluruhan. Pemanfaatan energi di dalam
kungan dan alam. bangunan khususnya untuk pemanasan, pen-
Paradigma membangun berdasarkan dinginan, dan pencahayaan bangunan.
konsep eko-arsitektur merupakan muara dari

28 ARCADE: Vol. I No. 1, Juli 2017


METODE PENELITIAN data di lapangan (Groat and Wang, 2002).
Penelitian ini menggunakan metode Prosedur ini antara lain:
penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif a. Data Kawasan, dilakukan dengan melakukan
analitik, melalui pendekatan Case-Based Design. menyusuri kawasan perumahan untuk
Penelitian dilakukan secara komprehensif mengenal kawasan secara sistimatik,
ditujukan untuk melakukan proses perencanaan melakukan pengamatan, dan mencatat
dan perancangan berdasarkan kekuatan- berbagai elemen yang dijumpai dalam
kekuatan kasus dan fenomena di lapangan. jaringan/jalinan beberapa jalan yang
Penelitian kualitatif dengan pendekatan Case- membentuk konfigurasi yang spesifik.
Based Design ditujukan untuk menghasilkan Selanjutnya mengidentifikasi secara
sebuah produk desain melalui: (1) proses desain sistimatik dan komprehensif dengan diikuti
sebagai design from scratch, di mana desainer kunjungan/pengamatan ke beberapa hunian
memulai proses desain dari “nol” dengan di kawasan tersebut (in-depth dwelling visits).
menggunakan sedikit pengetahuan tentang b. Data bangunan, dilakukan dengan
desain secara langsung; dan (2) proses desain pengamatan lebih mendalam ke obyek/
yang memanfaatkan pengetahuan tentang desain bangunan yang sesuai dengan karakteristik
sebelumnya secara langsung sebagai desain yang sebelumnya telah dicarikan melalui
awal untuk menghasilkan design re-use. parameter penelitian dan ditentukan ber-
Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan dasarkan kategorisasi data.
secara holistik dalam rona (natural setting) c. Pengamatan sifat khusus yang merupakan
alamiah, informasi yang dikumpulkan dari gabungan informasi yang saling berkaitan
informan secara langsung dengan mengamati antaa satu dengan yang lainnya (syntactit
pola perilaku dan interaksi face-to-face sepanjang properties), dilakukan melalui pengamatan
penelitian. Tema dan kasus yang diamati dalam pada kegiatan sosial masyarakat dan gerak
penelitian ini sesuai dengan karakteristik dari penghuni.
pendekatan descriptive survey method. Metode d. Data responden, kelompok data responden
ini ditujukan untuk memetakan fenomena yang (data informan) difokuskan pada penggalian
terjadi dimasyarakat dalam memperlakukan ruang kondisi atau pencapaian tingkat sosial,
sesuai dengan aspek teks (dalam arti mencari ekonomi dan budaya dari obyek amatan.
fenomena faktor pembentuk ruang), perilaku Data dan informasi diperoleh melalui
(sebagai bagian dari interaksi manusia dengan wawancara dan keterlibatan langsung.
lingkungannya), dan produk (sebagai hasil dari Prosedur pengumpulan data penelitian ini
