Anda di halaman 1dari 9

KONSEP KEADILAN GENDER DALAM AL-QUR’AN

Ajeng Riski Aulia Fara (3119059)

Studi Al-Qur’an Dan Keadilan Gender IAT C

Abstarct

Isu gender sampai saat ini masih menjadi isu yang seringkali dibicarakan di kalangan
masyarakat. Sebagian dari mereka membahas masalah mengenai keadilan gender yang biasanya
mempermasalahkan pada perbedaan antara hak dan kewajiban seorang laki-laki dan perempuan,
kemudian mencoba untuk menyetarakannya. Al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan oleh
Allah agar dijadikan sebagai pedoman hidup bagi manusia. Umat Islam meyakini bahwa seluruh
ajaran Al-Quran adalah ajaran yang adil serta selalu relevan untuk diamalkan di setiap tempat
dan waktu. Al-Quran juga menjelaskan bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada jenis
kelaminnya, akan tetapi terletak pada ketakwaannya. Ketika semua ayat Al-Quran dikaji maka
akan ditemukan bahwa AlQuran adalah kitab suci yang sangat adil pada laki-laki maupun
perempuan. Seluruh ayat yang ada dalam Al-Quran menggambarkan keadilan Allah sebagai
Tuhan yang Maha Adil.

Kata kunci : Gender, Keadilan, Al-Qur’an

PEMBAHASAN

Allah subhanahu wata'ala telah menurunkan al-Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia.
Dengan Al-Quran mereka akan hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini karena di
dalam al-Qur’an terdapat petunjuk-petunjuk Allah yang sangat sempurna. Tidak ada satupun
permasalahan dunia yang tidak ada jawabannya di dalam Al-Qur’an. Semua permasalahan yang
berkaitan dengan manusia pasti akan ditemukan petunjuknya di dalam al-Qur`an. Termasuk
permasalahan gender yang beberapa dekade ini banyak dikaji oleh berbagai kalangan termasuk
sarjana muslim.1

Salah satu persoalan yang selalu menarik untuk diperbincangkan dan didiskusikan dikalangan
masyarakat adalah isu mengenai keadilan gender. Dewasa ini agama seringkali dituduh sebagai

1
Solahudin, Keadilan Jender dalam Sorotan Al-Qur’an, hlm. 11
sumber terjadinya ketidakadilan dalam masyarakat, termasuk ketidakadilan antara laki-laki dan
perempuan atau yang sering disebut dengan ketidakadilan gender. Padahal diyakini bahwa, Al-
Qur’an adalah kitab suci yang berkeadilan gender. Gender adalah suatu konsep yang digunakan
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial-budayanya.
Gender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut non biologis.

Gender adalah jenis kelamin bentukan yang dikonstruksi oleh budaya dan adat istiadat, seperti
laki-laki kuat, berani, cerdas, menguasai, sedangkan perempuan itu lemah, penakut, kurang
cerdas (bodoh), dikuasai dan lain-lain. Isu gender menguat ketika disadari bahwa perbedaan
gender antara laki-laki dan perempuan telah melahirkan ketidakadilan dalam berbagai bentuk
seperti marginalisasi atau pemiskinan ekonomi, subordinate atau anggapan tidak penting dalam
urusan politik, stereotype atau pencitraan yang negatif bagi perempuan. Citra perempuan yang
dimaksud hanya bergelut 3R (dapur, sumur, kasur), kekerasan, dan beban ganda terhadap
perempuan yang bermuara pada perbuatan tidak adil yang dibenci oleh Allah swt.2

Perbedaan konsep gender secara sosial telah memunculkan perbedaan peran antara laki-laki dan
perempuan, baik dari segi tanggung jawab, fungsi, bahkan ruang tempat beraktivitas dikalangan
masyarakat. Perbedaan gender ini melekat pada cara pandang kita, sehingga kita seringkali lupa
seakan-akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi, sebagaimana permanen dan
abadinya ciri biologis yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Cara pandang tersebut oleh
masyarakat khususnya Muslim diperkuat dengan beberapa nash al-Qur’an maupun hadis yang
secara tekstual memojokkan eksistensi perempuan, serta adanya dalil yang mensuperiorkan
kaum lakilaki.3

