Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN 1

ANALISIS MATERI BERBASIS MASALAH DI SMK NEGERI 4 SELUMA


SEBAGAI AKSI NYATA PEMAHAMAN PENDIDIKAN
GURU PENGGERAK

NEKI PUSPITASARI

202000585441

MATEMATIKA

G1-PPG23-2-MAT-3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

SEPTEMBER 2023

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim, Alhamdulillahhirabbil ‘alamin, puji syukur kepada


Allah SWT, yang selalu menganugrahkan berkah dan rahmatNya, kepada penulis
agar dapat menyelesaikan laporan 1 dengan judul analisis materi berbasis masalah di
SMK N 4 Selum sebagai aksi nyata pemahaman Pendidikan Guru Penggerak. Dan
Shalawat beriring salam kepada Nabi pembawah rahmat bagi seluruh umat sehingga
menjadikan kehidupan terarah dan semakin indah.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang memberi


kesempatan untuk bisa mengikuti PPG dalam jabatan 2023 dan dengan rasa hormat,
penulis menyampaikan terimakassih kepada :

1. Drs. M. Panjaitan, M.Pd selaku dosen pembimbing.


2. Segenap panitia penyelenggara Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan
LPTK Universitas Negeri Medan.
3. Teman-teman seperjuangan PPG dalam jabatan angkatan 2 tahun 2023.
4. Seluruh keluarga terutama Suami dan Ibu yang selalu mengiringi kegiatan
dengan doa dan bantuan baik moral maupun spiritual.
5. Semua pihak yang telah membantu.
Atas jasa dan bantuan semuanya semoga menjadi ladang pahala yang terus
mengalir dari Allah SWT. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ada banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, karena itu saran dan masukkan sangat diperlukan
agar laporan bisa tersusun lebih baik, sehingga bermanfaat bagi semua, Aamin.

Seluma, 27 Agustus 2023


Penulis,

Neki Puspitasari, S.Pd


UKG. 202000585441

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

RINGKASAN ...................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ..................................................................................1


2. Tujuan ..............................................................................................1
3. Manfaat Kegiatan ..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Kebijakan Kementrian, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ..............4


2. Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ....................................4
3. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara .............4
4. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak .............................................7
5. Visi Guru Penggerak .......................................................................10
6. Budaya Positif ................................................................................12

BAB III PENUTUP

1. Refleksi .............................................................................................16
2. Tindak Lanjut ...................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18

LAMPIRAN ..................................................................................................... 19

iii
RINGKASAN

Program Pendidikan Guru Penggerak adalah suatu Program yang di rancang


oleh pemerintah untuk melahirkan seorang Guru Penggerak, berasal dari guru-guru
yang terus mencari pembelajran agar bisa bermanfaat bagi siswa sehingga bisa
menjadi pemimpin dalam proses pembelajran, mampu mendorong dan menuntun
siswa supaya mencapai kodratnya yaitu sukses dan selamat. Serta mampu memotivasi
guru lain, menjadi contoh dan agen perubahan dalam ekosistem pendidikan sehingga
mewujudkan profil siswa pancasila.
Dalam Program Pendidikan Guru Penggerak, seorang Guru Penggerak dibekali
tentang dasar-dasar pendidikan, refleksi filosofi pendidikan nasional Ki Hajar
Dewantara, nilai-nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya
positif. Dasar-dasar pendidikan tersebut, bahwa pendidik adalah seorang penuntun
yang bertugas menuntun agar siswa bisa merai kecerdasan dan terhindar dari hal-hal
yang tidak baik untuk mencapai kodratnya.
Sebagai penuntun, Guru Penggerak memiliki nilai-nilai yaitu berpihak pada
murid, reflektif, mandiri, kolaboratif, dan inovatif. Sebagai Guru penggerak yang
berperan menjadi pemimpin pembelajaran dan agen perubahan, kompetensi yang
perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan
diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta
memimpin pengembangan sekolah.
Terdapat 5 peran Guru Penggerak yaitu pertama menjadi pemimpin
pembelajaran dengan kemampuan mengelolah perubahan dan memahami tahapan
BAGJA untuk menghasilkan sebuah visi. Kedua menjadi Coach bagi guru lain, yaitu
memiliki keterampilan coaching, bisa memberdayakan diri sendiri, merefleksi dan
mampu mengambil pembelajaran agar bisa melihat dan mengevaluasi. Ketiga
mendorong kolaborasi, supaya tercapainya suatu tujuan, memiliki peran sebagai
pembuka ruang dialog antar guru maupun sekeliling. Keempat, mewujudkan
kepemimpinan murid, agar murid mendapat ruang untuk mengemukakan hal-hal yang
mereka yakini sehingga tercipta murid yang kompeten, merasa dicintai dan memiliki
kepercayaan diri. Kelima, menggerakkan komunitas praktisi, sehingga bisa
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan bersama-sama merencanakan,
mengerjakan, melihat kembali kegiatan bersama yang telah dijalankan. Sehingga
terbentuk budaya positif.

iii
iv
BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar belakang kegiatan yang telah dilakukan

Penulis menyadari banyak kekurangan dan kelemahan sebagai seorang


guru, sehingga tertarik mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak
(PPGP). Dalam kegiatan terdapat berbagai kegiatan dari Eksplor Konsep,
Pembelajaran oleh Fasilitator, diskusi kelompok dan Pendampingan Individu
sehingga lahir seorang guru penggerak.

Melalui PPGP didapat berbagai pengalaman yang bermakna, Guru


dibekali modul Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara,
nilai-nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak dan budaya positif.
Proses memaknai dan memahami pembelajaran mengenai kompetensi yang
dimiliki seorang guru penggerak, bermanfaat bagi penulis terutama tentang
pembelajran yang berpihak kepada murid.

Berpihak kepada murid merupakan bagian Filosofi Ki Hajar Dewantara,


kodrat murid adalah sukses dan selamat. Maka seorang guru harus mampu
memahami bahwa seorang guru adalah penuntun. Untuk menuntun murid agar
tetap pada jalurnya maka guru penggerak memahami Nilai-nilai guru penggerak
yaitu berpihak pada murid sehingga murid merasa dicintai dan disayangi, guru
harus sering merefleksikan dirinya sehingga mengetahu kekurangan dan
kelebihannya, guru harus mandiri dalam menggali dan meningkatkan
pengetahuannya agar bisa menjadi pemimpin pembelajaran sesungguhnya,
memiliki nilai kolaboratif serta inovatif denggan bersama-sama menciptakan
hal baru untuk kebaikan bersama.

Kebaikan bersama bisa dimaksimalkan dengan bersama-sama membuat


suatu visi sesuai tahapan BAGJA, sehingga suatu visi bisa sesuai dengan
keinginan bersama atau mimpi bersama. Agar bisa menghasilkan suatu budaya
yang positif.

Budaya positif adalah suatu kebiasaan baik oleh karena itu seorang guru
penggerak harus memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan motivasi,
hukuman, konsekuensi dan restitusi. Dari berbagai rangkaian kegiatan
Pendidikan Guru Penggerak ini, di terapkan pada Sekolah sebagai kegiatan aksi
nyata penulis, untuk penyelesaian masalah yang dihadapi di SMKN 4 Seluma.

1
2. Tujuan kegiatan

Dalam Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) pada tahap pertama


guru dibekali Paradigma dan Visi Guru Penggerak yang memiliki tujuan
sebagai berikut :

1. Guru Penggerak memahami Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki


Hajar Dewantara dan penerapan di SMKN 4 Seluma.
2. Guru Penggerak memahami Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak serta
penerapan di SMKN 4 Seluma.
3. Guru Penggerak memahami Visi Guru Penggerak dan penerapan di
SMKN 4 Seluma.
4. Guru Penggerak memahami Budaya Positif dan penerapan di SMKN 4
Seluma.

3. Manfaat Kegiatan

Manfaat bagi penulis :

1. Menambah pemahaman bagaimana sesungguhnya tugas seorang guru.


2. Memiliki pemahaman bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran yang
bertugas sebagai penuntun.
3. Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang nilai-nila dan peran
sebagai seorang guru.
4. Mengingkatkan kompetensi melalui penerapan visi guru penggerak.
5. Memiliki pemahaman dan pemaknaan tentang budaya positif dalam
komunitas Sekolah.
Manfaat bagi peserta didik :
1. Memiliki semangat belajar setelah mengetahui tentang filosofi KHD
bahwa kodrat setiap anak itu adalah sukses dan bahagia.
2. Memiliki kepercayaan diri setelah mengenal istilah merdeka belajar.
3. Semakin dekat dengan guru setelah diberi penjelasan bahwa guru
memiliki nilai berpihak kepada murid.
4. Lebih percaya diri setelah melalui tahapan pembelajaran tentang
kepemimpinan murid.
5. Menaati peraturan yang dibuat bersama berdasarkan keyakinan kelas.
Manfaat bagi Sekolah :
1. Setelah merefleksikan pemikiran KHD, Sekolah mewujudkan
pembelajaran yang menuntun.

2
2. Komunitas Sekolah memahami tentang berpihak pada murid, reflektif,
mandiri, kolaboratif, serta inovatif.
3. Sekolah semakin terstruktur segala perencanaan pembelajaran dengan
penerapan konsep BAGJA.
4. Dengan budaya positif, tercipta suasana semakin bermakna karena
memahami konsep restitusi.

3
BAB II. PEMBAHASAN

1. Kebijakan Kementrian, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Untuk terus meningkatkan peran seorang pendidik Pemerintah semakin
mengiatkan berbagai literatur dalam dunia pendidikan. Salah satunya
menyediakan kebijakan yang berpihak kepada pendidik untuk menjadi
pemimpin pembelajaran dengan menyediakan berbagai kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan atau kemampuan memberdayakan diri melalui
Program-program yang tersaji dengan baik dan bisa diakses melalui akun guru
masing-masing. Salah satu kegiatan yang disediakan oleh Kebijakan
Kementrian, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi saat ini adalah Program
Pendidikan Guru Penggerak.
2. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP)
Dalam Program Guru Penggerak (PPGP) seorang guru dibekali
pengetahuan menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang merdeka belajar.
Memiliki kompetensi untuk memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Setelah
mendapatkan berbagai pendidikan dalam kegiatan PGP, guru menjalankan aksi
nyata untuk menerapkan hasil pemahaman kepada komunitas sekolah, sebagai
hasil pemahaman untuk menggerakkan komunitas sekolah sehingga bisa
menciptakan lingkungan yang mendukung proses pembelajaran yang merdeka
belajar.
3. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara

Dari pemahaman materi tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki


Hajar Dewantara, saya bisa menarik kesimpulan bahwa inti dari pendidikan
iyaitu mewujudkan siswa yang berbudaya sehingga bisa mencapai kesuksesan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sesuai dengan kodrat anak dengan
proses pembelajaran yang Merdeka Belajar bagi siswa, dan dalam kegiatan
Pengajaran bahwa seorang Pendidik harus memahami, Dasar-dasar Pendidikan
yang bertujuan memberi ilmu bermanfaat atau berfaeda, dengan berperan
sebagai seorang Penuntun, sebab tabiat anak dapat atau tidak dapat dirubah
berdasarkan pengelompokkannya yaitu pikiran atau inteleg yang masih bisa
dirubah dengan terus-menerus dipupuk oleh pembelajaran sedangkan yang
tidak bisa dirubah namun bisa disamarkan seperti rasa takut dan iri, yang akan
selalu melekat pada setiap individu akan tetapi bisa ditutupi dengan
kemampuan dalam mengolah diri dan penguasaan terhadap diri sendiri hal ini
telah dimuat dalam tiga konsep tentang dasar aliran jiwa anak sebagai berikut :

1. Anak yang lahir kedunia diumpamakan sehelai kertas belum ditulis,


sehingga pendidik bertugas mengisi kekosongan tersebut.

4
2. Aliran Negatif “anak lahir bagai sehelai kertas yang telah ditulis
sepenuhnya sehingga pendidik tidak dapat merubah karakter anak, namun
pendidik dapat mengawasi agar pengaruh jahat tidak dapat mendekati.
3. Aliran Convergentie-theorie Bahwa seorang anak dilahirkan seumpama
kertas yang sudah dipenuhi tulisan, tetapi tulisan-tulisan tersebut masih
suram, sehingga pendidik bertugas menebalkan budi pekerti baik dan
tetap disuramkan yang tidak baik.

Aliran jiwa tersebut bisa menghasilkan sebuah budi pekerti melalui


pembelajaran, sehingga seorang pendidik hendaknya memiliki Naluri
Pendidikan agar bisa memahami syarat-syarat dan alat-alat dalam pendidikan,
dimana syarat-syarat tersebut memuat pemahaman tentang ilmu batin manusia,
ilmu hidup, ilmu keadaan atau kesopanan, ilmu keidahan atau ketertiban dan
ilmu tanbo pendidikan, sedangkan alat-alat yang harus dimiliki seorang
pendidik yaitu memiliki dasar sebagai yang memberi contoh, pembiasaan,
pengajaran, perintah, paksaan dan hukuman, tindakan dan pengalaman lahir dan
batin, dimana alat ini berbeda-beda jenjangnya untuk tiga masa yang berbeda
dalam menghadapi anak, usia satu sampai tujuh tahun disebut masa kanak-
kanak, tujuh sampai empat belas tahun disebut masa pertumbuhan jiwa pikiran
dan masa empat belas sampai dua puluh satu tahun merupakan masa
terbentuknya budi pekerti.

Hal tersebut harus tetap sejalan dengan Metode Mentesori, Frobel dan
Taman anak dimana “ Permainan anak adalah Pendidikan “, anak harus tetap
belajar namun agar mereka Merdeka dalam belajar, jangan sampai pendidikan
mengesampingkan masa bermain mereka dan bagaiman pendidikan itu bisa
menghasilkan anak-anak yang sesuai dengan kodratnya yaitu sukses dan
bahagia yang setinggi-tingginya sesuai dengan kodrat anak dengan proses
pembelajaran yang Merdeka Belajar. Hal ini saya sampaikan kepada rekan dan
komunitas sekolah.

Setelah rekan bisa mengerti cara mengahadapi anak SMK yang


memasuki masa terbentuknya budi pekerti. Pada masa terbentuknya budi
pekerti seorang anak selalu didampingi agar mereka tidak salah dalam memilih
jalan. Bagaiman cara seorang guru dalam mendapingi yaitu dengan memberi
penguatan tentang nilai-nilai luhur yangs sesuai dengan budaya.
Berdasarkan hal tersebut penulis dan komunitas sekolah mengambil salah
satu kekutan yang sesuai dengan budaya di SMKN 4 Seluma yaitu sekolah
sambil bekerja. Karena murid sudah mulai sibuk dengan pekerjaan dan sering
mengabaikan sekolah, maka kami menerapkan kegiatan merdeka belajar

5
dengan mengajak murid agar berkomitmen dengan sekolah, memberikan
bimbingan, menanamkan nilai karakter, pendekatan dengan keluarga siswa dan
mencari tahu latar belakang murid. Dari kegiatan ini akhirnya murid sudah
semakin berkomitmen dengan kegiatannya sebagai pelajar. Dan kami
bersyukur sekali bisa menjadi bagian dari kegiatan Refleksi Filosofi Pendidikan
Nasional - Ki Hajar Dewantara, semoga kedepannya semakin banyak ilmu
bermanfaat yang bisa saya peroleh dan terapkan untuk sekeliling saya, sehingga
say bisa menjadi manusia yang bermanfaat sesungguhnya.

Gambar 1. Kegiatan Diskusi untuk menentukan kekuatan yangs sesuai dengan


budaya di SMKN 4 Seluma

6
4. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak
Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 Refleksi Filosopi
Pendidikan Nasional-Ki Hadjar Dewantara dan Modul 1.2 Nilai dan Peran
Guru Penggerak, saya dapat menguraikan tentang Modul 1.2.
Dalam Modul 2 dibahas tentang wiraga-wiraga KHD dan tahap
perkembangan psikososial, saya memahami bahwa setiap jenjang usia anak
berbeda tingkatan jiwa, contohnya periode 0-8 tahun anak harus banyak
bermain agar banyak bergerak, megeksplor indera dan mengenali simbol-
simbol, pada profil pelajar pancasila saya makin memahami bahwa siswa agar
sukses mereka bisa menerapkan enam profil pancasila dan hal ini bisa
diwujudkan dengan seorang guru yang memiliki dan memahami nilai-nilai
seorang guru penggerak.
Dan yang saya pahami bahwa sebagai seorang penuntun bagi siswa agar
mereka sukses dan bahagia setinggi-tingginya guru harus memiliki lima nilai
yaitu berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif.

Gambar 2. Nilai dan Peran Guru Penggerak


Dari kegiatan pembelajaran saya berencana menerapan ke depan berupa
Pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan
bersama rekan-rekan dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai
dan peran saya sebagai Guru Penggerak kedepannya tentang :
1. Berpihak kepada murid
Saya akan mengajak rekan untuk terus mencari solusi pembelajaran yang
menarik bagi siswa agar mereka tidak merasa jenuh dalam kegiatan
pembelajaran, dengan memberi contohnya kepada rekan saat ini saya
sering membuat diskusi dan persentasi di ruangan LAB. komputer disini
siswa bisa membuat power point sendiri semenarik mungkin lalu mereka
mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya, kegiatan ini agar siswa

7
merasa seakan-akan mereka sudah real berada di kegiatan perkanoran
yang sesungguhnya.
2. Reflektif
Dari niali reflektif, saya terus berusaha belajar-belajar dan mengambil
hasil pembelajarn tersebut lalu saya jadikan bahan untuk menciptakan
kegiatan-kegiatan yang positif di lingkungan sekolah, seperti kegiatan
CGP ini satu yang saya tangkap bahwa seorang guru tidak boleh marah
dengan siswa dengan membawah-bawah orang tua siswa atau menjadikan
sekolah pedalaman sebagai alasan ya sudahlah, kita dipedalaman begini
saja terima saja keadaan, hal ini yang terus menuntun saya untuk banyak
belajar agar bisa menggerakkan sesama untuk berubah menjadi lebih baik
lagi.
3. Mandiri
Saya menyampaikan kepada rekan untukterus mengikuti kegiatan-
kegiatan yang memuat pelatihan sebagai seorang guru agar bisa
membawa perubahan dan peningkatan bagi saya contohnya kegiatan CGP
ini.
4. Kolaboratif
Kegiatan ini sudah mulai sering kami lakukan baik kolaboratif dengan
siswa, rekan sejawat, rekan diluar sekolah maupun wali murid dan akan
terus saya upayakan agar bisa mendekatkan diri dengan mereka.
5. Inovatif
Saya terus berupaya mencari cara pengajaran terbaru salah satunya
membiasakan siswa secara langsung persentasi menggunakan power
point dan infokus, meski ini mungkin bukan hal baru bagi sekolah-
sekolah yang sudah maju namun ini adalah bagian kemajuan bagi sekolah
saya.
Setelah melalui pemahaman ini dan kegiatan eksplor konsep, penulis
menjelakan kepada komponen sekolah, tentang nilai-nilai guru penggerak
tentang berpihak kepada murid, inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif.
Setelah sama-sama memahami nilai-nilai guru penggerak, kami menyusun
suatu kegiatan untuk menentukan kekuatan masing-masing yang kami miliki
untuk menciptakan lingkungan yang berpihak kepada murid.
Rekan yang memiliki kemampuan lebih mencolok dibidang
keberpihakkan kepada murid difokuskan pada kegiatan latihan kepemimpinan
pada murid dengan melakukan pendampingan khusus terhadap murid. Guru
yang memiliki kemapuan IT mendapatkan tugas sebagai guru inovatif, dengan
memanfaatkan media belajar seperti infokus dan video pembelajaran agar
murid tidak mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran.

8
Dan kami menjalakan kegiatan reflektif berupa kegiatan supervisi oleh
kepala sekolah, supervisi rekan sejawat, dan mengadakan pertemuan dengan
wali murid atau orang tua murid untuk mengetahui kelemahan yang harus
diperbaiki dan kelebihan apa yang harus ditingkatkan. Nilai yang terakhir, guru
yang memiliki kemampuan mengolah kegiatan kolaboratif ditugaskan untuk
berfokus pada kegiatan kolaborasi dengan seluruh komponen sekolah.

Gambar 3. Kegiatan Diskusi untuk menentukan nilai-nilai dan peran guru


masing-masing
Dengan pembagian tugas yang menggambarkan nilai-nilai guru
penggerak maka peran penulis sebagai guru penggerak dilingkungan sekolah
bisa berjalan dengan lebih baik dan terasa menyenangkan karena peran sebagai
pemimpin pembelajaran, coach, mendorong kolaborasi, mewujudkan
kepemimpinan murid, menggerakkan komunitas praktisi, bisa perlahan dan
bertahap terlaksana dengan baik di SMK Negeri 4 Seluma.
5. Visi Guru Penggerak
Untuk mempersiapkan siswa agar sesuai dengan perubahan yang begitu
cepat dan mampu mempengaruhi berbagai sendi kehidupan baik perilaku
individu, struktur sosial maupun praktek berorganisasi, hal ini kadang
mempengaruhi harapan manusia itu sendiri dimana lupa akan makna
kehidupan, pada akhirnya mempengaruhi pola sikap bagi siswa yang memiliki

9
pengaharapan tinggi akan tetap bersemangat, namun bagi yang memiliki
banyak keraguan akhirnya akan semakin rendah pengharapannya dan rasa ragu
akan semakin besar baginya dalam menata kehidupannya.
Maka dengan adanya Filosofi KHD tentang pendidikan dan profil pelajar
pancasila pada murid-murid dengan paradigma inkuiri apresiatif akan
membantu seorang pendidik untuk mewujudkan siswa yang memiliki kekuatan
sehingga siswa mampu mengungkapkan kisah atau fakta yang positif yang telah
dilakukan di Sekolah agar bisa mendorong tindakan perubahan nyata atau
konkret didalam mewujudkan profil pelajar pancasila.
Karena filosofi KHD yaitu mendidik dan mengajar adalah proses
memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala
aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani akan sejalan
dengan Inkuiri apresiatif yang merupakan sebuah pendekatan kolaboratif
menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan positif. Kedua
hal ini akan sangat bermanfaat bagi seorang pendidik yang bertugas sebagai
penuntun agar bisa membuat murid sukses dan bahagia setingi-tingginya
dengan terus memberi semangat agar pola sikap positif dan budi pekerti anak
semakin timbul dan kekuatan dari dalam diri semakin pasti untuk mendorong
mereka melakukan perubahan nyata untuk kebahagiaan mereka, hal ini akan
lebih mudah bagi seorang pendidik dengan membuat rumusan BAGJA yaitu
sebuah pembelajaran yang membagahiakan semua komponen yang terlibat
dalam proses mewujudkan siswa yang bahagia setingi-tingginya.
Pada tahap ini Guru Penggerak dibekali tentang tahapan BAGJA,
kemudian disosialisasikan dengan komunitas sekolah. Kepala sekolah dan
rekan sejawat sepakat untuk bersama-sama menerapkan tahapan BAGJA dalam
membuat visi agar pembelajaran semakin berpihak kepada murid. Pada tahap
Buat pertanyaan utama, kami membuat pertanyaan tentang, Bagaimana cara
memupuk kekuatan sehingga siswa mampu mengungkapkan kisah atau fakta
positif yang telah dilakukan di Sekolah agar bisa mendorong tindakan
perubahan nyata didalam mewujudkan profil pelajar pancasila.
Pada tahap kedua Ambil pelajaran kami menentukan sosok siapa yang
menjadi contoh nyata. Pada Gali mimpi, bersama-sama membuat gambaran
masa depan hasil konkrit anak-anak didik di SMKN 4 Seluma. Dalam
menjabarkan rencana, kami menyusun suatu organisasi saling berbagi antar
siswa dan membuat catatan tentang kesuksesan pencapaian hasil kegiatan. Dan
terakhir atur-eksekusi kami menyusun siapa saja dan peran yang dibutuhkan
sehingga siswa mampu mengungkapkan kisah atau fakta yang positif yang telah
dilakukan di Sekolah agar bisa mendorong tindakan perubahan nyata atau
konkret didalam mewujudkan profil pelajar pancasila.

10
Gambar 4. Kegiatan Diskusi untuk mewujudkan visi
6. Budaya Positif

Pada modul Budaya Positif saya melakukan koreksi terlebih dahulu


sebelum menyampaikan kepada komunitas sekolah tentang sejauh mana
pemahaman saya tentang konsep-konsep inti yang telah dipelajari di modul ini,
yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan,
posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga
restitusi.

Menurut pemahaman saya disiplin positif yaitu sebuah proses membentuk


karakter tanpa harus memberikan hukuman. Namun sebuah pendekatan dengan
anak agar pendidik bisa melakukan kontrol yang positif. Teori kontrol yaitu
seorang pendidik tidak harus mengontrol murid namun menuntun dengan tidak
membuat ilusi tentang semua penguatan positif efektif dan bermanfaat, kritik
dan membuat rasa bersalah mampu menguatkan karakter dan harus tahu bahwa
orang dewasa tidak harus terus memaksa. Teori motivasi yaitu untuk
menghindari ketidaknyamanan dan hukuman, agar bisa mendapatkan imbalan
atau penghargaan, untuk menjadi seseorang seperti keinginan harus bisa

11
menyemangati diri dan mengerti nilai-nilai yang dianggap baik. Hukuman dan
penghargaan, Hukuman merupakan suatu yang tidak direncanakan dan murid
tidak dilibatkan dalam membuat rencana untuk memperbaiki diri. Dan posisi
kontrol guru, seorang guru harus mampu menjadi manajer dimana kita harus
fokus bahwa masalah ada pada murid tersebut dan harus mampu membuat
murdi bertanggung jawab serta mampu mencari solusi atas masalah yang
dibuatnya, agar mereka bisa mengevaluasi tindakan-tindakan yang mereka
lakukan agar bisa menjadi pribadi semakin baik

Dan dalam budaya positif dibahas tentang kebutuhan dasar manusia yaitu
ada lima dan tujuan kelima kebutuhan dasar tersebut untuk membuat usaha
terbaik agar bisa mendapatkan hal yang pailing baik untuk kehidupan kita
sendiri. Keyakinan kelas adalah nilai-nilai yang mengandung kebaikan yang
disepakati oleh murid agar bisa diterapkan dikelas, yang bisa mengontrol
mereka agar bisa bertangung jawab dan mampu menguatkan karakter mereka
sendiri. Segitiga restitusi adalah proses mengingaktan murid atas tindakan
mereka yang telah melanggar peraturan kelas dan murid harus dituntun supaya
memperbaiki kesalahan dan bisa kembali ada kelompoknya.

Dari semua konsep tersebut saya memahami bahwa seseorang harus


memiliki disiplin positif dengan memiliki kemampuan memotivasi diri, harus
mampu mengontrol diri, harus bisa memaknai tentang hukuman dan
penghargaan, karena manusia memiliki kebutuhan dasar yang akan selalu
terlihat saat sepanjang dia memiliki keinginan namun semua itu bisa dikontrol
dengan keyakinan kelas dan restitusi setelah mampu melalui proses ini maka
seorang pendidik akan bisa sukses setingi-tingginya sesuai kodrat dan seorang
pendidik sukses menjadi seorang penuntun sesungguhnya.

Setelah mengoreksi hasil pemahaman, saya menyampaikan kepada


komunitas sekolah bahwa budaya positif memuat cara menuntun murid
sehingga berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, dan bertanggung jawab,
serta seorang guru yang menjadi pemimpin pembelajaran harus
memberdayakan murid dan mampu menciptakan lingkungan positif. Untuk itu
guru memahami kebutuhan belajar dan lingkungan yang menjadi fasilitas
belajar serta mampu mengembangkan dan mewujudkan visi yang berpihak pada
murid.

Penulis berbagi tentang cara mewujudkan visi yang berpihak kepada


murid dan mensosialisasikan tentang teori motivasi, konsep hukuman,
konsekuensi dan restitusi. Suatu motivasi harus dipahami oleh guru, bahwa

12
setiap murid bisa menjadi diri mereka seperti yang diinginkan dan tetap
menghargai diri mereka tanpa mempertimbangkan hukuman atau hadia, karena
murid telah tertanam nilai-nilai kebajikkan sedari lahir.
Dan mensosialisasikan hasil pemahaman bahwa hukuman adalah suatu
kegiatan yang membuat murid merasa tersakiti, hal ini akan berdampak tidak
baik terutama saat yang mendapatkan hukuman merasa tidak takut, justru
hukuman akan menimbulkan sikap pasif atau agresif semakin meningkat.
Konsekuensi adalah suatu tindakan yang akan membuat murid merasa tidak
nyaman sebab harus diingatkan dan dipantau terus-menerus, kalau tidak
dipantau maka kesalahan akan kembali terulang sedangkan Restitusi adalah
suatu kegiatan memberi kesempatan kepada murid untuk mencari sendiri solusi
dari masalah yang mereka lakukan, disini murid diberi pilihan tentang apa yang
mereka yakini agar bisa fokus pada pemecahan masalah sehingga bisa
diselesaikan dalam jangka yang panjang.
Setelah mendapatkan penjelasan, kepala sekolah dan rekan sejawat
sepakat untuk menerapkan konsep restitusi saat mengatasi masalah pada murid.
Salah satu masalah yang coba kami selesaikan dengan restitusi, ketika
menghadapi murid yang sudah bekerja sebagai kuli angkat sawit dan sering
mengabaikan kegiatan disekolah. Kami bersama-sama menyusun langkah
restitusi yang diambil untuk menyelesaikan masalah ini, dengan memanggil
anak tersebut, untuk mendengarkan alasan kenapa mereka lebih mementingkan
bekerja dari pada bersekolah dan tugas sekolah banyak tidak dikerjakan, murid
menyampaikan alasan karena butuh uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, salah satunya untuk membeli bensin motor yang biasa mereka gunakan
untuk sekolah.
Kami menanyakan kepada murid tersebut apakah sering izin, sesuai
dengan keyakinan kelas? Orang tua tahukah kegiatan kalian? Apa solusi yang
kalian anggap baik agar bisa bekerja dan tetap bersekolah serta menyelesaikan
tugas sekolah? Murid mengatakan tidak sesuai dengan keyakinan kelas yang
sudah disepakati, dan orang tua mereka tahu namun bukan berarti orang tua
tidak mampu membeli bensin untuk motor anak-anak, mereka membuat
kesepakatan untuk tidak bekerja sampai larut malam lagi, sebab mereka tidak
sekolah karena sudah kelelahan dan tidur terlalu malam. Namun mereka
meminta kelonggaran tugas-tugas tidak terlalu banyak agar mereka bisa tetap
bekerja, dengan tujuan bisa meringankan sedikit beban orang tua mereka yang
kehidupannya pas-pasan.
Mendengar penjelasan dan solusi berasal dari mereka sendiri bukan
sekolah yang menawarkan, maka kami mencoba menyetujui dan menjalankan
kegiatan ini untuk melihat perubahan anak-anak. Sudah cukup lama kegiatan ini

13
berjalan anak-anak SMKN 4 Seluma yang sering izin karena alasan bekerja
sudah memperlihatkan perubahan.

Gambar 4. Kegiatan Diskusi untuk mewujudkan Budaya Positif di Sekolah

14
BAB III. PENUTUP

1. Refleksi

Setelah menjalankan kegiatan Guru Penggerak melalui Program


Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) lebih kurang enam bulan, penulis
menyadari begitu banyak kekurangan dan ada banyak hal yang harus dipahami
sebagai penuntun agar bisa membawa murid pada kesuksesan. Melalui Program
Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) penulis terus berupaya mendalami konsep
Filosofi Ki Hajar Dewantara tentang kodrat anak adalah sukses dan selamat,
dengan memberi anak kesempatan untuk menjadi pemimpin, memberi
pembelajaran yang menggiring murid pada merdeka belajar.

Agar anak merdeka belajar maka guru bisa menjalankan kegiatannya


sebagai penuntun dengan memahami dan memaknai nilai-nilai dan perannya
sebagai guru dengan menjadi pemberi motivasi, contoh dan pembiasaan, serta
membuat visi yang disusun sesuai BAGJA agar tercipta suatu budaya positif
maka penulis selalu berkoordinasi dengan Kepala Sekolah sebab untuk melalui
tahap ini dibutuhkan dukungan dari seluruh kalangan disekolah baik rekan
sejawat maupun ekosistem disekolah.

Setelah memulai eksplor konsep, diskusi kelompok dan pembelajaran


yang dituntun oleh Fasilitator, penulis membagikan hasil pemahaman kepada
pihak sekolah agar sama-sama bisa melaksanakan program pembelajaran yang
berpihak kepada murid. Dan memintak umpan balik dari rekan sejawat untuk
mengetahui apa-apa yang masi terus ditingkatkan dan harus diteruskan.

Terus berupaya memahami dan mempelajari karakter anak agar bisa bisa
terus mengerti gaya dan cara belajar murid. Berupaya meningkatan
kepemimpinan murid dengan memberi pelatihan kepada murid. Karena hal-hal
seperti ini hendaknya terus dijadikan suatu kebiasaan agar murid tidak lupa
dengan karakternya sebagai seorang pelajar yang merdeka belajar.

Seiring kegiatan pembelajaran berjalan ada beberapa kegiatan dengan


rekan sejawat hasil bentukkan kegiatan komunitas sering diabaikan, maka hal
ini akan kembali di giatkan, agar kegiatan berbagi pemahaman dan solusi akan
terus bisa dijalankan sebagai budaya positif demi terciptanya suatu perubahan
yang semakin baik dan semakin banyak inovasi, kegiatan kolaborasi dan kretaif
dilingkungan sekolah.

15
2. Tindak Lanjut
Setelah menjalankan rangkaian Program Pendidikan Guru Penggerak
(PPGP) pada Modul 1 dengan materi pembahasan refleksi filosofi pendidikan
nasional-Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai dan peran guru penggerak , visi guru
penggerak, budaya positif, diperlukan suatu kegiatan sebagai tindak lanjut
untuk mengetahui apa-apa yang harus diperbaiki dan diteruskan maupun
ditingkatkan. Hal yang penulis rencanakan sebagi tindak lanjut yaitu :
1. Terus mensosialisasikan apa yang dimaksud dengan filosofi pendidikan
nasional-Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai dan peran guru penggerak , visi
guru penggerak , budaya positif agar kegiatan ini tidak berhenti pada saat
kegiatan sedang berlangsung saja.
2. Mensosialisasikan hasil diskusi kelompok pembelajaran dalam kegiatan
PPGP sebagai bahan acuan atau gambaran untuk diterapkan di Sekolah.
3. Mensosialsisasikan PPGP kepada rekan sejawat agar tertarik untuk
mengingkuti dengan menceritakan manfaat yang diperoleh setelah
menyeselsaikan PPGP.
4. Mengelolah kegiatan yang berdampak pada murid.
5. Memberi ruang untuk murid, rekan sejawat menberi masukkan tentang
visi, sehingga bisa diketahu hal apa yang masi kurang atau perlu sama-
sama ditingkatkan.
6. Terus menerapkan keyakinan kelas sebagai pondasi bagi murid dalam
bertindak di sekolah.
Rangkaian tindak lanjut ini, disampaikan kepada Kepala Sekolah untuk
disetujui dan disampaikan kepada rekan sejawat agar bisa terus bersama-sama
dijalankan dengan baik sebagai suatu kegiatan positif dilingkungan sekolah
untuk menciptakan sekolah yang merdeka belajar dan sukses menuntun murid
pada kodarnya yang bahagia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rafael, Simon. 2022. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.


Jakarta: Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Dharma, Aditya. 2022. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak. Jakarta: Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Dharma, Aditya. 2022. Visi Guru Penggerak. Jakarta: Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.

Nurcahyani, Andri, dkk. 2022. Budaya Positif.Jakarta: Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.

https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/faq/

https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6501793/tutup-sebentar-lagi-cek-syarat-
pendaftaran-guru-penggerak

17
LAMPIRAN

Konsultasi dengan Kepala Sekolah untuk mengikuti PPGP

Kegiatan Daring

18
Aktivitas pembelajaran Modul 1 secara daring

Sosialisasi kegiatan PGP kepada Berdiskusi kekutan yang sesuai dengan


komunitas Sekolah budaya di SMKN 4 Seluma

19
20
Diskusi tentang nilai-nilai guru penggerak dan akan dijadikan kekuatan masing-
masing guru

Berdiskusi dengan wali murid

21
Memberi kesempatan murid menjadi pemimpin pembelajaran

22
Pendampingan Individu 1

23
Loka Karya 1

24
25

Anda mungkin juga menyukai