inter aksi manusia dengan lingkungan secara dilakukan melalui teknik observasi yang didukung
berkelanjutan (sustainable). Sedangkan kerangka wawancara dan dokumentasi (Creswell, 2007).
metodologik penelitian ini mengacu pada Alat pengumpul data yang digunakan adalah
pendapat Krier (1979) menerangkan bahwa pedoman observasi dengan mengadopsi pada
arsitektur merupakan fenomena budaya dan skema proses observasi yang diadaptasi dari
bukan hanya sebagai realita fisik semata, tetapi Spradley (1980). Skema ini terdiri dari tiga
ruang arsitektur terdiri dari ruang statis dan ruang langkah observasi deskriptif, observasi terfokus,
dinamis (aspek tipologi, skala, hubungan, dan dan observasi selektif.
identitas). Kekuatan utama metode ini terletak
pada hasil yang diperoleh melalui perekaman HASIL DAN PEMBAHASAN
kegiatan dan pengamatan langsung.Carr, Francis, A. Dari Konsep Eko-Arsitektur sampai Konsep
Rivlin, and Stone, (1992) mengungkapkan bahwa NZE-buildings.
cara terbaik untuk dapat memahami pembentukan Paradigma eko-Arsitektur merupakan
ruang adalah dengan langsung mendatanginya paradigma membangun yang bermuara pada
dan meluangkan waktu untuk melihat bagaimana pemanfaatan lingkungan sebagai dasar
ruang diciptakan dan digunakan, serta merekam pertimbangan dari berbagai aliran perancangan
apa yang dirasakan. Rancangan waktu yang arsitektur dewasa ini. Hal ini senada dengan
digunakan adalah dengan rancangan waktu pendapat Frick and Mulyani (2006) yang
tunggal (penelitian cross-sectional) yang menyatakan bahwa perkembangan arsitektur
memberikan gambaran sesaat (snapshot) pada ekologis dapat dilacak dari berbagai pendekatan
rentang waktu tahun 2015. yang dimulai tahun 1920-an sampai tahun 1960-
Lokasi penelitian Perumahan di Kota an dengan mengutamakan pada kebebasan
Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini rencananya ekspresi dalam bentuk dan fungsi. Perkembangan
dilakukan dari bulan April sampai dengan ini berlanjut ke arah filsafat dalam arsitektur
Nopember 2015. Penelitian ini dilakukan di antroposofik dengan melahirkan arsitektur organik
beberapa rumah tinggal di Kota Bandung sebagai di mana bentuk adalah fungsi. Perkembangan
obyek penelitiannya. arsitektur terus berlanjut dengan melahirkan
Untuk memperoleh hasil kajian yang aristektur merdeka, arsitektur alternatif, dan
maksimal perlu adanya penyusunan strategi arsitektur eksperimental (Yuliani, 2013).
pengumpulan data melalui prosedur pengumpulan Perkembangan arsitektur juga mengalami
Asep Yudi Permana, Indah Susanti, Karto Wijaya: [Optimasi Fasad Bangunan Rumah Tinggal] - 29
perubahan ketika mulai dirasakan krisis energi,
maka lahirlah arsitektur hemat energi (NZE-
buildings).
Komplesitas hubungan arsitektur dengan
lingkungan secara ekologi berdasarkan kategori
masukan (input) dan luaran (output) dalam
membentuk satu keseimbangan yang tertutup.
Secara diagramatik dapat dilihat pada gambar 1
berikut:

