Anda di halaman 1dari 7

JEKPEND Jurnal Ekonomi dan Pendidikan

Volume 1 Nomor 1 Januari 2019. Hal. 27-33


Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun… 17
p-ISSN: 2614-2139; e-ISSN: 2614-1973,
Homepage: http://ojs.unm.ac.id/JEKPEND

Peran Pendidikan Dalam Membangun


Karakter Bangsa Yang Bermoral
Inanna
Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Makassar
Email: inanna@unm.ac.id

Abstract. This paper is a scientific idea that aims to give an idea of the importance of
building the character of moral human resources, through the internalization of positive
values in the implementation of education. This is one way to be able to overcome various
issues, especially moral decadence among young people. The method used is literature
review. In general, the values that need to be developed and internalized in the
implementation of education in Indonesia, among others, religious, mutual cooperation,
togetherness, humility, refinement, hospitality, tolerance, so that the unity and unity of the
nation can be realized.

Keywords: Nation Character, Moral Decadence, Moral Education

Abstrak. Tulisan ini merupakan gagasan ilmiah yang bertujuan untuk memberikan
gambaran akan pentingnya membangun karakter sumber daya manusia yang bermoral,
melalui internalisasi nilai-nilai positif dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut
merupakan salah satu cara untuk bisa mengatasi berbagai persoalan khususnya dekadensi
moral dikalangan generasi muda. Metode yang digunakan adalah kajian kepustakaan. Secara
umum, nilai-nilai yang perlu untuk terus dikembangkan dan diinternalisasikan dalam
pelaksanaan pendidikan di Indonesia antara lain religius, gotong royong, kebersamaan,
rendah hati, kehalusan budi, ramah-tamah, toleransi, sehingga dapat terwujud persatuan dan
kesatuan bangsa.

Kata Kunci: Karakter Bangsa, Dekadensi Moral, Pendidikan Moral

PENDAHULUAN ciri kehidupan yang hedonis. Memegang teguh


Perlu disadari bahwa kita berada di karakter bangsa Indonesia akan menjadikan kita
tanah Indonesia yang dikaruniai kekayaan alam, bangsa yang maju, berdaulat, adil, makmur dan
kekayaan budaya dan jumlah penduduk yang bermartabat.
cukup besar. Dari sinilah kita mulai melihat ke Berbagai masalah nasional yang
dunia luar dan bukan sebaliknya. Kita berpijak dihadapi begitu kompleks dan tidak kunjung
di bumi Indonesia dan kita dapat melihat ke selesai. Misalnya aspek politik, di mana
dunia luar untuk kepentingan kita. Oleh sebab masalahnya mencakup kerancuan sistem
itu merupakan kewajiban kita untuk tetap ketatanegaraan dan pemerintahan, kelembagaan
menghormati dan mengembangkan nilai-nilai Negara yang tidak efektif, sistem kepartaian
yang menjadi karakter bangsa Indonesia seperti yang tidak mendukung, dan berkembangnya
gotong royong, kebersamaan, rendah hati, pragmatism politik. Lalu aspek ekonomi,
kehalusan budi, ramah-tamah, toleransi yang masalahnya meliputi paradigm ekonomi yang
harus terus menerus dijaga dan dikembangkan tidak konsisten, struktur ekonomi dualistis,
untuk menjaga kesatuan bangsa Indonesia. kebijakan fiskal yang belum mandiri, sistem
Demikian pula dengan tegas kita keuangan dan perbankan yang tidak memihak,
menolak nilai-nilai negatif yang lahir dari dan kebijakan perdagangan dan industri yang
adanya perkembagan perekonomian global yang liberal. Dan aspek sosial budaya, masalah yang
senantiasa menggiring manusia untuk lebih terjadi saat ini adalah memudarnya rasa dan
bersifat egois dalam arti lebih bersifat ikatan kebangsaan, disorientasi nilai keagamaan,
individualistik, materialistik dan berujung pada

