Anda di halaman 1dari 262
#1 Wall Street Journal Bestseller Rintangan Adalah Jalan Filosofi Tak Lekang Zaman untuk Mengubah Usaha Coba-Coba Menjadi Kemenangan Ryan Sa Holiday Sanjungan bagi Rintangan Adalah Jalan “Buku yang layak diletakkan di sisi ranjang setiap pemimpin dunia masa kini—dan_ masa depan.” —ROBERT GREENE penulis Zhe 48 Laws of Power dan Mastery “Ryan mengeluarkan filsafat dari ruang kelas dan meletakkan- nya lagi di tempatnya, dalam hidup sehari-hari, untuk mem- bantu setiap orang yang menghadapi setiap masalah untuk da- pat mengatasinya dengan tenang dan sabar. Sebagai sejenis panduan kehidupan, Anda akan kerap mengacu pada buku ini dan belajar mendobrak setiap rintangan serta menyelesaikan setiap konflik. Buku yang mutlak harus dibaca.” —JIMMY SONI editor pelaksana Zhe Huffington Post, penulis Rome’s Last Citizen “Pertama-tama, datanglah Marcus Aurelius, lalu Frederick yang Agung... dan sekarang, Anda. Buku yang menakjubkan ini menunjukkan, kepada: Anda cara mengulir kehidupan yang mengagumkan dengan menyambut berbagai rintangan dan tan- tangan.” —CHRIS GUILLEBEAU penulis Zhe $100 Startup “Dalam buku yang ringkas tapi memikat ini, Ryan Holiday dengan sangat jelas menerangkan jalan menuju kehidupan dan kepemimpinan yang efekcif, Dengan menunjukkan kepada kita resep mengubah kegagalan, rintangan, dan rasa frustrasi yang biasa ditemukan dalam hidup sehari-hari menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi kita, dia menawarkan serangkaian taktik yang mudah digunakan dan dapat kita praktikkan untuk me- wujudkan impian kita. Bacalah buku ini, belajarlah darinya, dan mulailah bertindak!” —NANCY FE. KOEHN sejarawan dan pakar kepemimpinan dari Harvard Business School “Hidup saya diliputi berbagai rintangan. Diperlukan banyak latihan (dan penderitaan) untuk mengatasinya dan meraih ke- suksesan. Buku Ryan adalah panduan untuk mengetahui cara melakukannya.” —JAMES ALTUCHER investor dan penulis Choose Yourself “Jika ada buku saku bagi para kesatria Jedi, inilah dia. Buku karya Ryan Holiday ini dengan perlahan mencurahkan intisari teknik penguasaan diri yang tak tergerus waktu, yang dimanfa- atkan oleh para filsuf dan cksekutor terkenal, mulai dari Alexan- der Agung hingga Marcus Aurelius dan Steve Jobs, untuk dapat menguasai dunia, Ikutilah pedoman di dalamnya, dan Anda akan merevolusi hidup Anda. Seperti yang dituliskan Holiday, ‘Prinsipnya sederhana, tapi tidak mudah dipraktikkan.’ Bacalah buku ini!” —STEVEN PRESSFIELD penulis The War of Art dan Gates of Fire “Terangkai dengan indah. Setiap orang yang ingin menjadi le- bih baik scharusnya membaca buku ini.” —KAMAL RAVIKANT penulis Love Yourself Like Your Life Depends On It dan Live Your Truth “Terinspirasi oleh Marcus Aurelius dan berbagai konsep Stoikis- me, Ryan Holiday telah menulis buku yang cemerlang dan memikat, jauh melampaui usianya, mengajari kita cara mengha- dapi kesengsaraan hidup dan mengubah hal-hal negatif menjadi positif, Buku ini tak ternilai harganya.” —Yang Mulia Frederic Block, hakim Pengadilan Negeri AS “Ryan Holiday mengajari kita cara mewujudkan diri terbaik kita, Kita umumnya menjalani hidup dengan menghindari hal- hal sulic. Holiday mengekspos kekeliruan tragis dari pendekatan hidup semacam ini dan sebagai gantinya menawarkan filsafat Stoik, yang lewat ajaran-ajarannya yang tak lekang zaman telah mengeluarkan kita dari ketakutan, kesulitan, dan kebuntuan serta membawa kita menuju kemenangan,” —SHARON LEBELL penulis The Art of Living Rintangan Adalah Jalan Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 1, Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000,000,00 (seratus juta rupiah), 2, Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).. 3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9ayat (1) hurufa, hurufb, huruf e, dan atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empet) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000.00 (satu miliar tupiah). 4, Setlap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/etau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 {empat miliarrupiah), Rintangan Adalah Jalan Filosofi Tak Lekang Zaman untuk Mengubah Usaha Coba-Coba Menjadi Kemenangan Ryan Holiday ne Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta ty (@ Kompas Gramevia THE OBSTACLE IS THE WAY By Ryan Holiday Copyright ©2014 by Ryan Holiday All rights reserved including the right of reproduction in whole or in part in any form. ‘This edition published by arrangement with Portfolio, an imprint of Penguin Publishing Group. a division of Penguin Random House LLC, RINTANGAN ADALAH JALAN Filosofi Tak Lekang Zaman untuk Mengubah Usaha Coba-coba Menjadi Kemenangan Ryan Holiday GM 622221058 Hak cipta terjemahan Indonesia: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Pengalih bahasa: Agnes Cynthia Penelaah: Rahayu Hidayat dan Emma L. M. Nababan Penyunting: Theya Wulan Primasari Perwajahan sampul: Isran Febrianto Perwajahan isi: Mulyono Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama anggota IKAPI, Jakarta, 2022 wwwigpunid Hak cipta dilindungi oleh undang-undang, Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tervulis dari Penerbit. ISBN: 978-602-06-4471-4 ISBN: 978-602-06-4472-1 (PDF) Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan Edisi Digtal, 2020 Daftar Isi Pendahuluann w..sssssesssssssccessseessssnssecsssecnsssencesansseessnseessannes BAGIAN I: PERSEPSI... Disiplin dalam Mempersepsikan Kenali Kekuatan Anda Tenangkan Diri Anda. Kendalikan Emosi Anda. Latih Objektivitas Anda Ubah Sudut Pandang Anda.. Apakah Itu Tergantung Diri Andai Hidup di Saat Ini... Berpikir Secara Berbeda Temukan Kesempatan Siap untuk Bertindak BAGIAN I: TINDAKAN..... Disiplin dalam Bertindak Bergerak..... 63 65 67 75 RINTANGAN ADALAH JALAN Latih Kegigihan Anda Tkuti Prosesnya..... Lakukan Pekerjaan Anda dengan Bena: Yang Benarlah yang Berhasil...... Keuntungan Menyerang dari Samping.... Gunakan Rintangan Sebagai Senjata Melawan Dirinya Sendiri Salurkan Energi And. Raih Inisiatif untuk Menyerang.. Bersiap jika Tidak Ada Satu pun yang Berhasil BAGIAN ITI: TEKAD Disiplin dalam Berteka Bangun Benteng Pelindung dalam Diri Anda... Antisipasi (dengan Berpikir Negatif) Seni Merelakan..... Ada Sesuatu yang Lebih Besar dari Diri Anda... Renungkan Kefanaan Anda. Bersiap untuk Mulai dari Aw: Pemikiran Akhir....... Catatan Tambahan ... Ucapan Terima Kasih Daftar Pustaka Piliha Daftar Bacaan Stoik ..... Bacaan yang Direkomendasikan. Hubungi Kamil... Kata Pengantar i tahun 170 Masehi, pada suatu malam dalam tendanya Donne terletak di garis depan pertempuran di Germania, Marcus Aurelius, sang Kaisar Romawi, sedang duduk dan me- nulis, Atau barangkali itu terjadi sebelum subuh di istananya di Roma. Atau dia mencuri waktu beberapa detik untuk di- rinya sendiri sclama pertarungan berlangsung, mengabaikan pembantaian yang terjadi di Koloseum di bawahnya. Lokasi tepatnya tidak penting. Yang penting adalah pria ini, yang kini dikenal sebagai kaisar terakhir dari Lima Kaisar Bijak, duduk untuk menulis. Bukan diperuntukkan bagi seseorang atau dipublikasikan, melainkan kepada dirinya sendiri, untuk dirinya sendiri. Dan apa yang dituliskannya bisa dipastikan adalah salah satu resep paling efektif dalam sejarah untuk mengatasi setiap situasi nega- tif yang mungkin kita jumpai dalam hidup. Resep untuk tum- buh dan berkembang, bukan saja terlepas dari apa yang mung- kin terjadi, tetapi karena hal itu terjadi. RINTANGAN ADALAH JALAN Pada saat itu, dia hanya menulis satu alinca. Dari alinca itu, tidak banyak yang autentik. Hampir setiap pemikiran di dalam- nya, dalam bentuk yang satu ataupun yang lain, dapat ditemu- kan dalam tulisan para mentor dan idolanya. Namun, dalam 85 kata saja Marcus Aurelius berhasil mendefinisikan dengan sa- ngat jelas dan mengartikulasikan suatu gagasan yang terus lesta- ii hingga ini schingga’ dia mengalahkan nama besar para pen- dahulunya: Chrysippus, Zeno, Cleanthes, Ariston, Apollonius, Junius Rusticus, Epictetus, Seneca, Musonius Rufus. Jeu lebih dari cukup bagi kita. Tindakan kita mungkin terbalang.... tapi tak ada yang bisa menahan niat atau watak kita. Karena kita bisa mengatasinya dan menyesuaikan diri. Pikiran menyesuaikan diri dan meng- ubab rintangan menjadi mendukung tindakan kita. Lalu, dia mengakhi akhirnya menjadi suatu adagium. nya dengan kata-kata berpengaruh yang Rintangan atas tindakan makin memperkuat tindakan itu. Rintangan di jalan akan menjadi jalan itu sendiri. Dalam perkataan Marcus terdapat rahasia dari suatu seni yang dikenal sebagai seni menjungkirbalikkan berbagai rintang- an. Untuk bertindak dengan “opsi cadangan”, sehingga selalu ada jalan keluar atau ruce Jain untuk sampai ke tempat yang perlu Anda tuju. Schingga kemunduran atau masalah selalu bisa diantisipasi dan tak pernah bersifac permanen. Memasti- kan apa yang merintangi kita dapat memberdayakan kita. KATA PENGANTAR Kata-kata yang datang dari pria ini bukanlah suatu retorika kosong. Dalam sckitar sembilan belas tahun masa pemerintah- annya, dia mengalami peperangan yang nyaris tak pernah bera- khir, penyakit sampar yang mengerikan, kemungkinan pengkhi- anatan, upaya salah satu sekutu terdekatnya merebut takhta, perjalanan sukar yang berulang kali dilakukan melintasi area kekaisaran—dari Asia Minor hingga Siria, Mesir, Yunani, dan Austria—perbendaharaan negara yang menyusut dengan cepat, saudara tiri yang tamak dan tidak becus yang turut memerintah sebagai kaisar bersamanya, dan seterusnya. Dan dari yang kita ketahui, dia sungguh-sungguh melihat setiap rintangan ini sebagai kesempatan mempraktikkan keba- jikan: kesabaran, keberanian, kerendahan hati, ikhtiar, akal se- hat, keadilan,dan kreativitas. Kekuasaan yang dipegangnya tam- paknya tak pernah membuatnya besar kepala—begitu pula stres atau beban yang dipikulnya. Dia jarang menjadi marah atau bertindak berlebihan, dan tak pernah membenci atau bersikap getir. Sebagaimana komentar seorang penulis esai bernama Mat- thew Arnold di tahun 1863, dalam diri Marcus kita menemu- kan pribadi yang menempati kedudukan paling tinggi dan berpengaruh di dunia—dan penilaian universal dari orang- orang di sekelilingnya menyatakan dia membuktikan dirinya layak untuk itu. Ternyata kebijaksanaan yang terkandung dalam satu kutipan singkat Marcus Aurclius ini dapat pula ditemukan dalam diri orang lain, baik pria maupun wanita, yang sama-sama menerap- kannya. Bahkan, ini adalah sesuatu yang tetap tak berubah dari zaman ke zaman. Kita dapat menelusuri benang merahnya dari era kemerosot- an dan kejatuhan Kekaisaran Romawi sampai pada luapan kre- xiii RINTANGAN ADALAH JALAN ativitas di masa Renaisans hingga berbagai terobosan yang dira- ih di Abad Pencerahan. Pendekatan ini terlihat jelas dalam semangat pionir selama masa perluasan permukiman ke wilayah Barat Amerika di awal abad ketujuh belas, kegigihan dalam memperjuangkan cita-cita Union selama Perang Saudara, dan dalam hiruk-pikuk Revolusi Industri. Pendekatan ini kembali terlihat dalam keberanian para pemimpin pergerakan hak-hak sipil dan tetap tegak berdiri dalam kamp penjara di Viemam. Dan kini: menjadi bagian penting dalam DNA para pelaku bisnis dari Silicon Valley, Pendekaran filosofis ini adalah tenaga penggerak bagi orang- orang yang berhasil meraih kesuksesan lewat kerja kerasnya dan memberikan kelegaan bagi mereka yang memiliki posisi dengan tanggung jawab atau kesulitan besar. Entah di medan perang atau ruang direksi, melintasi samudra dan waktu berabad-abad, orang yang menjadi bagian dari setiap kelompok, gender, kelas, perjuangan, dan bisnis apa pun harus menghadapi_ berbagai rintangan serta kesukaran untuk dapat mengatasinya—dan bel- ajar menjungkirbalikkan semua rintangan tersebut. Pergumulan itu adalah satu-satunya hal yang konstan dalam seluruh hidup mereka. Entah disadari atau tidak, tiap-tiap indi- vidu adalah bagian dari suatu tradisi kuno, yang memanfaatkan- nya untuk melintasi medan yang berisi kesempatan dan kesulit- an, ujian dan kemenangan yang tak tergerus waktu. Kita adalah pewaris sah tradisi ini. Tradisi ini adalah hak kita sejak lahir. Kita selalu punya pilihan dalam apa pun yang kita hadapi: Apakah kita akan dihentikan oleh rintangan, atau apa- kah kita akan maju dan melewatinya? KATA PENGANTAR Walaupun kita mungkin bukan seorang penguasa, dunia masih terus menguji kita. Dan mengajukan pertanyaan: Apakah engkau layak? Bisakah kau melewati berbagai hal yang mau ti- dak mau akan mengadangmu? Apakah kau akan bangkit dan menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya? Banyak orang telah mengiyakan pertanyaan ini. Namun, lebih sedikit yang menunjukkan bahwa mereka bukan saja mampu meraih kesuksesan, tapi juga maju pesat dan bersatu- padu dalam menghadapi setiap tantangan. Tantangan menjadi- kan mereka lebih baik daripada ketika mereka sama sekali per- nah menghadapi kesukaran. Sekarang, giliran Anda melihat apakah Anda salah satu dari mereka, apakah Anda akan bergabung dengan mereka. Buku ini akan menunjukkan jalannya, Pendahuluan ni ada di depan Anda. Isu ini. Rintangan ini—masalah yang membuat frustrasi, menyusahkan, problematis, dan tak di- sangka-sangka yang mencegah Anda melakukan apa yang ingin Anda lakukan. Yang membuat Anda ngeri atau diam-diam ber- harap tidak akan pernah terjadi. Bagaimana kalau ternyata tak seburuk itu? Bagaimana jika ada manfaat-manfaat tertentu yang tertanam atau melekat di sana—yang hanya bermanfaat bagi Anda? Apa yang akan Anda lakukan? Menurut Anda, apa yang kebanyakan orang akan lakukan? Barangkali sama seperti yang selalu mereka lakukan, dan yang sedang Anda lakukan: tidak ada. Jujurlah: Kita pada umumnya tak berdaya. Apa pun tujuan kita masing-masing, kita pada umumnya membeku saat diha- dapkan pada berbagai rintangan yang mengadang. Seandainya saja itu tidak benar, tapi kenyataan berkata lain. RINTANGAN ADALAH JALAN Yang merintangi kita sudah jelas. Secara sistemik: institusi yang keropos, angka pengangguran yang meningkat, biaya pen- didikan yang meroket, dan disrupsi teknologi. Secara perorang- an: terlalu pendek, terlalu tua, terlalu takut, terlalu miskin, terlalu stres, tanpa akses, tanpa penyokong, tanpa kepercayaan diri. Betapa cakapnya kita saat menuliskan hal-hal apa saja yang mencegah kita maju! Setiap rintangan yang kita alami berbeda. Namun, tanggap- an yang muncul sama: Rasa takut. Frustrasi. Bingung. Tak berdaya. Depresi. Marah. Anda tahu apa yang ingin Anda lakukan, tapi rasanya seo- lah-olah ada musuh tak kasatmata yang sedang menindih Anda, membekap Anda dengan bantal. Anda berusaha pergi ke suatu tempat, tapi sesuatu selalu merintangi jalan Anda, membuntuti dan menggagalkan setiap langkah yang Anda ambil. Anda hanya punya cukup ruang untuk bergerak; hanya cukup untuk merasa seakan-akan Anda-lah yang bersalah ke- tika tampaknya tak dapat menindaklanjuti atau membangun momentum Anda. Kita tidak puas dengan pekerjaan kita, hubungan kita, tem- pat kita di dunia. Kita berusaha pergi ke suatu tempat, tapi ada sesuatu yang merintangi jalan. Jadi kita tidak melakukan apa-apa. Kita menyalahkan atasan, perekonomian, politikus, orang lain, atau kita memandang diri kita sebagai orang gagal atau tujuan kita sebagai sesuatu yang mustahil. Meski scbenarnya hanya ada satu hal yang keliru: sikap dan pendekatan kita. Ada tak terhingga banyaknya pelajaran (dan buku) tentang cara meraih kesuksesan, tapi tidak ada yang pernah mengajari PENDAHULUAN kita cara mengatasi kegagalan, cara memikirkan rintangan, cara memperlakukan dan menaklukkannya sehingga kita menemui jalan buntu. ‘Terkepung di segala sisi, banyak di antara kita yang kehilangan arah, reaktif, dan bimbang. Kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Di pihak lain, tak semuanya menjadi tak berdaya. Kita de- ngan takjub melihat bagaimana beberapa orang di antara kita tampaknya justru mengubah rintangan, menjadi batu loncaran. Bagaimana mereka melakukannya? Apa rahasianya? Yang bahkan lebih membingungkan, generasi-generasi sebe- lumnya menghadapi masalah yang lebih buruk dengan jaring pengaman dan alat bantu yang lebih sedikit. Mereka mengha- dapi rintangan yang sama dengan yang kita hadapi saat ini i- tambah berbagai rintangan yang berusaha keras mereka singkir- kan untuk anak-anak mereka dan orang lain. Namun. . . kita masih menemui jalan buntu. Apa yang mereka miliki tapi tidak kita miliki? Apa yang kita lewatkan? Sederhana: metode dan kerangka kerja untuk mema- hami, mengapresiasi, dan menindaklanjuti berbagai rintangan yang dilontarkan hidup kepada kita. John D. Rockefeller memilikinya—baginya itu adalah kepa- la dingin dan kedisiplinan diri. Demosthenes, sang orator besar dari Athena, memilikinya—baginya itu adalah dorongan tak kenal lelah untuk memperbaiki diri lewat tindakan dan latihan. Abraham Lincoln memilikinya—baginya itu adalah kerendahan hati, ketabahan, dan tekad untuk berbelas kasih. Ada nama-nama lain yang akan berulang kali Anda lihat di buku ini: Ulysses $. Grant. Thomas Edison, Margaret Thatcher. RINTANGAN ADALAH JALAN Samuel Zemurray. Amelia Earhart. Erwin Rommel. Dwight D. Eisenhower. Richard Wright. Jack Johnson. Theodore Roosevelt. Steve Jobs. James Stockdale. Laura Ingalls Wilder. Barack Obama. Beberapa di antara mereka harus menghadapi kengerian yang tak terbayangkan, mulai dari dipenjara hingga menderita penyakit yang melemahkan, selain rasa frustrasi dalam kehidup- an sehari-hari yang tak berbeda dari yang kita rasakan. Mereka menghadapi persaingan, rintangan politik, drama, perlawanan, sikap konservatif, putus hubungan, stres, dan musibah ekonomi yang, sama. Atau lebih buruk. Dihadapkan pada tekanan-tekanan itu, orang-orang ini bertransformasi. Transformasi ini sejalan dengan yang Andy Grove, mantan CEO Intel, utarakan ketika menggambarkan apa yang terjadi pada bisnis di masa huru-hara: “Perusahaan yang buruk dihancurkan oleh krisis. Perusahaan yang baik berhasil selamat darinya. Perusahaan yang hebat menjadi lebih baik karenanya.” Orang-orang hebat, seperti perusahaan-perusahaan hebat, menemukan cara untuk mengubah kekurangan menjadi keku- atan. Ini prestasi yang cukup luar biasa dan bahkan menyentuh. Mereka mengambil apa yang seharusnya menahan mereka— yang mungkin tepat saat ini sedang menahan Anda—dan me- manfaatkannya untuk melangkah maju. Ternyata, inilah satu-satunya kesamaan yang dimiliki se- mua tokoh besar dalam sejarah. Seperti oksigen pada api, rintangan menjadi bahan bakar bagi kobaran ambisi mereka. ‘Tak ada yang dapat menghentikan mereka, semangat mereka tetap mustahil dilemahkan atau dibendung. Setiap rintangan hanya membantu membuat api dalam diri mereka membakar lebih ganas. PENDAHULUAN Mereka adalah orang-orang yang telah menjungkirbalikkan berbagai rintangan yang mengadang. Yang mempraktikkan per- kataan Marcus Aurelius dan menjadi bagian dari suatu kelom- pok yang Cicero sebut sebagai satu-satunya “filsuf sejaci”— pengikut Stoik kuno—sckalipun mercka tidak pernah membacanya.' Mereka memiliki kemampuan melihat rintangan apa adanya, kecerdasan untuk dapat menyelesaikannya, dan te- kad untuk bertahan melawan dunia yang umumnya berada di luar pemahaman dan kendali mereka. Jujur saja, pada umumnya kita tidak mendapati diri berada dalam situasi mengerikan yang harus kita tanggung. Sebaliknya, kita menghadapi sejumlah situasi minor yang tidak mengun- tungkan atau terhambat oleh beberapa kondisi yang tidak begi- tu menguntungkan. Atau kita berupaya sangat keras melakukan sesuatu dan mendapati diri kita kalah, mendapat tekanan berle- bihan, atau kehabisan ide. Logika yang sama berlaku di sini. Balikkan keadaan. Temukan manfaat. Gunakan sebagai bahan bakar. Sederhana. Sederhana, tapi tentu saja tidak mudah. Ini bukanlah buku tentang optimisme samar yang meman- car keluar. Ini bukanlah buku yang memberitahu Anda untuk menolak ketika sesuatu yang menyebalkan terjadi atau membe- 1 Saya rasa Stoikisme adalah filosofi yang sangat menarik dan luar biasa penting. Namun, saya juga mengerti bahwa Anda saat ini hidup di dunia nyata, dan tidak punya wakeu untuk mendengarkan kuliah sejarah. Yang Anda inginkan adalah strategi nyata untuk membantu mengatasi masalah-masalah Anda, jadi itulah yang akan menjadi isi buku ini, Bila Anda menginginkan beberapa sum- ber tambahan dan bacaan yang disarankan wrkait Swoikisme, saya menyedia- kannya dalam daftar bacaan di bagian