Gambar 2
Bangunan “The Berlin Building” sebagai bangunan
percontohan dari proyek Kementrian Transportasi,
Bangunan, dan Perkotaan Jerman (BMVBS)
Sumber: Erhorn, 2013
Program pengembangan efisiensi energi untuk
rumah tinggal yang dikerjakan BMVBS ini
dilakukan tidak tergantung pada teknologi
tertentu, tetapi diwujudkan dalam berbagai cara.
Terknologi ini bisa menggunakan kombinasi
cerdas dari teknologi konstruksi yang hemat
energi ataupun dengan sistem energi yang
terbarukan. Time line penelitian ini dapat dilihat
pada gambar grafik (Kolokotsa, Rovas,
Kosmatopoulos, and Kalaitzakis, 2010) seperti
Gambar 1 terlihat pada gambar 3.
Kompleksitas hubungan bangunan dengan lingkungan
Sumber: (Wai, 1994) Sustainable Symbiotic Systemic
Phenomenon
Dari gambar 1 maka bangunan dapat dianggap
sebagai suatu kesatuan (entity) yang
mempengaruhi dan dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Keseimbangan diperlukan untuk
menjaga hubungan yang berkelanjutan
(sustainable), sehingga antara arsitektur
(bangunan) dan lingkungan tidak saling
merugikan tetapi saling meningkatkan kualitas
masing-masing dengan membentuk hubungan Gambar 3
simbiosis. Wai (1994) menyatakan hubungan ini Time line penelitian yang dilakukan BMVBS yang
sebagai “sustainable symbiotic systemic dikembangkan tahun 1980
phenomenon”. Di mana proses membangun (the Sumber: Erhorn, 2013
act building) dapat ditafsirkan sebagai sebuah Dari gambar 3 dapat dilihat bagaimana
tanggapan penghuninya untuk mencapai pengembangan kebutuhan energi dasar pada
keseimbangan di dalam system interaksi manusia rumah tinggal selama lebih kurang 30 tahun.
dengan lingkungan, dengan tujuan untuk menjaga Penelitian ini dimulai dari penelitian tentang
keadaan yang homestatik (Rachmat, 2000). persyaratan umum, dasar penggunakan energi,
Program NZE-Building ini sudah mulai dan penelitian tentang standar kinerja energi,
dilakukan sejak program “The Efficiency-house serta keseimbangan antara keduanya. Dari kurva
plus” oleh Kementrian Transportasi, Bangunan di atas dapat dijelaskan bahwa kurva yang lebih
dan Perkotaan Jerman (the German Federal rendah menunjukkan target dari proyek penelitian.
Ministry of Transport, Building, and Urban Dari hasil penelitian tersebut, pengembangan
Affairs/BMVBS), dengan melakukan penelitian efisiensi energi membutuhkan 10 sampai 15
melalui kerjasama kemitraan dengan industri tahun antara aplikasi dari percontohan dengan
dalam menghasilkan inovatif dibidang industri penetapan sumber energi terbaharukannya. Dari
bangunan yang hemat energi. Program The efisiensi energi untuk rumah ini memungkinkan
Efficiency-house plus ini sudah dimulai pada awal banyak alternatif cara, tidak tergantung pada
tahun 1980-an, yang merupakan program panjang teknologi tertentu saja, akan tetapi dapat
(hampir lebih dari 30 tahun) di dalam diwujudkan dalam berbagai cara. Antara lain,
pengembangannya. Sebagai bangunan dengan menggunakan kombinasi dari teknologi
percontohannya adalah The Berlin Building konstruksi hemar energi dan sistem energi
(seperti terlihat pada gambar 2). terbarukan (Sukawi, 2008).

