Latar belakang dari perlawanan Demak terhadap Portugis didorong dari faktor ekonomi dan religius. Hal ini karena dengan kedatangan Portugis di Malaka menyebabkan hubungan antara Jawa dan Malaka terputus, sehingga sisa produk produksi Jawa tidak dapat diekspor ke Malaka sebagai pelabuhan penghubung. Penyerangan ke Malaka telah direncanakan sejak tahun 1509. Saat itu armada Demark terkonsentrasi di Jepara, namun Portugis telah menyerang dan menduduki Malaka pada tahun 1511. Pada tahun 1513, Portugis menguasai Malaka. Kehadiran Portugis tersebut mengancam keselamatan Demak. Kemudian, Demak menyerang Portugis dengan kekuatannya sendiri dipimpin oleh Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor. Adipati Unus atau Pati Unus mengerahkan armada yang dipusatkan di Jepara. Sayangnya, serangan ini tidak berhasil menyingkirkan Portugis yang menguasai Malaka, dan kegagalan itu tidak menghentikan Demak. Beberapa waktu kemudian, Raden Fatah kembali memerintahkan penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Serangan kedua dipimpin oleh Ratu Kalinyamat, cucu Raden Fatah. Bahkan, percobaan kedua tidak berhasil, karena Portugis semakin kuat. Serangan kedua adalah serangan terakhir Raden Fatah terhadap Portugis di Malaka karena pada tahun 1518, Raden Fatah wafat. Sebab akibat adanya perlawanan disebabkan oleh kerugian yang diterima kesultanan demak karena aktivitas perdagangan nya dengan para saudagar muslim di wilayah malaka terganggu oleh portugis. Perlawanan demak terhadap portugis disebabkan karena monopoli perdagangan portugis di malaka sangat mengganggu aktivitas perdagangan para saudagar muslim. Akhirnya, kerajaan demak beserta saudagar muslim lainnya bersatu untuk melawan portugis. Dampak hasil perlawanan bagi indonesia Karena kemenangan demak melawan portugis akhirnya nama sunda kelapa kemudian diubah menjadi jayakarta pada 1527, tentara demak dibawah pimpinan fatahillah melancarkan serangan terhadap portugis yang mulai menanamkan pengaruh dan menguasai jalur tempuh perjalanan dipelabuhan sunda kelapa. Perlawanan rakyat demak terhadap portugis di sunda kelapa dibantu oleh rakyat cirebon dan banten. Serangan ini berhasil mengusir portugis dari sunda kelapa. Nama sunda kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta.