Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH E-BILLING DAN E-FILING TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

GAGAP TEKNOLOGI DI KABUPATEN TANA TORAJA

Dhea Giska, Syaiful Iqbal

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya


Jalan MT. Haryono 165, Malang 65145, Indonesia
Email: dheagiskaa@gmail.com

ABSTRACT

E-billing and e-filing can pose a crucial challenge for technology illiterate taxpayers to comply
with the taxation regulation. This study aims to reveal the effect of e-billing and e-filing on
technology illiterate taxpayers’ compliance. The primary data are sourced from structured
interviews conducted in Tana Toraja regency. The results of the analysis indicate that technology
illiterate taxpayers are compliant with the taxation regulation despite their struggle to use the e-
billing and e-filing system thanks to the device (i.e: smartphone and computer) and network service
scarcity.

Keywords: Taxpayers’ compliance, E-filing, E-billing

PENDAHULUAN

E-billing dan E-filling adalah salah menjadi syarat utama yang harus dipenuhi
satu inovasi admistrasi perpajakan yang dalam reformasi administrasi perpajakan,
dibuat oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) sehingga administrasi perpajakan dapat
dalam mengupayakan optimalisasi dikelola seefektif dan seefisien mungkin
pendapatan negara (pajak.go.id). Menurut (Andrea, 2013). E-billing pajak menurut DJP
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 adalah metode pembayaran pajak secara
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara elektronik menggunakan kode billing. Fungsi
Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 adalah e-billing untuk membantu wajib pajak
kontribusi wajib kepada negara yang terutang membuat surat setoran elektronik dan
oleh pribadi atau badan yang bersifat mendapatkan kode billing untuk membayar
memaksa berdasarkan Undang-Undang, pajak yang dapat dilakukan kapan pun dan di
dengan tidak mendapatkan imbalan secara mana pun selama 24 jam dan 7 hari, dapat
langsung dan digunakan untuk keperluan disetorkan lewat ATM atau
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran menggunakan internet banking sistem e-
rakyat. Oleh karena itu pengelolaan billing akan membimbing pengguna mengisi
penerimaan pajak harus dilakukan baik dan Surat Setoran Elektronik (SSE) dengan tepat
akurat. Penyederhanaan sistem perpajakan dan benar sesuai dengan transaksi yang ingin
dituntaskan (online pajak, 2016). Untuk melaporkan SPTnya dengan mengklik “kirim
membayar pajak online melalui e-billing SPT”. E-filing dapat digunakan secara terus-
pajak, wajib pajak terlebih dahulu melakukan menerus tanpa ada biaya yang dikenakan
registrasi akun e-billing SEE Pajak, setelah kepada pemakainya dengan kata lain, aplikasi
melakukan registrasi maka wajib pajak akan yang disediakan oleh DJP ini adalah gratis.
diarahkan untuk membuat kode ID Billing Fenomena pemakaian digital dalam
Pajak dimana dalam pembuatannya wajib kehidupan manusia di Revolusi Industri 4.0
pajak harus mengisi formulir dengan semakin meningkat tajam. Fenomena ini
lengkap. Setelah mendapatkan ID Billing, dapat ditemui di berbagai keseharian
wajib pajak bisa melakukan pembayaran masyarakat, seperti teknologi digital
dengan langsung datang ke bank, atm atau komputer, permainan digital, digitalisasi
lewat mobile banking. Sistem e-billing yang pemakaian mata uang (e-money), pemakaian
memanfaatkan perkembangan teknologi media digital (e-media), hingga berkembang
memberikan efisiensi dalam segi waktu yang pesatnya film berbasis digital (Abdulla,
digunakan untuk membayar pajak. Sistem ini 2019). Teknologi memperlihatkan
juga dapat menyederhanakan proses fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal
pembayaran pajak sehingga diharapkan impersonal dan memiliki otonomi mengubah
kepatuhan dari wajib pajak akan meningkat setiap bidang kehidupan manusia
(Wahyu, 2017). (Sastrapratedja, 2012, p.154), contohnya
E-filing atau lapor pajak online adalah seperti pengiriman surat menyurat dulunya
penyampaian SPT (Surat Pemberitahuan) melalui kantor pos, sekarang dapat dilakukan
melalui saluran pelaporan pajak elektronik dengan menggunakan aplikasi Whatsapp, E-
atau online yang telah ditetapkan oleh DJP mail, Line, dan sosial media lainnya.
(Direktorat Jenderal Pajak) pada Peraturan Sehingga dapat dikatakan bahwa selain lebih
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- murah, hadirnya teknologi baru juga dapat
02/PJ/2019. Dengan adanya e-filing mempermudah seseorang untuk melaakukan
diharapkan dapat mempermudah proses kegiatan dan memenuhi kebutuhannya Bagi
perekaman data SPT di dalam basis data DJP. orang-orang yang hidup 500 tahun yang lalu,
Jika sebelumnya perekaman data dilakukan teknologi baru menunjuk pada proses
secara manual dan menghabiskan waktu yang pencetakan, sedangkan pada masa sekarang,
cukup banyak, kini dengan sistem lapor pajak teknologi baru menunjuk pada komputer,
online tentu menghemat lebih banyak waktu, satelit, pesawat atau teknologi komunikasi
juga dengan adanya e-filing diharapkan bisa yang lain, dimana teknologi baru tersebut
mengurangi dampak antrean dan volume telah berkembang dengan pesat (Shofyana,
pekerjaan proses penerimaan SPT. 2017) . Perubahan kehidupan manusia yang
Lapor SPT online bertujuan untuk semula berbasis pertanian menjadi berbasis
mengurangi jumlah wajib pajak yang datang industri juga sangat dipengaruhi oleh
ke KPP sehingga tidak ada lagi antrean perkembangan teknologi, sehingga
panjang. Untuk bisa mengisi e-filing terlebih perkembangan teknologi mempermudah
dahulu kita harus memiliki Electronic Filing manusia dalam menjalankan tugas dan
Identification Number (EFIN), EFIN bisa mendapatkan keinginannya.
didapatkan di KPP tempat wajib pajak Dengan adanya kemajuan teknologi
terdaftar, setelah mendapatkan EFIN wajib yang berlangsung sangat cepat sehingga
pajak bisa masuk ke akun Online Pajak dan kadangkala manusia tidak sempat untuk
mengisi seluruh formulir yang ada di E-filing, beradaptasi dengan kemajuan tersebut.
setelah semua selesai wajib pajak dapat Akibatnya terjadi anomi dalam masyarakat
karena mereka tidak mempunyai pegangan pajak. Dengan adanya efisiensi dan
hidup yang jelas. Masyarakat yang tidak efektifitas dalam kinerja pekerjaan individual
mampu menguasai teknologi akan melalui pemanfaatan sistem administrasi
mengalami cultural lag dan akan terancam pajak modern, wajib pajak orang pribadi akan
eksistensinya (Martono, 2012). E-billing dan melakukan pemenuhan kewajiban
e-filing salah satu hasil dari perkembangan perpajakan tanpa paksaan, namun
teknologi informasi dan sistem, e-billing kenyataannya masyarakat di Tana Toraja
sendiri telah berlaku wajib penggunaannya. masih banyak yang menganggap bahwa
Meski sudah diwajibkan dan disosialisasikan, penggunaan e-billing dan e-filing adalah hal
masih saja penggunaannya belum yang tidak mudah.
dimaksimalkan oleh masyarakat, seperti Kepatuhan wajib pajak sangat
wajib pajak di Tana Toraja (DJP, 2016). berpengaruh terhadap keseluruhan
Saat ini belum semua wajib pajak di pendapatan negara, karena pajak adalah salah
Tana Toraja bisa menggunakan e-billing dan satu penopang pendapatan terbesar negara.
e-filing, karena wajib pajak masih Berdasarkan latarbelakang tersebut, peneliti
menganggap bahwa penggunaan sistem tertarik untuk melakukan penelitian dengan
komputer dalam pelaporan SPT dan judul “Pengaruh E-Billing dan E-Filing
pembayaran menggunakan e-billing masih Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Gagap
sangat membingungkan dan menyulitkan, Tekonologi di Kabupaten Tana Toraja”.
karena menurut mereka menggunakan
komputer atau smartphone adalah hal yang
sangat memusingkan . Tak jarang di dapati TELAAH PUSTAKA
masih banyak wajib pajak yang belum
memakai Smartphone apalagi kalangan Defenisi Pajak
orangtua. Mayoritas penduduk Toraja adalah
petani, kegiatan pertanian juga masih Definisi pajak menurut Undang-undang
menggunakan bantuan tenaga hewan dalam Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan
mengerjakan atau membajak sawahnya Umum dan Tatacara Perpajakan adalah
meskipun ada beberapa yang sudah memakai kontribusi wajib kepada negara yang terutang
traktor (KSPN, 2016). Di Tana Toraja sendiri oleh pribadi atau badan yang bersifat
Sinyal Handphone yang bisa dipakai di memaksa berdasarkan Undang-undang,
daerah tertentu hanya kartu Telkomsel saja, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
para pengguna laptop dan wifi juga masih langsung dan digunakan untuk keperluan
sangat sedikit. Sehingga, tidak sedikit yang negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
menolak untuk menggunakan e-billing dan e- rakyat. Wajib pajak adalah orang pribadi atau
filing karena tidak ingin repot untuk badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
mempelajari hal baru dan mengeluarkan pajak, dan pemungut paja, yang mempunyai
biaya lebih, banyak yang lebih memilih untuk hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
mengantri di Kantor Pelayanan Pajak ketentuan peraturan perundang-undangan
terdekat dibandingkan menggunakan e- perpajakan (Undang-Undang KUP No.16
billing dan e-filing. Tahun 2009 Pasal 1 ayat 2).