30 ARCADE: Vol. I No. 1, Juli 2017


B. Konsep “Efficiency-house plus” sebagai
konsep Efisiensi Energi dan Energi
Terbarukan
Berdasarkan hasil penelitian dari
Fraunhofer-Gesellschaft yang dilakukan tahun
1995 – 1998 di Freiburg Jerman, penggunaan
atap photovoltaic system (PV-system) mem-
berikan hasil yang baik dalam penyimpanan
energi matahari sebagai salah satu sumber
cadangan energi listrik untuk sistem penyimpanan
energi musiman, akan tetapi bila dilihat dari biaya
investasi masih sangat tinggi. Hasil penelitian ini Gambar 5.
kemudian dikembangkan oleh arsitek Rolf Disch “The building blocks” sebagai konsep dasar dalam
di Freiburg Jerman tahun 2000 – 2006, dengan membangun “The Efficiency-house plus”
mengambil kasus pada 50 (lima puluh) rumah Sumber: Erhorn, 2013
berderet dalam 10 baris dengan ukuran yang Salah satu aspek penting dalam disain arsitektur
berbeda (lihat gambar 4). yang semakin hari semakin dirasakan penting
adalah penataan energi dalam bangunan. Krisis
sumber energi tak terbaharui mendorong arsitek
untuk semakin peduli akan energi dengan cara
beralih ke sumber energi terbaharui dalam
merancang bangunan yang hemat energi. Minimal
ada tiga faktor utama yang sangat berpengaruh
terhadap penghematan energi pada bangunan,
yaitu : disain selubung bangunan, manajemen
Gambar 4. energi dan kesadaran pengguna. Akumulasi
a. Pilot Project bangunan photovoltaic system (PV- angka pemborosan dalam penggunaan energi
system); pada bangunan berkisar 15-30 % sehingga perlu
b. Bangunan the ‘Freiburg surplus-energy housing
memperoleh tanggapan yang lebih serius, karena
estate”.
Sumber: Erhorn, 2013 akan mempunyai dampak yang besar terhadap
Dari hasil penelitiannya meng-hasilkan satu pemakaian energi listrik secara nasional.
sistem penggunaan jaringan listrik publik sebagai Bentuk desain selubung bangunan rumah
“penyimpanan energi musiman” dan dapat tinggal tidak lepas dari pertimbangan kondisi iklim
menghemat biaya pembangunan. Dan pada tahun tropis dan lingkungan sekitar. Bentuk
2011 pemerintah Jerman melalui Kementrian pembayangan pada bangunan merupakan upaya
Pembangunannya meluncurkan program dalam mengantisipasi iklim tropis untuk mencapai
pengembangan “The Efficiency-house plus”. kondisi termal yang nyaman dalam bangunan.
Sebagai program evaluasi dalam pengembangan Penyelesaian disain fasade harus dibuat tidak
bangunan hemat energi dan ebagai dasar dalam diseragamkan antara yang menghadap barat,
pengembangan lebih lanjut berdasarkan hasil dari timur selatan atau utara. Karena pada prisipnya
penelitian dan investigasi sebelumnya. deretan rumah yang menghadap ke barat dan ke
Rekomendasi dari program ini di antaranya: selatan memiliki permasalahan yang berlainan
kinerja energi Sebuah bangunan dapat apabila dilihat dari aspek lintasan matahari.
ditingkatkan dengan beberapa cara, misalnya Perwujudan dari desain arsitektur untuk
dengan memilih desain bangunan yang sesuai bangunan yang berwawasan lingkungan sering
(struktur kompak, orientasi optimal), dengan disebut dengan green building. Hal ini erat
meningkatkan isolasi termal (jendela kinerja tinggi kaitannya dengan konsep arsitektur hijau yang
dan sistem isolasi untuk melindungi selubung merupakan bagian dari arsitektur berkelanjutan
bangunan), dengan konstruksi yang dioptimalkan (sustainable architecture) dan hemat energi. Disini
(tidak ada bridging termal, konstruksi kedap udara arsitek mempunyai peran yang amat sangat
dan koneksi) dan dengan memastikan perilaku penting dalam penghematan energi. Disain hemat
pengguna energi sadar. Pada saat yang sama, energi diartikan sebagai perancangan bangunan
kenyamanan pengguna sebagian besar akan untuk meminimalkan penggunaan energi tanpa
meningkat karena tindakan konsumsi membatasi fungsi bangunan maupun
mengurangi, sebagai permukaan hangat yang kenyamanan atau produktivitas penghuninya.
diciptakan oleh langkah-langkah ini juga Untuk mencapai tujuan itu, karya rancang bangun
meningkatkan kenyamanan termal dalam ruangan hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan
(Sue, Hyde, Champera, and Seigert, 2005; UNEP pasif. Melalui studi ini akan diuraikan kaitan
SBCI, 2009; Thiers and Peuportier, 2012; Miller, antara bentuk tampilan selubung bangunan
2012). Program ini lebih jelasnya dapat dilihat dengan pemakaian energi dalam bangunan.
pada gambar 5 berikut: Rumah merupakan suatu wadah atau
tempat berlindung bagi manusia untuk melakukan
Asep Yudi Permana, Indah Susanti, Karto Wijaya: [Optimasi Fasad Bangunan Rumah Tinggal] - 31
kegiatan didalamnya. Rumah yang baik yaitu
rumah yang dapat memberikan kenyamanan bagi 40
penghuninya, sehingga penghuninya merasa 35
nyaman saat melakukan aktifitas didalamnya. 30
Nyaman yang dimaksudkan adalah rumah terasa 25

Suhu
sejuk, memiliki intensitas cahaya yang cukup 20
pada siang hari dan tidak bising. 15
Salah satu ciri bangunan tropis yaitu dapat 10
melindungi dinding bangunan dari radiasi sinar 5
matahari langsung, karena radiasi sinar matahari 0

10,00 WIB
10,30 WIB
11,00 WIB
11,30 WIB
12,00 WIB
12,30 WIB
13,00 WIB
13,30 WIB
14,00 WIB
14,30 WIB
15,00 WIB
15,30 WIB
16,00 WIB
16,30 WIB
17,00 WIB
17,30 WIB
18,00 WIB
7,00 WIB

