Kaidah Fiqh
Kaidah Fiqh
1. األمور بمقاصدها
1. Kaidah pertama:
2. Kaidah kedua:
Niat pada sumpah adalah pengkhusus bagi lafaz yang umum, bukan membuat umum yang
khusus.
3. Kaidah ketiga:
Tujuan dari suatu perkataan adalah menurut orang yang mengatakan, kecuali pada sumpah
yang didasarkan pada maksud si hakim.
4. Kaidah keempat:
Pengkhususan umum dengan niat diterima secara agama, tapi tidak secara peradilan.
6. Kaidah keenam:
1. Kaidah Pertama
Apabila terjadi kesempitan diberikan kelonggaran, dan apabila kondisi longgar diberikan
kesempitan.
2. Kaidah kedua
4. Kaidah keempat
5. Kaidah kelima
1. Kaidah pertama:
2. Kaidah kedua:
3. Kaidah ketiga:
Sesuatu yang ditetapkan berdasar keyakinan tidak akan bisa diruntuhkan kecuali dengan
keyakinan.
4. Kaidah keempat:
5. Kaidah kelima:
Menyandarkan kejadian baru pada kejadian yang terdekat secara waktu adalah asal.
6. Kaidah keenam:
20. ما ثبت بزمان يحكم ببقائه ما لم يوجد دليل على خالفه.
Sesuatu yang telah tetap hukumnya di suatu waktu dinyatakan terus berlaku selama tidak ada
dalil sebaliknya.
7. Kaidah ketujuh:
Sesuatu yang implisit (implikatif) tidak diterima jika bertentangan dengan yang eksplisit.
8. Kaidah kedelapan:
22. ال ينسب إلى ساكت قول ولكن السكوت في معرض الحاجة إلى البيان بيان.
Suatu perkataan tidak disandarkan kepada orang yang diam, tetapi diam dapat menjadi
penjelasan dalam kondisi yang membutuhkan kejelasan.
9. Kaidah kesembilan:
Tidak ada hujah selama masih ada keraguan yang muncul dari dalil.
Sesuatu yang menjadi halangan secara adat sama kuat dengan yang hakiki.
1. Kaidah pertama:
2. Kaidah kedua:
3. Kaidah ketiga:
4. Kaidah keempat:
Mudarat yang lebih berat dihilangkan dengan mudarat yang lebih ringan.
5. Kaidah kelima:
Apabila bertentangan dua mudarat, maka yang terbesar darinya ditolak dengan cara
mengemban mudarat yang paling ringan.
7. Kaidah ketujuh:
Mudarat yang khusus harus diemban demi menolak mudarat yang umum.
8. Kaidah kedelapan:
9. Kaidah kesembilan:
1. Kaidah pertama:
2. Kaidah kedua:
3. Kaidah ketiga:
Hal yang diterima adalah kebiasaan yang diketahui secara luas, bukan sesuatu yang asing.
4. Kaidah keempat:
5. Kaidah kelima:
Isyarat yang berlaku umum di kalangan orang bisu berlaku sebagaimana halnya keberlakuan
lisan.
Sesuatu yang sudah diterima sebagai kebiasaan umum, sama keberlakuannya seperti sesuatu
yang disyaratkan sebagai syarat.
Sesuatu yang sudah diterima secara umum di kalangan pedagang, berlaku seperti syarat di
antara mereka.
8. Kaidah kedelapan:
9. Kaidah kesembilan:
A. Kaidah pertama:
1. Kaidah pertama:
2. Kaidah kedua:
Apabila ada halangan memahami suatu ucapan secara denotatif/hakiki, maka beralih pada
pemahaman metaforis/konotatif.
3. Kaidah ketiga:
Menyebut sesuatu secara umum (tanpa ditambah kaitan lain) berlaku sesuai keumumannya,
kecuali jika ada dalil yang mengaitkan dengan lainnya.
4. Kaidah keempat:
Mendefinisikan sesuatu yang ada di depan mata tidak perlu, tetapi pendefinisian diperlukan
jika sesuatu itu berada di tempat lain.
6. Kaidah keenam:
Suatu pertanyaan dijadikan pertimbangan dalam sebuah ucapan yang merupakan jawaban
baginya.
7. Kaidah ketujuh:
B. Kaidah kedua:
1. Kaidah pertama:
3. Kaidah ketiga:
4. Kaidah keempat:
5. Kaidah kelima:
6. Kaidah keenam:
1. Kaidah pertama:
64. من استعجل شيئا قبل أوانه عوقب بحرمانه.
Barangsiapa yang menyegerakan sesuatu yang belum waktunya, maka ia tidak akan
mendapatkannya.
2. Kaidah kedua:
3. Kaidah ketiga:
4. Kaidah keempat:
Sesuatu yang digantungkan pada syarat harus terwujud saat wujud syarat.
5. Kaidah kelima:
6. Kaidah keenam:
8. Kaidah kedelapan:
Hasil yang dimanfaatkan merupakan imbalan bagi apa yang harus dibayar.
9. Kaidah kesembilan:
Seseorang tidak boleh memanfaatkan barang milik orang lain tanpa izin.
Sesuatu yang ditetapkan sah berdasarkan argumen secara syar‘ī, sama kuatnya dengan yang
disaksikan dengan mata.