Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH STUDI ISLAM

“ KERAJAAN PERLAK”

NAMA : 1. IRFAN ILHAM MAULANA (11170820000079)


2. NINDYA LARASATI (11170820000081)
3. GIAN AGUSTIN YANUARITA (111708200000111)

SEMESTER 2

AKUNTANSI C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Para sultan perlak dapat dikelompokkan menjadi 2 dinasti, yaitu Dinasti Sayid
Maulana Abdul Azis Syah dan Dinasti Johan berdaulat. Dibawah ini merupakan nama para
sultan yang pernah memerintah di Kerajaan Perlak:

1. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah ( 840-864 ) yang berpaham Sunni.
2. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Rahim Syah ( 864-888 ) yang berpaham Sunni.
3. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Abbas Syah ( 888-913 ) yang berpaham Sunni.
4. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughat Syah ( 915-918) yang berpaham Syiah.
5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir ( 928-932 ) yang berpaham Syiah.
6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin ( 932-956) yang berpaham Syiah.
7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik (956-983) yang berpaham Syiah
8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim ( 986-1023) yang berpaham Sunni
9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud (1023-1059) yang berpaham Sunni.
10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur (1059-1078) yang berpaham Sunni.
11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah (1078-1109) yang berpaham Sunni.
12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad (1109-1135) yang berpaham Sunni.
13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud (1135-1160) yang berpaham Sunni.
14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad (1173-1200) yang berpaham Sunni.
15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Jalil (1200-1230) yang berpaham Sunni.
16. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (1230-1267) yang berpaham
Sunni.
17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz (1267-1292) yang berpaham Sunni.
 Pergolakan Pada Kerajaan Perlak.
Pergolakan pada Kerajaan Perlak lebih dipengaruhi oleh adanya perbedaan
aliran islam antara Sunni dengan Syiah. Perbedaan ini telah berlangsung lama, tatkala
Dinasti Ummayah dan Abbasiyah sangat menentang aliran Syiah yang dipimpin oleh
keturunan Ali bin Abi Thalib.
Sejarah Keislaman di Kesultanan Perlak tidak luput dari persaingan antara
kelompok Sunni dan Syiah. Perebutan kekuasaan antara dua kelompok muslim ini
menyebabkan terjadinya perang saudara dan pertumpahan darah. Silih berganti
kelompok yang menang mengambil alih kekuasaan dari tangan pesaingnya.
Aliran Syiah datang ke Indonesia melalu para pedagang dari Gujarat, Arab,
dan Persia. Mereka masuk pertama kali melalui Kesultanan Perlak dengan dukungan
penuh dari Dinasti Fatimiyah di Mesir. Ketika dinasti ini runtuh pada tahun 1268,
hubungan antara kelompok Syiah di pantai Sumatra dengan kelompok Syiah di Mesir
mulai terputus. Kondisi ini menyebabkan konstelasi politik Mesir berubah haluan.
Selanjutnya Dinasti Mamaluk memerintahkan pasukan yang dipimpin oleh Syaikh
Ismail untuk pergi ke pantai timur sumatra dengan tujuan utamanya adalah
melenyapkan pengikut Syiah di Kesultanan Perlak dan Kerajaan Samudra Pasai.
Sebagai informasi tambahan, raja pertama kerajaan Samudera Pasai, Marah
Silu dengan gelar Malik Al-Saleh berpindah agama, awalnya beragama hindu
kemudian memeluk Islam aliran Syiah. Karena bujukan Syaikh Ismail. Marah Silu
kemudian menganut paham Syafii yang identik dengan aliran Sunni. Dua pengikut
Marah Silu, Seri Kaya dan Bawa Kaya juga menganut paham Syafii, sehingga nama
merka berubah menjadi Sidi Ali Chaituddin dan Sidi Ali Hasanuddin. Ketika
berkuasa, Marah Silu dikenal sebagai raja yang sangat anti terhadap pemikiran dan
pengikut syiah.
Aliran Sunni mulai masuk pada Kerajaan Perlak pada masa pemerintahan
Sultan ke-3, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah. Stelah sultan meninggal
pada tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni, yang
menyebabkan kesultanan dalam kondisi tanpa pemimpin. Pada tahun 302 H,
kelompok Syiah memenangkan perang. Sultan Aliddin Syed Maulana Ali Mughat
Shah dari aliran Syiah kemdian memegang kekuasaan kesultanan sebagai Sultan ke-4.
Ketika pemerintahannya berakhir, terjadi pergolakkan antara kaum syiah dan sunni,
hanya saja untuk kali ini justru dimenangkan oleh kelompok Sunni.
Kurun waktu antara tahun 918 hingga tahun 956 relatif tidak terjadi
pergolakkan yang berarti. Hanya saja, pada tahun 362 H, setelah sultan ke-7, Sultan
Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan berdaulat meninggal, dan terjadilah
pergolakkan lagi antara Kelompok Syiah dan Sunni selama kurang lebih 4 tahun.
Bedanya, pergolakkan kali ini diakhiri dengan adanya iktikad perdamaian dari
keduanya. Kesultanan kemudian dibagi menjadi dua bagian, Perlak Pesisir (Syiah)
yang dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah dan Perlak Pedalaman
(Sunni) yang dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan
Berdaulat.
Kedua kepemimpinan tersebut bersatu kembali ketika salah satu dari kedua
pemimpin wilayah tersebut, yaitu Sultah Alaiddin Syed Maulana Shah. Ia meninggal
ketika perlak berhasil dikalahkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Kondisi perang inilah yang
membangkitkan semangat bersatunya kembali kepemimpinan dalam Kesultanan
Perlak. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan berdaulat, yang awalnya
hanya menguasai perlak di pedalaman kemudian ditetapkan sebagai sultan ke-8 pada
Kerajaan Perlak. Ia melanjutkan perjuangan melawan Kerajaan Sriwijaya hingga
tahun 1006.

 Penggabungan dengan Kerajaan Samudera Pasai.


Setelah perdamaian antara kaum Sunni dan Syiah, Sultan Makhdum
Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat Melanjutkan
perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006. Sultan melakukan politik
persahabtan dengan negeri negeri tetangga untuk memperkuat kekuatan guna
menghadapi serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Sultan juga menikahkan dua
putrinya dengan para pemimpin kerajaan tetangga. Putri Ratna Kamala
dinikahkan denga Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Syah
(Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan
Samudera Pasai, Malik Al-Saleh. Kesultan Perlak berakhir setelah Sultan yang
ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Bedaulat
meninggal pada tahun 1292.
Kesultanan Perlak pun akhirnya menyatu dengan Kerajaan Samudera
Pasai dibawah kekuasaan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu.
Sultan Muhammad Malik Al-Dhahir yang juga merupakan Putra dari Malik
Al-Saleh. Pada masa ini berkahirlah Kerajaan Perlak.

Anda mungkin juga menyukai