8,30 WIB
6,00 WIB
6,30 WIB

7,30 WIB
8,00 WIB

9,00 WIB
9,30 WIB
langsung pada dinding bangunan dapat
merambatkan panas kedalam ruang, sehingga
menaikan suhu dalam ruangan. Radiasi sinar Waktu Pengamatan
Barat Timur Selatan Utara
matahari langsung pada dinding bangunan dapat
ditanggulangi dengan pembayangan dari tritisan Gambar 7
pada dinding bagunan sehingga radiasi sinar Grafik Hasil Pengamatan Suhu (Profil Panas) pada
Fasad Bangunan Rumah Tinggal dengan Posisi
matahari tidak langsung merambatkan panas Tampak Timur, Barat, Selatan, dan Utara
pada dinding bangunan. Radiasi sinar matahari Berdasarkan hasil pengamatan yang terlihat
langsung pada bangunan juga dipengaruhi oleh seperti pada gambar 6 dan 7 menunjukkan bahwa
orientasi fasade bangunan terhadap arah litasan kelembaban maupun suhu udara mempengaruhi
matahari, jadi fasade bangunan yang menghadap beban panas pada fasad bangunan. Hal ini akan
kearah timur dan barat mendapatkan intensitas mempengaruhi terhadap kenyamanan dan
radiasi sinar matahari yang lebih banyak. konsumsi energi. Tingkat panas udara pada
Dalam perencanaan pola blok hunian pada dinding eksterior daninterior tidak jauh berbeda.
suatu kawasan atau lingkungan perumahan, salah Olahkan finishing fasad bangunan
satu aspek yang perlu diperhatikan adalah mempengaruhi terhadap kondisi permukaan
orientasi terhadap lintasan matahari. Terutama dinding luar maupun dalam. Kondisi suhu ruang
yang berkaitan dengan karakter wilayah di sekitar dalam dipengaruhi oleh bahan finishing dari fasad
garis katulistiwa. Pola sinar matahari pada fasade bangunan. Fasad bangunan dengan difinishing
utara dan selatan tergantung posisi terhadap garis cat mengalami penurunan hingga 2 oC
lintang utara dan lintang selatan. Arah hadap dibandingkan dengan suhu rata-rata di luar
rumah tidak dapat dipaksakan agar seragam (Prianto, 2012).
dalam suatu kawasan, dengan demikian Letak geografis kota Bandung yang berada
diperlukan pertimbangan khusus dan spesifik diiklim tropis mengakibatkan pancaran sinar
untuk rumah yang menghadap ke barat, timur, matahari yang langsung masuk ke dalam ruangan
utara atau selatan. akan membawa panas langsung sebesar daya
panas sama dengan panas di luar bangunan,
C. Konsumsi Energi pada olahan Fasade sehingga perlu dihindari adalah panas sinar
Bangunan
matahari (Olgay, 1973). Penggunaan tritisan
Hasil pengamatan baik untuk kelembaban sebagai solusi dalam mengatasi pancaran sinar
maupun suhu (profil panas) pada kasus rumah matahari langsung sangatlah tepat. Tritisan
tinggal dikelompokkan ke dalam 4 kasus arah tidaklah membuat kondisi suasana ruang menjadi
fasade bangunan, yaitu pada fasade ke arah gelap, karena cahaya terang alam masih bisa
Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Adapun hasil masuk ke dalam ruangan. Bentuk tritisan dengan
amatannya dapat dilihat pada gambar 6 dan 7. kemiringan 45o lebih efektif dibandingkan dengan
80 bentuk datar (Prianto, 2012).
70
60 KESIMPULAN
Kelembabab

50
Konfigurasi bentuk rumah selain mem-
40
perhatikan pertimbangan aksesibilitas, view,
30
hirarki tipe rumah, efisiensi lahan dan sebagainya.
20
10
Selain itu juga harus memperhatikan lintasan
0
matahari terutama untuk penentuan jarak
bangunan, model fasade , model atap dan
10,00 WIB
10,30 WIB

