Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

LANDASAN AKSIOLOGIS PANCASILA


Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4

Mhd Denny Armanda (238014022)

Riska Zulhaini (238014010)

Dosen Pengampu:
Zainuddin, S.H, M.E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA
AL-WASHLIYAH
T.A 2023-2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah membawa umatnya dari zaman
jahiliyah sampai zaman islamiyah..

Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki dan dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Akhir kata, kami menerima saran dan kritik dari pembaca makalah agar kami
bisa memperbaiki untuk kedepannya yang lebih baik.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................2

C. Tujuan ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Pengertian Aksiologis ................................................................................3

B. Definisi Landasan Aksiologi Pancasila......................................................4

C. Nilai-nilai Aksiologis Pancasila .................................................................8

D. Implementasi Nilai-nilai Aksiologis Pancasila ..........................................9

E. Dampak Positif Implementasi Nilai-Nilai Aksiologis Pancasila .............10

F. Tantangan dalam Implementasi Nilai-Nilai Aksiologis Pancasila ...........12

G. Peran Pemerintah dalam Nilai-Nilai Aksiologis Pancasila......................14

BAB III PENUTUP ..............................................................................................17

A. Kesimpulan ..............................................................................................17

B. Saran.........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan bagi segenap bangsa Indonesia, baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu kehidupan
berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehudupan manusia seharii-hari.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah Mr.
Muhammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Pancasila sebagai dasar
falsafah Negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga Negara Indonesia
agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia ini,
sehingga baik golongan muda ataupun golongan tua tetep meyakini Pancasila sebagai
dasar Negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.

Pancasila adalah dasar negara dan filsafat hidup bangsa Indonesia. Kata
"Pancasila" berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "lima prinsip" atau "lima
dasar." Konsep ini diperkenalkan oleh Bung Karno, Soekarni, dan rekan-rekan
proklamator Indonesia dalam upaya membangun fondasi moral dan etika bagi
negara yang baru merdeka. Pancasila menjadi identitas bangsa Indonesia dan
menjadi panduan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Salah satu aspek yang penting dalam Pancasila adalah landasan


aksiologisnya. Aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas nilai-nilai dan
etika. Dalam konteks Pancasila, landasan aksiologis merujuk pada nilai-nilai dan
etika yang menjadi dasar filosofis negara Indonesia. Nilai-nilai ini mencakup
lima prinsip dasar Pancasila yang menjadi landasan moral dan etika masyarakat
Indonesia.

Aksiologi Pancasila pada hakekatnya membahas tentang nilai praktis atau


manfaat suatu pengetahuan tentangPancasila, karena sila-sila Pancasila sebagai suatu
sitem filsafat memiliki suatu kesatuan dasar aksiologis, maka nilai-nilai yang
terkandung didalamnya pada hakekatnya juga merupakan suatau kesatuan.Sila pertama
yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi basis dari semua sila-sila Pancasila.

1
Sebagai pendukung nilai bangsa Indonesia menghargai, mengakui, serta menerima
Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai yang berketuhanan, berprikemanusiaan,
berpersatuan, berkerakrayan dan berkeadilan social. Pengakuan tersebut ampak dalam
sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas adalah:
1. Apa itu aksiologis?
2. Apa yang dimaksud dengan "Landasan Aksiologis Pancasila," dan mengapa
landasan ini penting dalam filsafat hidup dan sistem nilai bangsa Indonesia?
3. Bagaimana nilai-nilai aksiologis Pancasila?
4. Bagaimana perkembangan zaman dan perubahan sosial mempengaruhi
interpretasi dan implementasi nilai-nilai aksiologis Pancasila di Indonesia?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu aksiologis
2. Untuk memahami makna dan pentingnya landasan aksiologis pancasila
3. Untuk menganalisis implementasi nilai-nilai aksiologis pancasila
4. Untuk menjelaskan pengaruh perkembangan zaman dan perubahan sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aksiologis
Aksiologis merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai oleh
aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan.
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion dan logos, yang berarti teori tentang
nilai. Dalam aksiologi ada dua komponen yang mendasar, yakni:

1. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti adat
kebiasaan. Dalam istilah lain dinamakan moral yang berasal dari bahasa
latin “mores”, kata jamak Dari mos yang berarti adat kebiasaan. Etika
adalah cabang filsafat aksiologi yang Membahas masalah-masalah moral,
perilaku, norma, dan adat istiadat yang berlaku Pada komunitas tertentu.
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang
nilai Keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala
sesuatu terdapat Unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam
suatu hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek
yang indah bukan semata-mata bersifat Selaras serta berpola baik
melainkan harus juga mempunyai kepribadian. Pengertian aksiologi
menurut para ahli Jujun S. Suriasumantri Dalam bukunya, aksiologi diartikan
sebagai teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Bramel, Menurut Bramel, aksiologi terbagi menjadi 3 bagian: Moral
conduct (tindakan moral), melahirkan disiplin khusus yaitu etika Esthetic
expression (ekspresi keindahan), melahirkan suatu keindahan Sosio-political life
(kehidupan sosial politik), melahirkan atau memunculkan filsafat sosio-politik.

Kattsoff (2004:319) Mendefinisikan bahwa aksiologi adalah sebagai ilmu


pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut
pandang kefilsafatan. Peran utama aksiologi ini adalah memberi arah pada

3
manusia untuk melakukan suatu tindakan yang lebih baik. Kedua adalah ekspresi
keindahan. Di sini aksiologi berperan sebagai pembimbing dalam diri manusia
untuk berekspresi yang melahirkan suatu keindahan dalam dirinya Fungsi
Aksiologi: Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa, aksiologi merupakan
bidang filsafat yang mengkaji masalah nilai terutama dalam etika dan estetika.
Filsafat ini memberitahu kita tentang yang baik dan yang jahat. Aksiologi adalah
ilmu tentang nilai. Penjelasan ini membahas nilai dari sudut pandang filosofis.
Aksiologi, terutama, menentukan baik dan buruk bagi individu dan bangsa. Itu
menetapkan standar baik dan buruk. Semua kehidupan sosial kita sebagian besar
bertumpu pada cabang filsafat ini.

B. Definisi Landasan Aksiologi Pancasila


Pancasila sebagai sistem filsafat pada dasarnya merupakan sebuah sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau
dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi
manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan
kehidupan. Dengan demikian Pancasila merupakan belief system yang diyakini
kebenarannya. Namun demikian Pancasila harus dapat dijelaskan dalam sudut
pandang filosofis sebagai bentuk justifikasi kebenarannya yang hakiki.

Oleh karenanya dasar epistemologi Pancasila harus dikedepankan sebagai


salah satu pijakan filosofisnya. Dasar epistemologi Pancasila akan selalu terkait
dengan dasar ontologisnya, yaitu konsep dasar tentang hakikat manusia. Basis
ontologis Pancasila yang mendasarkan diri ada hakikat manusia akan membawa
implikasi lanjutan dengan konsep epistemologisnya

Sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat mempunyai satu kesatuan dasar
aksiologis, yakni nilai yang terkandung di dalam Pancasila pada hakikatnya
menjadi suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti jika membahas
mengenai filsafat nilai Pancasila. Istilah aksiologi itu sendiri berasal dari kata
Yunani, Axios Yang memiliki arti nilai, manfaat dan Logos Yang berarti pikiran,
ilmu atau teori. Aksiologi menjadi teori nilai, yaknisesuatu yang diinginkan,

4
disukai atau yang baik. Bidang yang dilakukan penyelidikan ialah akikat nilai,
criteria nilai dan kedudukan metafisika dari suatu nilai.

