Anda di halaman 1dari 19

KAWASAN LINDUNG

KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM

Disusun Oleh :

AHLAN SURUR

2020520015

Tenaga Pengajar : Pamela Dinar Rahma, ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
2024
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakan............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………..……………….….1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Kawasan Rawan Bencana.........................................................................3
2.1.1 Peran Kawasan Lindung dalam Mengurangi Risiko Bencana...........3
2.1.2 Dampak Alih Fungsi Kawasan Lindung terhadap Risiko Bencana...4
2.1.3 Upaya Mitigasi Bencana....................................................................5
2.2 Jenis – Jenis Kawasan Rawan Bencana....................................................6
2.2.1 Kawasan Rawan Bencana Geologi....................................................6
2.2.2 Kawasan Rawan Bencana Meteorologi.............................................7
2.2.3 Kawasan Rawan Bencana Ekstra-Terestrial......................................7
2.3 Undang-Undang Yang Mengatur tentang kawasan Lindung (Kawasan
Rawan Bencana Alam).........................................................................................7
2.3.1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang....7
2.3.2 Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung.............................................................................................8
BAB III....................................................................................................................9
STUDI KASUS........................................................................................................9
3.1 Studi Kasus Kawasan Rawan Banjir di Jakarta.........................................9
Gambar 1................................................................................................................11
Gambar 2................................................................................................................11
Gambar 3................................................................................................................12
Gambar 4................................................................................................................12
Gambar 5................................................................................................................13
Gambar 6................................................................................................................13
Gambar 7................................................................................................................14
Gambar 8................................................................................................................14
BAB IV..................................................................................................................15
KESIMPULAN......................................................................................................15
DATAR PUSTAKA..............................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan


bencana yang tinggi. Ini disebabkan oleh letak geografis Indonesia yang berada di
pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng
Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga lempeng ini menghasilkan banyak
gunung berapi aktif dan patahan gempa di Indonesia. Selain itu, karena Indonesia
adalah negara maritim dengan lautan yang luas mengelilinginya, risiko terhadap
bencana tsunami juga sangat tinggi.

Wilayah rawan bencana dapat memberikan dampak negatif bagi


kehidupan masyarakat baik secara fisik maupun non-fisik. Dari segi fisik, bencana
dapat menyebabkan hilangnya nyawa manusia, kerugian materi, dan kerusakan
lingkungan. Dari segi non-fisiknya, bencana dapat menimbulkan trauma
psikologis, gangguan sosial, dan penurunan ekonomi.

Untuk mengurangi risiko bencana, perlu dilakukan upaya mitigasi


bencana, yaitu upaya untuk mengurangi risiko bencana sebelum terjadi. Upaya
mitigasi bencana dapat dilakukan melalui berbagai caras eperti pemetaan kawasan
rawan bencana, pemeliharaan kawasan lindung, penataan ruang, dan peningkatan
kesiapsiagaan masyarakak

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko bencana di


kawasan rawan bencana?
1.3 Tujuan

Tujuan dari rumusan masalah yang dipaparkan di atas adalah untuk :

1. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko


bencana di kawasan rawan bencana.
2. Mengetahui peran kawasan lindung dalam mengurangi risiko bencana.
3. Mengetahui dampak alih fungsi kawasan lindung terhadap risiko
bencana.
4. Mengetahui upaya penataan ruang yang tepat untuk mengurangi risiko
bencana.
5. Mengetahui cara meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi
benc
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana adalah wilayah yang memiliki risiko tinggi


terjadi bencana alam, seperti banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, dan
sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerawanannya antara lain:

 Kondisi geografis
Kelerengan tanah, jenis tanah, keberadaan sungai atau laut, jarak
dengan gunung berapi atau sesar gempa.
 Penggunaan lahan
Alih fungsi kawasan lindung menjadi pemukiman atau area
pertanian bisa meningkatkan risiko bencana.
 Faktor iklim
Curah hujan tinggi, perubahan iklim, dan aktivitas cuaca ekstrem
juga berpengaruh

2.1.1 Peran Kawasan Lindung dalam Mengurangi Risiko Bencana

Kawasan lindung adalah area yang dilindungi karena memiliki peran


penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsinya beragam, yaitu :
Penyangga kehidupan, Penghambat bencana alam, dan Menjaga
keanekaragaman hayati.

6
Kawasan lindung berperan penting dalam mengurangi risiko bencana
alam karena memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Menstabilkan tanah
Vegetasi di kawasan lindung membantu menahan tanah agar tidak
longsor. Akar-akar pepohonan juga membantu meresap air hujan
sehingga mengurangi risiko banjir.
2. Mencegah erosi
Vegetasi di kawasan lindung membantu menahan tanah agar tidak
tergerus oleh air hujan.
3. Menjaga tata air
Kawasan lindung membantu menjaga tata air dengan menyerap air
hujan dan mengatur alirannya. Hal ini dapat mengurangi risiko
banjir dan kekeringan.
4. Mengurangi intensitas angin
Kawasan lindung dapat mengurangi intensitas angin dengan
berfungsi sebagai benteng alami.
5. Menjadi habitat alami
Kawasan lindung menjadi habitat alami bagi berbagai flora dan
fauna. Flora dan fauna tersebut dapat membantu menjaga
keseimbangan lingkungan dan mengurangi risiko bencana.

2.1.2 Dampak Alih Fungsi Kawasan Lindung terhadap Risiko Bencana

Alih fungsi kawasan lindung menjadi pemukiman atau area pertanian


dapat meningkatkan risiko bencana alam. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya fungsi kawasan lindung dalam menjaga keseimbangan
lingkungan.

7
Berikut adalah beberapa dampak alih fungsi kawasan lindung terhadap
risiko bencana :

 Risiko banjir meningkat


Alih fungsi kawasan lindung menjadi pemukiman atau area pertanian
dapat mengurangi kemampuan tanah dalam menyerap air hujan. Hal
ini dapat meningkatkan risiko banjir.
 Risiko longsor meningkat
Alih fungsi kawasan lindung menjadi pemukiman atau area pertanian
dapat mengurangi kemampuan tanah dalam menahan air dan erosi. Hal
ini dapat meningkatkan risiko longsor.
 Risiko angin kencang meningkat
Alih fungsi kawasan lindung menjadi pemukiman atau area pertanian
dapat mengurangi kemampuan kawasan dalam menahan angin
kencang. Hal ini dapat meningkatkan risiko kerusakan akibat angin
kencang.

2.1.3 Upaya Mitigasi Bencana

Upaya mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana


sebelum terjadi. Upaya mitigasi bencana dapat dilakukan melalui berbagai
cara, antara lain :

 Pemetaan kawasan rawan bencana


Pemetaan kawasan rawan bencana dilakukan untuk mengetahui
wilayah-wilayah yang memiliki risiko tinggi terjadi bencana.
 Pemeliharaan kawasan lindung
Kawasan lindung memiliki peran penting dalam mengurangi risiko
bencana. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeliharaan kawasan
lindung untuk menjaga fungsinya.

8
 Penataan ruang
Penataan ruang yang baik dapat mengurangi risiko bencana dengan
menempatkan kegiatan-kegiatan yang berisiko tinggi di wilayah yang
aman.
 Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat
Masyarakat perlu ditingkatkan kesiapsiagaannya menghadapi bencana
dengan melakukan simulasi dan pelatihan.

Dengan upaya mitigasi bencana yang tepat, diharapkan dapat


mengurangi risiko bencana dan melindungi masyarakat dari dampak
negatif bencana.

2.2 Jenis – Jenis Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana adalah wilayah yang memiliki kerentanan tinggi


terhadap terjadinya bencana alam. Kerentanan ini bisa disebabkan oleh faktor-
faktor seperti kondisi geografis, geologis, iklim, atau bahkan aktivitas manusia.

