11 38 1 PB
11 38 1 PB
E-mail: 1 yudi.permana@upi.edu;
2 ndahsusan@gmail.com
3 kartowijaya@universitaskebangsaan.ac.id
Informasi Naskah: Abstract: The house is one of the primary needs of man, so planning the
Diterima: construction of houses should be careful and consider many things. Some of them,
7 Juni 2017 namely the potential physical and socio-cultural potential. Physical potential is
Direvisi: considered to be the building materials, the local climate and geological conditions.
27 Juni 2017 Mean while, social and cultural potential consists of local architecture and way of
life. Related to the issue of global warming that occurred in modern times, the
Disetujui terbit:
15 Juli 2017
climate becomes a major consideration that needs to be resolved.
Energy waste is also caused by the design of the buildings are not well integrated
Diterbitkan: and not even one responsive to aspects of functionality, wet tropical climate of
31 Juli 2017
Indonesia. This is compounded designers are more concerned with aesthetic
aspects (the prevailing trend). Issues green concept and the efficiency of energy
consumption through the program Net-Zero Energy Buildings (NZE-Bs) of the
housing sector as respon to tackle global heating-an already familiar in Indonesia,
although its application can not be found significantly. Green concept by houses an
developers often only as a mere trick and not realized and grown the responsibility
of residents.
Key word: socio-culture, Net-Zero Energy Buildings, energy consumption.
Asep Yudi Permana, Indah Susanti, Karto Wijaya: [Optimasi Fasad Bangunan Rumah Tinggal] - 27
PENDAHULUAN berbagai aliran perancangan arsitektur. Seperti
Pemanasan global dan peningkatan emisi yang diterangkan Frick dan Mulyani (2006)
karbon ke atmosfer bukanlah hanya sekedar isu, merangkum bahwa perkembangan eko-arsitektur
melainkan sudah benar-benar terjadi. Perubahan dapat dilacak dari berbagai pendekatan dimulai
iklim secara ekstrem dan degradasi kualitas tahun 1920-an sampai dengan tahun 1960-an. Di
lingkungan disebabkan oleh eksploitasi sumber mana pada perkembangannya lebih meng-
daya alam oleh manusia dalam pemenuhan utamakan kebebasan ekspresi dalam bentuk dan
kebutuhan hidupnya, salah satunya berupa ruang fungsi.
hunian atau rumah tinggal. Indonesia sebagai salah satu negara yang
Sebagai negara yang seluruh wilayahnya terletak di wilayah yang beriklim tropis lembab
berada di kawasan ekuator secara umum beriklim mempunyai ciri umum dengan temperatur udara
tropis basah menjadikan Indonesia berada di po- yang relatif panas, intensitas radiasi matahari
sisi yang menguntungkan namun dapat pula yang tinggi dan kelembaban udara yang tinggi
merugikan. Hal ini disebabkan oleh tingginya (Soegijanto, 1999; Satwiko, 2005; Widayanti,
suhu, radiasi matahari, curah hujan dan kelem- Suparman, dan Sekarsari, 2010). Usaha
baban serta karakteristik angin yang berbeda pengendalian terhadap masalah iklim ini sampai
dengan kawasan lain seperti arah angin yang batas tertentu masih dapat dilakukan secara pasif,
sering berubah, sering terjadi turbulensi dan yaitu melalui perancangan bangunan yang
kecepatan rata-ratanya relatif rendah. Apabila mempertimbangkan faktor dan variabel
kondisi tersebut tidak disikapi dengan baik maka perancangan seperti: dari iklim, sifat fisika bahan
akan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam bangunan, orientasi bangunan, bentuk
beraktivitas khususnya di dalam unit lanskap penggunaan tumbuhan/pohon sebagai peneduh
rumah tinggalnya sehingga dibutuhkan strategi dari cahaya matahari dan sebagainya. Usaha
desain yang tanggap terhadap iklim. pengendalian iklim ini tidak selalu sesuai dengan
Seiring dengan perkembangan Kota harapan yang dapat menghasilkan kondisi termal
Bandung di mana keterbatasan lahan dan sesuai yang diinginkan sepanjang hari, karena
mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam elemen bangunan dan lingkungan sekitarnya
penyediaan hunian layak bagi masyarakat mempunyai pengendalian termal yang terbatas.
terutama mereka yang berpenghasilan rendah, Terdapat beberapa kegiatan peng-gunaan energi
menyebabkan pemenuhannya kurang dirancang di dalam bangunan (rumah tinggal), seperti
dengan baik. Sementara itu rumah merupakan penghawaan, pencahayaan, dan lain-lain.
salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus Soegijanto (1999) menjelaskan lebih lanjut bahwa
cermat dalam perencanaan pembangunannya semakin tinggi intensitas kegiatan-kegiatan di
dan banyak mempertimbangkan banyak aspek dalam bangunan, maka akan semakin tinggi
perancangan, di antaranya adalah potensi fisik penggunaan energi. Dari kegiatan-kegiatan yang
dan potensi sosial budaya. Potensi fisik terkait terjadi pada bangunan, secara umum terdapat 2
dengan pertimbangan akan bahan bangunan, (dua) kegiatan yang dapat diidentifikasi yang
kondisi geologis dan iklim setempat. Sedangkan, sangat berhubungan dan berperan langsung
potensi sosial budaya terkait dengan arsitektur dengan pemborosan energi, yaitu pada peng-
lokal dan cara hidup dari masyarakat setempat. hawaan/ pengkondisian udara dan pencahayaan.
Konsep ekologi arsitektur (selanjutnya Konsep bangunan dengan NZE-buildings
disebut eko-arstektur) merupakan paduan antara sangat penting karena jika melihat pada peng-
ilmu lingkungan dan ilmu arsitektur yang gunaan energi secara global sektor bangunan
berorientasi pada model pembangunan dengan menjadi sektor yang paling dominan dalam
memperhatikan antara keseimbangan lingkungan penggunakan energi. Konsumsi energi yang
alam dengan lingkungan buatan. Seiring dengan terbesar dalam bangunan baik berfungsi sebagai
isue global dewasa ini konsep eko-arstektur mulai hunian maupun kantor adalah untuk memenuhi
berkembang dan bermunculan, sehingga semua kebutuhan akan listrik yang digunakan untuk
pelaku arsitektur (perencana dan perancang) pencahayaan buatan, pendingin dan pemanas
semakin mendapatkan wawasan yang luas dalam ruangan (Mintorogo, 1999; Mustika, 2010).
pemahaman konsep eko-arstektur. Konsep eko- Sedangkan konsumsi energi terbesar di dalam
arstektur semakin populer tidak hanya di bangunan hunian adalah digunakan untuk
lingkungan akademisi tetapi juga menjangkau ke memenuhi kebutuhan akan listrik sejumlah 67.5%
kalangan praktisi. Hal ini memberikan peluang dari keseluruhan energi. Hal ini sejalan dengan
yang luas melalui tawaran dari berbagai program, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hosseini and
amtara laian: sayembara desain, properti Cole (2013) menjelaskan bahwa sektor bangunan
perumahan yang berkonsep alam, berbagai menyerap 40% dari kebutuhan energi ke-
kegiatan yang mengapresiasi keberadaan ling- seluruhan. Pemanfaatan energi di dalam
kungan dan alam. bangunan khususnya untuk pemanasan, pen-
Paradigma membangun berdasarkan dinginan, dan pencahayaan bangunan.
konsep eko-arsitektur merupakan muara dari
Gambar 2
Bangunan “The Berlin Building” sebagai bangunan
percontohan dari proyek Kementrian Transportasi,
Bangunan, dan Perkotaan Jerman (BMVBS)
Sumber: Erhorn, 2013
Program pengembangan efisiensi energi untuk
rumah tinggal yang dikerjakan BMVBS ini
dilakukan tidak tergantung pada teknologi
tertentu, tetapi diwujudkan dalam berbagai cara.