Max Scheler mengemukakan jika nilai ada tingkatannya dan bisa


dikelompokkanmenjadi sebanyak 4 tingkatan: Nilai kenikmatan, Nilai
kehidupan, Nilai kejiwaan, Nilai kerokhanian. Walter G. Everet juga
menggolongkan nilai manusia ke dalam 8 kelompok: Nilai ekonomis, Nilai
kejasmanian, Nilai hiburan, Nilai sosial, Nilai watak, Nilai estetis, Nilai
intelektual, Nilai keagnilai Notonagoro membagi nilai menjadi sebanyak 3
macam, yaitu Nilai material, Nilai vital, Nilai kerokhaniana: Nilai kebenaran,
Nilai keindahan, Nilai kebaikand. Nilai religious Di dalam filsafat Pancasila,
disebut ada sebanyak 3 tingkatan nilai, yakni dasar, nilaiinstrumental dan nilai
praktis.
1. Nilai dasar, merupakan asas yang diterima sebagai suatu bentuk dalil yang
memiliki sifatmutlak sebagai sesuatu yang benar atau tak perlu
dipertanyakan kembali. Nilai dasarPancasila merupakan nilai ketuhanan,
nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilaikerakyatan dan nilai keadilan.
2. Nilai instrumental, merupakan nilai yang berbentuk atas norma sosial dan
norma hukumyang mana selanjutnya akan terkristalisasi di dalam peraturan
dan mekanisme lembaganegara.
3. Nilai praksis, merupakan nilai yang sebenarnya dilaksanakan di dalam
kehidupan. Nilaiini menjadi batu ujian apakah nilai dasar dan nilai
instrumental tersebut benar-benarhidup di dalam lingkungan masyarakat.

Secara aksiologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai


upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem nilai. Pancasila
sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem nilai. Ini berarti
Pancasila telah menjadi suatu value system, sistem tujuan, menjadi suatu
ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur normativitas terutama
dalam kedudukannya sebagai sistem nilai.

Dasar aksiologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan


dasar ontologis dan epistemologis Pancasila, yaitu hakikat sifat kodrat manusia

5
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta cara pandang dan cara
berpikir bangsa Indonesia yang mengutamakan nilai-nilai moral dan kearifan
lokal. Sebagai suatu paham aksiologi, maka Pancasila mendasarkan pada
pandangannya bahwa nilai-nilai yang ada dalam kehidupan manusia harus sesuai
dengan kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mencapai
suatu tingkatan kebahagiaan yang mutlak dalam hidup manusia.

Contoh konkret dari landasan aksiologis Pancasila adalah pembangunan


nasional yang berkeadilan, yaitu suatu proses pembaharuan dan peningkatan
kualitas kehidupan bangsa Indonesia secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Pembangunan nasional yang berkeadilan bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata. Pembangunan nasional
yang berkeadilan juga merupakan wujud dari pengamalan sila kelima Pancasila,
yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Contoh lainnya adalah pemberantasan korupsi, yaitu suatu upaya untuk


memberantas tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara dan
kesejahteraan rakyat. Pemberantasan korupsi merupakan salah satu syarat untuk
menjaga integritas dan akuntabilitas pemerintahan yang bersih dan transparan.
Pemberantasan korupsi juga merupakan wujud dari pengamalan sila kedua
Pancasila, yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Contoh lainnya lagi adalah penegakan hak asasi manusia, yaitu suatu
upaya untuk melindungi dan memenuhi hak-hak dasar manusia yang melekat
pada diri setiap orang tanpa membedakan suku, agama, ras, budaya, gender, atau
status sosial. Penegakan hak asasi manusia merupakan salah satu syarat untuk
menjaga martabat dan harkat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Penegakan hak asasi manusia juga merupakan wujud dari pengamalan sila
pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Berkaitan dengan susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan


dapat disarikan bahwa Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis
baik dalam arti susunan sila-sila maupun isi arti dari sila-sila. Susunan kesatuan
sila –sila Pancasila adalah hierarkis piramidal yang masing-masing saling

6
menjiwai dan mendasari. Susunan Pancasila dengan demikian memiliki sistem
logis, baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.

Pandangan Pancasila tentang pengetahuan manusia yaitu bahwa kebenaran


rasio bersumber dari akal manusia. Selain kebenaran rasio maka manusia juga
memiliki sumber pengetahun yang berasal dari proses reseptif indera yaitu
kebenaran empiris. Mengakui kebenaran intuisi dan juga kebenaran wahyu yang
bersifat mutlak sebagai kebenaran tertinggi. Kebenaran dalam pengetahuan
manusia merupakan sintesis harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia
yaitu akal, rasa dan kehendak untuk mendapatkan kebenaran yang tertinggi

Pancasila secara aksiologis juga memiliki pandangan bahwa ilmu


pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena ia harus diletakkan pada
kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam usaha
mendapatkan pengetahuan yang mutlak sebagaimana yang terus diupayakan
dalam keseluruhan aktifitas manusia hingga hari ini.