belakang buku ini. RINTANGAN ADALAH JALAN rikan pipi satunya ketika Anda sudah dikerjai habis-habisan. Tidak akan ada pepatah kuno atau peribahasa yang lucu tapi sama sekali tidak efektif. Buku ini juga bukan berisi penelitian akademis atau sejarah Stoikisme. Ada banyak hal yang ditulis tentang Stoikisme dan banyak di antaranya ditulis oleh pemikir-pemikir paling besar dan bijak yang pernah ada. Tidak ada perlunya menulis ulang apa yang telah mereka tuliskan—baca saja tulisan aslinya. Tidak ada tulisan filosofis lain yang lebih gampang diakses, Tulisan- tulisan itu terasa seolah-olah divulis tahun lalu, bukan seribu tahun lalu. Namun, saya telah berupaya sebisa mungkin mengumpul- kan, memahami, dan kini memublikasikan berbagai_pelajaran dan trik mereka. Filosofi kuno tidak pernah terlalu memeduli- kan hak cipra atau orisinalitas—semua penulis berupaya scbisa mungkin menerjemahkan dan menjelaskan kebijaksanaan to- koh-tokoh besar seperti yang telah diturunkan dalam beragam buku, catatan harian, lagu, sajak, dan cerita. Semua itu telah disempurnakan dalam perpaduan pengalaman manusia sclama beribu-ribu tahun, Buku ini membagikan kebijaksanaan kolektif tersebut untuk membantu Anda mewujudkan tujuan khusus yang kian mende- sak yang kita semua miliki: mengatasi rintangan. Rintangan mental. Rintangan fisik., Rintangan emosional. Rintangan yang dirasakan. Kita menghadapi semua itu setiap hari dan masyarakat kita secara kolektif dibuat tak berdaya karenanya. Jika buku ini ha- nya bisa menjadikan upaya kita menghadapi dan membongkar batu-batu sandungan itu sedikit lebih mudah, itu sudah cukup. PENDAHULUAN Namun, saya memiliki sasaran yang lebih tinggi, Saya ingin menunjukkan kepada Anda cara mengubah sctiap rintangan menjadi sesuatu yang menguatunghan. Jadi, ini akan menjadi buku yang benar-benar pragmatis, dengan berbagai kisah sejarah yang mengilustrasikan seni untuk tetap gigih dan cerdik dalam bersikap. Buku ini mengajari Anda cara tidak menjadi mandek dan terbebas dari belenggu. Bagai- mana mengubah banyak situasi negatif yang kita jumpai dalam hidup menjadi situasi yang positif—atau setidaknya menarik manfaat apa pun yang bisa kita dapatkan dari berbagai situasi negatif, Untuk mencuri keberuntungan dari kemalangan. Ini bukan sekadar: Ragaimana aku bisa berpikir bahwa kea- daan ini tidak terlalu buruk? Tidak, ini tentang mendikte diri Anda untuk melihat bahwa ini pastilah sesuatu yang bagus—ke- sempatan mendapatkan pijakan baru, melangkah maju atau pergi ke arah yang lebih baik. Bukan “bersikap positif”, tapi belajar senantiasa bersikap kreatif dan oportunis. Bukan: Keadaan ini tidak terlalu buruk. Melainkan: Aku bisa membuatnya menjadi baik, Karena ini dapat dilakukan. Bahkan, ini sudah dan tengah dilakukan. Setiap hari, Kekuatan itulah yang akan kita bedah dalam buku ini. Rintangan yang Terletak di Hadapan Kita Ada satu kisah lama Zen tentang scorang raja yang rakyatnya telah menjadi lembek dan terlalu dimanjakan. Tak puas dengan keadaan ini, dia berharap dapat memberi mereka pelajaran. Rencananya sederhana: Dia meletakkan sebongkah batu besar di tengah-tengah RINTANGAN ADALAH JALAN jalan utama, merintangi sepenuhnya jalan masuk ke kota. Dia lalu bersembunyi di dekat sana dan mengamati reaksi mereka. Bagaimana tanggapan mereka? Apakah mereka akan bergo- tong-royong menyingkirkan batu itu? Atau apakah mereka akan berkecil hati, berhenti, dan berbalik pulang? Dengan kekecewaan yang semakin bertambah, sang raja melihat rakyatnya satu demi satu menjumpai rintangan ini dan berbalik arah. Reaksi terbaik mereka adalah mencoba dengan setengah hati sebelum menyerah. Banyak yang terang-terangan mengeluh atau mengutuki sang raja atau nasib sialnya, atau meratapi ketidaknyamanan tersebut, tapi tidak ada yang dapat melakukan apa pun tentang itu. Beberapa hari kemudian, datang scorang petani yang sedang dalam perjalanan ke kota. Dia tidak berbalik arah. Sebaliknya, dia terus berusaha keras, mencoba menyingkirkan batu itu dari jalan. Lalu dia mendapat ide: Dia bergegas masuk ke hutan di dekat sana untuk mencari sesuatu yang bisa dipakai sebagai pengungkit. Akhirnya, dia kembali dengan sebatang dahan besar yang telah dibentuknya menjadi semacam tuas dan memakainya untuk menggeser batu besar itu dari jalan. Di bawah batu itu terdapat sekantong koin emas dan catat- an dari sang raja yang bertuliskan: “Rintangan di jalan menjadi jalan itu sendiri. Jangan pernah Jupa, dalam setiap rintangan ada peluang untuk meningkathan hondisi kita.” Apa yang menahan Anda maju? Kondisi Fisik? Tinggi dan berat badan. Ras. Jarak. Disabili- tas. Uang. xxiv PENDAHULUAN Kondisi Mental? Rasa takut. Ketidakpastian, Ketidakber- pengalaman. Prasangka. Mungkin orang tidak menganggap Anda serius. Atau Anda merasa terlalu tua. Atau Anda tidak didukung atau tidak memi- liki sumber daya yang cukup. Barangkali hukum atau perun- dang-undangan membatasi pilihan Anda. Atau Anda dibatasi oleh kewajiban Anda, atau tujuan palsu dan rasa bimbang ter- hadap diri sendiri. Apa pun halnya, di sinilah Anda sekarang. Di sinilah kita semua sekarang. Dan... Semua itu adalah rintangan. Saya mengerti. Tidak ada yang mengingkari hal itu. Namun, coba telusuri nama orang-orang yang sudah ada sebe- lum Anda lahir. Adet yang berperawakan terlalu kecil. Pilot de- ngan pengliharan yang tidak cukup baik. Para pemimpi yang lebih maju dari zamannya. Anggota ras ini atau ras itu. Orang putus sekolah dan penderita disleksia. Anak haram, imigran, orang kaya baru, orang yang percaya sungguh-sungguh akan sesuatu, dan pemimpi. Atau mereka yang mulai dari nol atau, lebih buruk lagi, datang dari tempat keberadaan diri mereka sendiri justru terancam setiap hari. Apa yang terjadi pada mereka? Yah, terlalu banyak yang menyerah, Namun, ada segelintir yang tidak. Mereka menafsirkan “dua kali lebih baik” sebagai tantangan, Mereka berlatih lebih keras. Mencari jalan pintas dan titik lemah. Mengenali sekutu di antara wajah-wajah asing. Kadang diperlakukan dengan semena-mena. Segalanya adalah rintangan yang harus mereka singkirkan. Jadi? RINTANGAN ADALAH JALAN Dalam berbagai rintangan ada kesempatan. Mereka meraih- nya. Mereka melakukan sesuatu yang istimewa karenanya. Kita bisa belajar dari mereka. Entah kita sulit mendapatkan pekerjaan, berjuang melawan diskriminasi, kehabisan uang, terjebak dalam hubungan yang buruk, berselisih dengan lawan yang agresif, menghadapi karya- wan atau murid yang sepertinya tak bisa diajak berkomunikasi, atau berada di tengah-tengah kebuntuan kreatif, kita perlu tahu bahwa selalu ada jalan. Ketika menemui kesukaran, kita bisa mengubahnya menjadi hal yang menguntungkan, mencontoh teladan yang mereka berikan. Semua kemenangan besar, entah di bidang politik, bisnis, seni, atau rayuan, melibatkan penyelesaian masalah dengan kombinasi ampuh dari kreativitas, fokus, dan nyali. Ketika Anda memiliki vujuan, rintangan sebenarnya mengajari Anda cara mencapai tempat yang Anda inginkan—mengukir jalan untuk Anda. “Hal yang menyakiti,” tulis Benjamin Franklin, “sebenarnya memberi perintah.” Saat ini, sebagian besar rintangan kita bersifac internal, bu- kan eksternal. Kita hidup dalam masa termakmur dalam sejarah sejak Perang Dunia II. Ada lebih sedikit cencara untuk dihadapi, lebih sedikit penyakit mematikan dan jauh lebih banyak jaring pengaman. Namun, dunia jarang bertindak tepat seperti yang kita inginkan. Alih-alih melawan musuh, kita menghadapi ketegangan in- ternal. Kita merasa frustrasi terkait pekerjaan. Ada ekspektasi yang tak terpenuhi. Kita belajar merasa tak berdaya. Dan kita tetap memiliki luapan emosi manusia yang serupa: dukacita, penderitaan, kehilangan. PENDAHULUAN Banyak masalah kita muncul dari kelimpahan: disrupsi tekno- logi yang berkembang pesat, makanan yang tidak schat, tradisi yang mendikte kita bagaimana seharusnya menjalani hidup. Kita menjadi lembek, terlalu manja, dan takut akan konflik. Masa- masa kemakmuran membuat kita lembck. Kelimpahan bisa men- jadi rintangan, sebagaimana dapat dibuktikan oleh banyak orang. Generasi kita, lebih dari sebelumnya, membutuhkan pende- katan untuk mengatasi rintangan dan berkembang di tengah- tengah kekacauan. Pendekatan yang dapat membantu mengu- bah masalah kita, menggunakannya sebagai kanvas untuk melukiskan mahakarya kita. Pendekatan fleksibel ini cocok bagi pengusaha juga seniman, penakluk juga pelatih, entah Anda seorang penulis yang sedang merintis karier atau orang bijak atau ibu rumah tangga dari kelas menengah. Cara Melewatinya Penilaian yang objektif, saat ini juga. Tindakan yang tidak egois, saat ini juga. Penerimaan yang ikhlas—saat ini juga— atas semua kejadian di luar diri. Itulah semua yang kanbutubkan —MARCUS AURELIUS Mengatasi rintangan adalah tentang tiga langkah yang sangat penting. Ini dimulai dengan cara kita melihat masalah kita yang spe- sifik, sikap atau pendekatan kita; lalu energi dan kreativitas yang memungkinkan kita secara aktif menguraikan masalah dan xxvii RINTANGAN ADALAH JALAN mengubahnya menjadi kesempatan; akhirnya, menanamkan dan memelihara tekad dari dalam yang memungkinkan kita mengatasi kekalahan dan kesulitan. Ketiganya saling bergantung, berkaitan, serta bersifat kondi- sional dan fleksibel: Persepsi, Tindakan, dan Tekad. Ketiganya membentuk proses yang sederhana (tapi, sekali lagi, tak pernah mudah). Kita akan menelusuri penggunaan proses ini oleh para prak- tisinya di sepanjang sejarah, dalam bisnis dan literatur. Saat melihat contoh spesifik sctiap langkah dari berbagai sudut, kita akan belajar menanamkan sikap ini dan menangkap kecerdik- annya—dan dengan demikian menemukan cara menciptakan celah baru setiap kali ada pintu yang tertutup. Dari kisah-kisah para praktisinya, kita akan belajar cara mengatasi rintangan yang umum dihadapi—entah saat kita terkunci dari luar atau terkepung dari segala sisi, jenis rintangan yang menghambat orang selama ini—dan cara menerapkan pendekatan umum yang mercka pakai dalam hidup kita. Karena kita bukan saja perlu memperkirakan, tapi juga merengkuh rintangan, Merengkuh? Ya, karena rintangan sebenarnya adalah kesempatan untuk menguji diri kita, mencoba hal-hal baru, dan pada akhirnya, meraih kemenangan. Rintangan Adalah Jalan. xxviii BAGIAN I PERSEPSI A PA ITU PERSEPSI? Persepsi adalah cara kita melihat dan jemahami apa yang terjadi di sckeliling kita—dan ba- gaimana kita memaknainya. Persepsi kita bisa menjadi sumber kekuatan atau kelemahan besar kita. Jika bersikap emosional, subjektif, dan berpandangan dangkal, kita hanya akan menam- bah masalah. Agar tidak dibuat kewalahan oleh dunia sekitar, sama seperti yang dipraktikkan oleh orang-orang zaman dahu- lu, kita harus belajar membatasi gairah kita agar tidak mengu- asai hidup. Dibutuhkan keterampilan dan kedisiplinan untuk melenyapkan persepsi buruk yang mewabah, memisahkan si- nyal-sinyal yang dapat diandalkan dari sinyal-sinyal yang mem- perdaya kita, memilah prasangka, ekspektasi, dan rasa takut. Namua, ini layak dilakukan, karena yang tersisa dari semuanya itu adalah kebenaran. Saat orang lain merasa girang atau takut, kita akan tetap tenang dan tak menjadi goyah. Kita akan meli- hat banyak hal secara langsung, apa adanya—tidak baik atau- pun buruk. Ini akan menjadi keuntungan yang luar biasa bagi kita saat berupaya menaklukkan berbagai rintangan. Disiplin dalam Mempersepsikan ebelum menjadi orang perminyakan, John D, Rockefeller Sias akuntan dan calon investor—pemodal kecil-kecilan dari Cleveland, Ohio. Sebagai putra seorang penjahat yang te- lah menelantarkan keluarganya, Rockefeller muda pertama kali bekerja di tahun 1855 pada usia enam belas tahun (yang dira- yakannya sebagai “Hari Kerja” seumur hidupnya). Semuanya berjalan cukup baik dengan upah lima puluh sen per hari. Lalu kepanikan melanda. Khususnya, Kepanikan di tahun 1857, krisis keuangan nasional besar-besaran yang berawal di Ohio dan menghantam telak Cleveland. Saat bisnis berjatuhan dan harga gabah di seluruh Amerika terjun bebas, ekspansi ke wilayah barat segera terhenti. Hasilnya adalah depresi melum- puhkan yang berlangsung selama beberapa tahun. Rockefeller bisa saja merasa takut. Depresi pasar terbesar dalam sejarah sedang terjadi dan peristiwa tersebut menghan- tamnya tepat saat dia akhirnya mulai menguasai pekerjaannya Dia bisa saja menarik diri dan kabur seperti ayahnya. Dia bisa RINTANGAN ADALAH JALAN saja berhenti total dari bidangnya dan menempuh karier lain dengan risiko yang lebih rendah, Namun meskipun masih muda, Rockefeller sudah memiliki penguasaan diri: dia tetap berkepala dingin di bawah tekanan. Dia tetap tenang meski telah kehilangan semua harta miliknya. Yang lebih baik, dia tetap tenang saat semua orang lain tidak. Jadi, ketimbang meratapi pergolakan ekonomi, Rockefeller dengan antusias mengamati peristiwa-peristiwa penting yang terjadi. Dengan keras kepala, dia memilih melihac semua itu sebagai peluang belajar, inisiasi pasar. Dia diam-diam menabung dan melihat kekeliruan yang orang lain lakukan, Dia melihat kelemahan dalam perckonomian yang banyak dianggap orang wajar dan bagaimana hal ini membuat mereka semua tidak siap menghadapi perubahan atau guncangan. Dia mengintegrasikan satu pelajaran penting yang akan te- tap tinggal bersamanya: Pasar pada dasarnya tak dapat dipredik- si dan sering kali kejam—hanya pikiran rasional dan disiplin yang, bi akan mengarah pada musibah, dan dia selalu harus mengabai- mengambil keuntungan darinya. Dia sadar, spekulasi kan “kegilaan orang banyak” serta kecenderungan mereka. Rockefeller segera memanfaatkan pengetahuan itu. Saat dia berumur 25 tahun, sekelompok investor menawarkan modal sekitar $500.000 untuk berinvestasi sesuai arahannya jika dia bisa menemukan sumur minyak yang tepat untuk menggelon- torkan uang tersebut. Bersyukur atas kesempatan itu, Rockefel- ler mulai berkeliling ladang minyak di dekatnya. Beberapa hari kemudian, dia membuat para investor terkejut saat kembali ke Cleveland dengan tangan kosong, tanpa mengeluarkan atau menanamkan satu sen pun dari dana tersebut. Dia merasa ini DISIPLIN DALAM MEMPERSEPSIKAN bukan waktu yang pas, tak peduli seberapa bergairahnya seluruh pasar pada saat itu—jadi dia mengembalikan uang tersebut dan menjauhi pengeboran. Kedisiplinan diri yang kuat dan objektivitas inilah yang membuat Rockefeller dapat meraup keuncungan dari rintangan demi rintangan yang dihadapinya selama Perang Saudara dan kepanikan di tahun 1873, 1907, dan 1929. Seperti perkataan- nya: Dia cenderung melihat peluang dalam setiap musibah. Dan dari situ kita bisa menambahkan: Dia memiliki kekuatan untuk menahan godaan atau gairah, tak peduli seberapa meng- goda situasinya, apa pun situasinya. Dalam dua puluh tahun sejak krisis pertamanya itu, Rocke- feller menguasai sendiri 90 persen pangsa pasar minyak. Kom- petitornya yang tamak sudah binasa. Kolega-koleganya yang gelisah telah menjual saham mereka dan meninggalkan bisnis tersebut. Orang-orang berhati lemah yang meragukannya telah melewatkan kesempatan itu. Di sepanjang usianya, semakin besar kekacauan yang terjadi, semakin tenang Rockefeller, terlebih ketika orang-orang di scke- lilingnya menjadi panik atau sangat serakah. Sebagian besar kekayaannya dihasilkan dari fluktuasi pasar semacam ini—kare- na dia dapat melihat apa yang orang lain tak dapat lihat. Wa- wasan ini tetap ada hingga sekarang dalam ungkapan terkenal Warren Buffett “merasa takut ketika orang lain menjadi tamak dan menjadi tamak ketika orang lain merasa takut”. Rockefeller, sebagaimana para investor besar lainnya, dapat melawan do- rongan hati demi akal sehat. Scorang kritikus, yang dibuat takjub oleh kerajaan bisnis Rockefeller, menggambarkan Standard Oil sebagai “makhluk RINTANGAN ADALAH JALAN protean mistis” yang mampu bermetamorfosis melawan seti- ap upaya yang dibuat para kompetitor atau pemerintah un- tuk menghancurkannya. Hal itu dimaksudkan sebagai kritik, tapi ini sebenarnya salah satu aspek kepribadian Rockefeller: tahan uji, dapat beradaptasi, tenang, brilian. Dia tak dapat digoyahkan—oleh krisis ekonomi, gemerlap kesempatan pal- su, lawan yang menindasnya dengan agresif, atau jaksa fede- ral sekalipun (yang mengenalnya sebagai saksi yang luar bia- sa sulit diuji silang, tak pernah terpancing atau membela diri atau cemas), Apakah dia sudah seperti itu sejak lahir? Tidak. Ini adalah kebiasaan yang dipelajari. Dan Rockefeller mendapatkan pela- jaran tentang disiplin ini di suatu tempat. Ini dimulai saat krisis tahun 1857 dalam apa yang disebutnya “didikan dalam pende- ritaan dan tekanan”. “Oh, sungguh diberkati anak-anak muda yang harus berju- ang mendapatkan fondasi bagi awal kehidupannya,” dia pernah berkata. “Aku tak henti-hentinya bersyukur atas tiga setengah tahun masa belajarku dan berbagai kesukaran yang harus ku- atasi di sepanjang jalannya.” ‘Tentu saja banyak orang mengalami masa-masa sukar seper- ti Rockefeller—mereka semua mendapatkan didikan serupa di masa yang buruk. Namun, hanya segelintir yang bereaksi seper- tinya. Tak banyak orang yang melatih diri melihat kesempatan dalam rintangan yang dihadapi, bahwa apa yang menimpa mereka bukanlah kemalangan yang tak dapat diperbaiki_ mela- inkan anugerah—peluang Gelajar dari momen langka dalam sejarah ekonomi dunia. Anda akan menghadapi berbagai rintangan hidup—yang adil dan tidak adil. Dan Anda akan berulang kali mendapati DISIPLIN DALAM MEMPERSEPSIKAN bahwa yang terpenting bukanlah apa saja rintangan yang diha- dapi, melainkan cara kita melihatnya, bagaimana kita bereaksi terhadapnya, dan apakah kita tetap dapat menguasai diri. Anda akan belajar bahwa reaksi Anda menentukan seberapa sukses diri Anda nantinya dalam mengatasinya—atau bisa jadi ber- kembang pesat karenanya. Saat seseorang melihat krisis, orang lain melihat peluang. Saat seseorang dibutakan oleh kesuksesan, orang lain melihat realitas dengan objektivitas yang dingin. Saat seseorang tidak dapat mengendalikan emosi, orang lain bisa tetap tenang. Ke- nekatan, keputusasaan, rasa takut, ketidakberdayaan—reaksi- reaksi ini adalah aspek dari persepsi kita. Anda harus menyadari: Tidak ada yang membuat kita merasa seperti itu; kitalah yang memilih menyerah pada perasaan-perasaan semacam itu. Atau, seperti Rockefeller, memilih tidak melakukannya Dan justru dalam perbedaan antara cara Rockefeller mem- persepsikan lingkungan dan cara seluruh dunia biasa melaku- kannya inilah—kesuksesannya yang nyaris di luar pemahaman itu dapat terwujud. Kepercayaan dirinya yang cermat dan awas adalah bentuk kekuatan yang luar biasa. Untuk mempersepsi- kan apa yang orang lain pandang negatif sebagai hal yang harus mulai ditangani secara jelas dan rasional, dan yang terpenting, sebagai kesempatan—bukan sebagai sesuatu yang perlu ditakuti atau diratapi. Kisah Rockefeller lebih dari sekadar analogi. Kita hidup di Zaman Sepuhan kita sendiri. Dalam kurang dari satu dekade, kita telah mengalami dua periode gelembung ekonomi besar, ketika keseluruhan industri runcuh dan kehi- dupan banyak orang hancur, Ketidakadilan merajalela. Kemero- sotan finansial, kerusuhan sipil, kescngsaraan. Orang-orang RINTANGAN ADALAH JALAN menjadi takut dan berkecil hati, marah dan kesal dan berkum- pul di Zuccotti Park atau di berbagai komunitas maya. Dan ini sudah scharusnya, bukan? Belum tentu. Penampilan luar sering kali menipu. Apa yang ada di dalam, di balik diri mereka, irulah yang penting. Kita dapat belajar melihat segala sesuatu secara berbeda, mengoyak ilusi yang diyakini atau ditakuti orang lain. Kita bisa bethenti melihat “masalah” di depan kita sebagai masalah. Kita bisa belajar berfokus pada keadaan yang sebenarnya. Kita terlalu sering bereaksi secara emosional, menjadi patah semangat, dan kehilangan perspektif. Hal itu semata mengubah keadaan yang buruk menjadi benar-benar buruk. Persepsi yang tidak membantu dapat menginvasi pikiran—tempat bersema- yamnya akal schat, tindakan, dan kemauan—serta membuang kompas kita. Oak kita berevolusi untuk lingkungan yang sangat berbeda dari lingkungan yang saat ini kita diami. Akibatnya, kita mem- bawa banyak beban biologis. Manusia dibentuk untuk dapat mendeteksi berbagai ancaman dan bahaya yang tak lagi ada— pikirkan keringat dingin yang keluar saat Anda stres karena uang, atau respons untuk melawan atau kabur yang mulai timbul saat atasan meneriaki Anda. Saat itu, keselamatan kita tidak sungguh-sungguh ada dalam bahaya—kecil kemungkin- annya kita akan kelaparan atau kekerasan akan pecah—meski- pun tentu saja kita terkadang merasa seperti itu. Kita dapat memilih cara kira menanggapi situasi tersebut (atau dalam hal ini, apa pun situasinya). Kita dapat tanpa sadar dituntun oleh perasaan primitif ini atau kita bisa memahami dan belajar menyaringnya. Disiplin dalam mempersepsikan se- DISIPLIN DALAM MEMPERSEPSIKAN suatu membuat Anda dengan jelas melihat keuntungan serta tindakan yang sesuai dalam setiap situasi—tanpa direcoki rasa panik ataupun takut. Rockefeller memahami betul hal ini dan membuang beleng- gu yang ditimbulkan oleh persepsi yang buruk serta destruktif. Dia mengasah kemampuan mengendalikan, menyalurkan, dan memahami sinyal-sinyal tersebut. Ini seperti kekuatan super; karena kebanyakan orang tidak dapat mengakses bagian diri mercka yang ini, mereka akhirnya diperbudak oleh dorongan hati dan insting yang tak pernah mereka pertanyakan. Kita dapat memandang musibah dengan cara yang rasional. Atau sebaliknya, seperti Rockefeller, kita dapat melihat kesem- patan dalam setiap musibah, dan mengubah situasi negatif itu menjadi pendidikan, seperangkat keahlian, atau kekayaan. Jika dilihat dengan baik, segala hal yang terjadi—entah itu kehan- curan ckonomi atau tragedi pribadi—adalah peluang maju. Bahkan jika didasari oleh sesuatu yang tidak kita antisipasi. Ada beberapa hal yang perlu diingat ketika kita dihadapkan dengan rintangan yang tampaknya tak mungkin teratasi. Kita harus berusaha: + Bersikap objektif * Mengontrol emosi dan keseimbangan mental kita * Memilih melihat kebaikan dalam situasi * Tetap menenangkan diri * Mengabaikan apa yang mengganggu atau membatasi orang lain + Melihat berbagai hal dari sudut pandang yang objektif * Kembali ke masa kini * Berfokus pada apa yang dapat kita kendalikan RINTANGAN ADALAH JALAN Inilah cara Anda melihat kesempatan dalam rintangan. [ni tidak terjadi dengan sendirinya. Ini merupakan proses—yang dihasilkan dari disiplin diri dan logika. Dan logika tersebut juga tersedia bagi Anda. Anda hanya perlu menggunakannya 10 Kenali Kekuatan Anda Pilihlah uncuk tidak tersakitimaka kau tak akan tersakici. Jangan merasa tersakiti—maka kau tidak akan pernah tersakiti. —MARCUS AURELIUS ubin “Hurricane” Carter, penantang utama juara tinju kelas menengah, di puncak kariernya pada pertengahan 1960-an, menerima cuduhan keliru karena suatu kejahatan mengerikan yang tidak dilakukannya: tiga pembunuhan. Dia diadili, dan putusan bias serta keliru menyusul: tiga hukuman seumur hidup. Dia terjun bebas dari puncak kesuksesan dan ketenaran. Carter datang ke penjara dalam setelan desainer mahal, menge- nakan cincin berlian senilai $5.000 dan jam emas. Saat me- nunggu dalam antrean dimasukkan ke area tahanan umum, dia minta bicara dengan penanggung jawab di sana. RINTANGAN ADALAH JALAN Saat menatap mata sang kepala penjara, Carter memberita- hunya dan para sipir bahwa dia tidak akan melepaskan hal terakhir yang dia miliki: dirinya sendiri, Dalam deklarasinya yang mengagumkan, dia memberitahu mereka dengan kata- kata ini, “Aku tahu kalian tidak ada kaitannya dengan ketidak- adilan yang membawaku ke penjara ini, jadi aku bersedia tinggal di sini sampai keluar. Tetapi, bagaimanapun situasinya, aku tidak mau diperlakukan seperti tawanan—sebab aku bu- kan orang yang tak berdaya dan tidak akan pernah menjadi seperti itu.” Alih-alih terpuruk—seperti yang pasti akan terjadi pada ba- nyak orang dalam situasi yang sedemikian suram—Carter me- nolak menycrahkan kebebasan batinnya: sikapnya, keyakinan- nya, pilihannya. Entah mereka menjebloskannya ke penjara atau mengurungnya di ruang isolasi berminggu-minggu lama- nya, Carter mendeklarasikan bahwa dia masih punya pilihan, yang tidak dapat direnggut darinya meskipun kebebasan fisik- nya telah direbut. Apakah dia marah terhadap apa yang terjadi? Tentu saja. Dia marah besar. Namun, karena mengerti bahwa marah tidak akan membantu, dia menolak menjadi marah. Dia menolak kalah atau merendahkan diri atau berputus asa. Dia tidak mau me- ngenakan seragam tahanan, memakan makanan penjara, mene- rima pengunjung, menghadiri sidang pembebasan bersyarat, atau bekerja di kantin penjara untuk mengurangi masa hukum- an, Dan dia tidak bisa disentuh, ‘Tak seorang pun yang bisa mengulurkan tangan ke arahnya, kecuali mereka ingin berkelahi dengannya. Semua ini memiliki tujuan: Setiap detik energinya dicurah- kan untuk kasus hukumnya, Setiap meni wakcu sadarnya diha- 12 KENALI KEKUATAN ANDA biskannya untuk membaca—buku-buku hukum, filsafat, seja- rah. Mereka tidak menghancurkan hidupnya—mereka hanya menempatkannya di suatu tempat yang tak layak baginya dan dia tak bermaksud tinggal di sana. Dia akan belajar, membaca, dan memanfaatkan sebaik mungkin waktu yang dimilikinya. Dia akan meninggalkan penjara bukan saja sebagai orang bebas dan tak bersalah, tapi pribadi yang lebih baik dan lebih berku- alitas. Dibutuhkan sembilan belas tahun dan dua pengadilan untuk membalikkan putusan tersebut, tapi ketika keluar dari penjara, Carter langsung melanjutkan hidup. Tidak ada gu- gatan sipil untuk memperoleh ganti rugi, dan Carter bahkan tidak meminta permohonan maaf dari pengadilan. Karena bagi Carter, itu menandakan mereka berhasi] merampas sesu- atu yang dimilikinya, yang akan dilihatnya sebagai utang yang harus dibayar. Dia tidak pernah melihatnya seperti itu, bahkan dalam ruang isolasi yang gelap gulita sekalipun. Dia telah membuat pilihan: Hal ini tidak bisa melukaiku—aku mungkin tak menginginkannya, tapi akulah yang memutus- kan bagaimana hal ini akan memengaruhiku. Tidak ada orang lain yang berhak untuk itu. Kitalah yang memutuskan makna dari setiap situasi. Kita- lah yang memutuskan apakah kita akan kalah atau melawan. Kitalah yang memutuskan apakah akan mengiyakan atau me- nolaknya. Tak seorang pun bisa memaksa kita menyerah atau meyakini sesuatu yang tidak benar (misalnya, bahwa situasi tertentu benar-benar tanpa harapan atau mustahil diperbaiki). Persepsi kita adalah hal yang dapat kita kendalikan sepenuh- nya. 13 RINTANGAN ADALAH JALAN Mereka bisa menjebloskan kita ke penjara, melabeli kita, merampas harta milik kita, tapi mereka tidak akan pernah bisa mengendalikan pikiran, keyakinan, dan reaksi kita. Yang berarti kita tidak pernah menjadi sepenuhnya tak ber- daya. Bahkan di penjara, nyaris kehilangan segalanya, masih tersi- sa sedikit kebebasan. Pikiran Anda tetap menjadi milik Anda sendiri (jika beruntung, Anda punya buku) dan Anda memiliki waktu—banyak waktu. Carter tak punya banyak kekuatan, tapi dia mengerti bahwa itu tidak sama dengan menjadi tak berdaya. Banyak tokoh besar, dari Nelson Mandela sampai Malcolm X, berhasil memahami perbedaan mendasar tersebut. Begitulah mereka mengubah penjara menjadi bengkel kerja tempat mere- ka dapat mengubah diri, juga sekolah tempat mereka mulai mengubah orang lain. Jika hukuman penjara yang tidak adil bukan saja dapat me- nyelamatkan, tapi juga bersifat transformatif dan berfaedah, semua pengalaman kita mungkin memiliki manfaat potensial. Bahkan, jika siap bertindak, kita bisa melangkah mundur dan mengingat bahwa situasi itu sendiri tidak bersifat baik ataupun buruk. Yang baik atau buruk adalah sesuatu—penilaian—yang kita maknai dengan persepsi kita, sebagai manusia. Bagi seseorang, suatu situasi bisa jadi negatif. Bagi orang lain, situasi yang sama bisa jadi positif. “Tidak ada yang baik ataupun buruk, tapi berpikir menjadi- kannya demikian,” begitu kata Shakespeare. Laura Ingalls Wilder, penulis serial klasik Litrle House, mem- praktikkan gagasan tersebut saat menghadapi lingkungan paling keras dan tak ramah di planet ini: tanah yang tandus dan ger- 14 KENALI KEKUATAN ANDA sang, wilayah suku Indian, padang rumput di Kansas, dan area terpencil yang lembap di Florida. Tanpa rasa takut ataupun je- nuh—karena dia melihat semua itu scbagai petualangan. Di mana-mana ada peluang untuk melakukan sesuatu yang baru, bertekun dengan jiwa pionir yang penuh keceriaan, apa pun yang digariskan pada dirinya dan suaminya Bukan berarti dia memandang dunia ini lewat delusi yang membuat segalanya tampak indah. Sebaliknya, dia semata me- milih melihat potensi dari setiap situasi—disertai dengan kerja keras dan sedikit semangat serta keceriaan. Orang lain membu- at pilihan sebaliknya. Scdangkan kita sendiri, yang menghadapi hal-hal yang tidak begitu mengintimidasi, langsung memutus- kan bahwa kita ada dalam masalah besar. Dengan cara inilah rintangan menjadi rintangan. Dengan kata lain, lewat cara kita mempersepsikan suatu peristiwa, kita ikut menciptakan—sekaligus menghancurkan— setiap rintangan yang kita hadapi. Tanpa diri kita, tidak ada yang baik ataupun yang buruk, hanya ada persepsi. Ada peristiwa itu sendiri, lalu kisah tentang maknanya yang kita sampaikan kepada diri sendiri. Itu cara berpikir yang mengubah segalanya, bukan? Seorang karyawan di perusahaan Anda bertindak ceroboh schingga merugikan bisnis Anda. Bisa jadi ini adalah hal yang justru ingin Anda hindari dengan menghabiskan begitu banyak waktu dan upaya. Ataz, dengan pergeseran dalam persepsi, ini bisa jadi adalah sesuatu yang justru sedang Anda cari—peluang untuk menembus pertahanan diri dan mendapatkan pelajaran yang hanya bisa diperoleh dari pengalaman. Kekeliruan menjadi latihan. 15 RINTANGAN ADALAH JALAN Sckali lagi, kejadiannya sama: Sescorang mengacau. Namun, evaluasi dan hasilnya berbeda, Dengan pendekatan yang satu Anda menarik manfaat; dengan pendekatan yang lain, Anda tunduk pada amarah atau rasa takut. Hanya karena pikiran memberitahu Anda bahwa sesuatu itu mengerikan, jahat, atau tidak direncanakan atau bersifat negatif, bukan berarti Anda harus menyetujuinya. Hanya karena orang lain mengatakan sudah tidak ada harapan lagi atau tidak waras atau hancur berkeping-keping, bukan berarti demikian halnya. Kitalah yang memutuskan apa cerita yang akan kita sampaikan kepada diri sendiri. Atau apakah kita akan menceritakannya atau tidak. Terimalah daya persepsi ini. Yang dapat diterapkan dalam setiap situasi, mustahil dihalangi, dan hanya dapat dilepaskan. Dan itu adalah keputusan Anda. Tenangkan Diri Anda Yang orang butubkan bukanlah keberanian, melainkan kendali dirt, kepala yang dingin. Hal itu hanya bisa didapatkan dengan berlatih. —THEODORE ROOSEVELT lysses $. Grant pernah duduk berpose untuk pemotretan dengan fotografer terkenal era Perang Saudara, Mathew Brady. Studionya terlalu gelap, jadi Brady menyuruh salah satu asistennya naik ke atap dan membuka jendela atap. Asis- ten itu tergelincir, membuat kaca jendela hancur berkeping- keping. Dengan ngeri, orang-orang melihat saat serpihan kaca dari langit-langit sepanjang lima sentimeter jatuh bagaikan pisau belati di sekeliling Grant—setiap serpihannya cukup mematikan. Saat serpihan terakhir jatuh ke tanah, Brady mendongak dan melihat bahwa Grant tidak bergerak. Dia tidak terluka. Grant melirik ke atas pada lubang di langit-langit, lalu kembali mena- 17 RINTANGAN ADALAH JALAN tap kamera seakan-akan sama sekali tak ada apa pun yang ter- jadi. Dalam Overland Campaign, Grant sedang mengecek ling- kungan sckitar lewat lensa teropong ketika artileri musuh mele- dak, seketika itu juga membunuh kuda yang ada di sampingnya. Mata Grant tetap tertuju ke depan, tak pernah lepas dari tero- pong. Ada cerita lain tentang Grant di City Point, markas besar Union di dekat Richmond. Para prajurit sedang membongkar muatan di kapal uap saat kapal itu tiha-tiba meledak. Semua orang tiarap kecuali Grant, yang terlihat sedang berlari menuju tempat ledakan saat puing-puing, peluru artileri, dan bahkan tubuh manusia berjatuhan. Ttulah sosok pria yang telah menguasai diri dengan baik. Iculah sosok pria yang memiliki pekerjaan untuk dilakukan dan bersedia menanggung apa pun untuk menyelesaikannya. Itulah yang dinamakan keberanian di bawah tekanan. Namun, kembali ke kehidupan kita . . . Kita mudah sekali gelisah. Para kompetitor mengepung bisnis kita. Masalah-masalah yang tak terduga tiba-tiba timbul. Pekerja terbaik kita menda- dak berhenti. Sistem komputer tidak dapat menangani beban yang kita berikan, Kita keluar dari zona nyaman, Atasan mem- buat kita mengerjakan semuanya. Segalanya jatuh menimpa kita, tepat ketika kita merasa tak lagi bisa mengatasinya. Apakah kita memandanginya? Mengabaikannya? Berkedip sckali atau dua kali lalu melipatgandakan konsentrasi? Atau apakah kita menjadi goyah? Apakah kita berusaha mengobati perasaan-perasaan “buruk” ini? 18 TENANGKAN DIRI ANDA Dan itu hanyalah hal-hal yang terjadi tanpa disengaja. Ja- ngan lupa, selalu ada orang-orang di luar sana yang berusaha membalas dendam kepada Anda. Mereka ingin mengintimidasi Anda. Membuat Anda kebingungan. Menekan Anda untuk mengambil keputusan sebelum mengetahui semua fakta. Mere- ka ingin Anda berpikir dan bertindak sesuai keinginan mereka, bukan keinginan Anda. Jadi pertanyaannya adalah: apakah Anda akan membiarkan mereka? Saat kita membidik sasaran yang tinggi, tekanan dan stres dengan sendirinya akan menyertai perjalanan kita, Akan terjadi banyak hal yang membuat kita terkejut, terancam atau ketakut- an. Kejucan (yang kebanyakan tidak menyenangkan) hampir bisa dipastikan. Risiko menjadi kewalahan selalu ada. Dalam situasi semacam ini, bakat bukanlah karakter yang paling dicari, melainkan keluwesan dan ketenangan, karena keduanya mendahului kesempatan untuk dapat mengerahkan keahlian-keahlian lain apa pun. Seperti yang Voltaire jelaskan tentang rahasia kesuksesan militer besar Duke of Marlborough yang pertama, kita harus memiliki “keberanian yang tenang di tengah-tengah kekacauan dan kedamaian jiwa saat berada dalam bahaya, yang bangsa Inggris sebut berkepala dingin.” ‘Terlepas dari seberapa besar bahaya yang kita alami sesung- guhnya, stres menempatkan kita di bawah kendali reaksi nalu- riah—rasa takut—primitif kita, Jangan pernah sedetik pun berpikiran bahwa sikap anggun, tenang, dan hening adalah kelemahan sifat sejumlah aristokrar. Pada akhirnya, keberanian adalah tentang melawan secara te- rang-terangan dan kontrol diri. 19 RINTANGAN ADALAH JALAN Seperti: Aku menolak mengakuinya. Aku tidak bersedia diin- timidasi. Aku menolak godaan menyatakan hal ini sebagai kega- galan. Namun, keberanian juga menyangkut penerimaan: Yah, ka- tau begitu kurasa ini jadi tangeung jawabku. Aku tidak punya hesempatan menjadi terguncang karenanya atau memutar kemba- 4 berbagai situasi meneganghan itu di benakku. Aku terlalu sibuk dan ada terlalu banyak orang yang mengandalkanku, Tantangan terbuka dan penerimaan dapat bersatu padu da- lam prinsip berikut: Selalu ada langkah tandingan, selalu ada cara meloloskan diri atau jalan keluar, jadi tidak ada alasan untuk bersikap penuh emosi. Tidak ada yang berkata ini mu- dah, dan tentu saja, taruhannya tinggi, tapi ada jalan bagi me- reka yang siap melakukannya. Inilah yang harus kita lakukan, Dan kita tahu ini akan sukar, bahkan mungkin menakutkan. Namun, kita siap untuk itu. Kita bisa menguasai diri, serius, dan tidak akan merasa ketakutan. Ini berarti siap melihat situasi kita yang sesungguhnya, me- nenangkan diri agar dapat berusaha sebaik mungkin mengatas- inya. Menguatkan diri. Mengusir hal-hal buruk yang terjadi dan tetap gigih berjuang meskipun sulit—menatap lurus ke depan seakan-akan tak ada apa pun yang terjadi. Sebab, seperti yang kini Anda sadari, itu benar adanya. Jika Anda berhasil mempertahankan keberanian, tidak ada yang benar-benar “terjadi”—persepsi kita akan memastikan hal itu tidak memiliki konsekuensi apa pun. Kendalikan Emosi Anda Apakah kau menginginkan kerajaan besar? Berkuasalah atas dirimu sendiri. —PUBLILIUS SYRUS KY Amerika berlomba-lomba mengirim orang pertama ¢ luar angkasa, satu keterampilan yang lebih banyak dila- tihkan kepada para astronot dibandingkan keterampilan-kete- rampilan lain adalah seni untuk sidzk panik. Ketika panik, orang melakukan kekeliruan. Mercka menge- sampingkan sistem. Mereka tidak memedulikan prosedur, mengabaikan aturan. Mereka melenceng dari rencana. Mereka menjadi tidak responsif dan berhenti berpikir jernih. Mercka semata bereaksi—bukan pada apa yang diperlukan, melainkan terhadap hormon bertahan hidup yang mengalir di pembuluh darah mereka. Sambudah sumber sebagian besar masalah kita di bumi ini. Semuanya direncanakan sampai ke hal yang sckecil-kecil- 21 RINTANGAN ADALAH JALAN nya, lalu sesuatu berjalan tidak sesuai rencana dan hal perta- ma yang kita lakukan adalah menukar rencana kita dengan kepanikan emosional yang lazim ditemui. Beberapa di antara kita setengah mati ingin membunyikan alarm, karena itu le- bih mudah ketimbang menghadapi apa pun yang ada di de- pan kita. Pada ketinggian sekicar 240 kilometer di atas Bumi dalam pesawat ulang-alik yang berukuran lebih kecil dari mobil VW kodok, ini berarti maut. Panik berarti bunuh diri. Jadi, kita harus berlatih menghilangkan rasa panik. Dan emosi itu tidak mudah dilenyapkan. Sebelum perjalanan pertama ke luar angkasa, NASA men- ciptakan kembali hari bersejarah bagi para astronot tersebut lagi dan lagi, selangkah demi selangkah, ratusan kali—dari sarapan yang mereka santap sampai perjalanan menuju la- pangan udara. Perlahan-lahan, dalam serangkaian “paparan” bertahap, para astronot diperkenalkan pada setiap bentuk su- ara dan penglihatan yang akan menjadi bagian dari pengalam- an mereka saat ditembakkan ke luar angkasa. Mereka begitu sering melakukannya sampai-sampai ini menjadi semudah dan sealami bernapas. Mereka akan berlatih hingga akhir, melaku- kan segalanya kecuali meluncurkan roket itu sendiri, memas- tikan setiap variabel terpecahkan dan semua ketidakpastian disingkirkan. Ketidakpastian dan rasa takut dapat diredakan dengan keya- kinan yang didapackan lewat pengalaman. Latihan adalah suatu pengalaman. Sejenis katup pengontrol tekanan. Dengan papar- an yang cukup, Anda dapat beradaptasi untuk keluar dari rasa takut yang lazim ditemui, bahkan rasa takut bawaan yang umumnya timbul dari ketidaktahuan. Untungnya, memperba- 22 KENDALIKAN EMOSI ANDA iki ketidaktahuan ini sederhana saja (sekali lagi, bukan mudah), memungkinkan kita meningkatkan toleransi terhadap stres dan ketidakpastian. John Glenn, astronot Amerika pertama yang mengorbit Bumi, menghabiskan hampir seharian penuh di luar angkasa dan masih menjaga irama jancungnya di bawah seratus per me- nit. Inilah pria yang tidak sekadar duduk d@ depan papan ken- dali melainkan mengendalikan emosinya. Seorang pria yang te- lah mengembangkan dengan semestinya apa yang Tom Wolfe belakangan scbut “the Right Stuff’. Akan tetapi Anda . . . saat menghadapi seorang klien atau orang asing di jalan, jantung Anda seolah-olah akan meloncat keluar; atau saat Anda dipanggil untuk menyapa orang banyak, isi perut Anda seolah-olah akan jatuh ke tanah, Sudah waktunya menyadari bahwa ini adalah kemewahan, menuruti ego kita. Namun di luar angkasa, perbedaan antara hidup dan mati terletak pada cara Anda mengatur emosi. Menekan tombol yang salah, keliru membaca panel instru- men, memulai serentetan kegiatan terlalu awal—tak satu pun darinya yang dapat dilakukan dalam misi Apollo yang sukses— konsekuensinya terlalu besar. Dengan demikian, bagi para astronot persoalannya bukan- lah: Seberapa terampil Anda sebagai pilot? melainkan: Bisakah Anda tetap tenang saat berada di bawah tekanan? Bisakah Anda melawan dorongan menjadi panik dan sebaliknya berfokus ha- nya pada apa yang dapat Anda ubah? Pada tugas yang saat ini perlu dikerjakan? Hidup sebenarnya tak berbeda. Rintangan membuat kita penuh emosi, tapi satu-satunya cara agar bisa bertahan atau berhasil mengatasinya adalah dengan mengendalikan emosi- 23 RINTANGAN ADALAH JALAN emosi tersebut—bisa tetap stabil apa pun yang terjadi, tak pe- duli bagaimana peristiwa eksternal yang ada berflukcuasi. Bangsa Yunani punya satu kata untuk ini: apatheia. Itu adalah sejenis ketenangan yang timbul bersamaan de- ngan hilangnya emosi yang tidak rasional atau ckstrem. Bukan kehilangan perasaan sama sekali, hanya perasaan yang memba- hayakan dan tidak membantu. Jangan biarkan hal-hal negatif masuk, jangan biarkan emosi-emosi itu tersulut. Katakan saja: Tidak, terima kasib. Aku tidak bisa panik. Inilah keterampilan yang harus dikembangkan—bebas dari kekacauan dan kegelisahan—agar Anda dapat memusatkan energi semata-mata untuk menyelesaikan masalah, bukan bere- aksi terhadapnya. Email mendesak dari atasan. Orang berengsek di bar. Tele- pon dari bank—yang mengabarkan bahwa pembiayaan Anda telah dihentikan. Ketukan di pintu—yang mengabarkan ten- tang kecelakaan. Seperti Gavin de Becker tulis dalam The Gift of Fear, “Ketika kau khawatir, tanyakan pada dirimu sendiri, ‘Apa yang kupilih tidak kulihat saat ini?” Apa hal-hal penting yang Anda lewatkan karena memilih khawatir ketimbang berintrospeksi, berjaga- jaga, atau bertindak bijak?” Cara lain untuk mengungkapkannya: Apakah menjadi kesal memberikan lebih banyak pilihan kepada Anda? Terkadang ya. Namun, dalam hal in? Kurasa tidak, Kalau begitu. Jika suatu emosi tidak dapat mengubah kondisi atau situasi yang sedang Anda hadapi, emosi itu kemungkinan tidak mem- bantu. Atau, besar kemungkinannya, bersifat destruktif. 24 KENDALIKAN EMOSI ANDA Akan tetapi, itulah yang kurasakan. Benar, tidak ada yang memberitahu Anda untuk tidak mera- salnnya: Tidak ada yang bevkara:Ands tidal boleh menangis. Lupakan “kejantanan”. Kalau Anda butuh waktu sejenak, sila- kan, lakukanlah. Kekuatan sejati terletak pada fontrol, atau se- perti diungkapkan Nassim Taleb, menjinakkan emosi, bukan berpura-pura emosi itu tidak ada. Jadi, rasakanlah. Namun, jangan mendustai diri sendiri de- ngan keliru membedakan emosi terhadap suatu masalah dan menghadapinya. Keduanya sama berbedanya seperti tidur dan berjalan. Anda selalu dapat mengingatkan diri: Akw yang memegang kendali, bukan emosiku. Akulah yang melihat apa yang sebenarnya terjadi di sini. Aku tidak akan menjadi girang atau kesal. ities aergalatiian ernie dengan’ logil, taut weidakaipe begitulah gagasannya. Logika adalah kumpulan pertanyaan dan pernyataan, Jika diajukan dalam jumlah yang cukup, kita bisa sampai pada akar masalah (yang selalu lebih mudah diatasi). Kita merugi. Namun, bukankah kerugian adalah bagian yang lazim dalam berbisnis? Ya. Apakah kerugian ini sangat besar? Belum tentu. Jadi ini bukan hal yang sama sekali tak diperkirakan, bukan? Kalau begitu, bisa seburuk apa situasinya? Kenapa kalian semua menjadi marah terhadap sesuatu yang paling tidak memang harus terjadi sesekali? Ab... eh... Aku... 25 RINTANGAN ADALAH JALAN Dan bukan hanya itu, tapi Anda telah mengatasi situasi yang lebih buruk dari ini. Bukankah Anda lebih baik menggunakan scbagian ikhtiar terscbut daripada menjadi marah? Cobalah berdialog dengan diri sendiri dan lihadah bagaima- na emosi-emosi ekstrem tersebut dapat bertahan. Hal itu tidak akan bertahan lama, percayalah. Bagaimanapun, Anda mungkin tidak akan mati karena salah satu dari hal itu. Mungkin bisa membantu jika mengatakannya berulang- ulang setiap kali merasa kecemasan mulai datang menghampiri: Aku tidak akan mati karena ini. Aku tidak akan mati karena ini Aku tidak akan mati karena ini, Atau cobalah pertanyaan Marcus: Apakah kejadian ini telah mencegahmu bertindak dengan si- hap adil, kemurahan hati, penguasaan diri, kewarasan, kearifan, hejujuran, kerendahan hati, dan keterbukaan? Tidak. Kalau begitu, kembalilah bekerja! Di alam bawah sadar, kita perlu terus-menerus bertanya kepada diri sendiri: Apakah aku perlu menjadi takut karena ini? Dan jawabannya—seperti jawaban bagi para astronot, tenta- ra, dokter, dan begitu banyak profesional lainnya—haruslah: Tidak, karena aku telah dilatih untuk situasi ini dan aku bisa mengontvol clirt sendirt. Avaui, Tidak; scbab akie séncegub diviku emosi dan aku sadar hal itu tidak memiliki manfaat apa pun. 26 Latih Objektivitas Anda Jangan biarkan kekuatan kesan pertama merobohkanmu; katakan padanya: Tunggu, biar kulihat siapa engkau dan apa yang kauwakili. Biar kuuji dulu engkau. —EPICTETUS rasa “Hal ini terjadi dan buruk” sebenarnya memiliki dua kesan. Kesan pertama—“Hal ini terjadi”—bersifat objek- tif, Kesan kedua—“dan buruk’—bersifat subjektif. Samurai bernama Miyamoto Musashi yang hidup di abad keenam belas menang dalam banyak pertandingan melawan musuh-musuh yang ditakuti, bahkan saat menghadapi banyak musuh, saat dia tidak memegang pedang. Dalam buku The Book of Five Rings, dia mencatat perbedaan antara mengamati dan melihat. Mata yang melihat itu lemah, tulisnya; mata yang mengamati itu kuat. 27 RINTANGAN ADALAH JALAN Musashi mengerti bahwa mata yang mengamati hanya me- mandang apa yang ada. Mata yang melihat memandang lebih dari apa yang ada di sana. Mata yang mengamati memandang peristiwa bebas dari gangguan, upaya melebih-lebihkan, dan persepsi keliru. Mata yang melihat memandang “berbagai rintangan yang tak teratasi” atau “kemunduran besar” atau bahkan “masalah” semata. Lalu membawa masalahnya sendiri ke dalam pertarungan. Yang per- tama membantu, yang terakhir tidak. Mengutarakan kembali perkataan Nietzsche, terkadang sikap superfisial—melihat sesuatu hanya dari kesan pertama—adalah- pendekatan yang paling mendalam. Dalam hidup kita saja, ada berapa banyak masalah yang tampaknya bersumber dari penilaian terhadap hal-hal yang tak dapat kita kendalikan, seolah-olah seharusnya ada jalan untuk mengendalikan hal-hal itu? Seberapa sering kita melihat apa yang kita pikir ada atau seharusnya ada, dan bukan apa yang sesungguhnya ada? Setelah menstabilkan diri dan menahan emosi, kita bisa melihat segala sesuatu scbagaimana adanya. Kita bisa melaku- kannya menggunakan mata yang mengamati. Persepsilah yang jadi masalah. Persepsi memberikan “infor- masi” yang tidak kita perlukan, tepat ketika akan jauh lebih baik bila kita bisa berfokus pada apa yang ada tepat di hadapan kita: pedang yang terhunus, negosiasi bisnis yang krusial, kesempat- an, kilasan inspirasi, atau apa pun itu. Seluruh bagian otak primitif kita mencoba memampatkan ruang yang ada di antara kesan dan persepsi. Untuk berpikir, mempersepsikan, dan bertindak—dalam selang waktu beberapa milidetik saja. 28 LATIH OBJEKTIVITAS ANDA Otak rusa memerintahkannya kabur pada situasi buruk. Rusa itu berlari. Terkadang, langsung ke jalan raya. Kita bisa mempertanyakan dorongan tersebut. Kita bisa saja tidak menurutinya. Kita bisa mengesampingkan pemicunya, mempelajari ancaman itu sebelum bertindak. Namun, hal ini membutuhkan kekuatan. Ini adalah otot yang harus dibentuk. Dan otot kita dibentuk lewat tckanan, dengan mengangkat dan menahan. Inilah sebabnya Musashi dan sebagian besar praktisi bela diri berfokus pada latihan mental sama banyaknya dengan latihan fisik. Keduanya sama-sama penting—dan membutuhkan geralx- an fisik serta laihan yang sama kerasnya. Dalam tulisan para pengikut Stoik kita melihat latihan yang mungkin dengan tepat dapat digambarkan sebagai Ekspresi Ji- jik. Para pengikut Stoik memakai rasa jijik sebagai perancara untuk menelanjangi banyak hal dan ‘“menanggalkan legenda yang melingkupinya”. Epictetus memberitahu murid-muridnya, ketika mereka me- ngutip ucapan scorang pemikir besar, agar membayangkan me- reka sedang mengamati orang itu berhubungan intim. Ini lucu, Anda sebaiknya mencobanya jika ada seseorang yang menginti- midasi atau membuat Anda merasa tak aman. Di benak Anda bayangkan mereka melenguh, mengerang, dan bertindak cang- gung dalam kehidupan pribadi mereka—sama seperti kita se- mua. Marcus Aurelius punya salah satu versinya, ketika dia menggambarkan hal-hal yang glamor atau mahal tanpa eufe- misme—daging panggang adalah bangkai hewan dan anggur 29 RINTANGAN ADALAH JALAN vintage adalah anggur yang sudah lama difermentasi. Tujuan- nya adalah melihat hal-hal ini sebagaimana adanya, tanpa hiasan apa pun. Kita bisa menggunakannya kepada siapa pun atau apa pun yang merintangi jalan kita. Promosi yang begitu berarti itu se- benarnya apa? Para pengkritik dan orang-orang pesimistis yang membuat kita merasa kecil, letakkan mereka di tempat yang semestinya. Jauh lebih baik melihat segala sesuatu secara apa adanya, bukan sebagai gambaran yang kita ciptakan di benak. Objektivitas berarti mengeluarkan “dirimu’—bagian yang subjektif—dari persamaan. Pikirkan apa yang terjadi saat kita menasihati orang lain. Masalah mereka terlihat sejernih kristal bagi kita, solusinya jelas. Sesuatu yang ada ketika kita mengha- dapi rintangan kita sendiri selalu hilang ketika kita mendengar masalah orang lain: beban kita. Kita dapat melihatmasalah orang lain secara objektif. Kita menerima situasi secara apa adanya dan mulai mem- bantu teman kita menyelesaikannya. Dengan egois—dan bo- doh—kita menyimpan rasa iba, teraniaya, dan keluhan uncuk hidup kita sendiri. Lihatlah situasi Anda dan berpura-puralah situasi itu tidak terjadi pada diri Anda. Berpura-puralah itu tidak penting, bu- kan masalah, Semudah apa situasinya kalau Anda tahu apa yang harus dilakukan? Seberapa cepat Anda menaksir skenarionya dan berbagai opsi yang ada tanpa memihak? Anda bisa menga- baikan situasi icu, dan menyambutnya dengan tenang. Pikirkan semua cara yang dapat kita pakai untuk menyele- saikan satu masalah yang spesifik. Tidak, berpikirlah dengan sungguh-sungguh. Berikan penjelasan, bukan simpati—akan ada 30 LATIH OBJEKTIVITAS ANDA banyak waktu untuk itu nanti. Ini adalah latihan, yang berarti memerlukan pengulangan, Semakin sering Anda mencobanya, semakin mahir Anda melakukannya. Jika Anda semakin teram- pil melihat segala sesuatu secara apa adanya, persepsi Anda akan semakin berguna bagi Anda dan bukan bekerja melawan Anda. 31 Ubah Sudut Pandang Anda Manusia tak semata ada, tapi selalu memutuskan akan menjadi seperti apa keberadaannya; akan jadi apa dia pada saat berikutnya. Dengan pengertian yang sama, setiap manusia memiliki kebebasan untuk berubah kapan saja. —VIKTOR FRANKL etika jenderal Pericles dari Athena bertolak dalam misi gkatan Laut saat Perang Peloponesia, terjadi gerhana matahari dan armadanya yang berisi 150 kapal dilingkupi ke- gelapan. Terkejut oleh peristiwa yang tak terduga dan membingung- kan ini, orang-orangnya menjadi panik. Tak seperti awak kapal- nya, Pericles tak gentar. Dia berjalan menghampiri kepala juru mudi kapal, menanggalkan jubah yang dikenakannya, dan membungkus wajah pria itu. Dia bertanya apakah pria itu takut dengan apa yang dilihatnya. Tidak, tentu saja tidak. 