Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN NY. S DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

DOSEN PEMBIMBING : Ns. I Putu Gde Yudara Sandra Putra, S. Kep., M. Kep.

OLEH :

PUTU ELYSIA YONICA PUTRI (2114201030)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2023/2025
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (masalah utama)


Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran

Halusinasi merupakan gejala gangguan jiwa yang memiliki perubahan persepsi


sensori, serta merasakan suara, pengecapan, atau perabaan yang dirasikan oleh pasien
yang sebenarnya tidak ada (MuhithA, 2015). Gejala atau perilaku ini dapat terjadi
pada pasien gangguan jiwa terkait dengan gangguan jiwa halusinasi yaitu berbicara
sendiri, tatapan mata ke sat titik, pergerakan mata yang cepat, mengasingkan dari,
tidak mampu membandingkan mana yang asli dan bukan, ada pula pasien dengan
gangguan jiwa ada yang tidak mau mandi dan memiliki perilaku yang acuh
(Damaiyanti Iskandar, 2018)
Halusinasi merupakan gejala gangguan jiwa sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Klien biasanya merasa adanya sensasi suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan serta penciuman tanpa stimulus yang nyata (Keliat, 2014).
Halusinasi pendengaran biasanya terjadi ketika klien mendengar suara halusinasi ini
sudah melebur dan pasien merasa sangat ketakutan, panic, dan tidak mampu
membedakan yang khayalan dan kenyataan (Hafizudin,
2021)
Menurut pambayung (2015) halusinasi ialah kemampuan yang hilang untuk
membedaka rangsangan internal (pikiran) dan eksternal (dunia luar). Halusinasi
merupakan tanggapan maupun persepsi dari pancaindra tidak memiliki rangsang
(stimulus) eksternal (stuart, 2013). Halusinasi yaitu gangguan perepsi yang seharusya
pasien tidak mempresepsikannya.
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda
rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia 2015. Ini
merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan
dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera
walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon
individu yang karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien
mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak
sesuai stimulus yang diterimanya, rentang respon tersebut sebagai berikut:
Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis  Kadang-kadang proses  Waham


 Persepsi akurat pikir terganggu  Halusinasi
 Emosi konsisten (distorsi pikiran  Sulit berespons
dengan pengalaman  Ilusi  Perilaku
 Perilaku sesuai  Menarik diri disorganisasi
 Hubungan sosial  Reaksi emosi >/<  Isolasi sosial
harmonis  Perilaku tidak biasa

Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain:
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

II. Patofisiologi (Proses terjadinya masalah)


Halusinasi yang terjadi pada penderita schizophrenia dapat disebabkan oleh
perilaku isolasi sosial ataupun dapat disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri
rendah. Dampak dari halusinasi yang timbul akibat schizophrenia ini sangat tergantung
dari isi halusinasi. Jika isi halusinasi mengganggu, maka penderita schizophrenia akan
cenderung melakukan perilaku kekerasan sedangkan halusinasi yang isinya
menyenangkan dapat mengganggu dalam berhubungan sosial dan dalam pelaksanaan
aktivitas sehari-hari (Stuart & Sudeen, 2011). Hambatan dalam aktivitas sehari-hari
menyebabkan koping individu menjadi tidak efektif yang dapat berlanjut pada gangguan
konsep diri harga diri rendah dan bila tidak diatasi berisiko menimbulkan perilaku
kekerasan.

Stuart (2007) perkembangan halusinasi memiliki 4 tahap yaitu:


a. Tahap pertama (COMFORTING)
Tahap pertama atau fase comforting adalah fase menyenangkan. Pada fase ini
termasuk bagian nonpsikotik, karakteristik pada fase ini yaitu pasien merasa stress,
cemas, perasaan bersalah atau perpisahan dan kesepian yang memuncak dan dapat
dipecahkan dengan cara pasien membayangkan yang membuat hati senang, dengan
cara ini dapat menolong klien tetapi hanya semetara. Adapun beberapa perilaku pada
klien yaitu senyum atau tawa tidak sesuai, sering menggerakan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal lambat pada saat halusinasinya datang dan
suka mengasingkan diri.
b. Tahap kedua (CONDEMMING)
Tahap kedua atau fase condendemming adalah halusinasi yang membuat mengerikan
termasuk dalam psikotik ringan fase ini memiliki karakteristik fase yang mengerikan
dan menakutkan cemasan bertambah, melamun, dan berfikir sendiri menjadi
dominan. Mulai dari adanya bisikan yang tidak jelas dank lien tidak ingin orang lain
tahu dan dapt mengontrolnya.
c. Tahap ketiga (CONTROLLING)
Tahap ketiga atau fase controlling adalah suatu pengalaman sensori yang menjadi
penguasa, fase ini tergolong dalam gangguan psikotik, karakteristik pada fase ini
yaitu bisikan, suara, isi halusinasi yang menonjol ynag menguasai dan mengontrol
klien, menyebabkan klien tidak berdaya terhadap halusinasinya.Pada tahap ini pasien
memiliki kemampuan untuk mengontrol prilaku, halusinasi, dan perhatian
lainnya dalam hitungan menit dan detik. Adapun tanda tanda fisik klien berkeringat,
gemetar, dan tidak mampu menuruti perintah.
d. Tahap keempat (PANIC)
Tahap ke empat atau tahap menaklukan (panic) adalah tahap dimana pengunjung
melarikan diri dari denagn halusinasi, termasuk transformasi halusinasi penyakit jiwa
berat menjadi ancaman, perintah, omelan pengunjung menjadi takut, tidak berdaya,
tidak terkendali. Orang lain yang berhubungan dengan kenyataan perilaku pada tahap
ini adalah perilaku mengerikan karena panic, kemungkinan bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, penarikan atau perilaku katatonik, ketidak mampuan untuk
menanggapi perintah yang kompleks, dan ketidak mampuan untuk merespon lebih
dari satu orang.

