Anda di halaman 1dari 9

Materi National

Case Energy
Distribution Festival

Collaboration With
Pusat Studi Energi UGM

CASE
DISTRIBUTION
YOUTH
ENERGY
National Energy Festival

CONGRESS
Materi National
Case Energy
Distribution Festival

Daftar
Isi
1 Cover Materi

2 Daftar Isi

3 Konteks

6 Challenge

8 Komponen Proposal

9 Our Sponsors

2
KONTEKS
Pemanfaatan energi dipahami sebagai suatu layanan, di mana
energi berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Hal
ini mencakup sektor produktif, transportasi, bisnis, dan lain
sebagainya. Pada tahun 2002, dalam World Summit on
Sustainable Development yang diselenggarakan oleh PBB, sektor
energi diakui sebagai syarat utama untuk mengatasi kemiskinan.
Pertemuan tersebut menyoroti peran energi sebagai pendorong
peningkatan produktivitas usaha, menciptakan lapangan kerja,
sumber pendapatan baru, dan peningkatan kualitas hidup,
terutama bagi ibu dan anak-anak. Hingga saat ini, isu
pemanfaatan energi dalam konteks mengurangi kemiskinan tetap
relevan, termasuk di Indonesia.

Dengan kata lain, sektor energi memiliki peran penting dalam


pembangunan untuk mencapai kesejahteraan, dan negara
bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaannya.
Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjukkan
komitmen negara dalam menjamin pemenuhan kebutuhan
masyarakat terhadap energi. Pada konteks ketenagalistrikan, PT
PLN (Persero) menjadi pelaku utama dalam produksi dan
distribusi energi nasional, serta menjadi satu-satunya badan
usaha yang diberi izin untuk mendistribusikan dan menjual listrik
ke masyarakat.

Mulai tahun 2014 melalui Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang


tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia
Nomor 79 tahun 2014 (PP RI No. 79/2014),

3
KONTEKS
Indonesia memiliki tujuan berupa kemandirian energi dan
ketahanan energi yang dicapai dengan mewujudkan 8 hal, yang
empat diantaranya adalah 1) pengelolaan sumber daya energi
secara optimal, terpadu, dan berkelanjutan, 2) akses untuk
masyarakat terhadap energi secara adil dan merata, 3)
terciptanya lapangan kerja, serta 4) terjaganya fungsi lingkungan
hidup. Secara spesifik, PP RI No. 79/2014 juga menargetkan
beberapa hal penting seperti tercapainya rasio elektrifikasi
sebesar 85% pada tahun 2015 dan mendekati 100% pada tahun
2020 serta peran energi baru dan terbarukan dalam bauran
energi primer yang mencapai 23% pada 2025 dan 31% pada
2050 (Pemerintah Republik Indonesia, 2014).

Berdasarkan data di lapangan yang dihimpun dalam Laporan


Statistik PLN (2022), rasio elektrifikasi nasional pada akhir tahun
2022 baru mencapai 97,63%. Hal ini dapat dimaknai bahwa
masih ada sekitar 2,37% rumah tangga yang belum pernah
menikmati listrik dari PLN. Sementara ditinjau dari sumber
energinya, pemenuhan listrik nasional masih dikuasai oleh batu
bara (59,20%), gas alam (22,30%), energi terbarukan (12,32%),
dan bahan bakar minyak, termasuk minyak berbasis bio (6,18%)
(Kementerian ESDM RI, 2018).

4
KONTEKS
Potensi Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Kondisi & Potensi
Indonesia sebagai salah satu negara tropis yang mana
mendapatkan kebutuhan sinar matahari sepanjang tahun
merupakan sebuah potensi yang cukup besar untuk
pengembangan dan pengelolaan energi terbarukan khususnya
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Berdasarkan data
Kementerian ESDM (2012), potensi energi surya di Indonesia
sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan
112.000 GWp.
Kesiapan
Indonesia sendiri dalam memulai pengembangannya dinilai
cukup lambat disebabkan project financing di Indonesia
tergolong mahal. Sesuai dengan data KESDM (2012), walaupun
dengan potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni
sekitar 4,8 KWh/m2 atau setara dengan 112,000 GWp, namun
yang baru temanfaatkan adalah sekitar 312,88 MWp dan
menargetkan menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga
tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50
MWp/tahun.
Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia baru
mampu melakukan produksi pada tahap hilir panel surya, yaitu
mengimpor lembaran besar sel surya kemudian
memproduksinya sebagai panel-panel surya berkapasitas
tertentu. Hal serupa berlangsung pada komponen termahal
dalam sistem PLTS, yakni baterai, di mana industri dalam
negeri hanya mampu membuat case dan memberikan merek
tertentu.
5
CHALLENGE
Dalam upaya memanfaatkan PLTS untuk meningkatkan elektrifikasi
di Indonesia dan/atau untuk sumber energi produksi bagi industri
kecil dan menengah, perlu dikembangkan solusi bisnis sebagai
rekomendasi, baik bagi PT PLN (Persero) maupun bagi pelaku
usaha.

Bagi PT PLN (Persero) adalah rekomendasi teknis, sosial, dan/atau


keuangan tentang pemberian izin sistem on-grid sesuai dengan
Permen ESDM No. 26/2021 tentang PLTS Atap, agar tidak
membebani PLN akibat over supply listrik dan pembayaran kepada
pembangkit akibat sistem take or pay. Sedangkan rekomendasi
bagi pelaku usaha adalah bagaimana menyeimbangkan antara
sistem off-grid dan on-grid (off-grid berarti memakai baterai, on-grid
berarti tanpa baterai dan tersambung dengan jaringan PLN), agar
tetap mendatangkan profit dalam bisnisnya.

Adapun rekomendasi yang dibuat harus


memuat:
1. Aspek Sustainability
Aspek ini dilatarbelakangi oleh banyaknya
kasus PLTS yang pada akhirnya mangkrak
dan rusak pada rentang 2-5 tahun pasca
pembangunan. Termasuk dalam aspek ini
adalah perhitungan teknis penggunaan
PLTS yang dapat mencegah emisi karbon,
yang bermakna adanya kontribusi
terhadap lingkungan hidup.

6
CHALLENGE

2. Aspek Affordability
Aspek ini dilatarbelakangi oleh rata-rata biaya pembangkitan
listrik dari PLTS di Indonesia masih lebih tinggi dibanding
dengan PLTU yakni Rp1.034,52/kWh untuk PLTS dan
Rp737,52/kWh untuk PLTU. Terkait dengan aspek ini adalah
tentang bagaimana relasi antara PLN dan dunia usaha secara
legal-formal dan finansial agar keduanya dapat bersinergi untuk
meningkatkan penggunaan PLTS.

3. Aspek Profitability
Aspek ini dilatarbelakangi oleh keberlanjutan untuk pengelolaan
bisnis yang menguntungkan. Tercakup dalam aspek ini adalah
opsi-opsi pengembangan bisnis pengelolaan komoditas lokal
oleh masyarakat dalam bentuk sociopreneurship, baik melalui
BUMDES, Koperasi, maupun keterlibatan lembaga keuangan
perbankan/non-perbankan.

7
PROPOSAL SETIDAKNYA TERDIRI
ATAS KOMPONEN BERIKUT:
1.Deskripsi dan Analisis Permasalahan
Jelaskan secara rinci mengenai permasalahan yang dihadapi oleh PT PLN atau
pelaku usaha dalam merencanakan pengembangan bisni di bidang PLTS.

2. Solusi
Jelaskan secara rinci tentang solusi yang Anda tawarkan dalam mengatasi
permasalahan tersebut.

3. Model Bisnis
Gambarkan secara rinci model bisnis dari solusi yang Anda tawarkan. Jelaskan
pula bagaimana model bisnis tersebut akan menghasilkan pendapatan,
bagaimana mekanisme pengelolaan anggaran, serta bagaimana strategi
pemasaran yang akan digunakan.

4. Rencana Implementasi
Gambarkan secara rinci mengenai proses implementasi yang Anda
rencanakan.

5. SWOT Analysis
Identifikasi kelebihan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang akan terjadi
pada solusi yang Anda tawarkan.

6. Proyeksi
Sajikan proyeksi biaya yang dibutuhkan, kemungkinan pendapatan, break-even
analysis, hingga rencana jangka panjang Anda berdasarkan asumsi-asumsi
yang telah ditetapkan dan analisis pasar yang dilakukan.

8
OUR SPONSORS

Anda mungkin juga menyukai