32 UBAH SUDUT PANDANG ANDA Jadi, jawab Pericles, apa masalahnya kalaupun yang menye- babkan kegelapan itu berbeda? Bangsa Yunani adalah bangsa yang cerdas. Namun, di balik sindiran khusus ini ada gagasan fundamental yang bukan saja mencakup filosofi Stoikisme tetapi juga psikologi kognitif Per- spektif adalah segalanya. Artinya, ketika Anda dapat menguraikan sesuatu, atau meli- hatnya dari sudut pandang baru, hal itu kehilangan kuasa atas diri Anda. Rasa takut bersifat melumpuhkan, mengganggu, melelah- kan, dan sering kali tak masuk akal. Pericles memahami ini se- penuhnya, dan mampu menggunakan perspektifnya untuk mengalahkan rasa takut tersebut. Bangsa Yunani mengerti bahwa kita kerap kali memilih penjelasan yang menakutkan ketimbang yang sederhana, se- hingga merugikan kita. Kita takut menghadapi rintangan karena perspektif kita keliru—bahwa perubahan perspektif yang sederhana dapat mengubah reaksi kita sepenuhnya. Se- perti yang Pericles tunjukkan, tugas kita bukanlah mengabai- kan rasa takut melainkan menjelaskannya. Ambillah hal yang Anda takutkan—saat rasa takut menyerang Anda—dan han- curkan. Ingat: Kitalah yang memilih cara kita melihat segala sesuatu. Kita memiliki kemampuan menerapkan sudut pandang baru ke suatu situasi. Kira tidak bisa mengubah rintangan itu sendiri— bagian itu bersifat permanen—tapi kekuatan suatu perspektif dapat mengubah cara rintangan itu muncul, Bagaimana kita mendekati, memandang, dan menempatkan suatu rintangan dalam konteks tertentu, serta cara kita memaknainya, menentu- 33 RINTANGAN ADALAH JALAN kan seberapa sukar dan menakutkan rintangan yang perlu dia- tasi. Anda-lah yang memilih apakah ingin meletakkan aku di depan sesuatu (Aku benci berbicara di depan umum. Aku menga- cau. Aku dirugikan karenanya). Hal-hal ini menambahkan satu unsur ekstra: diri Anda dalam kaitan dengan rintangan tersebut, bukan sekadar rintangan itu sendiri. Dan dengan perspektif yang keliru, kita akan dilibas serta dibuat kewalahan oleh sesu- atu yang sebenarnya tak berarti. Jadi, kenapa mengekspos diri dengan hal itu? Perspektif yang benar memiliki cara yang anch untuk me- nunjukkan bahwa rintangan—dan penderitaan—tidaklah sebu- ruk yang dibayangkan. Namun, apa pun alasannya, kita cenderung melihat banyak hal secara terpisah. Kita menghukum diri sendiri karena meru- sak kesepakatan atau melewatkan rapat. Kalau dilihat per peris- tiwa, hal itu memang mengesalkan—kita baru saja melewatkan 100 persen peluang itu. Kita lupa bahwa dalam contoh tersebut, sebagaimana sering dikatakan oleh sang miliarder sekaligus serial entrepreneur Ric- hard Branson, “peluang bisnis itu seperti bus; selalu ada yang datang lagi.” Suaru rapat tidak ada apa-apanya dibandingkan semua rapat yang kita hadiri sepanjang hidup, suatu kesepakat- an hanyalah suatu kesepakatan. Bahkan, kita sebenarnya mung- kin berhasil menghindari situasi yang sulit. Peluang berikuenya mungkin akan lebih baik. Cara kita berjaga-jaga terhadap dunia mengubah cara pan- dang kita terhadap hal-hal ini. Apakah perspektif kita benar- 34 UBAH SUDUT PANDANG ANDA benar menyediakan perspektifnyata atau apakah perspektif itulah yang sebenarnya menyebabkan masalah? Itulah pertanyaannya. Yang bisa kita lakukan adalah membatasi serta memperluas perspektif kita terhadap apa pun yang akan membuat kita tetap tenang dan siap menghadapi tugas yang sedang dihadapi. Pikir- kan ini sebagai penyuntingan selekti*—bukan untuk memper- daya orang lain, melainkan untuk memosisikan diri kita dengan tepat. Dan ini derbasil. Penyesuaian-penyesuaian kecil dapat meng- ubah apa yang tadinya dirasa sebagai tugas yang mustahil. Saat merasa lemah, mendadak kita sadar bahwa kita kuat, Dengan perspektif, kita menemukan daya pengungkit yang tanpa kita sadari kita miliki. Perspektif memiliki dua definisi. 1. Konteks: naluri tentang gambaran keseluruhan dunia ini, bukan hanya apa yang berada tepat di depan kita 2. Cara membingkainya: cara unik seseorang dalam melihat dunia, cara menafsirkan berbagai peristiwa di dalamnya Keduanya penting, keduanya dapat sccara cfcktif disisipkan untuk mengubah situasi yang tadinya terlihat mengintimidasi atau mustahil. George Clooney menghabiskan tahun-tahun pertamanya di Hollywood dengan ditolak di berbagai audisi. Dia ingin para produser dan sutradara menyukainya, tapi mereka tidak menyu- kainya dan itu menyakitkan. Dia menyalahkan sistem di sana karena tidak dapat melihat kelebihannya. Perspektif ini scharusnya terdengar familier. Ini adalah su- dut pandang yang dominan saat wawancara kerja, ketika kita 35 RINTANGAN ADALAH JALAN menyampaikan presentasi untuk meyakinkan klien, atau men- coba menjalin relasi dengan orang asing yang menarik di kedai kopi. Kita secara tak sadar tunduk pada apa yang disebut oleh penulis dan pengusaha Seth Godin sebagai “sznay of being picked”. Segalanya berubah bagi Clooney ketika dia mencoba per- spektif baru. Dia sadar pemilihan akcor atau aktris juga meru- pakan rintangan bagi para produser—mereka perl menemukan seseorang, dan mereka semua berharap orang berikutnya yang masuk ke ruangan itu adalah orang yang spat. Audisi adalah peluang untuk menyelesaikan masalah mereka, bukan masalah- nya. Dalam perspektif baru Clooney, dialah solusi itu. Dia tidak akan menjadi orang yang mcmohon-mohon agar dapat mengi- kuti syuting. Dia adalah orang yang memiliki sesuatu yang isti- mewa untuk ditawarkan. Dialah jawaban atas doa mereka, bu- kan sebaliknya. Itulah kesan yang mulai ditampilkannya dalam berbagai audisi—bukan semata keahliannya dalam berakting, melainkan bahwa dialah orang yang tepat untuk pekerjaan itu. Bahwa dia mengerti apa yang dicari oleh sang sutradara dan produser dari satu peran khusus dalam audisi dan bahwa dia akan menampilkannya dalam setiap situasi, dalam proses praproduksi, di depan kamera, dan selama masa promosi. Perbedaan antara perspektif yang benar dan salah adalah segalanya. Bagaimana kita menafsirkan berbagai peristiwa dalam hidup, perspektif kita, membingkai respons kita di kemudian hari— apakah akan ada respons ataukah kita akan berdiam diri saja dan menerimanya. 36 UBAH SUDUT PANDANG ANDA Arah kepala kita menentukan arah tubuh kita. Persepsi men- dahului tindakan. Tindakan yang benar akan mengikuti per- spektif yang benar, 37 Apakah Itu Tergantung Diri Anda? Dalam hidup, tgas pertama kita adalah membagi dan membedakan segala sesuatu menjadi dua kategori: hal-hal di luar diri tak bisa kita kendalikan, tapi pilihan yang hita buat atasnya bisa kita kendalikan, Di mana aku akan menemukan baik dan buruk? Dalam diriku, dalam pilibanku. —EPICTETUS lommy John, salah satu pelempar bola (pitcher) bisbol pa- ling cerdas dan tahan banting, telah bermain dalam 26 musim pertandingan di liga utama. Dua puluh enam musim! Di tahun awalnya, Kennedy menjadi presiden, Di tahun ter- akhirnya, yang menjadi presiden adalah George H. W. Bush. Dia menjadi pelempar bola untuk Mickey Mantle dan Mark McGwire. Ini nyaris merupakan prestasi manusia super, Namun, dia bisa melakukannya karena sangat mahir dalam mengajukan 38 APAKAH ITU TERGANTUNG DIRI ANDA? suatu pertanyaan kepada diri sendiri dan orang lain, dalam berbagai bentuk, berulang kali: Apakah kesempatan itu ada? Apakah aku punya peluang untuk sukses? Adakah sesuatu yang bisa hulakukan? Yang dicarinya hanyalah jawaban ya, tak peduli scberapa sepele, tentatif, atau singkatnya peluang itu. Kalau kesempatan itu ada, dia siap mengambil dan memanfaatkannya dengan baik—dia siap mencurahkan segenap upaya dan energi untuk mewujudkannya. Jika kerja kerasnya membuahkan hasil, dia Icbih baik mati di lapangan ketimbang membiarkan kesempatan itu terbuang percuma. Rintangan pertamanya datang di tengah-tengah musim per- tandingan tahun 1974 ketika lengannya cedera, menimbulkan kerusakan permanen pada ligamen kolateral ulnar di siku yang aktif. Saat itu dalam bisbol dan bidang kedokteran olahraga, ketika lengan seorang pitcher cedera, itu berarti kariernya a- mat. Mereka menyebut cedera ini sebagai “dead arm”. Pertan- dingan usai. John tidak mau menerimanya. Adakah sesuatu, apa pun itu, yang bisa memberinya kesempatan untuk kembali ke lapangan? ‘Ternyata ada. Dokter menyarankan pembedahan eksperimental, yaitu berusaha mengganti ligamen yang cedera dengan tendon dari lengan satunya. Bagaimana peluangku untuk kembali berla- ga setelah operasi ini? Satu banding seratus. Dan tanpa operasi? Nol, kata mereka. Dia bisa saja pensiun. Namun, dia memiliki peluang satu banding seratus. Dengan rehabilicasi dan latihan, sebagian ke- sempatan itu ada dalam kendalinya. Dia mengambilnya. Dan memenangkan 164 pertandingan lain sclama tiga belas musim 39 RINTANGAN ADALAH JALAN berikutnya. Prosedur itu kini dikenal sebagai prosedur pembe- dahan Tommy John. ‘Tak sampai sepuluh tahun kemudian, John mengerahkan semangat dan upaya yang sama untuk pembedahan sikunya ketika putranya yang masih kecil terjatuh secara mengerikan dari jendela di lantai tiga, menelan lidahnya, dan hampir me- ninggal. Bahkan dalam kekacauan di ruang UGD, ketika para dokter yakin anak itu mungkin tidak akan selamat, John meng- ingatkan keluarganya bahwa entah butuh setahun atau sepuluh tahun, mereka tidak akan menyerah sampai sama sekali tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan. Putranya berhasil pulih total. Bagi John, karier bisbolnya tampaknya akan berakhir pada tahun 1988, ketika di usia 45 tahun, kontraknya diputus oleh Yankees di akhir musim itu, Tetap saja, dia tidak bersedia me- nerimanya. Dia menelepon sang pelatih dan menuntut: Kalau dia tampil dalam latihan musim semi sebagai anggota regu ca- dangan untuk musim semi berikutnya, apakah dia akan mene- rima evaluasi yang adil? Meteka menjawab dia seharusnya tidak bermain bisbol lagi di usianya saat itu. Dia mengulangi perta- nyaannya: Jujurlah padaku, Aku turun ke lapangan, apakah aku masih punya kesempatan? Otoritas bisbol menjawab, Oke, baik- lab, hau akan mendapatkan satu evaluasi. Jadi dialah orang pertama yang datang ke kamp latihan. Dia berlatih berjam-jam dalam sehari, membawa serta setiap pelajaran yang diterimanya setelah bermain selama seperempat abad dalam cabang olahraga ini, dan bethasil masuk tim—sebagai_pemain tertua dalam pertandingan. Dia membuka pertandingan musim itu—dan menang, hanya dua kali gagal mencetak angka dalam tujuh babak menuju pertandingan liga utama di Minnesota. 40

Anda mungkin juga menyukai