Anda di halaman 1dari 24

MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN


TEMATIK KELAS III DI SD/MI

Novitasari
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam
Negeri Kediri
sari74142@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research is to develop students' learning potential in class III
Thematic learning at SD/MI. This research is a classroom action research carried out
in one session consisting of planning, implementation, observation and consideration
with a qualitative and descriptive approach. This study aims to increase students'
interest in learning Thematic through the application of the Numbered Heads Together
(NHT) cooperative learning model. Applying and studying learning models affect
student success, it is important for teachers to understand that each student has a
different ability to understand learning material. Because, some students have the
ability to understand quickly and slowly in learning conditions. In this way, teachers
can take advantage of opportunities to help students who have difficulty understanding
learning. The Numbered Heads Together learning model is an approach developed to
involve many students in obtaining the material covered in a lesson and checking their
understanding of the lesson content. Through this learning model it is expected to be
able to increase cooperation between students to share ideas so as to get the right
answers. This learning model is designed to increase student collaboration to share
ideas. The need for character building can be carried out by integrating character
building into learning, one of which is thematic learning. The integration of character
formation into the learning process starts from planning implementation to controlling
learning.
KEYWORDS: Learning Model, Numbered Heads Together (NHT), Thematic
Learning, Learning Interest.

1
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan potensi belajar siswa
pada pembelajaran Tematik kelas III Di SD/MI. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam satu sesi yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan pertimbangan dengan pendekatan kualitatif dan deskriptif.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran
Tematik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together
(NHT). Menerapkan dan mempelajari model pembelajaran berpengaruh terhadap
keberhasilan siswa, penting bagi guru untuk memahami bahwa setiap siswa memiliki
kemampuan yang berbeda untuk memahami materi pembelajaran. Karena, beberapa
siswa memiliki kemampuan memahami secara cepat dan lambat pada kondisi belajar.
Dengan cara ini, guru dapat memanfaatkan kesempatan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan memahami pembelajaran. Model pembelajaran Numbered Heads
Together merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan banyak
siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. Melalui model pembelajaran ini diharapkan
mampu meningkatkan kerja sama antar siswa untuk berbagi gagasan sehingga
mendapatkan jawaban yang tepat. Model pembelajaran ini dirancang untuk
meningkatkan kolaborasi siswa untuk berbagi ide. Perlunya pembentukan karakter
dapat dilaksanakan dengan mengintegrasikan pembangunan karakter ke dalam
pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran Tematik. Integrasi pembentukan
karakter ke dalam proses pembelajaran dimulai dari perencanaan pelaksanaan hingga
pengendalian pembelajaran.
KATA KUNCI: Model Pembelajaran, Numbered Heads Together (NHT),
Pembelajaran Tematik, Minat Belajar.

2
PENDAHULUAN
Pengajaran merupakan Pendidikan dan Latihan, Pendidikan merupakan
persoalan penting bagi semua manusia, dan akan selalu menjadi tumpuan dan harapan
untuk mengembangkan individu dan juga masyarakat. Pendidikan adalah usaha yang
dilakukan secara sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan Latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Model
memegang peranan yang sangat penting dalam pengajaran. Oleh karena itu
penguasaan terhadap berbagai macam dan variasi Model belajar oleh guru dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif, variative, dan mampu meningkatkan
ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan kerangka kerja yang memberi gambaran
sistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu siswa belajar agar
tujuan belajarnya tercapai. Nusantara (2013) menyatakan bahwa di dalam proses
belajar mengajar memerlukan strategi yang tepat materi lebih mudah tersampaikan
dengan baik dan menarik. Strategi pembelajaran sangat menentukan kualitas hasil
belajar mengajar (Djamarah dan Zain), Peningkatan mutu pembelajaran dimulai
dengan membenahi strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran berhubungan
dengan cara mengajar yang dapat memberikan pengalaman belajar yang diperlukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Fada et al., 2014). Guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran memerlukan variasi model pembelajaran dan media
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 1
Didalam kelas suasana pembelajaran juga bisa diubah menjadi suasana yang
menyenangkan misalnya saja dengan selingan permainan, dapat dilihat masih ada
kompetisi antar siswa untuk memecahkan perkara yang terkait menggunakan topik
pembelajaran dan adanya suatu privilage, yang menuntut siswa bisa belajar pada
suasana yang menyenangkan. Sehingga siswa pada saat mengikuti pembelajaran
hanya pasif mendengarkan pengajar memberitahukan saja namun siswa akan lebih

1
Nur Jazilah, d. (2017). Journal of Biology Education 6 (1), 111.

3
aktif karena masih ada privilage yang akan diberikan sang pengajar untuk kriteria
siswa yang telah dipengaruhi sebelumnya.2
Dalam suatu proses pembelajaran terdapat suatu pendekatan pembelajaran
yang sempurna untuk seluruh topik dan seluruh situasi. Oleh karena itu pengajar
menentukan Model dan pendekatan pembelajaran apa yang wajib dipilih dan
senantiasa memperhatikan syarat siswa, sarana prasarana yang terdapat juga materi
pembelajaran apa yang akan dibahas. Begitu juga pada setiap sekolah, seluruh siswa
memiliki latar belakang sosial budaya, ekonomi, kepercayaan dan motivasi yang
sama pada setiap belajarnya, kondisi ini mengharuskan setiap pengajar tahu ciri
berdasarkan siswa atau kelas yang dihadapi apabila ingin proses pembelajarannya
mampu berhasil.
Minat belajar siswa merupakan hal yang sangat penting didalam dunia
pendidikan. Minat dapat berdampak pada tingkat motivasi dan semangat siswa untuk
belajar. Kata minat dalam konteks bahasa merujuk pada kecenderungan hati yang
kuat terhadap sesuatu, seperti gairah atau keinginan.3 Minat terjadi ketika seseorang
menilai tinggi suatu kegiatan dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
kegiatan tersebut. Ketidaktertarikan seseorang terhadap suatu kegiatan dapat
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kegiatan tersebut atau karena
kegiatan tersebut tidak memiliki nilai yang cukup bagi seseorang. Jika seseorang
memiliki pengetahuan yang cukup terhadap suatu kegiatan namun kegiatan tersebut
memiliki nilai yang rendah, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut tidak
memiliki minat pada kegiatan tersebut. Sebaliknya jika nilai suatu kegiatan tinggi
tetapi kurang diimbangi dengan pengetahuan yang memadai, maka kegiatan tersebut
hanya akanmenjadi sebuah atraksi bagi orang tersebut.4

2
Wijanarko, Y. (2017). MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK PEMBELAJARAN IPA YANG
MENYENANGKAN. JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 01 NO. 01, 53.
3
Halid, H. (2018). Profesionalisme Guru dalam Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran di Sekolah.
Deepublish, 152.
4
Febriantii, T. (2017). Pengertian Minat Belajar.

4
Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi minat siswa, diantaranya yaitu
kepercayaan diri, minat pada subjek tertentu, dukungan dari keluarga dan lingkungan
sekitar, serta kualitas pengajaran. Oleh karena itu, sebagai pendidik, sangatlah penting
untuk memperhatikan faktor-faktor tersebut dan berusaha untuk menciptakan
lingkungan belajar yang menarik dan mendukung bagi siswa.
Sementara itu, agar minat belajar siswa meningkat, guru perlu menyajikan materi
pembelajaran dengan cara yang jelas, terstruktur, dan berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Selain itu, penting juga untuk memberikan kesempatan pada siswa
agar bisa berinteraksi dengan materi dan menerapkan pengetahuan yang telah didapat
dalam situasi yang sesungguhnya.
Tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah untuk melakukan perbaikan pada
pembelajaran pada kelas III. Sedangkan penelitian dilakukan dengan memuat
beberapa aspek agar terlaksana dengan baik, yaitu perencanaan, aplikasi, observasi
dan refleksi. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan pada bentuk Penelitian
Tindakan Kelas.
Fakta dilapangan banyak siswa yang masih kesulitan dalam memahami materi
pada Pembelajaran Tematik yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan observasi dan
wawancara yang saya lakukan pada siswa kelas III menunjukkan bahwa terdapat
masalah terkait siswa yang sulit dalam bekerja sama dengan temannya. 5
Dalam hal ini pembelajaran Tematik pada Sekolah Dasar dilaksanakan
menggunakan menggunakan pendekatan keterampilan proses, dimana siswa terlibat
pribadi baik secara fisik, maupun mental menggunakan eksplorasinya. Hakikat
Tematik bisa dipahami bahwa pembelajaran Tematik disekolah hendaknya berpijak
dalam komponen tadi. Pembelajaran Tematik wajib diuntuk untuk memupuk perilaku
ilmiah disamping pula menaikkan pola berpikir logis yang sebagai landasan pada
proses ilmiah untuk membentuk produk ilmiah. Pengajar mempunyai perananan
krusial pada rangka menaikkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Tematik,

5
Doro, S. k. (2017, September 2).

5
sehingga pengajar wajib bisa menggunakan pendekatan yang sinkron menggunakan
materi kurikulum yang berlaku.
Salah satu factor keberhasilan pada pembelajaran merupakan pemilihan
pendekatan pembelajaran. Akan tetapi kenyataannya pada pembelajaran yang tidak
jarang terjadi pada saat pembelajaran adalah pengajar hanya mentransfer begitu saja
materi yang diuraikan pada siswa. Materi pembelajaran disampaikan menggunakan
cara atau Model ceramah, tanya jawab, dan tugas individu. Model tadi merupakan
cara yang paling gampang bagi pengajar jika dibandingkan menggunakan
membelajarkan siswa melalui pendekatan atau contoh pembelajaran yang inovatif.
Kondisi nyata SD kebanyakan para pengajar masih melaksanakan pembelajaran pola
lama yaitu dengan menggunakan pengajaran one man show, hal itu memuntuk siswa
tidak menjadi subyek pada pembelajaran. Begitu juga pada perencanaan
pembelajaran misalnya kesiapan silabus, planning pedagogi harian dan indera
penilaian baik sang pengajar. Ditambah lagi minimnya asal belajar dan media
pembelajaran dan indera peraga. Ini menyebabkan terjadinya pembelajaran yang
monoton, membosankan, dan melelahkan. Persoalannya bukan hanya karena
kemampuan siswa yang rendah, tetapi perlu dikaji hal yang paling penting termasuk
pemilihan dan penggunaan pendekatan pembelajaran. Dalam pembelajaran pengajar
seyogyanya membimbing siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep melalui
kreativitas sendiri,6
Setiap pembelajaran yang berlangsung, akan disampaikan untuk satu hari
efektif aktivitas belajar mengajar. Dalam membicarakan materi tadi Model
penyampaianya acap kali pengajar memakai media klasik misalnya buku, papan tulis,
juga diktat menjadi wahana pembelajaran. Model ini dirasa kurang menarik dan
masih belum bisa memaksimalkan proses pembelajaran dan tujugan secara optimal,
sebagai akibatnya menciptakan siswa malas untuk belajar dan pembelajaran pun
sebagai kurang efektif karena siswa tidak bisa mendapat materi yang disampaikan
sang pengajar. Terlebih lagi, menggunakan pembelajaran tematik dalam tahun ajaran

6
Mahmudah, L. (n.d.). PENTINGNYA PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PEMBELAJARAN IPA
DI MADRASAH. 2..

6
ini menciptakan pendidik atau pengajar mengalami kesulitan pada membicarakan
materi dikarenakan materi yang wajib disampaikan relatif banyak. Dalam dunia
pendidikan, teknologi direpresentasikan pada bentuk visual agar menunjang
pemahaman yang diarahkan pada pelajar karena gambar visual lebih gampang
ditangkap generasi belia kini. Supaya siswa bisa mendapat materi yang disampaikan
diharapkan Model penyampaian yang menarik sebagai akibatnya menciptakan siswa
gampang tahu materi yang disampaikan.
Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih
mengutamakan kepada aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model
NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan, dkk pada tahun 1993 dengan
melibatkan siswa dalam menelaah bahan yang terdapat dalam pelajaran dan
mengecek Kembali pemahamannya. Menurut Slavin (dalam Huda, 2014: 130)
menyatakan bahwa pada dasarnya NHT merupakan variasi dari diskusi kelompok.
Pertama, guru meminta siswa untuk duduk berkelompok. Masing-masing anggota
diberi nomor, setelah selesai, guru memanggil nomor (baca; anggota) untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang
akan berpresentasi selanjutnya. Panggilan secara acak ini akan memastikan semua
siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut.7
Menurut Anita Lie (2004:48) supaya pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) dapat berjalan lancar secara efektif, maka perlu ditanamkan unsur
pembelajaran yang harus diterapkan dan harus ditanamkan kepada siswa agar hasil
pembelajaran maksimal diantaranya:
1. Saling ketergantungan positif
2. Tanggung jawab perseorangan
3. Tatap muka
4. Komunikasi antar anggota

7
Ananda Putri Iskandar, L. (2018). Seminar Nasional dan Diskusi Panel Multidisiplin Hasil Penelitian &
Pengabdian kepada Masyarakat. 447.

7
5. Evaluasi proses kelompok8
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together tentunya menjadi
satu diantara beberapa alternatif yang sesuai untuk digunakan dalam belajar, karena
pada pembelajaran tipe ini menerapkan pembelajaran yang sifatnya dapat
memberikan tanggung jawab dan melibatkan siswa dalam belajar sehingga siswa
focus dan aktif dalam mempelajari materi yang diajarkan.9
Penulis menyimpulkan penelitian yang telah diambil sebagai sumber untuk
menulis artikel ini. Penelitian-penelitian itu antara lain.
Dalam penelitian Misbahul Ibad yang berjudul Eksperimentasi
Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) Dan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. Dijelaskan bahwa Model kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) memberikan prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan yang menggunakan Model kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD). Kesimpulan tersebut dapat dijadikan sebagai landasan teori untuk
mengembangkan pembelajaran matematikan khususnya pada pokok bahasan system
perdamaan linear dan kuadrat atau untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
kedua Model tersebut. Selain ini kesimpulan penelitian ini juga menunjukkan bahwa
gaya belajar siswa ternyata juga memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.10
Penelitian kedua dari Nur Jazilah, Sri Sukaesih, Nugrahaningsih Wahyu
Harini yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Berbantuan Prezi Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Saraf. Menarik
kesimpulan bahwa model penelitian Numbered Heads Together berbantuan prezi
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi system saraf. Hasil belajar siswa

8
Sadjoko, T. (n.d.). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Dan
Group Investigation Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa SMA di
Kabupaten Ngawi. 29-30.
9
Rajab, S. d. (n.d.). Penerapan Model Pembelajaran. 196.
10
Ibad, M. (n.d.). Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Metode Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) Dan Metode Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau
Dari Gaya Belajar Siswa. 80.

8
dari proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Numbered Heads
Together berbantuan prezi mengalami peningkatan dan lebih tinggi daripada Model
ceramah dan diskusi.11
Dari penelitian Fetro Dola Syamsu, Rahmiyani yang berjudul Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Materi Sifat Benda
Kelas III SD Negeri Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
Menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together
(NHT) adalah suatu Model belajar dimana setiap siswa nomor kemudian diuntuk
kelompok secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Model pembelajaran
Numbered Heads Together dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil
belajar dikelas III SD Negeri Suak Pandan.12
Dari penelitian Essy Mandasari dan Shafira Ramadhani yang berhudul
Modifikasi Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Dengan
Strategi Pembelajaran Tugas Dan Paksa. Menyimpulkan bahwa Model ini tidak
dapatt diterapkan di beberapa jenjang Pendidikan dengan bobot yang sama.
Kombinasi model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan strategi
pembelajaran tugas dan paksaharus diterapkan sesuai kondisi dan jenjang
pendidikannya. Dengan sebab tersebut, kombinasi model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) dengan strategi pembelajaran tugas dan paksa harus
dikembangkan lebih lanjut, agar menjadi suatu model pembelajaran yang tepat untuk
diterapkan disekolah.13
Penelitian Femmy Roosje Kawuwung dengan judul Pengaruh Pembelajaran
Numbered Heads Together Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Biologi Siswa
SMA Negeri 1 Wori Dikabupaten Minahasa Utara. Menyimpulkan bahwa 1) hasil

11
(Nur Jazilah, 2017, p. 117)
12
Fetro Dola Syamsu, R. (n.d.). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together
(NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Materi Sifat Benda Kelas III SD Negeri
Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. 9.
13
Ramadhani, E. M. (n.d.). Modifikasi Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Dengan
Strategi Pembelajaran Tugas Dan Paksa. 283.

9
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajaran kooperatif
NHT terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, dibandingkan
pembelajaran secara konvensional, 2) siswa bersikap komunikatif, menghargai,
toleransi, dan dapat bekerja sama, dan 3) hasil belajar untuk kemampuan berpikir
kritis meningkat terhadap siswa akademik rendah terlebih pada siswa akademik
tinggi.14
Penelitian dari Rajab, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Persamaan Lingkaran
Dikelas XI Teknik Sepeda Motor (TSM) A SMK Negeri 3 Palu. Memberikan
kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang padat
meningktkan hasil belajar siswa pada materi persamaan lingkaran di kelas XI TSM A
SMK Negeri 3 Palu yaitu dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: (1) fase
penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa, (2) fase penyajian informasi, (3) fase
pengorganisasian kelompok belajar dan penomoran, (4) fase pengajuan pertanyaan
atau masalah, (5) fase berpikir Bersama, (6) fase pemberian jawaban. 15
Penelitian Ananda Putri Iskandar dan Leonard yang berjudul Model
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Dengan Strategi Pembelajaran
Tugas Dan Paksa. Menyimpulkan bahwa dengan strategi pembelajaran tugas dan
paksa dapat memuntuk siswa lebih memperhatikan materi yang diajarkan.
Penggabungan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan
strategi pembelajaran tugas dan paksa merupakan suatu model pembelajaran yang
masih harus dikembangkan lebih lanjut, agar menjadi suatu model pembelajaran yang
tepat untuk diterapkan di sekolah. Penggabungan model NHT dengan strategi tugas
paksa ini dapat memuntuk siswa menjadi disiplin dan aktif saat pembelajaran
berlangsung. Jika tidak mengerjakan dengan tepat waktu maka dituntut untuk
mempertanggungjawabkannya dengan cara mendapatkan sanksi. Dengan hal ini

14
Kawuwung, F. R. (n.d.). Pengaruh Pembelajaran Numbered Heads Together Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Biologi Peserta Didik SMA Negeri 1 Wori Dikabupaten Minahasa Utara. 19.
15
(Rajab, p. 204)

10
diharapkan agar siswa dapat meningkatkan pemahamannya dan meningkatkan
pembelajarannya.16
Melalui beberapa penelitian terdahulu dan beberapa fakta dilapangan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT akan melibatkan siswa secara
keseluruhan guna terciptanya suatu komunikasi yang interaktif, menyenangkan, dan
menarik bagi siswa sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik dan mudah
dipahami oleh siswa. Selain itu juga, model ini dapat membantu kecakapan siswa
dalam berbicara, melalui model NHT ini siswa mau tidak mau harus maju kedepan
kelas untuk menjelaskan materi. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-
konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-
konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari
akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.17 Oleh karena itu, penulis akan
mengkaji hal tersebut melalui sebuah artikel ilmiah yang berjudul “MODEL
PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN
TEMATIK KELAS III DI SEKOLAH DASAR”

METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah pendekatan
kualitatif deskriptif. Pendekatan ini cocok digunakan dalam penelitian yang ingin
mendapatkan deskripsi terperinci tentang suatu fenomena atau kejadian. Penelitian
ini memfokuskan pada implementasi program studi club untuk meningkatkan
gerakan literasi di sekolah dasar, sehingga pendekatan kualitatif deskriptif cocok
untuk digunakan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah penelitian
tindakan kelas. Tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan

16
(Ananda Putri Iskandar, 2018, p. 11)
17
Saminanto. (2010). Ayo Praktik PTK: Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rasail Media Group.

11
kelas ini mengadopsi dari model Kemmis dan Mc.Taggart yang memperkenalkan
empat tahapan, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (reflection).

2. Kehadiran Penelitian
Peneliti sebagai instrumen utama pada penelitian ini. peneliti akan hadir
secara langsung dilapangan untuk mendapatkan data yang diperlukan pada
penelitian. Kehadiran peneliti sudah diketahui oleh subjek penelitian. Pada saat
peneliti hadir langsung, peneliti bersikap sopan dan baik agar peneliti bisa
diterima dilokasi penelitian sehingga akan terciptanya suasana yang baik dan bisa
mengumpulkan data dengan maksimal.
3. Lokasi Penelitian
Penelitan ini dilakukan di SD/MI. alasan peneliti memutuskan memilih lokasi
ini yakni:
a) Lokasi penelitian dengan domisili peneliti yang dekat.
b) Sudah ada kontak atau komunikasi antara peneliti dengan pihak lembaga
untuk memperoleh izin melakukan penelitian.
4. Sampel dan Populasi
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas III SD/MI, dengan jumlah
siswa satu kelas.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam artikel ini dilakukan dengan beberapa teknik, di
antaranya:

12
a) Observasi
Teknik pengumpulan data yang pertama adalah observasi.
Pengamatan dilakukan langsung di sekolah dasar untuk melihat bagaimana
model pembelajaran sebagai upaya untuk menumbuhkan minat belajar siswa
di sekolah dasar. Observasi dapat dilakukan dengan mengamati aktivitas
siswa saat pembelajaran, Observasi dilakukan secara langsung oleh penulis
artikel.
b) Wawancara
Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah wawancara. Wawancara
dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih dalam tentang penggunaan
model pembelajaran Number Heads Together. Wawancara dilakukan kepada
guru kelas, siswa yang mengikuti pembelajaran. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan panduan wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.
Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi tentang
keberhasilan penggunaan model pembelajaran serta faktor-faktor yang
menghambat keberhasilannya.
c) Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang ketiga adalah dokumentasi.
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi melalui
dokumen atau catatan yang terkait dengan penggunaan model pembelajaran
Number Heads Together di sekolah dasar tersebut. Dokumen atau catatan
tersebut dapat berupa laporan kegiatan, foto atau video kegiatan Data yang
diperoleh dari dokumentasi akan digunakan untuk mendukung hasil observasi
dan wawancara.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dari data tentang minat
belajar siswa melalui pengamatan secara langsung dan lembar observasi yang
terdiri dari lembar observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa. dalam
penelitian ini teknik pengumpul data yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode observasi, metode ini digunakan untuk mengamati

13
kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat diketahui
apakah proses pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas siswa.
Analisis data dari angket yang diperoleh berdasarkan tanggapan siswa
berupa skor dilakukan dengan menggunakan presentase:
Persentase = (jumlah keseluruhan jawaban/jumlah keseluruhan nilai) x
100%
Kriteria yang digunakan dalam penelitian disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Tingkat keberhasilan model pembelajaran
No Presentase (%) Kriteria
1 81-100% Sangat layak
2 61-80% Layak
3 41-60% Cukup layak
4 21-40% Kurang layak
5 <20% Sangat tidak layak
Sumber: Suharsimi Arikunto (2010:276)
Model pembelajaran dikatakan berhasil apabila telah mencapai
prosentase minimal 61% atau dalam kualitas baik.
7. Tahap-tahap Penelitian
Tahap 1 : Tahap Perencanaan
a. Identifikasi masalah
Tahapan ini merupakan tahapan menentukan masalah dari keadaan
kelas yang perlu diperbaiki. Dimulai dari pengamatan yang bersumber dari
pengalaman pribadi dan merupakan hambatan bagi guru dalam
melaksanakan tugas mengajar sehari-hari. Kegiatan ini dilakukan dengan
mngamati aktivitas siswa belajar dan memeriksa hasil pekerjaan siswa.
Pada tahap ini peneliti menemukan beberapa masalah yaitu:
1. Kurang adanya minat belajar siswa kelas 3 SD pada pembelajaran
tematik didalam kelas.
2. Pada saat pembelajaran kebanyakan siswa menjadi pasif didalam kelas
dan lebih memilih untuk mendengarkan guru dalam menjelaskan.

14
3. Siswa cenderung malas untuk berfikir dan menjawab pada saat guru
meminta siswa mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Merumuskan masalah
Langkah selanjutnya setelah mengidentifikasi masalah adalah
menentukan dan memilih masalah yang diprioritaskan dibandingkan
dengan beberapa masalah yang ditemukan selama proses identifikasi
masalah. Setelah menemukan masalah yang dianggap prioritas, masalah
tersebut kemudian digali untuk mencari penyebabnya.
Masalah utama yang dipilih peneliti untuk dipecahkan adalah
Kurang adanya minat belajar siswa kelas 3 SD pada pembelajaran didalam
kelas. Masalah ini lebih prioritas dibanding yang lain karena pada saat ini
banyak sekali siswa yang tidak menunjukkan adanya minat belajar pada
dirinya sehingga dalam pembelajaran terkesan monoton. Penyebab dari
masalah ini didasari karena suasana pembelajaran yang dirasa kurang
adanya kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan kemampuannya dan
siswa pun kurang terfasilitasi dalam pembelajaran.
c. Pemecahan masalah
Peneliti kemudian mengkaji beberapa teori terkait permasalahan
yang ditentukan dan beberapa teori tentang alternatif penyelesaian masalah
tersebut seperti teori tentang model, strategi, metode, media pembelajaran
dan lain-lain. Alternatif penyelesaian yang peneliti tentukan untuk masalah
tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran Number Heads
Together.
Penyelesaian dengan cara ini dipilih karena model pembelajaran
Number Heads Together dirasa tepat untuk mengajarkan para siswa
menemukan secara mandiri tentang pengetahuan yang disampaikan dan
memberikan ruang tersendiri bagi siswa untuk belajar.
Tahap 2: Pelaksanaan
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas berlangsung dalam dua siklus.
Setiap siklus dilakukan kegiatan sebagai berikut:

15
a. Memuntuk perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP
b. Menyiapkan media dan alat yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran
c. Menyusun instrument tes berupa rubrik observasi kegiatan untuk siswa
d. Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah diuntuk
Tahap 3: Pengamatan
Kegiatan pengamatan merupakan tahap pengumpulan data. Dalam
penelitian ini data yang diperlukan berupa hasil terhadap pembelajaran yang
sedang berlangsung untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, kreativitas siswa,
serta untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
mengimplementasikan pembelajaran yang dilaksanakan saat implementasi
pembelajaran berlangsung. Data tersebut diperoleh melalui observasi,
wawancara, rubrik, catatan-catatan lain yang relevan.
Tahap 4: Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji atau menganalisis secara
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul,
dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang
berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian
terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian menunjukkan bahwa saya menggunakan penelitian yang
berfokus pada aspek kognitif, afektif, dan psikologis siswa, yaitu kerja lapangan.
Kerja lapangan adalah Model pengumpulan data kualitatif. Peneliti datang ke sekolah
untuk mengamati dan berpartisipasi dalam situasi tersebut. Jenis penelitian lapangan
ini termasuk penelitian kualitatif.
Berdasarkan kinerja penelitian kualitatif, pengumpulan data yang digunakan
menurut Moleong, data diperoleh dari observasi dan praktek. Maka dalam hal ini
penulis melakukan observasi langsung kelas III terhadap kinerja siswa oleh guru, dan

16
penulis melakukan latihan dengan beberapa siswa pada mata pelajaran Tematik.
Model pembelajarannya Number Heads Together.
Pada Pembelajaran Tematik ini dilakukan dalam obyek pembelajaran yang
telah tersedia atau mengikuti pengajar dalam memberikan pembelajaran hanya saja
saya mencoba untuk mengimprovisasinya dan pengamatan dalam suatu tanda-tanda
atau perubahan yang ada di sekitar kelas, serta yang ada di dalam buku pembelajaran.
Pembelajaran yang sudah lakukan dalam kelas eksperimen menaruh dampak
terhadap minat belajar siswa. Upaya untuk mengukur pengaruhnya, sebelum
memberikan perlakuan maka menaruh pretest dalam kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk mengukur keadaan awal kelas agar diperoleh data data siswa yang
dikategorikan mampu, minat, ataupun tanggap dalam mengikuti pembelajaran
Tematik di kelas.
Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa penerapan model pembelajaran
Number Heads Together berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keefektifan
penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Number Heads
Together dapat dilihat dengan menggunakan tes, pada bagian ini siswa berpikir
meluas untuk menggabungkan beberapa ide terkait pemahaman konsep materi
pembelajaran.
Tetapi aspek keaslian kelas memperlihatkan hasil yang paling rendah, hal ini
dikarenakan kebiasaan siswa dalam pembelajaran yang masih berpatokan dengan
guru, menurut hal itu mengakibatkan kemampuan kreativitas siswa dalam proses
menaruh konklusi hasil percobaan membangun siswa kesulitan karena belum terbiasa
memakai pembelajaran yang melakukan percobaan dan menyimpulkan hasil
pembelajaran sendiri. Pedoman siswa yang dalam pembelajaran ini merupakan dari
guru karena Model yang digunakan dalam sekolah tersebut yang masih konvensional
(ceramah), hal itu bisa Mengganggu siswa ketika akan memunculkan aspek
kreativitasnya terutama keaslian pada berpikir. Meskipun peningatan kreativitas
siswa pada kelas kontrol pula lebih rendah, tetapi pada kelas kontrol mengalami
peningkatan kreativitas dari sebelum dan sesudah pembelajaran.

17
Melalui pembelajaran Tematik yang diterapkan di kelas eksperimen dapat
meningkatkan minat belajar siswa. Tes berkaitan dengan kemampuan meneliti,
sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari akan terpecahkan, dan proses belajar siswa untuk
memecahkan masalah yang disajikan dapat dilakukan dengan mudah. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Tematik dengan model pembelajaran
Number Heads Together sepanjang pembelajaran dapat meningkatkan kinerja siswa
dalam memecahkan suatu masalah atau masalah yang disajikan.
Dari data tersebut, sebagian besar siswa mampu mengikuti Model one man's
learning. Menurut pengamatan saya, siswa yang mencoba disuguhi Model
pembelajaran lain cenderung tidak terarah, mereka akan saling menyalahkan
temannya jika tidak sepaham dengan teman sebayanya, sehingga Pentingnya
penerapan model pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan yang
diharapkan siswa. untuk dapat berkolaborasi tidak hanya di Tematik tetapi juga di
mata pelajaran lain, bahkan di masa depan, sehingga siswa dapat mengembangkan
jiwa sosialnya. Peran moderator guru harus didukung oleh sejumlah keterampilan,
antara lain kemampuan mengajukan pertanyaan, kemampuan mengatur siswa,
kemampuan memimpin pertanyaan dan diskusi, dan kemampuan memberikan umpan
balik. Kemampuan ini perlu ditingkatkan lebih lanjut karena kebiasaan guru lama
menjadi orang yang lebih banyak menyajikan fakta/masalah disiplin yang tidak dapat
dieksplorasi oleh siswa.
Peran pengajar menjadi fasilitator perlu didukung sang sejumlah kemampuan
diantaranya kemampuan bertanya, kemampuan pada mengorganisasikan siswa,
kemampuan memandu penyelidikan dan diskusi, dan kemampuan pada menaruh
umpan balik. Kemampuan-kemampuan tadi wajib lebih ditingkatkan mengingat
kebiasaan pengajar sebelumnya yang lebih berperan menjadi penyaji fakta/materi
pelajaran yang menjadikan siswa tidak melakukan eksplorasi.
Pembelajaran Tematik diarahkan dalam inkuiri dan beruntuk sebagai
akibatnya bisa membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih bermakna.

18
Uraian pada atas secara tegas menyatakan pentingnya penerapan pembelajaran
Tematik.18
Selama ini kita merancang dan melaksanakan pembelajaran Tematik sesuai
apa yang kita pahami, didukung pengalaman dan pengembangan dalam sekolah
tentunya. Persoalannya merupakan, apakah yang telah kita rancang dan laksanakan
itu sesuai memakai hakekat pembelajaran Tematik yang ideal? Pengamatan dalam
sekolah dan hasil sharing memakai mahasiswa calon guru yang telah melaksanakan
praktik dalam sekolah memberitahuakan kecenderungan terdapatnya guru-guru yang
membelajarkan siswanya memakai taktik/Model yang kurang representatif dan
mendukung pemenuhan kebutuhan keilmuan Tematik. Penyampaian kabar yang sarat
dan lebih banyak didominasi satu arah dari guru memakai ceramah, sedikitnya
kesempatan dan ruang bagi siswa untuk berinteraksi memakai objek dan duduk
perkara dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, LKS yang
berfungsi optimal selain hanya untuk latihan soal-soal, adalah gambaran umum
proses pembelajaran Tematik yang masih ada dalam sekolah. Belum lagi memakai
tuntutan merampungkan bahan ajar, memaksa guru untuk semakin
mengenyampingkan proses pembelajaran Tematik yang ideal. Pencapaian hasil
belajar siswa pun menjadi terbatas pada aspek pengetahuan (kognitif) saja, tetapi
belum mengalami pengembangan aspek sensori-motorik, psikososial (afektif), dan
nilai-nilai (values).19
Tidak hanya contoh-contoh pembelajaran juga pendekatan – pendekatan
diatas saja yang sanggup diterapkan didalam kelas model lainnya merupakan
pendekatan keterampilan proses. Menurut Pendekatan keterampilan proses dapat
dikatakan pendekatan belajar yang memuntuk keterampilan memproseskan
perolehan, anak akan sanggup menemukan dan mengembangkan sendiri fakta atau
informasi dan konsep, selain itu menumbuhkan dan mengembangkan perilaku dan
nilai yang diharapkan. Pendekatan keterampilan proses mempunyai tujuan supaya

18
Subiantoro, A. W. (n.d.). PENTINGNYA PRAKTIKUM DALAM PEMBELAJARAN IPA. 5.
19
(Subiantoro, p. 1)

19
siswa pada memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan perilaku, dan
menerapkan pada kehidupan sehari-hari dan bisa menumbuhkan dan
mengembangkan perilaku dan nilai yang diharapkan.20
Dari uraian yang dijelaskan diatas sebenarnya tidak hanya contoh
pembelajaran dan pendekatan saja yang krusial bagi terciptanya pembelajaran yang
optimal akan tetapi kurikulum dan pembelajaran Tematik yang berlaku pada sekolah-
sekolah wajib terus dikaji dan dikembangkan sehingga membentuk kurikulum dan
contoh pembelajaran yang sinkron menggunakan tuntutan perkembangan zaman dan
bisa dengan mudah dipahami oleh siswa maupun bagi pengajar juga.
Berdasarkan data penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan pembelajaran Tematik tidak hanya berfungsi
untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga menjadi sarana
pengembangan pribadi berdasarkan latar belakang sosial dan budaya. Kegiatan
berekspresi, berkreasi dan mengevaluasi memiliki makna dalam kehidupan sehari-
hari tidak hanya dalam bentuk pengetahuan (design) dan keterampilan (expression),
tetapi juga memiliki makna mendalam dalam bentuk sikap (evaluate).
Penerapan model pembelajaran Number Heads Together berpengaruh positif
karena siswa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Mulai dari melihat dan
mengamati guru memberikan contoh cara mengerjakan sampai siswa mempraktekkan
mengerjakan pekerjaan yang sama seperti yang guru ajarkan. Namun tentunya ada
juga bantuan dan arahan dari guru agar pekerjaan siswa terlaksana sesuai dengan yang
direncanakan.
Selain semua aspek yang telah diuraikan di atas, baik bagi pembelajaran
maupun bagi guru, ternyata siswa juga memiliki peran penting, yang dapat dilihat
melalui ciri-ciri yang harus dimiliki siswa, antara lain:
a. Pendidikan karakter, dalam dalam hal mana siswa harus mengutamakan
kejujuran, pengaturan diri dan tanggung jawab siswa sebagai pembelajar, siswa

20
Acesta, A. (n.d.). PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN. PGSD FKIP Universitas Kuningan, 98.

20
harus terlebih dahulu menerima pendidikan pribadi cara untuk membentuk
perbedaan siswa dalam magang.
b. Berkomunikasi, berkomunikasi secara efektif baik lisan maupun tulisan,
komunikasi juga penting dalam pembelajaran agar siswa dapat menyampaikan
dan menyerap gagasan dengan jelas, tanpa salah paham.
c. Berpikir kritis dan pemecahan masalah, bersama dengan berpikir kritis untuk
desain dan manajemen proyek, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan
yang efektif sangat penting bagi siswa dan ini adalah tujuan, harapan dari suatu
kegiatan pembelajaran.

KESIMPULAN
Dari penelitian yang saya lakukan diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan kerangka kerja yang memberikan gambaran secara
sistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar siswa dapat mencapai tujuannya.
Peningkatan pada mutu pembelajaran dimulai dengan pembenahan model
pembelajaran karena model pembelajaran berhubungan dengan cara mengajar yang
memberikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.
Pada penelitian ini saya lebih ingin menampakan minat belajar siswa yang
merupakan karakter positif yang harus terdapat pada pembelajaran Tematik, hal ini
perlu dikembangkan menggunakan kebutuhan berkembangnya perilaku kreatif ilmiah
siswa pada menghadapi arus global yang telah maju.
Pada Pembelajaran Tematik ini dilakukan dalam obyek pembelajaran yang
telah tersedia atau mengikuti pengajar dalam memberikan pembelajaran hanya saja
saya mencoba untuk mengimprovisasinya dan pengamatan dalam suatu tanda-tanda
atau perubahan yang ada di sekitar kelas, serta yang ada di dalam buku pembelajaran.
Dari situ dapat dilihat siswa cenderung sudah tidak muncul rasa penasaran terhadap
hal-hal yang ada pada orang lain juga, mereka cenderung terlihat nyaman dengan
model pembelajaran one man show yang menurut saya yaitu kurang efektif terhadap
pembelajaran Tematik di kelas tersebut.

21
Dari observasi ini saya mengharapkan bahwa pembelajaran Tematik bisa
digunakan sebagai sarana bagi siswa untuk prospek pengembangan lebih lanjut pada
penerapannya pada kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui pemecahan perkara
yang bisa diidentifikasikan, tentunya hal itu akan sulit mereka lakukan jika secara
individu dan membutuhkan teman untuk bertukar pendapat mengenai apa yang
mereka temukan atau mereka teliti.

22
REFERENSI

Acesta, A. (n.d.). PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES


SAINS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN. PGSD FKIP Universitas Kuningan.
Ananda Putri Iskandar, L. (2018). Seminar Nasional dan Diskusi Panel Multidisiplin
Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat.
Doro, S. k. (2017, September 2).
Febriantii, T. (2017). Pengertian Minat Belajar.
Fetro Dola Syamsu, R. (n.d.). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered
Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata
Pelajaran IPA Materi Sifat Benda Kelas III SD Negeri Suak Pandan Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
Halid, H. (2018). Profesionalisme Guru dalam Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran di
Sekolah. Deepublish.
Ibad, M. (n.d.). Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Metode Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dan Metode Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa.
Kawuwung, F. R. (n.d.). Pengaruh Pembelajaran Numbered Heads Together Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Biologi Siswa SMA Negeri 1 Wori Dikabupaten
Minahasa Utara.
Mahmudah, L. (n.d.). PENTINGNYA PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
PADA PEMBELAJARAN IPA DI MADRASAH.
Nur Jazilah, d. (2017). Journal of Biology Education 6 (1).
Rajab, S. d. (n.d.). Penerapan Model Pembelajaran.
Ramadhani, E. M. (n.d.). Modifikasi Model Pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) Dengan Strategi Pembelajaran Tugas Dan Paksa.
Sadjoko, T. (n.d.). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together Dan Group Investigation Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau
Dari Motivasi Berprestasi Siswa SMA di Kabupaten Ngawi.

23
Saminanto. (2010). Ayo Praktik PTK: Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rasail
Media Group.
Subiantoro, A. W. (n.d.). PENTINGNYA PRAKTIKUM DALAM
PEMBELAJARAN IPA.
Wijanarko, Y. (2017). MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK
PEMBELAJARAN IPA YANG MENYENANGKAN. JURNAL TAMAN
CENDEKIA VOL. 01 NO. 01.

24

Anda mungkin juga menyukai