DOI: 10.26858/jekpend.v1i1.5057
Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun… 28

memudarnya kohesi dan integrasi sosial, dan senantiasa memberikan contoh-contoh tidak baik
melemahnya mentalitas positif. ke siswanya. Kondisi ini terus terang sangat
Dari sejumlah fakta positif atas modal memilukan dan mengkhawatirkan bagi bangsa
besar yang dimiliki bangsa Indonesia, jumlah Indonesia yang telah merdeka sejak tahun 1945.
penduduk yang besar menjadi modal yang paling Kondisi ini mencerminkan masalah
penting karena kemajuan dan kemunduran suatu moral yang memainkan peran cukup sgnifikan
bangsa sangat bergantung pada faktor yang mengharuskan adanya tindakan-tindakan
manusianya (SDM). Masalah-masalah politik, untuk mengatasinya. Jawaban yang paling
ekonomi, dan sosial budaya juga dapat kompleks yaitu melalui pendidikan baik formal,
diselesaikan dengan SDM. Namun untuk informal maupun non formal, sebagai upaya
menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan untuk membangun karakter SDM yang bermoral
menghadapi berbagai persaingan peradaban sehingga mampu membentuk pribadi yang kuat
yang tinggi untuk menjadi Indonesia yang lebih dan tangguh dalam menghadapi persaingan yang
maju diperlukan revitalisasi dan penguatan semakin ketat dimasa yang akan datang.
karakter SDM yang kuat. Salah satu aspek yang
dapat dilakukan untuk mempersiapkan karakter PEMBAHASAN
SDM yang kuat adalah melalui pendidikan. A. Pentingnya Pendidikan.
Pendidikan merupakan upaya yang Disadari atau tidak, pendidikan
terencana dalam proses pembimbingan dan merupakan hal terpenting untuk membentuk
pembelajaran bagi individu agar berkembang kepribadian. Pendidikan itu tidak selalu berasal
dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, dari pendidikan formal seperti sekolah atau
bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, dan perguruan tinggi. Pendidikan informal dan non
berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani formal pun memiliki peran yang sama untuk
maupun ruhani. Manusia yang berakhlak mulia, membentuk kepribadian, terutama anak atau
yang memiliki moralitas tinggi sangat dituntut peserta didik. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun
untuk dibentuk atau dibangun. Bangsa Indonesia 2003 kita dapat melihat ketiga perbedaan model
tidak hanya sekedar memancarkan kemilau lembaga pendidikan tersebut. Dikatakan bahwa
pentingnya pendidikan, melainkan bagaimana Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
bangsa Indonesia mampu merealisasikan konsep terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dengan cara pembinaan, pelatihan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
dan pemberdayaan SDM Indonesia secara pendidikan tinggi. Sementara pendidikan
berkelanjutan dan merata. Ini sejalan dengan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
Sisdiknas yang mengatakan bahwa tujuan secara terstruktur dan berjenjang. Satuan
pendidikan adalah “.. agar menjadi manusia pendidikan nonformal terdiri atas lembaga
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
negara yang demokratis serta bertanggung Sedangkan pendidikan informal adalah jalur
jawab”. pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan
Melihat kondisi sekarang dan akan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga
datang, ketersediaan SDM yang berkarakter dan lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar
merupakan kebutuhan yang amat vital. Ini secara mandiri.
dilakukan untuk mempersiapkan tantangan Memperhatikan ketiga jenis pendidikan
global dan daya saing bangsa. Memang tidak di atas, ada kecenderungan bahwa pendidikan
mudah untuk menghasilkan SDM yang tertuang formal, pendidikan informal dan pendidikan non
dalam UU tersebut. Persoalannya adalah hingga formal yang selama ini berjalan terpisah satu
saat ini SDM Indonesia masih belum dengan yang lainnya. Mereka tidak saling
mencerminkan cita-cita pendidikan yang mendukung untuk peningkatan pembentukan
diharapkan. Misalnya untuk kasus-kasus aktual, kepribadian peserta didik. Setiap lembaga
masih banyak ditemukan siswa yang menyontek pendidikan tersebut berjalan masing-masing
di kala sedang menghadapi ujian, bersikap sehingga yang terjadi sekarang adalah
malas, tawuran antar sesama siswa, melakukan pembentukan pribadi peserta didik menjadi
pergaulan bebas, terlibat narkoba, dan lain-lain. parsial, misalnya anak bersikap baik di rumah,
Di sisi lain, ditemukan guru, pendidik yang namun ketika keluar rumah atau berada di

DOI: 10.26858/jekpend.v1i1.5057
Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun… 29

sekolah ia melakukan perkelahian antarpelajar, keluarga sangat berperan dalam pembentukan


memiliki ’ketertarikan’ bergaul dengan WTS moral anak.
atau melakukan perampokan. Sikap-sikap seperti Di bidang pendidikan sekolah,
ini merupakan bagian dari penyimpangan terjadinya penyimpangan-penyimpangan moral
moralitas dan prilaku sosial pelajar (Suyanto, peserta didik merupakan tanggung jawab semua
2000). pendidik dalam membentuk moralitas peserta
Oleh karena itu, dalam rangka didik. Sigit, dkk. (2007) menyatakan bahwa
membangun dan melakukan penguatan peserta Pendidikan moral di sekolah diharapkan dapat
didik perlu menyinergiskan ketiga komponen menghasilkan peserta didik yang memiliki
lembaga pendidikan. Upaya yang dapat kompetensi personal dan sosial sehingga
dilakukan salah satunya adalah pendidik dan menjadi warga negara yang baik karena sumber
orangtua berkumpul bersama mencoba daya manusia yang akan datang adalah anak-
memahami gejala-gejala anak pada fase negatif, anak dan generasi muda masa kini.
yang meliputi keinginan untuk menyendiri, Berbicara mengenai pendidikan moral di
kurang kemauan untuk bekerja, mengalami Indonesia, maka pemerintah zaman Orde Baru,
kejenuhan, ada rasa kegelisahan, ada pendidikan moral dikaitkan dengan nilai-nilai
pertentangan sosial, ada kepekaan emosional, dasar Pancasila. Hal ini dimaksudkan bahwa
kurang percaya diri, mulai timbul minat pada sebagai dasar negara, maka kedudukan Pancasila
lawan jenis, adanya perasaan malu yang merupakan landasan dan falsafah hidup dalam
berlebihan, dan kesukaan berkhayal (Mappiare berbangsa dan bernegara. Karena itu, pendidikan
dalam Suyanto, 2000). Dengan mempelajari moral ditanamkan pada peserta didik melalui
gejala-gejala negatif yang dimiliki anak remaja pemberian mata pelajaran yang diberi nama
pada umumnya, orangtua dan pendidik akan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang
dapat menyadari dan melakukan upaya kemudian berubah menjadi Pendidikan Pancasila
perbaikan perlakuan sikap terhadap anak dalam dan Kewarganegaraan (PPKn). Pentingnya
proses pendidikan formal, non formal dan pendidikan moral ini, sehingga ia menjadi mata
informal. pelajaran istimewa di samping mata pelajaran
B. Pentingnya Pendidikan Moral bagi pendidikan agama. Pada waktu itu apabila
Peserta Didik peserta didik memperoleh nilai rendah pada
Kata moral berasal dari bahasa latin kedua mata pelajaran tersebut, menjadi bahan
mores yang berarti tata cara dalam kehidupan pertimbangan apakah seseorang naik atau
atau adat istiadat. Budiningsih, (2008) tinggal kelas. Bahkan proses penilaian atas mata
berpendapat bahwa penalaran moral pelajaran khusus pendidikan moral ini, tidak
menekankan pada alasan mengapa suatu hanya dilihat dari aspek kognitif semata.
tindakan dilakukan, sehingga dapat dinilai Sebaliknya, tingkah laku peserta didik dengan
apakah tindakan tersebut baik atau buruk. berbagai standar nilai yang telah ditetapkan
Semakin menurunnya moral di kalangan remaja menjadi indikator penentu. Pada waktu itu guru
dianggap sebagai cerminan akan kurang agama dan guru PMP pun sangat dihormati
berhasilnya dunia pendidikan di era globalisasi karena dianggap sebagai penentu nasib para
dewasa ini. Namun itu perlu di buktikan peserta didik. Tapi masa reformasi sekarang
kebenarannya, karena pendidikan moral tidak kedua mata pelajaran yang dahulu dianggap
hanya diperoleh dilingkungan sekolah, maha penting, kini tampak kurang menjadi
melainkan dilingkungan keluargalah awal prioritas serta menjadi korban kebijakan
pendidikan moral terhadap anak mulai kurikulum.
ditanamkan. Menghadapi krisis moral yang sedang
Mulyani, dkk. (2007) menyatakan melanda bangsa ini, maka sudah seharusnya
bahwa anak-anak akan mengidentifikasi dirinya Pendidikan mengambil peranan sebagai benteng
dengan ibu atau ayahnya serta orang lain yang moral bangsa. Menurut Ki Hajar Dewantara,
dekat dengannya. Dasar pendidikan agama yang pendidikan merupakan daya upaya untuk
kokoh jika ditanamkam pada anak sedini memajukan bertumbuhnya budi pekerti
mungkin akan membentuk karakter penuh kasih (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect),
dan peduli terhadap sesama.Hal ini bisa terjadi dan tubuh anak. Selain itu dalam UU Sisdiknas
karena setiap agama pasti akan memberikan juga dituliskan bahwa “Pendidikan nasional
pelajaran budi pekerti dan akhlak mulia. dari berfungsi mengembangkan kemampuan dan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa membentuk watak serta peradaban bangsa yang

