Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya sehingga Saya
dapat menyelesaikan Modul yang berjudul "Pemeriksaan Fisik".

Penulisan modul ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Klinik
Praktek Kebidan. Oleh karena itu, sebagai penulis, Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Keterampilan Klinik Praktek Kebidanan NOVI ENIASTINA JASA,
S.SST.,M.KES yang telah memberikan tugas ini.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan Modul ini terdapat banyak kekurangan oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaça yang bersifat membangun
demi kesempurnaan modul ini.
DAFTAR ISI
PEMERIKSAAN FISIK DAN TANDA TANDA VITAL

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang lengkap dari penderita untuk mengetahui
keadaan atau kelainan dari penderita Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana kesehatan
umum ibu, bila keadaan umumnya baik agar dipertahankan jangan sampai daya tahan tubuh
menurun, untuk mengetahui adanya kelainan, bila ada kelainan, kelainan itu lekas diobati dan
disembuhkan agar tidak mengganggu.

Pemeriksaan dilakukan pada penderita yang baru pertama kali datang periksa, ini
dilakukan dengan lengkap; pada pemeriksaan ulangan, dilakukan yang perlu saja jadi tidak
semuanya; waktu persalinan, untuk penderita yang belum pernah diperiksa dilakukan dengan
lengkap bila masih ada waktu, dan bagi ibu yang pernah periksa dilakukan yang perlu saja.

Macam-macam cara pemeriksaan yaitu dengan inspeksi( periksa pandang/observasi),


palpasi (periksa raba), auskultasi (periksa dengar), perkusi (periksa ketuk).

Pemeriksaan Tanda Vital terdiri dari Suhu Tubuh (t⁰), Nadi (N), Tekanan Darah
(Tensi/T), Frekuensi Nafas (Respiratory Rate/RR), Perfusi Perifer (Akral). Dikatakan vital
karena memberikan informasi penting mengenai status kesehatan pasien. Tanda Vital berguna
untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan yang akut. Pemeriksaan ini juga digunakan
untuk mengetahui secara cepat derajat kesakitan penderita. Semakin jelek nilai Tanda Vital maka
semakin berat derajat kesakitan penderita dan begitu pula sebaliknya. Penyakit kronis seperti
hipertensi juga diketahui dengan cepat pada pemeriksaan Tekanan Darah yang terdapat dalam
Tanda Vital.

TEKNIK TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK YANG DI GUNAKAN

1. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan


penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau
kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu
inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan
alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)

Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil
normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

2. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan


tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997)

Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jarijari,
untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran,
kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)

Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau
massa, edema, krepitasi dan sensasi.

3. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk


menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan
posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan.
Dewi Sartika, 2010)
4. Auskultasi

Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh


bermacammacam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)

Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal -hal
yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010)

Pemeriksan TTV

A. Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan keluar. Suhu permukaan berfluktuasi
bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Karena fluktuasi suhu permukaan ini suhu yang dapat diterima berkisar dari 36°C sampai
38°C. suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi pengukuran.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku.
Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada pada batasan normal, hubungan antara
produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh

Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, diantaranya:


1) Usia
Pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif
terhadap suhu yang ekstri.
2) Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat
dan
lemak. Hl ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas.
3) Kadar hormon
Wanita mengalami fruktuasi suhu tubuh yang lebih besar dari pria.
4) Irama sikardian
Suhu tubuh secara normal berubah secara normal 0,5° sampai 1° selama 24 jam,
titik terendah pada pukul 1-4 dini hari.

5) Lingkungan
Bila suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, suhu tubuh akan naik. Bila
klien berada di luar lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah.
Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena
mekanisme suhu mereka kurang efisien.
6) Stres
Stres fisik dan emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan persarafan.

Tempat pengukuran suhu


Ada banyak tempat pengukuran suhu inti dan permukaan. Suhu inti dari
arteri paru, esofagus dan katung kemih digunakan untuk perawatan intensif.
Pengukuran ini memerlukan peralatan yang dipasang invasif secara terus-menerus
dalam rongga atau organ tubuh. Peralatan ini harus memiliki pembacaan akurat
yang secara cepat dan terus-menerus menunjukkan pembacaan pada monitor
elektronik. Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu dan
dapat digunakan secara intermitten adalah membran timpani, mulut, rektum dan
aksila. Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran.
Berikut variasi suhu berdasarkan tempat pengukurannya.
1) Oral rata rata: 37°C
2) Rektal rata rata: 37,5°
3) Aksila rata rata: 36,5°C

Suhu tubuh normal antara suhu 36 °C -37,5°C


Suhu tubuh tidak normal bisa disebut:
a. Hipotermia yaitu suhu tubuh kurang dari normal
b. Hipertermia yaitu suhu tubuh lebih dari normal
Tempat pengukuran suhu:
• Suhu inti:
1) Rektum
2) membran tympani
3) Esofagus
4) Arteri pulmoner
5) kandung kemih

• Suhu permukaan:
1) Rektal
2) Aksila
3) Oral
4) Timpani/Auri
B. Nadi

Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan bisa diraba di berbagai tempat pada
tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. penyebab nadi yang menjadi lambat,
cepat atau tidak reguler secara normal dapat mengubah curah jantung. Pengkajian
kemampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh terhadap nutrien dengan
cara melakukan palpasi nadi perifer atau dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan bunyi jantung (frekuensi apikal). Pengkajian terhadap denyut nadi
memberi data tentang kondisi sistem kardiovaskuler.

Pengukuran denyut nadi, meliputi:

1) Frekuensi

2) Irama

3) kekuatan

4) kesetaraan dari setiap denyutan.


Denyut abnormal yang lambat, cepat atau tidak teratur dapat menandakan masalah
dalam pengaturan sirkulasi darah, keseimbangan cairan atau metabolisme tubuh.

Disritmia jantung dapat megancam kemampuan jantung untuk berfungsi dengan


baik. Kekuatan denyutan menunjukkan volume darah yang di pompa dalam setiap
kontraksi jantung. Perbandingan denyut nadi pada kedua sisi tubuh dapat menunjukkan
variasi seperti berhentinya aliran darah lokal yang disebabkan oleh pembekuan darah.

Faktor yang mempengaruhi denyut nadi:

1) Latihan fisik

2) Obat-obatan

3) Suhu

4) Emosi

5) Perubahan postur tubuh

6) Peradarahan

7) Gangguan paru

Lokasi Pengukuran Nadi

Frekuensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, namun arteri radialis dan artei
karotid dapat dengan mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi klien tiba-tiba
menurun, area karotid adalah area terbaik untuk menemukan nadi secara cepat. Nadi
radialis dan apikal merupakan tempat yang paling sering digunakan untuk mengkaji nadi.
Jika nadi radialis yang terletak pada pergelangan tangan tidak normal atau intermitten
akibat disritmia atau jika nadi yang tidak dapat diraba karena balutan, gips, atau halangan
lain, yang dikaji adalah nadi apikal.
Pada saat klien menggunakan medikasi (pengobatan) yang mempengaruhi
frekuensi jantung, nadi apikal dapat memberikan gambaran yang lebih akurat terhadap
fungsi jantung. Nadi apikal merupakan tempat terbaik untuk mengkaji nadi bayi dan nadi
anak karena nadi perifer dalam dan sulit untuk dipalpasi dengan akurat.

Ketidaknomalan nadi bisa disebut

a. Takikardia adalah nadi lebih dari normal (naadi cepat)


b. Bradikardia adalah nadi kurang dari normal ( nadi lambat )

Frekuensi jantung normal

Bayi : 120 – 160

Toddler : 90 – 140

Prasekolah : 80 – 110

Usia sekolah : 75 – 100

Remaja : 60 – 90

Dewasa : 60 -100

C. Pernafasan
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara
atmosfir dengan darah serta darah dengan sel. Mekanisme pernafasan meliputi:
1) Ventilasi yaitu pergerakan udara masuk ke luar paru
2) Difusi yaitu pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah
3) Perfusi yaitu distribusi oleh sel drh merah ke dan dari kapiler dara

Faktor yang mempengaruhi pernafasan:


1) Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalamanuntuk memenuhi kebutuhan tubuh
untuk menambah oksigen.
2) Nyeri akut dan kecemasan meningkatkan frekuensi dan kedalaman akibat stimulasi
saraf simpatik.
3) Anemia. Penurunan kadar hemoglobin menurunkan jumlah pembawa O2 dalam darah.
Individu bernapas dengan lebih cepat untuk meningkatkan penghantaran O2.
4) Posisi tubuh. Postur tubuh yang lurus dan tegak meningkatkan ekspansi paru. Posisi
yang bungkuk dan telungkup mengganggu pergerakan ventilasi.
5) Medikasi (analgetik narkotik dan sedatif meningkatkan RR).
6) Cedera batang otak mengganggu pusat pernapasan dan menghambat frekuensi dan
irama pernapasan.

Frekuensi pernafasan normal :


Bayi bayu lahir : 35 – 40 x/menit
Bayi ( 6 bulan ) : 30 - 50 x/menit
Toddler : 25 – 32 x/menit
Anak – anak : 20 – 30 x/menit
Remaja : 16 – 19 x/menit
Dewasa : 12 -20 x/menit

Gangguan dalam pola nafas:


1) Bradipnea: Nafas teratur namun lambat secara tidak normal (pernafasan kurang dari
12x/menit).
2) Takipnea: Nafas teratur namun cepat secara tidak normal (pernafasan lebih dari
20x/menit).
3) Hipernea: Nafas sulit, dalam, lebih dari 20x/menit. Secara normal terjadi setelah
olahraga.
4) Apnea: Nafas berhenti untuk beberapa detik.
5) Hiperventilasi: Frekeunsi dan kedalaman nafas meningkat.
6) Hipoventilasi: Frekuensi nafas abnormal dalam kecepatan dan kedalaman.
7) Pernafasan Cheyne stokes: Frekuensi dan kedalaman nafas yang tidak teratur ditandai
dengan periode apnea dan hiperventilasi yang berubah ubah.
8) Pernafasan Kussmaul: pernafasan dalam secara tidak normal dalam frekuensi nafas
yang meningkat.
9) Pernafasan Biot: Nafas dangkal secara tidak normal diikuti oleh periode apnea (henti
nafas) yang tidak teratur.

D. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang
didorong dengan tekanan dari jantung. Aliran darah yang mengalir pada sistem sirkulasi
karena perubahan tekanan. Pengkajian tekanan darah dapat diukur baik secara langsung
(invasif) maupun tidak langsung (non invasif).
Sistole. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi.
Diastole. Tekanan minimal yang mendesak dinding arteri setiap waktu.

Faktor yang bertanggung jawab terhadap Tekanan Darah.


1) Tahanan perifer: Pada dilatasi pembuluh darah & tahanan turun, tekanan darah akan
turun.
2) Volume darah. Bila volume meningkat, tekanan darah akan meningkat.
3) Viskositas darah. Semakin kental darah akan meningkatkan tekanan darah.
4) Elastisitas dinding pembuluh darah. Penurunan elastisitas pembuluh darah akan
meningkatkan tekanan darah.

Faktor yang memepengaruhi Tekanan Darah:


1) Usia
Tingkat normal Tekanan Darah bervariasi sepanjang kehidupan manusia. Orang dewasa
cenderung meningkat seiring pertambahan usia.
2) Stres
Ansietas, takut, nyeri dan stres emosi mengakibatkan stimulasi simpatik yang
meningkatkan frekuensi darah, curah jantung, dan tahanan vaskuler perifer.
3) Ras
Tekanan darah dipengaruhi oleh kebiasaan, genetik dan lingkungan
4) Medikasi
Banyaknya pengobatan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi tekanan darah. Analgesik, narkotik dapat menurunkan Tekanan Darah.
5) Variasi diurnal
Tekanan Darah bervariasi sepanjang hari, biasanya rendah pada pagi hari, secara
berangsur-angsur naik menjelang siang dan sore hari, dan puncaknya pada senja hari atau
malam hari.

6) Jenis kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan. setelah pubertas pada pria relatiflebih
tinggi sedangkan setelah menopause pada wanita lebih tinggi.

Tekanan Darah Normal Rata Rata


Bayi baru lahir : 40 (rerata) mm Hg
1 bulan : 85/54 mm Hg
1 tahun : 95/ 65 mm Hg
6 tahun : 105 /65 mm Hg
10 -13 tahun : 110 /65 mm Hg
14 – 17 tahun : 120/75 mm Hg
Dewasa tengah : 120/80 mm Hg
Lansia : 140/90 mm Hg

Tekanan Darah Abnormal


1) Hipertensi
Diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan rerata tekanan darah pada dua
atau lebih kunjungan/pemeriksaan, untuk tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.
2) Hipotensi
Hipotensi dipertimbangkan secara umum saat tekanan darah sistolik turun sampai 90
mmHg atau lebih rendah.
3) Hipotensi ortostatik postural
Penurunan Tekanan Darah saat bergerak dari posisi duduk ke berdiri disertai pusing,
berkunang-kunang sampai dengan pingsan.

PEMERIKSAAN FISIK

A. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU


1. Integument
1.) Inspeksi:
Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
Warna Kulit:
 Coklat, deposit melanin
 Biru, Hipoxia jaringan perifer
 Merah, peningkatan oxihaemoglobin
 Pucat, Anoxia jaringan kulit
 Kuning, peningkatan bilirubin indirek dalam darah.

2.) Palpasi:
Subu kulit, tekstur halus/ kasar, torgor / kelenturan keriput /tegang, oedema derajat
berapa?
 Derajat 0 Kembali spontan
 Derajat Kembali dalam I detik
 Derajat 2: Kembali dalam 2 detik
 Derajat 3: Kembali dalam waktu lebih dari 2 detik

3.) Identifikasi luka pada kulit

Tipe Primer

1) Makula: Perubahan warna kulit, tidak teraba, batas jelas, bentuk melingkar kurang
dari 1 Cm. Patch bentuk melingkar lebih dari 1 Cm
2) Papula: Menonjol, batas jelas, elevasi kulit padat, kurang dari 1 Cm. Plaque lebih
dari 1 Cm
3) Nodule: Tonjolan padat berbatas jelas, lebih dalam dan lebih jelas dari pada
papula ukuran 1-2 Cm. Tumor lebih dari 2 Cm
4) Vesikula: Penonjolan pada kulit, bentuk bundar, berisi cairan serosa, diameter
kurang dari 1 Cm, Bulla diameter lebih dari 1 Cm

Tipe Sekunder
1.) Pustula: Vesical / Bulla yang berisi nanah
2.) Ulkus: Luka terbuka yang diakibatkan oleh vesikula/bulla yang pecah
3.) Crusta: Cairan tubuh yang mongering (serum, darah / nanah)
4.) Exsoriasi Pengelupasan epidermis
5.) Scar: Pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan
6.) Lichenifikasi: Penebalan kulit karena garukan atau tertekan terus

4.) Kelainan- kelainan pada kulit:


1) Naevus Pigmentosus: Hiperpigmentasi pada kulit dengan batas jelas (tahi lalat)
2) Hiperpigmentasi : Daerah kulit yang warnanya lebih gelap dari yang
lain( Cloasma Gravidarum)
3) Vitiligo / Hipopigmentasi: Daerah kulit yang kurang berpigment
4) Tatto Hiperpigmentasi buatan
5) Haemangioma: Bercak kemerahan pad pembuluh darah, dapat merupakan
tumorjinak atau tahi lalat
6) Angioma / toh: Pembengkakan yang terbentuk oleh proliferasi yang berlebihan
dari pembuluh darah
7) Spider Naevi Pelebaran pembuluh darah arteriola dengan bentuk aliran yang
khasseperto kalajengking dan bila ditekan hlang
8) Stric: Garis putih pada kulit yang terjadi akiubat pelebaran kulit, dapat ditemui
pada ibu hamil
2. Pemeriksaan Rambut

Inspeksi dan Palpasi :

 Penyebaran, bau, rontok,warna.


 Distribusi, merata atau tidak, adakah alopesia, daerah penyebaran

Quality, Hirsutisme ( pertumbuhan rambut melebihi normal) pada sindrom


chasing. polycistik ovari'i, dan akromrgali, penurunan jumlah dan pertumbuhan
rambut seperti pada penderita hipotiroitisme (alopesia ). Warna, putih sebelum
waktunya terjadi pada penderita anemia perniciosa, merah dan mudah rontok pada
malnutrisi.

3. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi
 Warna bentuk, kebersihan

Bagian-bagian kuku:

 Matrik/ akar kuku: tempat lempeng kuku tumbuh


 Lempeng kuku
 Dasar kuku: berdekatan dengan lempeng kuku
 Jaringan peringeal: terdiri dari ephonicium, perionycium

B. PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER


1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi:
bentuk kepala (dolicephalus lonjong. Brakhiocephalus bulat ), kesimetrisan, dan
pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala.
Palpasi:
Nyeri tekan, fontanella cekung tidak (pada bayi ).
2. Pemeriksaan Mata

A . Inspeksi:

1. Kelengkapan dan kesimetrisan mata


2. Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau Enofthalmus (mata tenggelam)
3. Kelopak mata/palpebra: adakah oedem, ptosis, peradangan, luka, atau benjolan
4. Bulu mata: rontok atau tidak
5. Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan kuning atau
pucat.
6. Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil, midriasis/
melebar pin point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil sama besar.
7. Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau abu-abu di
tepi kornea (arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh ras. Amati kedudukan
kornea,
Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
Strabismus konvergent : kornea lebih dekat ke sudut mata medial Strabismus
devergent: Klien mengeluh melibat doble, karena kelumpuhan otat

B. Pemeriksaan Visus

Dengan jarak 5-6 M dengan snellen card periksa visus OD/OS


5/5 atau 6/6 = normal
1/60 = Mampu melihat dengan hitung jari
1/300 = Mampu melihat dengan lambaian tangan
1/ = Mampu melihat gelap dan terang
= Tidak mampu melihat
3. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
 Amati bagian teliga luar: bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan, adakah
peradangan, penumpukan serumen.
 Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk, transparansi, perdarahan,
dan perforasi.

Uji kemampuan kepekaan telinga :

 dengan bisikan pada jarak 4,5-6 M untuk menguji kemampuan


pendengaran telinga kiri dan kanan
 dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemapuan mendengar
telinga kanan dan kiri
 dengan garpu tala lakukan uji weher: mengetahui keseimbangan konduksi
suara yang didengar klien, normalnya klien mendengar seimbang antara
kanan dan kiri
 dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk membandingkan kemampuan
pendengaran antara konduksi tulang dan konduksi udara, normalnya klien
mampu mendengarkan suara garpu tala dari kondusi udara setelah suara
dari kondusi tulang
 dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk membandingkan
kemampuan hantaran konduksi udara antara pemeriksa dank lien, dengan
syarat pendengaran pemeriksa normal.

4. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
 Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi ( adakah
pembengkokan atau tudak)
 Amati meatus, adakah perdarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa
hidung, adakah pembesaran (polip)
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
 Amati bibir, untuk mengetahui kelainan konginetal (labioseisis,
palatoseisis, atau labiopalatoseisis), warna bibir pucat, atau merah adakah
lesi dan massa.
 Amati gigi gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan, gigi
palsu, gingivitis,warna lidah, perdarahan dan abses.
 Amati orofaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula simetris atau tidak
 Adakah pembesaran tonsil, T: 0, Sudah dioperasi, T: 1. Ukuran normal, T:
2, Pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah, T: 3, Pembesaran sampai
garis tengah, T: 4, Pembesaran melewati garis tengah
 Perhatikan suara klien ada perubahan atau tidak
 Perhatikan adakah lendir dan benda asing atau tidak

6. Pemeriksaan Wajah

Inspeksi : perhatikan ekspresi wajah klien, warna dan kondisi wajah klien,
struktur wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot otot fasialis atau
tidak.

7. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
1) Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf/ kurus ditemukan pada orang
dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen
obesitas, adakah peradangan jaringan parut, perubahan warna, dan massa
2) Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal
pada saat klien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada aorang kurus
3) Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan
pembendungan pada supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal
vena jugularis sambil melepaskan bendungan pada supraclavikula, ukurlah
jarak vertical permukaan atas kolom darah terhadap bidang horizontal,
katakanlah jaraknya a Cm di atas atau di bawah bidang horisontal. Maka nilai
tekanan vena jugularisnya adalah: JVP 5-a Cm.( bila di bawah bidang
horizontal) JVP 5-a CmHg ( bila di atas bidang horizontal), normalnya JVP-5-
2 CmHg Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP
dengan memasukan cateter pada vena tekanan normal CVP-5-15 Cmlg

Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid
dan posisi trakea

 Pembesar kelenjar limfe leher (Adenopati limfe )menandakan adanya


peradangan pada daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau syphilis.
 Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi yodium
 Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak simetris dapat terjadi
karena proses desak ruang atau fibrosis pada paru atau mediastinum

8. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


Inspeksi
 Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah pembengkakan
melingkar dan simetris dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
 Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
 Areola Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih gelap.
 Putting: Adakah cairan yang keluar, ulkus, pembengkakan
 Adakah pembesaran pada kelenjar limfe axillar dan clavikula

Palpasi
 Adakah secret dari putting, adakah nyri tekan, dan kekenyalan.
 Adakah benjolan massa atau tidak

9. Pemeriksaan Torak Dan Paru


Secara umum ada beberapa garis bayangan yang digunakan dalam pemeriksaan
torak yaitu:
1.) Garis midsternalis: garis yang ditarik dari garis tengah sternal ke bawah
2.) Garis midclavikula: garis yang ditarik dari pertegahan clavikula ke
bawah
3.) Garis mid axillarics: Garis yang ditarik dari pertengahan axilla ke bawah
4.) Garis mid spinalis: garris yang ditarik dari pertengahan spinal ke bawah
5.) Garis mid scapula: Garis yang ditarik dari pertengahan scapula ke bawah

Amati pernafasan klien : frekuensi ( 16 – 24 X per-menit ), retraksi


intercosta, retraksi suprasternal, pernafasan cuping hidung. Macam-macam
pola pernafasan :

1. Eupnea : Irama dan kecepatan pernafasan normal

2. Takipneu : Peningkatan kecepatan pernafasan

3. Bradipnea : Lambat tapi merupakan pernafasan normal

4. Apnea : Tidak terdapatnya pernafasan

5. Chene Stokes : Pernafasan secara bertahap lebih cepat dan dalam, dan
melambat diseligi pereode apnea

6. Biot’s : Pernafasan cepat dan dalam dengan berhenti tiba-tiba .

7. Kusmaul : Pernafasan cepat dan dalam tanpa berhenti

10. Pemeriksaan Abdomen Perut


Khusus untuk pemeriksaan abdomen urutannya dalah inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi, karena palpasi dan perkusi dapat meningkatkan peristaltik
usus. Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran dan 9 Regio:

Inspeksi
 Bemtuk abdomen: Membusung, atau datar
 Massa Benjolan pada derah apa dan bagaimana bentuknya

 Kesimetrisan bentuk abdomen

Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu
menit, normalnya 5 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras
disebut Borborygmi biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat
lambat (meteorismus) pada klien ileus paralitik.

Palpasi
Menenyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
1. Palpasi Hepar
2. Palpasi Lien
3. Palpasi Appendik
4. Palpasi Ginjal

11. Pemeriksaan Genetalia


Pemeriksaan genetalia, anus, dan rectum

Inspeksi
 genetalia eksterna: periksa kemungkinanan adanya relaksasi introitus pada
para. pembesaran labia dan klitoris, jaringan parut akibat episiotomy tau
laserasi perineal
 anus: adanya hemoroid, dapat mengalami pembengkakan pada masa
kehamilan selanjutnya
Palpasi
 kelenjar bartholini dan skene periksa adanya retrokel atau sistokel
 Pemeriksaan Spekulum

Inspeksi
 serviks: warna bentuk dan laserasi yang menyembuh. Kemungkinan warna
keunguan pada kehamilan, laserasi yang ditimbulkan karena pelahiran
sebelumnya
 dinding vaginal : warna kebiruan, rongga dalam, leokorea pada kehamilan
normal, iritasi gatal, dan rabas pada infeksi vagina

Lakukan pulasan Pap jika diindikasikan. specimen mungkin diperlukan untuk


diagnosis infeksi vagina atau serviks.
PERTANYAAN
1.

Anda mungkin juga menyukai