11,30 WIB
12,00 WIB

13,30 WIB

15,00 WIB

16,30 WIB
17,00 WIB

18,00 WIB
11,00 WIB

12,30 WIB
13,00 WIB

14,00 WIB
14,30 WIB

15,30 WIB
16,00 WIB

17,30 WIB
6,30 WIB
7,00 WIB

8,30 WIB
6,00 WIB

7,30 WIB
8,00 WIB

9,00 WIB
9,30 WIB

sebagainya. Sehingga penyelesaian disain fasade


yang dibuat tidak sama antara yang menghadap
Waktu Pengamatan
Barat Timur Selatan Utara barat, timur selatan atau utara. Karena pada
Gambar 6 prisipnya deretan rumah yang menghadap ke
Grafik Hasil Pengamatan Kelembaban pada Fasad barat dan ke selatan memiliki permasalahan yang
Bangunan Rumah Tinggal dengan Posisi Tampak berlainan apabila dilihat dari aspek lintasan
Timur, Barat, Selatan, dan Utara matahari, jika solusi yang diterapkan tidak sesuai

32 ARCADE: Vol. I No. 1, Juli 2017


justru akan menimbulkan masalah yang DAFTAR PUSTAKA
merugikan. Carr, S., Francis, M., Rivlin, L. G., & Stone, A. M.
Pelindung bukaan pada fasade sebaiknya (1992). Public Space. Cambridge: Cambridge
dapat di atur sesuai kebutuhannya, untuk University Press.
pemanfaatan terang langit seoptimal mungkin. Creswell. (2007). Research Design Qualitative,
Penghambatan masuknya panas matahari Quantitative, and Mixed Methods Approaches
kedalam ruangan baik melalui proses radiasi, Second Edition. New York USA: Sage
konduksi atau konveksi, pemanfaatan terang Publication, Inc.
langit seoptimal mungkin serta upaya Erhorn, H. (2013). The Age of Positive Energy
pemanfaatan elemen kulit bangunan untuk Building has Come. Fraunhofer Institute of
pembayangan merupakan upaya yang sangat Building Physics, Stuttgart.
bijaksana bagi penghematan energi. Frick, H., & Mulyani, T. H. (2006). Arsitektur
Indonesia sebagai salah satu negara yang Ekologis, Konsep arsitektur ekologis di iklim
terletak di daerah sekitar khatulistiwa, secara tropis, penghijauan kota dan kota ekologis,
umum perletakan jendela harus memperhatikan serta energi terbarukan. Semarang: Kanisius
garis edar matahari, sisi utara dan selatan adalah dan Soegijapranata University Press.
tempat potensial untuk perletakan jendela Groat, L., & Wang, D. (2002). Architectural
(bukaan), guna mendapatkan cahaya alami. Research Methods. Canada: John Wiley and
Sedangkan posisi timur dan barat pada jam-jam Sons, Inc.
tertentu diperlukan perlindungan terhadap radiasi Hosseini, Z. S., & Cole, R. J. (2013). Lessons
matahari langsung. Untuk bangunan yang terkena from Net Positive Energy to be applied in Net
cahaya matahari langsung terutama bagian Positive Material flows, 24–34.
bukaan bisa diolah dengan menggunakan Kolokotsa, D., Rovas, D., Kosmatopoulos, E., &
penghalang (buffer) seperti halnya memanfaatkan Kalaitzakis, K. (2010). A roadmap towards
pohon atau elemen-elemen arsitektur seperti kisi- intelligent net zero- and positive-energy
kisi penahan sinar matahari atau dengan buildings.
pengolahan ruang yang bertujuan untuk https://doi.org/10.1016/j.solener.2010.09.001
mengurangi dampak sinar matahari langsung Krier, R. (1979). Urban Space. London: Rizzoli
sehingga ruangan akan tetap terasa nyaman. Hal International Publication.
yang perlu diperhatikan dalam rancangan adalah Miller, W. (2012). Anatomy of a Sub-tropical
waktu di mana sinar matahari akan mengeluarkan Positive Energy Home ( PEH ). Journal
radiasi yang tertinggi sekitar jam 11 siang hingga Building and Environment, 56, 57–68.
jam 3 sore. Mintorogo, D. S. (1999). Strategi “Daylighting”
Efisiensi energi merupakan prioritas utama Pada Bangunan Multi-Lantai Diatas Dan
dalam disain, karena kesalahan disain yang Dibawah Permukaan Tanah. Dimensi Teknik
berakibat boros energi akan berdampak terhadap Arsitektur, 27(1), 64–71.
biaya opersional sepanjang bangunan tersebut Mustika, N. W. M. (2010). Optimasi pencahayaan
beroperasi. Hal yang menarik dari karya arsitektur alami untuk efisiensi energi pada rumah susun
yang hemat energi bukan hanya mampu dengan konfigurasi Tower Di Denpasar Studi
memecahkan setiap masalah yang menjadi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian
kendala dan memanfaatkan potensi iklim tropis Daerah Bali. Institut Teknologi Sepuluh
yang ada tetapi juga memanfaatkan potensi iklim Nopember Surabaya.
yang ada. Olgay, V. (1973). Design with Climate – Bio
Diperlukanya lebih banyak promosi bagi Architec-tural, Climatic Approach to
arsitektur berkelanjutan didaerah tropis adalah Regionalism. New Jersey: Princeton Press.,
sebuah keharusan, mengingat kondisi bumi University.
semakin menurun dengan adanya penurunan Prianto, E. (2012). Strategi Disain Fasad Rumah
kualitas lingkungan yang memberi dampak pada Tinggal Hemat Energi. Jurnal Riptek, Bappeda
pemanasan global. Semakin dikenal dan didasari Kota Semarang, 6(1), 54–64.
prinsip desain berkelanjutan secara luas, semakin Rachmat, W. B. (2000). Perkembangan Kota dan
banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan Beberapa Permasalahannya. Sebuah Bacaan
dan meminimkan dampak lingkungan akibat Pelengkap untuk Sosiologi Masyarakat Kota.
pembangunan. Yogyakarta: Fakultas Sosial dan Politik UGM.
Satwiko, P. (2005). Arsitektur Sadar Energi.
UCAPAN TERIMA KASIH Yogyakarta: Andi Press.
Secara khusus kami mengucapkan terima Soegijanto. (1999). Pengaruh Selubung
kasih kepada warga Kampung Balubur Bangunan terhadap Penggunaan Energi
Tamansari, Pemerintah Kota Bandung sebagai dalam Bangunan. In Seminar Arsitektur Hemat
obyek penelitian dan kepada UPI yang telah Energi. Semarang: Universitas Kristen Petra.
memberikan Bantuan Penelitian Hibah Penguatan Spradley, J. (1980). Participant Observation. New
Kompetensi tahun 2015 York: Rinehart and Winston.
Sue, R., Hyde, R., Champera, H., & Seigert, M.
Asep Yudi Permana, Indah Susanti, Karto Wijaya: [Optimasi Fasad Bangunan Rumah Tinggal] - 33
(2005). Transforming Markets in The Built Production Branch. Paris, France: UNEP
Environment and Adapting to Climate Change: SBCI, 2009, Building and Climate Change:
An Introduction. Journal of Architectural SummarUNEP DTIE Sustainable Consumption
Science Review, Journal of Architectural and Production Branch.
Science Review, Taylor & Francis. Wai, T. K. (1994). Sustainable Symbiotic Systemic
Sukawi. (2008). Ekologi Arsitektur: Menuju Phenomenon. New York: Van Nostrand
Perancangan Arsitektur Hemat Energi dan Reinhold Company.
Berkelanjutan. In Simposium Nasional RAPI Widayanti, R., Suparman, A., & Sekarsari, N.
VII tahun 2008. Semarang: Jurusan Teknik (2010). Kajian Aspek Pemakaian Energi Pada
Arsitektur FT UNDIP. Sistem Bangunan Tradisional Jawa. Seminar
Thiers, S., & Peuportier, B. (2012). Energy and Teknik Arsitektur Universitas Gunadarma, 7(6),
environmental assessment of two high energy 1–4.
performance residential buildings, 51, 276– Yuliani, S. (2013). Paradigma Ekologi Arsitektur
284. sebagai Metode Perancangan dalam
https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2011.11.018 Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.
UNEP SBCI. (2009). Building and Climate Retrieved from
Change: Summary for decision makers. In https://eprints.uns.ac.id/id/eprint/12832
UNEP DTIE Sustainable Consumption and

34 ARCADE: Vol. I No. 1, Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai