Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

“Tiada kehidupan tanpa sebuah bahasa” dan “Tiada sebuah cinta tanpa

adanya filsafat” Bahasa dan filsafat berjalan berpapasan mengikuti arus sesuai

dengan peralihan dari siang ke petang, dari hari kemarin ke hari esok.

Sesorang akan mampu berfilsafat jika bahasa itu ada, begitu juga dengan

adanya bahasa, seseorang itu akan berbahasa sesuai dengan hasil penalaran,

proses kerja otak dan menghasilkan pengetahuan yang diolah melalui filsafat.

Jadi, bahasa dan filsafat merupakan dua sejoli yang tidak terpisahkan. Mereka

bagaikan dua sisi mata uang yang senantiasa bersatu. Semenjak munculnya

Retorika Corax dan Cicero pada zaman Yunani dan Romawi abad 4 – 2 SM

hingga saat ini bahasa merupakan salah satu tema kajian filsafat yang sangat

menarik. Hadirnya istilah filsafat bahasa dalam ruang dunia filsafat dapat

dikatakann sebagai suatu hal yang baru. Istilah muncul bersamaan dengan

kecendrungan filsafat abad ke-20 yang bersifat logosentris. Adapun rumusan

masalah yang akan dibahas dalam makalah ini berkait dengan hal-hal berikut:

1. Pernyataan

2. Resep

3. Prinsip dan aturan

4. Slogam

5. Devinisi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pernyataan (Statements)

Menurut saya pernyataan adalah suatu ide atau gagasan yang di ungkapkan

dengan kalimat yang jelas dan mempunyai nilai benar atau salah. Tergantung dari

konteks kalimat yang di ungkapkan. Contoh : ada 13 bulan dalam 1 tahun. Dari

pernyataan di atas tentunya kita bisa menentukan bahwa pertanyaan tersebut

adalah pernyataan yang salah. Karena seperti yang kita ketahui bahwa dalam 1

tahun itu ada 12 bulan bukan 13 bulan. Jadi kita bisa membuktikan bahwa

pernyataan tersebut adalah salah.

B. Resep (Prescriptions)

Menurut saya resep adalah suatu daftar atau langkah-langkah yang di lakukan

untuk memberikan arahan dalam melakukan suatu tindakan. Resep terjadi dalam

konteks untuk melakukan kegiatan sebagai konsekuensi dari implikasi praktis.

Implikasi adalah bahwa seringkali pernyataan tentang pendidikan sebelum dibuat

sebuah resep mujarab. Resep dalam pendidikan seperti rekomendasi, instruksi dan

eksortasi. Maksudnya disnini sebagai pendidik kita harus mengarahkan siswa-

siswa kita ke hal yang jauh lebih baik, contohnya kita merekomendasikan sebuah

kampus yg bagus untuk mereka nantinya melanjutkan pendidikan mereka,

kemudian kita menginstrusikan kepada mereka untuk mengikuti tahapan atau

langkah-langkah yang telah ditetapkan.


C. Prinsip dan Aturan (Principles and Rules)

Prinsip adalah suatu pedoman yang di tetapkan oleh diri kita sendiri yang

digunakan untuk mengarahkan kita dalam berfikir dan bertindak. Dengan prinsip

yang kita buat akan membentuk kepribadian kita masing-masing. Contohnya: saya

berprinsip bahwa saya akan selalu datang tepat waktu. Dengan prinsip yang kita

buat tersebut, jika kita patuhi akan mengarahkan kita ke hal yang positif, dengan

pegangan prinsip tersebut akan membuat kita terbiasa datang tepat waktu, dan jika

kita melanggar prinsip yang kita buat akan ada rasa bersalah dalam diri kita.

Sedangkan aturan adalah patokan yang kita buat sebagai pegangan dalam hidup

kita dan memiliki sanksi yang berupa hukuman jika kita melanggar aturan yang

telah di tetapkan. Contohnya aturan disekolah adalah tidak boleh datang

terlambat. Jika ada siswa yang melanggar aturan tersebut maka harus siap

menerima sanksi atau hukaman yang telah ditetapkan misalnya tidak

diperbolehkan untuk mengikuti pelajaran pada hari itu. Agar mereka mengerti

bahwa aturan yang dibuat itu untuk dipatuhi bukan untuk dilanggar.

D. Slogan (Slogans)

Slogan adalah suatu ekspresi atau gagasan yang kita buat untuk menarik

perhatian seseorang/menjelaskan sesuatu dengan menggunakan bahasa yang

mudah di mengerti dan gampang untuk diingat. Slogam juga dapat bersifat

indikatif dan bersifat impiratif. Contoh slogam yang bersifat impiratif yaitu

mendidik masyarakat dan memasyarakatkan pendidikan. Maksudnya disini adalah

sebagai pengajar/pendidik tentunya tanggung jawab kita adalah untuk mendidik

anak didik kita. Dan tentunya sebagai pendidik kita ingin di hargai dan di hormati.
Jadi slogam indikatif disini adalah slogam yang nyata di kehidupan sehari-hari

kita.

E. Difinisi (Definitions)

Definisi adalah suatu kata yang dimaknai agar suatu kata tersebut mudah

dipahami. Definisi bisa berfokus pada aspek linguistic, aspek substansi, atau

keduanya. Dalam dua pendidikan, jarang sekali para ahli memberi definisi dengan

focus pada aspek linguistik. . Definisi penting untuk memudahkan komunikasi

dan diskusi ihwal pendidikan. Dan penguasaan definisi itu sendiri merupakan

indikator tingkat pemahaman ihwal pendidikan. Definisi mesti memiliki fungsi

teoritis dan fungsi praktis, tidak sekedar deskripsi. Tujuan definisi pendidikan

adalah agar konsep itu sejalan dengan seperangkat teori dan praktik pendidikan.

Contohnya sebagai pendidik tentunya kita harus membuat perangkat pembelajaran

seperti rppm/rpph. Agar kita mengacu pada pembelajaran yang telah di tentukan

agar teori yang kita buat sejalan dengan praktek kita.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sangat jelas sekali pada pembahasan kali ini bahwa penekanan pengguanaan
istilah yang tepat sangat dianjurkan bagi para praktisi pendidikan. Dalam hal ini
adalah penggunaan yang serampangan terhadap kata – kata. Pembahasan ini
membahas tentang bagaimana suatu pernyataan terangkai dari kata – kata yang
mempunyai entitas dan bagaimana pernyataan berhubungan dengan pernyataan
lainnya. Meskipun pembahasan tentang pernyataan bersifat evaluative dan praktis,
resep menitik beratkan ke arah praktis. Ini dibedakan dari pernyataan yang
cakupannya lebih luas sedangkan resep memberikan arah tindakan. Adapun
tindakan harus memiliki panduan berfikir dan bertindak yang disebut prinsip.
Dalam pembahasan ini, dibedakan pula antara prinsip dan aturan. Seperti halnya
resep, aturan secara gamblang mengatur seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada
pembahasan kali ini, dibahas juga bahasa – bahasa yang sering digunakan oleh
para praktisi bukan para akademisi, berkenan dengan masalah indikasi atau
bersifat imperative dari kata dan kalimat disebut slogan seperti “Pergi!” atau
“Belajarlah agar kau pintar.” Karena hal tersebut diniati agar terus diingat dan
menggerakkan emosi, dan membuahkan tindakan nyata. Oleh karena pembahasan
ini berkenan dengan bagaimana para praktisi pendidikian berkomunikasi dan
berdiskusi ihwal pendidikan, maka penting juga diketahui bahwa aspek linguistic,
aspek substansi atau keduanya harus diperhatikan. Itulah pentingnya pembahasan
definisi untuk diketahui agar pembahasan ihwal pendidikan dapat jelas dan mudah
membicarakannya atau dengan kata lain, agar perbahasan ihwal perdidikan tidak
absur dikarenakan oleh penggunaan kata – kata serampangan oleh para praktisi
pendidikan.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar (2014). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Hidayat, Asep Ahmad. (2006). Filsafat Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Devitt, Michaell & Kim Sterelny. (1987). Language & Reality: An Introduction to
the Philosophy of language. MIT

Beck, Clive. (1974). Education Philosophy and Theory: An Introduction. Boston:


Little, Brown and Company.

Dewey, John. 1958. Democracy and Education: An Interduction to the


Philosophy of Education. New York: The Marcmillan Company.

Anda mungkin juga menyukai