Etiologi Halusinasi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktaviani, 2020)
1. Faktor predisposisi
 Faktor perkembangan
Tugas perkembangan terganggu contoh kurangnya kontrol serta kehangatan
antar keluarga dan mengakibatkan klien tidak mampu mandiri, mudah frustasi
dan hilang rasa kepercayaan dirinya.
 Faktor sosiokultural
Yaitu memiliki rasa tidak diterima dilingkungan sejak kecil dan memiliki rasa
disingkirkan,kesepian, serta tidak percaya diri pada lingkungannya
 Biologis
Faktor ini sangat berpengarh dalam gangguan jiwa, faktor utama yaitu stres
yang berlebih yang dialami seseorang dan didalam tubuh otomatis akan
menghasilkan suatu zat yang bersifat halusinogen neurokimia diakibatkan
stress yang berlebih dan berkepanjangan yang menyebabkan teraktivasinaya
neurotransmitter otak
 Psikologis
Jika memiliki pribadian yang lemah serta tidak bertanggung jawab akan
mudah terjerumus pada peyalahgunaan zat adiktif. Hal ini sangat berpengaruh
pada ketidakmampuan untuk mengambil keputusan yang tepat demi masa
depan, kebanyakan akan berfikiran memilih kesenangan sesaat dan lari dari
dunia nyata menuju khayalan.

2. Faktor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak
aman, gelisah, bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi
yaitu:
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk menyucikan diri.
III. a. Pohon masalah

Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri,


Effect
orang lain, lingkungan, dan verbal)

Core Gangguan persepsi sensori :


Problem halusinasi

Cause Koping individu tidak efektif

Stressor (terkait penyakit)


b. Data yang perlu dikaji
Pengkajian merupakan komponen data yang perlu dikaji pada klien, antara lain :
a. Identitas klien
b. Identitas informan atau yang bertanggung jawab terhadap klien
c. Faktor predisposisi dan presipitasi
d. Mekanisme koping
e. Masalah psikososial dan lingkungan
f. Aspek medis
g. Keadaan kesehatan fisik
h. Aktivitas sehari-hari
1) Penampilan dan kebersihan diri.
2) Kebiasaan merokok dan minum-minuman keras.
3) Tidur dan istirahat
4) Nutrisi
i. Status mental
1) Efek / emosi
2) Konsep diri
3) Gaya komunikasi
a) Gaya verbal klien
Inkoherensi menyebabkan klien banyak bicara yang tak bisa dimengerti,
berteriak - teriak tanpa sebab. isi pembicaraan sedikit, tersamar, abstrak
atau sangat konkret.
b) Respon non-verbal klien
 Pandangan mata terkesan kosong atau tidak ada kontak mata.
 Tersenyum - senyum, tertawa kecil tanpa adanya rangsang, atau
ekspresi wajah sedih.
 Interaksi /hubungan dengan dunia luar
Adanya kecenderungan menarik diri dari keterlibatannya dari dunia
luar dan berpreokupasi dengan idenya yang tak logis.
 Pola pertahanan diri
Mekanisme pertahanan regresi (kekanak - kanakan), misalnya klien
menjadi tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhannya.
 Persepsi sensorik
Klien skizofrenia sering mengalami gangguan persepsi sensorik
berupa ilusi/halusinasi, terutama halusinasi dengar, dimana klien akan
tampak berbicara sendiri atau tertawa sendiri.
 Motorik
Aktivitas psikomotorik yang abnormal, tidak bertujuan seperti berlari-
lari jalan mondar-mandir, menggoyang-goyangkan badannya,
memukul-mukul tanpa sebab, atau imobilitas yang apatis. Hal ini
umumnya disebabkan adanya halusinasi, kecemasan yang meningkat,
kebingungan, atau adanya dorongan yang tidak dapat dikontrol.
 Orientasi
Pada periode kekambuhan, klien dapat bingung, tidak mengenal
orang, waktu atau tempat dimana ia berada.
 Pikiran
Gangguan pada isi pikir dapat berupa waham yang tidak sistematis,
mudah berubah. Klien merasa bahwa perasaannya, dorongan
pikirannya atau tindakannya dipaksakan dari luar kepada dirinya.
Adanya preokupasi, yaitu pikiran terpaku pada sebuah ide biasanya
berkaitan dengan keadaan emosional yang kuat, misalnya preokupasi
dengan anaknya, suami yang sudah meninggal. Klien dapat merasakan
kekhawatiran yang berlebihan tentang kesehatan fisiknya. Untuk
gangguan pada bentuk dan arus pikir yang sering ditemukan adalah
kelonggaran asosiasi, dimana ide-ide berpindah dari satu subjek ke
subjek lain yang sama selalu tidak ada hubungan atau hubungannya
tidak tepat, dan hal lain tidak disadarinya. Apalagi pelonggaran asoiasi
ini terlalu berat dapat terjadi inkoherensi, percakapan yang tidak dapat
dimengerti. Dapat pula terjadi miskinnya isi pembicaraan dimana isi
pembicaraannya masih cukup tetapi isinya sedikit karena samar,
abstrak, atau sangat konkret, berulang-ulang. Hambat pikir dapat pula
terjadi, yaitu jalan pikiran tiba- tiba berhenti di tengah sebuah kalimat.
Klien tidak dapat menerangkan mengapa ia berhenti.

IV. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan adalah salah satu tahap
proses keperawatan yaitu mengidentifikasikan masalah kesehatan klien yang dapat
diatasi (ditangani, dikurangi atau diubah) melalui intervensi dan manajemen
keperawatan.
Diagnosa yang mungkin muncu berdasarkan pohon masalah :

a. Gangguan persepsi sensori ( halusinasi )

b. Koping Individu Tidak Efektif

c. Risiko prilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran


V. Rencana tindakan keperawatan
a. Diagnosa Prioritas :
Gangguan persepsi sensori ( halusinasi )
b. SOP Pengontrolan Halusinasi
Tindakan keperawatan :
- Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik
- Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
- Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan aktivitas
- Latih klien minum obat
IV. Diagnosa Medis
a. Pengertian
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai
area fungsi individu, termasuk berfikir, berkomunikasi, merasakan dan menunjukkan
emosi serta gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan
perilaku aneh (Pardede, 2019). Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan sikotik,
dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Gangguan
Skizofrenia, pada umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar
dan khas, dan afek yang tidak serasi atau tumpul (Rahmayani dan Syisnawati, 2018).
Skizofrenia adalah gangguan jiwa dimana terjadi gangguan neurobiologi dengan
karakteristik kekacauan pada pola pikir dan isi pikir, halusinasi dan delusi, serta
kekacauan pada proses persepsi, afek dan perilaku sosialnya (Wardani dan Dewi, 2018).
Dapat disimpulkan bahwa skizofrenia adalah sekelompok gangguan yang
mempengaruhi kepribadian, proses pikiran, dan afekyang tidak sesuai.

b. Etiologi
Videbeck (2020) menyatakan bahwa skizofrenia dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
a) Faktor genetik
Faktor genetik adalah faktor utama pencetus dari skizofrenia. Anak yang memiliki
satu orang tua biologis penderita skizofrenia tetapi diadopsi pada saat lahir oleh
keluarga tanpa riwayat skizofrenia masih memiliki resiko genetik dari orang tua
biologis mereka. Hal ini dibuktikan dengan penelitian bahwa anak yang memiliki
satu orang tua penderita skizofrenia memiliki resiko 15%; angka ini meningkat
sampai 35% jika kedua orang tua biologis menderita skizofrenia
b) Faktor neuroanatomi
Penelitian menunjukkan bahwa individu penderita skizofrenia memiliki jaringan
otak yang relatif lebih sedikit. Hal ini dapat memperlihatkan suatu kegagalan
perembangan atau kehilangan jaringan selanjutnya. Computerized Tomography
(CTScan) menunjukkan pembesaran ventrikel otak dan atrofi korteks otak.
Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET) menunjukkan bahwa ada
penurunan oksigen dan metabolisme glukosa pada struktur korteks frontal otak.
Riset secara konsisten menunjukkan penurunan volume otak dan fungsi otak yang
abnormal pada area temporal dan frontal individu penderita skizofrenia
c) Neurokimia Penelitian neurokimia secara konsisten memperlihatkan adanya
perubahan sistem neurotransmitters otak pada individu penderita skizofrenia.
Pada orang normal, sistem switch pada otak bekerja dengan normal. Sinyal-sinyal
persepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna tanpa ada gangguan
sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya melakukan tindakan
sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak penderita skizofrenia, sinyal-sinyal yang
dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel
yang dituju
2) Faktor psikologis
Skizofrenia terjadi karena kegagalan dalam menyelesaikan perkembangan awal
psikososial sebagai contoh seorang anak yang tidak mampu membentuk hubungan
saling percaya yang dapat mengakibatkan konflik intrapsikis seumur hidup.
Skizofrenia yang parah terlihat pada ketidakmampuan mengatasi masalah yang ada.
Gangguan identitas, ketidakmampuan untuk mengatasi masalah pencitraan,
ketidakmampuan untuk mengontrol diri sendiri juga merupakan kunci dari teori ini
3) Faktor sosialkultural dan lingkungan
Faktor sosiokultural dan lingkungan menunjukkan bahwa jumlah individu dari
sosial ekonomi kelas rendah mengalami gejala skizofrenia lebih besar dibandingkan
dengan individu dari sosial ekonomi yang lebih tinggi. Kejadian ini berhubungan
dengan kemiskinan, akomodasi perumahan padat, nutrisi tidak memadahi, tidak ada
perawatan prenatal, sumber daya untuk menghadapi stress dan perasaan putus asa

b. Faktor presipitasi
1) Biologis Stressor biologis yang berbuhungan dengan respons neurobiologis
maladaptif meliputi : gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak
yang mengatur mengatur proses balik informasi, abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus
2) Lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
pikiran
3) Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimuli yang sering menimbulkan episode baru
suatu penyakit. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis
maladaptif yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku
individu

c. Klasifikasi
Sutejo (2018) menyatakan bahwa terdapat 7 tipe skizofrenia diantaranya yaitu:
a. Skizofrenia paranoid (F20,0)
Merupakan subtipe yang paling utama dimana waham dan halusinasi auditorik jelas
terlihat. Gejala utamanya adalah waham kejar atau waham kebesarannya dimana
individu dikejar-kejar oleh pihak tertentu yang ingin mencelakainya
b. Skizofrenia tipe disorganisasi atau hebefrenik (F20,1)
Tidak bertanggungjawab dan tidak dapat diramalkan, kecenderungan untuk selalu
menyendiri, perilaku hampa tujuan dan perasaan, afek tidak wajar, senyum dan ketawa
sendiri, proses berpikir disorganisasi dan pembicaraan inkoheren
c. Skizofrenia katatonik (F,202)
Gambaran perilakunya yaitu stupor (kehilangan semangat), gaduh, gelisah,
menampilkan posisi tubuh tidak wajar, negativisme (perlawanan), rigiditas (posisi tubuh
kaku), fleksibilitas area, mematuhi perintah otomatis dan pengulangan kalimat tidak
jelas
d. Skizofrenia tak terinci (F20,3)
Mempunyai halusinasi, waham dan gejala psikosis aktif yang menonjol (misal
kebingungan, inkoheren) atau memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat
digolongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual dan depresi pasca
skizofrenia
e. Depresi pasca skizofrenia (F20,4)
Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya kriteria untuk
suatu episode depresif dan telah ada paling sedikit 2 minggu
f. Skizofrenia residual (F20,5)
Gejala negatif menonjol (psikomotorik lambat, aktivitas turun, berbicara kacau), riwayat
psikotik (halusinasi dan waham) dan tidak terdapat gangguan mental organik
g. Skizofrenia simpleks (F20,6)
Gejala utama adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Kurang
memperhatikan keluarga atau menarik diri, waham dan halusinasi jarang terjadi serta
timbulnya perlahan-lahan

d. Penatalaksanaan
Nurhalimah (2016) menyatakan penatalaksanaan pada pasien skizofrenia sebagai
berikut :
a. Manajemen keperawatan pada pasien isolasi sosial :
1) Membina hubungan saling percaya dengan cara:
a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
b. Berkenalan dengan klien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai
pasien
c. Menanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini
d. Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama klien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
f. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

2) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial


a. Tanyakan pendapat pasiententang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
b. Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
c. Diskusikan keuntungan bila pasienmemiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
d. Diskusikan kerugian bila pasienhanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
3) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
a. Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain
b. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
c. Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan di hadapan Perawat
d. Bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga
e. Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya
f. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh klien
g. Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan
kegiatan harian dan kegiatan rumah tangga
h. Latih pasien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sosial misalnya :
berbelanja, kekantor pos, kebank dan lain-lain
i. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
b. Psikofarmaka
Obat psikofarmaka ditujukan pada gangguan fungsi neurotrasmitter sehingga
gejala-gejala klinis dapat dihilangkan. Obat psikofarmaka lebih berkhasiat menghasilan
gejala negatif skizofrenia daripada gejala positif skizofrenia atau sebaliknya, ada juga
yang lebih cepat menimbulkan efek samping dan lain sebagainya. Beberapa contoh obat
psikofarmaka yang beredar di Indonesia yang termasuk golongan generasi pertama yaitu
Chlorpromazine HCl, Trifluoperazine HCL, Thioridazine HCl, dan Haloperidol. Yang
termasuk golongan generasi kedua yaitu Risperidone, Paliperidone, Clozapine,
Quetiapine, Olanzapine, dan Aripiprazole.
DAFTAR PUSTAKA

Zelika A.A., Dermawan D. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran
pada Saudara D di Ruang Nakula RSJD Surakarta. Jurnal Profesi Vol. 12, No. 2.

Nyumirah, S., Keliat, B.A., & Helena. N. (2013). Manajemen asuhan keperawatan spesialis jiwa
pada klien dengan halusinasi di Ruang Sadewa di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Hafizuddin, D. (2021, March 22). Mental Nursing Care on Mr. A With Hearing Hallucination
Problems. https://doi.org/10.31219/osf.io/r3pqu

Stuart, G. W., Keliat, B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan praktik keperawatan kesehatan
jiwa stuart. Edisi Indonesia. Singapore: Elsevier

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC

Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy dan Peran Keluarga
Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jiwa, 4(1), 57-66. http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846
.

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT: Ruang Gopala TANGGAL DIRAWAT:

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. S (P)
Tanggal Pengkajian : 2 januari 2024
Umur : 54 tahun
RM No. :476758
Alamat : Gunung Kanyu Bangli Baturuti, Tabanan
Pekerjaan : tidak bekerja
Informan : pasien & adik pasien

II. ALASAN MASUK


Pasien masuk rumah sakit karena akan menjalani pengobatan kemoterapi untuk
penyakit ca mammae. Saat pengkajian pasien tampak lemas dan sesekali pasien
bertanya tentang sekitar.

III. FAKTOR PRESIPITASI/ RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Awalnya pasien mengetahui bahwa dirinya didagnosa ca mammae oleh dokter sejak 1
tahun yang lalu yaitu tahun 2023. Pada saat pengkajian dilakukan pasien hanya
ditunggui oleh 1 orang adiknya , Pasien mengatakan semenjak dirinya didiagnosa ca
mammae dia merasa sangat kesepian karena jauh dari adik adiknya yang berada di
kampung , pasien mengatakan bahwa saat sakit ini ia selalu merasa adik adiknya
menjauhinya dan saat pengakjian dilakukan pasien selalu menanyakan keberadaan adik
yang menunggui pasien selama pengobatan di RS karena takut ditinggalkan. Karena
rasa kesepiannya semenjak sakit ini pasien mengatakan susah mengontrol pikirannya ,
pasien nampak sangat gelisah
, berbicara bisik bisik sendiri dan konsentrasi pasien buruk ,karena, hal tersebut yang
selalu dipikirkan pasien sehingga membuat pasien sangat berlarut larut dalam perasaan
depresif / sedih. , pasien mengatakan selalu mendengar bisikan- bisikan suara adik –
adiknya di kedua telinganya ,waktunya saat di sore menjelang malam lama terjadinya 1-
2 jam , adik pasien mengatakan bahwa respon ketika pasien ngomong sendiri dia seperti
marah marah , nada tinggi, dan mudah tersinggung, tetapi dibiarkan saja karena
nantinya reda sendiri.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


 RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ya tidak
2. Pengobatan sebelumnya : berhasil kurang berhasil tidak
berhasil
3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
ya tidak
 RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pelaku/ usia Korban/ usia Saksi/ usia
1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam kel uarga
5. Tindakan kriminal
Jelaskan : Adik pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami kejadian tersebut
di atas.
6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio,
kultural, spiritual):
Pasien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa dan dirawat di RSJ selama 3
bulan dan bolak balik dirawat , pertama kali pasien mengalami ganguan jiwa umur
32 tahun karena ada pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan dari segi
aspek sosialnya yaitu hubungan pasien dengan keluarganya yang tidak baik , pasien
sering mendengar bahwa keluarga pasien selalu mencemooh pasien karena pasien
belum menikah. Dan pasien kerap merasa dijauhi oleh saudara-saudaranya yang
lain. Lalu pasien diajak tinggal bersama kakaknya saja yang juga belum menikah
disitulah pasien merasa sangat kesepian karena jauh dengan adik adinya yang lain
sehingga pikirannya kacau dan gelisah ,hal tersebutlah yang lama kelamaan menjadi
tekanan pada pasien sehingga membuat pasien stress sehingga mendengar bisikan
bisikan saudaranya yang sedang membicarainya ditelinganya dan pasien
meresponnya dengan bicara marah – marah sendiri dengan nada tinggi seperti
sedang berdebat dengan orang lain.

7. Kesan Kepribadian klien: extrovert introvert lain-lain


Jelaskan : Adik pasien mengatakan sifat pasien memang pendiam dan tidak terlalu
suka bergaul ke luar rumah.

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?


ya tidak
Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat Pengobatan/ perawatan :-

Masalah keperawatan :-

V. STATUS MENTAL

1. Penampilan
tidak rapi penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai tidak seperti
biasanya Jelaskan : Pasien tampak
berpakaian dengan baik.
Masalah keperawatan : -

2. Kesadaran
 Kwantitatif/ penurunan kesadaran]
compos mentis apatis/ sedasi somnolensia
sopor subkoma koma

 Kwalitatif
tidak berubah berubah
meninggi gangguan tidur
Sebutkan : adik pasien mengatakan pasien tidur pada siang hari dan aktif pada
malam hari.

hipnosa disosiasi:
sebutkan

3. Disorientasi
waktu tempat orang

Jelaskan : adik pasien mengatakan pasien tidur pada siang hari dan aktif pada
malam hari.
Masalah keperawatan : -

4. Aktivitas Motorik/ Psikomotor


Kelambatan:
hipokinesia, hipoaktivitas sub stupor katatonik
katalepsi flexibilitas serea

Peningkatan:
hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik
TIK grimase
tremor gagap
stereotipi mannarism
katalepsi akhopraxia
command automatism atomatisma
nagativisme reaksi konversi
verbigerasi berjalan kaku/ rigit
kompulsif lain-2 sebutkan

5.Afek/ Emosi
adequat tumpul dangkal/ datar
labil inadequat anhedonia
marasa kesepian eforia ambivalen
apati marah depresif/ sedih
cemas ringan sedang
berat panik
Jelaskan :
 pasien mengatakan selalu merasa kesepian dan jauh dengan adik
adiknya yang lain , hal tersebutlah yang selalu dipikirkan pasien
sehingga membuat pasien sangat berlarit larut dalam perasaan depresif
/ sedih.

adik pasien mengatakan bahwa respon ketika pasien ngomong sendiri
dia seperti marah marah , nada tinggi, dan mudah tersinggung, tetapi
dibiarkan saja karena nantinya reda sendiri.
Masalah keperawatan :
 Koping individu tidak efektif
 Risiko peilaku kekerasan

6. Persepsi
halusinasi ilusi depersonalisasi

derealisasi

Macam Halusinasi
pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penghidu/ pembauan lain-lain,
sebutkan : -

Jelaskan : pasien mengatakan selalu mendengar bisikan- bisikan suara adik – adiknya di
kedua telinganya ,waktunya saat di sore menjelang malam lama terjadinya 1-2 jam ,
adik pasien mengatakan bahwa respon ketika pasien ngomong sendiri dia seperti marah
marah
, nada tinggi, dan mudah tersinggung, tetapi dibiarkan saja karena nantinya reda sendiri.
Masalah keperawatan : Halusinasi Pendengaran

7. Proses Pikir
 Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar
fligt of ideas blocking pengulangan pembicaraan/
persevarasi
tangansial sirkumstansiality logorea
neologisme bicara lambat bicara cepat
irelevansi main kata-kata afasi
assosiasi bunyi lain2 sebutkan..

Jelaskan : Pasien dapat dipahami.


Masalah keperawatan : -

 Isi Pikir
obsesif ekstasi fantasi
bunuh diri ideas of reference pikiran magis
alienasi isolaso sosial rendah diri
preokupasi pesimisme fobia
Sebutkan :
waham: sebutkan jenisnya
agama somatik, hipokondrik kebesaran
curiga nihilistik sisip pikir
siar pikir kontrol pikir kejaran
dosa

Jelaskan : Adik pasien mengatakan setiap kali melihat atau ada orang yang datang,
pasien akan memberikan pertanyaan.
Masalah keperawatan : -

 Bentuk Pikir
realistik nonrealistik
autistik dereistik

8. Memori
gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini amnesia, sebutkan -
paramnesia, sebutkan jenisnya -
hipermnesia, sebutkan -

Jelaskan : pasien tidak ada gangguan dengan daya


ingatnya Masalah keperawatan : -

9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi tidak mampu berhitung
sederhana
Jelaskan : Anak pasien mengatakan pasien mampu berhitung dan berkonsentrasi
dengan baik saat ngobrol.
Masalah keperawatan : -

10. Kemampuan Penilaian


gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : Pasien mampu memutuskan apa yang harus dilakukan seperti makan,
mandi dan menggosok gigi.
Masalah keperawatan : -

11. Daya Tilik Diri/ Insight


mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Pasien tidak menyangkal dan menyadari penyakit yang dideritanya


Masalah keperawatan : -

12. Interaksi selama Wawancara


bermusuhan tidak kooperatif mudah tersinggung
kontak mata kurang defensif curiga

Jelaskan : pasien bisa diajak berbicara namun kontak mata pasien kurang.

Masalah keperawatan : -

VI. FISIK
1. Keadaan umum : keadaan umum pasien tampak baik.
2. Tanda vital: TD : 115/60 mmHg N : 78 x/menit S : 360 C RR : 20 x/menit
3. UKur: TB : 155cm BB : 44kg turun naik
4. Keluhan fisik: tidak ya jelaskan : -
5. Pemeriksaan fisik : -
Jelaskan : Kondisi pasien tampak tidak bermasalah.
Masalah keperawatan : -

VII. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)


1. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Pasien tampak menyukai seluruh tubuhnya.
b. Identitas : Pasien mengatakan bernama Ny. S berumur 54 tahun.
c. Peran : Pasien mengatakan tidak bekerja.
d. Ideal diri : Pasien mengatakan dia menderita sakit ca mammae dan
gangguan jiwa
e. Harga diri : adik pasien mengatakan pasien tidak berinteraksi dengan orang lain.
Masalah keperawatan : -

2. Genogram

Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
X = mati
= garis penghubung
= tinggal serumah
= pasien

3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terdekat : adik pasien mengatakan pasien hanya dengan 1 kakaknya
yang diajak tinggal serumah.
b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat : Adik pasien mengatakan pasien
tidak dapat mengikuti kegiatan di luar rumah atau masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Anak pasien mengatakan
pasien susah membina hubungan dengan orang lain dan
susah fokus, berbicara tidak jelas sejak sakit.
Masalah keperawatan : -

4. Spiritual dan kultural


a. Nilai dan keyakinan : -
b. Konflik nilai/ keyakinan/ budaya : -
c. Kegiatan ibadah : Anak pasien mengatakan pasien sembahyang di rumah saja
dan didampingi olehnya sejak sakit.
Masalah keperawatan : -

VIII. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)

1. Makan
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

2. BAB/BAK
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

3. Mandi
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang : lebih nyenyak
Tidur malam : lebih sering terbangun
Aktivitas sebelum / sedudah tidur : menonton tv

6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak
Sistem pendukung Ya Tidak

8. Aktivitas di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak
Mencuci pakaian Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya Tidak

9. Aktivitas di luar rumah


Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak

Jelaskan :-
Masalah keperawatan : -

IX. MEKANISME KOPING


Adatif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya : - Lainnya : Pasien memilih untuk
berlarut larut bersedih memikirkan masalahnya
Masalah keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
Adik pasien mengatakan bahwa pasien tidak mengalami masalah dukungan
kelompok.

Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan


Adik pasien mengatakan partisipasi klien dalam lingkungan kurang

Masalah dengan pendidikan, uraikan


Adik pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada masalah selama masa sekolah.

Masalah dengan pekerjaan, uraikan


Adik pasien mengatakan bahwa pasien tidak bekerja.

Masalah dengan perumahan, uraikan


Adik pasien mengatakan bahwa pasien tidak mengalami masalah perumahan.

Masalah dengan ekonomi, uraikan


Adik pasien mengatakan masalah ekonomi terkontrol dan tercukupi.

Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan


Adik pasien mengatakan bahwa pasien sering lupa minum obat.

Masalah lainnya, uraikan


-
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif

XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presiptasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya : pasien mengatakan selalu merasa kesepian dan jauh dengan adik adiknya
yang lain , hal tersebutlah yang selalu dipikirkan pasien sehingga membuat pasien
sangat depresif / sedih.
Masalah keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif

XII. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik : Skizofrenia afektif tipe depresif
Terapi medik :
– Alprazolam tab 2mg 1x1
– Trifleoperazine tab 5 mg 1x1
– Quetiapine tab 25 mg
– Vitamin b complex 1 tab

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori(Halusinasi)
2. Koping Individu Tidak Efektif
3. Risiko Prilaku Kekerasan

XIV. ANALISA DATA

No DATA MASALAH
1. DS :
pasien mengatakan selalu Halusinasi (Gangguan Persepsi
mendengar bisikan- bisikan suara Sensori)
adik – adiknya di kedua
telinganya ,waktunya saat di sore
menjelang malam lama
terjadinya 1-2 jam , adik pasien
mengatakan bahwa respon ketika
pasien ngomong sendiri dia
seperti marah marah , nada
tinggi, dan mudah tersinggung,
tetapi dibiarkan saja karena
nantinya reda sendiri.
DO :
konsentrasi pasien tampak buruk

2. DS:

pasien mengatakan selalu


merasa kesepian dan jauh dengan Koping Individu Tidak Efektif
adik adiknya yang lain , hal
tersebutlah yang selalu dipikirkan
pasien sehingga membuat pasien
sangat berlarut larut dalam
perasaan depresif / sedih.

DO :
partisipasi pasien tampak kurang
dalam kegiatan apapun
3. DS:
adik pasien mengatakan bahwa Risiko Prilaku Kekerasan
respon ketika pasien ngomong
sendiri dia seperti marah
marah , nada tinggi,dan mudah
tersinggung, tetapi dibiarkan
saja karena nantinya reda
sendiri.

DO : -
XV. POHON MASALAH

Gangguan Psikologis :
risiko prilaku kekerasan Effect

Core Problem
Gangguan Persepsi
Sensori (Halusinasi)

Koping Individu Tidak Efektif


Cause

Stresor Fisik

XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa yang muncul berdasarkan pohon masalah :
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi ( PRIORITAS MASALAH)
 P : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
 E : Gangguan pendengaran
 S : Pasien mengatakan selalu mendengar bisikan- bisikan suara adik –
adiknya di kedua telinganya ,waktunya saat di sore menjelang malam
lama terjadinya 1-2 jam , adik pasien mengatakan bahwa respon ketika
pasien ngomong sendiri dia seperti marah marah , nada tinggi, dan
mudah tersinggung, tetapi dibiarkan saja karena nantinya reda sendiri.

2. Koping individu tidak efektif


 P : Koping individu tidak efektif
 E : ketidakadekuatan strategi koping & disfungsi system keluarga
 S : pasien mengatakan selalu merasa kesepian dan jauh dengan adik
adiknya yang lain , hal tersebutlah yang selalu dipikirkan pasien
sehingga membuat pasien sangat berlarut larut dalam perasaan
depresif / sedih.

3. Risiko prilaku kekerasan

 P : Risiko prilaku kekerasan


 E : halusinasi
 S : adik pasien mengatakan bahwa respon ketika pasien ngomong
sendiri dia seperti marah marah , nada tinggi,dan mudah tersinggung,
tetapi dibiarkan saja karena nantinya reda sendiri.

Mahasiswa ,

(Yonica )
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


( berdasarkan prioritas)

Ruang : Gopala
Nama Pasien : Ny. S
No. Register : 476758
No. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA
Dx MUNCUL TERATASI TANGAN
1. 2 januari 2024 Gangguan Persepsi Sensori : Belum teratasi
Halusinasi (3 Januari 2024)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

INTERVENSI KEPERAWATAN
( berdasarkan prioritas )
Ruang : Gopala
Tanggal : 2 januari 2024
Nama Pasien : Ny. S
No. Register : 476758
Dx TANGGA TUJUAN DAN INTERVENSI
L KRITERIA HASIL
Gangguan 02-1-2024Se Setelah diberikan 1. Tindakan keperawatan :
persepsi tindakan keperawatan - Latih klien melawan halusinasi
dengan menghardik
sensori : selama 1x24 jam - Latih klien mengabaikan
halusinasi diharapkan status halusinasi dengan bersikap cuek
(D.0085) persepsi sensori : - Latih klien mengalihkan
halusinasi membaik halusinasi dengan bercakap-
dengan kriteria hasil : cakap dan aktivitas
- Latih klien minum obat
1. Verbalisasi
mendengar
bisikan
menurun
2. Konsentrasi
membaik
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN JIWA

Nama : Ny. S Ruangan : Gopala RM No. : 476758


No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx dan jam KEPERAWATAN
1. 2 januari  melatih klien melawan S:
2024 halusinasi dengan  pasien mengatakan
Pk. 10.00 menghardik bersedia diberi
intervensi
 Pasien mengatakan
2. Pk. 12.00  melatih klien mengalihkan
Masih mendengar
halusinasi dengan bercakap-
bisikan bisikan suara
cakap dan aktivitas
adik adiknya saat
pasien merasa
3. Pk. 14.00  Latih klien mengabaikan kesepian
halusinasi dengan bersikap  Adik pasien
cuek mengatakan pasien
berbisik bisik sendiri
4. 3 januari  melatih klien mengalihkan selama 30 menit -1
2024 halusinasi dengan bercakap- jam , respon saat
Pk. 10.00 cakap dan aktivitas berbiacara sendiri
tidak marah marah
lagi

O:
 Pasien masih tampak susah
berkonsentrasi saat
intervensi dilakukan

A:
 Tujuan dan kriteria hasil
No. 1 dan 2 belum tercapai

P:
 Latih terus pasien
menghardik dan bercakap
cakap dengan orang sekitar

Anda mungkin juga menyukai