Laporan 1 PPG Neki Perbaikan
Laporan 1 PPG Neki Perbaikan
NEKI PUSPITASARI
202000585441
MATEMATIKA
G1-PPG23-2-MAT-3
MEDAN
SEPTEMBER 2023
iii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN ...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Refleksi .............................................................................................16
2. Tindak Lanjut ...................................................................................17
LAMPIRAN ..................................................................................................... 19
iii
RINGKASAN
iii
iv
BAB I. PENDAHULUAN
Budaya positif adalah suatu kebiasaan baik oleh karena itu seorang guru
penggerak harus memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan motivasi,
hukuman, konsekuensi dan restitusi. Dari berbagai rangkaian kegiatan
Pendidikan Guru Penggerak ini, di terapkan pada Sekolah sebagai kegiatan aksi
nyata penulis, untuk penyelesaian masalah yang dihadapi di SMKN 4 Seluma.
1
2. Tujuan kegiatan
3. Manfaat Kegiatan
2
2. Komunitas Sekolah memahami tentang berpihak pada murid, reflektif,
mandiri, kolaboratif, serta inovatif.
3. Sekolah semakin terstruktur segala perencanaan pembelajaran dengan
penerapan konsep BAGJA.
4. Dengan budaya positif, tercipta suasana semakin bermakna karena
memahami konsep restitusi.
3
BAB II. PEMBAHASAN
4
2. Aliran Negatif “anak lahir bagai sehelai kertas yang telah ditulis
sepenuhnya sehingga pendidik tidak dapat merubah karakter anak, namun
pendidik dapat mengawasi agar pengaruh jahat tidak dapat mendekati.
3. Aliran Convergentie-theorie Bahwa seorang anak dilahirkan seumpama
kertas yang sudah dipenuhi tulisan, tetapi tulisan-tulisan tersebut masih
suram, sehingga pendidik bertugas menebalkan budi pekerti baik dan
tetap disuramkan yang tidak baik.
Hal tersebut harus tetap sejalan dengan Metode Mentesori, Frobel dan
Taman anak dimana “ Permainan anak adalah Pendidikan “, anak harus tetap
belajar namun agar mereka Merdeka dalam belajar, jangan sampai pendidikan
mengesampingkan masa bermain mereka dan bagaiman pendidikan itu bisa
menghasilkan anak-anak yang sesuai dengan kodratnya yaitu sukses dan
bahagia yang setinggi-tingginya sesuai dengan kodrat anak dengan proses
pembelajaran yang Merdeka Belajar. Hal ini saya sampaikan kepada rekan dan
komunitas sekolah.
5
dengan mengajak murid agar berkomitmen dengan sekolah, memberikan
bimbingan, menanamkan nilai karakter, pendekatan dengan keluarga siswa dan
mencari tahu latar belakang murid. Dari kegiatan ini akhirnya murid sudah
semakin berkomitmen dengan kegiatannya sebagai pelajar. Dan kami
bersyukur sekali bisa menjadi bagian dari kegiatan Refleksi Filosofi Pendidikan
Nasional - Ki Hajar Dewantara, semoga kedepannya semakin banyak ilmu
bermanfaat yang bisa saya peroleh dan terapkan untuk sekeliling saya, sehingga
say bisa menjadi manusia yang bermanfaat sesungguhnya.
6
4. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak
Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 Refleksi Filosopi
Pendidikan Nasional-Ki Hadjar Dewantara dan Modul 1.2 Nilai dan Peran
Guru Penggerak, saya dapat menguraikan tentang Modul 1.2.
Dalam Modul 2 dibahas tentang wiraga-wiraga KHD dan tahap
perkembangan psikososial, saya memahami bahwa setiap jenjang usia anak
berbeda tingkatan jiwa, contohnya periode 0-8 tahun anak harus banyak
bermain agar banyak bergerak, megeksplor indera dan mengenali simbol-
simbol, pada profil pelajar pancasila saya makin memahami bahwa siswa agar
sukses mereka bisa menerapkan enam profil pancasila dan hal ini bisa
diwujudkan dengan seorang guru yang memiliki dan memahami nilai-nilai
seorang guru penggerak.
Dan yang saya pahami bahwa sebagai seorang penuntun bagi siswa agar
mereka sukses dan bahagia setinggi-tingginya guru harus memiliki lima nilai
yaitu berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif.
7
merasa seakan-akan mereka sudah real berada di kegiatan perkanoran
yang sesungguhnya.
2. Reflektif
Dari niali reflektif, saya terus berusaha belajar-belajar dan mengambil
hasil pembelajarn tersebut lalu saya jadikan bahan untuk menciptakan
kegiatan-kegiatan yang positif di lingkungan sekolah, seperti kegiatan
CGP ini satu yang saya tangkap bahwa seorang guru tidak boleh marah
dengan siswa dengan membawah-bawah orang tua siswa atau menjadikan
sekolah pedalaman sebagai alasan ya sudahlah, kita dipedalaman begini
saja terima saja keadaan, hal ini yang terus menuntun saya untuk banyak
belajar agar bisa menggerakkan sesama untuk berubah menjadi lebih baik
lagi.
3. Mandiri
Saya menyampaikan kepada rekan untukterus mengikuti kegiatan-
kegiatan yang memuat pelatihan sebagai seorang guru agar bisa
membawa perubahan dan peningkatan bagi saya contohnya kegiatan CGP
ini.
4. Kolaboratif
Kegiatan ini sudah mulai sering kami lakukan baik kolaboratif dengan
siswa, rekan sejawat, rekan diluar sekolah maupun wali murid dan akan
terus saya upayakan agar bisa mendekatkan diri dengan mereka.
5. Inovatif
Saya terus berupaya mencari cara pengajaran terbaru salah satunya
membiasakan siswa secara langsung persentasi menggunakan power
point dan infokus, meski ini mungkin bukan hal baru bagi sekolah-
sekolah yang sudah maju namun ini adalah bagian kemajuan bagi sekolah
saya.
Setelah melalui pemahaman ini dan kegiatan eksplor konsep, penulis
menjelakan kepada komponen sekolah, tentang nilai-nilai guru penggerak
tentang berpihak kepada murid, inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif.
Setelah sama-sama memahami nilai-nilai guru penggerak, kami menyusun
suatu kegiatan untuk menentukan kekuatan masing-masing yang kami miliki
untuk menciptakan lingkungan yang berpihak kepada murid.
Rekan yang memiliki kemampuan lebih mencolok dibidang
keberpihakkan kepada murid difokuskan pada kegiatan latihan kepemimpinan
pada murid dengan melakukan pendampingan khusus terhadap murid. Guru
yang memiliki kemapuan IT mendapatkan tugas sebagai guru inovatif, dengan
memanfaatkan media belajar seperti infokus dan video pembelajaran agar
murid tidak mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran.
8
Dan kami menjalakan kegiatan reflektif berupa kegiatan supervisi oleh
kepala sekolah, supervisi rekan sejawat, dan mengadakan pertemuan dengan
wali murid atau orang tua murid untuk mengetahui kelemahan yang harus
diperbaiki dan kelebihan apa yang harus ditingkatkan. Nilai yang terakhir, guru
yang memiliki kemampuan mengolah kegiatan kolaboratif ditugaskan untuk
berfokus pada kegiatan kolaborasi dengan seluruh komponen sekolah.
9
pengaharapan tinggi akan tetap bersemangat, namun bagi yang memiliki
banyak keraguan akhirnya akan semakin rendah pengharapannya dan rasa ragu
akan semakin besar baginya dalam menata kehidupannya.
Maka dengan adanya Filosofi KHD tentang pendidikan dan profil pelajar
pancasila pada murid-murid dengan paradigma inkuiri apresiatif akan
membantu seorang pendidik untuk mewujudkan siswa yang memiliki kekuatan
sehingga siswa mampu mengungkapkan kisah atau fakta yang positif yang telah
dilakukan di Sekolah agar bisa mendorong tindakan perubahan nyata atau
konkret didalam mewujudkan profil pelajar pancasila.
Karena filosofi KHD yaitu mendidik dan mengajar adalah proses
memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala
aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani akan sejalan
dengan Inkuiri apresiatif yang merupakan sebuah pendekatan kolaboratif
menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan positif. Kedua
hal ini akan sangat bermanfaat bagi seorang pendidik yang bertugas sebagai
penuntun agar bisa membuat murid sukses dan bahagia setingi-tingginya
dengan terus memberi semangat agar pola sikap positif dan budi pekerti anak
semakin timbul dan kekuatan dari dalam diri semakin pasti untuk mendorong
mereka melakukan perubahan nyata untuk kebahagiaan mereka, hal ini akan
lebih mudah bagi seorang pendidik dengan membuat rumusan BAGJA yaitu
sebuah pembelajaran yang membagahiakan semua komponen yang terlibat
dalam proses mewujudkan siswa yang bahagia setingi-tingginya.
Pada tahap ini Guru Penggerak dibekali tentang tahapan BAGJA,
kemudian disosialisasikan dengan komunitas sekolah. Kepala sekolah dan
rekan sejawat sepakat untuk bersama-sama menerapkan tahapan BAGJA dalam
membuat visi agar pembelajaran semakin berpihak kepada murid. Pada tahap
Buat pertanyaan utama, kami membuat pertanyaan tentang, Bagaimana cara
memupuk kekuatan sehingga siswa mampu mengungkapkan kisah atau fakta
positif yang telah dilakukan di Sekolah agar bisa mendorong tindakan
perubahan nyata didalam mewujudkan profil pelajar pancasila.
Pada tahap kedua Ambil pelajaran kami menentukan sosok siapa yang
menjadi contoh nyata. Pada Gali mimpi, bersama-sama membuat gambaran
masa depan hasil konkrit anak-anak didik di SMKN 4 Seluma. Dalam
menjabarkan rencana, kami menyusun suatu organisasi saling berbagi antar
siswa dan membuat catatan tentang kesuksesan pencapaian hasil kegiatan. Dan
terakhir atur-eksekusi kami menyusun siapa saja dan peran yang dibutuhkan
sehingga siswa mampu mengungkapkan kisah atau fakta yang positif yang telah
dilakukan di Sekolah agar bisa mendorong tindakan perubahan nyata atau
konkret didalam mewujudkan profil pelajar pancasila.
10
Gambar 4. Kegiatan Diskusi untuk mewujudkan visi
6. Budaya Positif
11
menyemangati diri dan mengerti nilai-nilai yang dianggap baik. Hukuman dan
penghargaan, Hukuman merupakan suatu yang tidak direncanakan dan murid
tidak dilibatkan dalam membuat rencana untuk memperbaiki diri. Dan posisi
kontrol guru, seorang guru harus mampu menjadi manajer dimana kita harus
fokus bahwa masalah ada pada murid tersebut dan harus mampu membuat
murdi bertanggung jawab serta mampu mencari solusi atas masalah yang
dibuatnya, agar mereka bisa mengevaluasi tindakan-tindakan yang mereka
lakukan agar bisa menjadi pribadi semakin baik
Dan dalam budaya positif dibahas tentang kebutuhan dasar manusia yaitu
ada lima dan tujuan kelima kebutuhan dasar tersebut untuk membuat usaha
terbaik agar bisa mendapatkan hal yang pailing baik untuk kehidupan kita
sendiri. Keyakinan kelas adalah nilai-nilai yang mengandung kebaikan yang
disepakati oleh murid agar bisa diterapkan dikelas, yang bisa mengontrol
mereka agar bisa bertangung jawab dan mampu menguatkan karakter mereka
sendiri. Segitiga restitusi adalah proses mengingaktan murid atas tindakan
mereka yang telah melanggar peraturan kelas dan murid harus dituntun supaya
memperbaiki kesalahan dan bisa kembali ada kelompoknya.
12
setiap murid bisa menjadi diri mereka seperti yang diinginkan dan tetap
menghargai diri mereka tanpa mempertimbangkan hukuman atau hadia, karena
murid telah tertanam nilai-nilai kebajikkan sedari lahir.
Dan mensosialisasikan hasil pemahaman bahwa hukuman adalah suatu
kegiatan yang membuat murid merasa tersakiti, hal ini akan berdampak tidak
baik terutama saat yang mendapatkan hukuman merasa tidak takut, justru
hukuman akan menimbulkan sikap pasif atau agresif semakin meningkat.
Konsekuensi adalah suatu tindakan yang akan membuat murid merasa tidak
nyaman sebab harus diingatkan dan dipantau terus-menerus, kalau tidak
dipantau maka kesalahan akan kembali terulang sedangkan Restitusi adalah
suatu kegiatan memberi kesempatan kepada murid untuk mencari sendiri solusi
dari masalah yang mereka lakukan, disini murid diberi pilihan tentang apa yang
mereka yakini agar bisa fokus pada pemecahan masalah sehingga bisa
diselesaikan dalam jangka yang panjang.
Setelah mendapatkan penjelasan, kepala sekolah dan rekan sejawat
sepakat untuk menerapkan konsep restitusi saat mengatasi masalah pada murid.
Salah satu masalah yang coba kami selesaikan dengan restitusi, ketika
menghadapi murid yang sudah bekerja sebagai kuli angkat sawit dan sering
mengabaikan kegiatan disekolah. Kami bersama-sama menyusun langkah
restitusi yang diambil untuk menyelesaikan masalah ini, dengan memanggil
anak tersebut, untuk mendengarkan alasan kenapa mereka lebih mementingkan
bekerja dari pada bersekolah dan tugas sekolah banyak tidak dikerjakan, murid
menyampaikan alasan karena butuh uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, salah satunya untuk membeli bensin motor yang biasa mereka gunakan
untuk sekolah.
Kami menanyakan kepada murid tersebut apakah sering izin, sesuai
dengan keyakinan kelas? Orang tua tahukah kegiatan kalian? Apa solusi yang
kalian anggap baik agar bisa bekerja dan tetap bersekolah serta menyelesaikan
tugas sekolah? Murid mengatakan tidak sesuai dengan keyakinan kelas yang
sudah disepakati, dan orang tua mereka tahu namun bukan berarti orang tua
tidak mampu membeli bensin untuk motor anak-anak, mereka membuat
kesepakatan untuk tidak bekerja sampai larut malam lagi, sebab mereka tidak
sekolah karena sudah kelelahan dan tidur terlalu malam. Namun mereka
meminta kelonggaran tugas-tugas tidak terlalu banyak agar mereka bisa tetap
bekerja, dengan tujuan bisa meringankan sedikit beban orang tua mereka yang
kehidupannya pas-pasan.
Mendengar penjelasan dan solusi berasal dari mereka sendiri bukan
sekolah yang menawarkan, maka kami mencoba menyetujui dan menjalankan
kegiatan ini untuk melihat perubahan anak-anak. Sudah cukup lama kegiatan ini
13
berjalan anak-anak SMKN 4 Seluma yang sering izin karena alasan bekerja
sudah memperlihatkan perubahan.
14
BAB III. PENUTUP
1. Refleksi
Terus berupaya memahami dan mempelajari karakter anak agar bisa bisa
terus mengerti gaya dan cara belajar murid. Berupaya meningkatan
kepemimpinan murid dengan memberi pelatihan kepada murid. Karena hal-hal
seperti ini hendaknya terus dijadikan suatu kebiasaan agar murid tidak lupa
dengan karakternya sebagai seorang pelajar yang merdeka belajar.
15
2. Tindak Lanjut
Setelah menjalankan rangkaian Program Pendidikan Guru Penggerak
(PPGP) pada Modul 1 dengan materi pembahasan refleksi filosofi pendidikan
nasional-Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai dan peran guru penggerak , visi guru
penggerak, budaya positif, diperlukan suatu kegiatan sebagai tindak lanjut
untuk mengetahui apa-apa yang harus diperbaiki dan diteruskan maupun
ditingkatkan. Hal yang penulis rencanakan sebagi tindak lanjut yaitu :
1. Terus mensosialisasikan apa yang dimaksud dengan filosofi pendidikan
nasional-Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai dan peran guru penggerak , visi
guru penggerak , budaya positif agar kegiatan ini tidak berhenti pada saat
kegiatan sedang berlangsung saja.
2. Mensosialisasikan hasil diskusi kelompok pembelajaran dalam kegiatan
PPGP sebagai bahan acuan atau gambaran untuk diterapkan di Sekolah.
3. Mensosialsisasikan PPGP kepada rekan sejawat agar tertarik untuk
mengingkuti dengan menceritakan manfaat yang diperoleh setelah
menyeselsaikan PPGP.
4. Mengelolah kegiatan yang berdampak pada murid.
5. Memberi ruang untuk murid, rekan sejawat menberi masukkan tentang
visi, sehingga bisa diketahu hal apa yang masi kurang atau perlu sama-
sama ditingkatkan.
6. Terus menerapkan keyakinan kelas sebagai pondasi bagi murid dalam
bertindak di sekolah.
Rangkaian tindak lanjut ini, disampaikan kepada Kepala Sekolah untuk
disetujui dan disampaikan kepada rekan sejawat agar bisa terus bersama-sama
dijalankan dengan baik sebagai suatu kegiatan positif dilingkungan sekolah
untuk menciptakan sekolah yang merdeka belajar dan sukses menuntun murid
pada kodarnya yang bahagia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, Aditya. 2022. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak. Jakarta: Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Dharma, Aditya. 2022. Visi Guru Penggerak. Jakarta: Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.
Nurcahyani, Andri, dkk. 2022. Budaya Positif.Jakarta: Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.
https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/faq/
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6501793/tutup-sebentar-lagi-cek-syarat-
pendaftaran-guru-penggerak
17
LAMPIRAN
Kegiatan Daring
18
Aktivitas pembelajaran Modul 1 secara daring
19
20
Diskusi tentang nilai-nilai guru penggerak dan akan dijadikan kekuatan masing-
masing guru
21
Memberi kesempatan murid menjadi pemimpin pembelajaran
22
Pendampingan Individu 1
23
Loka Karya 1
24
25