Anda di halaman 1dari 5

Resume UTS Masailul Fiqiyyah

Nama : Diki sihabudin


NIM : 2017.01027
Dosen : Caca Handika,M.Ag.

Kelompok 1 ( Pcaran atau Taaruf )

Pemahaman taaruf terbagi menjadi arti luas yakni tidak mengenal ruang dan waktu
serta arti sempit yakni menuju pernikahan. mendapatkan berkah dari Allah, latar belakang
keluarga, dan hubungan pergaulan Pengembangan hubungan antarpribadi pada proses taaruf
bermula pada proses perkenalan, baik melalui cv maupun keluarga, lalu proses Dapat
disimpulkan bahwa Konsep taaruf yang pertama adalah tidak ada interaksi antara lawan jenis
sebelum adanya khitbah. edukasi dan pembelajaran kepada calon pasangannya pada saat
taaruf.
Keterkaitan antara taaruf dengan pendidikan Islam yaitu pada nilai-nilai pendidikan
Islam itu sendiri, adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam taaruf yaitu Kata
kunci Taaruf, Pacaran, Khitbah Pendahuluan Pernikahan tidak terpisahkan dalam kehidupan
manusia karena merupakan hal yang sakral, dengan melakukan pernikahan seseorang akan
Sebuah pernikahan dapat diartikan sebagai hubungan antar dua jiwa manusia untuk
membentuk keluarga yang harmonis.
Sebelum menuju pernikahan, tahap paling dasar yang harus dilalui ialah Perkenalan
merupakan sebuah interaksi antara individu dengan menjadi bagian penting dalam
perkenalan ini sendiri. menunjukkan hubungan yang kuat antara komunikasi yang baik dan
kepuasan menemukan bahwa pasangan yang memiliki komunikasi yang positif sebelum
daripada pasangan yang tidak memiliki komunikasi yang positif sebelum Taaruf merupakan
proses
perkenalan dalam rangka menuju ke jenjang pernikahan sesuai dengan ketentuan syariat
Islam. Taaruf dilakukan untuk saling materinon materi, dan sebagainya yang semuanya
dilakukan dalam rangka proses Pada saat proses taaruf pertemuan antara laki laki dan
perempuan tidak bertemu berdua saja melainkan harus ada mediator.
Gagalnya proses taaruf adalah kriteria yang ditetapkan oleh pasangan taaruf tidak
terpenuhi, sehingga setelah proses taaruf dilalui pasangan taaruf memilih untuk dari
keluarga, ternyata keluarga tidak menyetujui karena akhwat tersebut berbeda Akhirnya,
karena permintaan dari keluarga yang menginginkan calon pasangan sesuku, ikhwan tersebut
tidak melanjutkan proses taarufnya. peserta taaruf boleh mengajukan kriteria dan tidak
melanjutkan proses taarufnya apabila akhwatikhwan tidak sesuai dengan kriteria yang
diharapkan. bertujuan untuk meminimalisir permasalahan yang muncul di kemudian hari
yang berpotensi sebagai penyebab gagalnya pernikahan

Kelompok 2 ( Qurban Uang Iuran)

Dalam praktiknya ada tiga bentuk pelaksanaan ibadah kurban yang dapat dikategorikan
sebagai pelaksanaan ibadah kurban secara kolektif: Seekor unta, sapi, atau kerbau sebagai
pelaksanaan ibadah kurban untuk tujuh orang. Seekor kambing, domba, atau biri-biri sebagai
kurban patungan dari sekian banyak orang tanpa ada batasan jumlah mereka. Arisan kurban;
pengumpulan sejumlah uang oleh sekelompok orang setiap jangka waktu tertentu. Pendapat
sebagian ulama tentang hal ini ada perbedaan. iuran tujuh orang untuk berqurban seekor sapi
atau unta.

Seluruh ulama sepakat bahwa kurban merupakan syariat (tuntutan agama). Banyak hadis yang
menjelaskan bahwa menyembelih kurban merupakan amalan yang paling
dicintai Allah pada hari nahr (idul adha). Adapun mengenai jenis tuntutannya atau hukumnya
para ulama berbeda pendapat yang pertama, berpendapat wajib seperti pendapat Rabi‟ah,
AlAwza‟i, Abu Hanifah, Al-Laits dan sebagian ulama Mazhab Maliki.