Pancasila merupakan sebuah bentuk philosophical system yang secara


esensial menempatkan manusia sebagai subjek utama dan menjadi dasar dalam
memahami semua realitas yag ada. Filsafat Pancasila memenuhi syarat-syarat
logik rasional, dapat dipahami oleh akal sehat dan sesuai dengan prinsip-prinsip
dalam pengetahuan ilmiah. Pancasila memperoleh makna yang lebih luas yang
merupakan salah satu usaha-usaha rasional dan filosofis untuk menentukan
bagaimana Pancasila yang seharusnya yang memang identik dengan jati diri
keIndonesiaan sebagai causa materialis dari Pancasila. Sebagai sebuah
pemikiran filsafat, dan karena eksistensi Filsafat Pancasila sangat dibutuhkan
dalam dinamika pemikiran kefilsafatan yang tetap berlandaskan pada
kejatidirian manusia Indonesia yang sesungguhnya maka upaya pelacakan dan
penafsiran terhadap nilai-nilai substansial sila-sila Pancasila untuk menemukan
secara lebih komprehensif, penjelasan untuk dapat menemukan kebenaran baru
tentang Pancasila dewasa ini.

7
C. Nilai-nilai Aksiologis Pancasila
Pancasila secara aksiologi memiliki 3 dimensi nilai. Ketiga nilai tersebut
adalah nilai dasar yaitu nilai-nilai dasar dari Pancasila yang tidak dapat
dibantahkan lagi yang meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Kemudian dimensi nilai kedua
adalah Nilai instrumental, yaitu nilai yang berbentuk norma sosial dan norma
hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme
lembaga-lembaga negara. Dimensi nilai ketiga adalah Nilai praksis, yaitu nilai
yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan, sekaligus sebagai batu
ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam
masyarakat. Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral
merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya
mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila
(subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang
berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak
dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga
mencerminkan sifat khas sebagai Manusia Indonesia.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Nilai pertama dalam Pancasila adalah "Ketuhanan Yang Maha Esa." Nilai
ini mencerminkan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang berlaku
untuk semua agama dan keyakinan. Ketuhanan Yang Maha Esa mengajarkan
toleransi dan kerukunan antarumat beragama, serta mengingatkan
masyarakat Indonesia untuk menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai
moral yang diberikan oleh Tuhan.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Nilai kedua adalah "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab." Nilai ini
menekankan perlunya menghormati hak asasi manusia, memperlakukan
orang lain dengan adil, serta menjunjung tinggi etika dan moral dalam

8
berperilaku. Konsep ini juga mengingatkan bahwa sebagai manusia, kita
harus selalu berusaha untuk berkembang dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
"Persatuan Indonesia" adalah nilai ketiga dalam Pancasila. Nilai ini
menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam
keragaman. Pancasila mengajarkan bahwa perbedaan budaya, suku, dan
agama tidak boleh menghancurkan persatuan bangsa, melainkan harus
menjadi kekuatan bersama untuk membangun negara.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan
Nilai keempat adalah "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan." Ini menunjukkan
bahwa pemerintahan Indonesia didasarkan pada prinsip demokrasi dan
partisipasi rakyat. Keputusan penting diambil melalui musyawarah dan
perwakilan, dengan mempertimbangkan hikmat dan kebijaksanaan bersama.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai kelima adalah "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia."
Pancasila menekankan pentingnya redistribusi kekayaan dan peluang agar
seluruh rakyat Indonesia dapat menikmati kesejahteraan bersama. Ini
mencerminkan komitmen untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi
di negara ini.

D. Implementasi Nilai-nilai Aksiologis Pancasila


Pancasila bukan hanya seperangkat nilai-nilai yang ada di atas kertas,
melainkan juga pedoman yang diimplementasikan dalam berbagai aspek
kehidupan Indonesia. Ini mencakup undang-undang, kebijakan pemerintah, dan
perilaku individu dalam masyarakat.

