Anda di halaman 1dari 3

Pengeboman Surabaya 2018

Oleh:
Kharis ibrah kahfiansyah
Arfa danish hanani
Muhammad fauzan
I.PENDAHULUAN
Pada tahun 2018, Surabaya, Indonesia, dilanda serangkaian serangan bom yang dilakukan
oleh kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Serangan tersebut melibatkan
pengeboman gereja-gereja dan sebuah asrama polisi, serta serangan bom bunuh diri di
Markas Kepolisian Surabaya. Serangan ini menimbulkan korban jiwa dan luka-luka yang
signifikan di antara masyarakat sipil dan petugas kepolisian.
Konflik ini termasuk kategori destruktif yakni konflik yang mengarah pada upaya saling
mengalahkan atau menghancurkan pihak lain dan berdampak negatif bagi masyarakat.
Konflik destruktif memiliki potensi untuk merusak hubungan, memperdalam kesenjangan,
dan berdampak negatif pada kesejahteraan individu maupun kelompok. Pengertian konflik
Merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata 'konflik' dapat diartikan sebagai
percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Sementara 'destruktif' memiliki pengertian
bersifat destruksi, dalam artian merusak, memusnahkan, atau menghancurkan. Selain itu ,
Menurut kami konflik destruktif ialah konflik yang berdampak merugikan bagi seseorang
maupun banyak orang yang terlibat di dalam konflik tersebut.1
Alasan Kami memilih video konflik pengeboman sebagai topik untuk dipelajari atau dibahas
memiliki beberapa alasan yang mungkin . Pertama, Kesadaran tentang konflik dan
kekerasan Video konflik pengeboman dapat membantu meningkatkan kesadaran kita
tentang keberadaan konflik berskala besar di dunia ini. Melalui pemahaman yang lebih
mendalam tentang konflik dan kekerasan, kita dapat menghargai pentingnya perdamaian
dalam upaya mencegah dan menyelesaikan konflik. Kedua, dampak kemanusiaan yang
signifikan konflik pengeboman seringkali memiliki dampak kemanusiaan yang parah,
termasuk korban jiwa, kerusakan infrastruktur, pengungsi, trauma psikologis, dan
penderitaan yang tak terhitung. Dengan mempelajari video konflik pengeboman, kita dapat
mengembangkan empati yang lebih dalam terhadap mereka yang terkena dampak konflik.
Ketiga, Karena Konflik yang terjadi antar pemeluk agama dan berujung pada pengrusakan
tempat ibadah pernah terjadi beberapa tahun yang lalu. Maka dari alasan tersebut kami
mendapat beberapa rumusan masalah berikut ; 1.) Apa akar penyebab konflik tersebut. 2.)
Bagaimana penyelesaian konflik tersebut. 3.) Bagaimana upaya memperbaiki hubungan
antar umat beragama disurabaya pasca konflik tersebut

1
https://youtu.be/I9QWbFN99nQ
II.ISI
Pada penelitian ini kami menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan
makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Didalam penelitian ini kami
menganalisis penyebab terjadinya pengeboman Surabaya 2018. Yakni seorang kepolisian
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyebut ada sejumlah faktor yang mempengaruhi
"kebangkitan" sel-sel teroris yang sudah lama tidur hingga meledakkan bom di Surabaya.
Ada faktor dalam dan luar negeri yang mempengaruhi . Dia mengatakan terpojoknya ISIS
karena serangan dari negara-negara barat, merupakan salah satu faktor pendorong teror
dan peledakan bom di Tanah Air dari luar negeri . Aksi ini kita duga di tingkat internasional,
ISIS ditekan oleh kekuatan barat. Kemudian dalam keadaan terpojok, menyuruh semua sel
yang di bawahnya untuk bergerak," kata Kapolri di RS Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya,
Minggu (13/5/2018). Terlebih, satu keluarga pelaku teror bom ini merupakan sel dari
Jamaah Anshar Daulah (JAD) Surabaya. JAD bagian dari ISIS di Indonesia. Kepala keluarga
peledak bom di Surabaya adalah pimpinan JAD Surabaya. Sementara, faktor dari dalam
negeri terkait dengan pimpinan ISIS di Indonesia, Aman Abdurrahman. "Karena pimpinan
mereka sudah kita lakukan penangkapan," ujar Tito. Selain itu , adanya ekstremisme agama
yang mendorong kelompok teroris untuk melakukan serangan. Kelompok JAD diduga
terinspirasi oleh ideologi radikal yang salah menginterpretasikan ajaran agama untuk
membenarkan kekerasan. 2
Karena kejadian tragis yang dialami masyarakat atau sekitar Surabaya Wali Kota Surabaya
pun tidak tinggal diam, Tri Rismaharini, membagikan pengalamannya dalam menangani
peristiwa tersebut kepada anggota The International Institute for Justice and the Rule of
Law (The IIJ). Risma menjadi pembicara dalam sebuah seminar yang awalnya direncanakan
di Malta, namun digelar secara virtual akibat pandemi Covid-19. Dalam paparannya, Risma
menjelaskan langkah-langkah yang diambil oleh Surabaya untuk menangani peristiwa teror
dan memulihkan kondisi keamanan dan ekonomi pasca-teror. Ia menyampaikan pentingnya
langkah cepat dalam menangani korban bom dengan memberikan perawatan medis yang
segera. Selain itu, upaya menjaga keamanan kota untuk memberikan rasa aman kepada
warga yang melanjutkan aktivitas di luar rumah juga ditekankan. Risma mengungkapkan
bahwa serangkaian teror bom tersebut sangat mengguncang Surabaya, karena sebelumnya
kota tersebut dikenal sebagai kota yang aman, damai, dan menghargai perbedaan. Ia
berharap pengalaman yang telah dilalui oleh Surabaya dapat memberikan kontribusi dalam
penanganan terorisme di negara-negara anggota The IIJ. Risma mengatakan, pemerintah
perlu melakukan langkah cepat dalam menangani peristiwa teror. Pertama, korban bom
harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kota juga harus terus dijaga untuk
memberikan rasa aman pada warga yang beraktivitas di luar rumah. Kedua, untuk
mendeteksi teror agar tidak terulang, Risma menggerakkan ibu pemantau jentik di program
pencegahan demam berdarah. Ada 22.000 kader bumantik yang setiap minggu memeriksa
jentik nyamuk di rumah-rumah warga. Selain memantau jentik, mereka diminta melaporkan
jika ada rumah yang aktivitas penghuninya mencurigakan. dari kedua upaya tersebut ibu
2
www.liputan6.com/amp/3523888/ini-motif-bom-gereja-surabaya-versi-kapolri
wali kota Surabaya Tri Rismaharini berharap kedepannya tidak terjadi aksi pengeboman
yang terjadi pada Surabaya tahun 2018 kemarin. 3

Dari peristiwa tersebut tentu kita tidak ingin hal itu terjadi. maka dari itu pemerintah
melakukan kegiatan rekonsiliasi antar korban dan pelaku untuk mendamaikan kedua belah
pihak. Selain itu, dapat memulihkan hubungan antar pihak yang rusak akibat kejadian tragis
tersebut. yang berawal dari bermusuh- musuhan kembali menjadi perdamaian. Tidak hanya
pelaku dan korban tentu masyarakat Surabaya dan pemerintah untuk mencapai perdamaian
yang tentram dan mencapai kesadaran yang kuat untuk melawan terorisme tidak lain
adalah saling membenahi antara kekuatan politik dan kelompok solidaritas yang anti-
terorisme. Dengan ini minim sekali kejadian kejadian terorisme.4

3
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2020/07/30/risma-bagikan-pengalaman-penanganan-terorisme-di-
surabaya
4
https://geotimes.id/opini/bom-surabaya-dan-upaya-pemerintah-melawan-terorisme/

Anda mungkin juga menyukai