Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL

TANTANGAN OTONOMI DAERAH


DI ERA GLOBALISASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIANA AGUSTI

NIM : 050575404

SEMESTER : 1 (SATU)

JURUSAN : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UPBJJ-UT JAMBI POKJAR BAYUNG LENCIR

TAHUN 2023
IDENTITAS MAHASISWA

Nama : DIANA AGUSTI


NIM : 050575404
Program Studi : S1 MANAJEMEN
POKJAR : BAYUNG LENCIR
KAB/KOTA : BAYUNG LENCIR, MUSI BANYUASIN
UPBJJ-UT : JAMBI

Bayung Lencir, 25 November 2023

DIANA AGUSTI
PENDAHULUAN

Otonomi daerah menjadi sebuah paradigma baru dalam tata kelola pemerintahan yang
memberikan wewenang lebih kepada daerah untuk mengelola dan mengatur urusan lokalnya.
Era otonomi daerah di Indonesia, sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, menandai pergeseran signifikan dalam dinamika
pemerintahan di tingkat lokal.
Meskipun demikian, keberhasilan implementasi otonomi daerah tidak lepas dari
berbagai tantangan yang muncul, terutama di tengah dinamika globalisasi yang semakin
kompleks. Dalam era globalisasi, dimana arus informasi, teknologi, dan interkoneksi
antarnegara semakin terbuka, tantangan otonomi daerah semakin berkembang dan memerlukan
penanganan yang bijaksana
Fenomena globalisasi membawa dampak positif seperti kemajuan teknologi dan pertumbuhan
ekonomi, namun sekaligus menimbulkan tantangan kompleks seperti persaingan ekonomi yang
ketat, perubahan sosial budaya, dan perlunya peningkatan daya saing daerah di tingkat global.
Tantangan otonomi daerah di era globalisasi tidak hanya bersifat eksternal, tetapi juga
internal. Faktor-faktor seperti kurangnya kapasitas administratif, rendahnya sumber daya
manusia yang berkualitas, dan kurangnya ketersediaan infrastruktur menjadi hambatan internal
yang perlu diatasi agar otonomi daerah dapat berjalan efektif. Dalam konteks ini, penting untuk
memahami kompleksitas dan dinamika tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam
menjalankan otonomi.
Artikel ini akan membahas beberapa aspek tantangan otonomi daerah di era globalisasi,
serta mencari solusi dan strategi untuk mengatasi kendala tersebut demi mencapai
pembangunan daerah yang berkelanjutan.
KAJIAN PUSTAKA

Otonomi daerah, sebagai konsep pemberian kewenangan kepada suatu daerah untuk
mengatur dan mengurus pemerintahan serta kepentingan masyarakatnya secara mandiri, telah
menjadi isu sentral dalam konteks pemerintahan di Indonesia.
Kata "otonomi" berasal dari bahasa Yunani, dengan "auto" yang berarti sendiri dan
"nomos" yang berarti hukum atau peraturan. Menurut Encyclopedia of Social Science, otonomi
dalam pengertian orisinal adalah kecukupan hukum dari suatu tubuh sosial dan kemandiriannya
yang sebenarnya.
Otonomi memiliki dua ciri hakikat, yaitu kecukupan hukum sendiri dan kemandirian
aktual. Dalam konteks politik atau pemerintahan, otonomi daerah berarti pemerintahan sendiri
atau kondisi hidup di bawah hukumnya sendiri.

Otonomi Daerah: Hak dan Kewajiban


Otonomi daerah, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1974, adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Definisi ini diperbarui oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang menetapkan
otonomi daerah sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Pada hakikatnya, otonomi daerah mencakup tiga aspek utama:


1. Hak Mengurus Rumah Tangga Sendiri
Daerah otonom memiliki keleluasaan untuk menetapkan kebijaksanaan, melaksanakan
sendiri, serta membiayai dan pertanggungjawabannya sendiri.
2. Batas Wilayah
Dalam menggunakan haknya, daerah tidak boleh melampaui batas wilayahnya sendiri.
3. Non-Interference
Daerah tidak boleh mencampuri hak daerah lain sesuai dengan wewenang yang
diserahkan kepadanya.

Dengan demikian, daerah otonom bukan hanya mandiri dalam hal pemerintahan, tetapi
juga dalam pengaturan kehidupan rumah tangganya sendiri.
Dasar Hukum Otonomi Daerah.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, pasal 1 ayat 5, menyatakan bahwa otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pemberian kewenangan otonomi daerah kepada kabupaten dan kota
didasarkan pada desentralisasi, yang mencakup otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab.

Tujuan Otonomi Daerah


Tujuan otonomi daerah, sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang, adalah
meningkatkan pelayanan publik, memajukan perekonomian daerah, menciptakan efisiensi
pengelolaan sumber daya daerah, dan memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan.
Otonomi daerah diharapkan dapat menciptakan pemerintahan yang lebih responsif
terhadap kebutuhan lokal, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memperkuat
hubungan antara pusat dan daerah.
Menurut Syarif dan Jubaedah (2006), daerah otonom adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah, berwewenang mengatur urusan pemerintahan, dan
berkewajiban mengurus kepentingan masyarakat setempat.
Daerah otonom, menurut Bagir Manan yang dikutip oleh Syarifin dan Jubaedah,
menjadi wadah untuk merangkul perbedaan sosial, ekonomi, dan budaya dengan prinsip
Bhineka Tunggal Ika.

Pentingnya Manajemen Pembangunan Daerah


Dengan konsep daerah sebagai bagian penting dalam negara, manajemen pembangunan
daerah menjadi krusial. Hal ini ditegaskan dengan jelas bahwa manajemen pembangunan
daerah memiliki arti yang sangat penting dalam mendorong perubahan masyarakat ke arah
yang lebih baik. Daerah, sebagai elemen pembentuk negara, perlu dikelola dengan baik untuk
mendukung kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Kemampuan Keuangan sebagai Indikator Otonomi Daerah


Yuliati (2001) menekankan bahwa kemampuan keuangan daerah menjadi salah satu
ciri utama pelaksanaan otonomi daerah. Daerah yang mampu membiayai penyelenggaraan
pemerintahan sendiri tanpa ketergantungan pada pemerintah pusat dianggap mampu
mengimplementasikan otonomi daerah secara efektif.
Hal ini menunjukkan bahwa otonomi daerah tidak hanya sebatas pemberian wewenang,
tetapi juga berkaitan dengan aspek keuangan yang dapat mendukung otonomi tersebut.

Permasalahan dalam Otonomi Daerah di Indonesia.


Meskipun otonomi daerah membawa dampak positif, beberapa permasalahan muncul
seiring pelaksanaannya. Salah satu permasalahan utama adalah eksploitasi pendapatan daerah,
di mana daerah cenderung mengintensifkan pemungutan pajak dan retribusi untuk
memaksimalkan pendapatan daerah. Hal ini dapat menyulitkan masyarakat dan berpotensi
merugikan perkembangan ekonomi daerah.

Implikasi Globalisasi terhadap Otonomi Daerah


Oppenhei, sebagaimana disampaikan dalam Ibrahim (1997), menggambarkan daerah
otonom sebagai bagian dari organisasi dari negara. Ini berarti daerah otonom memiliki
kehidupan sendiri yang bersifat otonom namun tidak merdeka dari negara kesatuan.
Implikasinya adalah daerah otonom memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, yang esensial bagi kehidupan masyarakat hukum.
Di era globalisasi, tantangan otonomi daerah semakin kompleks. Dalam konteks global,
daerah harus tetap bersaing dan beradaptasi dengan perubahan ekonomi, teknologi, dan sosial.
Otonomi daerah harus mampu menjadi pendorong pembangunan yang berkelanjutan dan
membuka peluang kerjasama lintas daerah dan internasional.

Tantangan Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004


Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah menetapkan
bahwa sejumlah besar fungsi pemerintahan dialihkan dari pusat ke daerah. Pelayanan publik
seperti kesehatan, pendidikan, dan prasarana menjadi tanggung jawab kota dan kabupaten,
dengan provinsi sebagai koordinator. Meskipun demikian, realitas politik menunjukkan bahwa
penguatan otonomi daerah belum diimbangi dengan perubahan mentalitas aparatur
pemerintahan baik di pusat maupun daerah.

Kendala Implementasi Otonomi Daerah di Indonesia.