Kelompok 3 ( Perkawinan beda Agama )

Menurut Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuahanan Yang Maha Esa. Kata “ikatan
lahir batin” dalam pengertian tersebut dimaksudkan bahwa perkawinan itu tidak cukup hanya
dengan adanya ikatan lahir saja, atau hanya dengan ikatan batin saja, namun harus keduanya
ada dalam perkawinan. Ikatan lahir dapat dimaknai bahwa perkawinan adalah ikatan yang
dapat dilihat, artinya: adanya suatu hubungan hukum antara seorang pria dengan seorang
wanita untuk hidup bersama, sebagai suami isteri. Ikatan ini dapat juga disebut sebagai
“ikatan formal” yakni hubungan formal yang mengikat dirinya, orang lain dan masyarakat .
Sedangkan “Ikatan batin” dapat dimaknai sebagai hubungan yang tidak formil, artinya suatu
ikatan yang tidak dapat dilihat, namun harus ada karena dengan tidak adanya ikatan batin
dalam perkawinan maka ikatan lahir akan rapuh.
Dalam literatur klasik tidak dikenal kata Perkawinan Beda Agama secara literal dan tidak
ditemukan pembatasan pengertian secara jelas, namun pembahasan yang terkait dengan
masalah tersebut dimasukkan pada bagian pembahasan mengenai wanita yang haram dinikahi
atau pernikahan yang diharamkan, yang antara lain disebut sebagai az-
zawaj bi al-kitabiyat, az-zawaj bi al-musyrikat atau az-zawaj bi ghair al-muslimah
(perkawinan dengan wanita-wanita ahli Kitab yaitu perkawinan dengan wanita-wanita Yahudi
dan Nashrani), perkawinan dengan wanita-wanita musyrik (orang-orang musyrik) dan
perkawinan dengan non muslim.

Kelompook 4 (Olahraga Tinju )

Majelis Majma Fiqhil Islami secara sepakat berpandangan bahwa pertandingan tinju yang
disebutkan, yaitu yang menjadi profesi dalam cabang-cabang olahraga dan pertandingan-
pertandingan di negeri kita sekarang ini, adalah profesi yang diharamkan oleh syariat Islam.
Karena pertandingan ini dilandasi oleh semangat pembolehan saling memberikan bahaya
kepada lawan tanding dengan bahaya yang semaksimal mungkin pada tubuhnya.
Hal ini terkadang menyebabkan buta, gegar otak, dan patah tulang yang parah atau
bahkan kematian. Tanpa ada kewajiban orang yang mengalahkannya untuk bertanggung
jawab. Juga disertai kegembiraan para supporter dari pemenangnya. Dan mereka gembira
atas gangguan yang terjadi pada pemain lawan.
Lalu untuk status uang penghasilan seorang atlet beladiri profesional tinju menurut
pandangan Fiqh Ekonomi adalah diharamkan. Hal ini disebabkan tidak terpenuhinya syarat
sahnya suatu transaksi ijarah, yaitu objek ijarah sesuatu yang dihalalkan oleh syara’, karena
di dalam olahraga tinju terkandung unsur-unsur yang dilarang oleh Hukum Islam, yaitu
saling melukai dan menciderai satu sama lain.

Kelompok 5 ( Asuransi Kesehatan/BPJS )

Ketua MUI (Majelis Ulama’ Indonesia) Ma’ruf Amin, mengemukakan bahwa dalam
pelaksanaan pengelolaan program BPJS Kesehatan dianggap belum sesuai dengan prinsip
syariah, karena menurutnya dalam pengelolaan BPJS kesehatan masih mengandung unsur riba’
(bunga), gharar (tidak jelas) serta maisir (adanya unsur pertaruhan). Dengan itu Majlis Ulama
Indonesia (MUI) mendorong agar mempraktikkan pengelolaan BPJS Kesehatan berdasarkan
prinsip syariah, supaya lembaga lain dapat meniru dan perpegang pada hukum islam juga,
karena di Indonesia mayoritas penduduknya muslim.

Kelompok 6 ( LGBT+)

LGBTQ+ yang ada di Indonesia itu sebagian bertentangan, baik dengan Alquran, Sunnah
maupun dengan HAM. Sebaliknya ada juga yang tidak bertentangan dengan Alquran, Sunnah
dan HAM yaitu pada kasus-kasus yang hanya sebatas orientasi seksual saja. Sedangkan pada
perilaku seksual itu bertentangan dengan Islam dan HAM. Penyebab LGBT dipengaruhi oleh
faktor biologis dan sosiologis. LGBT memang tergolong gangguan jiwa dalam PPDGJ, namun
sebagian besar psikolog menyatakan bahwa hal tersebut merupakan salah satu bentuk
penyimpangan seksual. Dari segi psikologis, LGBT dianggap sebagai penyakit yang memiliki
kemungkinan untuk
disembuhkan, namun perubahan paradigma psikologis dalam memandang homoseksualitas
memberikan dampak yang signifikan terhadap wacana legalitas homoseksualitas dan LGBT
secara umum.

Anda mungkin juga menyukai