Anda di halaman 1dari 2

ADAB PERNIKAHAN DAN WALIMAHAN

SOAL JAWAB ADAB PERNIKAHAN DAN WALIMAHAN Bolehkah menulis basmalah pada kartu undangan pernikahan; sebab terkadang kartu tersebut dibuang begitu saja di jalan-jalan atau di tempat sampah ?

Jawab :
Disyariatkan menulis basmalah pada kartu-kartu undangan atau surat-surat yang lain berdasarkan sabda Rasulullah yang artinya :Setiap perkara yang tidak dimulai dengan basmalah maka ia terputus. * Dan jika karena Rasulullah selalu memulai surat-suratnya dengan basmalah. Serta tidak diperboleh kan bagi orang yang menerima undangan yang mengandung dzikir kepada Allah atau ayat Al-Quran untuk membuangnya di tempat sampah dan kotoran, atau menyimpannya di tempat yang tidak disukai. Demikian pula koran-koran yang memuat dzikirullah tidak boleh dijadikan sebgai alas makanan atau pembungkus atau dihinakan. Dan dosa tersebut akan dilimpahkan kepada orang yang melakukan hal itu bukan pada penulisnya. Apakah hukum mengucapkan selamat dalam peristiwa-peristiwa tertentu?

Jawab :
Masalah ini dan yang serupa dengannya berdiri di atas dasar yang sangat jelas dan bermanfaat; yaitu bahwa pada dasarnya segala bentuk adat kebiasaan baik berwujud ucapan dan perbuatan hukumnya mubah dan boleh, sehingga tidak ada yang terlarang dan dibenci kecuali yang dilarang oleh syariat atau mengandung mafsadat/kerusakan secara syari. Dan dasar yang sangat penting ini telah ditunjukkan dalam Al Quran dan As-Sunnah di beberapa tempat, dan juga disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan lainnya.Bentuk yg ditanyakan dan yang serupa dengannya termasuk dalam kategori ini, karena manusia tidak melakukan tujuan ibadah tidak lain sebagai adat kebiasaan tertentu yang tidak terlarang, bahkan mengandung maslahat/manfaat yaitu dimana kaum mukminin saling mendoakan dengan doa yang sesuai dengan kondisi dan keadaan maka hal tersebut tidaklah terlarang. Diantara maslahatnya juga ada lah ia menjadi sebab rasa saling mencintai dan kedekatan hati seperti yang dapat disaksikan. Bagaimana hukum membelanjakan uang di pesta pernikahan-pernikahan dan walimah begitu juga pesta kematian?

Jawab :
Adapun untuk pesta pernikahan maka ia termasuk sunnah Rasulullah bahkan beliau melakukan dan memerintahkannya .Dan semestinya diselenggarakan secara maruf tanpa berlebih-lebihan dan mubadzir serta tidak pula terlalu bakhil dan pelit. Rasulullah bersabda kepada Abdurrahman Bin Khauf Berwalimahlah meskipun hanya dengan seekor kambing. Adapun menyelenggarakan pesta kematian termasuk hal yang terlarang. Para ulama telah jelas mengatakan hal ini dan mereka menyatakan bahwa yang sesuai dengan sunnah adalah hendaknya keluarga mayit dibuatkan makanan lalu dikirim kepada mereka, berdasarkan sabda Rasulullah Buatkanlah makanan untuk keluarga Jafar karena mereka telah ditimpa oleh (musibah) yang menyibukan mereka .(HR.Asy-Syafii , Ahmad, dan dihasankan At-Tirmidy) Dan dimakruhkan bagi keluarga mayit untuk membuat makanan bagi orang lain berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Jarir Kami menganggap berkumpul dalam keluarga mayit dan membuatkan makanan setelah setelah penguburannya termasuk perbuatan meratap.(Dan sanadnya tsiqah). Apakah menikah pada malam Jumat termasuk perbuatan bidah atau bukan?

Jawab :
Bila penduduk negeri tersebut menjalankan hal ini disertai keyakinan bahwa malam ini memiliki berkah buat kedua mempelai sehingga keduanya makin erat; maka hal ini tidak boleh dilakukan. Dan jika

pelaksanaannya pada malam ini dikarenakan bertepatan dengan hari libur misalnya sehingga para pekerja yang diundang dapat menghadiri pes ta tersebut maka tidaklah mengapa. Apakah syariat menyetujui tentang tingginya ma har dan berlebih-lebihan dalam menyelenggara kan pesta pernikahan, khususnya untuk memper siapkan apa yang disebut bulan madu yang me nghabiskan biaya tinggi? Jawab : Sesungguhnya berlebih-lebihan dalam mahar dan pesta semuanya bertentangan dengan syariat. Karena pernikahan yang paling diberkati adalah yang paling ringan biaya dan bebannya. Semakin sedikit beban semakin besar berkahnya. Dan perkara ini sering seringkali kembali kepada kaum wanita karena para wanita itu seringkali menyebabkan suami mereka meninggikan mahar. Sehingga apabila ada seseorang akan melamar putri mereka dengan mahar yang rendah maka sang wanita akan mengatakan,Putri kami harus mendapatkan sekian dan sekian Demikian pula berlebih-lebihan dalam menyelenggarakan pesta, terlarang dalam syariat bahkan termasuk dalam firman Allah : Dan janganlah kalian berlebih-lebihan , sesungguhnya Allah ShallahuAlaihi wa Sallam tidak mencintai orang-orang yang berlebih-lebihan.(Al-Araf:31) Seringkali para istri membuat suami mereka berbuat seperti itu dengan mengatakan, Pesta si Fulan begini dan begini. Namun yang harus dilakukan dalam kondisi ini adalah melakukan sesuai yang disyariatkan tidak melampui batas karena Allah SWT telah melarang hal ini dalam ayat di atas. Adapun apa yang disebut bulan madu maka ini lebih buruk dan lebih dibenci karena mengandung unsur taqlid kepada non-muislim dan membuang-buang harta serta melalaikan begitu banyak perkara agama khususnya bila dihabiskan di negeri non-muslim; karena mereka akan pulang dengan adat dan kebiasaan yang buruk bagi mereka dan bagi masyarakat mereka, dan perkara ini sangat dikhawatirkan bagi umat. Adapun jika ia bepergian dengan istrinya untuk mengerjakan umrah atau ziarah ke Madina maka-Insya Allah -tidak mengapa. (ilh) 1) Hadist mursal/terputus derajat lemah/dhoif-Insya Allah-lihat As-Sunnah edisi 21 th 2 Sumber: Fatwa-fatwa Muslimah, Syaikh M. bin Ibrahim bin Al-Asyikh, Abdurrahman bin Nashr AsSadiy dkk diterjemahkan Muhammad Ihsan ibnu Zainudin, Darul Falah, Jakarta. Hal 267-269.

Anda mungkin juga menyukai