Penting untuk mencatat bahwa Pancasila adalah panduan yang selalu


berkembang sesuai dengan zaman dan perubahan sosial. Implementasi nilai-nilai
Pancasila harus selalu diadopsi dalam konteks yang relevan dan aktual.

9
E. Dampak Positif Implementasi Nilai-Nilai Aksiologis Pancasila
Implementasi nilai-nilai aksiologis Pancasila dalam kehidupan masyarakat
dan negara Indonesia memiliki dampak positif yang signifikan terhadap berbagai
aspek kehidupan. Dalam bagian ini, kita akan menjelaskan secara rinci dampak-
dampak tersebut.

1. Masyarakat yang Beradab dan Harmonis


a) Toleransi Beragama: Salah satu dampak positif yang paling mencolok
dari implementasi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa adalah masyarakat
yang beragama dapat hidup berdampingan dengan damai. Pancasila
mengajarkan toleransi antarumat beragama dan keyakinan, yang telah
menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki
keragaman agama terbesar di dunia. Hal ini menciptakan atmosfer
harmonis di mana orang-orang dari berbagai latar belakang agama dapat
hidup bersama tanpa konflik berkepanjangan.
b) Hak Asasi Manusia: Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
mendorong penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ini menciptakan
masyarakat yang lebih sadar akan hak-hak individu dan memiliki
kesadaran akan perlunya melindungi dan memajukan hak-hak tersebut.
Dengan begitu, tercipta masyarakat yang lebih beradab dan
menghormati kemanusiaan tanpa pandang bulu.
2. Pemerintahan yang Demokratis
Prinsip Demokrasi: Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan mendorong sistem
pemerintahan yang demokratis. Implementasi prinsip ini telah membantu
Indonesia untuk menjalani proses demokratisasi yang kuat sejak reformasi.
Pemilihan umum secara teratur, kebebasan berpendapat, dan partisipasi
rakyat dalam proses pembuatan keputusan politik adalah bukti dari dampak
positif ini.

10
3. Kesejahteraan dan Keadilan Sosial
Mengatasi Ketidaksetaraan: Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia berfokus pada pemerataan ekonomi dan sosial. Ini menciptakan
dasar bagi kebijakan pemerintah yang berusaha mengurangi kesenjangan
sosial dan ekonomi. Implementasi prinsip ini telah melahirkan program-
program sosial yang bertujuan memberikan manfaat kepada seluruh rakyat,
seperti program bantuan sosial, program kesehatan, dan program pendidikan
yang berpihak kepada masyarakat yang kurang mampu.
4. Pendidikan dan Pemajuan Budaya
Pendidikan: Implementasi nilai-nilai aksiologis Pancasila dalam pendidikan
membentuk generasi muda yang memiliki pemahaman yang kuat tentang
etika, moral, dan nilai-nilai kebangsaan. Pendidikan di Indonesia tidak hanya
bertujuan untuk menciptakan individu yang cerdas secara akademis tetapi
juga beradab, peduli sosial, dan menghargai nilai-nilai Pancasila.
5. Pembangunan Bangsa yang Berkelanjutan
Pemajuan Ekonomi: Implementasi nilai-nilai aksiologis Pancasila
memotivasi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berorientasi
pada kesejahteraan rakyat. Prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia mendorong upaya pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja,
membangun infrastruktur, dan mendukung pengembangan ekonomi di
seluruh wilayah Indonesia.
6. Identitas Nasional yang Kuat
Pancasila sebagai Identitas Bangsa: Nilai-nilai aksiologis Pancasila adalah
esensi dari identitas bangsa Indonesia. Implementasi nilai-nilai ini tidak
hanya menciptakan masyarakat yang beradab dan demokratis tetapi juga
memperkuat rasa nasionalisme dan persatuan. Pancasila adalah perekat yang
mengikat beragam elemen masyarakat Indonesia.

