Anda di halaman 1dari 2

Nama : Arinda Damayanti

NIM : 190710101196
Kelas : Hukum Pidana Internasional C

Subjek Hukum Pidana Internasional


Subjek hukum pidana internasional yaitu pelaku-pelaku yang melakukan kejahatan atau tindak
pidana internasional serta dapat diadili baik dalam kerangka peradilan internasional maupun
nasional suatu negara1. Berdasarkan Hukum Internasional subjek Hukum Internasional terdiri
dari
1. Negara;
2. Tahta Suci (Vatican);
3. Palang Merah Internasional
4. Organisasi Internasional;
5. Orang perorangan (individu);
6. Pemberontakan dan pihak dalam sengketa (belligerent)2
Tujuan dari mempelajari subjek hukum dalam lingkup hukum pidana internasional adalah
untuk mengetahui siapa saja yang dapat dipertanggung jawabkan dalam suatu tindak pidana
internasional. Mengacu pada prinsip International Law Commission (ILC/Komisi Hukum
Internasional) dan Statuta Roma 1998 maka subjek hukum pidana internasional adalah individu
atau orang perseorangan, namun dari jika dilihat dari sudut pandang tanggung jawab negara
dan bentuk lain dari tindak pidana diluar yurisdiksi materiil Statuta Roma 1998 belum terdapat
kesamaan pendapat mengenai pihak yang menjadi subjek hukum pidana internasional.
1. Individu
Individu atau orang perorangan adalah subjek hukum dan menjadi salah satu subjek
hukum dalam hukum pidana internasional. Individu sebagai subjek hukum pidana
internasional dapat dilihat dalam Piagam London 1945. Dalam Peradilan Nuremberg
seseorang atau individu dapat dijadikan sebagai subjek hukum internasional selain
negara. Pasal 6 Piagam Londong yang menyatakan bahwa “... Leaders, Organizers,
instigator and accomplices participating in the formulation of execution of a common
plan or conspiracy to commit any of the foregoing crimes are responsible for all acts
performed by any persons in execution of such plan”. Jika dihubungkan dengan
kedaulatan negara penerapan Mahkamah Pidana Internasional mengingat di setiap
negara memiliki hukum sendiri dan pengadilan sendiri meskipun dalam hukum pidana
internasional tentang siapa yang menjadi subjek hukum pidana internasiona/pelaku dari
kejahatan internasional, namun dalam ketentuan Statuta Roma subjek yang harus
mempertanggung jawabkan kejahatan yang dilakukan adalah individu 3.
2. Negara

1
Novalinda Nadya Putri, Penerapan Prinsip Aut Dedere Aut Judicare Dalam Penegakan Hukum Pidana
Internasional, Delegalata: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 6, No. 1, Januari-Juli 2020, h. 141
2
Indah Sari, Kejahatan-Kejahatan Internasional (Tindak Pidana Internasional) dan Peranan Internasional
Criminal Court (ICC) Dalam Penegakan Hukum Pidana Internasional, Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, Vol.
06, No. 1, September 2015, h. 43
3
Danel Aditia Situngkir, Eksistensi Kedaulatan Negara Dalam Penerapan Yurisdiksi Mahkamah Pidana
Internasional, Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 2, Juni 2018, h. 667
Negara sebagai subjek hukum internasional tentunya merupakan hal yang sudah banyak
diketahui, namun negara sebagai subjek hukum pidana internasional masih
diperdebatkan. Dalam konflik bersenjata dalam skala internasional baik melibatkan dua
negara atau lebih dalam bersengketa tidak menutup kemungkinan terjadinya
pelanggaran-pelanggaran hukum internasional yang berkaitan dengan aturan-aturan
perang. Pelanggaran-pelanggaran tersebut tentunya dilakukan oleh individu-individu
baik atas nama negara maupun nama pribadi. Menurut prinsip ILC tindak pidana
internasional yang dilakukan perseorangan baik sebagai pemerintah yang memegang
kekuasaan maupun bukan dapat dipertanggung jawabkan secara pidana. Maka
demikian negara tidak bertanggung jawab dalam hal terjadi tindak pidana internasional.
Pertanggung jawaban negara tidak bersifat pidana namun diselesaikan berdasarkan
hukum internasional pada umumnya seperti diplomasi dan negosiasi.
3. Badan-badan Hukum Swasta
Badan hukum swasta baik swasta nasional maupun swasta internasional atau
multinasional dapat menjadi subjek hukum pidana internasional dengan demikian dapat
menjadi subjek hukum pidana internasional hanya saja dalam ruang lingkup yang lebih
terbatas dibandingkan dengan individu.
Dalam hubungan hukum internasional dan hukum nasional secara mutasis mutadis juga
berlaku hubungan antara hukum pidana internasional dan hukum pidana nasional, meskipun
perkembangannya sudah tidak lagi relevan. Subjek hukum pidana internasional hanyalah
individu. Hal ini sudah tidak selaras lagi dengan paham monisme yang mengikat individu
secara kolektif sebagai subjek hukum internasional. Demikian juga dengan halnya paham
dualisme yang menyatakan subjek hukum internasional hanyalah negara. 4

Sumber :
Tolib Effendi, S.H., M.H., Hukum Pidana Internasional (Yogyakarta: Penerbit Medpress
Digital, 2014), h. 129-131

4
Eddy O.S Hiariej, Memahami ‘Trading in Influence’ Dalam Kerangka UNCAC Sebagai Instrumeen
Pemberantasan Korupsi di Indonesia, Jurnal Hukum Pidana & Kriminologi, Vol. 1, No. 1, Oktober 2020, h. 61

Anda mungkin juga menyukai