Penelitian yang dilakukan oleh
(Aryati, 2017) mengutarakan bahwa e-billing
dan e-filling memberikan persepsi Surat Pemberitahuan (SPT)
kemudahan dan kemanfaatan sehingga dapat
menimbulkan persepsi yang baik bagi wajib Menurut Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009 Pasal 1 ayat 11 tentang akurat, efektif dan efisien. Adanya data silang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak akan menciptakan keadilan pajak dan
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang transparansi sehingga dapat meminimalisasi
oleh Wajib Pajak digunakan untuk segala kecurangan, kebocoran dan
menyampaikan perhitungan dan/atau penyimpangan (KKN) dalam penerimaan
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau pajak. Berikut ini prosedur penyampaian SPT
bukan objek pajak, dan/atau harta dan Secara e-filing melalui website Direktorat
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan Jendral Pajak dan Perusahaan Penyedia Jasa
perundang-undangan perpajakan. Aplikasi (ASP).
Surat pemberitahuan, khususnya
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT E-billing
Tahunan), merupakan laporan pajak yang
dilaporkan satu tahun sekali (tahunan) baik Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral
oleh Wajib Pajak Badan mau pun Wajib Pajak Nomor PER-05/PJ/2017 Pasal 1 angka
Pajak Orang Pribadi (WPOP), yang 3, sistem Billing Direktorat Jendral Pajak
berhubungan dengan perhitungan dan adalah sistem elektronik yang dikelola oleh
pembayaran pajak penghasilan, objek pajak Direktorat Jendral Pajak dalam rangka
penghasilan, dan/atau bukan objek pajak menerbitkan dan mengelola Kode Billing
penghasilan, dan/atau harta dan kewajiban yang merupakan bagian dari sistem
sesuai dengan peraturan perpajakan untuk penerimaan negara secara elektronik; Pasal 1
satu tahun pajak, atau bagian dari tahun angka 4, Kode Billing adalah kode
pajak. SPT Tahunan juga berfungsi untuk identifikasi yang diterbitkan melui Sistem
melaporkan perhitungan harta bukan Wajib Billing atas suatu jenis pembayaran atau
Pajak. Jadi, data yang terdapat dalam Surat penyetoran pajak; Pasal 1 angka 5, Aplikasi
Pemberitahuan Tahunan (SPT) bisa dijadikan Billing Direktorat Jendral Pajak yang
parameter kepatuhan Wajib Pajak. selanjutnya disebut Aplikasi Billing DJP
adalah bagian dari Sistem Billing Direktorat
Jendral Pajak yang menyediakan antarmuka
E-Filing
berupa aplikasi berbasis web bagi Wajib
Pajak untuk menerbitkan Kode Billing dan
E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT
dapat diakses melalui jaringan internet atau
atau penyampaian Pemberitahuan
intranet.
Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik
yang dilakukan secara on-line dan real-time
melalui website Direktorat Jendral Pajak
(www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa
Aplikasi atau Application Service Provider
(ASP) (Direktorat Jendral Pajak, 2014).
Menurut Novarina (2005) tujuan dari
Kepatuhan
penyediaan sistem e-filing adalah untuk lebih
memberikan layanan kepada masyarakat Menurut Nurmantu dalam Rahayu
Wajib Pajak dengan pemanfaatan teknologi, (2013:138), kepatuahan perpajakan dapat
yang secara keseluruhan cenderung berbiaya didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
lebih murah dan dengan proses yang lebih Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
cepat karena Wajib Pajak merekam sendiri perpajakan dan melaksanakan hak
Surat Pemberitahuannya sehingga bisa lebih perpajakannya. Menurut Sidik (2010),
kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan merupakan adaptasi dari model Theory of
secara sukarela (voluntary of complince) Reasoned Action (TRA) yang secara khusus
merupakan tulang punggung sistem self dirancang untuk model penerimaan
assessment, dimana wajib pajak bertanggung penggunaan sistem informasi (Davis et al,
jawab menetapkan sendiri kewajiban 1989). Model Technology Acceptance Model
perpajakan dan kemudian secara akurat dan (TAM) bertujuan untuk menjelaskan faktor
tepat waktu membayar dan melaporkan perilaku pengguna teknologi sistem
pajaknya tersebut. informasi terhadap penerimaan dan sikap
individu atau pengguna terhadap suatu
Pengukuran Kepatuhan Perpajakan teknologi informasi serta dapat memberikan
pengetahuan dan informasi dasar yang
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
dibutuhkan tentang faktor yang menjadi
Nomor 39/PMK.03/2018 Tentang Tata Cara
pendorong sikap individu tersebut (Devi &
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Suartana, 2014).
Pembayaran Pajak, Wajib Pajak dimasukkan
dalam kategori Wajib Pajak patuh apabila Menurut Davis (1989), ada dua
memenuhi kriteria sebagai berikut: konstruk utama dalam model Technology
Acceptance Model (TAM), yaitu:
a) Tepat Waktu dalam menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT) 1. Persepsi kegunaan (perceived
b) Tidak mempunyai tunggakan pajak usefulness)
untuk semua jenis pajak, kecuali Manfaat yang dirasakan (perceived
tunggakan pajak yang telah usefulness) diartikan sebagai
memperoleh izin mengangsur atau seberapa jauh individu meyakini
menunda pembayaran pajak bahwa memakai teknologi akan
c) Laporan keuangan diaudit oleh meningkatkan kinerja dalam
Akuntan Publik atau lembaga melakukan pekerjaan. Hal ini berasal
pengawasan keuangan pemerintah dari kata berguna yaitu mampu
dengan pendapat wajar tanpa digunakan secara menguntungkan.
pengecualian selama 3 (tiga) tahun Persepsi kegunaan yang dirasakan
berturut-turut dari suatu sistem, akhirnya akan
d) Tidak pernah dipidana karena membuat pengguna percaya adanya
melakukan tindak pidana di bidang penggunaan positif yang
perpajakan berdasarkan putusan berhubungan dengan kinerja (Davis,
pengadilan yang telah mempunyai 1989).
kekuatan hukum tetap dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun terakhir. 2. Kemudahan penggunaan (perceived
ease of use).
Kemudahan penggunaan yang dirasakan
Technology Acceptance Model
(perceived ease of use) merujuk kepada
Davis et al (1989) menyusun model sejauh mana individu meyakini bahwa
Technology Acceptance Model (TAM) untuk memakai sistem tertentu akan bebas dari
menjelaskan model konseptual dari niat atau kesulitan atau usaha besar (Davis, 1989).
penerimaan pengguna terhadap sistem Persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan
informasi teknologi atau teknologi baru. penggunaan keduanya memiliki pengaruh
Technology Acceptance Model (TAM) pada niat perilaku, sedangkan persepsi
kemudahan penggunaan mempengaruhi diamati selanjutnya diolah menjadi sebuah
persepsi kegunaan. Niat perilaku dipengaruhi informasi (Taylor dan Bogdan, 1948).
secara tidak langsung oleh variabel eksternal Sehingga peneliti menggunakan pendekatan
melalui persepsi kegunaan dan persepsi kualitatif agar peneliti dapat memperoleh
kemudahanipenggunaan. informasi secara detail, sehingga peneliti bisa
menghasilkan data deskriptif tentang
Konstruk utama Technology pengaruh e-billing dan e-filing terhadap
Acceptance Model (TAM) dalam Hartono kepatuhan wajib pajak gagap teknologi di
(2007) adalah manfaat yang dirasakan, Kabupaten Tana Toraja.
kemudahan penggunaan yang dirasakan,
sikap kepada perilaku atau sikap memakai
teknologi, niat perilaku atau niat perilaku
memakai teknologi dan perilaku atau Objek dan Subjek Penelitian
penggunaan teknologi sebenarnya. Berikut Dalam penelitian ini objek penelitiannya
ini gambar Technology Acceptance Model
adalah pengaruh dari e-billing dan e-filing
(TAM) dari Davis (1986).
kepatuhan Wajib Pajak Gagap Tekonologi di
Kabupaten Tana Toraja. Sedangkan subjek
penelitiannya adalah Wajib Pajak yang
dikategorikan gagap teknologi dan terdaftar
di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Palopo.
Peneliti mempersempit lokasi
penelitian, yaitu di Kecamatan Bittuang, Kab.
Tana Toraja. Jumlah informan dalam
penelitian ini adalah 5 orang. Peneliti
mengambil informan dari Kecamatan
Bittuang, karena peneliti melihat bahwa
METODE PENELITIAN teknologi seperti penggunaan smartphone di
daerah tersebut masih minim dan belum
Jenis Penelitian berkembang dengan pesat serta akses internet
di daerah Bittuang tergolong sulit untuk
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
diakses (kecepatan internet lambat) karena
kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
lokasi penelitian ada dipelosok, jauh dari
Nasir (1999: 63) menjelaskan mengenai
perkotaan sehingga sulit untuk dijangkau.
penelitian deskriptif adalah suatu metode
Selain itu wajib pajak yang dipilih adalah
dalam meneliti status kelompok manusia,
wajib pajak yang tidak bisa mengisi secara
suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
mandiri e-billing dan e-filing serta kurangnya
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa
pengalaman dalam memakai sistem secara
masa sekarang.
elektronik.
Penelitian ini tidak menggunakan angka-
Sumber Data
angka sebagai indikator variabel penelitian
untuk menjawab permasalahan penelitian, Dalam penelitian ini menggunakan
namun penelitian kualitatif menggunakan jenis sumber data primer dan data sekunder:
data yang berupa kata-kata lisan atau tulisan
mengenai tingkah laku manusia yang dapat 1. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan data reduction), penyajian data (data display), dan
yang diambil langsung oleh peneliti kepada penarikan kesimpulan (conclusion drawing).
sumbernya tanpa ada perantara dengan cara Berikut ini adalah teknik analisis data yang
menggali sumber informasi asli secara digunakan oleh peneliti:
langsung. Peneliti menggunakan data ini
untuk mendapatkan informasi secara
langsung mengenai pengaruh e-billing dan e-
1. Reduksi Data
filing dengan melakukan wawancara
langsung kepada Wajib Pajak yang terdaftar Reduksi data diartikan sebagai proses
di KPP Pratama Palopo. pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstraksian, dan
2. Sumber Data Sekunder transformasi data kasar yang diperoleh di
Sumber data sekunder diperoleh lapangan. Sugiyono (2011) menjelaskan
melalui dokumentasi dan studi kepustakaan bahwa data yang telah direduksi akan
dengan bantuan media cetak atau internet, memberikan gambaran yang lebih jelas
membaca buku-buku dan dokumen yang dan mempermudah peneliti dalam
dianggap perlu berkenaan dengan mencapai tujuan penelitian. Pada tahap ini
permasalahan yang sedang diteliti. Sumber akan berlangsung terus-menerus selama
data sekunder merupakan sumber data tidak penelitian berlangsung.
langsung yang mampu memberikan data
2. Penyajian Data
tambahan serta penguatan terhadap data
penelitian, seperti data dari tahun ke tahun Penyajian data merupakan kegiatan
kepatuhan wajib pajak yang melapor dan saat informasi disusun, sehingga memberi
membayar pajaknya. kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data diarahkan agar data hasil
Teknik Pengambilan Data reduksi terorganisir, tersusun dalam pola
hubungan, sehingga makin mudah
dipahami. Pada tahap ini, peneliti
Teknik pengumpulan data yang menyusun data yang relevan sehingga
menjadi informasi yang dapat
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini disimpulkan melalui teks yang bersifat
naratif yang lebih mudah dipahami.
yaitu wawancara dan dokumentasi.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian
mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal
Teknik Analisis Data namun juga tidak, kerena masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan
Teknik analisis data yang digunakan peneliti berkembang setelah peneliti ada di
adalah konsep dari Miles dan Huberman lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif
(1984). Menurut Miles dan Huberman, merupakan temuan yang sebelumnya
terdapat tiga langkah dalam menganalisis belum ada yang berupa deskripsi atau
data kualitatif, yakni: reduksi data (data
gambaran yang sebelumnya belum jelas datar (0-8%) pada umumnya berada di daerah
menjadi jelas. Hasil analisis nantinya di sebelah timur dan lahan-lahan sepanjang
dapat diverifikasi melalui triangulasi jalan poros. Selanjutnya kawasan yang
teknik pengumpulan data yang berasal mempunyai kemiringan lahan 8- 15%
dari wawancara dengan wajib pajak tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tana
terdaftar dan dokumentasi yang diambil Toraja, sedangkan kemiringan lahan di atas
dari beberapa dokumen yang ada di kantor 40% pada umumnya berada di sebelah barat
pajak yang diperlukan dalam penelitian kecamatan Simbuang, Kecamatan
ini. Bonggakaradeng, Kecamatan Masanda dan
beberapa kecamatan lainnya merupakan
kawasan lindung. Mayoritas penduduk di
Kabupaten Tana Toraja bekerja sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Petani. Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja
Gambaran Umum Tana Toraja tercatat 205.430 Ha dengan luas area
terbangun 2.956 Ha, meliputi 19 kecamatan
Kabupaten Tana Toraja merupakan salah yang terdiri dari 112 Lembang dan 47
satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Kelurahan. Jarak Kota Makassar ke Tana
Selatan, yang terletak di bagian utara Toraja adalah 315 km atau dapat ditempuh
Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukotanya dalam waktu 7 sampai 8 jam.
adalah Makale, sebuah kota berhawa sejuk
yang berada pada daerah ketinggian sekitar
125-3.075 mdpl.
Kabupaten Tana Toraja secara Pembahasan
geografis terletak antara 119022”14,322’- A. Pemahaman Perpajakan dan
12002”37,566’ Bujur Timur dan 2044”21,296’- Kepatuhan Wajib Pajak
3023”23,505’ Lintang Selatan, yang merupakan
Tingkat pemahaman wajib pajak
pusat kegiatan pariwisata budaya di Provinsi
mengenai peraturan perpajakan menjadi hal
Sulawesi Selatan dan sebagai pintu gerbang
penting dalam menentukan sikap dan
antara Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.
perilaku wajib pajak dalam melaksanakan
Secara administrasitif wilayah, Kabupaten
kewajiban dalam membayar pajak.
Tana Toraja berbatasan dengan:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Tingkat Pemahaman wajib pajak
Kabupaten Toraja Utara. diukur dari pemahaman wajib pajak
mengenai informasi perpajakan dan
 Sebelah Barat berbatasan dengan
peraturan perpajakan. Pemahaman tentang
Kabupaten Mamasa Provinsi
perpajakan berupa informasi perpajakan dan
Sulawesi Barat.
peraturan perpajakan akan meningkatkan
 Sebelah Selatan berbatasan dengan
kepatuhan sesorang dalam memenuhi
Kabupaten Enrekang dan
kewajiban perpajakannya (Muslim 2007).
Kabupaten Pinrang.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Berdasarkan narasumber yang
Kabupaten Luwu. peneliti temui, beberapa diantaranya belum
Kondisi topografi Kabupaten Tana Toraja benar-benar tepat dalam mengartikan apa itu
relatif bergelombang dan berbukit, pajak, akan tetapi dalam hal ketepatan waktu
sedangkan topografi datar relatif sedikit. untuk membayar kewajiban perpajakannya,
Kawasan yang mempunyai kemiringan lahan seluruh informan juga mengetahui kapan
batas akhir melapor atau membayar pajak. billing dan e-filing (sistem online).
Meskipun tidak paham dengan baik arti dari Perubahan ini bisa saja mempengaruhi pola
pajak akan tetapi narasumber mengatakan perilaku wajib pajak khususnya wajib pajak
bahwa mereka merasakan manfaat dari pajak yang tergolong gagap teknologi karena
meskipun tidak dirasakan langsung ke penggunaan e-billing dan e-filing
pribadi masing-masing. menggunakan teknologi yang ada sekarang
ini.
Empat narasumber yang peneliti
temui juga tergolong orang yang patuh akan Berdasarkan narasumber yang
pajak dan jarang bahkan ada yang tidak peneliti temui, empat diantaranya sama sekali
pernah dikenakan denda, satu diantaranya tidak mengetahui dengan pasti sistem dari e-
setiap bulan dikenakan denda karena billing dan e-filing. Hal ini disebabkan karena
terlambat untuk menyelesaikan kewajiban kuranagnya sosialisasi dan edukasi dari
perpajakannya. pemerintah. Pelayanan yang dilakukan
pemerintah seperti sosialisasi masih sangat
Masalah tingkat pemahaman kurang, narasumber juga menyanyangkan hal
perpajakan dari wajib pajak dirasa perlu tersebut. Seharusnya pemerintah yang
untuk dibahas karena pengetahuan berperan aktif dalam pelayanan untuk
perpajakan adalah salah satu faktor potensial mengedukasi masyarakatnya.
bagi pemerintah untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi Dilihat dari beberapa pendapat wajib
kewajiban perpajakannya, semakin tinggi pajak yang tergolong gagap teknologi ini,
tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib mereka merasa pelayanan yang diberikan
pajak, maka semakin kecil pula kemungkinan oleh pemerintah masih sangat kurang. Hal ini
wajib pajak tersebut untuk melanggar, karena bisa dijadikan masukan untuk Direktorat
jika pengetahuan mengenai perpajakan Jendal Pajak dalam perbaikan pelayanan
rendah, maka kepatuhan wajib pajak untuk waktu yang akan datang.
mengenai peraturan yang berlaku juga rendah
(spicer dan lundsent, 1976, dalam Rahman
Haid, 2010)
C. Pengaruh E-filing dan E-billing
Dari kesesuaian teori diatas dan
E-filing adalah suatu cara
kejadian empiris dapat disimpulkan bahwa
penyampaian SPT secara elektronik yang
para wajib pajak ini memiliki tingkat
dilakuka secara online yang real time melalui
pemahaman akan memperkecil tingkat
website Direktorat Jendral Pajak atau
pelanggaran terhadap peraturan pajak dan
Penyedia Jasa Aplikasi. E-billing adalah
memperbesar tingkat kepatuhan wajib pajak.
metode pembayaran elektronik dengan
B. Pemahaman E-filing dan E-billing menggunakan Kode Billing. Tentunya kedua
sistem tersebut hanya bisa dijalankan apabila
Seiring berjalannya waktu teknologi terhubung dengan jaringan internet serta
semakin berkembang yang menyebabkan teknologi terbarukan (computer, laptop,
pembaharuan sistem dilaksanakan sesuai smartphone).
dengan perkembangan zaman. Direktorat
Jendral Pajak melakukan pembaharuan Peneliti menemui bahwa beberapa
sistem pelaporan dan pembayaran pajak yang narasumber menunjukkan respon tidak setuju
sebelumnya harus datang ke kantor pajak dan dengan diberlakukannya sistem e-filing dan
membayar cash ke kantor pajak menjadi e- e-billing. Hal ini dapat kita lihat dari
pernyataan yang didapatkan bahwa mereka kemudahan penggunaan dan
merasa kesusahan, repot dan dibebani karena kebermanfaatan, kemudian dari persepsi
harus menggunakan teknologi dan harus kemudahan diprediksi akan mempengaruhi
terhubung ke internet. Mereka harus persepsi kebermanfaatan. Selanjutnya
memiliki fasilitas yang memadai apabila persepsi kebermanfaatan dan kemudahan
harus menggunakan sistem yang baru ini. penggunaan akan mempengaruhi sikap
Narasumber lebih merasa nyaman melakukan pengguna terhadap penggunaan sistem
mekanisme secara manual karena diberikan informasi dan kemudian berpengaruh pada
arahan dan petunjuk langsung apabila datang intensitas penggunaan, lalu akan
ke kantor pajak. mempengaruhi penggunaan sistem secara
aktual (Fatmawati, 2015). Dari kesesuaian
Henry (1986) dalam Trisnawati teori diatas dan kejadian empiris dapat kita
(1988) mengemukakan bahwa perilaku simpulkan bahwa, persepsi wajib pajak
pengguna, dan personal sistem diperlukan terhadap sistem e-billing dan e-filing adalah
dalam pengembangan sistem, dan hal ini hal yang susah dan merepotkan, dari persepsi
berkaitan dengan pemahaman dan cara tersebut tidak ada kemudahan penggunaan,
pandang pengguna sistem tersebut. Dengan sehingga secara otomatis berpengaruh
begitu dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap intensitas wajib pajak terhadap
orang-orang yang terlibat dalam penggunaan e-billing dan e-filing, dimana
implementasi sistem akan berpengaruh pada wajib pajak yang dikategorikan gagap
akhir suatu sistem, apakah sistem itu berhasil teknologi lebih memilih mekanisme
atau tidak, dapat diterima atau tidak, pelaporan dan pembayaran pajak dilakukan
bermanfaat atau tidak jika diterapkan. Dari secara manual.
kesesuaian teori diatas dan kejadian empiris
dapat disimpulkan bahwa para wajib pajak
gagap teknologi berpandangan bahwa sistem
tersebut merepotkan dan menyusahkan, KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN
terutama harus tersedianya fasilitas yang SARAN
cukup memadai, sehingga harus lebih
Kesimpulan
diperhatikan lagi agar dapat diterima disemua
kalangan dan dapat memudahkan semua Berdasarkan hasil penelitian dari pengaruh e-
pengguna. billing dan e-filing terhadap kepatuhan wajib
pajak gagap teknologi di Kabupaten Tana
D. Theory Acceptance Model (TAM) Toraja, dapat ditarik kesimpulan bahwa wajib
Model TAM mengkonsepkan pajak yang dikategorikan gagap teknologi
bagaimana pengguna menerima dan tetap patuh dalam memenuhi kewajiban
menggunakan teknologi baru. Asalnya dari perpajakannya meskipun pemerintah telah
pendekatan teori psikologis untuk menerapkan sistem e-billing dan e-filing. Hal
menjelaskan pengguna yang mengacu pada ini dilihat dari para narasumber yang tidak
kepercayaan, sikap, minat dan hubungan pernah dikenakan denda lebih dari 1 kali.
perilaku pengguna. Model TAM dapat
Dalam mekanismenya e-billing dan e-
menjelaskan bahwa persepsi pengguna
filing mengharuskan kita untuk memiliki
terhadap suatu sistem akan mempengaruhi
koneksi internet yang stabil dan smartphone
sistem penggunaanya (Portner, 2006).
atau komputer agar dapat mengakses sistem
TAM menjelaskan adanya variabel tersebut, setelah masuk kedalam website DJP
eksternal akan dianalisis dengan persepsi Online wajib pajak memilih sistem e-billing
atau e-filing sesuai kebutuhan, setelah
memilih wajib pajak diarahkan untuk
registrasi, berikutnya wajib pajak akan Agustiningsih, W. (2016). Pengaruh
dipandu oleh sistem untuk menyelesaikan Penerapan E-filing Tingkat Pemahaman
kewajiban perpajakannya secara online. E- Perpajakan Dan Kesadaran Wajib
billing dan e-filing diciptakan dengan tujuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
untuk mempermudah wajib pajak, namun hal Di KPP Pratama Yogyakarta. Jurnal
tersebut berbanding terbalik dengan realitas Nominal, Vol. 5 No.2.
yang ada. Nyatanya masih banyak wajib
Chau, P.Y.K. (1996). An Empirical;
pajak terutama yang dikategorikan gagap
Assessment of a Modified Technology
teknologi masih kesulitan dalam
Acceptance Model. Journal of
menggunakan sistem tersebut. Mereka lebih
Management Information System, 13 (2);
menyukai mekanisme yang manual karena
185-204.
pelaporan pajak secara manual jauh lebih
mudah dibandingkan menggunakan e-billing Devano, S., & Siti, K. R. (2006). Perpajakan
dan e-filing, juga dikarenakan minimnya Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta:
pengetahuan wajib pajak tentang bagaimana Kencana Prenada Media.
praktik dari e-billing dan e-filing. Sehingga
dengan kondisi seperti ini pemerintah perlu Devi & Suartana. (2014). Analisis
untuk melakukan pembinaan atau edukasi Technology Acceptance Model (TAM)
lebih dalam kepada wajib pajak tentang e- Terhadap Pengguna Sistem Informasi
billing dan e-filing. di Nusa Dua Beach Hotel & Spa.
Jurnal Akuntansi Universitas
Keterbatasan dalam penelitian ini Udayana.
yaitu pedoman-pedoman pertanyaan yang
digunakan dalam melakukan wawancara Fatmawati, E. (2015). Technology
terstruktur dikembangkan sendiri oleh Acceptance Model(TAM) Untuk
peneliti, sehingga belum didapatkan Menganalisis
gambaran yang lebih spesifik dan mendalam Penerimaan Terhadap Sistem
dari informan, serta wilayah penelitian Informasi Perpustakaan. Jurnal Iqra’, Vol. 9
dilakukan hanya pada satu wilayah saja yaitu No. 01
Kecamatan Bittuang sehingga belum mampu
menggambarkan kondisi yang lebih luas. Handayani, W. (2017). Pengaruh Penerapan
Billing System Terhadap Kepatuhan
Berdasarkan keterbatasan tersebut, Wajib Pajak Dengan Moderasi
bagi peneliti selanjutnya diharapkan Pemahaman Perpajakan. Jurnal Ekonomi
menggunakan literatur yang ada sebagai Akuntansi, Vol. 3 No.4.
acuan dalam menyusun pertanyaan
wawancara terstruktur, serta peneliti Helen & Arthur. (2017). Analisis Penerapan
selanjutnya bisa menggunakan lokasi yang E-System Perpajakan Pada Wajib
lebih luas lagi dari penelitian ini, supaya data Pajak Pribadi Terhadap Pelaksanaan
yang diperoleh bisa mewakili wajib pajak Self-Assessment System Dalam
secara umum. Memenuhi Kewajiban Perpajakan.
Jurnal Ekonomi, Vol. 22 No. 03.
Hendro & Mita. (2014). Teknologi Dan
DAFTAR PUSTAKA Kehidupan Masyarakat. Jurnal Analisa
Sosiologi. 3(1): 13-24.
Husnurosyidah. (2017). Pengaruh E-filing, Raco, J. R. (2010). Metode Kualitatif.
E-billing, dan E-faktur Terhadap Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana
Kepatuhan Pajak pada BMT Indonesia.
Kaupaten Kudus. Jurnal Analisa dan
Perpajakan. Vol. 1 No. 1. Ramdani, D. (2019). Pengaruh Penerapan E-
Registration, E-filing, dan E-billing
Kania, L. P. (2017). Pengaruh Penerapan E- Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
system Perpajakan Terhadap Tingkat Jurnal ISEI, Vol.3 No.2.
Kepatuhan WPOP dalam membayar
pajak pada KPP Pratama Singaraja. Sari, N. (2015). Pengaruh Penerapan Sistem
Jurnal Akuntansi Sistem Informasi E-Filing Terhadap Kepatuhan Wajib
Ganesha Vol.7 No.1. Pajak Dengan Pemahaman Internet
Sebagai Variable Pemoderasi Pada
Martono, N. (2012). Sosiologi perubahan KPP Pratama Klaten.Skripsi.
social: perspektif klasik, modern, Program Studi Akuntansi Universitas Negri
postmodern dan postcolonial. Yogyakarta.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif
Maya & Sherly. (2015). Pengaruh Manfaat Dasar – Dasar. Yogyakarta: PT Indeks.
Dan Kemudahan E-SPT Terhadap
Pelaporan E-SPT Oleh Wajib Pajak Sekaran, U. (2017). Metode Penelitian
Pribadi Pada KPP Pratama Untuk Bisnis Edisi 6. Jakarta: Penerbit
Bitung.Junal Universitas Sam Salemba Empat.
Ratulangi. EMBA Vol. 3 No.1.
Sugiyono. (2005a). Metode Penelitian
Mutia, S. P. T. (2014). Pengaruh Sanksi Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Alfabeta.
Pelayanan Fiskus, dan Tingkat
Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib _______. (2012b). Metode Penelitian
Pajak Orang Pribadi. Jurnal Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Akuntansi. Vol. 2(1): hal. 3-29. Alfabeta.
Ngafifi, M. (2014). Kemajuan Teknologi Dan _______. (2017c). Metode Penelitian
Pola Hidup Manusia Dalam Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Perspektif Sosial Budaya. Jurnal Alfabeta.
Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan
Aplikasi. Vol 2 No. 1. Susanti, D. (2017). Analisis Sikap Wajib
Pajak Di KPP Pratama Boyolali Atas
Puspawati, D. (2016). Studi Kualitatif Wajib
Kebijakan Tax Amnesty. Skripsi.
Pajak Orang Pribadi Pengusaha
Program Studi Akuntansi
Tertentu Untuk Melakukan
Syari’ah.Institut Agama Islam Negeri
Pembayaran Pajak Penghasilan (PPh).
Surakarta.
Riset Akuntansi dan Keuangan
Indonesia 1(2). Tiraada, T. (2013). Kesadaran Perpajakan,
Sanksi Pajak, Sikap Fiskus terhadap
Resmi, S. (2016). Perpajakan Teori dan
Kepatuhan WPOP Di Kabupaten
Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Minahasa Selatan. Jurnal EMBA, Vol.1
No.3.
Winerungan, O. L. (2013). Sosialisasi
Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan
WPOP Di KPP Manado DAN KPP
Bitung. Jurnal EMBA, Vol. 1 No.3.
Zuhdi, F. A., Topoowijono, & Azizah , D. F.
(2015). Pengaruh Penerapan E-SPT
Dan Pengetahuan Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Perpajakan, Vol 7 No.1.

Anda mungkin juga menyukai