2.2.1 Kawasan Rawan Bencana Geologi

 Kawasan rawan gempa bumi, biasanya berada di sekitar lempeng


tektonik atau patahan aktif. Contohnya adalah wilayah Sumatera, Jawa,
dan Nusa Tenggara. (Gambar 1)
 Kawasan rawan gunung meletus, biasanya berada di sekitar gunung api
aktif. Contohnya adalah Gunung Merapi, Semeru, dan Krakatau.
(Gambar 2)
 Kawasan rawan tsunami, biasanya berada di sepanjang pantai atau
dekat dengan lempeng tektonik. Contohnya adalah Aceh, Bengkulu,
dan Lampung. (Gambar 3)
 Kawasan rawan gerakan tanah, biasanya berada di daerah perbukitan
atau lereng yang curam. Contohnya adalah Sukabumi, Garut, dan
Banjarnegara. (Gambar 4)

9
2.2.2 Kawasan Rawan Bencana Meteorologi

 Kawasan rawan banjir: biasanya berada di daerah aliran sungai,


dataran rendah, atau wilayah dengan curah hujan tinggi. Contohnya
adalah Jakarta, Semarang, dan Surabaya. (Gambar 5)
 Kawasan rawan kekeringan, biasanya berada di daerah dengan curah
hujan rendah atau dengan pengelolaan air yang buruk. Contohnya
adalah Nusa Tenggara Timur, sebagian Jawa Timur, dan sebagian
Sulawesi Selatan. (Gambar 6)
 Kawasan rawan badai tropis, biasanya berada di wilayah pesisir atau
dekat dengan laut. Contohnya adalah sebagian besar wilayah Indonesia
bagian timur dan selatan. (Gambar 7)
 Kawasan rawan kebakaran hutan, biasanya berada di daerah dengan
hutan yang kering atau dengan aktivitas manusia yang tidak
bertanggung jawab. Contohnya adalah Sumatera dan Kalimantan.
(Gambar 8)

2.2.3 Kawasan Rawan Bencana Ekstra-Terestrial

 Kawasan rawan dampak jatuhnya meteor: walaupun jarang terjadi,


namun kawasan manapun berpotensi terkena dampak jatuhnya meteor.
 Kawasan rawan peningkatan aktivitas matahari: dapat memicu
gangguan pada jaringan listrik dan komunikasi.

2.3 Undang-Undang Yang Mengatur tentang kawasan Lindung (Kawasan


Rawan Bencana Alam)

2.3.1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Dalam Undang-Undang ini, kawasan lindung didefinisikan sebagai


wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan lindung meliputi kawasan hutan, kawasan cagar alam, kawasan suaka
margasatwa, kawasan pelestarian alam, kawasan perlindungan setempat,
kawasan lindung geologi, kawasan lindung air, kawasan lindung pantai dan
pulau-pulau kecil, serta kawasan lindung budaya.

Kawasan rawan bencana alam merupakan salah satu jenis kawasan


lindung. Pasal 33 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa
kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan
berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi,
gempa bumi, dan tanah longsor

10
2.3.2 Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung

Keputusan Presiden ini mengatur lebih lanjut tentang pengelolaan


kawasan lindung, termasuk kawasan rawan bencana alam. Pasal 32 Keputusan
Presiden Nomor 32 Tahun 1990 menyebutkan bahwa perlindungan terhadap
kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk melindungi manusia dan
kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak
langsung oleh perbuatan manusia.

Dalam hal ini, perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam


dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain:

 Penyusunan rencana pengelolaan kawasan rawan bencana alam


 Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana alam
 Pemantauan kondisi kawasan rawan bencana alam
 Penanggulangan bencana alam di kawasan rawan bencana alam

Selain kedua undang-undang tersebut, terdapat juga peraturan


perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang kawasan lindung
kawasan rawan bencana alam, antara lain:

 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Nasional
 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang
Penanggulangan Bencana
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.32/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2016 tentang Pedoman
Pemantauan Kawasan Lindung
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.33/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2016 tentang Pedoman
Penanggulangan Bencana di Kawasan Lindung.

11
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Studi Kasus Kawasan Rawan Banjir di Jakarta

Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terhadap bencana
banjir. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

1. Kondisi geografis

Jakarta terletak di pesisir pantai dan dikelilingi oleh sungai-sungai besar,


seperti Sungai Ciliwung, Sungai Bekasi, dan Sungai Cisadane. Kondisi ini
membuat Jakarta rentan terhadap banjir akibat limpasan air hujan, pasang air
laut, dan luapan sungai.

2. Penggunaan lahan

Alih fungsi lahan menjadi pemukiman dan industri telah mengurangi ruang
terbuka hijau di Jakarta. Padahal, ruang terbuka hijau berperan penting dalam
menyerap air hujan dan mengurangi risiko banjir.

12
3. Faktor iklim

Jakarta memiliki curah hujan yang tinggi, terutama pada musim hujan.
Curah hujan yang tinggi ini dapat meningkatkan risiko banjir.

Banjir yang terjadi di Jakarta dapat menimbulkan dampak negatif yang


signifikan, baik secara fisik maupun non-fisik. Secara fisik, banjir dapat
menimbulkan korban jiwa, kerugian material, dan kerusakan infrastruktur. Secara
non-fisik, banjir dapat menimbulkan gangguan sosial dan ekonomi.

Untuk mengurangi risiko banjir di Jakar. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta


telah melakukan berbagai upaya mitigasi bencana untuk mengurangi risiko banjir
di Jakarta. Upaya-upaya tersebut antara lain :

 Pemetaan kawasan rawan banjir : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta


telah melakukan pemetaan kawasan rawan banjir dengan
menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (GIS).
 Pemeliharaan kawasan lindung : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
telah melakukan pemeliharaan kawasan lindung dengan menanam
pohon dan melakukan konservasi.
 Penataan ruang : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan
penataan ruang dengan menetapkan zonasi kawasan rawan banjir.
 Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat : Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta telah melakukan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dengan
melakukan sosialisasi dan pelatihan.

Upaya-upaya mitigasi bencana yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi


DKI Jakarta telah menunjukkan hasil yang positif. Namun, upaya tersebut masih
perlu ditingkatkan untuk mengurangi risiko banjir di Jakarta secara signifikan.

13
Gambar 1

Kawasan rawan gempa bumi Indonesia

Gambar 2

Kawasan rawan gunung meletus Indones


Gambar 3

14
Kawasan rawan tsunami Indonesia

Gambar 4

Kawasan rawan gerakan tanah Indone

Gambar 5

15
Kawasan rawan banjir Indonesia

Gambar 6

Kawasan rawan kekeringan Indonesia

Gambar 7

16
Kawasan rawan badai tropis Indonesia

Gambar 8

Kawasan rawan kebakaran hutan Indonesia

BAB IV

17
KESIMPULAN

Kawasan rawan bencana adalah wilayah yang memiliki risiko tinggi terjadi
bencana alam. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerawanannya antara lain
kondisi geografis, penggunaan lahan, dan faktor iklim. Kawasan lindung memiliki
peran penting dalam mengurangi risiko bencana alam. Alih fungsi kawasan
lindung menjadi pemukiman atau area pertanian dapat meningkatkan risiko
bencana. Upaya mitigasi bencana dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara
lain pemetaan kawasan rawan bencana, pemeliharaan kawasan lindung, penataan
ruang, dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat.

DATAR PUSTAKA

18
https://www.bmkg.go.id/berita/?p=bibit-siklon-90s-tumbuh-menjadi-siklon-
tropis-paddy-bgini-dampaknya-di-wilayah-indonesia&lang=ID&tag=press-release

https://www.lintasatjeh.com/2022/03/blog-post_59.html

https://www.sijogja.com/news/pr-1841521264/gempa-sesar-telomoyo-getarkan-
ambarawa-jawa-tengah-ini-aktivitas-merapi

https://www.nusabali.com/berita/153209/cuaca-ekstrem-aktivitas-desa-wisata-tak-
terpengaruh

https://www.slideshare.net/afifahdhaniyah/kondisi-geografis-indonesia

https://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2017/05/23/1-peran-hutan-rakyat-dalam-
penataan-penggunaan-lahan/

https://indonesiabaik.id/infografis/mengenal-perubahan-iklim-faktor-dan-
dampaknya

https://bencanapedia.id/Daerah_Rawan_Bencana

https://www.pta-jakarta.go.id/tentang-pengadilan/wilayah-yuridiksi

19

Anda mungkin juga menyukai