Secara kodrati, laki-laki dan perempuan merupakan makhluk Allah yang memiliki perbedaan
sekaligus persamaan. Namun hal itu bukan berarti yang satu lebih unggul/utama daripada yang
lain, sehingga menyulut terjadinya ketidakadilan dan perlakuan diskriminatif. Adanya perbedaan

2
Sarifa Suhra, Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam, Jurnal Al-
Ulum (Jurnal Studi-Studi Islam) IAIN Gorontalo, Volume. 13 Nomor 2, Desember 2013, hlm. 375
3
Putri Jannatur Rahmah dan Yusdani, Konsep Gender Equality Perspektif Islam, Jurnal Mahasiswa FIAI-UII, at-
Thullab, Vol.2, Nomor 1, September-Januari, 2021, hlm. 356
dan persamaan diantara keduanya ini merupakan sunnatullah yang sengaja diciptakan Allah demi
kelangsungan hidup generasi manusia dalam mengemban tugas kekhalifahan di muka bumi.4

Hakikat Gender

Kata gender berasal dari bahasa Inggris berarti jenis kelamin. Dalam Webster's New World
Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan
dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam Women's Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa
gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal
peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat.5

Selain itu, Nasaruddin Umar menyatakan bahwa gender adalah suatu konsep yang digunakan
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial dan
budayanya. Gender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari segi non-biologis.
Dari ungkapan Nasaruddin Umar ini dapat dipahami bahwa gender adalah interpretasi budaya
terhadap perbedaan jenis kelamin.6

Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa gender adalah suatu konsep yang
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh
sosial budayanya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat (social
constructions), bukan sesuatu yang bersifat kodrati. Dalam konteks tersebut, gender harus
dibedakan dari jenis kelamin (seks). Jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua
jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Sedangkan konsep gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural, misalnya perempuan dikenal lembut
dan cantik. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa gender adalah interpretasi budaya terhadap
perbedaan jenis kelamin.

4
Siti Masykuroh, Diskursus Kajian Gender dalam Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Adyan, Volume 13, No. 1, JanuariJuni,
2018, hlm. 25
5
Sarifa Suhra, Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam, Jurnal Al-
Ulum (Jurnal Studi-Studi Islam) IAIN Gorontalo, Volume. 13 Nomor 2, Desember 2013, hlm. 376
6
Nasaruddin Umar, Argumen Kesataraan Jender Perpektif Al-Quran, Jakarta: Paramida, 2001, cet II, hlm, 33-35
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa gender pada hakikatnya lebih menekankan pada aspek
sosial, budaya, psikologis, dan aspek non biologis lainnya. Hal ini berarti bahwa gender lebih
menekankan aspek maskulinitas atau feminitas seseorang dalam budaya tertentu. Dengan
demikian, perbedaan gender pada dasarnya merupakan konstruksi yang dibentuk,
disosialisasikan, diperkuat, bahkan dilegitimasi secara sosial dan budaya. Pada gilirannya,
perbedaan gender dianggap kodrati hingga melahirkan ketidakseimbangan perlakuan jenis
kelamin.7

Keadilan gender adalah keadilan dalam memperlakukan perempuan dan laki-laki sesuai
kebutuhan mereka. Dalam buku yang berjudul Menelisik Gender dalam Konstruksi Sosial
Salatiga mendefiniskan keadilan gender adalah antara laki-laki dan perempuan memiliki dan
menikmati status yang sama, sama-sama memiliki kesempatan yang sama untuk merealisasikan
hak-haknya dan potensi dirinya dalam memberikan kontribusi pada perkembangan politik,
ekonomi, sosial dan budaya serta sama-sama dapat menikmati hasil-hasil pembangunan tanpa
harus membedakan jenis kelamin. Konsep keadilan gender dibangun atas dasar nilai
kemanusiaan dimana tujuannya adalah memanusiakan manusia. Membuka dan memberi ruang
baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam rangka mengembangkan potensi.8

Ayat al-Qur’an tentang keadilan gender

Term gender dalam beberapa ayat Al-Qur’an mengandung interpretasi tentang persamaan
kedudukan antara perempuan dan laki-laki dalam melakukan segala aktivitas sesuai dengan
kodratnya masing-masing.9 Istilah gender ini, selalu merujuk pada adanya kesetaraan antara laki-
laki dan perempuan, dan hal tersebut antara lain ditemukan dalam QS. al-Nisa (4), QS. al-Nahl
(16): 97, QS. al-Hujurat (49): 13. Ayat-ayat ini pada dasarnya menegaskan bahwa ajaran Islam
tidak menganut paham the second sex, yang memberikan keutamaan kepada jenis kelamin

7
Sarifa Suhra, Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam, Jurnal Al-
Ulum (Jurnal Studi-Studi Islam) IAIN Gorontalo, Volume. 13 Nomor 2, Desember 2013, hlm. 377 8 Endang
8
Dwijayanti, Skripsi Membangun Paradigma Pendidikan Islam Berkeadilan Gender (Telaah Pemikiran Riffat
Hassan), IAIN Salatiga, 2017, hlm. 18-19
9
Abd. Halim K, Konsep Gender dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir tentang Gender dalam QS. Ali Imran (3):36),
Jurnal Al-Maiyyah, Volume 7 No. 1 Januari-Juni 2014, hlm. 3
tertentu, atau first ethnic, yang mengistimewakan suku tertentu.10 Ayat-ayat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1. QS. An-Nisa (4) ayat 124

ٰٰۤ ُ
ْ ‫ول ِٕىكَ يَ ْد ُخلُ ْىنَ ْال َجىَّتَ َو ََل ي‬
‫ُظلَ ُم ْىنَ وَ ِقي ًْرا‬ ‫ت ِم ْه ذَ َك ٍر ا َ ْو ا ُ ْو ٰثى َو ُه َى ُمؤْ ِم ٌه فَا‬ ّٰ ‫َو َم ْه يَّ ْع َم ْل ِمهَ ال‬
ِ ٰ‫ص ِلح‬

Terjemahannya: Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun


perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dizalimi sedikit pun.

Huruf (man) sebagai awal ayat di atas menunjuk pada makna umum “siapa saja” yang
mengerjakan amal saleh, dan huruf (min) sesudahnya bermakna “sebagian” untuk
mengisyaratkan betapa besar rahmat Allah sehingga walau sebagian (bukan semua) amal
saleh yang demikian banyak diamalkan seseorang, maka itu telah dapat mengantarnya
beriman. Dengan demikian, ayat tersebut secara tegas mempersamakan laki-laki dan
perempuan dalam hal usaha dan segala aktivitas, dan diberi pula pahala atau ganjaran
yang serupa dari amal usahanya itu, yakni (mereka, baik laki-laki maupun perempuan
akan diberi pahala syurga) bila mereka benar mengerjakan amal-amal saleh.
Selanjutnya term zakarin dan untsa yang dibarengi dengan kalimat ya’malu sebelumnya,
pada dasarnya bisa menghilangkan kesan gender, karena ayat tersebut tidak
menggunakan kalimat ta’malu sebagai kata ganti perempuan. Namun secara kontekstual,
kendati kata ganti yang disebutkan untuk kaum laki-laki, tetapi polanya bersifat umum,
dan memang demikianlah lazimnya al-Qur’an mengkontekstualkan yang pada umumnya
dipahami bahwa di dalamnya sudah tercakup perempuan.11

10
Abd. Halim K, Konsep Gender dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir tentang Gender dalam QS. Ali Imran (3):36),
Jurnal Al-Maiyyah, Volume 7 No. 1 Januari-Juni 2014, hlm. 1--2
11
Abd. Halim K, Konsep Gender dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir tentang Gender dalam QS. Ali Imran (3):36),
Jurnal Al-Maiyyah, Volume 7 No. 1 Januari-Juni 2014, hlm. 3-5
2. QS. An-Nahl (16) ayat 97

‫ط ِيّ َب ًۚتً َو َلى َْج ِز َيىَّ ُه ْم ا َ ْج َر ُه ْم‬


َ ً ‫صا ِل ًحا ِ ّم ْه ذَ َك ٍر ا َ ْو ا ُ ْو ٰثى َو ُه َى ُمؤْ ِم ٌه فَلَىُ ْح ِي َيىَّهٗ َح ٰيىة‬ َ ‫َم ْه َع ِم َل‬
َ‫س ِه َما َكاوُ ْىا َي ْع َملُ ْىن‬
َ ‫ِبا َ ْح‬
Terjemahnya : Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.

