Anda di halaman 1dari 2

Materi Pembelajaran

A. Sikap Bertoleransi

1. Makna Toleransi

Toleran berasal dari bahasa Latin, yaitu folerare yang berarti sabar dan menahan diri. Toleransi
adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu, baik itu
dalam masyarakat ataupun dalam lingkup yang lain. Menurut seorang ahli perkamusan bahasa
Indonesia W. J. S. Poerwadarminta, menjelaskan arti toleransi merupakan sikap menenggang berupa
menghargai dan memperbolehkan suatu pendapat atau pandangan yang berbeda. Dalam hal ini,
seseorang harus meng- hargai pendapat orang lain yang berbeda dengan pendiriannya. Sikap
toleransi bukan berarti membenarkan semua pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui
kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya. Toleransi adalah suatu sikap saling menghargai
kelompok-kelompok atau antarindividu dalam masyarakat. Dengan bertoleran, semestinya kita dapat
saling menghormati

Sumber: kompos.com Kerukunan harus selalu diwujudkan oleh setiap muslim

dan mampu bekerja sama dengan orang lain meski berbeda latar belakangnya. Toleransi dalam
bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh, yaitu sikap menghormati dan menghargai seseorang
untuk menjalankan hak-haknya. Sikap tasamuh dilakukan sebatas hubungan antarmanusia, tidak
boleh melebihi aturan-aturan agama. Manusia merupakan makhluk sosial yang setiap hari
berinteraksi dengan manusia yang lain, sehingga sikap tasamuh sangat dibutuhkan untuk menjaga
keharmonisan dan kemaslahatan bersama.

Agama Islam menjunjung tinggi dan mengedepankan sikap toleransi. Namun, toleransi dalam Islam
memiliki batasan, yaitu akidah, syariat, dan ubudiyah yang merupakan hal sangat utama bagi muslim
sejati. Prinsip ini harus dipertahankan karena akidah, syariat, dan ubudiyah adalah harga mati yang
tidak boleh tawar-menawar. Prinsip toleransi yang diajarkan Islam adalah membiarkan umat lain
beribadah dan berhari raya tanpa mengusik mereka. Prinsip toleransi yang diyakini sebagian orang
berasal dari sebuah kisah bahwa kafir Quraisy menawarkan suatu kesepakatan kepada Nabi
Muhammad saw.. Mereka mengusulkan agar Nabi Muhammad saw. dan kaum muslim bersedia
menyembah dewa- dewa mereka secara bergantian, yaitu mereka menyembah Allah Swt. pada satu
tahun dan kemudian menyembah dewa-dewa Quraisy pada tahun berikutnya. Nabi Muhammad saw.
menolak tawaran ini dan turunlah ayat-ayat dalam surah al-Kafirün ayat 1-6 sebagai jawaban dari
Allah Swt. untuk menolak tawaran tersebut serta menegaskan bahwa tidak mungkin ada kesepakatan
antara tauhid dan kemusyrikan.

Dalam surah al-Kāfirün ayat ke-6 kemudian menegaskan bahwa setiap orang memiliki keyakinannya
sendiri-sendiri dan bahwa keyakinan orang-orang kafir tidak pernah dapat diterima oleh orang-orang
yang beriman. Surah al-Kāfirün menegaskan bahwa tidak ada kompromi dalam perkara agama dan
akidah, serta mengajarkan toleransi untuk tidak memaksa orang lain dalam beribadah. Surah ini juga
menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw. tidak akan menyembah apa pun selain Allah Swt.
Toleransi dalam kajian fikih Islam masuk kategori muamalah (interaksi sosial) yang mendapatkan
pembahasan secara luas. Hal ini tampak dalam berbagai penjelasan Rasulullah saw. yang termaktub
dalam banyak sekali literatur hadis. Bahkan, dalam konsep Al-Qur'an, manusia akan terpuruk dalam
kesesatan jika dia tidak menemukan penyesuaian kebajikan, baik yang ada hubungannya secara
vertikal maupun horizontal atau sering disebut hablum minallah dan hablum minannas.

Sekilas Info

Dalam surah al-Käfirūn yang memiliki arti "untukmu agamamu dan untukku agamaku", kita dapat
mengambil kesimpulan jika Islam selalu mengajarkan kita untuk bertoleransi pada setiap agama
apapun.

Sumber: www.gramedia.com

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI - 2

Anda mungkin juga menyukai