DOI: 10.26858/jekpend.v1i1.5057
Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun… 30

bermartabat dalam rangka mencerdaskan Perkembangan Teknologi dan Informasi


kehidupan bangsa, bertujuan untuk merupakan factor pendukung utama arus
berkembangnya potensi peserta didik agar globalisasi. Perkembangan teknologi dewasa ini
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa begitu cepat sehingga segala informasi dengan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbagai bentuk dapat tersebar luas ke seluruh
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat
menjadi warga negara yang demokratis serta kita hindari kehadirannya. Akibat globalisasi
bertanggung jawab”. tentunya membawa pengaruh terhadap suatu
Hal itu menunjukkan betapa pentingnya negara termasuk Indonesia, khususnya terhadap
pendidikan moral dan pembangunan karakter perkembangan moral peserta didik
bangsa. Pendidikan moral merupakan bagian Pengaruh negatif globalisasi yang
integral yang sangat penting dari pendidikan berkaitan dengan perkembangan moral peserta
kita. Untuk itu dunia pendidikan harus mampu didik antara lain dalam bidang budaya dan
menjadi motor penggerak untuk memfasilitasi sosial, banyak dikalangan remaja telah hilang
pembangunan moral bangsa, sehingga setiap nilai-nilai nasionalisme bangsa kita, misalnya
peserta didik mempunyai kesadaran kehidupan sudah tidak kenal sopan santun, cara berpakaian,
berbangsa dan bernegara yang harmonis dan dan gaya hidup mereka cenderung meniru
demokratis dengan tetap memperhatikan sendi- budaya barat. Munculnya sikap individualisme,
sendi NKRI dan norma-norma sosial di kurang peduli terhadap orang lain sehingga sikap
masyarakat yang telah menjadi kesepakatan gotong royong semakin luntur. Oleh karena itu,
bersama. perlu dilakukan langkah-langkah untuk
Pendidikan moral sebagai bagian dari mengantisipasi pengaruh negatif arus globalisasi
pendidikan nilai di sekolah, yang membantu terhadap nilai-nilai nasionalisme bangsa kita,
peserta didik mengenal , menyadari pentingnya, khususnya terhadap perkembangan moral
nilai-nilai moral yang seharusnya dijadikan peserta didik. Langkah-langkah untuk
panduan bagi sikap dan perilakunya sebagai mengantisipasi pengaruh negatif arus globalisasi
manusia, baik secara perorangan maupun perkembangan moral peserta didik antara lain:
bersama-sama dalam suatu masyarakat. Nilai 1. Menanamkan sikap kepada peserta didik
moral mendasari prinsip dan norma hidup baik untuk mencintai produk dalam negeri
yang memandu sikap dan perilaku manusia melalui pembelajaran di sekolah
sebagai pedoman dalam hidupnya. Kita semua 2. Menumbuhkembangkan nilai-nilai Pancasila
tentu mengetahui, kualitas hidup seseorang yang merupakan dasar negara kita terhadap
ditentukan oleh nilai-nilai, dan termasuk di peserta didik
dalamnya yaitu nilai moral. 3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran
Watak dan kepribadian seseorang agama tidak hanya tanggung jawab guru
dibentuk oleh nilai-nilai yang dipilih, agama, melainkan merupakan tanggung
diusahakan, dalam setiap tindakan-tindakannya. jawab oleh semua guru bidang studi
Dalam upaya pengenalan dan penyadaran 4. Menginformasikan kepada peserta didik
pentingnya penghayatan nilai-nilai moral, untuk menyeleksi arus globalisasi dalam
pendidikan moral memuat unsur penyampaian segala bidang, melalui pembelajaran.
pengetahuan moral kepada peserta didik, serta Dengan cara mengantisipasi pengaruh
pengembangan pengetahuan moral yang sudah negatif arus globalisasi terhadap perkembangan
ada padanya. moral peserta didik, maka diharapkan peserta
Pendidikan moral yang ada di sekolah didik nantinya akan terhindar dari budaya barat
saat ini seolah terkesan hanya menginformasikan yang tidak relevan dengan nilai-nilai
teori-teori dan pengetahuan konsep moral nasionalisme dan cita-cita luhur bangsa kita
kepada peserta didik, sehingga pendidikan moral yang telah digariskan dalam Undang-Undang
yang ada saat ini belum mampu membuat Negara Republik Indonesia
perubahan perilaku pada peserta didik. Hal ini D. Membangun Sumber Daya Manusia
ditunjukkan semakin maraknya isu-isu moral Berkarakter Di Era Globalisasi
yang negatip di kalangan generasi muda dewasa SDM merupakan aset paling penting
ini. untuk membangun bangsa yang lebih baik dan
C. Pengaruh Globalisasi terhadap maju. Namun untuk mencapai itu, SDM yang
Perkembangan Moral Peserta didik kita miliki harus berkarakter. SDM yang
berkarakter kuat dicirikan oleh kapasitas mental

DOI: 10.26858/jekpend.v1i1.5057
Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun… 31

yang berbeda dengan orang lain seperti melalui pembelajaran yang berkaitan dengan
keterpercayaan, ketulusan, kejujuran, pendidikan agama sehingga generasi mendatang
keberanian, ketegasan, ketegaran, kekuatan bangsa kita menjadi bangsa yang beriman
dalam memegang prinsip, dan sifat-sifat unik berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia.
lainnya yang melekat dalam dirinya. E. Pentingnya Pendidikan Karakter Di Era
Secara lebih rinci, beberapa konsep Globalisasi
tentang manusia Indonesia yang berkarakter dan Berbicara pembentukan kepribadian
senantiasa melekat dengan kepribadian bangsa. tidak lepas dengan bagaimana kita membentuk
Ciri-ciri karakter SDM yang kuat meliputi (1) karakter SDM. Pembentukan karakter SDM
religious, yaitu memiliki sikap hidup dan menjadi vital dan tidak ada pilihan lagi untuk
kepribadian yang taat beribadah, jujur, mewujudkan Indonesia baru, yaitu Indonesia
terpercaya, dermawan, saling tolong menolong, yang dapat menghadapi tantangan regional dan
dan toleran; (2) moderat, yaitu memiliki sikap global (Muchlas dalam Sairin, 2001). Tantangan
hidup yang tidak radikal dan tercermin dalam regional dan global yang dimaksud adalah
kepribadian yang tengahan antara individu dan bagaimana generasi muda kita tidak sekedar
sosial, berorientasi materi dan ruhani serta memiliki kemampuan kognitif saja, tapi aspek
mampu hidup dan kerjasama dalam afektif dan moralitas juga tersentuh. Untuk itu,
kemajemukan; (3) cerdas, yaitu memiliki sikap pendidikan karakter diperlukan untuk mencapai
hidup dan kepribadian yang rasional, cinta ilmu, manusia yang memiliki integritas nilai-nilai
terbuka, dan berpikiran maju; dan (4) mandiri, moral sehingga anak menjadi hormat sesama,
yaitu memiliki sikap hidup dan kepribadian jujur dan peduli dengan lingkungan.
merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai Lickona (1992) menjelaskan beberapa
waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan memiliki alasan perlunya Pendidikan karakter, di
cinta kebangsaan yang tinggi tanpa kehilangan antaranya: (1) Banyaknya generasi muda saling
orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan melukai karena lemahnya kesadaran pada nilai-
hubungan antarperadaban bangsa-bangsa (PP nilai moral, (2) Memberikan nilai-nilai moral
Muhammadiyah, 2009). pada generasi muda merupakan salah satu fungsi
Tidak dapat dipungkiri, arus globalisasi peradaban yang paling utama, (3) Peran sekolah
begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat sebagai pendidik karakter menjadi semakin
terutama di kalangan remaja. Pengaruh penting ketika banyak anak-anak memperoleh
globalisasi terhadap anak muda begitu kuat. sedikit pengajaran moral dari orangtua,
Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat masyarakat, atau lembaga keagamaan, (4) masih
banyak anak muda kita kehilangan kepribadian adanya nilai-nilai moral yang secara universal
diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini masih diterima seperti perhatian, kepercayaan,
ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, rasa hormat, dan tanggungjawab, (5) Demokrasi
misalnya dalam cara berpakaian, selera makan. memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan
Yang lebih memprihatinkan adalah pergaulan moral karena demokrasi merupakan peraturan
bebas antar remaja. dari, untuk dan oleh masyarakat, (6) Tidak ada
Pada Era globalisasi dewasa ini sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai. Sekolah
dekadensi moral tidak hanya terjadi di kalangan mengajarkan pendidikan bebas nilai. Sekolah
remaja saja, namun banyak terjadi pula mengajarkan nilai-nilai setiap hari melalui
dikalangan orang dewasa. Hal ini tidak bisa kita desain ataupun tanpa desain, (7) Komitmen pada
pungkiri lagi, ternyata di negeri tercinta yang pendidikan karakter penting manakala kita mau
berdasarkan Pancasila ini telah menodai nilai- dan terus menjadi guru yang baik, dan (7)
nilai luhur dari Pancasila itu sendiri. Hal ini Pendidikan karakter yang efektif membuat
terbukti semakin maraknya korupsi oleh para sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat,
pemimpin bangsa ini mulia dari level yang dan mengacu pada performansi akademik yang
rendah sampai pada level yang tinggi. meningkat.
Oleh karena itu, satu hal yang perlu Alasan-alasan di atas menunjukkan
untuk dipahami bahwa karakter tidak dapat bahwa pendidikan karakter sangat perlu
dilepaskan dari konteks sosial budaya karena ditanamkan sedini mungkin untuk
karakter terbentuk dalam lingkungan sosial mengantisipasi berbagai persoalan akibat
budaya tertentu. Dalam hal ini para guru di pengaruh globalisasi yang semakin kompleks
sekolah dan orang tua harus saling mengisi seperti semakin rendahnya perhatian dan
untuk menumbuhkan karakter positip pada anak kepedulian anak terhadap lingkungan sekitar,

DOI: 10.26858/jekpend.v1i1.5057
Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun… 32

tidak memiliki tanggungjawab, rendahnya siswa-siswanya mengalami perkembangan


kepercayaan diri, dan lain-lain. karakter.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang 5. Pendidik perlu menjelaskan atau
apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter, mengklarifikasikan kepada peserta didik
Lickona dalam Elkind (2004) menggagas secara terus menerus tentang berbagai nilai
pandangan bahwa pendidikan karakter adalah yang baik dan yang buruk.
upaya terencana untuk membantu orang untuk Berdasarkan penjelasan di atas, maka
memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-nilai peran pendidik di setiap jenis lembaga
etika/ moral. Pendidikan karakter ini pendidikan dalam membentuk karakter siswa.
mengajarkan kebiasaan berpikir dan berbuat Dalam pendidikan formal dan non formal,
yang membantu orang hidup dan bekerja pendidik (1) harus terlibat dalam proses
bersama-sama sebagai keluarga, teman, pembelajaran, yaitu melakukan interaksi dengan
tetangga, masyarakat, dan bangsa. siswa dalam mendiskusikan materi
Pandangan ini mengilustrasikan bahwa pembelajaran, (2) harus menjadi contoh tauladan
proses pendidikan yang ada di pendidikan kepada siswanya dalam berprilaku dan bercakap,
formal, non formal dan informal harus (3) harus mampu mendorong siswa aktif dalam
mengajarkan peserta didik atau anak untuk pembelajaran melalui penggunaan metode
saling peduli dan membantu dengan penuh pembelajaran yang variatif, (4) harus mampu
keakraban tanpa diskriminasi karena didasarkan mendorong dan membuat perubahan sehingga
dengan nilai-nilai moral dan persahabatan. Di kepribadian, kemampuan dan keinginan guru
sini nampak bahwa peran pendidik dan tokoh dapat menciptakan hubungan yang saling
panutan sangat membantu membentuk karakter menghormati dan bersahabat dengan siswanya,
peserta didik atau anak. (5) harus mampu membantu dan
F. Peran Pendidik dalam Membentuk Karakter mengembangkan emosi dan kepekaan sosial
SDM siswa agar siswa menjadi lebih bertakwa,
Pendidik itu bisa guru, orangtua atau menghargai ciptaan lain, mengembangkan
siapa saja, yang penting ia memiliki kepentingan keindahan dan belajar soft skills yang berguna
untuk membentuk pribadi peserta didik atau bagi kehidupan siswa selanjutnya, dan (6) harus
anak. Peran pendidik pada intinya adalah menunjukkan rasa kecintaan kepada siswa
sebagai masyarakat yang belajar dan bermoral. sehingga guru dalam membimbing siswa yang
Lickona, Schaps, dan Lewis (2007) serta Azra sulit tidak mudah putus asa.
(2006) menguraikan beberapa pemikiran tentang Sementara dalam pendidikan informal
peran pendidik, di antaranya: seperti keluarga dan lingkungan, pendidik atau
1. Pendidik perlu terlibat dalam proses orangtua/tokoh masyarakat (1) harus
pembelajaran, diskusi, dan mengambil menunjukkan nilai-nilai moralitas bagi anak-
inisiatif sebagai upaya membangun anaknya, (2) harus memiliki kedekatan
pendidikan karakter emosional kepada anak dengan menunjukkan
2. Pendidik bertanggungjawab untuk menjadi rasa kasih sayang, (3) harus memberikan
model yang memiliki nilai-nilai moral dan lingkungan atau suasana yang kondusif bagi
memanfaatkan kesempatan untuk pengembangan karakter anak, dan (4) perlu
mempengaruhi siswa-siswanya. Artinya mengajak anak-anaknya untuk senantiasa
pendidik di lingkungan sekolah hendaklah mendekatkan diri kepada Allah, misalnya
mampu menjadi “uswah hasanah” yang dengan beribadah secara rutin. Berangkat dari
hidup bagi setiap peserta didik. Mereka juga upaya-upaya yang pendidik lakukan, maka
harus terbuka dan siap untuk mendiskusikan diharapkan akan tumbuh dan berkembang SDM
dengan peserta didik tentang berbagai nilai- yang berkarakter dan bermoral yang memiliki
nilai yang baik tersebut. kemampuan unggul dalam menghadapi
3. Pendidik perlu memberikan pemahaman globalisasi.
bahwa karakter siswa tumbuh melalui
kerjasama dan berpartisipasi dalam
mengambil keputusan
4. Pendidik perlu melakukan refleksi atas SIMPULAN
masalah moral berupa pertanyaan- Untuk menjadi bangsa yang maju dan
pertanyaan rutin untuk memastikan bahwa bermartabat ditengah perkembangan
perekonomian global yang sangat pesat

DOI: 10.26858/jekpend.v1i1.5057
Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun… 33

sangatlah tergantung pada faktor manusianya


atau kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
dimiliki bangsa Indonesia. Oleh karena itu, salah
satu cara untuk bisa mengatasi berbagai
persoalan yang terjadi baik persoalan politik,
ekonomi, dan social, budaya serta masalah
dekadensi moral khususnya dikalangan para
pelajar, maka dibutuhkan penguatan karakter
SDM yang kuat yang didasarkan pada karakter
bangsa indonesia melalui berbagai jenis
pendidikan (formal, informal dan non formal)
serta pada berbagai jenjang pendidikan (mulai
dari pendidikan dasar, menengah, dan
perpendidikan tinggi).

DAFTAR RUJUKAN
Asri, B, (2008). Pembelajaran Moral. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Darmiyati, Tri. Pengaruh Globalisasi terhadap
Nilai-Nilai Nasionalisme.
http://www.wikimu.com/News/DisplayN
ews.aspx?id=7124
Edi Subkhan, mahasiswa Program Pascasarjana,
S2 Universitas Negeri Jakarta dalam
http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/
23/mari-membangun-karakter-bangsa-
melalui-olah-pikir-olah-hati-olah-raga-
olah-rasa-dan-karsa/
Hamid, M, (2008). Peran serta Guru Profesional
dalam Turut Membentuk karakter
bangsa Melalui Jalur Pendidikan
Nonformal dan Informal. Jakarta:
disajikan dalam Seminar nasional
Lickona, Tom; Schaps, Eric, dan Lewis,
Catherine (2007). Eleven Principles of
Effective Character Education.
Character Education Partnership.
Munir, (2010). Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: PT Pustaka Insan Maqdani,
Anggota IKPI
Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2009).
Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa.
Yogyakarta: PP Muhammadiyah
Wardani. 2008. Pendidikan sebagai Wahana
Pembentukan Karakter Bangsa. Jakarta:
disajikan dalam Seminar nasional
Wardoyo, Cipto.2007. Urgensi Pendidikan
Moral pada (http://www.nu.or.id

DOI: 10.26858/jekpend.v1i1.5057

Anda mungkin juga menyukai