1.. Desentralisasi Belum Diterapkan dengan Baik
Desentralisasi di Indonesia belum sepenuhnya direalisasikan. Pemberian hak otonomi
kepada daerah tidak diimbangi dengan penguatan kualitas sumber daya manusia yang
mendukung sistem pemerintahan yang baru.

2. Penyediaan Aturan Pelaksanaan Otonomi Daerah yang Belum Memadai


Aturan pelaksanaan otonomi daerah belum memadai, dan parlemen di daerah tumbuh
sebagai kekuatan politik yang mandiri. Hal ini menciptakan potensi konflik antara
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Kondisi SDM Aparatur Pemerintahan yang Belum Menunjang


Meskipun beberapa daerah berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat, masih
banyak pemerintah daerah yang dinilai belum berhasil menjalankan visi, misi, dan program
desentralisasi. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang menjadi
kendala serius.

4. Korupsi di Daerah
Terjadi pergeseran praktik korupsi dari pusat ke daerah. Penggunaan anggaran yang
tidak efisien dan korupsi dalam proses pengadaan barang-barang dan jasa daerah
menciptakan tantangan serius bagi pelaksanaan otonomi daerah.

5. Potensi Munculnya Konflik Antar Daerah


Terdapat gejala konflik horizontal antara pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota. Pemekaran wilayah dan tuntutan pemekaran semakin memperkuat
sentimen kedaerahan yang dapat memicu disintegrasi bangsa.

6. Etno-Sentrisme dan Identitas Etnis


Implementasi otonomi daerah cenderung menguatkan etno-sentrisme dan identitas
etnis. Paham pelimpahan wewenang yang luas kepada daerah menciptakan politik belah
bambu dan perebutan sumber daya alam.
PEMBAHASAN

Penyelesaian Masalah Otonomi Daerah di Indonesia: Menuju Kesejahteraan dan


Efektivitas Pemerintahan. Otonomi daerah di Indonesia telah membawa berbagai masalah
kompleks yang memerlukan penyelesaian menyeluruh.
Meskipun implementasi otonomi daerah memberikan kewenangan lebih besar kepada
pemerintah daerah, beberapa kendala seperti intensifikasi pajak, perilaku koruptif, dan
ketidakmampuan dalam mengelola anggaran menjadi hambatan utama.
Dalam rangka mencari solusi terhadap tantangan tersebut, beberapa langkah strategis
dapat diambil.
1. Efisiensi Anggaran dan Revitalisasi Perusahaan Daerah
Penting bagi pemerintah daerah untuk mempertimbangkan alternatif selain intensifikasi
pajak yang dapat memberatkan masyarakat.
Dua solusi yang dapat diimplementasikan adalah:
• Efisiensi Anggaran
Pemerintah daerah harus memiliki strong will untuk melakukan efisiensi anggaran. Ini
melibatkan restrukturisasi dan peninjauan ulang atas pengeluaran untuk memastikan
bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan manfaat maksimal. Meskipun tidak
mudah, efisiensi anggaran menjadi langkah krusial untuk mengatasi beban anggaran yang
berlebihan.

• Revitalisasi Perusahaan Daerah melalui Privatisasi


Memberikan pengelolaan perusahaan daerah kepada sektor swasta melalui privatisasi
dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kewirausahaan dan efisiensi. Hal ini mengurangi
beban pemerintah dalam mengelola perusahaan yang tidak selalu sesuai dengan prinsip-
prinsip pasar.

2. Revisi Undang-Undang dan Privatisasi Perusahaan Daerah


Pemerintah seharusnya mempertimbangkan untuk merevisi undang-undang yang
dianggap dapat menimbulkan masalah baru. Privatisasi perusahaan daerah, dengan
menggandeng sektor swasta yang memiliki sifat kewirausahaan, dapat membantu
meningkatkan efektivitas manajemen perusahaan-perusahaan tersebut.
3. Membuat Masterplan Pembangunan Nasional
Pembangunan di daerah perlu didukung oleh masterplan pembangunan nasional. Ini
akan menjadi landasan untuk pembangunan di daerah dan memastikan pemerataan
pembangunan antar daerah. Dengan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah,
pembangunan dapat dilakukan secara terkoordinasi dan berkelanjutan

4. Penguatan Peran Daerah dan Nasionalisme


Meningkatkan rasa nasionalisme di daerah dapat menjadi solusi untuk memperkuat
kohesi nasional. Pemerintah daerah dapat melibatkan masyarakat dalam kegiatan menanam
nasionalisme, seperti kewajiban mengibarkan bendera merah putih. Ini dapat memperkuat
identitas nasional dan mengurangi sentimen kedaerahan yang berpotensi merugikan.

5. Pembatasan Anggaran Kampanye dan Pengawasan Perda


Mengurangi anggaran kampanye dapat mencegah korupsi yang mungkin terjadi selama
pemilihan umum. Pengawasan yang ketat terhadap Perda (Peraturan Daerah) juga
diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan yang lebih tinggi.

6. Pencegahan Pembentukan Dinasti Politik


Melarang anggota keluarga kepala daerah untuk maju dalam pemilihan daerah dapat
mencegah pembentukan dinasti politik. Ini dapat membuka peluang bagi tokoh-tokoh baru
yang memiliki kualifikasi dan visi untuk memimpin.

7. Good Governance dan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah


Implementasi Good Governance, termasuk reformasi birokrasi dan pelayanan satu
pintu, dapat meningkatkan efektivitas pemerintahan daerah. Peningkatan pendapatan asli
daerah dari sektor SDA dan pajak, serta diversifikasi sumber pendapatan dari sektor jasa
dan pariwisata, harus diupayakan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat.

Mengatasi masalah otonomi daerah di Indonesia memerlukan pendekatan holistik dan


kerjasama antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat. Dengan langkah-langkah seperti
efisiensi anggaran, revitalisasi perusahaan daerah melalui privatisasi, revisi undang-undang,
pembangunan nasional, penguatan nasionalisme, pembatasan anggaran kampanye,
pengawasan Perda, pencegahan dinasti politik, dan penerapan Good Governance, diharapkan
dapat membawa perubahan positif menuju kesejahteraan masyarakat dan efektivitas
pemerintahan. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama dalam
menyelesaikan masalah otonomi daerah dan mengarahkan negara menuju perkembangan yang
berkelanjutan.
PENUTUP

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia telah menandai langkah penting dalam


mengembangkan sistem pemerintahan yang lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi
masyarakat setempat. Dengan memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus dan
mengatur rumah tangganya sendiri, otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Namun, implementasi otonomi daerah juga menghadapi berbagai tantangan, termasuk
dalam hal koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta memastikan keberlanjutan
program pembangunan di tingkat lokal. Keterlibatan aktif masyarakat, kualitas kepemimpinan,
dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi kunci sukses dalam mewujudkan visi
otonomi daerah yang sesuai dengan kepentingan nasional.
Seiring berjalannya waktu, perlu terus dilakukan evaluasi dan perbaikan dalam
pelaksanaan otonomi daerah untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip demokrasi, keadilan,
dan kesejahteraan masyarakat tetap menjadi fokus utama.
Dengan demikian, otonomi daerah dapat menjadi fondasi yang kokoh untuk
mewujudkan visi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Otonomi daerah di Indonesia hadir sebagai upaya untuk memberikan kebebasan kepada daerah
dalam mengatur dirinya sendiri.
Namun, sejumlah tantangan seperti eksploitasi pendapatan daerah dan dampak
globalisasi memerlukan perhatian serius. Diperlukan langkah-langkah strategis untuk
memastikan bahwa otonomi daerah dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan
mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA:

1. I Nyoman S, 2005. Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, Citra Utama,


Jakarta.

2. Sondang P.S, 2007. Administrasi Pembangunan; Konsep Dimensi dan Strateginya, Bumi
Aksara, Jakarta.

3. Supian H dan Indra M.A, 2005. Manajemen Strategis Dalam Pembangunan, Multi Grafindo,
Pekanbaru.

4. Taliziduhu Ndraha, 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Rineka Cipta, Jakarta.

5. Ekom Koswara K., 2001. Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan Pemberdayaan. Yayasan
Pariba, Jakarta.

6. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

7. Yuliati. (2001). Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal. Jakarta: Rineka Cipta.

8. Faisal & Akmal Huda Nasution. "Otonomi Daerah: Masalah dan Penyelesainnya di
Indonesia." Jurnal Akuntansi, Vol. 4, No. 2, April 2016: 206-215. ISSN 2337-4314.

9. Suparmoko. (2002). Otonomi Daerah: Pemikiran dan Implementasinya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai