Anda di halaman 1dari 9

I Summary Perjanjian Kredit Sindikasi (pembelajaran minggu pertama)

1. Pengertian Kredit Sindikasi


Debitur sebagai pihak yang membutuhkan dana dalam hubungan hukum
pemberian kredit, memiliki tiga macam cara untuk memperoleh kredit dari lembaga
pemberi kredit. Cara pertama, debitur memperoleh kredit hanya dari satu kreditur saja
untuk keseluruhan dana yang dibutuhkannya. Kedua debitur memperoleh kredit dari
beberapa kreditur secara terpisah (menggunakan perjanjian kredit bilateral tersendiri
untuk masing-masing kreditur) untuk dapat memenuhi keterbutuhannya terhadap
seluruh jumlah dana yang diperlukan untuk keberlangsungan usaha debitur. Secara
hukum, masing-masing perjanjian kredit tersebut tidak berhubungan satu sama lain,
kecuali apabila terdapat klasul yang mencantumkan mengenai cross default clause,
yaitu suatu klausul yang berisi mengenai pernyataan hukum yang mengikat para pihak
bahwa apabila debitur mengalami kemacetan kredit dari lembaga pemberi kredit yang
lain, maka kredit yang diterima debitur berdasarkan perjanjian tersebut demi hukum
menjadi default dan kreditur berhak untuk seketika dan sekaligus menagih seluruh kredit
sekalipun belum jatuh tempo. Ketiga, debitur memperoleh kredit dari suatu sindikasi
yang anggotanya terdiri dari beberapa lembaga pemberi kredit melalui satu perjanjian
kredit saja, yaitu perjanjian antara debitur dengan sindikasi sebagai pemberi kredit.
(Sjahdeini, 2008)
Kredit sindikasi adalah pinjaman yang diberikan oleh dua atau lebih lembaga
keuangan dengan persyaratan dan kondisi yang serupa, menggunakan dokumentasi
yang umum dan ditatausahakan oleh suatu Agent Bank, disusun oleh arranger yang
bertugas dan bertanggung jawab mulai dari proses solisitasi (permintaan pinjaman)
nasabah sampai dengan proses penandatangan kredit (Prawiroarjo, 1993). Kredit
sindikasi adalah suatu cara bagi bank untuk dapat berbagi resiko dalam pemberian
kredit. Sebab, apabila jumlah kredit yang diperlukan debitor sangat besar sehingga
resiko yang dirasakan bank akan sangat besar dan bank tidak dapat memikulnya sendiri,
maka bank akan berusaha untuk membentuk suatu sindikasi untuk dapat memberikan
kredit kepada debitur. (Sjahdeini, 2008)
2. Ciri-Ciri Utama Kredit Sindikasi
Ada ciri-ciri utama dari suatu pemberian kredit secara sindikasi yang perlu
diketahui. Adapun ciri-ciri tersebut adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih pemberi kredit.
2. Jumlah Kredit yang diberikan terhitung besar.
3. Jangka waktu yang tergolong menengah atau panjang (3-15 tahun).
4. Bunga yang digunakan biasanya bersifat mengambang (floating rate) atau tetap
(fixed rate), tergantung kesepakatan para pihak.
5. Tanggung jawab para peserta sindikasi hanya sebatas bagian jumlah kredit yang
menjadi komitmennya.
6. Dokumentasi kredit yang sama bagi seluruh peserta sindikasi.
7. Adanya keharusan publisitas terhadap perjanjian kredit sindikasi yang telah
ditandatangani.
3. Dasar Hukum Perjanjian Kredit Sindikasi di Indonesia
Dasar hukum utama bagi pelaksanaan perjanjian kredit di Indonesia ialah Pasal
1230 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) jo Pasal 1338 KUHPer. Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Kemudian perjanjian tersebut sah dan mengikat apabila telah memenuhii
empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu:
1. Adanya kesepakatan para pihak yang membuat perjanjian,
2. Kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian,
3. Suatu hal tertentu,
4. Suatu sebab yang halal.
Selain itu kredit sindikasi berpedoman terhadap berbagai peraturan lainnya yang
mengatur sebagai landasan dalam penerapannya. Adapun berbagai peraturan lainnya
yang menjadi pedoman bagi perjanjian sindikasi ialah:
1. Peraturan Bank Indonesia No. 7/3/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit.
2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/33/UPK tanggal 3 Oktober 1973 tentang
Pembiayaan Bersama oleh Bank Pemerintah.
3. Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/26/UPK tanggal 12 Januari 1979 tentang
Pembiayaan secara Konsorsium oleh Bank Pemerintah.
4. Surat Edaran Bank Indonesia No. 16/1/UKU tanggal 1 Juni 1983 tentang
Pembiayaan kepada Bank Sindikasi.
4. Manfaat Pemberian Kredit Sindikasi
Pemberian kredit sindikasi memberikan manfaat tidak hanya bagi pemberi kredit
sindikasi, namun juga terhadap penerimanya (debitur). Adapun manfaat pemberian
kredit sindikasi diantanya adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi kreditur
a. Mengatasi masalah Batas Maksimum Pemberian Kredit (BPMK).
b. Sharing risiko dengan bank lain.
c. Proses analisa lebih tajam atau akurat karena diawasi oleh banyak pihak.
2. Manfaat bagi debitur
a. Dapat memperoleh fasilitas kredit dalam jumlah yang besar tanpa berhubungan
langsung dengan banyak bank.
b. Administrasi menjadi lebih efektif dan efisien karena dikerjakan oleh agen bukan
masing-masing bank.
c. Ketentuan dan persyaratan kredit sama untuk semua bank, sehingga debitur
tidak perlukan dipusingkan dengan syarat yang berbeda dari masing-masing
bank.
d. Meningkatkan kredibilitas debitur.
5. Para Pihak dan Prosedur Perjanjian Kredit Sindikasi
Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kredit sindikasi pada umumnya terdiri dari
pihak Borrower (debitur), peserta sindikasi/Lenders (kreditur) dan Syndicate Leader
yang selain berperan sebagai lender, juga berperan sebagai Agent Bank. Mengenai
subyek hukum dari perjanjian kredit sindikasi tersebut, lebih jelasnya ialah sebagai
berikut:
1. Pihak Borrower
Adalah nasabah peminjam kredit sindikasi. Pada umumnya nasabah kredit sindikasi
ialah berbentuk badan hukum PT (perseroan terbatas). Oleh karena itu perlu
diperhatikan status badan hukum dari nasabah dan siapa yang berwenang dalam
menandatangani perjanjian kredit sindikasi tersebut.
2. Pihak Arranger
Yaitu bank yang mengatur segala proses perjanjian kredit sindikasi, mulai dari
dimulainya proses kredit hingga dengan penandatangan perjanjian kredit sindikasi.
Dalam menjalankan tugas tersebut, arranger mendapatkan fee yang lebih besar dari
pihak lain dalam kredit sindikasi.
3. Lead Manager
Merupakan bank yang memimpin sindikasi. Pada umumnya peran Lead Manager
dirangkap dengan peran arranger dan dipegang oleh satu bank saja. Namun apabila
peranan tersebut terpisah, maka tugas Lead Manager ialah mengumpulkan bank-
bank peserta sindikasi/menawarkan suatu proyek kepada bank-bank tersebut,
sedangkan pada tahap arrangement diserahkan kepada bank lain yang berperan
sebagai arranger.
4. Agent
Pada umumnya agen yang ditentukan dalam perjanjian kredit sindikasi ialah agen
fasilitas, agen jaminan dan agen penampungan. Namun penentuan jenis agen
tersebut ialah sesuai dengan kebutuhan dalam suatu perjanjian kredit sindikasi.
Adapun tugas dari peranan agent tersebut ialah mengoperasikan keberjalanan
proses pemberian kredit sindikasi seperti memberitahukan kepada bank peserta
sindikasi kapan waktu untuk mencairkan dana pinjaman, membentuk rekening
penampungan dan mengurus dokumen mengenai pengikatan jaminan yang
digunakan dalam perjanjian kredit sindikasi.
5. Lender
Merupakan bank-bank yang tergabung dalam sindikasi kredit dan ikut serta dalam
membiayai kredit sindikasi.

Setelah mengetahui pihak-pihak dalam perjanjian kredit sindikasi, selanjutnya ialah


mengenai prosedur terjadinya kredit sindikasi. Prosedur terjadinya perjanjian kredit
sindikasi ialah terdiri dari beberapa rangkaian proses, yaitu:
1. Permohonan fasilitas kredit dan pembentukan Arranger
Kedudukan arranger ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dalam
pembentukan organisasi sindikasi, sponsor/calon debitur melakukan pendekatan
kepada calon arranger dengan memberikan informasi tentang rencana pembiayaan
yang akan ditawarkan antara lain:
 Profil perusahaan
 Kredit yang dibutuhkan dan penggunaannya
 Proposal pembiayaan proyek
Calon arranger melakukan penelitian awal terhadap rencana pembiayaan dan
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan sumber dana dan keterbatasan-
keterbatasannya. Apabila calon arranger berminat dan mempunyai keyakinan
terhadap proyek pembiayaan yang diajukan dan setelah penentuan syarat-syarat
yang akan dipenuhi oleh calon debitur serta telah disanggupinya, maka
ditindaklanjuti dengan penerbitan mandate sebagai kuasa kepada arranger untuk
mengurus/mengkoordinir proses kredit sindikasi.
2. Penunjukan Lead Manager
Pada praktiknya, seringkali lead manager bertindak sebagai arranger. Lead
manager merupakan sebuah bank atau lebih yang jumlah keikutsertaannya (share)
terbesar.
3. Penawaran atau undangan kepada calon bank peserta sindikasi
Arranger atau lead manager membuat surat penawaran kepada bank atau
lembaga keuangan non bank untuk pembiayaan proyek tersebut dilampiri info memo
term and condition dan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk analisa bagi bank-
bank atau lembaga keuangan yang ditawari.
4. Analisa kredit oleh peserta sindikasi
Setelah terbentuk peserta sindikasi dari bank atau lembaga keuangan yang
menerima penawaran, dilakukan analisa kredit oleh peserta sindikasi dengan
presentasi atau kunjungan ke lokasi proyek oleh debitur, calon kreditur dan arranger.
selanjutnya persetujuan dan porsi pembiayaan atau term and condition disampaikan
oleh peserta sindikasi kepada arranger, yang kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan surat keputusan kredit gabungan disampaikan kepada debitur dengan
tembusannya kepada kreditur.
5. Persiapan draft dokumentasi
Draft dokumentasi ini antara lain kontrak kredit sindikasi, akta pengikatan
jaminan dan akta-akta lainnya. Draft dokumentasi ini kemudian dibahas dalam suatu
rapat sindikasi (legal meeting) yang dihadiri oleh arranger, debitur, kreditur, calon
agent, notaris didampingi oleh lawyer.
6. Upacara penandatangan perjanjian kredit sindikasi (Loan Signing Ceremony)
Setelah dokumen-dokumen yang dibutuhkan selesai, maka dilaksanakanlah
penandatangan perjanjian kredit sindikasi. Semua pihak terlibat ikut tandatangan.
Setelah terjadinya penandatangan perjanjian sebagai tanda adanya kesepakatan
dan dimulainya perjanjian tersebut, maka tugas arranger selesai.
7. Publisitas
Publisitas dilakukan setelah terjadinya penandatangan dokumen perjanjian
kredit sindikasi. Hal ini dilakukan dengan membuat press conference atau press
release yang biasanya dihadiri oleh media cetak ataupun elektronik. Tindak lanjut
dari publisitas ini ialah pembuatan tombstone (pengumuman kepada publik), namun
tidak wajib. Tombstone lebih baik dibuat agar masyarakat umum mengetahui adanya
kredit sindikasi yang dilakukan.
II Summary Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (pembelajaran minggu kedua)

1. Pengertian dan Dasar Hukum Pembiayaan Syariah


Salah satu kegiatan operasional perbankan, ialah penyaluran dana melalui
pemberian kredit dalam rangka mendorong dan mendukung kegiatan usaha di bidang
permodalan. Namun jika istilah penyaluran dana tersebut dalam perbankan
konvensional ialah kredit, maka di dalam perbankan syariah dikenal dengan istilah
pembiaayan untuk kegiatan penyalauran dana tersebut.
Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (UU
Perbankan) Pengertian Pembiayaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil. Sedangkan Pengertian prinsip syariah, pada Pasal 1 angka 13
UU Perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara pihak bank
dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain: Pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musyarakah), pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan
sewa yaitu sewa murni tanpa pilihan (ijarah) sewa dengan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa (ijarah wa iqtina).
Pembiayaan dengan cara penyediaan atau pemberian uang kepada nasabah dari
segi yuridis kedudukan hukum nasabah adalah peminjam dan bank adalah subyek
hukum yang memberikan pinjaman uang, sehingga struktur hukum yang digunakan
adalah hukum pinjam meminjam, sedangkan di dalam perbankan syariah tidak dikenal
pinjam-meminjam tetapi pembiayaan yang obyeknya ialah barang modal dan uang
(Supriyadi, 2003). Maka pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
kegiatan yang berupa penyediaan uang dan barang dari pihak bank kepada nasabah
sesuai kesepakatan yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil, yang didasari prinsip
syariah yaitu prinsip mudharabah, musyarakah, murabahah dan ijarah.
2. Jenis-Jenis dan Sistem Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
Sistem pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut sudut pandang yuridis
adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan menggunakan prinsip jual beli (Ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual-
beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan
barangnya, yakni sebagai berikut:
a. Pembiayaan murabahah
Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja.
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual belil di
mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
pemasok ditambah keuntungan (marjin).
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan
murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayran cicilan (bi tsaman ajil, atau
muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara
pembayaran dilakukan secara tangguh/cicilan.
b. Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan
belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara
pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara
nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam
transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepad bank,
maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu sendiri
secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah
harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal ini bank
menjualnya secara tunai biasanya disebut dengan pembiayaan talangan
(bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan.
Ketentuan umum Pembiayaan Salam adalah sebagai berikut:
 Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas
seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya jual beli
100kg mangga harum manis kualitas "A" dengan harga Rp. 5000/kg,
akan diserahkan pada panen dua bulan mendatang.
 Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai akad maka
nasabah (produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain
mengambilkan dana yang telah diterimanya atau mengganti barang
yang sesuai dengan pesanan.
 Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya
sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk
melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti
BULOG, pedagang pasar induk atau rekanan. Mekanisme seperti ini
disebut sebagai paralel salam.
c. Pembiayaan Istishna’
Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam istishna'
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. Skim istishna' dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan pada
pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum Pembiayaan Istishna' adalah spesifikasi barang pesanan
harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang
telah disepakati dicantumkan daam akad Istishna' dan tidak boleh berubah
selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi
perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap
ditanggung nasabah.
2. Pembiayaan menggunakan prinsip bagi hasil (syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah
sebagai berikut:
a. Pembiayaan Musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau
syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-
sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana
mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat
berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewirausahaan
(entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan
atau reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai
dengan uang. Dengan meragkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi
masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini
sangat fleksibel.
Ketentuan umum Pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut:
a) Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyawarah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik
modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah dan tidak boleh
melakukan tindkan seperti:
 Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
 Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik
modal lainnya.
 Memberi pinjaman kepada pihak lain
 Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama apabila:
 Menarik diri dari perserikatan
 Meninggal dunia,
 Menjadi tidak cakap hukum
a) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus
diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan sedangkan
kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
b) Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek
selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah
disepakati untuk bank.

b. Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam produk
perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama
anatara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja
sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan
keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-maal dalam
manajemn proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-
hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian.
Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal
dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada
besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu di anatara
itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam
musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
Musyarakah dan dan mudharabah dalam literatur fiqih berbentuk perjanjian
kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan
menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak harus menjaga kejujuran
untuk kepentingan bersama dan setiap usaha dari masingn-masing pihak untuk
melakukan kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan betul-betul
akan merusak ajaran islam.
Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
 Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal
harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan
nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus
jelas, tahapannya dan disepakati bersama.
 Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan
dengan cara, yakni:
- Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)
- Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)
 Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan
atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh
kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana.
 Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak
berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. Jika nasabah cidera
janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau
menunda pembayaran kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi
administrasi.Jasa Perbankan Syariah
3. Pembiayaan menggunakan prinsip sewa (jarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada
objek transaksinnya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang pada ijarah
objek transaksinya adalah jasa.
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya
kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiyah
bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan
harga jual disepakati pada awal perjanjian.
3. Perbedaan Pembiayaan Syariah dengan Kredit Konvensional

Aspek Pembiayaan Syariah Kredit Konvensional

Dasar Hukum Al Quran, Al Hadits & Undang- Undang-undang (hukum positif)


undang (hukum islam dan
hukum positif)

Kontrak/Perjanjian Adanya underlying transaction Utang-piutang


yang berupa transaksi jual-beli;
sewa/sewa beli; dan bagi hasil

Objek Hukum Uang dan Barang Modal Uang


Perjanjian

Prinsip Dilakukan melalui prinsip bagi Dilakukan melalui prinsip


pembagian hasil, jual – beli atau sewa bunga
keuntungan

Hubungan antar Hubungan antara Bank dengan Hubungan antara Bank dengan
pihak Nasabah dalam bentuk Nasabah dalam bentuk
hubungan kemitraan hubungan debitur-debitur

Struktur Dalam Struktur Organisasi -


organisasi terdapat Dewan Pengawas
Syariah yang berfungsi
mengawasi jalannya dana
usaha apakah sesuai dengan
syariat Islam atau tidak

Anda mungkin juga menyukai