Sebagaimana QS. al-Nisa (4): 124 yang lalu, maka ayat di atas juga yakni QS. alNahl
(16): 97 didahului partikel yang menunjuk pada dua jenis kelamin, yakni laki-laki dan
perempuan. Secara tegas ayat ini mempersamakan laki-laki dan perempuan dalam hak
relasi gender. Laki-laki dan perempuan diberikan potensi sama melakukan amal saleh
dengan syarat mereka harus beriman. Artinya bahwa, asalkan mereka beriman, maka
sama-sama memiliki kesamaan untuk beramal saleh. Ini adalah anugerah besar yang
diberikan Allah kepada laki-laki dan perempuan untuk melakukan satu kebajikan yang
sama. Misalnya, barang siapa di antara mereka yang melakukan kebajikan sama dengan
menanam sepuluh kebajikan, kemudian pahalanya juga, dilipatgandakan. Ini berdasarkan
ayat tadi, yakni yang maksudnya adalah mereka laki-laki dan perempuan apabila beriman
dan beramal saleh diberi kebahagiaan dunia dan akhirat.
M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa, maksud ayat tersebut adalah syarat mutlak bagi
penilaian kesalehan amal, tanpa pembedakan jenis kelamin. Keterkaitan amal saleh dan
iman menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai pelaku amal saleh yang melakukan
kegiatannya tanpa mengandalkan imbalan segera, serta membekalinya dengan semangat
berkorban dan upaya beramal sebaik mungkin. Setiap amal yang tidak dibarengi iman,
maka dampaknya hanya sementara. Demikian pula al-Maragiy menjelaskan bahwa, bagi
laki-laki dan perempuan yang beriman dengan senantiasa mengerjakan amal saleh,
diberikan kehidupan yang baik tanpa ada perbedaan. Kehidupan yang baik itu disertai
dengan rasa puas dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya, dan ridha dengan
apa yang telah diciptakan baginya. 12

3. QS. Al-Hujurat (49) ayat 13

‫ِهّٰلِ اَقْ ٰقى ُك ْم ِا َِّن‬


ّٰ َ‫ارفُ ْىا ًۚ ا َِّن ا َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْىد‬ ُ ‫اس اِوَّا َخلَ ْق ٰى ُك ْم ِ ّم ْه ذَ َك ٍر َّوا ُ ْو ٰثى َو َج َع ْل ٰى ُك ْم‬
َ ‫شعُ ْىبًا َّوقَ َب ٰۤا ِٕى َل ِلت َ َع‬ ُ َّ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الى‬
‫ع ِل ْي ٌم َخبِي ٌْر‬
َ َ‫ِهّٰل‬
ّٰ
Terjemahnya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti.

Ayat ini sesungguhnya memiliki kaitan erat (munasabah) dengan QS. al-Nisa (4): 124
dan QS. al-Nahl (16): 97 yang telah diuraikan. Dua ayat yang disebutkan terakhir
mengandung interpretasi bahwa bagi laki-laki dan perempuan yang melakukan amal
saleh, dan dalam keadaan beriman, maka selanjutnya dalam QS. al-Hujurat (49): 13
menekankan pentingnya mereka untuk lebih meningkatkan keimanannya untuk mencapai
taqwa, dan capaian taqwa bisa diperoleh oleh kedua jenis kelamin tersebut. Boleh jadi
kaum perempuan lebih cepat dan lebih mampu mencapai taqwa ketimbang laki-laki, dan
dalam keadaan demikian maka perempuan lebih mulia di sisi Allah. Jadi ukuran
kemuliaan seseorang manusia di sisi Allah adalah prestasi dan kualitas keimanannya,
tanpa membedakan ras, etnik, dan jenis kelamin sebagaimana dalam ayat tadi. Dengan
ayat itu pula, maka Islam dengan ajarannya membebaskan manusia dari ketidakadilan
gender. Al-Qur’an memang mengakui adanya suku-suku, dan bangsa-bangsa, bahkan
sudah menjadi ketetapan ada dua jenis kelamin yang berbeda, tetapi dalam segi aktivitas