Penerapan nilai-nilai aksiologis Pancasila, seperti yang dijelaskan di atas,


telah membantu Indonesia untuk mencapai stabilitas sosial, perkembangan
ekonomi, dan keadilan. Dampak positif ini adalah bukti kuat akan relevansi dan
kekuatan Pancasila sebagai panduan etika dan moral bagi bangsa Indonesia.

11
Melalui kesadaran dan komitmen terhadap nilai-nilai ini, masyarakat Indonesia
dapat terus memajukan negara menuju masa depan yang lebih baik.

F. Tantangan dalam Implementasi Nilai-Nilai Aksiologis Pancasila


Meskipun implementasi nilai-nilai aksiologis Pancasila memiliki dampak
positif yang signifikan, terdapat sejumlah tantangan yang harus diatasi dalam
proses mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam praktek. Berikut adalah beberapa
tantangan utama yang dihadapi dalam implementasi nilai-nilai aksiologis
Pancasila:

1. Globalisasi
Globalisasi adalah proses yang menghubungkan negara-negara dan
budaya-budaya di seluruh dunia. Meskipun globalisasi memiliki manfaat
ekonomi dan teknologi, ia juga dapat menghadirkan tantangan dalam menjaga
identitas dan nilai-nilai lokal, termasuk nilai-nilai Pancasila. Beberapa tantangan
yang muncul adalah:

a) Eksposur terhadap Nilai-nilai Asing: Dalam era globalisasi, masyarakat


Indonesia terpapar pada berbagai nilai-nilai dan budaya asing yang mungkin
tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat menciptakan
konflik antara nilai-nilai lokal dan nilai-nilai asing.
b) Komodifikasi Budaya: Nilai-nilai aksiologis Pancasila bisa menjadi
komoditas dalam dunia yang terglobalisasi. Beberapa elemen dari budaya
Indonesia mungkin dieksploitasi atau disalahgunakan untuk tujuan
komersial.
2. Radikalisme dan Ekstremisme
Meskipun Pancasila mendorong toleransi dan kerukunan, radikalisme dan
ekstremisme merupakan tantangan serius. Hal ini mencakup radikalisme agama
dan ideologi yang dapat mengancam stabilitas dan keharmonisan masyarakat.
Tantangan ini mencakup Konflik Agama dan Ideologi. Ada elemen-elemen yang
menggunakan agama dan ideologi untuk menciptakan ketidakstabilan sosial dan
mengancam nilai-nilai Pancasila yang mendukung keragaman dan toleransi.

12
3. Isu Sosial
a) Kesenjangan Sosial: Meskipun Pancasila menekankan keadilan sosial,
kesenjangan sosial masih menjadi masalah serius di Indonesia. Beberapa
sektor masyarakat mungkin merasa bahwa nilai-nilai Pancasila tidak
sepenuhnya mencerminkan keadaan mereka.
b) Korupsi dan Kepemimpinan Buruk: Korupsi dan kepemimpinan buruk
dapat menghambat implementasi nilai-nilai aksiologis Pancasila yang
menekankan keadilan dan tata kelola yang baik.
4. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
a) Kurangnya Pendidikan tentang Pancasila: Kurangnya pendidikan yang
memadai tentang Pancasila dan nilai-nilai aksiologisnya dapat membuat
masyarakat kurang mengerti dan berkomitmen terhadap nilai-nilai ini.
b) Kurangnya Kesadaran Masyarakat: Tantangan lain adalah kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjalani kehidupan sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
5. Politik dan Kepemimpinan
a) Kegagalan Implementasi di Tingkat Pemerintahan: Terkadang,
implementasi nilai-nilai Pancasila di tingkat pemerintahan mungkin
kurang konsisten dan transparan.
b) Politik Identitas dan Kepentingan Pribadi: Politik identitas dan
kepentingan pribadi seringkali mengalahkan komitmen terhadap nilai-
nilai Pancasila, yang dapat menciptakan ketidakstabilan sosial dan
politik.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, penting untuk mempromosikan


pendidikan tentang Pancasila, membangun kesadaran masyarakat, dan
memperkuat praktek-praktek yang mendukung nilai-nilai aksiologis Pancasila.
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk
menghadapi tantangan ini dan menjaga integritas nilai-nilai Pancasila sebagai
fondasi moral dan etika bangsa Indonesia.

13
G. Peran Pemerintah dan Lembaga dalam Nilai-Nilai Aksiologis Pancasila
Pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya memiliki peran sentral dalam
mempromosikan dan menjaga nilai-nilai aksiologis Pancasila. Mereka berperan
dalam membentuk kebijakan, pendidikan, dan penegakan hukum yang
mencerminkan prinsip-prinsip Pancasila. Berikut adalah pemahaman yang lebih
mendalam tentang peran pemerintah dan lembaga-lembaga terkait:

1. Pembentukan Kebijakan yang Konsisten dengan Pancasila


Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk merancang kebijakan yang
konsisten dengan nilai-nilai Pancasila. Ini mencakup kebijakan dalam
berbagai bidang, termasuk ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan hukum.
Pembentukan kebijakan yang berlandaskan Pancasila dapat membantu
menciptakan lingkungan yang mendukung implementasi nilai-nilai tersebut
dalam praktek sehari-hari.
2. Pendidikan dan Penyuluhan
Lembaga-lembaga pendidikan memiliki peran utama dalam mendidik
generasi muda tentang nilai-nilai aksiologis Pancasila. Kurikulum
pendidikan di tingkat sekolah dan perguruan tinggi harus mencakup
pemahaman yang mendalam tentang Pancasila, sejarahnya, dan implikasinya
dalam kehidupan masyarakat. Lembaga-lembaga ini juga dapat
menyelenggarakan program-program penyuluhan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai Pancasila.
3. Penegakan Hukum dan Keadilan
Sistem peradilan dan penegakan hukum di Indonesia harus bekerja untuk
memastikan bahwa nilai-nilai aksiologis Pancasila dihormati dan diterapkan.
Ini mencakup perlindungan terhadap pelanggaran hak asasi manusia,
penindakan terhadap korupsi, dan penanganan konflik sosial dengan penuh
keadilan. Lembaga-lembaga hukum memiliki peran penting dalam menjaga
integritas Pancasila.

14
4. Pengawasan terhadap Praktek-praktek yang Bertentangan dengan Pancasila
Lembaga-lembaga pengawasan, termasuk Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), memiliki peran dalam
mengawasi praktek-praktek yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Mereka bertanggung jawab untuk memeriksa pengelolaan dana publik,
mengungkap korupsi, dan memastikan bahwa pemerintah dan lembaga-
lembaga publik beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila.
5. Dialog Antarumat Beragama dan Antarsuku
Lembaga-lembaga yang mempromosikan dialog antarumat beragama dan
antarsuku, seperti Dewan Gereja Indonesia (PGI), Nahdlatul Ulama (NU),
dan Muhammadiyah, berperan dalam membangun kerukunan dan toleransi
antara berbagai kelompok agama dan suku di Indonesia. Mereka
memfasilitasi dialog dan kerja sama antarumat beragama dan berkontribusi
pada persatuan bangsa.
6. Diplomasi dan Hubungan Internasional
Pemerintah Indonesia juga mempromosikan nilai-nilai Pancasila dalam
diplomasi dan hubungan internasional. Sebagai negara yang menganut
politik luar negeri bebas aktif, Indonesia berperan dalam memperjuangkan
perdamaian, keadilan, dan kesetaraan dalam forum-forum internasional.
Pancasila menjadi panduan moral dalam hubungan luar negeri.
7. Keterlibatan Masyarakat Sipil
Selain pemerintah dan lembaga-lembaga resmi, masyarakat sipil juga
memainkan peran penting dalam mempromosikan nilai-nilai aksiologis
Pancasila. Organisasi masyarakat sipil, LSM, dan individu-individu yang
peduli tentang nilai-nilai ini dapat menjadi agen perubahan yang kuat dalam
masyarakat. Mereka dapat memantau pelaksanaan kebijakan, memprotes
pelanggaran, dan mengadvokasi kebijakan yang sejalan dengan Pancasila.

Dengan peran aktif dari pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan,


lembaga-lembaga hukum, dan masyarakat sipil, nilai-nilai aksiologis Pancasila
dapat diterapkan dengan lebih efektif dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat Indonesia. Dalam kerja sama dan sinergi antara berbagai pihak,

15
Indonesia dapat menjaga dan memperkuat fondasi moral dan etika yang
Pancasila tawarkan.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila adalah panduan moral dan etika yang mendasari negara dan
masyarakat Indonesia. Nilai-nilai aksiologis Pancasila memiliki dampak
signifikan dalam membentuk karakter bangsa dan menentukan arah
perkembangan negara. Dalam bagian ini, kita akan merangkum makalah dengan
kesimpulan dan menyoroti relevansi serta harapan ke depan terkait nilai-nilai
aksiologis Pancasila.

1. Relevansi Pancasila dalam Konteks Modern


Pancasila tetap relevan dalam konteks modern. Nilai-nilai aksiologisnya,
seperti Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia, memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat
yang beradab, demokratis, dan inklusif. Pancasila juga mengandung nilai-
nilai universal, seperti toleransi, keadilan, dan persatuan, yang memiliki
relevansi di seluruh dunia.
2. Tantangan dalam Implementasi Nilai-Nilai Aksiologis Pancasila
Namun, implementasi nilai-nilai aksiologis Pancasila tidaklah tanpa
tantangan. Globalisasi, radikalisme, ketidaksetaraan sosial, dan masalah-
masalah sosial lainnya dapat menghambat pencapaian nilai-nilai ini dalam
praktek. Oleh karena itu, perlu upaya terus-menerus dari pemerintah,
lembaga-lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil untuk mengatasi
tantangan-tantangan ini dan memperkuat integritas nilai-nilai Pancasila.
3. Peran Pemerintah dan Lembaga dalam Mempromosikan Nilai-Nilai
Aksiologis Pancasila
Pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya memainkan peran penting dalam
mempromosikan nilai-nilai aksiologis Pancasila. Mereka harus bertanggung
jawab untuk merancang kebijakan yang konsisten dengan Pancasila,

17
menyediakan pendidikan yang memadai, memastikan keadilan sosial,
mengawasi praktek-praktek yang bertentangan dengan Pancasila, dan
mempromosikan dialog antarumat beragama serta antarsuku. Kolaborasi
antara pemerintah dan masyarakat sipil sangat penting untuk mencapai
tujuan ini.

B. Saran
Makalah ini menggarisbawahi pentingnya Pancasila sebagai panduan
moral dan etika yang membentuk karakter dan arah pembangunan Indonesia.
Harapan ke depan adalah agar nilai-nilai aksiologis Pancasila tetap menjadi
landasan moral yang kuat bagi masyarakat Indonesia. Hal ini membutuhkan
komitmen dari semua elemen masyarakat untuk menjaga dan mempromosikan
nilai-nilai ini.

Pancasila adalah aset berharga bagi bangsa Indonesia. Dengan memahami,


menerapkan, dan memperjuangkan nilai-nilai aksiologisnya, Indonesia dapat
terus bergerak maju menuju masa depan yang lebih adil, beradab, dan
berkelanjutan. Pancasila bukan hanya ideologi, tetapi juga panduan moral yang
mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan persatuan yang dapat
mengilhami dan membimbing generasi masa kini dan mendatang.

Dengan demikian, Pancasila tetap menjadi tonggak utama dalam


memahami identitas dan karakter bangsa Indonesia, serta menjadi fondasi etika
dan moral yang kuat dalam memandu perjalanan bangsa ini dalam menghadapi
tantangan dan peluang masa depan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam


Melindungi Hak Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47,
Nomor 1, 2018.

Muhammad Afif dan Laurensius Arliman S, Protection Of Children's Rights Of The


Islamic And Constitutional Law Perspective Of The Republic Of Indonesia,
Proceeding: Internasional Conference On Humanity, Law And Sharia (Ichlash),
Volume 1, Nomor 2, 2020. Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan
Anak Dari Tindakan Human Trafficking Di Daerah Perbatasan Indonesia,
Jurnal Selat, Volume 4, Nomor 1, 2016.

Penguatan Perlindungan Anak Dari Tindakan Human Trafficking Di Daerah Perbatasan


Indonesia, Jurnal Selat, Volume 4, Nomor 1, 2016.

Anda mungkin juga menyukai