Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH V


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN REMATOID ARTHRITIS

DISUSUN OLEH :
1. ANIS SOIMAH
2. SRI TUTI
3. WASTI M.SIAHAY

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA KELUARGA
BEKASI,2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit sendi atau radang pada sendi
yang disebabkan oleh proses autoimun, biasanya akan timbul nyeri pada bagian sendi
seperti lutut,tangan, maupun jari-jari (Aulia, Sena Wahyu Purwanza, and Lilis Sulistiya
Nengrum, 2022).
RA merupakan penyakit peradangan pada sendi yang akan mengalami
pembengkakan,nyeri, dan akhirnya menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi.
(Aulia, Sena Wahyu Purwanza, and Lilis Sulistiya Nengrum, 2022).
Kelainan sendi yang terjadi pada Rheumatoid Arthritis merupakan akibat dari
proliferasi sel sinovial yang merusak tulang dan tulang rawan. Penyakit ini dimulai
dengan aktivasi sel T autoreaktif. Sel T autoreaktif bermigrasi ke ruang sinovial dan
menginduksi aktivasi sel efektor seperti sinoviosit dan sel B oleh sitokin yang
diproduksi sel T. Membran sinovial selanjutnya menjadi hiperselular dengan berbagai
tahap aktivasi, sel plasma, dan akumulasi sejumlah besar limfosit dalam makrofag.
Semua sel menunjukkan tingkat aktivasi yang tinggi dan interaksi antara sel-sel ini
mengarah pada pembentukan imunoglobulin dan faktor Rheumatoid (Febrianti, 2023).
Gejala klinis rheumatoid arthritis bervariasi pada setiap orang, diantaranya yaitu
kekakuan sendi di pagi hari, pembengkakan dan nyeri pada persendian, nodul
(benjolan), gejala seperti flu, dan penumpukan cairan, pada pergelangan kaki . Dampak
dari rheumatoid arthritis jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat
menyebabkan ketidaknyamanan akibat dampak keterbatasan mobilitas fisik, yang dapat
mengakibatkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas sehari-hari,
walaupun tidak jelas, namun juga memiliki efek sistemik yang menyebabkan kegagalan
organ (komplikasi seperti penyakit jantung terjadi jika sistem imun tubuh menyebabkan
pembengkakkan dan peradangan dilapisan luar jantung/perikarditis dan otot
jantung,serta penyakit pada organ paru-paru yang terjadi akibat peradangan dan
jaringan parut pada paru-paru) dan kematian. Menyebabkan masalah seperti nyeri,
kelelahan, perubahan citra diri dan peningkatan risiko cedera (Febrianti, 2023).
Penderita Rheumatoid Arthritis Menurut World Health Organisation (World Health
Organitation, 2016) 335 juta penduduk di dunia yang mengalami rheumatoid arthritis.
Setiap 6 orang di dunia satu diantaranya adalah penderita RA, dan RA telah berkembang
dan menyerang 2,5 juta warga Eropa yaitu sekitar 75% diantaranya adalah wanita dan
kemungkinan akan mengurangi harapan hidup mereka sampai 10 tahun. Bukan hanya di
Eropa, menurut Arthritis Foundation (2017), sebanyak 22% orang dewasa di Amerika
Serikat berusia 18 tahun atau lebih didiagnosa arthritis. Data RISKESDA Indonesia tahun
2018 jumlah penderita RA di Indonesia mencapai 7,30%. Menurut RISKESDA (2018)
prevalensi penyakit sendi di Provinsi Jawa Timur sebanyak 26,9%. Data dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Malang menyebutkan bahwa penyakit rheumatoid arthritis
menduduki peringkat 8 pada 10 jenis penyakit di Kabupaten Malang pada tahun 2018
dengan total kasus sebanyak 7.999 kasus (Badan Pusat Statistik, 2018). Berdasarkan data
dari Puskesmas Pakisaji Kecamatan Pakisaji memiliki kasus rheumatoid arthritis
sejumlah 1.237 kasus. 319 kasus terjadi pada laki-laki dan 918 kasus terjadi pada
perempuan. Penderita rata-rata berusia 45-69 tahun dan di dominasi penderita
perempuan. Data tahun 2020 di Kecamatan Pakisaji terdapat 375 responden penderita
Rheumatoid Arthritis dengan kasus terbanyak di Desa Pakisaji sebanyak 175 kasus
dengan berbagai latar belakang usia. Usia diatas 55 tahun jumlah penderita RA sebanyak
70 kasus.
Penatalaksanaan penyakit arthritis rheumatoid yaitu dengan penatalaksanaan
farmakologis bisa menggunakan obat NSAID yang dapat diberikan atara lain: aspirin,
ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak (Sukmara et al. 2023). Penanganan
penyakit arthritis rheumatoid selain menggunakan penatalaksanaan farmakologis, dapat
juga dilakukan dengan terapi komplementer. Penatalaksanaan penyakit arthritis
rheumatoid dengan terapi komplementer bisa menggunakan tanaman herbal yaitu
tanaman serai. Tanaman serai mengandung minyak atsiri yang memiliki sifat kimiawi
dan efek farmakologi yaitu rasa pedas dan bersifat hangat, sebagai anti radang dan
menghilangkan rasa sakit yang bersifat analgesik serta melancarkan sirkulasi darah yang
diindikasikan untuk penderita rematik, nyeri otot, nyeri sendi dan sakit kepala (Sukmara
et al. 2023).
B. Tujuan
1. Tujuan umum dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
kesehatan Rematoid arthritis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah rhematoid
arthritis
b. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah rhematoid arthritis
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan intervensi keperawatan terhadap klien
dengan rhematoid arthritis
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan
yang telah disusun.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang
telah dilaksanakan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Penyakit rheumatoid arthritis merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan
peradangan kronis dan menimbulkan kerusakan pada sendi secara permanen
sehingga penatalaksanaannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan dalam
jangka waktu yang panjang dimana akan menyebabkan tejadinya perubahan-
perubahan pada sendi sejalan dengan makin meningkatnya usia keadaan demikian
tampak pada semua sistem musculoskeletal dan jaringan lain yang ada kaitanya
dengan timbulnya rheumatoid artritis (Sukmara et al, 2023).
Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
gangguan peradangan kronis autoimun atau respon autoimun, yang menyebabkan
melemahnya organ sendi dan lapisan pada sinovial, terutama pada tangan, kaki, dan
lutut (Zuraidah et al, 2023).