12
Abd. Halim K, Konsep Gender dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir tentang Gender dalam QS. Ali Imran (3):36),
Jurnal Al-Maiyyah, Volume 7 No. 1 Januari-Juni 2014, hlm. 5-7
untuk mencapai taqwa dan mendapat kemuliaan di sisi-Nya sama-sama diberi jalan
secara adil.13
Ayat tersebut juga sekaligus mengikis tuntas pandangan yang menyatakan bahwa antara
keduanya terdapat perbedaan yang memarginalkan salah satu diantara keduanya.
persamaan tersebut meliputi berbagai hal misalnya dalam bidang ibadah. Siapa yang rajin
ibadah, maka akan mendapat pahala lebih banyak tanpa melihat jenis kelaminnya. Ayat
ini juga mempertegas misi pokok al-Qur’an diturunkan yaitu untuk membebaskan
manusia dari berbagai bentuk diskriminasi dan penindasan, termasuk diskriminasi
seksual, warna kulit, dan etnis.14
Jadi, konsep keadilan gender dalam Al-Qur’an adalah adanya persamaan kedudukan
perempuan dan laki-laki dalam melakukan segala aktivitas terutama dalam melakukan
amal shaleh. Al-Qur’an memberi spirit bagi umat islam untuk memperbanyak amal tanpa
pembedaan jenis kelamin. Dengan amal itu, mereka lebih meningkatkan keimanannya,
dan bagi mereka yang mencapai taqwa itulah yang lebih mulia di sisi Allah. Penting bagi
setiap laki-laki dan perempuan untuk menempatkan dirinya sesuai dengan kodratnya, dan
melakukan berbagai aktivitas sesuai potensi yang dimiliki masing-masing, demikianlah
konsep keadilan gender yang dipahami dalam Al-Qur’an.15

KESIMPULAN

Keadilan gender adalah keadilan dalam memperlakukan perempuan dan laki-laki sesuai
kebutuhan mereka. Konsep keadilan gender dibangun atas dasar nilai kemanusiaan
dimana tujuannya adalah memanusiakan manusia. Membuka dan memberi ruang baik
terhadap laki-laki maupun perempuan dalam rangka mengembangkan potensi.

Konsep keadilan gender dalam Al-Qur’an adalah adanya persamaan kedudukan


perempuan dan laki-laki dalam melakukan segala aktivitas terutama dalam melakukan
amal shaleh. Al-Qur’an memberi spirit bagi umat islam untuk memperbanyak amal tanpa
pembedaan jenis kelamin. Dengan amal itu, mereka lebih meningkatkan keimanannya,

13
Abd. Halim K, Konsep Gender dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir tentang Gender dalam QS. Ali Imran (3):36),
Jurnal Al-Maiyyah, Volume 7 No. 1 Januari-Juni 2014, hlm. 7-8
14
Sarifa Suhra, Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam, Jurnal
Al-Ulum (Jurnal Studi-Studi Islam) IAIN Gorontalo, Volume. 13 Nomor 2, Desember 2013, hlm. 374
15
Abd. Halim K, Konsep Gender dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir tentang Gender dalam QS. Ali Imran (3):36),
Jurnal Al-Maiyyah, Volume 7 No. 1 Januari-Juni 2014, hlm. 14-15
dan bagi mereka yang mencapai taqwa itulah yang lebih mulia di sisi Allah. Penting bagi
setiap laki-laki dan perempuan untuk menempatkan dirinya sesuai dengan kodratnya, dan
melakukan berbagai aktivitas sesuai potensi yang dimiliki masing-masing, demikianlah
konsep keadilan gender yang dipahami dalam Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijayanti, Endang. (2017). Skripsi Membangun Paradigma Pendidikan Islam Berkeadilan


Gender (Telaah Pemikiran Riffat Hassan), IAIN Salatiga.

Jannatur Rahmah, Putri dan Yusdani, (2021). Konsep Gender Equality Perspektif Islam, Jurnal
Mahasiswa FIAI-UII, at-Thullab, Vol.2, Nomor 1, September-Januari.

K, Abd. Halim. (2014). Konsep Gender dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir tentang Gender dalam
QS. Ali Imran (3):36), Jurnal Al-Maiyyah, Volume 7 No. 1 Januari-Juni.

Masykuroh, Siti. (2018). Diskursus Kajian Gender dalam Kitab Suci Al-Qur’an, AlAdyan,
Volume 13, No. 1, Januari-Juni.

Suhra, Sarifa. (2013). Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap
Hukum Islam, Jurnal Al-Ulum (Jurnal Studi-Studi Islam) IAIN Gorontalo, Volume. 13
Nomor 2, Desember.

Solahudin, Keadilan Jender dalam Sorotan Al-Qur’an.

Umar, Nasaruddin. (2001). Argumen Kesataraan Jender Perpektif Al-Quran, Jakarta: Paramida,
cet II.

Anda mungkin juga menyukai