Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam, karena berkat rahmat dan hidayah
nyalah kami telah berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul "Pancasila Sebagai
Pendidikan Anti Korupsi”. Shalawat dan sallam tak lupa selalu kami panjatkan
kepada junjungan kita Nabi Muhamad Rasulullah SAW beserta keluarganya, para
sahabatnya, para tabi'in, para tabi'ut tabi'in, serta kita semua umatnya hingga akhir
zaman. Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi penugasan yang telah
diamanatkan kepada kelompok 8, di mata kuliah Pancasila. Pembahasan pada
makalah ini meliputi pengertian korupsi, faktor-faktor penyebab korupsi, dampak
korupsi, upaya pencegahan korupsi, nilai dan prinsip anti korupsi, pendidikan anti
korupsi, pancasila sebagai sumber nilai anti korupsi, korupsi dan pengkhianat
pancasila.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa penulisan


makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Pada kesempatan ini pula kami
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi untuk memperbaiki
dan meningkatkan agar penulisan makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Akhir kata
kami hanya bisa berdo'a semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin-
amin ya Robbal alamin.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….

KATA PENGANTAR………………………………………………………...

BAB I………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN …………………………………………………………...
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...
1.2 Tujuan……………………………………………………………………
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………….

BAB II………………………………………………………………………...
PEMBAHASAN……………………………………………………………...

BAB III……………………………………………………………………….
PENUTUP……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pancasila sebagai sumber nilai anti korupsi dibenarkan dengan
pernyataanKomisi Pemberantasan Korupsi, yang menegaskan bahwa Pancasila
merupakan sumbernilai anti korupsi. Persoalannya, arah ideologi sekarang seperti di
kita anut menjadikan tindak korupsi merebak kemana-mana.
Korupsi terjadi ketika ada pertemuan dan kesempatan. Nilai-nilai kearifan
lokal semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitalis, sehingga terdoronglah
seseorang untuk bertindak korupsi. Saatnya Pancasila kembali direvitalisasi sebagai
dasar filsafat Negara bersama-sama dengan norma agama.
Nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama merupakan dasar untuk seluruh
masyarakat Indonesia berbuat baik, sehingga Pancasila dianggap sebagai ideologi
yang bersifat universal karena dalam Pancasila ada nilai-nilai sosialis religius dan
nilai-nilai etis. Korupsi merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Masih banyak orang yang sadar bahwa korupsi itu merupakan tindakan
menyimpang. Oleh karena itu, orang-orang tersebut harus dibekali dengan ilmu dan
nilai-nilai yang baik agar terhindar dari tindakan menyimpang.
penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di negeri ini. Hal-hal tersebut
yang menjadikan Pancasila itu diperlukan sebagai pendidikan anti korupsi.
B. Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan pemahaman
khusus tentang Pancasila Sebagai Pendidikan Anti Korupsi.
C. Rumusan Masalah
1. Pengertian Korupsi
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi
3. Dampak korupsi Upaya pencegahan korupsi
4. Nilai dan prinsip anti korupsi
5. Pendidikan anti korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio (Fockema Andrea, 1951)
atau corruptus (Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya, disebutkan pula
bahwa corruptio berasal dari kata corrumpere satu kata dari bahasa Latin yang
lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda).
Dari segi terminologi, istilah korupsi berasal dari kata “corruptio” dalam
bahasa latin yang berarti kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula untuk
menunjukkan keadaan atau perbuatan yang busuk.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi didefinisikan
lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa
Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan
dan ketidakjujuran” (S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian
lainnya, “perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok,
dan sebagainya” (WJS Poerwadarminta: 1976).

2.1.1 Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang


Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah:
“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.
UU No. 24 tahun 1960
“Perbuatan seseorang, yang dengan atau karena melakukan suatu
kehajatan atau dilakukan dengan menyalah gunakan jabatan atau kedudukan.”
Korupsi Menurut Ilmu Politik

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan


administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun
orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga
meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi
lainnya.
Korupsi Menurut Ahli Ekonomi
Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi
didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan
kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam dan
sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan
penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang
terlibat dalam bidang umum dan swasta.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi

Korupsi di tanah negeri, ibarat, “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap
lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde
yang datang silih berganti.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam
diri pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika
perilaku matrealistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih
“mendewakan” materi maka dapat “memaksa” terjadinya permainan uang dan
korupsi (ansari Yamamah: 2009) “Dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan
seluruh pejabat kemudian “terpaksa” korupsi kalau sudah menjabat.
FAKTOR INTERNAL, MERUPAKAN FAKTOR PENDORONG KORUPSI
DARI DALAM DIRI, YANG DAPAT DIRINCI MENJADI:

Aspek Perilaku Individu


· Sifat tamak/rakus manusia
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membuuhkan makan.
Korupsi adalah kehjahatan orang profesional yang rakus. Sedah berkecukupan,
tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri.
· Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung tergoda untuk melakukan korupsi.
Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak
yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
· Gaya hidup konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seorang konsumtif.
Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan
membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk
memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU PERILAKU KORUPSI YANG


DISEBABKAN OLEH FAKTOR DI LUAR DIRI PELAKU.

Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi


· Nilai-nilai di masyakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai seseorang
karena kekayaan yang dimilikinya.
· Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri. Anggapan umum terhadap peristiwa korupsi, sosok yang
paling dirgikan adalah negara. Padahal bila negara merugi, esensinya yang paling
rugi adalah masyarakat juga.
· Masyarakat kurang menyadari dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan
korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kuurang disadari oleh
masyarakat.
· Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan
diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah korupsi
adalah tanggungjawab pemerintah semata.
Aspek Sosial
Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sikap baik seseorang.
Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan
hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Aspek ekonomi
Pendapatan tidak menutupi kebutuhan. Dalam tentang kehidupan ada
kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka peluang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas
diantaranya dengan melakukan korupsi.
Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dulakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku untuk
mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai harapan masyarakat.
Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
Aspek Organisasi
· Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
· Tidak adanya kultur organisasi yang benar
· Kurang memadainya sistem akuntabilitas
· Kelemahan sistem pengendalian manajemen
· Lemahnya pengawasan
Dampak Korupsi

a. Bidang Demokrasi
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di bidang
demokrasi. Bagi Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih Tetap (DPT) saat
pesta demokrasi (pemilu) berlangsung pasti pernah mengetahui yang disebut
“serangan fajar”. Sejumlah calon tetentu memberikan imbalan uang bagi siapa
saja yang memilihnya saat pemilu, sehingga ia terpilih menduduki jabatan
tertentu. Pemberian imbalan uang tersebut sifatnya adalah sogokan. Beberapa
memang tidak memberikan uang untuk melancarkan jalannya menduduki suatu
jabatan, namun ia memberikan barang tertentu kepada masyarakat.
Apapun bentuk sogokan yang diberikan tersebut adalah salah satu bentuk
korupsi. Sayangnya, masyarakat Indonesia kebanyakan tidak cukup cerdas untuk
memikirkan dampak jangka panjang jika mereka menerima sogokan tersebut.
Maka jangan salah jika ada semboyan “Jadilah masyarakat yang baik jika
menginginkan pemimpin yang baik”.

