Askep LP Halusinasi (4) Salinan
Askep LP Halusinasi (4) Salinan
DOSEN PEMBIMBING : Ns. I Putu Gde Yudara Sandra Putra, S. Kep., M. Kep.
OLEH :
2023/2025
LAPORAN PENDAHULUAN
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain:
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
Etiologi Halusinasi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktaviani, 2020)
1. Faktor predisposisi
Faktor perkembangan
Tugas perkembangan terganggu contoh kurangnya kontrol serta kehangatan
antar keluarga dan mengakibatkan klien tidak mampu mandiri, mudah frustasi
dan hilang rasa kepercayaan dirinya.
Faktor sosiokultural
Yaitu memiliki rasa tidak diterima dilingkungan sejak kecil dan memiliki rasa
disingkirkan,kesepian, serta tidak percaya diri pada lingkungannya
Biologis
Faktor ini sangat berpengarh dalam gangguan jiwa, faktor utama yaitu stres
yang berlebih yang dialami seseorang dan didalam tubuh otomatis akan
menghasilkan suatu zat yang bersifat halusinogen neurokimia diakibatkan
stress yang berlebih dan berkepanjangan yang menyebabkan teraktivasinaya
neurotransmitter otak
Psikologis
Jika memiliki pribadian yang lemah serta tidak bertanggung jawab akan
mudah terjerumus pada peyalahgunaan zat adiktif. Hal ini sangat berpengaruh
pada ketidakmampuan untuk mengambil keputusan yang tepat demi masa
depan, kebanyakan akan berfikiran memilih kesenangan sesaat dan lari dari
dunia nyata menuju khayalan.
2. Faktor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak
aman, gelisah, bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi
yaitu:
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk menyucikan diri.
III. a. Pohon masalah
b. Etiologi
Videbeck (2020) menyatakan bahwa skizofrenia dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
a) Faktor genetik
Faktor genetik adalah faktor utama pencetus dari skizofrenia. Anak yang memiliki
satu orang tua biologis penderita skizofrenia tetapi diadopsi pada saat lahir oleh
keluarga tanpa riwayat skizofrenia masih memiliki resiko genetik dari orang tua
biologis mereka. Hal ini dibuktikan dengan penelitian bahwa anak yang memiliki
satu orang tua penderita skizofrenia memiliki resiko 15%; angka ini meningkat
sampai 35% jika kedua orang tua biologis menderita skizofrenia
b) Faktor neuroanatomi
Penelitian menunjukkan bahwa individu penderita skizofrenia memiliki jaringan
otak yang relatif lebih sedikit. Hal ini dapat memperlihatkan suatu kegagalan
perembangan atau kehilangan jaringan selanjutnya. Computerized Tomography
(CTScan) menunjukkan pembesaran ventrikel otak dan atrofi korteks otak.
Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET) menunjukkan bahwa ada
penurunan oksigen dan metabolisme glukosa pada struktur korteks frontal otak.
Riset secara konsisten menunjukkan penurunan volume otak dan fungsi otak yang
abnormal pada area temporal dan frontal individu penderita skizofrenia
c) Neurokimia Penelitian neurokimia secara konsisten memperlihatkan adanya
perubahan sistem neurotransmitters otak pada individu penderita skizofrenia.
Pada orang normal, sistem switch pada otak bekerja dengan normal. Sinyal-sinyal
persepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna tanpa ada gangguan
sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya melakukan tindakan
sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak penderita skizofrenia, sinyal-sinyal yang
dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel
yang dituju
2) Faktor psikologis
Skizofrenia terjadi karena kegagalan dalam menyelesaikan perkembangan awal
psikososial sebagai contoh seorang anak yang tidak mampu membentuk hubungan
saling percaya yang dapat mengakibatkan konflik intrapsikis seumur hidup.
Skizofrenia yang parah terlihat pada ketidakmampuan mengatasi masalah yang ada.
Gangguan identitas, ketidakmampuan untuk mengatasi masalah pencitraan,
ketidakmampuan untuk mengontrol diri sendiri juga merupakan kunci dari teori ini
3) Faktor sosialkultural dan lingkungan
Faktor sosiokultural dan lingkungan menunjukkan bahwa jumlah individu dari
sosial ekonomi kelas rendah mengalami gejala skizofrenia lebih besar dibandingkan
dengan individu dari sosial ekonomi yang lebih tinggi. Kejadian ini berhubungan
dengan kemiskinan, akomodasi perumahan padat, nutrisi tidak memadahi, tidak ada
perawatan prenatal, sumber daya untuk menghadapi stress dan perasaan putus asa
b. Faktor presipitasi
1) Biologis Stressor biologis yang berbuhungan dengan respons neurobiologis
maladaptif meliputi : gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak
yang mengatur mengatur proses balik informasi, abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus
2) Lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
pikiran
3) Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimuli yang sering menimbulkan episode baru
suatu penyakit. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis
maladaptif yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku
individu
c. Klasifikasi
Sutejo (2018) menyatakan bahwa terdapat 7 tipe skizofrenia diantaranya yaitu:
a. Skizofrenia paranoid (F20,0)
Merupakan subtipe yang paling utama dimana waham dan halusinasi auditorik jelas
terlihat. Gejala utamanya adalah waham kejar atau waham kebesarannya dimana
individu dikejar-kejar oleh pihak tertentu yang ingin mencelakainya
b. Skizofrenia tipe disorganisasi atau hebefrenik (F20,1)
Tidak bertanggungjawab dan tidak dapat diramalkan, kecenderungan untuk selalu
menyendiri, perilaku hampa tujuan dan perasaan, afek tidak wajar, senyum dan ketawa
sendiri, proses berpikir disorganisasi dan pembicaraan inkoheren
c. Skizofrenia katatonik (F,202)
Gambaran perilakunya yaitu stupor (kehilangan semangat), gaduh, gelisah,
menampilkan posisi tubuh tidak wajar, negativisme (perlawanan), rigiditas (posisi tubuh
kaku), fleksibilitas area, mematuhi perintah otomatis dan pengulangan kalimat tidak
jelas
d. Skizofrenia tak terinci (F20,3)
Mempunyai halusinasi, waham dan gejala psikosis aktif yang menonjol (misal
kebingungan, inkoheren) atau memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat
digolongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual dan depresi pasca
skizofrenia
e. Depresi pasca skizofrenia (F20,4)
Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya kriteria untuk
suatu episode depresif dan telah ada paling sedikit 2 minggu
f. Skizofrenia residual (F20,5)
Gejala negatif menonjol (psikomotorik lambat, aktivitas turun, berbicara kacau), riwayat
psikotik (halusinasi dan waham) dan tidak terdapat gangguan mental organik
g. Skizofrenia simpleks (F20,6)
Gejala utama adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Kurang
memperhatikan keluarga atau menarik diri, waham dan halusinasi jarang terjadi serta
timbulnya perlahan-lahan
d. Penatalaksanaan
Nurhalimah (2016) menyatakan penatalaksanaan pada pasien skizofrenia sebagai
berikut :
a. Manajemen keperawatan pada pasien isolasi sosial :
1) Membina hubungan saling percaya dengan cara:
a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
b. Berkenalan dengan klien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai
pasien
c. Menanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini
d. Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama klien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
f. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
Zelika A.A., Dermawan D. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran
pada Saudara D di Ruang Nakula RSJD Surakarta. Jurnal Profesi Vol. 12, No. 2.
Nyumirah, S., Keliat, B.A., & Helena. N. (2013). Manajemen asuhan keperawatan spesialis jiwa
pada klien dengan halusinasi di Ruang Sadewa di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Hafizuddin, D. (2021, March 22). Mental Nursing Care on Mr. A With Hearing Hallucination
Problems. https://doi.org/10.31219/osf.io/r3pqu
Stuart, G. W., Keliat, B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan praktik keperawatan kesehatan
jiwa stuart. Edisi Indonesia. Singapore: Elsevier
Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy dan Peran Keluarga
Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jiwa, 4(1), 57-66. http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846
.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. S (P)
Tanggal Pengkajian : 2 januari 2024
Umur : 54 tahun
RM No. :476758
Alamat : Gunung Kanyu Bangli Baturuti, Tabanan
Pekerjaan : tidak bekerja
Informan : pasien & adik pasien
Masalah keperawatan :-
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
tidak rapi penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai tidak seperti
biasanya Jelaskan : Pasien tampak
berpakaian dengan baik.
Masalah keperawatan : -
2. Kesadaran
Kwantitatif/ penurunan kesadaran]
compos mentis apatis/ sedasi somnolensia
sopor subkoma koma
Kwalitatif
tidak berubah berubah
meninggi gangguan tidur
Sebutkan : adik pasien mengatakan pasien tidur pada siang hari dan aktif pada
malam hari.
hipnosa disosiasi:
sebutkan
3. Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan : adik pasien mengatakan pasien tidur pada siang hari dan aktif pada
malam hari.
Masalah keperawatan : -
Peningkatan:
hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik
TIK grimase
tremor gagap
stereotipi mannarism
katalepsi akhopraxia
command automatism atomatisma
nagativisme reaksi konversi
verbigerasi berjalan kaku/ rigit
kompulsif lain-2 sebutkan
5.Afek/ Emosi
adequat tumpul dangkal/ datar
labil inadequat anhedonia
marasa kesepian eforia ambivalen
apati marah depresif/ sedih
cemas ringan sedang
berat panik
Jelaskan :
pasien mengatakan selalu merasa kesepian dan jauh dengan adik
adiknya yang lain , hal tersebutlah yang selalu dipikirkan pasien
sehingga membuat pasien sangat berlarit larut dalam perasaan depresif
/ sedih.
adik pasien mengatakan bahwa respon ketika pasien ngomong sendiri
dia seperti marah marah , nada tinggi, dan mudah tersinggung, tetapi
dibiarkan saja karena nantinya reda sendiri.
Masalah keperawatan :
Koping individu tidak efektif
Risiko peilaku kekerasan
6. Persepsi
halusinasi ilusi depersonalisasi
derealisasi
Macam Halusinasi
pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penghidu/ pembauan lain-lain,
sebutkan : -
Jelaskan : pasien mengatakan selalu mendengar bisikan- bisikan suara adik – adiknya di
kedua telinganya ,waktunya saat di sore menjelang malam lama terjadinya 1-2 jam ,
adik pasien mengatakan bahwa respon ketika pasien ngomong sendiri dia seperti marah
marah
, nada tinggi, dan mudah tersinggung, tetapi dibiarkan saja karena nantinya reda sendiri.
Masalah keperawatan : Halusinasi Pendengaran
7. Proses Pikir
Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar
fligt of ideas blocking pengulangan pembicaraan/
persevarasi
tangansial sirkumstansiality logorea
neologisme bicara lambat bicara cepat
irelevansi main kata-kata afasi
assosiasi bunyi lain2 sebutkan..
Isi Pikir
obsesif ekstasi fantasi
bunuh diri ideas of reference pikiran magis
alienasi isolaso sosial rendah diri
preokupasi pesimisme fobia
Sebutkan :
waham: sebutkan jenisnya
agama somatik, hipokondrik kebesaran
curiga nihilistik sisip pikir
siar pikir kontrol pikir kejaran
dosa
Jelaskan : Adik pasien mengatakan setiap kali melihat atau ada orang yang datang,
pasien akan memberikan pertanyaan.
Masalah keperawatan : -
Bentuk Pikir
realistik nonrealistik
autistik dereistik
8. Memori
gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini amnesia, sebutkan -
paramnesia, sebutkan jenisnya -
hipermnesia, sebutkan -
Jelaskan : Pasien mampu memutuskan apa yang harus dilakukan seperti makan,
mandi dan menggosok gigi.
Masalah keperawatan : -
Jelaskan : pasien bisa diajak berbicara namun kontak mata pasien kurang.
Masalah keperawatan : -
VI. FISIK
1. Keadaan umum : keadaan umum pasien tampak baik.
2. Tanda vital: TD : 115/60 mmHg N : 78 x/menit S : 360 C RR : 20 x/menit
3. UKur: TB : 155cm BB : 44kg turun naik
4. Keluhan fisik: tidak ya jelaskan : -
5. Pemeriksaan fisik : -
Jelaskan : Kondisi pasien tampak tidak bermasalah.
Masalah keperawatan : -
2. Genogram
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
X = mati
= garis penghubung
= tinggal serumah
= pasien
3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terdekat : adik pasien mengatakan pasien hanya dengan 1 kakaknya
yang diajak tinggal serumah.
b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat : Adik pasien mengatakan pasien
tidak dapat mengikuti kegiatan di luar rumah atau masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Anak pasien mengatakan
pasien susah membina hubungan dengan orang lain dan
susah fokus, berbicara tidak jelas sejak sakit.
Masalah keperawatan : -
1. Makan
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak
Sistem pendukung Ya Tidak
Jelaskan :-
Masalah keperawatan : -
No DATA MASALAH
1. DS :
pasien mengatakan selalu Halusinasi (Gangguan Persepsi
mendengar bisikan- bisikan suara Sensori)
adik – adiknya di kedua
telinganya ,waktunya saat di sore
menjelang malam lama
terjadinya 1-2 jam , adik pasien
mengatakan bahwa respon ketika
pasien ngomong sendiri dia
seperti marah marah , nada
tinggi, dan mudah tersinggung,
tetapi dibiarkan saja karena
nantinya reda sendiri.
DO :
konsentrasi pasien tampak buruk
2. DS:
DO :
partisipasi pasien tampak kurang
dalam kegiatan apapun
3. DS:
adik pasien mengatakan bahwa Risiko Prilaku Kekerasan
respon ketika pasien ngomong
sendiri dia seperti marah
marah , nada tinggi,dan mudah
tersinggung, tetapi dibiarkan
saja karena nantinya reda
sendiri.
DO : -
XV. POHON MASALAH
Gangguan Psikologis :
risiko prilaku kekerasan Effect
Core Problem
Gangguan Persepsi
Sensori (Halusinasi)
Stresor Fisik
Mahasiswa ,
(Yonica )
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
Ruang : Gopala
Nama Pasien : Ny. S
No. Register : 476758
No. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA
Dx MUNCUL TERATASI TANGAN
1. 2 januari 2024 Gangguan Persepsi Sensori : Belum teratasi
Halusinasi (3 Januari 2024)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
INTERVENSI KEPERAWATAN
( berdasarkan prioritas )
Ruang : Gopala
Tanggal : 2 januari 2024
Nama Pasien : Ny. S
No. Register : 476758
Dx TANGGA TUJUAN DAN INTERVENSI
L KRITERIA HASIL
Gangguan 02-1-2024Se Setelah diberikan 1. Tindakan keperawatan :
persepsi tindakan keperawatan - Latih klien melawan halusinasi
dengan menghardik
sensori : selama 1x24 jam - Latih klien mengabaikan
halusinasi diharapkan status halusinasi dengan bersikap cuek
(D.0085) persepsi sensori : - Latih klien mengalihkan
halusinasi membaik halusinasi dengan bercakap-
dengan kriteria hasil : cakap dan aktivitas
- Latih klien minum obat
1. Verbalisasi
mendengar
bisikan
menurun
2. Konsentrasi
membaik
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
O:
Pasien masih tampak susah
berkonsentrasi saat
intervensi dilakukan
A:
Tujuan dan kriteria hasil
No. 1 dan 2 belum tercapai
P:
Latih terus pasien
menghardik dan bercakap
cakap dengan orang sekitar