B. Etiologi
Etiologi Rhematoid Arthritis belum diketahui secara pasti.Namun kejadiannya
dihubungkan dengan interaksi yang kompleks antara factor genetik dan lingkungan
(Suarjana, 2009) :
1. Genetik,berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1.Faktor ini memiliki angka
kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60 % (Suarjana, 2009).
2. Faktor Infeksi,beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk ( host ) dan
merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit
Rhematoid Arthritis (Suarjana, 2009).
3. Heat Shock Protein ( HSP ),merupakan protein yang diproduksi sebagai respon
terhadap stres.Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino
homolog.Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T
mengenali epitope HSP pada agen infeksi dan sel host.Sehingga bisa menyebabkan
terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel host sehingga mencetuskan reaksi
imunologis (Suarjana, 2009).
4. Faktor lingkungan,salah satu contohnya adalah merokok (Longo, 2012).
C. Patofisiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui secara pasti dimana merupakan penyakit
autoimun yang dicetuskan faktor luar ( infeksi,cuaca ) dan factor dalam ( usia,jenis
kelamin,keturunan dan psikologis ).
Diperkirakan infeksi virus dan baktei sebagai pencetus awal RA.Sering faktor
cuaca yang lembab dan daerah dingin diperkirakan ikut sebagai factor pencetus.
Patogenesis terjadinya proses autoimun yang melalui reaksi autoimun komplek
dan reaksi imunitas selular.Tidak jelas antigen apa sebagai pencetus awal,mungkin
infeksi virus.
Patofisiologi rheumatoid arthritis melibatkan peradangan dan hiperplasia sinovial,
produksi autoantibodi seperti anti-citrullinated protein antibodies (ACPA)
dan rheumatoid factor (RF), serta kerusakan tulang atau tulang rawan.
Pada rheumatoid arthritis, peradangan diinduksi oleh autoreactive sel T-
Helper tipe 1 atau T-helper 17 di dalam nodus limfe atau secara lokal
oleh Antigen-presenting cells (APCs) yang diaktivasi dan
menimbulkan autoantigen-derived peptides. Pada sendi yang
terkena, autoreactive sel T yang diaktifkan akan mengaktifkan makrofag dan
fibroblast melalui sekresi dari mediator proinflamasi TNF- α, IL-17, IFN- γ,
dan receptor activator of nuclear factor kB ligand (RANK-L).
Makrofag yang teraktivasi akan mensekresi sitokin proinflamasi dalam jumlah
banyak yakni TNF- α, IL-1 β, dan IL-6 yang menyebabkan pembentukan dan
pemeliharaan inflamasi di dalam sinovial. Sel T yang aktif juga
membantu autoreactive B cells menghasilkan anti-citrullinated protein
antibodies (ACPA) dan rheumatoid factor (RF) autoantibodies. Autoantibodi ini
lebih jauh mendorong inflamasi melalui aktivasi makrofag secara langsung.
RANK-L dengan fibroblast-derived matrix metalloproteinases (MMPs), antibodi
osteoklas, dan neutrofil memediasi kerusakan kartilago dan erosi tulang.

D. Pathway
E. Tahapan Rhematoid Arthritis

Terdapat 4 tahapan dari Rhematoid Arthritis,yaitu :


1. Tahap 1 : Tahap awal sinovitis atau inflamasi pada membran sinovial,
menyebabkan bengkak pada sendi dan nyeri
2. Tahap 2 : Inflamasi pada jaringan sinovial, rongga sendi, hingga kartilago sendi
akan secara perlahan merusak kartilago dan mempersempit sendi
3. Tahap 3 : Terbentuk pannus di sinovial,kartilago rusak,deformitas sendi
4. Tahap 4 : Tahap akhir, dimana proses inflamasi telah mereda dan pembentukan
jaringan fibrosa mengakibatkan berhentinya fungsi sendi. Tahap ini mungkin
terkait dengan pembentukan nodul subkutan.

F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada Remathoid artritis (Hamijoyo et al., 2020) yaitu :


1. Manifestasi artikular
 Poliartritis yaitu adanya nyeri, bengkak, kemerahan, dan teraba hangat
pada sendi, akibat adanya sinovitis (inflamasi pada membran sinovial),
yang bersifat simetris dan bilateral.
 Kekakuan sendi di pagi hari yang berlangsung lebih dari 1 jam dan akan
membaik setelah digunakan beraktivitas.
 Sendi yang umumnya terlibat adalah sendi pergelangan tangan, proksimal
interfalang (PIP), metakarpofalang (MCP), dan Metatarsofalang II - V
(MTP II - V), sedangkan sendi distal interfalang (DIP) dan sakroiliaka
umumnya tidak terlibat.
 Deformitas sendi yang dapat dijumpai antara lain: o Deformitas leher
angsa (swan neck), yaitu hiperekstensi PIP dan hiperfleksi DIP. o
Deformitas boutonniere, yaitu hiperfleksi PIP dan hiperekstensi DIP. o
Deformitas Z-thumb, yaitu fleksi dan subluksasi sendi MCP I dan
hiperekstensi sendi interfalang. o Hallux valgus, yaitu MTP I terdesak
kearah medial, dan ibu jari kaki mengalami deviasi kearah lateral yang
terjadi bilateral.
2. Manifestasi ekstraartikular
 Konstitusional : Demam, anoreksia, kelelahan
 Kulit : Nodul reumatoid, vaskulitis reumatoid, pioderma gangrenosum
 Mata : Keratokonjungtivitis sika, episkleritis, skleritis, skleromalasia
perforans
 Kardiovaskular : Perikarditis, miokarditis, endokarditis, efusi
perikardium
 Paru-paru: Pleuritis, efusi pleura, nodul reumatoid pada paru, penyakit
paru interstisial
 Hematologi : Anemia penyakit kronis, trombositosis, Felty’s syndrome
(AR
dengan neutropenia dan splenomegali)
 Gastrointestinal : Xerostomia, amiloidosis, vaskulitis
 Neurologi : Mielopati, entrapment neuropathy
 Ginjal : Tubulo-interstisial nefritis, renal tubular acidosis (RTA)
 Metabolik : Osteoporosis
 Otot : Miositis

G. Komplikasi

Jika tidak ditangani dengan baik, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan beberapa
komplikasi berikut:
1. Cervical Myelopathy
Terjadi Ketika Rhematoid Arthritis menyerang sendi tulang leher dan
mengganggu saraf tulang belakang.Kondisi ini dapat menyebabkan dislokasi
sendi dibagian atas sumsum tulang belakang dan beresiko mempengaruhi
mobilitas penderitanya.

2. Carpal Tunnel Syndrome


Dapat terjadi ketika Rhematoid Arthritis menyerang sendi pergelangan tangan
sehingga menekan saraf disekitarnya.Akibatnya akan timbul gejala ditangan
berupa nyeri,mati rasa atau kesemutan di jari-jari tangan.
3. Syndrome Sjögren
Ketika sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata dan ludah sehingga
menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.Jika terus dibiarkan
kekeringan pada mata akan menyebabkan abrasi kornea.

4. Penyakit Jantung
Penyakit jantung dapat terjadi bila sistem imun tubuh menyebabkan
pembengkakan dan peradangan di lapisan luar jantung ( pericarditis ) dan otot
jantung ( miokarditis ).Kondisi tersebut dapat menyebabkan gagal jantung
kongestif.

5. Penyakit Paru-Paru
Meski jarang terjadi RA juga dapat menimbulkan peradangan dan jaringan parut
pada paru-paru.Penyakit paru tersebut antara lain : Pleuritis,PPOK,dan penyakit
paru interstisial.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
• Pemeriksaan darah lengkap, CRP/LED
• Pemeriksaan faktor reumatoid
• Pemeriksaan anti-CCP/ACPA (anticyclic citrullinated peptide antibody)
• Pemeriksaan fungsi ginjal dan hati untuk membantu pemilihan terapi
• Pemeriksaan radiografi (X-ray dan MRI)
Catatan: faktor reumatoid dan anti-CCP dapat positif pada kasus infeksi kronis
(contoh: TB, hepatitis kronis)

I. Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologi
• Edukasi
Edukasi terkait penyakit RA termasuk program pengobatan,risiko dan
manfaat pengobatan yang diberikan,pentingnya menjaga BB karena obesitas
dapat memberikan beban lebih terhadap sendi dan dapat memicu eksaserbasi.

• Latihan dan program rehabilitasi


Program Latihan fisik direkomendasikan untuk penderita RA,namun
disesuaikan dengan kondisi penyakit dan morbiditas masing-masing
penderita.

2. Terapi Farmakologi
 DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs)
 Suplementasi asam folat, dengan dosis 5 mg/minggu, harus diberikan
pada pemberian Metotreksat.
 DMARD Biologi (bDMARD): Etanercept, Adalimumab, Infliximab,
Golimumab, Rituximab, Tocilizumab
 Targeted Synthetic DMARD (tsDMARD): Tofacitinib, Baricitinib,
Filgotinib
 Kortikosteroid
 OAINS
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.A
Umur : 54Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl Cendrawasih no 5 bekasi

B. PENGKAJIAN
1. WAWANCARA
a. Keluhan Utama : Nyeri sendi
b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang pada tanggal 1 September 2023 dengan keluhan nyeri sendi di
lutut kiri dan kanan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit sampai tidak bisa
berjalan. Keluhan dikatakan oleh pasien pertama kali dirasakan sejak 2 bulan
SMRS, semakin hari semakin memberat dan terparah sejak 2 hari SMRS.
Selain itu, nyeri sendi juga dirasakan di pergelangan tangan dan jari-jari
tangan kanan dan kiri terutama pada ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.
Awal mula keluhan adalah rasa kaku di pangkal jari-jari tangan dan
pergelangan tangan kanan kiri yang muncul bersamaan pada pagi hari dan
berlangsung kurang dari 30 menit namun semakin hari muncul hingga lebih
dari 1 jam.

Keadaan Umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4V5M6

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Nadi : 90 x/menit reguler

Respirasi : 20 x/menit

Temperatur : 36,5ºC

BB / TB : 60 kg / 150 cm

Satus Gizi : Baik

c.Riwayat Kesehatan keluarga

1.Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita rhemathoid

2.Lingkungan rumah bersih ,ventilasi rumah baik

d.Status nutrisi dan cairan

Nafsu makan baik,dirumah pasien makan 3x sehari , mengkonsumsi air putih kurang lebih 1,5
liter/hari,tidak ada makanan yang dipantang

e.Riwayat psikososial

Harapan pasien ingin cepat sembuh dan bisa cepat pulang untuk berkumpul dg anggota keluarganya
dan menganggapbahwa penyakit yang didertanya merupakan ujian dari Alloh dan memasrahkan semua
kepada tim medis untuk melakukan yang terbaik untuk kesembuhannya

f.Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : lemah

Tekanan Darah 130/70 mmHg

Respirasi 20 x/menit

Nadi 90 x/menit

Suhu Tubuh 36,50C


Berat badan 60 kg

Tinggi badan 150 cm

Kepala : Rambut hitam, lurus, tidak ada ketombe

Mata : Sklera tidak ikterus Konjungtiva tidak anemis

Hidung :Tidak ada sekret Tidak ada kelainan

Mulut :Terdapat karang gigi Graham kiri bawah tanggal

Telinga :Tidak ada serumen Tidak ada luka, fungsi pendengaran baik

Wajah : Ekspresi wajah Meringis, tampak cemas dan gelisah

Leher/Tenggorokan : Tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka, tidak ada pelebaran

vena jugularis, tidak ada

Dada : Pergerakan dada simetris Suara nafas vesikuler Perkusi sonor

Tidak ada ronkhi Tidak ada stridor Tidak ada wheezing Tidak ada suara tambahan

Jantung : BJ 1 dan 2 tunggal Intensitas kuat Tidak ada bunyi jantung

tambahan

Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada massa

Ekstremitas : Pergerakan ekstremitas terganggu pada kedua sendi lutut dan

jari tangan

Skala nyeri : 5 (S)

Kekuatan otot : 3 (Gerakan otot penuh melawan gravitasi,

dengan topangan)

Kulit : Warna kulit sawo matang Turgor kulit baik Tidak ada lesi

Kuku : Pendek dan bersih CRT < 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hb 12,5
Hematokrit 35,8
Trombosit 215 000
SGOT 11,8
SGPT 10,5
Albumin 3,2
BUN 6
Ureum 65
Creatinin 0,9
Natrium 134
Kalium 3,5
CRP 71
LED 31

Radiologi

-Thorax : Normal

-Ro Manus:Tulang – tulang manus tak tampak kelainan

-Ro Genue :kesan Osteoarthritis genu bilateral grade 1

-Ro pedis: kesan Tulang tulang pedis kanan kiri tak tampak kelainan

Terapi

 IVFD NS 500cc/24jam

 Paracetamol 4x 500mg

 Na diclofenac 3x50mg

 Metotrexat 1x7,5mg

 Diet tinggi kalori tinggi protein

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 DS: Nyeri Agen pencedera
1. Pasien mengatakan nyeri nyeri fisiologis
sendi di lutut kiri dan kanan
2. Klien mengatakan nyeri sendi juga dirasakan di
pergelangan tangan dan jari-jaritangan kanan dan kiri
terutama pada ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah
3. nyeri dirasakan saat pagi hari setelah bangun tidur
dan saat melakukan aktivitas
DO:
1.KU: Compos mentis
2.Tekanan darah : 130/70 mmHg
3.Nadi : 90 x/menit reguler
4.Respirasi : 20 x/menit
5.Temperatur : 36,5ºC
6.Pasien tampak meringis menahan nyeri
7.Skala nyeri 5

2. DS: Gangguan Kontraktur


1.Klien mengatakan nyeri yang dirasakan mobiblitas fisik sendi
mengganggu aktivitasnya sehingga sulit untuk
menggerakkan lutut dan tangan
2. klien merasa cemas saat menggerakkan lutut
DO:
1.KU: Compos mentis
2.Tekanan darah : 130/70 mmHg
3.Nadi : 90 x/menit reguler
4.Respirasi : 20 x/menit
5.Temperatur : 36,5ºC
6.Pasien tampak meringis menahan nyeri
7.Kekuatan otot 3

3 DS: Defisit Kurang


1)Pasien menanyakan masalah yang dihadapi Pengetahuan terpapar
DO : tentang artritis informasi
1) menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran rheumatoid
2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
masalah gejala dan tanda minor

Diagnosa
1.Nyeri Kronis b.d Kondisi musculoskeletal kronis

2.Gangguan Mobilitas Fisik b.d gangguan musculoskeletal

3.Defisit Pengetahuan tentang artritis rheumatoid b.d Kurang terpapar informasi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
1 Nyeri Kronis b.d Setelah dilakukan tindakan Rencana Tindakan Utama
Kondisi selama 30 Menit nyeri Manajemen nyeri
musculoskeletal kronis dapat berkurang, dengan Observasi
kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, durasi,
1. Kemampuan aktivitas frekuensi,
meningkat kualitas, intensitas nyeri
2. keluhan nyeri menurun, - Identifikasi skala nyeri
dari skala 5 menjadi 2 - Identifikasi respons nyeri non
3. meringis menurun verbal
- Identifikasi faktor yang
memberatkan
dan memperingan nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.terapi
pijat, aromaterapi, kompres hangat
atau dingin)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri dengan
Teknik relaksasi nafas dalam
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Tujuan : Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
Fisik b.d gangguan tindakan selama 3 x 24 jam Observasi
musculoskeletal diharapkan pasien mampu 1. Identifikasi adanya nyeri atau
melakukan aktivitas fisik keluhan fisik lainnya
Dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. Pergerakan ekstremitas 1. Fasilitasi melakukan pergerakan,
meningkat dari 3 menjadi 4 jika perlu
2.Kekuatan otot meningkat 2. Libatkan keluarga untuk
dari 3 menjadi 4 membantu pasien dalam
3. Rentang gerak (ROM) meningkatkan pergerakan
meningkat 160 derajat Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2.Ajarkan mobilisasi yang sederhana
Kolaborasi
1.Kolaborasi untuk tidakan
fisiotherapi
2.Kolaborasi dengan medis untuk
pemberian analgeik
- Paracetamol 4x 500mg

3 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan


tentang artritis intervensi selama 3 x 24 Observasi
rheumatoid b.d Kurang jam, maka tingkat - Identifikasi kesiapan dan
terpapar informasi pengetahuan membaik kemampuan menerima informasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi faktor-faktor yang
1. Perilaku sesuai anjuran dapat meningkatkan dan
meningkat menurunkan motivasi perilaku hidup
2.Pasien mengerti tentang bersih dan sehat Terapeutik
kondisi - Sediakan materi dan media
3. Persepsi yang keliru pendidikan Kesehatan
terhadap masalah menurun - Jadwalkan pendidikan kesehatan
4.Menjalani perilaku yang sesuai kesepakatan
tidak tepat menurun - Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi Kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

IMPLEMENTASI

NO Tgl Jam Implementasi Evaluasi Nama


DX
1 2/9 08:0 Mengukur TTV S: Pasien mengatakan nyeri Kelompok
0 Mengobservasi tingkat nyari pada lutut kiri dan kanan
Memberikan therapi paracetamol O: KU,Cm
500mg(IV) & natrium diclofenac TTV
50mg TD : 130/70
Nadi: 90x/mnt
Suhu : 36,50 C
RR: 18x/menit ,
Skala nyeri 5
Wajah pasien tegang menahan
nyeri
A.Nyeri akut belum teratasi
P.lanjutkan intervensi

10:0 Mengobservasi tingkat nyeri S:Pasien mengatakan nyeri pada Kelompok


0 Mengukur TTV lutut sudah mulai berkurang
O: Ku ,Cm
TD :122/68
Nadi : 82x/mnt
RR : 18x/mnt
Skala nyeri 3
Wajah pasien tampak lebih
rileks
A.Nyeri berkurang
P: Intervensi dilanjutkan
11:00 Memonitor TTV S: pasien mengatakan nyeri
Mengobservasi tingkat nyeri pada lutut sudah berkurang
Mengobservasi kemampuan dalam O:ku,Cm
mobolisasi,pasien sudah bisa makan TD: 118/65
sendiri Nadi :75x/mnt
Memonitor kekuatan otot pasien 4 RR:18x/mnt
Skala nyeri 3
Kekuatan otot 4
14:0 Mengobservasi pengetahuan pasien S:Pasien mengatakan tidak tahu
0 tentang penyakitnya tentang tentang penyakitnya
O: Kesadaran CM
A.Pasien mengatakan belum
tahu informasi kesehatan
P.Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Aulia Wahyuning Diah, Sena Wahyu Purwanza, and Lilis Sulistiya Nengrum. 2022. “The
Faktor Penyebab Kekambuhan Rheumatoid Arthritis Pada Lansia (55 – 85 Tahun).” Nursing
Information Journal 1 (2): 61–66. https://doi.org/10.54832/nij.v1i2.190.
Febrianti, Dhea. 2023. “Gambaran Rheumatoid Arthritis Pada Wanita Menopause Di Panti Sosial
Tresna Werdha Kota Bengkulu Tahun 2023” 3 (1): 18–27.
Hamijoyo, Laniyati, Nyoman Suarjana, Andi Raga Ginting, Pande Ketut Kurniari, and Perdana
Aditya Rahman. 2020. Buku Saku Reumatologi. Buku Saku Reumatologi.
Sukmara, Teja Rangga, Hopipah Dewi Iriani, Arti Puteri, and Giani Lestari. 2023. “PENERAPAN
TERAPI KOMPRES SERAI HANGAT UNTUK MENURUNKAN NYERI PADA PASIEN
RHEUMATOID ARTHRITIS : LITERATURE REVIEW Informasi Artikel Abstrak” 1 (2): 104–10.
Zuraidah, Nadi Aprilyadi, Intan Kumalasari, Tri Agus Wahyudianto, and Wella Juartika. 2023. “The
Implementation of Range of Motion Exercises in Overcoming Impaired Physical Mobility in
Rheumatoid Arthritis.” Formosa Journal of Science and Technology 2 (5): 1331–42.
https://doi.org/10.55927/fjst.v2i5.4082.
Hamijoyo, Laniyati, Nyoman Suarjana, Andi Raga Ginting, Pande Ketut Kurniari, and Perdana
Aditya Rahman. 2020. Buku Saku Reumatologi. Buku Saku Reumatologi.

https://www.alodokter.com/rheumatoid-arthritis/komplikasi

Anda mungkin juga menyukai