b. Bidang Ekonomi
Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat ekonomi negara
tersebut. Dan penelitian juga telah membuktikan, makin maju suatu negara
biasanya diikuti dengan makin rendahnya tingkat korupsi negara tersebut.
Korupsi memang biasa terjadi di negara-negara berkembang. Maka tidak heran
pula, jika negara-negara berkembang memiliki perekonomian yang tidak baik
dan relatif tidak stabil. Bahkan pada beberapa kasus, sering ditemukan
perusahaan-perusahaan yang memiliki koneksi dengan pejabat mampu bertahan
dan dilindungi dari segala macam persaingan. Akibatnya, perusahaan-
perusahaan yang tidak efisien bertahan dan justru merugikan perekonomian
negara.
c. Bidang Keselamatan dan Kesehatan Manusia
Anda mungkin masih mengingat robohnya jembatan Kutai Kertanegara.
Masih ada kasus-kasus lain mengenai kerusakan fasilitas publik yang juga
menimbulkan korban jiwa. Selain itu, ada pula pekerja-pekerja fasilitas publik
yang mengalami kecelakaan kerja. Ironisnya, kejadian tersebut diakibatkan oleh
korupsi. Bukan rahasia jika dana untuk membangun insfrastruktur publik
merupakan dana yang sangat besar jika dilihat dalam catatan. Nyatanya, saat
dana tersebut melewati para pejabat-pejabat pemerintahan, dana tersebut
mengalami pangkas sana-sini sehingga dalam pengerjaan insfrastruktur tersebut
menjadi minim keselamatan. Hal tersebut terjadi karena tingginya resiko yang
timbul ketika korupsi tersebut memangkas dana menjadi sangat minim pada
akhirnya. Keselamatan para pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan
insfrstruktur tidak memenuhi standar keselamatan karena minimnya dana.

d. Bidang Kesejahteraan Umum


Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah tidak adanya
kesejahteraan umum. Anda pasti sering memperhatikan tayangan televisi
tentang pembuatan peraturan-peraturan baru oleh pemerintah. Dan tidak jarang
pula, ketika dicermati, peraturan-peraturan tersebut ternyata justru lebih
memihak pada perusahaan-perusahaan besar yang mampu memberikan
keuntungan untuk para pejabat. Akibatnya, perusahaan-perusahaan kecil dan
juga industri menengah tidak mampu bertahan dan membuat kesejahteraan
masyarakat umum terganggu. Tingkat pengangguran makin tinggi, diikuti
dengan tingkat kemiskinan yang juga semakin tinggi.

e. Pengikisan Budaya
Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat umum.
Bagi pelaku korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup. Ia akan terus-
menerus melakukan upaya untuk menguntungkan diri sendiri sehingga lambat
laun ia akan menuhankan materi. Bagi masyarakat umum, tingginya tingkat
korupsi, lemahnya penegakan hukum, akan membuat masyarakat meninggalkan
budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari luar akan membentuk
kepribadian yang tamak, hanya peduli pada materi, dan tidak takut pada hukum.

f. Terjadinya Krisis Kepercayaan


Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak adanya
kepercayaan terhadap lembaga pemerintah. Sebagai pengamat, masyarakat
Indonesia saat ini sudah semakin cerdas untuk menilai sebuah kasus.
Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak pernah merasa
puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor. Banyak koruptor yang
menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak sedikit, namun hanya
memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi percaya
pada proses hukum yang berlaku. Tidak jarang pula masyarakat lebih senang
main hakim sendiri untuk menyelesaikan sebuah kasus. Hal tersebut sebenarnya
merupakan salah satu tanda bahwa masyarakat Indonesia sudah tidak percaya
dengan jalannya hukum, terutama dengan berbagai tindakan yang diambil oleh
pemerintah dalam menangani kasus korupsi.

Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi

a. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi


 Membentuk lembaga independen yang khusus menangani korupsi. Di
Hongkong bernama Independent Commission Against Corruption (ICAC),
di Malaysia the Anti-Corruption Agency (ACA), dan di Indonesia: KPK
 Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, dan Lembaga Permasyarakatan.
 Di tingkat departemen kinerja lembaga-lembaga audit seperti Inspektorat
Jenderal harus ditingkatkan. Ada kesan lembaga ini sama sekali tidak
punya ‘gigi’ ketika berhadapan dengan korupsi yang melibatkan pejabat
tinggi
 Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara
mencegah korupsi. Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk
mengurus suatu hal, semakin banyak pula kemungkinan terjadinya korupsi
 Hal lain yang krusial untuk mengurangi resiko korupsi adalah dengan
memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah Daerah. Sebelum Otonomi
Daerah diberlakukan umumnya semua kebijakan diambil oleh Pemerintah
Pusat. Pada waktu itu korupsi besar-besaran umumnya terjadi di Ibukota
Negara. Dengan otonomi, kantong korupsi tidak terpusat hanya di ibukota
negara tapi berkembanga ke berbagai daerah
 Dalam berbagai pemberitaan di media-media, ternyata korupsi juga banyak
dilakukan oleh anggota parlemen baik di pusat (DPR) maupun di daerah
(DPRD). Alih-alih menjadi wakil rakyat dan berjuang untuk kepentingan
rakyat, anggota parlemen justru melakukan korupsi yang “dibungkus” rapi.

b. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik


 Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat
publik melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki
baik sebelum dan sesudah menjabat. Masyarakat ikut memantau tingkat
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat.
Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan
korupsi dialihkan kepemilikannya ke orang lain.
 Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di pemerintahan pusat dan
daerah maupun militer sebaiknya melalui lelang atau penawaran secara
terbuka. Masyarakat diberi akses untuk dapat memantau dan memonitor
hasil pelelangan tersebut.
 Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan anggota
TNI-Polri baru. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sering terjadi dalam proses
rekrutmen tersebut. Sebuat sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal
perekrutan perlu dikembangkan.
 Sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang menitik-beratkan pada proses
(process oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented) perlu
dikembangkan. Untuk meningkatkan budaya kerja dan motivasi kerjanya,
bagi pegawai negeri yang berprestasi perlu diber insentif.
c. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
 Salah satu upaya memberantas korupsi adalah dengan memberi hak kepada
masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi. Perlu dibangun
sistem dimana masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala
informasi sehubungan dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
hajat hidup orang banyak.
 Isu mengenai public awareness atau kesadaran dan kepedulian publik
terhadap bahaya korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat merupakan
salah satu bagian penting upaya pemberantasan korupsi. Salah satu cara
meningkatkan public awareness adalah dengan melakukan kampanye
tentang bahaya korupsi.
 Menyediakan sarana untuk melaporkan kasus korupsi. Misalnya melalui
telepon, surat, faksimili (fax), atau internet.
 Di beberapa negara pasal mengenai ‘fitnah’ dan ‘pencemaran nama baik’
tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi,
dengan pemikiran bahwa bahaya korupsi lebih besar daripada kepentingan
individu.
 Pers yang bebas adalah salah satu pilar demokrasi. Semakin banyak
informasi yang diterima masyarakat, semakin paham mereka akan bahaya
korupsi
 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingkat lokal
maupun internasional juga memiliki peran penting untuk mencegah dan
memberantas korupsi. Sejak era Reformasi, LSM baru yang bergerak di
bidang Anti Korupsi banyak bermunculan. LSM memiliki fungsi untuk
melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik. Contoh LSM lokal
adal ICS (Indonesian Corruption Watch).
 Cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menggunakan perangkat electronic surveillance. Alat ini digunakan untuk
mengetahui dan mengumpulkan data dengan menggunakan peralatan
elektronik yang dipasang di tempat-tempat tertentu. Misalnya kamera
video (CCTV).
 Melakukan tekanan sosial dengan menayangkan foto dan menyebarkan
data para buronan tindak pidana korupsi yang putusan perkaranya telah
berkekuatan hukum tetap.
d. Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum yang
Mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Dukungan terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak cukup
hanya mengandalkan satu instrumen hukum yaitu Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Berbagai peraturan perundang-undangan atau instrumen
hukum lain perlu dikembangkan. Perlu peraturan perundang-undangan yang
mendukung pemberantasan korupsi yaitu Undang-Undang Tindak Pidana Money
Laundering atau pencucian uang. Untuk melindungi saksi dan korban tindak
pidana korupsi, perlu instrumen hukum berupa Undang-Undang Perlindungan
Saksi dan Korban.
e. Pemantauan dan Evaluasi
Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan
pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah dilakukan. Melalui
pemantauan dan evaluasi dapat dilihat strategi atau program yang sukses dan
gagal. Program yang sukses sebaiknya silanjutkan, sementara yang gagal dicari
penyebabnya.
Pengalaman di negara lain yang sukses maupun gagal dapat dijadikan bahan
pertimbangan ketika memilih cara, strategi, upaya, maupun program
permberantasan korupsi di negara tertentu.
f. Kerjasama Internasional
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi adalah
melakukan kerjasama internasional baik dengan negara lain maupun dengan
International NGOs. Sebagai contoh di tingkat internasional, Transparency
International (TI) membuat program National Integrity Sistem. OECD
(Organization for Economic Co-operation and Development) yang didukung oleh
PBB untuk mengambil langkah baru dalam memerangi korupsi di tingkat
internasional membuat program the Ethics Infrastructure dan World Bank
membuat program A Framework for Integrity.