Terknologi ini bisa menggunakan kombinasi
cerdas dari teknologi konstruksi yang hemat
energi ataupun dengan sistem energi yang
terbarukan. Time line penelitian ini dapat dilihat
pada gambar grafik (Kolokotsa, Rovas,
Kosmatopoulos, and Kalaitzakis, 2010) seperti
Gambar 1 terlihat pada gambar 3.
Kompleksitas hubungan bangunan dengan lingkungan
Sumber: (Wai, 1994) Sustainable Symbiotic Systemic
Phenomenon
Dari gambar 1 maka bangunan dapat dianggap
sebagai suatu kesatuan (entity) yang
mempengaruhi dan dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Keseimbangan diperlukan untuk
menjaga hubungan yang berkelanjutan
(sustainable), sehingga antara arsitektur
(bangunan) dan lingkungan tidak saling
merugikan tetapi saling meningkatkan kualitas
masing-masing dengan membentuk hubungan Gambar 3
simbiosis. Wai (1994) menyatakan hubungan ini Time line penelitian yang dilakukan BMVBS yang
sebagai “sustainable symbiotic systemic dikembangkan tahun 1980
phenomenon”. Di mana proses membangun (the Sumber: Erhorn, 2013
act building) dapat ditafsirkan sebagai sebuah Dari gambar 3 dapat dilihat bagaimana
tanggapan penghuninya untuk mencapai pengembangan kebutuhan energi dasar pada
keseimbangan di dalam system interaksi manusia rumah tinggal selama lebih kurang 30 tahun.
dengan lingkungan, dengan tujuan untuk menjaga Penelitian ini dimulai dari penelitian tentang
keadaan yang homestatik (Rachmat, 2000). persyaratan umum, dasar penggunakan energi,
Program NZE-Building ini sudah mulai dan penelitian tentang standar kinerja energi,
dilakukan sejak program “The Efficiency-house serta keseimbangan antara keduanya. Dari kurva
plus” oleh Kementrian Transportasi, Bangunan di atas dapat dijelaskan bahwa kurva yang lebih
dan Perkotaan Jerman (the German Federal rendah menunjukkan target dari proyek penelitian.
Ministry of Transport, Building, and Urban Dari hasil penelitian tersebut, pengembangan
Affairs/BMVBS), dengan melakukan penelitian efisiensi energi membutuhkan 10 sampai 15
melalui kerjasama kemitraan dengan industri tahun antara aplikasi dari percontohan dengan
dalam menghasilkan inovatif dibidang industri penetapan sumber energi terbaharukannya. Dari
bangunan yang hemat energi. Program The efisiensi energi untuk rumah ini memungkinkan
Efficiency-house plus ini sudah dimulai pada awal banyak alternatif cara, tidak tergantung pada
tahun 1980-an, yang merupakan program panjang teknologi tertentu saja, akan tetapi dapat
(hampir lebih dari 30 tahun) di dalam diwujudkan dalam berbagai cara. Antara lain,
pengembangannya. Sebagai bangunan dengan menggunakan kombinasi dari teknologi
percontohannya adalah The Berlin Building konstruksi hemar energi dan sistem energi
(seperti terlihat pada gambar 2). terbarukan (Sukawi, 2008).
Suhu
sejuk, memiliki intensitas cahaya yang cukup 20
pada siang hari dan tidak bising. 15
Salah satu ciri bangunan tropis yaitu dapat 10
melindungi dinding bangunan dari radiasi sinar 5
matahari langsung, karena radiasi sinar matahari 0
10,00 WIB
10,30 WIB
11,00 WIB
11,30 WIB
12,00 WIB
12,30 WIB
13,00 WIB
13,30 WIB
14,00 WIB
14,30 WIB
15,00 WIB
15,30 WIB
16,00 WIB
16,30 WIB
17,00 WIB
17,30 WIB
18,00 WIB
7,00 WIB
8,30 WIB
6,00 WIB
6,30 WIB
7,30 WIB
8,00 WIB
9,00 WIB
9,30 WIB
langsung pada dinding bangunan dapat
merambatkan panas kedalam ruang, sehingga
menaikan suhu dalam ruangan. Radiasi sinar Waktu Pengamatan
Barat Timur Selatan Utara
matahari langsung pada dinding bangunan dapat
ditanggulangi dengan pembayangan dari tritisan Gambar 7
pada dinding bagunan sehingga radiasi sinar Grafik Hasil Pengamatan Suhu (Profil Panas) pada
Fasad Bangunan Rumah Tinggal dengan Posisi
matahari tidak langsung merambatkan panas Tampak Timur, Barat, Selatan, dan Utara
pada dinding bangunan. Radiasi sinar matahari Berdasarkan hasil pengamatan yang terlihat
langsung pada bangunan juga dipengaruhi oleh seperti pada gambar 6 dan 7 menunjukkan bahwa
orientasi fasade bangunan terhadap arah litasan kelembaban maupun suhu udara mempengaruhi
matahari, jadi fasade bangunan yang menghadap beban panas pada fasad bangunan. Hal ini akan
kearah timur dan barat mendapatkan intensitas mempengaruhi terhadap kenyamanan dan
radiasi sinar matahari yang lebih banyak. konsumsi energi. Tingkat panas udara pada
Dalam perencanaan pola blok hunian pada dinding eksterior daninterior tidak jauh berbeda.
suatu kawasan atau lingkungan perumahan, salah Olahkan finishing fasad bangunan
satu aspek yang perlu diperhatikan adalah mempengaruhi terhadap kondisi permukaan
orientasi terhadap lintasan matahari. Terutama dinding luar maupun dalam. Kondisi suhu ruang
yang berkaitan dengan karakter wilayah di sekitar dalam dipengaruhi oleh bahan finishing dari fasad
garis katulistiwa. Pola sinar matahari pada fasade bangunan. Fasad bangunan dengan difinishing
utara dan selatan tergantung posisi terhadap garis cat mengalami penurunan hingga 2 oC
lintang utara dan lintang selatan. Arah hadap dibandingkan dengan suhu rata-rata di luar
rumah tidak dapat dipaksakan agar seragam (Prianto, 2012).
dalam suatu kawasan, dengan demikian Letak geografis kota Bandung yang berada
diperlukan pertimbangan khusus dan spesifik diiklim tropis mengakibatkan pancaran sinar
untuk rumah yang menghadap ke barat, timur, matahari yang langsung masuk ke dalam ruangan
utara atau selatan. akan membawa panas langsung sebesar daya
panas sama dengan panas di luar bangunan,
C. Konsumsi Energi pada olahan Fasade sehingga perlu dihindari adalah panas sinar
Bangunan
matahari (Olgay, 1973). Penggunaan tritisan
Hasil pengamatan baik untuk kelembaban sebagai solusi dalam mengatasi pancaran sinar
maupun suhu (profil panas) pada kasus rumah matahari langsung sangatlah tepat. Tritisan
tinggal dikelompokkan ke dalam 4 kasus arah tidaklah membuat kondisi suasana ruang menjadi
fasade bangunan, yaitu pada fasade ke arah gelap, karena cahaya terang alam masih bisa
Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Adapun hasil masuk ke dalam ruangan. Bentuk tritisan dengan
amatannya dapat dilihat pada gambar 6 dan 7. kemiringan 45o lebih efektif dibandingkan dengan
80 bentuk datar (Prianto, 2012).
70
60 KESIMPULAN
Kelembabab
50
Konfigurasi bentuk rumah selain mem-
40
perhatikan pertimbangan aksesibilitas, view,
30
hirarki tipe rumah, efisiensi lahan dan sebagainya.
20
10
Selain itu juga harus memperhatikan lintasan
0
matahari terutama untuk penentuan jarak
bangunan, model fasade , model atap dan
10,00 WIB
10,30 WIB
11,30 WIB
12,00 WIB
13,30 WIB
15,00 WIB
16,30 WIB
17,00 WIB
18,00 WIB
11,00 WIB
12,30 WIB
13,00 WIB
14,00 WIB
14,30 WIB
15,30 WIB
16,00 WIB
17,30 WIB
6,30 WIB
7,00 WIB
8,30 WIB
6,00 WIB
7,30 WIB
8,00 WIB
9,00 WIB
9,30 WIB