Nilai dan prinsip anti korupsi

Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian,


kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip
anti korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.
 Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi
kehidupan mahasiswa,tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam
kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).
 Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan
dan menghiraukan (Sugono : 2008).
 Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu
dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya, harus mengatur kehidupannya
dan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebab tidak mungkin
orang yang tidak dapat mandiri mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur
hidup orang lain.
 Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan (Sugono: 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik
maupun social mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus
hidup seperti pola militer di barak militier namun hidup disiplin adalah dapat
mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan.
 Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008).
 Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan”
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya
kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga,
kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang
penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja
keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.
 Sederhana
Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak me-ngenyam masa
pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya.
Kerap kali kebutuhan diidentikkan dengan keinginan semata, padahal tidak selalu
kebutuhan sesuai dengan keinginan dan sebaliknya.
 Keberanian
Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak mahasiswa yang sedang
mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian, untuk menumbuhkan
sikap keberanian, dituntut untuk tetap berpegang teguh pada tujuan. Di mana pun
dan dalam kondisi apa pun sering kali harus diambil keputusan yang cepat dan
harus dilaksanakan dengan cepat pula. Salah satu kesempatan terbaik untuk
membentuk suatu pendapat atau penilaian yang sebaik-baiknya adalah dalam
kesunyian di mana dia bisa berpikir tanpa diganggu. Rasa percaya kepada diri
sendiri adalah mutlak dan diperlukan. Pengetahuan mengenai kepribadian dan
kemampuan sendiri perlu dikaitkan dengan pengetahuan mengenai lingkungan.
 Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak. Di dalam kehidupan sehari-hari, pemikiran-pemikiran sebagai dasar
pertimbangan untuk menghasilkan keputusan akan terus berkembang seiring
dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dalam masa
perkuliahan setiap mahasiswa perlu didorong untuk mencari pengalaman dan
pengetahuan melalui interaksinya dengan sesama mahasiswa lainnya. Dengan
demikian mahasiswa diharapkan dapat semakin bijaksana dalam mengambil
keputusan dimana permasalahannya semakin lama semakin kompleks atau rumit
untuk diselesaikan.
PRINSIP-PRINSIP ANTI-KORUPSI
Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk mencegah
faktor internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip Anti-
korupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan
kontrol kebijakan, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.
 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua
lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam
bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya
(individu dengan individu) maupun pada level lembaga (Bappenas : 2002).
Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis, masyarakat, publik,
maupun interaksi antara ketiga sektor. Akuntabilitas publik memiliki pola-pola
tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas program,
akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan, akuntabilitas outcome,akuntabilitas
hukum, dan akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001).
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban
atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses
pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara
langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.
 Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi. Prinsip
transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi
dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga
segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik (Prasojo : 2007). Dalam
bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan
kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi
para mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya pada masa
kini dan masa mendatang (Kurniawan : 2010).

 Kewajaran/ fairness
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness atau
kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran)
dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark upmaupun ketidakwajaran lainnya.
Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif
dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
 Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan. Pembahasan
mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
kebijakan anti korupsi. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan
undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan
mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-
monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui
sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para
pejabat negara.
 Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan
merupakan upaya agar kebijakan yang di buat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi.

Pendidikan anti korupsi

Pendidikan anti korupsi memiliki makna yang kian penting sekarang ini
karena semakin banyaknya kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh orang-orang
berpendidikan tinggi. Pendidikan ini dengan demikian merupakan bagian
dari pendidikan berbasis karakter karena dilakukan demi tercapainya pemahaman
manusia atas etika dan norma yang unversal diakui sebagai norma yang baik.
Pada dasarnya pendidikan ini harus dilakukan semenjak dini demi
menanamkan pemahaman yang lebih mudah mengenai buruknya korupsi pada
siswa sesuai dengan tahap perkembangan psikologis mereka.
Pengenalan bahwa korupsi sepintar apapun tetap akan ditemukan merupakan
bagian dari pendidikan yang bisa sangat efektif khususnya ketika hal tersebut
disajikan dengan contoh yang tepat dan populer.
Pendidikan Anti Korupsi dan Berbagai Langkahnya
Sebenarnya pendidikan karakter kebangsaan juga merupakan langkah yang
bisa menyaran pada sikap anti korupsi. Korupsi jelas merugikan negara dan sikap
cinta tanah air yang merupakan bagian integral dari karakter kebangsaan akan
Konsep-konsep jujur, religiius, dan mandiri akan sangat mendorong siswa untuk
menjauhi berlaku korupsi yang merupakan bagian dari perilaku tidak jujur dan
curang. Setiap agama juga jelas melarang melakukan tindakan korupsi karena
kerugian yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
Pendidikan anti korupsi yang dilakukan secara berjenjang dari tahap dasar
sampai tinggi pendidikan formal merupakan pilihan yang sangat cocok pada
kondisi seperti sekarang ini.
Generasi anti korupsi tentu saja bukan merupakan generasi yang muncul
secara langsung. Kebiasaan mencontek yang dianggap sepele misalnya bisa
menyaran pada tindakan korupsi juga. Karena itu penanamkan nilai-nilai luhur anti
korupsi selain melalui pendidikan formal lewat kurikulumnya juga bisa dilakukan
melalui pendidikan informal di rumah. Tugas orang tua dalam menanamkan
pendidikan semacam ini bisa jadi bahkan lebih efektif daripada pendidikan formal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dan melanggar
kaidah/norma umum yang berlaku di masyarakat. Praktek korupsi yang meluas di
suatu negara akan merusak dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan bernegara.
Indonesia termasuk Negara yang tingkat korupsinya tinggi di dunia. Banyak faktor
yang menyebabkan tingginya kejahatan korupsi di Indonesia bisa faktor internal juga
faktor eksternal. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya pemberantasan, pencegahan
kejahatan korupsi. Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan menanamkan
nilai-nilai anti korupsi pada masyarakat lewat pendidikan anti korupsi untuk
menumbuhkan karakter kejujuran, dan sikap anti korupsi, Sikap untuk menghindari
korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini. Dan pencegahan korupsi dapat dimulai
dari hal yang kecil.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kami agar
bisa lebih baik kedepannya dalam mencari wawasan serta ilmu dari segi
pembelajaraan kelompok terutama dalam membuat makalah kelompok ini.
DAFTAR PUSTAKA

 Esti Suntari, S.H., M.Pd, dkk. 2015. Pendidikan Pancasila. Jakarta: UNJ
Press.
 https://www.academia.edu/9830875/
pancasila_sebagai_benteng_anti_korupsi
 http://otoritas-semu.blogspot.com/2016/05/pengertian-dan-definisi-tentang-
korupsi.html
 http://hasbagiilmu.blogspot.co.id/2015/08/faktor-penyebab-korupsi.html
 http://guruppkn.com/dampak-korupsi-bagi-negara
 http://shilvystewart.blogspot.co.id/2011/09/upaya-pencegahan-korupsi-di-
indonesia.html
 http://jeyysiska.blogspot.co.id/2013/07/pencegahan-dan-upaya-
pemberantasan.html
 https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2015/10/15/nilai-prinsip-anti-
korupsi/
 http://www.infoduniapendidikan.com/2015/01/makna-dan-tujuan-
pendidikan-anti-korupsi.html
 http://korupsidalampandanganpancasila.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai